Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MEMAHAMI ALIRAN KALAM SYI’AH ISMA’ILIYYAH ITHNA’


ASYAR’IYYAH, DAN SYI’AH SYI’AH ESKTRIM
“Makalah Ini Disusun Untuk Memenjuhi Tugas Kkelompok”

Disusun Oleh:

1. Muhamad Luthfi hs (07020121045)


2. M. khusnul khuluq (07020121044)

Dosen Pengampu:
Moh. Fiqih Firdaus, M.Ag

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan anugerah dan rahmat-Nya dalam mengerjakan makalah yang
berjudul “Pemikiran Teologi Khawarij, Tokoh, Ajaran, Serta Implikasinya Bagi
Studi Keislaman”. Makalah ini disusun memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran
Teologi Islam Klasik-Modern.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak lain yang
turut memberikan dukungan dan bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa berguna bagi kita semua khususnya bagi penulis sebagai
penyusun makalah ini dan umumnya bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih belum sempurna. Maka dari itu penulis membutuhkan kritik
dan saran dari teman-teman, para dosen dan pihak lain demi kesempurnaan
makalah penulis ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 03 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Latar Belakang Munculnya syi’ah isma’iliyah..................................................5
B. Syi’ah ithna asyar’iyyah......................................................................................6
C. Syi’ah Syi’ah Ekstrim..........................................................................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................................10
A. KESIMPULAN...................................................................................................10
B. SARAN................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syi’ah dalam sejarah pemikiran Islam merupakan sebuah aliran yang
muncul dikarenakan politik dan seterusnya berkembang menjadi aliran
teologi dalam Islam. Sebagai salah satu aliran politik, bibitnya sudah ada
sejak timbulnya persoalan siapa yang berhak menjadi khalifah sepeninggal
Rasulullah. Dalam persoalan ini Syi’ah berpendapat bahwa yang berhak
menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah adalah keluarga sedarah yang
dekat dengan Nabi, yaitu Ali bin Abi Thalib dan harus dilanjutkan oleh
anaknya, Hasan dan Husen, serta keturunan-keturunannya. Syi’ah muncul
sebagai salah satu aliran politik dalam Islam baru dikenal sejak timbulnya
peristiwa tahkim (arbitrase). Sementara Syi’ah dikenal sebagai sebuah
aliran teologi dalam Islam, yaitu ketika mereka mencoba mengkaitkan iman
dan kafir dengan Imam, atau dengan kata lain ketaatan pada seorang Imam
merupakan tolok ukur beriman tidaknya seseorang, di samping paham
mereka bahwa Imam merupakan wakil Tuhan serta mempunyai sifat
ketuhanan.
Dengan mengkaji Syi’ah dan ajarannya secara lebih mendalam
diharapkan dapat dilihat garis pemisah antara yang benar-benar Syi’ah dan
yang hanya mengaku sebagai Syi’ah. Karena dalam panggung sejarah,
Syi’ah sering dibicarakan dalam konotasi yang kurang baik perihal ajaran-
ajarannya. Namun sesungguhnya, citra dan kesucian Syi’ah tidak patut
dipandang rusak dan keluar dari jalur Islam secara keseluruhan, karena
masih ada sebagian dari mereka yang dalam ajaran, pemikiran dan
tindakannya dianggap moderat dan toleran.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalh ini adalah sebagi berikut:
1. Apa latar belakang munculnya Syi’ah isma’iliyah?
2. Apa yang di maksud dengan aliran ithna asyar’iyyah?
3. Macam macam syi’ah esktrim beserta definisi dari syi’ah ekstrim ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagi berikut:
a. Mengetauhi latar belakang munculnya syi’ah isma’iliyyah.
b. Mengetahui penjelasan dari aliran ithna asyar’iyyah.
c. Mengetahui bagaimana maksud dan macam syi’ah syi’ah ekstrim.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Munculnya syi’ah isma’iliyah

