OLEH KELOMPOK 3:
TAHUN 2020/202
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat taufik dan hidayah-nya,
makalah ini dapat di selesaikan. Makalah ini merupakan makalah tentang
pengetahuan bagi mahasiswa/i prodi keperawatan maupun para pembaca untuk
bidang pengetahuan.
Makalah ini sendiri di buat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Keperawatan Gawat Daryrat dengan judul. “PENURUNAN
TINGKAT KESADARAN” Di dalam penulisan laporan ini, penulis mendapat
banyak hambatan karena pengetahuan dan referensi karena itu kritik serta saran
dari para pembaca sangat di perlukan demi kemajuan pada pembuatan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca serta
institusi kesehatan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penurunan kesadaran merupakan kasus gawat darurat yang sering
dijumpai dalam praktek sehari-hari. Berdasarkan hasil pengumpulan data
Rumah Sakit Pendidikan dr. Piringadi, para peneliti memperkirakan bahwa
terdapat 3% kasus dengan penurunan kesadaran atau komadari 10% jumlah
kasus kegawatdaruratan neurologi di Rumah Sakit dr. Piringadi
Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di
kedua hemisfer serebridan Ascending Reticular Activating System (ARAS)
Jika terjadi kelainan pada kedua sistem ini, baik yang melibatkan sistem
anatomi maupun fungsional akan mengakibatkan terjadinya penurunan
kesadaran dengan berbagai tingkatan.Ascending Reticular Activating
System merupakan suatu rangkaian atau network system yang dari kaudal
berasal dari medulla spinalismenuju rostral yaitu diensefalon melalui brain
stem sehingga kelainan yang mengenai lintasanARAS tersebut berada
diantara medulla, pons, mesencephalon menuju ke subthalamus,
hipothalamus, thalamus dan akan menimbulkan penurunan derajat kesadaran.
Neurotransmiter yang berperan pada ARAS antara lain neurotransmiter
kolinergik, monoaminergik dan gammaaminobutyric acid (GABA) Respon
gangguan kesadaran pada kelainan di ARAS ini merupakan kelainan
yang berpengaruh kepada sistem arousal yaitu respon primitif yang
merupakan manifestasi rangkaianinti-inti di batang otak dan serabut-serabut
saraf pada susunan saraf. Korteks serebri merupakan bagian yang terbesar
dari susunan saraf pusat di mana kedua korteks ini berperan dalamkesadaran
akan diri terhadap lingkngan atau input-input rangsangan sensoris, hal ini
disebut jugasebagai awareness. Pada referat ini akan dibahas mengenai
definisi penurunan kesadaran, bahaya penurunankesadaran, patofisiologi ,
diagnosis serta diagnosis penurunan kesadaran akibat metabolik danstruktural
dan tatalaksana penurunan kesadaran yang terbagi atas tatalaksana baik
umum maupun khusus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penurunan kesadaran?
2. Apa Etiologi penurunan Kesadaran?
3. Bagaimana Manifestasi klinis yang terjadi pada penurunan kesadaran?
4. Bagaimana Pathway?
5. Bagaimana Cara Penilaian Kesadaran?
6. Bagai mana Pemeriksaan Penunjang?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengerti definisi Penurunan Kesadaran
2. Agar dapat mengerti Etiologi Penurunan Kesadaran
3. Agar dapat mengerti Manifestasi klinis Penurunan Kesadaran
4. Agar dapat mengerti Pathway Penurunan Kesadaran
5. Agar dapat mengerti Cara Penilaian Kesadaran
6. Agar dapat mengerti Pemeriksaan penunjang pada pasien Penurunan
Kesadaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
1. Kompos mentis
Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari
panca indra dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik
dari luar maupun dalam.
2. Somnelen / drowsiness / clouding of consciousness
Mata cenderung menutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan
perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walau sedikit bingung,
tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun.
3. Stupor / Sopor
Mata tertutup dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata
atau bersuara satu dua kata . Motorik hanya berupa gerakan mengelak
terhadap rangsang nyeri.
4. Soporokoma / Semikoma
Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat
mengerang tanpa arti, motorik hanya gerakan primitif.
5. Koma
Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal
membuka mata, bicara maupun reaksi motorik.
B. ETIOLOGI
Untuk memudahkan mengingat dan menelusuri kemungkinan –
kemungkinan penyebab penurunan kesadaran dengan istilah “
SEMENITE “ yaitu :
1. S : Sirkulasi
Meliputi stroke dan penyakit jantung, Syok (shock) adalah kondisi medis
tubuh yang mengancam jiwa yang diakibatkan oleh kegagalan sistem
sirkulasi darah dalam mempertahankan suplai darah yang memadai.
