Anda di halaman 1dari 30

SULWAHIDIN

METODE ANALISIS
KUANTITATIF PERENCANAAN

UNTUK PERENCANAAN WILAYAH, TATA RUANG DAN


LINGKUNGAN
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan penyusunan buku “Metode analisis
Kuantitatif Perencanaan” ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT
atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat
fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan penyusunan buku ini sebagai tugas
syarat untuk mengikuti ujian akhir dari mata kuliah
Metode Analisis Kuantitatif Perencanaan.
Penulis tentu menyadari bahwa buku ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk buku ini, supaya buku ini nantinya dapat menjadi
buku yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
i
banyak kesalahan pada buku ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak khususnya kepada dosen kami yang telah
membimbing dalam penulisan buku ini.
Demikian, semoga buku ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.
Gowa, Juni 2021

Sulwahidin
(60800117025)

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................... i
Daftar Isi ............................................................... iii
A. Metode Proyeksi Penduduk
1. Kepadatan penduduk kasar ........................ 1
2. Rasio Jenis Kelamin ................................... 1
3. Population Growth ..................................... 2
4. Metode bunga berganda ............................. 2
5. Metode Ekstrapolasi .................................. 4
6. Metode regresi linear ................................. 5
B. Analisis Kuantitatif Perencanaan Wilayah
1. Analisis Location Quotient ......................... 7
2. Analisis Shiftshare ...................................... 10
3. Analisis SWOT ........................................... 11
4. Analisis Skalogram ..................................... 14
5. Analisis Gravitasi ........................................ 18
6. Analisis Hierarchy Process ......................... 19
7. Analisis indeks kesenjangan wilayah .......... 21
C. Perhitungan Indeks Kualitas Hidup
1. Angka Kematian Bayi (IMR) ...................... 26
2. Angka Harapan Hidup ................................. 26
3. Angka Melek Huruf .................................... 26

iii
A. Metode Analisis Jumlah Penduduk (Proyeksi)
Presentase rata-rata laju pertumbuhan penduduk
adalah prioritas pertambahan penduduk rata-rata tiap
tahun. Pertumbuhan penduduk wilayah perencanaan
dihasilkan oleh berubahnya jumlah secara alamiah yaitu
kelahiran dan kematian serta perubahan jumlah penduduk
akibaht migrasi (Penduduk dating dan pergi).
1. Kepadatan Penduduk Kasar
Angka kepadatan ini biasanya disebut pula sebagai
Kepadatan Penduduk Matriks, merupakan rasio antara
jumlah penduduk per satuan wilayah.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑇 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑛𝑖
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝐴𝑔𝑟𝑎𝑟𝑖𝑠 =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑖𝑎𝑛
Contoh :
Sebuah kota dengan luas 48,90 Km2 dengan jumlah penduduk
sebanyak 30.474 jiwa. Hitung kepadatan penduduk di kota
tersebut.
30.474
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 = = 624 𝐽𝑖𝑤𝑎/𝐾𝑚2
48,90
2. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑘𝑖 − 𝑙𝑎𝑘𝑖
𝑆𝑒𝑥 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = × 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛

1
Contoh :
Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 14.899 jiwa
dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 15.585.
hitung sex rationya
𝟏𝟒. 𝟖𝟖𝟗
𝑺𝒆𝒙 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = × 𝟏𝟎𝟎 = 𝟗𝟔
𝟏𝟓. 𝟓𝟖𝟓
3. Population Growth (Perkiraan Laju
Pertumbuhan Penduduk)
𝑷𝒕 = 𝑷𝟎 + {𝑩 − 𝑫} + {𝑴𝒊 − 𝑴𝒐 }
Keterangan ;
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t
Po = Jumlah penduduk tahun dasar
B = Jumlah Kelahiran
D = Jumlah Kematian
Mi = Jumlah migrasi masuk
Mo = Jumlah Migrasi keluar
4. Metode Bunga Berganda
Dalam metode ini diperkirakan jumlah didasarkan
atas adanya tingkat pertambahan penduduk pada tahun
sebelumnya yang relatif berganda dengan sendirinya.
Perhitungan proyeksi penduduk menurut metode
Bunga berganda dengan rumus sebagai berikut :
𝑷𝒕 = 𝑷𝟎 ( 𝟏 + 𝒓 ) 𝒏