Syiah Isma’iliyyah merupakan salah satu sekte yi’ah yang banyak


menyimpang dari ajaran Islam. Syiah Isma’iliyyah dinisbahkan kepada Imam
Isma’il ibn Ja’far al-Shadiq, yang wafat pada tahun 143 H, bertepatan dengan
tahun 765 M. Syiah Isma’iliyyah berbeda dengan Itsna’ Asyariah, yang
berkeyakinan bahwa Ja’far al-Shadiq, Imam keenam, telah memberikan imamah
kepada anaknya, Musa al-Kazim, kemudian selanjutnya kepada keturunannya.1
Menurut Syiah Isma’iliyyah, hal itu dilakukannya karena di dalam riwayat
dikatakan bahwa Isma’il, kakak Musa al-Kazim, adalah seorang pemabuk berat.
Tidaklah masuk akal, jika Ja’far al-Shadiq yang dikenal taqwa, alim serta wara’,
memberikan wasiat kepada anaknya yang pemabuk. Namun demikian, pengikut
Isma’il menolak keputusan Ja’far tersebut, dengan alasan bahwa Isma’il adalah
seorang yang ma’shm (terbebas dari kesalahan dan dosa) sekalipun dia pemabuk
berat. Kesenangannya meminum minuman keras adalah atas sepengetahuan Allah.
Atas dasar inilah, mereka mengakuinya sebagai imam, dan sebaliknya seringkali
imamah saudaranya, Musa al-Kazim.2
Isma’il adalah anak sulung Ja’far al-Shadiq yang dikatakan telah meninggal
terlebih dahulu dari pada ayahnya. Tentang berita tersebut, di kalangan Syiah
Isma’iliyyah sendiri terjadi perbedaan tersebut, di kalangan Syiah Isma’iliyyah
sendiri terjadi perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan bahwa dia benar-benar
telah minggal sebelum ayahnya, ada juga yang beranggapan bahwa sebenarnya
dia masih hidup sampai ayahnya wafat, namun sengaja dikabarkan telah
meninggal guna untuk menjaga keselamatannya dari penganiayaan penguasa Bani
Abbas. Bahkan mereka beranggapan bahwa Isma’il tidak meninggal, melainkan
sekedar bersembunyi dan akan muncul kembali sebagai al-Mahdi yang
dijanjikan.3

1
Muhammad al-Bahiy, Alam Pikiran Islam,  (terjemahan), Jakarta: Bulan Bintang, 1987
2
M.H. Thabathaba’I Islam Syi’ah Asal-Usul dan Perkembangan, (terjemahan), Jakarta: Pustaka
Utama Gafiti, 1993.
3
Ahmad Amin, Zuhr al-Islam, Juz. IV, Dar al-Kitab al-‘Arabiy, 1969

5
Akibat dari perbedaan pendapat itu di kalangan mereka mengenai maaslah
kematian Isma’il, maka Syiah Isma’iliyyah ini terpecah lagi ke dalam dua sub
sekte lagi, yakni: Qaramitha, yang dinisbahkan kepada Hamdan ibn Qatmath yang
terbentuk menjelang akhir abad ketiga hijriah. Qaramithah ini banyak mempunyai
pemikiran yang menyimpan dari ajaran Islam. Menurut mereka, risalah yang
diemban oleh Nabi Muhammad saw. telah terputus sejak beliau masih hidup,
yakni sejak peristiwa di Ghadir. Kemudian, kenabian dan risalah berpindah
kepada ‘Ali ibn Abi Thalib, sementara Nabi Muhammad sendiri menjadi pengikut
‘Ali. Mereka juga berpendapat bahwa syurga nabi Adam telah diberikan kepada
Muhammad ibn Isma’il. Maksudnya, semua yang diciptakan Tuhan di bumi ini
diperbolehkan untuk dinikmatinya, termasuk yang haram. Bahkan mereka lebih
jauh lagi berpendapat bahwa dosa besar adalah hal yang biasa saja. Dengan
demikian, sub sekte ini, dalam perkembangannya, telah banyak menyimpang dari
ajaran Islam yang benar. Druz atau hakimy, yang masih mengakui terus imamah
anak-anak dan keturunan Muhammad ibn Isma’il (Imam ketujuh mereka). Dalam
perkembangan selanjutnya, golongan inipun terpecah lagi menjadi dua kelompok,
sebagai akibat perselisihan mereka dalam masalah imamah. Selama tujuh
generasi, imamah Dinasti Fatimiyah di Mesir ini berlangsung dengan mulus tanpa
ada pertentangan. Namun, setelah imam ketuju, al-Muntashir Billah, putra-
putranya. Nazir dan Musta’liy, mempertengkarkan masalah imamah. Setelah
terjadi pertempuran, Musta’liy menang dan menangkap kakaknya. Nazir, untuk
selanjutnya dipenjarakan hingga wafat.4
Setelah peristiwa ini, maka mereka terpecah menjadi dua kelompok lagi, yakni
kelompok Naziriyah yang merupakan pengikut al-Hasan ibn Muhammad al-
Shabbah, seorang pembantu dekat al-Muntashir Billah. Karena dukungannya
terhadap Nizar, maka dia diusir dari Mesir oleh Musta’liy. Kemudian, dia pergi ke
Persia dan akhirnya disama mendirikan kekuasaannya dan mengajak masyarakat
masih ada di Bombay India, dan mereka disebut dengan pengikut Agha Khan.
Kelompok lainnya adalah pengikut Musta’liy yang dikenal dengan nama
kelompok Musta’liyah. Imamah mereka berlangsung selama kekuasaan Dinasti
Fatimiyah di Mesir sampai berakhir tahun 567 H/1171 M. Pengikut kelompok ini
masih ada sampai sekarang di India dan Yaman.5

