Anda di halaman 1dari 17

Creator By Ir.

RUDY SETIAWAN

MONITORING DAN SISTIM PELAPORAN

2.1. DRILLING MONITOR

Pengamatan dan pencatatan semua parameter drilling baik saat drilling ataupun
reaming, tiap 5 menit atau jika terjadi perubahan parameter. Hal ini untuk mengetahui
lebih cepat bila terjadi perubahan parameter atau memudahkan pencarian data bila
sewaktu-waktu terjadi pertanyaan. Adapun parameter yang perlu dicatat/diamati (
waktu (jam,mnt), depth, RPM, WOB, ROP, Flow rate (gpm), SPP, Torque, hook load,
gas, total pit volume, G/L ) pencatatan dalam bentuk tabulasi.

• Cocokkan semua parameter dengan rig floor


• Perubahan WOB yang significant, konfirmasikan dengan rig flor
• ROP cepat ( drilling break) maupun ROP lambat (reverse break) spot sample
dan perhatikan gas setelah bottom up.
• SPP >> kemungkinan nozzle plug/buntu sebagian, annulus penuh cutting, atau
surface line problem. SPP << wash pipe, pipa putus/bit lepas , atau surface line.
• Perubahan Flow rate berhubungan dengan SPM dan SPP atau terjadi loss/gain
( flow rate << / >> )
• Perubahan Torque yang membesar menunjukkan adanya hambatan di annulus /
gejala pack off atau hambatan stabilizer karena bit sudah under gage. Jika
torque eratic ( naik—turun ) kemungkinan kondisi bit sudah jelek ( hati-hati
karena jika mengunakan rock bit / three cone, jika diteruskan akibatnya cone
bisa tertinggal di lobang)
• Hook Load >> over pull terutama saat pipa diangkat setelah stand atau Kelly
down, menandakan cutting sebagian belum terangkat.
Hook Load << kemungkinan pipa putus dan harus diikuti drop stand pipe
pressure berkisar 300 - 400 psi ( well : KRB-1 Pertamina )
• Gas >> menembus formasi porous. Cek sample, bila terus naik sampai 200 unit
(kesepakatan dengan Co-Man). Lakukan sirkulasi kondisikan Lumpur buang gas
untuk menghindari gas cut mud.
• Perbahan pit volume kemungkinan ada gain/loss ( pit total semua pit vol active
>> / << ), Transfer mud ( satu/beberapa pit saja yang berubah), Dump sand
trap/dumping mud ( pit vol << ). Atau stop pompa saat akan connection pipe, pit
volume naik >> .

2.2. GAIN LOSS MONITOR

Dilakukan bila kondisi sumur sedang loss atau kick. Pencatatan dilakukan tiap 2
mnt ( bila rate loss/gain besar) , tiap 5 mnt ( rate loss/gain tak terlalu besar ). Adapun
parameter yang perlu dicatat adalah waktu ( jam, mnt), depth, SPM, flow rate (gpm),
Total pit volume, Pit 1, Pit 2, Pit 3 dst, Loss/gain (bbls), rate gain/loss (bpm), total
gain/loss ( bbls ). Catat bila dilakukan pengamatan loss/gain stastis ( bpm). Percatatan
dalam bentuk tabulasi.
• Drilling pada zona Loss/Kick
• Selalu cek sensor pit dalam kondisi dan posisi bagus.
• Siapkan Gain/Loss sheet
• Pengamatan tiap 2 menit atau 5 menit ( normal)
• Selalu cross cek dengan mud engineer bila ada transfer/mixing
• Cocokkan selalu bila ada perubahan mud weight in/out.
• Lakukan observed well --- loss/gain statis
• Parameter : Depth, Time, Flow rate, Pit1-Pit2---P5, Total Pit, Trip Tank,
Loss/Gain, Rate Loss/gain, Total Loss/Gain

2.3. PRESSURE MONITOR

Dilakukan baik saat kondisi sumur di tutup ( shut in ) ataupun saat drilling ( Bor
formasi). Shut In well dilakukan dikarenakan terjadi kick/gain. Pencatatan dilakukan tiap
5 – 10 menit. Parameter yang perlu di catat waktu ( tgl,jam, mnt ), Casing pressure (
Shut In Casing Pressure - SICP -) dan Stand pipe pressure ( Shut In Drill Pipe Pressure
– SIDP-). Monitoring Pressure saat bor formasi
PRESSURE BERTAMBAH FLOW RATE TETAP
• Nozzel Plug
• Pack off / Cutting terakumulasi di annulus
• Surface Line