2
Keterangan :
𝑃𝑡 = Jumlah Penduduk pada tahun t
𝑃0 = Jumlah penduduk pada tahun dasar
𝑟 = Laju Pertumbuhan Penduduk
𝑛 = Selang Waktu
Dimana laju pertumbuhan penduduk (r)
didapatkan dengan rumus :

𝟏⁄
𝑷𝒕 𝒏
𝒓 = ( ) −𝟏
𝑷𝟎

Contoh :
Tahun Jumlah Penduduk
(Jiwa)
2013 29.525
2014 29.723
2015 29.933
2016 30.300
2017 30.474
Laju pertumbuhan (r)
𝟏⁄
𝑷𝒕 𝒏
𝒓 = ( ) −𝟏
𝑷𝟎
𝟏⁄
𝑷𝟐𝟎𝟏𝟕 𝒏
𝒓 = ( ) −𝟏
𝑷𝟐𝟎𝟏𝟑

3
𝟏⁄
𝟑𝟎. 𝟒𝟕𝟒 𝟒
𝒓 = ( ) −𝟏
𝟐𝟗. 𝟓𝟐𝟓
𝒓 = 𝟏, 𝟎𝟎𝟖 − 𝟏
𝒓 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟖

Proyeksi Penduduk 5 tahun yang akan datang


𝑷 𝒕 = 𝑷𝟎 ( 𝟏 + 𝒓 ) 𝒏
𝑷𝟐𝟎𝟐𝟐 = 𝑷𝟐𝟎𝟏𝟕 ( 𝟏 + 𝒓)𝒏
𝑷𝟐𝟎𝟐𝟐 = 𝟑𝟎. 𝟒𝟕𝟒 ( 𝟏 + 𝟎, 𝟎𝟎𝟖)𝟓
𝑷𝟐𝟎𝟐𝟐 = 𝟑𝟎. 𝟒𝟕𝟒 ( 𝟏, 𝟎𝟎𝟖)𝟓
𝑷𝟐𝟎𝟐𝟐 = 𝟑𝟎. 𝟒𝟕𝟒 (𝟏, 𝟎𝟒𝟏)
𝑷𝟐𝟎𝟐𝟐 = 𝟑𝟏. 𝟕𝟐𝟑
5. Metode Fkstrapolasi
Asumsi dalam metode ini adalah kecenderungan
dalam laju pertumbuhan penduduk dianggap tetap atau
dengan kata lain hubungan masa lampau digunakan
untuk memperkirakan perkembangan yang akan
datang.
Rumus ekstrapolasi adalah sebagai berikut:
𝑷𝒕+ 𝜽 = 𝑷𝒕 + 𝒃 (𝜽)
Keterangan :
𝑃𝑡+ 𝜃 = Jumlah Penduduk tahun proyeksi
𝑃𝑡 = Jumlah penduduk tahun dasar
4
𝑏 = Rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun
𝜃 = selang waktu pada tahun dasar ke tahun
proyeksi
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Dimana 𝑏 = 𝑛 −1

Contoh :
Jumlah
Tahun Penduduk Pertambahan
(Jiwa)
2013 29.525 -
2014 29.723 198
2015 29.933 210
2016 30.300 367
2017 30.474 174
Jumlah 949
Rata- rata pertambahan penduduk
949 949
𝑏= = = 237
5−1 4
Proyeksi Penduduk
𝑷𝒕+ 𝜽 = 𝑷𝒕 + 𝒃 (𝜽)

𝑷𝟐𝟎𝟏𝟕+ 𝟓 = 𝟑𝟎. 𝟒𝟕𝟒 + 𝟐𝟑𝟕 (𝟓)

