Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN TEKNIK SUPERVISI KELOMPOK DENGAN METODE WORKSHOP

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DI SD NEGERI
LAMKLAT TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Ismuha
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Besar

Abstrak
Salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam
menyusun perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam RPP. Dalam menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), diperlukan kemampuan guru dalam memfasilitasi
pengalaman belajar yang berkesan yang mampu menguatkan karakter siswa. Integrasi nilai-
nilai karakter dalam pembelajaran diharapkan tidak sebatas tertulis secara administratif,
namun nantinya dapat diterapkan dengan alamiah dalam pembelajaran. Kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa masih ada guru jenjang Sekolah Dasar (SD) dalam menyusun
RPP belum sepenuhnya mengacu pada Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang Standar
Proses, berdasarkan silabus, analisis kompetensi dasar (KD) serta dengan memperhatikan
prinsip-prinsip dan langkah-langkah dalam menyusun RPP. Berdasarkan identifikasi masalah
di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah “Apakah
penerapan teknik supervisi kelompok dengan metode workshop dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SD Negeri
Lamklat Tahun Pelajaran 2017/2018?”. Adapun metode penelitian yang digunakan ialah
Penelitian Tindakan Sekolah, dan yang menjadi subjek penelitian yaitu guru SD Negeri
Lamklat Aceh Besar. Hasil penelitian menggambarkan bahwa kemampuan guru dalam
menyusun RPP mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, hasil analis
data terhadap 10 orang guru mata pelajaran dalam menyusun RPP dapat digambarkan bahwa
guru yang memperoleh predikat “amat baik” yaitu 1 orang guru (10%), pada siklus II
meningkat menjadi 3 orang guru (30%), yang memperoleh predikat “baik” pada siklus I
berjumlah 4 orang guru (40%), pada siklus II meningkat menjadi 5 orang guru (50%).
Sementara yang memperoleh predikat “cukup” pada siklus I sebanyak 3 orang guru (30%),
sedangkan pada siklus II menurun menjadi 20% begitu juga dengan yang masih “kurang”
pada siklus I hanya satu orang guru (10%), pada siklus II menurun menjadi 0%.

Kata Kunci: Teknik Supervisi Kelompok, Metode Workshop, Kompetensi Guru, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Abstract
One of the factors determining the success of learning is the teacher's ability in drawing up
the planning of learning that is contained in the RPP. In drawing up the plan of
implementation of the learning (RPP), required the ability of the teacher in facilitating
effective learning experience that is able to strengthen the character of students. The
integration of the values of the characters in the learning expected not limited to written
administratively, but would later be applied with natural learning. The reality on the ground
shows that there are still teachers of elementary school level (SD) in compiling a RPP has not
fully refers to the Permendikbud number 22 year 2016 on standard processes, based on the
syllabus, basic competency analysis (KD) as well as with pay attention to the principles and
steps in crafting a RPP. Based on the identification issue above, the formulation of problems
in the research of the action of this school is "Whether the application of engineering
supervision group with the workshop method can increase the ability of teachers in drawing
up the implementation plan Learning (RPP) in SD Negeri Lamklat Year 2017/2018 Lesson? ".
As for the research method used is the research of the action of the school, and be the subject
of research i.e. primary school teachers of the country Lamklat Aceh Besar. The results
illustrate that the ability of a teacher in drawing up the RPP has increased from cycle to cycle
I II. In cycle I, data analysts results against 10 men teachers subjects in crafting a RPP can
be described that teachers who obtain a predicate "very good" i.e. 1 teachers (10%), cycle II
increased to 3 teachers (30%), which gained the predicate "very good" on cycle I totalled 4
teachers (40%), on cycle II increased to 5 teachers (50%). While that obtain a predicate
"enough" on cycle I as much as 3 teachers (30%), whereas in cycle II decreased to 20% so
that it is still "lacking" in cycle I, only one teacher (10%), cycle II decreased to 0%.

