Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

INDUKSI KEUANGAN SYARIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Keuangan


Syariah Dosen Pembimbing : Mastura, M.E.I

Disusun Oleh :

Cut Ainayah (4022019005)


Dian Aulia (4022019010)
Dzul Aulia (4022019011)

Jurusan : Ekonomi Syariah


Fakultas : FEBI
Semester 5
Unit 4

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LANGSA


TAHUN AJARAN 2021
PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan
baik. Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang Inklusi Keuangan Syariah.

Makalah ini dibuat dengan berbagai pemikiran dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
Makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini. Kami menerima
kritik konstruktif dari dosen untuk penyempurnaan Makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Langsa, 17 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Pengertian Keuangan Syariah...............................................................3
B. Pengertian Inklusi Keuangan................................................................3
C. Visi-Misi Inklusi Keuangan..................................................................5
D. Prinsip Dasar Inklusi Keuangan............................................................7
E. Unsur-unsur Inklusi Keuangan............................................................7
F. Tinjauan Al-Quran Tentang Inklusi Keuangan Syariah......................9

BAB III : PENUTUP..........................................................................................10

A. Kesimpulan...........................................................................................10
B. Saran.....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas ekonomi menjadi faktor penting untuk mengukur kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Tanpa adanya ekonomi yang kuat, suatu
negara tidak akan memiliki kemampuan berkompetisi maupun menentukan nasibnya
sendiri dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan seperti yang terjadi saat ini.
Pengentasan kemiskinan dengan pemberdayaan UMKM selama ini tersekat oleh
sebuah pola yang paling mendasar dari dunia perbankan yaitu bankable. Bagi dunia
perbankan, bankable adalah sayarat mulat sesuai regulasi dari Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengawasan perbankan di Indonesia karena
perbankan harus melakukan azas kehati-hatian dalam melepas kredit kepada
nasabahnya. UMKM yang secara umum tidak bankable, akan mengalami kesulitan
dalam mengakses kredit ataupun pembiayaan dari perbankan. Seperti kita ketahui,
beberapa tahun terakhir ini dinamika inklusi keuangan dalam sedang menjadi isu
ekonomi yang sangat penting. Tidak hanya di Indonesia, inklusi keuangan menjadi
program penting yang dilakukan oleh negara-negara di dunia. Inklusi keuangan atau
financial inclusion mulai menjadi sorotan paska krisis 2008.
Salah satu tujuan dari adanya penerapan program inklusi keuangan oleh
pemerintah adalah diberikan kemudahan bagi masyarakat yang tergolong unbanked
untuk mendapatkan akses keuangan formal. Dalam makalah ini, penulis akan
menjelaskan tentang Inklusi Keuangan Syariah.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu:

1. Apa pengertian Keuangan Syariah ?


2. Apa pengertian Inklusi Keuangan ?

1
3. Apa Visi-Misi Inklusi Keuangan ?
4. Bagaimanakah Prinsip Dasar Inklusi Keuangan ?
5. Apa Unsur – unsur Inklusi Keuangan ?
6. Bagaimanakah Tinjauan Al-Quran tentang Inklusi Keuangan Syariah ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian Keuangan Syariah.


2. Untuk mengetahui pengertian Inklusi Keuangan.
3. Untuk mengetahui Visi-Misi Inklusi Keuangan .
4. Untuk mengetahui Prinsip Dasar Inklusi Keuangan.
5. Untuk mengetahui Unsur – unsur Inklusi Keuangan.
6. Untuk mengetahui Tinjauan Al-Quran tentang Inklusi Keuangan Syariah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keuangan Syariah

Lembaga keuangan syariah (LKS) adalah lembaga yang dalam aktifitasnya, baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan
mengenakan imbalan atau dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.1

Perkembangan Bank dan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia mengalami


peningkatan baik dari segi kuantitas maupun jenisnya. Perbankan syariah yang mulai
beroperasi di Indonesia pada tahun 1992 dengan berdirinya Bank Muamalat dan disusul
dengan Asuransi Syariah Takaful yang didirikan pada tahun 1994. Kedua lembaga
keuangan syariah tersebut bisa katakan menjadi pionir tumbuhnya bisnis syariah di
Indonesia. Pada awal berdirinya, bukan hal yang mudah untuk memperkenalkan bisnis
syariah di Indonesia walaupun mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Mulai dari
istilah yang cukup sulit dihafalkan, sampai dengan konsep operasional yang dirasakan
berbelit-belit.