𝑷𝟐𝟎𝟐𝟐 = 𝟑𝟎. 𝟒𝟕𝟒 + 𝟏. 𝟏𝟖𝟓

𝑷𝟐𝟎𝟐𝟐 = 𝟑𝟏. 𝟔𝟓𝟗

6. Metode Regresi Linear


Metode regresi linear (least square) adalah
metode peramalan/proyeksi yang menggunakan
5
persamaan linear untuk menemukan garis paling
sesuai untuk kumpulan data lampau guna meramalkan
data di masa depan. Rumus metode regresi linear
adalah sebagai berikut :
𝒀 = 𝒂 + 𝒃 (𝑿)
Keterangan :
Y = besarnya nilai yang diproyeksi
a = trend pada periode dasar
b = tingkat perkembangan nilai yang diproyeksi
X = selang waktu
Dimana :
∑ 𝑌𝑖 ∑ 𝑋𝑖 𝑌𝑖
𝑎= ;𝑏 =
∑ 𝑋𝑖2
𝑛

Contoh :
Penduduk
Tahun Xi Xi . Yi Xi2
(Yi)
2012 1.200 -2 - 2.400 4
2013 1.000 -1 - 1.000 1
2014 1.400 0 0 0
2015 1.500 1 1.500 1
2016 1.300 2 2.600 4
∑ 6.400 0 700 10
Karena data berjumlah ganjil, maka tahun 2014
memiliki nilai Xi sebesar 0, sehingga jumlah data Xi
otomatis akan berjumlah 0. Nilai Xi akan bernilai

6
negative ke data yang lebih lama dan bernilai positif
ke data yang lebih baru.
Sehingga proyeksi untuk tahun 2018 adalah
6.400
𝑎= = 1.280
5
700
𝑏= = 70
10
Jadi, jika dimasukkan ke dalam rumus menjadi :
𝑌 = 𝑎 + 𝑏 (𝑋)
𝑌2018 = 1.280 + 70 (4)
𝑌2018 = 1.560
B. Analisis Kuantitatif untuk Perencanaan Wilayah
1. Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis LQ digunakan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat spesialisasi sektor-sektor di suatu
wilayah atau sektor-sektor apa saja ysng merupakan
sektor basis atau sektor non-basis. LQ juga dapat
menunjukka indikasi kapasitas ekspor perekonomian
suatu wilayah serta tingkat kecukupan barang/jasa dari
produksi loka. Adapun persamaan dari analisis LQ
adalah sebagai berikut :

7
𝑋𝑖𝑅
𝑅
𝐿𝑄 = 𝑋𝑁
𝑋𝑖
𝑋𝑁
Keterangan :
LQ = Nilai Location Quotient
X = PDRB
i = sektor
R = Regional (Kab/Kota/Provinsi)
N = Nasional (Prov/Nasional)
Contoh:

8
PDRB 2018
Sektor/lapangan usaha Provinsi 𝑿𝑹𝒊 ⁄ 𝑿𝑵
𝒊⁄ LQ
Kota (juta) 𝑿𝑹 𝑿𝑵
(Milyar)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 808.429 104.013,04 0,01 0,35 0,02
Pertambangan dan Penggalian 1.102 22.698,25 0,00 0,08 0,00
Industri Pengolahan 29.380.566 59.445,26 0,29 0,20 1,46
Pengadaan Listrik dan Gas 50.469 300,09 0,00 0,00 0,49
Pengadaan Air, Pengolahan Sampah & D. ulang 307.685 467,20 0,00 0,00 1,99
Konstruksi 28.760.383 62.598,69 0,29 0,21 1,37
Perdagangan Besar dan Eceran 31.753.861 66.440,94 0,32 0,22 1,42
Transportasi dan Pergudangan 4.151.020 19.757,15 0,04 0,07 0,62
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3.698.771 6.532,74 0,04 0,02 1,71
Informasi dan Komunikasi 14.801.743 22.779,85 0,15 0,08 1,93
Jasa Keuangan dan Asuransi 9.706.800 17.281,91 0,10 0,06 1,66
Real Estat 5.957.041 17.144,39 0,06 0,06 1,06
Jasa Perusahaan 1.897.195 2.106,30 0,02 0,01 2,69
Admin Pemerintahan, Pertahanan, Jamsos Wajib 5.494.161 20.654,25 0,05 0,07 0,76
Jasa Pendidikan 14.484.266 24.425,95 0,14 0,08 1,76
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.483.769 9.187,59 0,04 0,03 1,44
Jasa Lainnya 4.470.399 6.508,35 0,04 0,02 2,04
Produk Domestik Regional Bruto 160.207.659 462.342
Sumber : BPS; Hasil Analisis Pribadi, 2020.