4
Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman, Seputar Filsafat, Hukum, Politik dan
ekonomi, Bandung: Mizan, 1993.
5
Al-Syahrastaniy, al-Milal wa al-Nihal, Juz. I, Kairo: Dar al-Ittihad al-‘Arabiy, 1968.

6
B. Syi’ah ithna asyar’iyyah

Dari banyak golongan Syi’ah, salah satunya adalah Syi’ah Imamiah Itsna
Asyariyah. Nama dua belas itsna asyar’iyah ini mengandung pesan penting dalam
tinjauan sejarah, yaitu golongan ini terbentuk setelah lahirnya kedua belas imam
yaitu kira-kira pada tahun 260H/878M. Imam terakhir mereka adalah Imam
Mahdi yang ditunggu, seorang Imam yang muncul pada tahun 878 dan kemudian
menghilang karena masuk dalam goa di Sammara sebuah kota di Irak dekat
sungai Tigris, arah utara dari Baghdad.Para pengikut Itsna Asyariyyah yakin
bahwa Imam Mahdi akan kembali untuk menghadapi dajjal dan akan
membangun pemerentihan islam.6
Para pengikut ajaran Syi'ah Itsna Asyariyyah mendasarkan hukum mereka
Syariah pada Al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Perbedaan antara hukum syariah Sunni
dan Syiah terletak pada keyakinan bahwa Nabi Muhammad memberikan Ali ra.
Sebagai pemimpin pertama setelah Nabi Muhammad SAW. Lebih lanjut, menurut
pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah, bahwa Imam atau pemimpin umat tidak dapat
dipilih oleh manusia secara demokrasi pemilu. Imam adalah jabatan langsung dari
Allah swt. Sedangkan pengikut sunni percaya bahwa pemimpin umat dipilih
dengan pemilu dan yang memiliki suara terbanyaklah yang menjadi pemimpin.
Perbedaan inilah yang membuat Syi'ah dan sunni menjadi terpecah. Berikut ini
adalah perbedaan lain dalam masalah Syari'ah antara Syi'ah dan sunni.
Mengambil hadits dari nabi muhammad saw. dan para ahlul BaitTidak
mengambil hadits dan contoh yang diriwayatkan oleh Abu Bakar, umar dan
usman Mereka bertiga adalah khulafaur rasyidin sebelum khalifah ali ra.
Memberikan status ma'shum (bebas dari kesalahan kepada para imam dan
mengikuti contoh dan ajaran mereka
Dokterin syi’ah itsna asyar’iyah atau syi’ah imamiyah ajaran-ajaran Syi’ah
itsna asyariyah ini memiliki konsep khusus yang dikenal dengan konsep ushul ad-
din, dan konsep furu’ ad-din. Konsep ushul ad-din ini mempunyai 5 pokok yaitu:
1. Tauhid, keesaan tuhan adalah mutlak, tuhan adalah qadim, Tuhan tidak
terbatasi oleh ruang dan waktu, karena ruang dan waktu adalah ciptaan-
Nya dan ia tidak dibatasi oleh ciptaan-Nya. Mereka juga percaya bahwa
Allah Maha Kuasa, Allah Maha Esa, Allah tidak terlihat dan tidak
tergambar secara lahiriah oleh manusia,, dan Tuhan selalu benar dan bebas
berkehendak.7
2. Keadilan, Tuhan menciptakan kebaikan di alam semesta ini karena itu
6
Anwar rosihon, ilmu kalam, hal 94
7
Fadil Su’ud Ja’fari, Islam Syi’ah, (UIN Maliki Press: Malang, 2010 ), hal.64