PRESSURE BERKURANG , FLOW RATE TETAP


• Loss Circulation
• Wash pipe
• Surface Line
• Pump

2.4. TRIP MONITOR

Dilakukan pada kondisi cabut atau masuk rangkaian pipa/casing ( trip out/in ).
Hal ini untuk mengamati tarjadi loss/gain atau statis selama cabut/masuk rangk, juga
untuk mengetahui lebih dini adanya efek swab dan surge press. Untuk mencegah
terjadinya efek swab saat cabut, sebaiknya bila posisi bit masih di open hole,
kecepatan cabut tidak lebih dari 10 m/mnt ( jika viscosity Lumpur besar /Lumpur kental,
kec cabut tidak lebih dari 7 m/mnt ). Bila dirasa perlu/kondisi kritis, usulkan untuk cek
flow tiap cabut 3 – 5 stand. Parameter yang perlu diamati/dicatat yaitu Stand ke
berapa, jumlah stand cabut/masuk, Trip tank volume/pit volume, perhitungan teoritis
displacement pipa, actual penambahan/pengurangan Trip tank/pit volume, perhitungan
loss/gain.
Bila terjadi loss tiap cabut 5 stand selalu relative sama dan kecil 0.2 – 0.5 bbls,
kemungkinan hanya selisih kalibrasi sensor dengan actual volume pit. Cek apakah
terjadi tumpah-tumpah Lumpur selama cabut, yang mengakibatkan terjadi loss
permukaan ( surface loss). Jika selama cabut ( -/+ 3 – 5 stand) terjadi penambahan
atau statis volume Lumpur di trip tank, cek apa ada transfer, bila tidak, lakukan segera
flow check bila ada aliran, berarti ada swab efek. Segera masuk kembali dan lakukan
sirkulasi hingga normal kembali ( tak ada aliran ), tiap pengambilan kesimpulan selalu
koordinasikan dengan Rig supt./Co-man.
• Siapkan trip sheet dan jika Masuk pipa (RIH) pastikan pakai float atau tidak.
• Perhatikan Hook Load untuk mengetahui adanya Tight/Fill ( saat RIH) atau Over
pull ( saat POOH )
• Jika ada gejala gain/kick segera lakukan flow check/observed well.
• Jika masuk rangkaian, pastikan depth sama dengan pipe telly terutama saat
BHA terakhir masuk atau mulai DP pertama masuk.
• Fill Up string tiap 10 – 15 stand.
• Perhatikan dan ingatkan bila perlu jika Trip Tank kosong segera diisi atau jika
sudah penuh segera di transfer.

Contoh perhitungan :

Cabut Rangkaian ( Trip Out ) :

Jenis pipa : 5” DP Vol awal Trip tank : 50 bbls


Jumlah : 5 Stand ( 472.5 ft ) Vol Trip tank setelah cabut 5 stand : 46.3 bbls
ID : 4.276”
OD : 5”
Displ. Pipa: 0.00652 bbls/ft

Terjadi pengisian lobang sebesar 50 bbls – 46.3 bbls = 3.7 bbls ( selama cabut 5 stand
)
Secara teori pengisian lobang sebesar 0.00652 bbls/ft x 472.5 ft = 3.08 bbls
Jadi selama cabut 5 stand terjadi loss 3.08 bbls – 3.7 bbls = - 0.62 bbls.

Sebaliknya bila pengisian lobang kurang dari 0.308 bbls atau steady, kemungkinan
terjadi gain, jika dibiarkan akan terjadi kick ( Sumur MBU-09).

Masuk Rangkaian tanpa Float

Jenis pipa : 5” HWDP Vol awal Trip tank : 50 bbls


Jumlah : 5 Stand ( 476.7 ft ) Vol Trip tank setelah masuk 5 stand : 56.54
bbls
ID : 3.0”
OD : 5”
Displ. Pipa: 0.01553 bbls/ft
Cap. Pipa : 0.00874 bbls/ft
Terjadi aliran balik ( return ) sebesar 56.54 bbls-50 bbls = 6.54 bbls
Secara teori aliran balik sebesar 0.01553 bbls/ft x 476.7 ft = 7.403 bbls
Jadi selama masuk 5 stand terjadi loss 6.54 bbls – 7.403 bbls = -0.803 bbls
Sebaliknya bila aliran balik melebihi 7.403 bbls, terjadi gain.

Masuk Rangkaian dengan Float


** mud return ke Trip tank sedangkan isi string dari pit active dengan mud pump

Jenis pipa : 5” HWDP Vol awal Trip tank : 50 bbls


Jumlah : 10 stand ( 953.6 ft ) Vol Trip tank setelah masuk 10 stand : 70.7 bbls
ID : 3.0”
OD : 5”
Displ. Pipa: 0.01553 bbls/ft
Cap. Pipa : 0.00874 bbls/ft

Terjadi aliran balik (return) sebesar 70.7 bbls-50 bbls = 20.7 bbls. Karena ada float,
maka selama masuk seharusnya tak ada Lumpur masuk ke dalam pipa. Jadi secara
teori aliran balik sebesar (0.01553 + 0.00874 ) bbls/ft x 953.6 ft = 23.144 bbls Capacity
pipa 0.00874 bbls/ft x 953.6 ft = 8.334 bbls. Setelah masuk 10 stand, dilakukan isi
string (fill up string) sebesar 6.8 bbls.

Fill up string dapat dihitung dari jumlah stroke pompa selama pengisian. ( jumlah total
stroke diakhiri pada saat ada kenaikan stand pipe press (SPP) yang menandakan string
sudah penuh )
Misal: pada saat isi string jumlah total stroke 310 , SPP mulai naik, maka untuk
perhitungan 310 stroke walaupun masih di pompa terus sampai 400 stroke.
Jadi vol pengisian = 310 x cap pompa (bbls/stroke)

Perhitungan gain/loss

8.334 bbls– ( 23.114 bbls -20.7 bbls ) – 6.8 bbls = - 0.880 bbls ( terjadi loss )
( jika hasilnya + , terjadi gain )

Ket:
Selama masuk pipa seharusnya ada return 23.114 bbls, kenyataannya hanya 20.7
bbls.
Jadi ada 2.414 bbls hilang. Ternyata fill up string hanya dibutuhkan 6.8 bbls.
Seharusnya bila float bekerja sempurna fill up string 8.334 bbls. Jadi kekurangannya
sebesar 8.334-6.8 = 1.534 bbls. Jadi lumpur yang hilang 2.414 bbls tersebut 1.534
bbls mengisi string dan 0.880 bbls masuk formasi

Setelah perhitungan diatas, perhitungan selanjutnya dimulai stand ke 11, vol awal trip
tank yaitu vol trip tank saat mulai masuk stand ke 11 Perhitungan vol pipa juga dimulai
dari stand ke 11.( lihat tabel Trip monitor )
*** Sebelum dilakuka fill up string, belum dapat disimpulkan loss atau gain ***
2.5. CEMENTING MONITOR

Penyenenan ada dua jenis yaitu penyemenan casing dan penyemenan plug.
Penyemenan casing dilakukan setelah masuk casing, untuk mengikat casing dengan
dinding sumur dan mengisi annulus casing agar aman, untuk trayek pengeboran
berikutnya. Sementing plug dilakukan bila menembus zona loss yang tidak dapat
ditanggulangi dengan LCM dalam hal ini semen ditempatkan pada zona loss. Sement
plug juga dilakukan bila akan dimulai “side track” untuk bantalan saat mengarahkan
sumur ( directional drilling ). Yang perlu dimonitor saat penyemenan adalah:

• Sebelum safety meeting persiapkan perhitungan volume/stroke displace dan


perbedaan hidrostatik antara Lumpur di string dan di annulus
• Pump Stroke ( bila dengan pompa rig ) saat pemompaan displace semen, .
• Flow out dan pressure saat saat pemompaan displace semen, bila terjadi loss:
Pressure berkurang drastis, Flow out berkurang atau bahkan tak ada aliran
Lumpur, Total pit volume berkurang. ( catat pada stroke ke berapa mulai loss )
• Kontaminasi semen , be carefull dengan degasser barsihkan dari siss-sisa
semen.
• Catat bumping pressure ( tekanan bentur )

2.6. CORING MONITOR

• Siapkan coring sheet


• Samakan dengan Core engineer saat mulai coring ( depth dan time )
• Catat ROP tiap meter atau feet
• Monitor Pressure dan gas (Bila pressure turun/drop > 50 psi call coring engineer
)
• Siapkan semua peralatan core handling

2.7. BIT RECORD

Pelaporan Bit record meliputi aspek keteknikan bit ( lihat tabel -- ).

No Bit :
1/1 = 1 : trayek pertama mis 26” hole 1 : bit pertama dari trayek 26”
1/2 = 1 : trayek pertama mis 26” hole 2 : bit ke dua dari trayek 26”
1/2RR1 = rerun pertama dari bit no 1 / 2
2/1 = 2 : trayek kedua mis 17-1/2” hole 1 : bit pertama dari trayek 17-1/2”
2/2 = 2 : trayek kedua mis 17-1/2” hole 2 : bit kedua dari trayek 17-1/2”

Jika bit Re-run, Bit hours mulai dari awal tetapi total bit hours ditambah bit run
sebelumnya. No BHA urut dari no 1 merupakan BHA pertama dipakai. No BHA tidak
berubah bila susunan BHA tetap walaupun ganti bit. Beri keterangan untuk
membedakan BHA straight hole dengan BHA directional ( dari DD engineer )
2.8. BIT COST ANALYSIS
Analisa bit yang bertujuan untuk mengetahui apakah bit tersebut masih layak
digunakan secara ekonomis dalam suatu pengeboran. Hasil analisa ini merupakan
salah satu data penunjang yang penting untuk memutuskan apakah tepat saatnya ganti
bit. Analisa ini baik digunakan untuk bit jenis threecone ( rock bit ). Untuk PDC tidak
ada batasan waktu ( long live ), karena tidak mempunyai cone yang dikhawatirkan bisa
tertinggal di lobang.

B+R(T+t)
C =
M

C = Cost / m ( $/m )
B = Harga pahat ( $ )
R = Harga sewa rig per jam ( $ /jam )
T = Trip time ( est. waktu trip = 0.005 x kedalaman –m- ) ( jam )
t = Umur pahat / bit hours ( jam )
M = Kemajuan/meterage ( m )
lihat tabel --

Jika harga C ( cost/m ) mulai naik ( biasanya 3 x berturut-turut ) sudah mulai


dipertimbangkan untuk ganti bit, segera informasikan ke Co-man.

*** untuk bit ukuran 6” atau kurang, bit hours dianjurkan untuk tidak lebih dari 30 jam.
( RPM =220, WOB=5-10 klbs, sumur TBN-7 Tambun, cone tertinggal 2 buah )

2.9. BIT CONDITION

Pengukuran kondisi bit setelah digunakan bor formasi sampai kedalaman


tertentu. Pengukuran ini dapat digunakan sebagai acuan apakah bit tersebut masih
layak untuk digunakan lagi ( Rerun ) atau sudah tidak dapat digunakan lagi. Ada 8 (
delapan ) parameter penilaian terutama untuk bit PDC ( Polycrystaline Diamond
Compacts), Natural Diamond , Thermally Stable Polycrystalline (TSP), core bit dan non
roller cone bits ( IADC Drill Bits Sub-Committee 1987 and revised in 1991). Sistem lama
menggunakan 3 parameter yaitu T ( tooth ), B (Bearing) dan G (Gauge), tingkat/derajat
kerusakan dinyatakan dng nilai 1 – 8 ( ringan sampai sangat parah ), yang diterapkan
untuk bit jenis Threecone.
Delapan parameter tersebut adalah:
Cutting structure B G Remark

Inner Outer Dull Location Bearing Gauge Other Reason


Rows Rows Characteristics Seal Characteristic Pulled

Penilaian dari delapan parameter tersebut berdasarkan aturan IADC ( The Dull
Grading Syatem Chart by IADC). Lihat tabel –

2.10. LEAK OFF TEST ( LOT )

Leak off test dilakukan pada saat bit menembus formasi sedalam +/- 3-5 m,
setelah formasi diatasnya dicasing. Tujuannya untuk mengetahui kekuatan batuan di
bawah shoe terhadap tekanan ( tekanan max yang dapat ditahan oleh formasi dibawah
shoe). Hal ini berguna untuk melindungi kekuatan shoe dan mencegah terjadinya
rekahan disekitar shoe yang dapat mengakibatkan invasi gas ke zona/lapisan yang
sudah di casing . Formation Integrity Test ( FIT )/ Mud Off Test pada dasarnya sama
dengan Leak off test tetapi tidak sampai leak ( bocor ). FIT dilakukan bila sudah
diketahui Eq MW hasil LOT sumur sekitarnya yang berdekatan.

Prosedure Leak Off Test.

Pada saat bor menembus 3 m formasi setelah set casing, stop bor, sirkulasi bersih,
tutup ram BOP, pompakan Lumpur catat volume Lumpur versus Tekanan. Suatu saat
pada pemompaan volume tertentu pressure akan tetap walaupun volume ditambah,
kemudian tak lama pressure turun sedikit, pada saat itulah pemompaan dihentikan.

Eq MW = MW used + { Leak off Press / ( 0.052 x Depth TVD ft )}

Data: MW : 9.6 ppg ( 1.152 Sg )


Shoe 13-3/8” @ 3900 ft TVD
Press LOT : 440 psi

Vol (bbl) Press ( psi )


1.0 20
1.5 40
2.0 80
Vol (bbl) Press ( psi )
3.0 120 440
3.5 300 Eq. MW = ----------------- + 9.6
4.0 380 0.052 x 3900
4.5 430
5.0 440 = 11.7 ppg
5.5 440
6.0 420

Jadi selama bor formasi dari 3900 ft TVD sampai casing point berikutnya ECD tidak
melebihi 11.7 ppg.

2.11. GAS MONITOR

Dalam pengeboran dikenal beberapa istilah gas yang semuanya mempunyai arti
penting dalam segi keteknikan maupun aspek geologi. Satuan gas yang dipakai PT.
Elnusa Drilling Services adalah USUnit, Unit, ppm, dan persen

1 % gas = 100 Unit


1 % gas = 50 USUnit
1 % gas = 10.000 ppm
1 USUnit = 200 ppm

Dimana semua satuan menunjukkan satuan kwalitas gas. Artinya jika pengukuran
menunjukkan 100 % hydrocarbon, berarti gas yang terdeteksi semuanya hydrocarbon.
Tak ada gas lain.Bukan berarti tidak ada Lumpur di dalam degasser.

Gas Hydrocarbon yang dapat terdeteksi oleh Chromatograph m200 adalah Metana
(CH4), Etana (C2H6), Propana (C3H8), Butana (C4H10) tediri dari Iso Butana
(iC4H10)dan Normal Butana (nC4H10), Pentana (C5H12) terduru dari Iso Pentana
(iC5H12) dan Norman Pentana (nC5H12). Dan CO2 Carbon Dioksida.

Background Gas
Merupakan gas rata-rata yang muncul selama pengeboran menembus claystone atau
shale.

Maximum Gas
Merupakan gas terbesar diantara background gas yang muncul selama pengeboran.

Connection Gas
Gas yang muncul melebihi background gas secara significant, setelah satu kali bottom
up terhitung sejak mulai pemompaan setelah connection pipe. Besarnya connection
gas dihitung dari selisih dengan background gas ( above background gas – ABG ).
Misalnya setelah connection pompa 1 kali bottom up muncul gas 50 unit, sedangkan
background gas 6 unit. Maka connection gas = 44 unit ABG. Informasikan kepada co-
man bila background gas muncul 3 x connection dan cenderung naik atau tidak.
Munculnya connection gas menandakan tekanan hydrostatis Lumpur sudah tidak
mampu lagi menahan tekanan formasi. Tindakan preventif adalah menaikkan Sg
Lumpur .

Trip Gas
Gas yang muncul setelah satu kali bottom up terhitung sejak pemompaan saat bit
mencapai dasar setelah trip in.

Swab Gas
Gas yang muncul setelah satu kali bottom up terhitung sejak pemompaan saat bit
diangkat dari bottom

2.12. SHALE DENSITY

Pengukuran shale density diperlukan untuk mengetahui adanya zona over pressure
pada lapisan shale ( clean Shale ). Pada proses pengendapan normal ( normal
deposition ), shale akan terbentuk dnngan kompressi yang normal, fluida akan keluar
secara normal seiring dengan tekanan overburden (sesuai penambahan kedalaman).
Sedangkan pada proses pengendapan cepat / rapid deposition, fluida dalam batuan
(shale) tidak sempat keluar dan terperangkap dalam batuan yang mengakibatkan
terjadinya tekanan abnormal.
Hal tersebut ditandai dengan mengecilnya shale density seiring dengan
penambahan kedalaman.
Pengukuran shale density pada umumnya menggunakan metode Cairan dan Mud
Balance Method.
Metode Cairan lebih umum dilakukan. Yaitu dengan memasukkan Cutting shale kering
dan bersih ( berat x gr ) ke dalam cairan (vol awal V1 cc) pada gelas ukur , setelah
dimasukkan cutting shale, vol cairan terukur menjadi V2 cc. Maka

Density Shale = x / (V2-V1) gr/cc .

Mud Balance Methode (Bulk density)

Menggunakan Water Based Mud


• Pastikan Mud balance dalam kondisi baik, posisi benar-benar horizontal.
• Cuci cutting sampai bersih dari Lumpur,
• Set Mud balance pada posisi 8.33
• Masukkan cutting bersih kedalam mud balance dan tutup, hingga setimbang
dengan 8.33.
• Buka penutupnya, masukkan air/solar(oil based mud) hingga penuh, tutup
kembali dan bersihkan bag luar mud balance, timbang berapa ppg. ( Rw )
1
Sg Cutting :
2 – ( 0.12 x Rw )

Misal : Rw = 13.8 ppg

1
Sg cutting = = 2.91 gr/cc
2 – ( 0.12 x 13.8 )

Bila menggunakan Oil/Saraline Based Mud

• Timbang solar/saraline dengan menggunakan mud balance mis: W# ppg


• Kosongkan Cangkir Mud balance dan Posisi rider tetap pada W# ppg
• Tambahkan Cutting yang sudah dicentrifuse (kering), kedalam cangkir dan tutup.
Timbang sampai setara tepat W # ppg
• Tambahkan air sampai penuh, bersihkan bag luar mud balance, Timbang
Cutting + air tersebut mis seberat Rw

W W
Sg Cutting = ------------------- x -------- gr/cc
(2 x W ) – Rw 8.33

2.13. Dc-Exp

Dc-exp merupakan besaran tanpa satuan yang dihitung dari suatu formula yang
dipengaruhi oleh parameter drilling ROP, WOB, MW, Diameter lobang dan RPM. Plot
Dc-Exp salah satu parameter yang berguna untuk mengetahui adanya kenaikan
tekanan formasi saat drilling. Dc-exp diplot vesus TVD dengan menggunakan kertas
semilog, akan memberikan trend arah kekanan ( normal ) atau kekanan secara drastis
kemungkinan ada perubahan formasi atau ganti bit. Jika plot Dc-Exp mempunyai
tendensi trend ke kiri, menunjukkan ada beberapa kemungkinan yaitu: kanaikan
tekanan formasi, perubahan formasi, ganti bit / ukuran bit.

• Salah satu parameter untuk mengetahui adanya penambahan tekanan formasi


• Plot menggunakan kertas semilog versus TVD
• Kemiringan trend plot tiap lokasi/lapangan pengeboran berbeda-beda. Sehingga
overlay yang digunakan untuk tiap lapangan berbeda-beda
• Trend hasil pengeplotan ke kanan menunjukkan normal pressure
• Trend hasil pengeplotan ke kiri menunjukkan kemungkinan abnormal pressure
atau ganti bit/ukuran bit, atau perubahan formasi.
ROP
Log
60 x RPM MW normal
Dc- exp = x
12 x WOB ECD
Log
1000 x D

ROP = m/hrs
WOB= klbs
MW normal = 9 ppg
ECD = ppg
D = Diameter bit ( inch)

Dc-exp perlu dikoreksi karena adanya penyimpangan akibat perubahan ukuran bit dan
penggunaan bit PDC. Setelah melakukan beberapa set perhitungan trial and error
maka diperoleh konstanta koreksi terhadap penggunaan bit PDC dan koreksi terhadap
perubahan ukuran bit ( dari 17-1/2” menjadi 12-1/4” ). Konstanta koreksi terhadap bit
PDC sebesar 0.225. Artinya pada interval penggunaan bit PDC nilai Dc-Exp ditambah
0.225. Demikian pula untuk koreksi terhadap perubahan diameter lobang. (Rudi
Rubiandini 2002 )

Dc-Exp corr = Dc-Exp + 0.225 (koreksi terhadap bit PDC )


Dc-Exp corr = Dc-Exp + { 0.04 x ( D1 – D2 ) } (koreksi terhadap perubahan diameter
lobang)

2.14. DIRECTIONAL WELL

Hal-hal yang perlu diketahui:

• KOP
• Pengukuran incl,azimut biasanya per satu stand ( +/- 30 m ) drilling.
• Down Load data survey directional ke dalam Q-log dan GS system
• Methode perhitungan biasanya dengan “ Angle Averaging Methode”
• Mud Motor Factor ---- RPM motor
• Slide / Rotate
Angle Averaging Methode

I1 + I2 A1 + A2
North = MD x Sin ( -------------- ) x Cos ( ------------- )
2 2

I1 + I2 A1 + A2
East = MD x Sin ( -------------- ) x Sin ( --------------- )
2 2

I1 + I2
TVD = MD x Cos ( ----------- )
2

Contoh:
Data Survey
Survey Survey1 Survey 2

Depth 7482 ft 7512 ft


Incl 4 8
Azimut 10 35
TVD 7358 7387.83

North = 30 x Sin ( 6 ) x Cos ( 22.5 )


= 2.89 ft

East = 30 x Sin ( 6 ) x Sin ( 22.5 )


= 1 ft

TVD = 7358 + { 30 x Cos 6 )


= 7358 + 29.83
= 7387.83 ft

Demikian TVD juga untuk Depth 7505 ft

TVD = 7358 + (7505 – 7482 ) Cos 6


= 7353 + ( 23 x 0.994 )
= 7375.86 ft
Mud Motor Factor

RPM pada Bit yang digerakkan oleh Mud Motor. Mud Motor memutar bit dengan tenaga
pemompaan Lumpur dengan flow rate ( gpm ) tertentu.
Data mud motor :

GPM min : 265 GPMmax : 600


RPMmin: 90 RPMmax : 220

GPM – GPM min


RPM = RPM min + [ ( RPMmax – RPMmin ) x ( ------------------------------ ) ]
GPM max - GPM min

Berapa RPM motor jika drilling menggunakan Flow rate 450 gpm

450 - 265
RPM = 90 + [ 130 x ---------------- ]
600 – 265

= 90 + ( 130 x 0.55 )

= 161.5

WOB Available in Directional well

WOB = W x Cos I

WOB : Weight on bit (lbs)


W : Total weight of collar (lbs)
I : Inclination

Misal : Weiht of collar : 45,000 lbs


Inclination : 25 deg

WOB = 45,000 x cos 25


= 45,000 x 0.9063
= 40,784 lbs

2.15 CALCIMETRY

Alat untuk mengukur presentase CaCO3 dan Dolomite yang terkandung dalam
Batugamping. Prinsip kerja dengan memanfaatkan tekanan gas CO2 hasil reaksi
CaCO3 dengan HCl ( pada umumnya dengan HCl 10%) untuk menggerakkan jarum
hingga terbentuk plot garis yang sesuai dengan tekanan gas CO2
CaCO3 + 2HCl CaCl2 + H2O + CO2

Alat ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sudah mendekati lapisan
Batugamping atau sudah menembus lapisan batugamping . Pada umumnya jika
mendekati lapisan batugamping prosentase CaCO3 (Calcite) akan naik

Kalibrasi Calcimetri

• Timbang CaCO3 murni (100%) seberat mis 10 gr


• Masukkan dalam tabung Calcimetri
• Tuangkan HCl pada level tertentu ke mangkuk kecil ( beri tanda garis )
• Masukkan mangkuk kecil tersebut ke dalam tabung berisi CaCO3 murni dengan
hati-hati agar tidak tercampur antara HCl dan CaCO3.
• Tutup tabung dengan rapat dan kencangkan (tutup) saluran pembuangan, sehingga
tabung dalam keadaan kedap.
• On kan Calcimetri dengan power 110 / 220 V ( biasanya 110 V)
• Kocok Tabung hingga HCl dan CaCO3 bercampur merata Akan tarbaca garis grafik
yang mendatar kemudian vertical tajam.
• Catat berapa kolom yang mewakili pembacaan garis grafik mendatar sampai batas
mulai vertical. Kolom tersebut mewakili CaCO3 100 %.
• Dengan Langkah yang sama lakukan pada sample cutting yang sudah dikeringkan

Ingat !! berat sample harus sama seperti saat kalibrasi ( mis 10 gr ), juga HCl harus
pada level yang sama di mangkuk pada saat kalibrasi.
Misal :
Saat Kalibrasi dengan CaCO3 100% terbaca 10 kolom.
Dengan langkah yang sama dilakukan terhadap sample batugamping
Garis grafik terbaca 7.5 kolom, kemudian garis mulai berbelok/menyudut ke bawah,
dan setelah 2 kolom , garis mulai vertical.
Kesimpulan : Batugamping mengandung (7.5/10 ) x 100 % = 75 % Calcite (CaCO3)
dan ( 2/10 ) x 100 % = 20 % Dolomite

Sample Batugamping 10 gr HCl 10%

Batugamping 10 gr & HCl 10%


Masukkan dalam tabung jangan
tercampur

Tutup Tabung dengan rapat


Kocok hingga HCl dan Sample
Tercampur merata
2.16. WIRE LINE LOGGING

Perekaman dan pengukuran sifat petrofisika lapisan batuan dengan memasukkan ‘tool’
kedalam lobang bor. Tiap tool merekam dan mengukur sifat petrofisika tertentu dari
batuan. Adapun petrofisika yang direkam dan diukur adalah sifat listrik, sufat radioaktif,
sifat rambat gelombang batuan.

Adapun yang perlu diamati mud logger selama kegiatan Wire Line Logging adalah :
• Pengamatan Trip tank volume ( selama logging biasanya dilakukan sirkulasi trip
tank) sehingga jika ada kick atau loss segera terdeteksi
• Catat waktu mulai R/U wire line logging
• Catat waktu mulai Log down , Log Up , L/D tool dan R/D
• Interval Logging ( beri keterangan bila cased hole logging)
• Jenis dan nomor urut Logging
• Bottom hole temperature
• Catat kedalaman bila ada trouble tool/ gagal running
• Depth logger
JENIS-JENIS WIRE LINE TOOL

RESISTIVITY LOGGING SCHLUM ATLAS


INDUCTION ISF IEL
DUAL LATEROLOG DLL DLL
SPONTANEOUS POTENTIAL SP SP
PHAROR INDUCTION PI PI
MICROSPHERICAL FOCUS MSFL MLL
PROXIMITY LOG PL PML
STRAT HIGHT RESOLUTION- SHDT HIGH RESOLUTION DIPLOG
DIPMETER TOOL
FORMATION MICRO SCANER FMS CBIL
OIL BASED DIPMETER OBDT OIL-BASED DIPLOG

RADIOACTIVE LOGGING SCHLUM ATLAS


GAMMA RAY GR GR
GAMMA RAY SPECTROMETRI NGT SPECTRALOG
COMPENSATED DENSITY / FDC/LDL CDL / ZDL
LITHO DENSITY LOG
COMPENSATED NEUTRON LOG CNL CN
GRAVEL PACK LOG TGP PHOTON
FRACTUR HIGH DETECTION FSG PRISM

ACUSTIC / SONIC LOG SCHLUM ATLAS


SONIC LOG/ BORE HOLE COMPENSATED BHC BHC ACUSTIC LOG /DACT
BORE HOLE IMAGINE FMS CBIL
CALIPER CAL CAL
VERTICAL SEISMIC PORFILE VSP VSP
FORMATION MICRO IMAGINE FMI FMS
DIPOLE SHEAR IMAGINE DSI

AUXILIARY SERVICES SCHLUM ATLAS


REPEATABLE FORM TESTER RFT /MDT FMT
SIDE WALL CORE SAMPLER CST SWC
DIRECTIONAL SURVEY CDR DIR

DUAL COMBO : DLL-MSFL-SP-GR-LDL-CNL-CAL


TRIPLE COMBO : DUAL COMBO + BHC SONIC
PLATFORM EXPRESS : HLLD-MCFL-LDL-CNL-GR-CAL

Anda mungkin juga menyukai