Keywords: Group, Methods Of Supervision Engineering Workshops, Teacher Competency,


Learning Implementation Plan (RPP)

PENDAHULUAN pembelajaran. Seorang guru harus mampu

Pendidikan Nasional, sebagai salah membuat perhitungan secara akal sehat

satu sektor pembangunan nasional dalam tentang strategi pembelajaran apa saja yang

upaya mencerdaskan kehidupan bangsa akan digunakan dalam suatu kegiatan

sebagaimana diamanatkan dalam Undang- pembelajaran. Menurut Usman (2014: 2),

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang “guru merupakan unsur utama dalam

Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia keseluruhan proses pembelajaran, tanpa

terdidik yang beriman dan bertakwa kepada guru proses pembelajaran tidak akan

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berjalan”.

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan Salah satu faktor penentu

menjadi warga negara yang demokratis dan keberhasilan pembelajaran adalah

bertanggung jawab. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menyusun

pendidikan nasional harus berfungsi secara perencanaan pembelajaran yang tertuang

optimal sebagai wahana utama dalam dalam RPP. Dalam menyusun Rencana

pembangunan bangsa dan karakter. Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Menurut Sanjaya (2014: 6) “untuk diperlukan kemampuan guru dalam

mencapai tujuan pendidikan yakni standar memfasilitasi pengalaman belajar yang

kompetensi yang harus dimiliki peserta berkesan yang mampu menguatkan karakter

didik, guru sebagai ujung tombak siswa. Integrasi nilai-nilai karakter dalam

pelaksanaan pendidikan di lapangan sangat pembelajaran diharapkan tidak sebatas

menentukan keberhasilan”. tertulis secara administratif, namun

Pemahaman dalam pengelolaan nantinya dapat diterapkan dengan alamiah

pembelajaran yang meliputi desain dan dalam pembelajaran. Untuk mencapai hasil

implementasi strategi pembelajaran yang yang optimal, guru dapat memfokuskan

sesuai dengan tujuan dan materi pada nilai-nilai yang relevan sesuai dengan
ruang lingkup kompetensi dasar dan degan kriteria “kurang”. Hasil tersebut
dinamika pembelajaran. Mulyasa (2013: mengindikasikan bahwa rata-rata kualitas
100) mengemukakan bahwa “Perancangan RPP guru SD Negeri Lamklat masih
pembelajaran merupakan salah satu rendah. Berdasarkan hasil wawancara pasca
kompetensi pedagogis yang harus dimiliki observasi, sebahagian besar guru belum
guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan memahami secara utuh tentang prinsip-
pembelajaran. Perancangan pembelajaran prinsip dan langkah-langkah dalam
sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu menyusun RPP sesuai dengan
identifikasi kebutuhan, perumusan Permendikbud nomor 22 tahun 2016
kompetensi, dan penyusunan program tentang Standar Proses walaupun ada
pembelajaran”. Rencana Pelaksanaan diantara guru-guru tersebut sudah pernah
Pembelajaran (RPP) dikembangkan dari mengikuti pelatihan tentang pengembangan
silabus untuk mengarahkan kegiatan RPP.
pembelajaran peserta didik dalam upaya Untuk mengatasi masalah tersebut
mencapai Kompetensi Dasar (KD)”. perlu adanya solusi sehingga guru-guru SD
Kenyataan di lapangan Negeri Lamklat mampu mengembangkan
menunjukkan bahwa masih ada guru RPP sesuai dengan tuntutan kurikulum,
jenjang Sekolah Dasar (SD) dalam salah satunya adalah melalui pelaksanaan
menyusun RPP belum sepenuhnya mengacu supervisi dengan menerapkan teknik
pada Permendikbud nomor 22 tahun 2016 supervisi kelompok menggunakan metode
tentang Standar Proses, berdasarkan silabus, workshop. Menurut Ruswenda (2011: 41),
analisis kompetensi dasar (KD) serta supervisi akademik merupakan bagian dari
dengan memperhatikan prinsip-prinsip dan supervisi pendidikan yang menitik beratkan
langkah-langkah dalam menyusun RPP. pada upaya memberi bantuan meningkatkan
Berdasarka hasil supervisi/telaah RPP yang mutu pembelajaran dan profesional guru