7
merupakan keadilan. Ia tidak menghiasi ciptaannya dengan ketidak adilan.
Tuhan memberikan akal untuk manusia agar mengetahui perkara yang
benar dan yang salah melalui perasaan. Dan Tuhan juga memberikan indra
lainnya agar manusia dapat melakukan sesuatu dengannya,8 dan ini
merupakan keadilan Tuhan.
3. Kenabian, Selain Tuhan menciptakan insting untuk manusia agar menjadi
petunjuk untuknya, baik petunjuk dari Tuhan atau petunjuk dari dirinya
sendiri, maka Rasul merupakan petunjuk haqiqi utusan yang diutus untuk
memberikan acuan dalam membedakan yang baik dan yang buruk. Dalam
keyakinan Syi’ah Itsna ‘Asyariyah mereka meyakini nabi-nabi dari Nabi
Adam hingga Nabi Muhammad dan tidak ada nabi setelah Nabi
Muhammad.9
4. Ma’ad (hari kiamat), ma’ad merupakan hari akhir untuk menghadap
pengadilan Tuhan di akhirat mereka yang beramal baik akan mendapatkan
ganjaran untuk masuk ke Surga selamanya, sedangkan yang beramal buruk
akan dimasukkan ke Neraka selamanya sesuai dengan kehendak-Nya.
5.  Imamah, itsna asyariyah /syi’ah imamiyah mempercayai bahwa ada
sistem kepemimpinan yang disebut imamah yang berasal dari Nabi
Muhammad. imam sendiri bertugas untuk memimpin umat Islam dengan
petunjuk dari Allah swt. Dan hal ini mereka memandang para imam itu
ma’shum.10

C. Syi’ah Syi’ah Ekstrim

Munculnya gerakan syiah di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang


sebenarnya tidak begitu asing bagi yang mau mengkaji tentang sejarah munculnya
syi’ah di Indonesia. Namun keberadaannya selama ini laksana clandestine atau
gerakan bawah tanah yang memang secara formal tidak menampakkan jati dirinya
yang sebenarnya, walaupun bagi yang memperhatikan dan mengikuti
perkembangannya mungkin akan Nampak jelas.

Namun sepanjang kajian saya terhadap referensi-referensi yang meneliti


tentang Syiah dari sumbernya langsung, mayoritas tokoh-tokoh puncak Syiah
masih mencantumkan dalam kitab-kitab mereka doktrin dan pemikiran ekstrim
yang bertentangan dengan Ahlussunah. Termasuk sampai tokoh terkininya seperti
Ayatullah Khumaeni dan pengikut-pengikutnya di Iran masih tetap merujuk
kepada doktrin-doktrin Syiah ekstrim klasik. Hal ini sudah banyak diungkap oleh

8
Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M.Ag, dkk, Ilmu Kalam Edisi Revisi, (bandung: Pustaka Setia, 2012),
hal.117
9
Ibid, hal 95
10
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), hal.5

8
para peneliti dan ulama, dimana mereka masih mengutip kitab-kitab Syiah ekstrim
dan menyebarkan doa-doa yang melaknat Abu Bakar, Umar dan Usman.
Doktrin-doktrin ekstrim mereka di antaranya adalah pengingkaran terhadap
kekhalifahan Abu bakar, umar dan usman bahkan mereka menyebutnya berhala-
berhala qurasiy padahal dalam fakta dan sejarah merekalah bertiga yang
memimpin ummat Islam sehingga mampu melebarkan kekuasaan ummat Islam
sampai luas dan itulah yang diyakini kaum sunni.
Tidak cukup sampai disitu Syiah juga menganggap kafir sebagian besar
sahabat karena memang merupakan fakta dan sejarah bahwa semua sahabat
mendukung kepemimpinan Abu Bakar, Umar dan Usman, kecuali 4 orang sahabat
saja yang mereka anggap mendukung Syiah. Inilah doktrin yang sangat
berlawanan dengan Sunni. Sehingga dengan berbagai upaya,  mereka melakukan
dan menghalalkan segala cara untuk mendukung doktrin-doktrinnya termasuk
membuat riwayat-riwayat dan hadis-hadis palsu sesuai versi mereka termasuk
tafsir dan takwil bathil terhadap al-qur’an.