B. Pengertian Inklusi Keuangan


Inklusi keuangan didefinisikan sebagai kondisi dimana setiap masyarakat
mempunyai hak untuk mengakses berbagai layanan keuangan formal yang berkualitas
secara tepat waktu, lancar, dan aman dengan biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.2

Global Partnership on Financial Inclusion (GPFI) mendefnisikan inklusi keuangan


sebagai keadaan dimana suatu masyarakat atau orang dewasa memiliki kemudahan
akses kredit, tabungan, pembayaran dan asuransi dari penyedia layanan formal.
Sedangkan Financial Action Task Force (FATF) menjelaskan inklusi keuangan

1
Muhammad abdul karim, kamus bank syariah (Yogjakarta: asnaliter), hlm. 32
2
Dufi, et.al. (2014).Determinan Pendapatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor
Industri Pengolahan Di Kabupaten Jember. Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember, hlm.
36
menyediakan akses layanan keuangan yang aman, nyaman dan terjangkau untuk
kelompok yang kurang beruntung seperti orang dengan penghasilan rendah, orang desa
yang tidak memiliki dokumen, orang yang sulit atau jauh dari sektor keuangan formal.
Inklusi keuangan merupakan proses untuk memastikan bahwa ada askes untuk
menggunakan produk keuangan yang tepat dan dibutuhkan masyarakat, khususnya
masyarakat kelas bawah yang lemah dan rentan sehingga mereka dapat menggunakan
layanan keuangan dengan biaya yang terjangkau secara adil dan transparan.3

Keuangan inklusif (financial inclusion) adalah seluruh upaya yang bertujuan


meniadakan segala bentuk hambatan yang bersifat harga maupun non harga, terhadap
akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan. Keuangan inklusif ini
merupakan strategi nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui
pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan serta stabilitas sistem keuangan.
Inklusi keuangan adalah upaya mengurangi kemiskinan. Pentingnya inklusi keuangan ini
dilihat dari fakta dimana tidak semua penduduk memiliki akses yang sama terhadap
sumber daya ekonomi, sedangkan disaat yang sama pula setiap penduduk harus
memenuhi kebutuhan hidupnya.4

Layanan keuangan yang disediakan harus dapat diterima oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan mudah untuk diakses dari sisi persyaratan serta layanan. Selain
itu, layanan keuangan yang aman dimaksudkan agar masyarakat terlindungi hak dan
kewajibannya dari risiko yang mungkin timbul.5

3
Bank Indonesia, 2016
4
Dian Adrian dan I Gsti Bgs Wiksuana, Inklusi Keuangan dalam Hubungan dengan Pertumbuhan
UMKM dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Bali, E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 12,
2018
5
Dufi, et.al. (2014).Determinan Pendapatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor
Industri Pengolahan Di Kabupaten Jember. Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember, hlm.
36
C. Visi-Misi Inklusi Keuangan

Visi nasional keuangan inklusif dirumuskan sebagai berikut: “mewujudkan sistem


keuangan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, penanggulangan kemiskinan, pemerataan pendapatan dan
terciptanya stabilitas sistem keuangan di Indonesia.” Visi keuangan inklusif tersebut
dijabarkan dalam beberapa tujuan sebagai berikut:

Tujuan 1: Menjadikan strategi keuangan inklusif sebagai bagian dari strategi besar
pembangunan ekonomi, penanggulangan kemiskinan, pemerataan pendapatan dan
stabilitas sistem keuangan. Keuangan inklusif adalah strategi untuk mencapai tujuan
pembangunan ekonomi yang lebih luas, yaitu penanggulangan kemiskinan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta bagian dari strategi untuk mencapai
stabilitas sistem keuangan. Kelompok miskin dan marjinal merupakan kelompok yang
memiliki keterbatasan akses ke layanan keuangan. Tujuan keuangan inklusif adalah
memberikan akses ke jasa keuangan yang lebih luas bagi setiap penduduk, namun
terdapat kebutuhan untuk memberikan fokus lebih besar kepada penduduk miskin.

Tujuan 2: Menyediakan jasa dan produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Konsep keuangan inklusif harus dapat memenuhi semua kebutuhan yang
berbeda dari segmen penduduk yang berbeda melalui serangkaian layanan holistik yang
menyeluruh.

Tujuan 3: Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai layanan keuangan.


Hambatan utama dalam keuangan inklusif adalah tingkat pengetahuan keuangan yang
rendah. Pengetahuan ini penting agar masyarakat merasa lebih aman berinteraksi dengan
lembaga keuangan.