penulis laksanakan terhadap sepuluh orang sebagai pengelola proses belajar mengajar
guru SD Negeri Lamklat Kabupaten Aceh di kelas”. Selanjutnya Sagala (2012: 181)
Besar pada tahun sebelumnya terdapat 3 mengemukakan bahwa “workshop dalam
orang guru (30% guru) dalam menyusun kegiatan supervisi pendidikan adalah
RPP memiliki nilai skor 80 < B < 90 kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari
dengan kriteria “baik”, sementara 7 orang sejumlah guru yang mempunyai masalah
(70%) guru memperoleh nilai skor 70 < C < yang relatif sama dan ingin dipecahkan
80 dengan kriteria “cukup” dan 4 orang bersama memalui percakapan dan bekerja
atau 40% guru memperoleh nilai skor < 70 secara kelompok maupun bersifat
perseorangan”. Berdasarkan identifikasi kepada perkembangan kepemimpinan
masalah di atas, maka rumusan masalah guru-guru dan personel sekolah lainnya di
dalam penelitian tindakan sekolah ini dalam mencapai tujuan pendidikan”.
adalah “Apakah penerapan teknik supervisi Lebih lanjut Purwanto menyampaikan,
kelompok dengan metode workshop dapat “Supervisi pendidikan adalah pemberian
meningkatkan kemampuan guru dalam pelayanan kepada guru untuk
menyusun Rencana Pelaksanaan mengembangkan mutu pembelajaran,
Pembelajaran (RPP) di SD Negeri Lamklat memfasilitasi guru agar dapat mengajar
Tahun Pelajaran 2017/2018?” dengan efektif. Melakukan kerja sama
Supervisi Akademik dengan guru atau anggota staf lainnya
Masaong (2013: 3) untuk meningkatkan mutu pembelajaran,
menyatakan “Supervisi diartikan sebagai pengembangan kurikulum, serta
layanan yang bersifat membimbing, meningkatkan pertumbuhan profesional
memfasilitasi, memotivasi serta menilai semua anggotanya”.
guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan Tujuan supervisi pendidikan menurut
pengembangan profesinya secara efektif”. N. A. Ametembun dalam Tim Dosen (2015:
Berdasarkan pendapat di atas dapat 316) adalah:
disimpulkan bahwa beberapa aspek penting 1) Membina guru untuk lebih memahami
dari supervisi yaitu: bersifat bantuan dan tujuan pendidikan yang sebenarnya dan
pelayanan kepada sekolah, guru dan staf; peranan sekolah dalam mencapai tujuan
bermanfaat untuk pengembangan kualitas 2) Memperbesar kesanggupan guru untuk
guru; pengembangan profesional guru; serta mempersiapkan peserta didiknya untuk
untuk memotivasi guru dalam menjadi anggota masyarakat yang
merencanakan dan melaksanakan efektif.
pembelajaran. 3) Membantu guru untuk mengadakan
Supervisi dalam pendidikan bukan diagnosis secara kritis terhadap
hanya sekedar kontrol melihat apakah aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan
segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai belajar mengajar, serta menolong
dengan rencana atau program yang telah mereka dalam merencanakan pembaikan
digariskan, tetapi lebih dari itu. Supervisi 4) Meningkatkan kesadaran terhadap
dalam pendidikan mengandung pengertian tata kerja yang demokratis dan
yang luas. Menurut Purwanto (2012: 76) komprehensif
“Supervisi adalah segala bantuan dari 5) Memperbesar ambisi untuk
para pimpinan sekolah, yang tertuju meningkatkan mutu kerjanya
secara professional dalam profesinya memiliki masalah atau kebutuhan atau
(keahlian) melindungi guru dan kelemahan yang sama dikelompokkan atau
karyawan pendidikan terhadap tuntutan dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama.
yang tak wajar dan kritik-kritik tak sehat Kemudian mereka diberikan layanan
dari masyarakat supervisi sesuai dengan permasalahan atau
6) Membantu lebih mempopulerkan kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut
sekolah kepada masyarakat untuk Sagala (2012: 175-186) mengemukakah
menyokong sekolah bahwa teknik supervisi yang bersifat
7) Membantu guru untuk lebih dapat kelompok kegiatan tersebut antara lain:
memanfaatkan pengalamannya sendiri a. Pertemuan Orientasi, yaitu pertemuan
8) Mengembangkan “spirit de corps” guru- yang dilakukan oleh pengawas madrasah