Tidak cukup sampai disitu mereka juga berani punya keyakinan yang
berbeda dengan mayoritas sahabat yaitu adanya perubahan dalam Al Qur’an demi
mendukung keyakinan Imamah mereka, bahwa mereka punya mushaf sendiri
yang tersembunyi, lalu ada surat wilayah yang tidak tercantum, ada ayat-ayat Al
Qur’an yang dibuang, dan lain-lain, bukti-bukti tentang keyakinan syiah ini sudah
banyak diungkap oleh banyak ulama dan ilmuan walaupun sebagian syiah ada
yang menolak atau memang karena sedang bertaqiyah Wallahua’lam.11

Taqiyah, taqiyah merupakan program rahasia, dan program ini dianggap


wajib bagi mereka karena mereka berpatokan pada perkataan salah satu imam
mereka yaitu imam fajar shodiq “taqiyah adalah agamaku dan agama nenek
moyangku” fatwanya yang lain “barang siapa yang tidak bertaqiyah maka tidak
beragama”.12

11
  DR. Abdul Mun’in Al Nimr tentang : Syiah, Imam Mahdi dan Duruz
12
DRS. Sahilun a. Nasir,Firqoh Syi’ah, (Surabaya: Usana offest Printing, 1998) hal.61

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Syi’ah secara bahasa berarti “pengikut”,”partai”, atau “kelompok”, sedangkan
secara terminologis istilah sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual
dan keagamaan merujuk kepada keturunan Nabi Muhammad SAW. Atau disebut
sebagai ahl al-ba. Menurut Ath-Thabathaba’i (1903-1981M), istilah syi’ah untuk
pertama kalinya ditujukan pada para pengikut ali (syi’ah Ali).Pengertian bahasa
dan terminologi boleh dikatakan hanya merupakan dasar yang membedakan
Syi’ah dengan kelompok Islam yang lain. Wajar jika dari pengertian diatas belum
diperoleh penjelasan yang memadai mengenai Syi’ah dan doktrin-doktrinnya.
Meskipun demikian pengertian diatas merupakan titik tolak penting bagi madzhab
Syi’ah dalam mengembangkan dan membangun doktrin-doktrinnya yang meliputi
segala aspek kehidupan, seperti imamah, taqiyah, mut’ah, dll.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak
sekali kekurangan kekurangan di dalamnya. Karena manusia tak luput dari yang
namanya lupa dan salah oleh karena itu kami penulis pembaca bersedia untuk
memberikan kritik dan sarannya agar kedepannya penulis dapat menjadi lebih
baik lagi dalam hal pembuatan makalah sekian terimakasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad al-Bahiy, Alam Pikiran Islam, (terjemahan), Jakarta: Bulan Bintang,


1987
M.H. Thabathaba’I Islam Syi’ah Asal-Usul dan Perkembangan, (terjemahan),
Jakarta: Pustaka Utama Gafiti, 1993.
Ahmad Amin, Zuhr al-Islam, Juz. IV, Dar al-Kitab al-‘Arabiy, 1969
Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman, Seputar Filsafat,
Hukum, Politik dan ekonomi, Bandung: Mizan, 1993.
Al-Syahrastaniy, al-Milal wa al-Nihal, Juz. I, Kairo: Dar al-Ittihad al-‘Arabiy,
1968.
Anwar rosihon, ilmu kalam, hal 94
Fadil Su’ud Ja’fari, Islam Syi’ah, (UIN Maliki Press: Malang, 2010 ), hal.64
Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M.Ag, dkk, Ilmu Kalam Edisi Revisi, (bandung:
Pustaka Setia, 2012), hal.117
Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M.Ag, dkk, Ilmu Kalam Edisi Revisi, (bandung:
Pustaka Setia, 2012), hal.95
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), hal.5
DR. Abdul Mun’in Al Nimr tentang : Syiah, Imam Mahdi dan Duruz
DRS. Sahilun a. Nasir,Firqoh Syi’ah, (Surabaya: Usana offest Printing, 1998)
hal.61

11

Anda mungkin juga menyukai