Tujuan 4: Meningkatkan akses masyarakat ke layanan keuangan. Hambatan bagi orang


miskin untuk mengakses layanan keuangan umumnya berupa masalah geografis dan
kendala administrasi. Menyelesaikan permasalahan tersebut akan menjadi terobosan
mendasar dalam menyederhanakan akses ke jasa keuangan.
Tujuan 5: Memperkuat sinergi antara bank, lembaga keuangan mikro, dan lembaga
keuangan non bank. Pemerintah harus menjamin tidak hanya pemberdayaan kantor
Keuangan Bukan Bank menjadi penting khususnya dalam mendukung pencapaian
stabilitas sistem keuangan.

Tujuan 6: Mengoptimalkan peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk


memperluas cakupan layanan keuangan. Teknologi dapat mengurangi biaya transaksi
dan memperluas sistem keuangan formal melampaui sekedar layanan tabungan dan
kredit. Namun, pedoman dan peraturan yang jelas perlu ditetapkan untuk
menyeimbangkan perluasan jangkauan dan resikonya.6

Visi inklusi keuangan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan


formal melalui peningkatan pemahaman tentang sistem, produk, dan jasa keuangan,
serta ketersediaan layanan keuangan formal yang berkualitas secara tepat waktu, lancar,
dan aman dengan biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misi inklusi keuangan adalah sebagai
berikut:

1. Meningkatkan kesempatan dan kemampuan masyarakat dalam mengakses dan


memanfaatkan layanan keuangan.
2. Menyediakan produk dan jasa keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat.
3. Meningkatkan pengetahuan dan rasa aman masyarakat dalam penggunaan layanan
keuangan.
4. Memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan.
5. Mendorong pengembangan keuangan inklusi untuk mendukung pencapaian
Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia.

6
Grup Pengembangan Keuangan Inklusif, “Booklet Keuangan Inklusif”,hlm. 6-8.
D. Prinsip Dasar Inklusi Keuangan
1) Terukur
Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan inklusi
keuangan mempertimbangkanjangkauan wilayah, biaya, waktu, sistem teknologi,
dan memiliki mitigasi terhadap potensi risiko yang timbuldari transaksi produk
dan/atau layanan jasa keuangan sehingga akses yang disediakan dan produk
dan/atau layanan jasa keuangan yang dikembangkan memiliki karakteristik yang
sesuai dengan sasaran dari kegiatan dalam rangka meningkatkan inklusi keuangan.

2) Terjangkau
Pelaksanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan inklusi keuangan dapat
diakses oleh seluruh golonganmasyarakat dengan biaya murah atau tanpa biaya,
serta pemanfaatan teknologi.

3) Tepat sasaran Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan inklusi keuangan sesuai
dengan kebutuhan dankemampuan konsumen dan/atau masyarakat yang menjadi
sasaran.

4) berkelanjutan

Pelaksanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan inklusi keuangan dilakukan


secara berkesinambunganuntuk mencapai target yang direncanakan serta memiliki
aspek jangka panjang yang mengutamakankebutuhan dan kemampuan konsumen
dan/atau masyarakat.7

E. Unsur – unsur Inklusi Keuangan

Beberapa unsur yang berperan dalam inklusi keuangan adalah akses,ketersediaan


produk dan layanan jasa keuangan, penggunaan, serta kualitas.

7
OJK, Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia, hlm. 80
1) Akses adalah infrastruktur yang disediakan oleh lembaga jasa keuangan agar
masyarakat dapat menjangkau baik lembaga, produk dan layanan jasa keuangan yang
bersifat formal. Contoh perluasan akses keuangan antara lain:

a) Penambahan jaringan kantor;

b) Penambahan jumlah agen;

c) Penambahan jumlah ATM;

d) Penambahan point of access melalui layanan digital;

e) Persiapan infrastruktur berbentuk fasilitas nir kantor (branchless);

f) Penambahan kerja sama dengan pihak lain; dan

g) Pengembangan delivery channel atau saluran distribusi produk dan layanan jasa
keuangan.

2) Ketersediaan produk dan layanan jasa keuangan yang dibutuhkan oleh seluruh
golongan masyarakat agar setiap golongan tersebut mampu memanfaatkan produk dan
layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Dalam hal ini
lembaga jasa keuangan perlu menyediakan produk dan layanan jasa keuangan untuk
seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, ketersediaan produk dan layanan jasa keuangan
perlu disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan masyarakat yang dapat dijangkau baik
dari segi harga maupun aksesnya.