guru yaitu ada rasa kesatuan dan dan atau kepala madrasah, guru latih,
persatuan antar guru. dan guru baru yang bertujuan
Menurut Kemdikbud dalam Buku mengenalkan guru baru terhadap suasana
Panduan Kerja Kepala Sekolah (2017: 80), kerja sebagai seorang pendidik;
“Teknik supervisi kelompok adalah cara b. Rapat Guru, yaitu pertemuan antara
melaksanakan program supervisi yang pengawas madrasah dengan guru-guru
ditujukan kepada dua orang guru atau lebih. yang dilakukan untuk menyelesaikan
Supervisi ini dilakukan kepada kelompok masalah-masalah yang dihadapi oleh
guru yang memiliki masalah atau guru;
kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang c. Studi Kelompok Antar Guru, yaitu
sama”. Supervisi kelompok, yaitu: kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah
supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan guru mata pelajaran untuk mengkaji atau
kepanitiaan, kerja kelompok, aboratorium, mempelajari sejumlah masalah yang
membaca terpimpin, demonstrasi berhubungan dengan penyajian dan
pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi, pengembangan materi bidang studi yang
diskusi panel, perpustakaan, organisasi diampunya. Kegiatan ini lebih dikenal
profesional, pertemuan guru, lokakarya dengan Musyawarah Guru Mata
atau konferensi kelompok. Pelajaran (MGMP);
Teknik supervisi kelompok adalah d. Diskusi yaitu pertukaran pikiran atau
salah satu cara melaksanakan program pendapat yang membahas masalah untuk
supervisi yang dilakukan terhadap lebih dicari alternatif penyelesaiannya. Teknik
dari satu orang guru. Guru-guru yang supervisi ini diikuti oleh sejumlah guru
diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, dan satu atau beberapa supervisor,
supervisor diharapkan atau kepala manajerial. Metode ini tentunya bersifat
sekolah dapat memberikan pengarahan, kelompok dan dapat melibatkan beberapa
bimbingan, nasihat-nasihat, ataupun kepala sekolah, wakil kepala sekolah
saran-saran yang diperlukan; dan/atau perwakilan komite sekolah.
e. Workshop (Lokakarya), yaitu kegiatan Penyelenggaraan disesuaikan dengan tujuan
belajar kelompok guru yang mempunyai atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan
masalah yang relatif sama untuk dicari bersama dengan pengawas maupun kepala
penyelesaiannya, tekninik supervisi sekolah atau organisasi sejenis lainnya
menggunakan workshop dapat dilakukan (Depdiknaas, 2008: 21).
bila sejumlah guru mempunyai problem Menurut Hamalik (2005: 31)
yang relatif sama; Pelatihan/workshop yang diselenggarakan
f. Tukar Menukar Pengalaman, yaitu harus mempunyai yang meliputi :
teknik saling memberi dan menerima a. pelatihan dilakukan dengan maksud
dari guru berpengalaman ke guru yang untuk menguasai bahan pelajaran
belum berpengalaman; tertentu;
g. Diskusi Panel, yaitu bentuk diskusi yang b. para peserta menyadari bahwa pelatihan
dilakukan untuk menyelesaikan masalah itu bermakna bagi kehidupannya;
dan didatangkan ahli untuk membantu c. latihan harus dilakukan terhadap hal-hal
menyelesaikan masalah tersebut; yang telah diperoleh peserta;
h. Seminar, yaitu dilakukan untuk d. latihan berfungsi sebagai diagnosis
memperbaiki cara mengajar guru dan melalui usaha membaca berkalikali,
meningkatkan kualitas manajemen mengadakan koreksi atas kesalahan-
madrasah; kesalahan yang timbul;
i. Simposium, yaitu suatu kegiatan yang e. latihan dilakukan dengan tahapan
membahas sekumpulan karangan pendek sebagai berikut: mula-mula latihan untuk
tentang suatu pokok masalah yang mendapat ketepatan, selanjutnya antara
ditulis; sejumlah ahli, dan pandangan keduanya dicari keseimbangan;
para ahli tersebut agar pandangan ahli f. latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah
tersebut dapat dijadikan jalan keluar. kurun waktu latihan yang singkat;
g. kegiatan latihan harus hidup, menarik
Teknik Supervisi Kelompok dengan
dan menyenangkan;
Workshop (Lokakarya)
Workshop atau lokakarya merupakan h. latihan jangan dianggap sebagi upaya

salah satu metode yang dapat ditempuh sambilan untuk dilakukan seenaknya

pengawas dalam melakukan supervisi secara insidental;


i. latihan dapat mencapai kemajuan berkat berkewajiban menyusun RPP secara
ketekunan dan kedisiplinan tinggi; dan lengkap dan sistematis agar
latihan yang dilaksanakan lebih berhasil, pembelajaran berlangsung secara
bila unsur emosi sedapat mungkin interaktif, inspiratif, menyenangkan,
dikurangi. menantang, efisien, memotivasi
Selanjutnya menurut Sagala (2012: peserta didik untuk berpartisipasi
181) mengemukakah “workshop dalam aktif, serta memberikan ruang yang
kegiatan supervisi pendidikan adalah cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari kemandirian sesuai dengan bakat,
sejumlah guru yang mempunyai masalah minat, dan perkembangan fisik serta
yang relatif sama ingin dipecahkan bersama psikologis peserta didik. RPP disusun
memalui percakapan dan bekerja secara berdasarkan KD atau subtema yang
kelompok maupun bersifat perseorangan”. dilaksanakan kali pertemuan atau
lebih.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) Berdasarkan Permendikbud di atas
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tugas guru adalah merencanakan
(RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran di antaranya adalah
pembelajaran tatap muka untuk satu merumuskan indikator pencapaian
pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan kompetensi, merumuskan tujan
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran, sebagai proses untuk
pembelajaran peserta didik dalam upaya mengarahkan peserta didik agar kreatif.
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Majid (2013 :92) yang mengatakan:
Menurut Permendikbud nomor 22 tahun “Kerangka perencanaan dan implementasi
2016 tentang Standar Proses pada Bab 3 pengajaran melibatkan urutan langkah-
menjelaskan bahwa: langkah yang sangat penting bagi para guru
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam mempersiapkan pelaksanaan rencana
(RPP) adalah rencana kegiatan pengajaran”.
pembelajaran tatap muka untuk satu Dalam menyusun RPP hendaknya
pertemuan atau lebih. RPP memperhatikan prinsip-prinsip sesuai
dikembangkan dari silabus untuk dengan yang tertuang dalam Bab 3
mengarahkan kegiatan pembelajaran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
peserta didik dalam upaya mencapai tentang Standar Proses. Rencana
Kompetensi Dasar (KD). Setiap Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat
pendidik pada satuan pendidikan dikembangkan secara rinci mengacu pada
silabus, buku guru, buku siswa, buku teks Besar. SD Negeri Lamklat merupakan salah
pelajaran dan referensi lain yang satu sekolah binaan peneliti selaku
mendukung. Pengembangan RPP dapat pengawas sekolah, di mana di sekolah
dilakukan oleh guru secara mandiri tersebut masih banyak guru yang belum
dan/atau secara berkelompok baik di mampu menyusun RPP sesuai dengan
sekolah/madrasah yang dapat tuntunan Kurikulum 2013. Penelitian ini
dikoordinasikan, difasilitasi, dan disupervisi dilaksanakan dalam kurun waktu 3 bulan
oleh pengawas sekolah/madrasah maupun mulai dari bulan Juli sampai dengan bulan
di kelompok KKG. September 2018 pada semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019.
METODE
Penelitian Tindakan Sekolah ini Penelitian tindakan ini dilaksanakan

dilaksanakan di SD Negeri Lamklat yang dengan proses daur ulang yang

beramat di Jalan alamat Jln. Pasar Lambaro dilaksanakan 4 tahap, seperti yang terlihat

Angan - Lambada Peukan Desa Liue dalam gambar berikut:

Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh

Gammbar 1. Alur PTS Model Kemmis & Mc. Taggart dalam Arikunto (2008: 16).

Adapun Subjek dari penelitian 10 orang guru. Sedangkan teknik


tindakan sekolah ini adalah guru kelas dan pengumpulan data merupakan cara yang
guru mata pelajaran yang mengajar SD digunakan peneliti untuk mendapatkan data
Negeri Lamklat kabupaten Aceh Besar dalam suatu penelitian. Menurut Sugiyono
tahun pelajaran 2018/2019 yang bejumlah (2016: 225) menyebutkan bahwa
“pengumpulan data dapat diperoleh dari 1. Memberi skor pada setiap alternatif
hasil observasi, wawancara, dokumentasi, jawaban, yaitu alternatif jawaban
dan gabungan/triangulasi”. Dalam tidak ada/tidak sesuai diberi bobot 1,
penelitian ini peneliti menggunakan teknik alternatif jawaban kurang
pengumpulan data dengan cara observasi, lengkap/sesuai sebagian diberi bobot 2,
wawancara dan dokumentasi. dan alternatif jawaban sudah
Analisis data pada penelitian ini lengkap/sesuai seluruhnya diberi bobot
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif 3.
(statistik) sederhana. Analisis data tentang 2. Menghitung setiap alternatif jawaban;
kualitas rencana pelaksanaan 3. Menjumlahkan selisih perolehan skor
pembelajaran (RPP) dilakukan dengan dan memasukan hasil perhitungan skor
langkah-langkah sebagai berikut : ke dalam rumus berikut :

Jumlah Skor
Nilai = x 100
Skor Maksimal
Sumber: Kemendikbud (2017: 591)
Agar data yang diperoleh mudah dikonversikan kedalam beberapa
untuk dilihat tingkat keberhasilannya, kategori:
maka semua hasil yang diperoleh
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian RPP
Peringkat Nilai
Amat Baik (AB) 90 < AB < 100
Baik (B) 80 < B < 90
Cukup (C) 70 < C < 80
Kurang (K) < 70
Sumber: Kemendikbud (2017: 594)
HASIL PENELITIAN supervisi pada setiap siklusnya.
Berdasarkan hasil analisis data hasil Kompetensi guru dalam menyusun RPP,
penelitian menunjukkan bahwa kesepuluh terjadi peningkatan dari siklus ke siklus.
orang guru mata pelajaran menunjukkan Hasil penelitian menggambarkan
sikap yang baik dan termotivasi dalam bahwa kemampuan guru dalam menyusun
menyusun RPP dengan lengkap, hal RPP ada peningkatan dari siklus I ke siklus
tersebut berindikasi dari adanya II. Pada siklus I, hasil analis data terhadap
peningkatan kualitas RPP guru dan 10 orang guru mata pelajaran dalam
aktivitas guru dalam mengikuti kegiatan menyusun RPP dapat digambarkan bahwa
guru yang memperoleh predikat “amat I sebanyak 3 orang guru (30%), sedangkan
baik” yaitu 1 orang guru (10%), pada pada siklus II menurun menjadi 20%
siklus II meningkat menjadi 3 orang guru begitu juga dengan yang masih “kurang”
(30%), yang memperoleh predikat “baik” pada siklus I hanya satu orang guru (10%),
pada siklus I berjumlah 4 orang guru pada siklus II menurun menjadi 0%.
(40%), pada siklus II meningkat menjadi 5 Kemampuan guru dalam menyusun RPP
orang guru (50%). Sementara yang dari siklus I ke siklus II dapat digambarkan
memperoleh predikat “cukup” pada siklus dengan diagram batang berikut:

60
50%
50
40%
40
30% 30%
30 SIKLUS I
20 SIKLUS II
20
10% 10%
10
0%
0
Amat Baik Baik Cukup Kurang

Gambar 4.2 Diagram Kemampun Guru siklus I dan Siklus II


Keberhasilan tindakan ini disebabkan siklus I tampak semua peserta hadir
oleh pemahaman secara menyeluruh (100%), sementara kesiapan mental dan
tentang Rencana Pelaksanaan fisik ada peningkatan dari 70% menjadi
Pembelajaran (RPP) sangat diperlukan. 90%, kesiapan bahan pendukung
Dengan pemahaman yang baik, maka meningkat dari 50% menjadi 70%,
penyusunan RPP dapat dilakukan dengan membaca modul meningkat dari 50%
baik. Di samping itu juga dipengaruhi oleh menjadi 70%, Kerja sama juga ada
tingkat keaktifan peserta dalam mengikuti peningkatan dari 60% menjadi 80%. Pada
kegiatan pada setiap siklusnya. siklus I peserta yang dapat menyesaikan
Hasil penelitian terhadap aktivitas tugas hanya 60% semenatara pada siklus II
guru dalam mengikuti kegiatan supervisi meningkat menjadi 80%. Aktivitas guru
menunjukkan bahwa ada peningkatan dari dapat digambarkan dengan diagram
siklus I ke siklus II. Pada siklus I dan berikut:
SIKLUS II SIKLUS I

Ketuntasan menyelesaikan tugas 80%


60%

Bekerjasama 80%
60%

Membaca Panduan/Menggali sumber 80%


60%

Kesiapan Bahan pendukung 70%


50%

Kesiapan mental dan fisik 90%


70%

Kehadiran 100%
100%

Gambar 4.2 Diagram Aktivitas Guru siklus I dan Siklus II

Mengoptimalkan pemahaman guru percakapan dan bekerja secara kelompok


dalam menyusun rencana pelaksanaan maupun bersifat perseorangan”.
pembelajaran melalui pembinaan intensip
SIMPULAN
dalam bentuk supervisi akademik dengan Berdasarkan hasil penelitian dan
teknik supervisi kelompok merujuk pada pembahasan tentang peningkatan
metode workshop dimana para guru kemampuan guru SD Negeri Lamklat
berdiskusi, bekerja sama dan berkonsultasi tahun pelajaran 2018/2019 dalam
secara aktif akan sangat membantu guru menetapkan menyusun rencana
dalam memahami konsep dan prinsip- pelaksanaan pebelajaran melalui kegiatan
prinsip dalam menyusun RPP. Hal ini supervisi akademik teknik kelompok
senada dengan pendapat Ruswenda (2011: dengan metode workshop dapat diambil
41) yang mengemukakah bahwa “Supervisi beberapa kesimpulan sebagai berikut:
akademik merupakan bagian dari supervisi 1. Kegiatan supervisi akademik teknik
pendidikan yang menitik beratkan pada kelompok dengan metode workshop
upaya memberi bantuan meningkatkan dapat meningkatkan kemampuan guru
mutu pembelajaran dan profesional guru SD Negeri Lamklat tahun pelajaran
sebagai pengelola proses belajar mengajar 2018/2019 dalam menyusun RPP. Pada
di kelas”. Selanjutnya menurut Sagala siklus I, hasil analis data terhadap 10
(2012: 181) mengemukakah “workshop orang guru mata pelajaran dalam
dalam kegiatan supervisi pendidikan menyusun RPP dapat digambarkan
adalah kegiatan belajar kelompok yang bahwa guru yang memperoleh predikat
terjadi dari sejumlah guru yang “amat baik” yaitu 1 orang guru (10%),
mempunyai masalah yang relatif sama pada siklus II meningkat menjadi 3
ingin dipecahkan bersama memalui orang guru (30%), yang memperoleh
predikat “baik” pada siklus I berjumlah meningkat dari 50% menjadi 70%,
4 orang guru (40%), pada siklus II Kerja sama juga ada peningkatan dari
meningkat menjadi 5 orang guru (50%). 60% menjadi 80%. Pada siklus I peserta
Sementara yang memperoleh predikat yang dapat menyesaikan tugas hanya
“cukup” pada siklus I sebanyak 3 orang 60% semenatara pada siklus II
guru (30%), sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 80%.
menurun menjadi 20% begitu juga Berdasarkan penelitian yang telah
dengan yang masih “kurang” pada dilaksanakan, peneliti menyampaikan
siklus I hanya satu orang guru (10%), beberapa saran sebagai berikut.
pada siklus II menurun menjadi 0%.. 1. Motivasi yang sudah tertanam
2. Supervisi akademik teknik kelompok khususnya dalam penyusunan RPP
dengan metode workshop dapat hendaknya terus dipertahankan dan
meningkatkan motivasi guru dalam ditingkatkan/dikembangkan .
menyusun RPP dengan lengkap. Guru 2. RPP yang disusun/dibuat hendaknya
menunjukkan keseriusan dalam mengandung komponen-komponen
memahami dan menyusun RPP apalagi RPP secara lengkap dan baik karena
setelah mendapatkan bimbingan RPP merupakan acuan/pedoman dalam
pengembangan/penyusunan RPP dari melaksanakan pembelajaran.
peneliti. Kehadiran peserta pada siklus I 3. Kegiatan supervisi akademik dengan
dan siklus I yaitu 100%, ini bergai teknik dan pendekatan perlu
menggambarkan bahwa antusiasme dilaksanakan terhadap semua guru
peserta tinggi, sementara kesiapan sebagai bentuk pembinaan baik untuk
mental dan fisik ada peningkatan dari memperbaiki perangkat pembelajaran
70% menjadi 90%, kesiapan bahan maupun untuk meningkatkan
pendukung meningkat dari 50% kemampuan guru dalam proses belajar
menjadi 70%, membaca modul mengajar.
DAFATAR PUSTAKA

