MUDLOG03
MUDLOG03
RUDY SETIAWAN
Pengamatan dan pencatatan semua parameter drilling baik saat drilling ataupun
reaming, tiap 5 menit atau jika terjadi perubahan parameter. Hal ini untuk mengetahui
lebih cepat bila terjadi perubahan parameter atau memudahkan pencarian data bila
sewaktu-waktu terjadi pertanyaan. Adapun parameter yang perlu dicatat/diamati (
waktu (jam,mnt), depth, RPM, WOB, ROP, Flow rate (gpm), SPP, Torque, hook load,
gas, total pit volume, G/L ) pencatatan dalam bentuk tabulasi.
Dilakukan bila kondisi sumur sedang loss atau kick. Pencatatan dilakukan tiap 2
mnt ( bila rate loss/gain besar) , tiap 5 mnt ( rate loss/gain tak terlalu besar ). Adapun
parameter yang perlu dicatat adalah waktu ( jam, mnt), depth, SPM, flow rate (gpm),
Total pit volume, Pit 1, Pit 2, Pit 3 dst, Loss/gain (bbls), rate gain/loss (bpm), total
gain/loss ( bbls ). Catat bila dilakukan pengamatan loss/gain stastis ( bpm). Percatatan
dalam bentuk tabulasi.
• Drilling pada zona Loss/Kick
• Selalu cek sensor pit dalam kondisi dan posisi bagus.
• Siapkan Gain/Loss sheet
• Pengamatan tiap 2 menit atau 5 menit ( normal)
• Selalu cross cek dengan mud engineer bila ada transfer/mixing
• Cocokkan selalu bila ada perubahan mud weight in/out.
• Lakukan observed well --- loss/gain statis
• Parameter : Depth, Time, Flow rate, Pit1-Pit2---P5, Total Pit, Trip Tank,
Loss/Gain, Rate Loss/gain, Total Loss/Gain
Dilakukan baik saat kondisi sumur di tutup ( shut in ) ataupun saat drilling ( Bor
formasi). Shut In well dilakukan dikarenakan terjadi kick/gain. Pencatatan dilakukan tiap
5 – 10 menit. Parameter yang perlu di catat waktu ( tgl,jam, mnt ), Casing pressure (
Shut In Casing Pressure - SICP -) dan Stand pipe pressure ( Shut In Drill Pipe Pressure
– SIDP-). Monitoring Pressure saat bor formasi
PRESSURE BERTAMBAH FLOW RATE TETAP
• Nozzel Plug
• Pack off / Cutting terakumulasi di annulus
• Surface Line
Dilakukan pada kondisi cabut atau masuk rangkaian pipa/casing ( trip out/in ).
Hal ini untuk mengamati tarjadi loss/gain atau statis selama cabut/masuk rangk, juga
untuk mengetahui lebih dini adanya efek swab dan surge press. Untuk mencegah
terjadinya efek swab saat cabut, sebaiknya bila posisi bit masih di open hole,
kecepatan cabut tidak lebih dari 10 m/mnt ( jika viscosity Lumpur besar /Lumpur kental,
kec cabut tidak lebih dari 7 m/mnt ). Bila dirasa perlu/kondisi kritis, usulkan untuk cek
flow tiap cabut 3 – 5 stand. Parameter yang perlu diamati/dicatat yaitu Stand ke
berapa, jumlah stand cabut/masuk, Trip tank volume/pit volume, perhitungan teoritis
displacement pipa, actual penambahan/pengurangan Trip tank/pit volume, perhitungan
loss/gain.
Bila terjadi loss tiap cabut 5 stand selalu relative sama dan kecil 0.2 – 0.5 bbls,
kemungkinan hanya selisih kalibrasi sensor dengan actual volume pit. Cek apakah
terjadi tumpah-tumpah Lumpur selama cabut, yang mengakibatkan terjadi loss
permukaan ( surface loss). Jika selama cabut ( -/+ 3 – 5 stand) terjadi penambahan
atau statis volume Lumpur di trip tank, cek apa ada transfer, bila tidak, lakukan segera
flow check bila ada aliran, berarti ada swab efek. Segera masuk kembali dan lakukan
sirkulasi hingga normal kembali ( tak ada aliran ), tiap pengambilan kesimpulan selalu
koordinasikan dengan Rig supt./Co-man.
• Siapkan trip sheet dan jika Masuk pipa (RIH) pastikan pakai float atau tidak.
• Perhatikan Hook Load untuk mengetahui adanya Tight/Fill ( saat RIH) atau Over
pull ( saat POOH )
• Jika ada gejala gain/kick segera lakukan flow check/observed well.
• Jika masuk rangkaian, pastikan depth sama dengan pipe telly terutama saat
BHA terakhir masuk atau mulai DP pertama masuk.
• Fill Up string tiap 10 – 15 stand.
• Perhatikan dan ingatkan bila perlu jika Trip Tank kosong segera diisi atau jika
sudah penuh segera di transfer.
Contoh perhitungan :
Terjadi pengisian lobang sebesar 50 bbls – 46.3 bbls = 3.7 bbls ( selama cabut 5 stand
)
Secara teori pengisian lobang sebesar 0.00652 bbls/ft x 472.5 ft = 3.08 bbls
Jadi selama cabut 5 stand terjadi loss 3.08 bbls – 3.7 bbls = - 0.62 bbls.
Sebaliknya bila pengisian lobang kurang dari 0.308 bbls atau steady, kemungkinan
terjadi gain, jika dibiarkan akan terjadi kick ( Sumur MBU-09).
Terjadi aliran balik (return) sebesar 70.7 bbls-50 bbls = 20.7 bbls. Karena ada float,
maka selama masuk seharusnya tak ada Lumpur masuk ke dalam pipa. Jadi secara
teori aliran balik sebesar (0.01553 + 0.00874 ) bbls/ft x 953.6 ft = 23.144 bbls Capacity
pipa 0.00874 bbls/ft x 953.6 ft = 8.334 bbls. Setelah masuk 10 stand, dilakukan isi
string (fill up string) sebesar 6.8 bbls.
Fill up string dapat dihitung dari jumlah stroke pompa selama pengisian. ( jumlah total
stroke diakhiri pada saat ada kenaikan stand pipe press (SPP) yang menandakan string
sudah penuh )
Misal: pada saat isi string jumlah total stroke 310 , SPP mulai naik, maka untuk
perhitungan 310 stroke walaupun masih di pompa terus sampai 400 stroke.
Jadi vol pengisian = 310 x cap pompa (bbls/stroke)
Perhitungan gain/loss
8.334 bbls– ( 23.114 bbls -20.7 bbls ) – 6.8 bbls = - 0.880 bbls ( terjadi loss )
( jika hasilnya + , terjadi gain )
Ket:
Selama masuk pipa seharusnya ada return 23.114 bbls, kenyataannya hanya 20.7
bbls.
Jadi ada 2.414 bbls hilang. Ternyata fill up string hanya dibutuhkan 6.8 bbls.
Seharusnya bila float bekerja sempurna fill up string 8.334 bbls. Jadi kekurangannya
sebesar 8.334-6.8 = 1.534 bbls. Jadi lumpur yang hilang 2.414 bbls tersebut 1.534
bbls mengisi string dan 0.880 bbls masuk formasi
Setelah perhitungan diatas, perhitungan selanjutnya dimulai stand ke 11, vol awal trip
tank yaitu vol trip tank saat mulai masuk stand ke 11 Perhitungan vol pipa juga dimulai
dari stand ke 11.( lihat tabel Trip monitor )
*** Sebelum dilakuka fill up string, belum dapat disimpulkan loss atau gain ***
2.5. CEMENTING MONITOR
Penyenenan ada dua jenis yaitu penyemenan casing dan penyemenan plug.
Penyemenan casing dilakukan setelah masuk casing, untuk mengikat casing dengan
dinding sumur dan mengisi annulus casing agar aman, untuk trayek pengeboran
berikutnya. Sementing plug dilakukan bila menembus zona loss yang tidak dapat
ditanggulangi dengan LCM dalam hal ini semen ditempatkan pada zona loss. Sement
plug juga dilakukan bila akan dimulai “side track” untuk bantalan saat mengarahkan
sumur ( directional drilling ). Yang perlu dimonitor saat penyemenan adalah:
No Bit :
1/1 = 1 : trayek pertama mis 26” hole 1 : bit pertama dari trayek 26”
1/2 = 1 : trayek pertama mis 26” hole 2 : bit ke dua dari trayek 26”
1/2RR1 = rerun pertama dari bit no 1 / 2
2/1 = 2 : trayek kedua mis 17-1/2” hole 1 : bit pertama dari trayek 17-1/2”
2/2 = 2 : trayek kedua mis 17-1/2” hole 2 : bit kedua dari trayek 17-1/2”
Jika bit Re-run, Bit hours mulai dari awal tetapi total bit hours ditambah bit run
sebelumnya. No BHA urut dari no 1 merupakan BHA pertama dipakai. No BHA tidak
berubah bila susunan BHA tetap walaupun ganti bit. Beri keterangan untuk
membedakan BHA straight hole dengan BHA directional ( dari DD engineer )
2.8. BIT COST ANALYSIS
Analisa bit yang bertujuan untuk mengetahui apakah bit tersebut masih layak
digunakan secara ekonomis dalam suatu pengeboran. Hasil analisa ini merupakan
salah satu data penunjang yang penting untuk memutuskan apakah tepat saatnya ganti
bit. Analisa ini baik digunakan untuk bit jenis threecone ( rock bit ). Untuk PDC tidak
ada batasan waktu ( long live ), karena tidak mempunyai cone yang dikhawatirkan bisa
tertinggal di lobang.
B+R(T+t)
C =
M
C = Cost / m ( $/m )
B = Harga pahat ( $ )
R = Harga sewa rig per jam ( $ /jam )
T = Trip time ( est. waktu trip = 0.005 x kedalaman –m- ) ( jam )
t = Umur pahat / bit hours ( jam )
M = Kemajuan/meterage ( m )
lihat tabel --
*** untuk bit ukuran 6” atau kurang, bit hours dianjurkan untuk tidak lebih dari 30 jam.
( RPM =220, WOB=5-10 klbs, sumur TBN-7 Tambun, cone tertinggal 2 buah )
Penilaian dari delapan parameter tersebut berdasarkan aturan IADC ( The Dull
Grading Syatem Chart by IADC). Lihat tabel –
Leak off test dilakukan pada saat bit menembus formasi sedalam +/- 3-5 m,
setelah formasi diatasnya dicasing. Tujuannya untuk mengetahui kekuatan batuan di
bawah shoe terhadap tekanan ( tekanan max yang dapat ditahan oleh formasi dibawah
shoe). Hal ini berguna untuk melindungi kekuatan shoe dan mencegah terjadinya
rekahan disekitar shoe yang dapat mengakibatkan invasi gas ke zona/lapisan yang
sudah di casing . Formation Integrity Test ( FIT )/ Mud Off Test pada dasarnya sama
dengan Leak off test tetapi tidak sampai leak ( bocor ). FIT dilakukan bila sudah
diketahui Eq MW hasil LOT sumur sekitarnya yang berdekatan.
Pada saat bor menembus 3 m formasi setelah set casing, stop bor, sirkulasi bersih,
tutup ram BOP, pompakan Lumpur catat volume Lumpur versus Tekanan. Suatu saat
pada pemompaan volume tertentu pressure akan tetap walaupun volume ditambah,
kemudian tak lama pressure turun sedikit, pada saat itulah pemompaan dihentikan.
Jadi selama bor formasi dari 3900 ft TVD sampai casing point berikutnya ECD tidak
melebihi 11.7 ppg.
Dalam pengeboran dikenal beberapa istilah gas yang semuanya mempunyai arti
penting dalam segi keteknikan maupun aspek geologi. Satuan gas yang dipakai PT.
Elnusa Drilling Services adalah USUnit, Unit, ppm, dan persen
Dimana semua satuan menunjukkan satuan kwalitas gas. Artinya jika pengukuran
menunjukkan 100 % hydrocarbon, berarti gas yang terdeteksi semuanya hydrocarbon.
Tak ada gas lain.Bukan berarti tidak ada Lumpur di dalam degasser.
Gas Hydrocarbon yang dapat terdeteksi oleh Chromatograph m200 adalah Metana
(CH4), Etana (C2H6), Propana (C3H8), Butana (C4H10) tediri dari Iso Butana
(iC4H10)dan Normal Butana (nC4H10), Pentana (C5H12) terduru dari Iso Pentana
(iC5H12) dan Norman Pentana (nC5H12). Dan CO2 Carbon Dioksida.
Background Gas
Merupakan gas rata-rata yang muncul selama pengeboran menembus claystone atau
shale.
Maximum Gas
Merupakan gas terbesar diantara background gas yang muncul selama pengeboran.
Connection Gas
Gas yang muncul melebihi background gas secara significant, setelah satu kali bottom
up terhitung sejak mulai pemompaan setelah connection pipe. Besarnya connection
gas dihitung dari selisih dengan background gas ( above background gas – ABG ).
Misalnya setelah connection pompa 1 kali bottom up muncul gas 50 unit, sedangkan
background gas 6 unit. Maka connection gas = 44 unit ABG. Informasikan kepada co-
man bila background gas muncul 3 x connection dan cenderung naik atau tidak.
Munculnya connection gas menandakan tekanan hydrostatis Lumpur sudah tidak
mampu lagi menahan tekanan formasi. Tindakan preventif adalah menaikkan Sg
Lumpur .
Trip Gas
Gas yang muncul setelah satu kali bottom up terhitung sejak pemompaan saat bit
mencapai dasar setelah trip in.
Swab Gas
Gas yang muncul setelah satu kali bottom up terhitung sejak pemompaan saat bit
diangkat dari bottom
Pengukuran shale density diperlukan untuk mengetahui adanya zona over pressure
pada lapisan shale ( clean Shale ). Pada proses pengendapan normal ( normal
deposition ), shale akan terbentuk dnngan kompressi yang normal, fluida akan keluar
secara normal seiring dengan tekanan overburden (sesuai penambahan kedalaman).
Sedangkan pada proses pengendapan cepat / rapid deposition, fluida dalam batuan
(shale) tidak sempat keluar dan terperangkap dalam batuan yang mengakibatkan
terjadinya tekanan abnormal.
Hal tersebut ditandai dengan mengecilnya shale density seiring dengan
penambahan kedalaman.
Pengukuran shale density pada umumnya menggunakan metode Cairan dan Mud
Balance Method.
Metode Cairan lebih umum dilakukan. Yaitu dengan memasukkan Cutting shale kering
dan bersih ( berat x gr ) ke dalam cairan (vol awal V1 cc) pada gelas ukur , setelah
dimasukkan cutting shale, vol cairan terukur menjadi V2 cc. Maka
1
Sg cutting = = 2.91 gr/cc
2 – ( 0.12 x 13.8 )
W W
Sg Cutting = ------------------- x -------- gr/cc
(2 x W ) – Rw 8.33
2.13. Dc-Exp
Dc-exp merupakan besaran tanpa satuan yang dihitung dari suatu formula yang
dipengaruhi oleh parameter drilling ROP, WOB, MW, Diameter lobang dan RPM. Plot
Dc-Exp salah satu parameter yang berguna untuk mengetahui adanya kenaikan
tekanan formasi saat drilling. Dc-exp diplot vesus TVD dengan menggunakan kertas
semilog, akan memberikan trend arah kekanan ( normal ) atau kekanan secara drastis
kemungkinan ada perubahan formasi atau ganti bit. Jika plot Dc-Exp mempunyai
tendensi trend ke kiri, menunjukkan ada beberapa kemungkinan yaitu: kanaikan
tekanan formasi, perubahan formasi, ganti bit / ukuran bit.
ROP = m/hrs
WOB= klbs
MW normal = 9 ppg
ECD = ppg
D = Diameter bit ( inch)
Dc-exp perlu dikoreksi karena adanya penyimpangan akibat perubahan ukuran bit dan
penggunaan bit PDC. Setelah melakukan beberapa set perhitungan trial and error
maka diperoleh konstanta koreksi terhadap penggunaan bit PDC dan koreksi terhadap
perubahan ukuran bit ( dari 17-1/2” menjadi 12-1/4” ). Konstanta koreksi terhadap bit
PDC sebesar 0.225. Artinya pada interval penggunaan bit PDC nilai Dc-Exp ditambah
0.225. Demikian pula untuk koreksi terhadap perubahan diameter lobang. (Rudi
Rubiandini 2002 )
• KOP
• Pengukuran incl,azimut biasanya per satu stand ( +/- 30 m ) drilling.
• Down Load data survey directional ke dalam Q-log dan GS system
• Methode perhitungan biasanya dengan “ Angle Averaging Methode”
• Mud Motor Factor ---- RPM motor
• Slide / Rotate
Angle Averaging Methode
I1 + I2 A1 + A2
North = MD x Sin ( -------------- ) x Cos ( ------------- )
2 2
I1 + I2 A1 + A2
East = MD x Sin ( -------------- ) x Sin ( --------------- )
2 2
I1 + I2
TVD = MD x Cos ( ----------- )
2
Contoh:
Data Survey
Survey Survey1 Survey 2
RPM pada Bit yang digerakkan oleh Mud Motor. Mud Motor memutar bit dengan tenaga
pemompaan Lumpur dengan flow rate ( gpm ) tertentu.
Data mud motor :
Berapa RPM motor jika drilling menggunakan Flow rate 450 gpm
450 - 265
RPM = 90 + [ 130 x ---------------- ]
600 – 265
= 90 + ( 130 x 0.55 )
= 161.5
WOB = W x Cos I
2.15 CALCIMETRY
Alat untuk mengukur presentase CaCO3 dan Dolomite yang terkandung dalam
Batugamping. Prinsip kerja dengan memanfaatkan tekanan gas CO2 hasil reaksi
CaCO3 dengan HCl ( pada umumnya dengan HCl 10%) untuk menggerakkan jarum
hingga terbentuk plot garis yang sesuai dengan tekanan gas CO2
CaCO3 + 2HCl CaCl2 + H2O + CO2
Alat ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sudah mendekati lapisan
Batugamping atau sudah menembus lapisan batugamping . Pada umumnya jika
mendekati lapisan batugamping prosentase CaCO3 (Calcite) akan naik
Kalibrasi Calcimetri
Ingat !! berat sample harus sama seperti saat kalibrasi ( mis 10 gr ), juga HCl harus
pada level yang sama di mangkuk pada saat kalibrasi.
Misal :
Saat Kalibrasi dengan CaCO3 100% terbaca 10 kolom.
Dengan langkah yang sama dilakukan terhadap sample batugamping
Garis grafik terbaca 7.5 kolom, kemudian garis mulai berbelok/menyudut ke bawah,
dan setelah 2 kolom , garis mulai vertical.
Kesimpulan : Batugamping mengandung (7.5/10 ) x 100 % = 75 % Calcite (CaCO3)
dan ( 2/10 ) x 100 % = 20 % Dolomite
Perekaman dan pengukuran sifat petrofisika lapisan batuan dengan memasukkan ‘tool’
kedalam lobang bor. Tiap tool merekam dan mengukur sifat petrofisika tertentu dari
batuan. Adapun petrofisika yang direkam dan diukur adalah sifat listrik, sufat radioaktif,
sifat rambat gelombang batuan.
Adapun yang perlu diamati mud logger selama kegiatan Wire Line Logging adalah :
• Pengamatan Trip tank volume ( selama logging biasanya dilakukan sirkulasi trip
tank) sehingga jika ada kick atau loss segera terdeteksi
• Catat waktu mulai R/U wire line logging
• Catat waktu mulai Log down , Log Up , L/D tool dan R/D
• Interval Logging ( beri keterangan bila cased hole logging)
• Jenis dan nomor urut Logging
• Bottom hole temperature
• Catat kedalaman bila ada trouble tool/ gagal running
• Depth logger
JENIS-JENIS WIRE LINE TOOL