3) Penggunaan produk dan layanan jasa keuangan oleh masyarakat merupakan tujuan
akhir dari inklusi keuangan sehingga diharapkan masyarakat bukan hanya menikmati
produk dan layanan jasa keuangan yang digunakannya, melainkan juga untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4) Kualitas merupakan kondisi dimana produk dan layanan jasa keuangan dapat
memberikan manfaat yangsebesar-besarnya kepada masyarakat yang menggunakan
produk dan layanan jasa keuangan tersebut.Kualitas dalam hal ini, dapat diartikan pula
penggunaan produk dan layanan jasa keuangan oleh masyarakat secara aktif yang berarti
produk dan layanan jasa keuangan “fit” dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat
sehingga frekuensi penggunaannya relatif tinggi.8

F. Tinjauan Al-Quran tentang Inklusi Keuangan Syariah

Allah Swt dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 208 menyatakan: “Hai orang-
orang yang beriman masuklah ke dalam agama Islam secara kaffah dan janganlah kalian
mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata
bagimu.”37 Pada ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar
memeluk Islam secara kaffah, yang dimaksud dengan kaffah adalah melaksanakan
segala syariat Islam secara keseluruhan (totalitas) tidak memilah-milah antara aturan
agama yang satu dengan yang lainnya. Karena bisa jadi apa yang tidak kita sukai
menjadi hal yang buruk buat kita. Menindak lanjuti ayat tersebut, seharusnya sebagai
ummat muslim masyarakat Indonesia tidak mengalami kesulitan untuk mengakses
lembaga keuangan syariah untuk menunjang kegiatan ekonomi mereka.9

Sebuah sistem keuangan yang inklusif harus memiliki pengguna sebanyak


mungkin, oleh karena itu sistem keuangan yang inklusif harus menjangkau secara luas di
antara pengguna. Kunt et.al menyatakan bahwa semakin inklusif lembaga keuangan
maka akan semakin besar peluang bagi masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
keuangan seperti halnya mereka mendapatkan tunjangan atau jaminan bagi orang- orang
miskin dan kelompok masyarakat yang kurang mampu.

8
Ibid., hlm.11
9
Lucky Nugroho, “Financial Literacy dan financial Inclusion Vis a Vis Integrasi layanan Keuangan
Syariah”, dalam www.syariahfinance.com (Februari 2016), “diakses pada” Oktober 2021
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga keuangan syariah (LKS) adalah lembaga yang dalam aktifitasnya, baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan
mengenakan imbalan atau dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.
Inklusi keuangan didefinisikan sebagai kondisi dimana setiap masyarakat
mempunyai hak untuk mengakses berbagai layanan keuangan formal yang berkualitas
secara tepat waktu, lancar, dan aman dengan biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Visi inklusi keuangan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan


formal melalui peningkatan pemahaman tentang sistem, produk, dan jasa keuangan,
serta ketersediaan layanan keuangan formal yang berkualitas secara tepat waktu, lancar,
dan aman dengan biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misi inklusi keuangan yaitu (1)
Meningkatkan kesempatan dan kemampuan masyarakat dalam mengakses dan
memanfaatkan layanan keuangan; (2) Menyediakan produk dan jasa keuangan yang
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat; (3) Meningkatkan pengetahuan dan rasa aman
masyarakat dalam penggunaan layanan keuangan; (4) Memperkuat sinergi antar
pemangku kepentingan ; (5) Mendorong pengembangan keuangan inklusi untuk
mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia.
Prinsip Dasar Inklusi Keuangan yaitu (1) Terukur; (2) Terjangkau; (3) Tepat
Sasaran Pelaksanaan; dan (4) Berkelanjutan.
Unsur – unsur Inklusi Keuangan yaitu (1) Akses; (2) Ketersediaan produk dan
layanan jasa keuangan yang dibutuhkan oleh seluruh golongan masyarakat; (3)
Penggunaan produk dan layanan jasa keuangan oleh masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat; (4) berkualitas.
B. Saran

Demikianlah pemaparan makalah tentang pendapat Inklusi Keuangan Syariah.


Berdasarkan pemaparan diatas, penulis menyarankan agar pembaca untuk mempelajari
dan mencari tahu lebih banyak lagi tentang Inklusi Keuangan Syariah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita sekalian.
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2016


Dian Adrian dan I Gsti Bgs Wiksuana, Inklusi Keuangan dalam Hubungan dengan
Pertumbuhan UMKM dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Bali, E-
Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 12, 2018
Dufi, et.al. (2014).Determinan Pendapatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Sektor Industri Pengolahan Di Kabupaten Jember. Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi, Universitas Jember
Grup Pengembangan Keuangan Inklusif, “Booklet Keuangan
Inklusif” Muhammad abdul karim. kamus bank syariah . Yogjakarta:
asnaliter
Lucky Nugroho, “Financial Literacy dan financial Inclusion Vis a Vis Integrasi layanan
Keuangan Syariah”, dalam www.syariahfinance.com (Februari 2016), “diakses pada”
Oktober 2021
OJK, Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai