Anda di halaman 1dari 2

Metode Payback Period Dalam Evaluasi Proyek Investasi

Jumat, 23 Juli 2010 16:35 WIB

(Vibiznews – Economy) - Banyak metode yang digunakan untuk mengevaluasi proyek investasi,
apakah layak untuk dilanjutkan atau tidak? Metode tersebut antara lain Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI) dan Payback Period. Metode yang
paling banyak digunakan adalah metode payback period. Mengapa? karena metode ini mudah
digunakan dan cara perhitungannya yang simpel dalam mengevaluasi kelayakan suatu proyek
investasi.

Definisi Payback Period


Apa itu payback period? Secara definisi, payback period dapat diartikan dengan lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi atau menurut Arifin dan Fauzi (1999:12)
payback period adalah suatu metode dalam penentuan jangka waktu yang dibutuhkan dalam
menutupi initial investment dari suatu proyek dengan menggunakan cash inflow yang dihasilkan
dari proyek tersebut. Semakin pendek payback period dari periode yang disyaratkan perusahaan
maka proyek investasi tersebut dapat diterima.

Contoh Perhitungan Payback Period


Dari definisi tersebut, maka payback period dapat dicari dengan dua cara:
1. Apabila cash flow dari proyek investasi sama setiap tahun

Contoh:
Ketika ada usulan proyek investasi dengan dana Rp. 300 juta (initial investment) dan ditargetkan
penerimaan dana investasi setiap tahunnya Rp. 60 juta (cash flow) serta ada syarat periode
pengembalian investasi 4 tahun, berapa payback periodnya? Payback periodnya adalah 300 juta
dibagi 60 juta dikali satu tahun sama dengan 5 tahun. Ternyata payback period melebihi periode
yang disyaratkan maka usulan proyek investasi ini ditolak.

2. Apabila cash flow dari proyek investasi berbeda setiap tahun

dimana:
n = tahun terakhir dimana cash flow masih belum bisa menutupi initial investment
a = jumlah initial investment
b= jumlah cumulative cash flow pada tahun ke-n
c = jumlah cumulative cash flow pada tahun ke- n +1

Lebih jelasnya dengan contoh berikut:


Ketika ada usulan proyek investasi dengan dana Rp. 500 juta (initial investment) dan ditargetkan
penerimaan dana investasi (cash flow) berbeda setiap tahun. Katakanlah tahun ke-1 cash flownya
Rp. 250 juta, tahun ke-2 Rp. 200 juta, tahun ke-3 Rp. 150 juta, tahun ke-4 Rp. 100 juta. Syarat
periode pengembalian investasi 4 tahun, berapakah payback periodnya?

Dari tabel tersebut, investasi Rp. 600 juta terletak di cumulative cash flow ke-3.
Payback periodnya
= 2 + Rp. 500 juta – Rp. 450 juta / Rp.600 juta – Rp. 450 juta x 1 tahun
= 2,33 tahun atau 2 tahun 4 bulan

Payback periodnya kurang dari syarat periode pengembalian perusahaan sehingga usulan proyek
investasinya diterima.

Keunggulan dan Kelemahan Payback Period


Dengan perhitungan yang mudah, dan sederhana kita bisa menentukan lamanya waktu
pengembalian dana investasi dengan metode payback period. Hal ini menjadi salah satu
kelebihan dari metode tersebut.

Selain itu kelebihan metode payback period ini adalah bisa digunakan sebagai alat pertimbangan
resiko karena semakin pendek payback periodnya maka semakin pendek pula resiko kerugiannya,
serta dapat pula digunakan untuk membandingkan dua proyek yang memiliki resiko dan rate of
return yang sama dengan cara melihat jangka waktu pengembalian investasi (payback period)
apabila payback periodnya lebih pendek itu yang dipilih.

Disisi lain, terdapat pula kelemahan dari metode ini yaitu tidak memperhitungkan time value of
money (nilai waktu akan uang), dan tidak mempedulikan cash flow yang diperoleh setelah
payback period, serta tidak memperhatikan pula keuntungan yang diperoleh setelah payback
period.

Dapat disimpulkan bahwa metode payback period memang metode yang


sederhana dan mudah digunakan dalam mengevaluasi proyek investasi, namun perlu
diperhatikan pula kekurangan dari metode ini sehingga disinilah peran kita dalam memilih
berbagai metode kelayakan investasi yang sesuai dengan kebutuhan kita dengan segala kelebihan
dan kekurangannya.

(Febri Wulansari/FW/vbn)

Anda mungkin juga menyukai