9
2. Analisis Shift Share
Analisis shiftshare memberikan gambaran tentang
kinerja suatu aktivitas dalam sektor perekonomian,
yang dapat dijelaskan dari tiga komponen hasil
analisis, yaitu komponen laju pertumbuhan,
pergeseran proporsional, pergeseran differensial.
Formula analisis shiftshare :
• Pertumbuhan Nasional

Nij = Yij - Rn

• Pertumbuhan Sektoral

Mij = Yij (rin – rn)

• Pertumbuhan Daya Saing

Cij = Yij (rij – rin)

• Pertumbuhan Variabel (SS)

Dij = Mij + Cij

Keterangan :
Yij = PDRB sektor i Provinsi
Rn = Perubahan total
rin = perubahan sektor i nasional

10
rij = perubahan sektor i provinsi
3. Analisis SWOT
Untuk rumusan masalah penelitian yang
mengintruksikan untuk menjelaskan cara-cara atau
masukan-masukan yang harus dilakukan terkait hasil
penelitian maka analisis SWOT adalah kuncinya.
Namun banyak orang tidak menyukai teknik analisis
ini dikarenakan hasil yang dikeluarkan kurang akurat
(tergantung si penganalisa). Analisis SWOT ini
semata-mata sebagai sebuah analisa yang ditujukan
untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi,
dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu
memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan
yang sedang dihadapi. SWOT adalah singkatan dari; S
= Strength (kekuatan), W = Weaknesses (kelemahan),
O = Opportunities (Peluang) dan T = Threats
(hambatan).
Contoh : Strategi Pengembangan Kawasan Wisata
Pantai Bira di Kabupaten Bulukumba

11
Faktor Eksternal

Opportunity (O) Threath (T)


1. Memiliki daya saing 1. Pengrusakan dan pencemaran lingkungan.
yang tinggi karena 2. Berubahnya kebiasaan masyarakat akibat
keindahannya (pasir perilaku buruk yang dibawa wisatawan.
putih yang halus, 3. Tuntutan pelayanan semakin tinggi.
Identification of Faktor keindahan bawah laut, 4. Kesadaran dan partisipasi masyarakat
dan pemandangan masih kurang.
senja)
Faktor 2. Daya dukung lahan
Internal yang cukup memadai
Strategi menggunakan Strategi Menggunakan Kekuatan (S)
Kekuatan (S) untuk mencegah ancaman (T)
Strength (S)
memanfaatkan
Kesempatan (O)
1. Adanya kunjungan 1. Meningkatkan 1. melaksanakan pengangkatan peran serta
wisatwan dari pembinaan industry masyarakat
Mancanegara maupun pariwisata 2. Memberikan pendidikan dan pelatihan-
local 2. Meningkatkan pelatihan khusus kepada SDM
2. Tersedianya pos-pos pembinaan
keamanan yang tersebar kebudayaan

12
diluar kawasan pantai
3. Akses yang mudah
dijangkau dengan
angkutan umum atau
minimus dan jaraknya
tidak jauh dari ibukota
kecamatan.
Strategi mengurangi Strategi mengurangi Kelemahan (W)
kelemahan (W) dengan dengan mengenai ancaman (T)
Weakness (W)
memanfaatkan
kesempatan (O)
1. Ketersediaan sarana dan 1. Peningkatan sarana 1. Peningkatan daya tarik wisata dan seni
prasarana masih minim dan prasarana oleh budaya.
2. Upaya pemberdayaan pemerintah setempat. 2. Peningkatan pengetahuan SDM
masyarakat masih rendah 2. Peningkatatan kualitas (masyarakat dan aparatur) melalui
3. Kualitas aparatur masih SDM pendidikan dan pelatihan profesi.
rendah 3. Peningkatan mutu
pelayanan

13
4. Analisis Skalogram
Analisis ini untuk mengidentifikasi pertumbuhan
pusat permukiman yang cepat perkembangannya, dan
kaitannya dengan pemanfaatan lahan. Metode
Skalogram digunakan untuk menjawab pertanyaan
mendasar tentang bagaimana pola fungsi/fasilitas
pelayanan, sosial ekonomi yang terdapat pada
berbagai tingkatan perkotaan/pusat pelayanan dan
bagaimana pola tersebut melayani kebutuhan
penduduk di wilayah yang di tinjau. Dengan kata lain
metode ini dapat digunakan untuk mengelompokan
satuan permukiman berdasarkan tingkat kompleksitas
fungsi pelayanan yang dimilikinya, serta menentukan
jenis dan keragaman pelayana dan fasilitas yang
terdapat pada pusat – pusat pelayanan dengan berbagai
tingkatan.
Contoh :

14
Jumlah Fasilitas Pelayanan di Kecamatan Keera
J. Fasilitas Pelayanan
Desa/
Penduduk Total
Kelurahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
(Jiwa)
Lalliseng 3.210 2 3 1 1 - 1 3 - 7 - - - - 18
Pattirolokka 1.650 1 2 1 - - 1 2 - 3 - - - - 10
Inrello 2.952 1 3 - 1 - 1 3 - 3 - - - - 12
Ciromani 1.165 - 1 - - - - 2 - 4 1 - - - 8
Ballere 2.875 1 4 1 1 1 - 2 - 3 1 2 1 1 19
Keera 1.425 1 1 - - - 1 2 - 2 - - - - 7
Paojepe 2.254 1 2 - - - 1 2 - 4 - - - - 10
Labawang 889 1 2 - - - - 1 1 3 1 - - - 9
Awota 2.818 1 2 1 - - - 2 1 7 - - - - 14
Awo 3.148 - 3 1 - - 1 3 - 6 - - - - 14
Keera 22.386 9 23 5 3 1 6 22 2 42 3 2 1 1 121
Ket: 1 = (TK); 2 = (SD); 3 = (SMP); 4 = (SMA); 5 = (Puskesmas); 6 = (Poskesdes); 7 = (Posyandu),
8 =(pustu); 9 = Masjid; 10 = Mushallah; 11 = Toko, 12 = pasar; 13 = Jasa.

15
Jumlah orde = 1 + 3,3 log n
Jumlah orde = 1 + 3,3 1og 10
Jumlah orde = 1 + 3,3 (1)
Jumlah orde = 4,3 dibulatkan jadi 4

Range = 19 – 7/4
Range = 3
Orde 3
1 16 – 19
2 13 – 15
3 10 – 12
4 7–9

16
Analisis skalogram
J. Fasilitas Pelayanan
Desa/
Penduduk Total
Kelurahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
(Jiwa)
Lalliseng 3.210 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 7
Pattirolokka 1.650 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 6
Inrello 2.952 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 6
Ciromani 1.165 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 4
Ballere 2.875 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 11
Keera 1.425 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 5
Paojepe 2.254 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 5
Labawang 889 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 6
Awota 2.818 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 6
Awo 3.148 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 5
Jumlah Fungsi 8 10 5 3 1 6 10 2 10 3 1 1 1 61
Sentralitas Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Bobot Fungsi 12,5 10 20 33,3 100 16,6 10 50 10 33,3 100 100 100
Sumber :Hasil Analisis, 2020.