Abd. Kadim Masaong. 2013. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru,
Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. CV. Pustaka Setia: Bandung.

E. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Hamalik, Oemar. 2005. Pengembangan Sumber Daya Manusia (Manajemen Pelatihan


Ketenagakerjaan ) Pendekatan Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

B. Uno, Hamzah. 2007. Pembelajaran Menciptakan proses belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara.

Karwati, Euis & Donni, J.P. 2013. Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah. Bandung:
Alfabeta.

Kemendikbud. 2013. Pelatihan Implimentasi Kurikulum 2013. Jakarta. Direktorat Jenderal


Pendidikan Dasar. Jakarta.

Kemendikbud. (2016). Panduan Penilaian Untuk SMP. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Dasar.

Kemdikbud. 2016. Panduan Pembelajaran Untuk Sekeloh Menengah Pertama. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama.

Kemdikbud. 2016. Panduan Kerja Kepala Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru Dan
Tenaga Kependidikan Direktorat Pembinaan Tenaga Ependidikan Pendidikan Dasar
Dan Menengah.

Purwanto, Ngalim, M. 2012. Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Sagala, Syaiful. 2012. Supervisi Pembelajaran Dalam Provesi Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.

Ruswenda, U. 2011. Berbagai Faktor dalam Supervisi Akademik Pengawas Sekolah


Menengah Kejuruan di Kabupaten Kuningan. Tesis tidak diterbitkan. Jakarta :
Pascasarjana Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, kualitatif, R&D,


Cetakan ke-24. Bandung: Alfabeta.
Sutarsih, C dan Nurdin. 2012. Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Suyanto dan Jihad, A. 2013. Menjadi Guru Profesional (Strategi Meningkatkan Kualifikasi
dan Kualitas Guru di Era Global). Jakarta: Esensi Erlangga Group.

Tim Dosen. 2015. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Usman, H. 2014. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4. Jakarta: Bumi
Aksara.

Wahyudi. 2012. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajaran (Learning


Organization). Bandung: Alfa Beta.

Anda mungkin juga menyukai