17
Orde/hirarki pusat pelayanan

Jumlah
Kecamatan Orde/ Hirarki
Fasilitas
Ballere 19 I
Lalliseng 18 I
Awota 14 II
Awo 14 II
Inrello 12 III
Pattirolokka 10 III
Paojepe 10 III
Labawang 9 IV
Ciromani 8 IV
Keera 7 IV
Sumber : Hasil Analisis, 2020.
5. Analisis Gravitasi (Daya tarik wilayah dan
potensi Pertumbuhan penduduk wilayah)
Model gravitasi banyak dipergunakan dalam
perencanaan wilayah. Model ini dapat membantu
perencana wilayah untuk memperkirakan daya tarik
suatu lokasi dibandingkan lokasi lain disekitarnya.
Aplikasi konsep gravitasi dalam sistem perkotaan
:
- Kekuatan daya tarik dua benda diinterpretasikan
sebagai sejumlah interaksi antar dua daerah.
- Massa benda diukur dalam bentuk ukuran atau
daya tarik daerah.

18
a. Aksesibility Indeks
𝑬𝒋
𝑨𝒊𝒋 =
𝒅𝒃𝒊𝒋
Keterangan :
Aij = Accessibility Index daerah I terhadap j
Ej = Total lapangan kerja
dij = Jarak antara i dan j
b = pangkat dari dij
b. Development Potential Value
𝑫𝒊 = 𝑨𝒊 𝑯𝒊
Keterangan :
Di = Development Potential value
Ai = accessibility index
Hi = Lahan kosong
c. Probabilitas Pengembangan tiap Zone
𝑫𝒊 𝑨𝒊 𝑯𝒊
𝒂𝒕𝒂𝒖
∑ 𝑫𝒊 ∑ 𝑨𝒊 𝑯𝒊
d. Prediksi Pertumbuhan Penduduk
𝑫𝒊
𝑮𝒊 = 𝑮𝒕
∑ 𝑫𝒊
6. Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Analitycal Hierarchy Process adalag metode untuk
memecahkan suatu situasi yang komplek tidak

19
terstruktur ke dalam beberapa komponen dalam
susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif
tentang pentingnya setiap variabel secara relative, dan
menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas
paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi
tersebut (Saaty, 1980).

Goal

Criteria I Criteria II ……. Criteria n

Sub-criteria Sub-criteria ……. Sub-criteria

Sub-criteria Sub-criteria Sub-criteria

20
Contoh :

Memilih
Handphone

Penyimpanan Baterai Kamera Ketahanan


Internal/ RAM Layar

Vivo Samsung iPhone

7. Analisis Indeks Kesenjangan Wilayah


a. Indeks Wiliamson

√∑(𝑌𝑖 − 𝑌)2 × 𝑓𝑖
𝑛
𝑉𝑤 =
𝑌
Keterangan :
Vw = Indeks Williamson
fi = Jumlah penduduk kabupaten/kota ke-i (jiwa)
n = Jumlah penduduk Jawa Barat (jiwa)
Yi = PDRB per kapita kabupaten/kota ke-
i (Rupiah)
Y = PDRB per kapita rata-rata Provinsi
(Rupiah)

21
Contoh :

√∑(𝑌𝑖 − 𝑌)2 × 𝑓𝑖
𝑛
𝑉𝑤 =
𝑌
√880,61
𝑉𝑤 =
57,03
√880,61
𝑉𝑤 =
57,03
29,68
𝑉𝑤 =
57,03
𝑉𝑤 = 0,5
Dari perhitungan indeks Williamson diatas
diperoleh nilai indeks sebesar 0,5 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tingkat pendapatan per kapita
daerah di Provinsi Sulawesi Selatan cukup merata
karena nilai indeksnya mendekati 0.
b. Theil Indeks
𝑌𝑖
𝑌𝑖
𝐼(𝑦) = ∑ ( ) 𝑙𝑜𝑔 [ 𝑌 ]
𝑌 𝑓𝑖
𝑛
Keterangan :
I (y) = indeks theil
fi = Jumlah penduduk kabupaten/kota ke-i (jiwa)
n = Jumlah penduduk Jawa Barat (jiwa)

22
Yi = PDRB per kapita kabupaten/kota ke-
i (Rupiah)
Y = PDRB per kapita rata-rata Provinsi
(Rupiah)
Contoh :

23
𝒀𝒊 𝒀𝒊 𝒀𝒋
PDRB Per 𝒀𝒊 𝒇𝒊 𝒀𝒊
No Kabupaten/Kota Kapita 𝒀 𝒍𝒐𝒈 𝒀 𝑰(𝒚) = ∑ ( ) 𝒍𝒐𝒈 [ 𝒀 ]
𝒀 𝒏 𝒇𝒊 𝒇𝒊 𝒀 𝒇𝒊𝒋
2019 (Yi)
𝒏 𝒏 𝒏
1 Kep. Selayar 47,50 0,83 0,02 54,41 1,74 1,45
2 Bulukumba 33,80 0,59 0,05 12,43 1,09 0,65
3 Bantaeng 46,80 0,82 0,02 38,57 1,59 1,30
4 Jeneponto 27,74 0,49 0,04 11,79 1,07 0,52
5 Takalar 34,01 0,60 0,03 17,68 1,25 0,74
6 Gowa 27,10 0,48 0,09 5,48 0,74 0,35
7 Sinjai 44,90 0,79 0,03 28,46 1,45 1,14
8 Maros 64,33 1,13 0,04 28,29 1,45 1,64
9 Pangkep 77,46 1,36 0,04 35,81 1,55 2,11
10 Barru 41,71 0,73 0,02 36,95 1,57 1,15
11 Bone 47,50 0,83 0,09 9,68 0,99 0,82
12 Soppeng 48,18 0,84 0,03 32,68 1,51 1,28
13 Wajo 49,87 0,87 0,05 19,33 1,29 1,12
14 Sidrap 46,01 0,81 0,03 23,66 1,37 1,11
15 Pinrang 52,05 0,91 0,04 21,37 1,33 1,21
16 Enrekang 35,36 0,62 0,02 26,55 1,42 0,88
17 Luwu 43,25 0,76 0,04 18,52 1,27 0,96
18 Tana Toraja 31,96 0,56 0,03 21,11 1,32 0,74

24
19 Luwu Utara 41,70 0,73 0,04 20,66 1,32 0,96
20 Luwu Timur 70,07 1,23 0,03 36,68 1,56 1,92
21 Toraja Utara 41,50 0,73 0,03 27,78 1,44 1,05
22 Makassar 116,87 2,05 0,17 11,92 1,08 2,21
23 Parepare 49,80 0,87 0,02 53,30 1,73 1,51
24 Palopo 43,02 0,75 0,02 36,62 1,56 1,18
Sulawesi Selatan 57,03 (Y) 1,17

25
C. Perhitungan Indeks Kualitas Hidup (IKH)
IKH dinilai mempunyai kepekaan yang tinggi
untuk mengukur hasil dari suatu proses pembangunan
ekonomi dalam suatu masyarakat.
1. Angka Kematian Bayi (IMR)
Angka ini menunjukkan jumlah rata-rata kematian
bayi dalam setiap 1.000 kelahiran pada suatu wilayah.
2. Angka Harapan Hidup (LE)
Angka ini mengukur jumlah rata-rata tahun (umur)
yang diharapkan oleh seseorang yang baru lahir untuk
dijalani sampai meninggal kelak. Semakin besar angka
harapan hidup (LE) berarti semakin tinggi pula
kualitas hidup penduduk yang bersangkutan.
3. Angka Melek Huruf (LR)
Angka ini mengukur proporsi penduduk yang
berusia 10 tahun ke atas yang mampu membaca dan
menulis.

26

Anda mungkin juga menyukai