Berkurangnya suplai darah mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen
ke jaringan tubuh. Jika tidak teratasi maka dapat menyebabkan kegagalan
fungsi organ penting yang dapat mengakibatkan kematian. Kegagalan
sistem sirkulasi dapat disebabkan oleh Kegagalan jantung memompa
darah, terjadi pada serangan jantung.
2. E : Ensefalitis
Dengan tetap mempertimbangkan adanya infeksi sistemik / sepsis yang
mungkin melatarbelakanginya atau muncul secara bersamaan.
3. M : Metabolik
Misalnya hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum.
Etiologi hipoglikemia pada DM yaitu hipoglikemia pada DM stadium dini,
hipoglikemia dalm rangka pengobatan DM yang berupa penggunaan
insulin, penggunaan sulfonil urea, bayi yang lahir dari ibu pasien DM, dan
penyebab lainnya adalah hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan DM
berupa hiperinsulinisme alimenter pos gastrektomi, insulinoma, penyakit
hati yang berat, tumor ekstrapankreatik, hipopitiutarism
Gejala-gejala yang timbul akibat hipoglikemia terdiri atas 2 fase. Fase 1
yaitu gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormon efinefrin. Gejalanya berupa
palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual.
gejala ini timbul bila kadar glukosa darah turun sampai 50% mg.
Sedangkan Fase 2 yaitu gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya
gangguan fungsi otak , karena itu dinamakan juga gejala neurologi.
Gejalanya berupa pusing, pandang kabur, ketajam mental menurun,
hilangnya keterampilan motorik halus, penurunan kesadaran, kejang-
kejang dan koma.gejala neurologi biasanya muncul jika kadar glukosa
darah turun mendekati 20% mg.
Pada pasien ini menurut gejalanya telah memasuki fase 2 karena telah
terjadi gangguan neurologik berupa penurunan kesadaran, pusing, dan
penurunan kadar glukosa plasma mendekati 20 mg%.dan menurut
stadiumnya pasien telah mengalami stadium gangguan otak karena
terdapat gangguan kesadaran. Pada pasien DM yang mendapat insulin atau
sulfonilurea diagnosis hipoglikemia dapat ditegakan bila didapatkan
gejala-gejala tersebut diatas. Keadaan tersebut dapat dikonfirmasikan
dengan pemeriksaan glukosa darah.
Bila gejalanya meragukan sebaiknya ambil dulu darahnya untuk
pemeriksaan glukosa darah. Bila dengan pemberian suntik bolus dekstrosa
pasien yang semula tidak sadar kemudian menjadi sadar maka dapat
dipastiakan koma hipogikemia.sebagai dasar diagnosis dapat digunakan
trias whipple, yaitu gejala yang konsisten dengan hipoglikemia, kadar
glukosa plasma rendah, gejala mereda setelah kadar glukosa plasma
meningkat
Prognosis dari hipoglikemia jarang hingga menyebabkan kematian.
Kematian dapat terjadi karena keterlambatan mendapatkan pengobatan,
terlalu lama dalam keadaan koma sehingga terjadi kerusakan jaringan
otak.
4. E : Elektrolit
Misalnya diare dan muntah yang berlebihan. Diare akut karena infeksi
dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri
perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat
dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan
biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang yang
kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung,
lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air
yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan
asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat
dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul). Gangguan kardiovaskuler pada
tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda
denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-
kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat
timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan
perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini
tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang
berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
5. N : NeoplasmaTumor otak baik primer maupun metastasis
Tumor otak baik primer maupun metastasis, Muntah : gejala muntah
terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih
sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat
proyektil dan tak disertai dengan mual. Kejang : bangkitan kejang dapat
merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari
35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan
kejang adalah tumor otak. Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak
di korteks, 50% pasien dengan astrositoma, 40% pada pasien meningioma,
dan 25% pada glioblastoma.
Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial (TTIK) : berupa keluhan nyeri kepala
di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari,
muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan
diketemukan papil udem.
6. I : Intoksikasi
Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada korteks secara
menyeluruh misalnya pada gangguan metabolik, dan dapat pula
disebabkan oleh gangguan ARAS di batangotak, terhadap formasio
retikularis di thalamus, hipotalamus maupun mesensefalon Pada
penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni gangguan
derajat(kuantitas, arousal wake f ulness) kesadaran dan gangguan isi
(kualitas, awareness alertness kesadaran). Adanya lesi yang dapat
mengganggu interaksi ARAS dengan korteks serebri, apakahlesi
supratentorial, subtentorial dan metabolik akan mengakibatkan
menurunnya kesadaran.
Intoksikasi berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat menyebabkan
penurunan kesadaran, Menentukan kelainan neurologi perlu untuk evaluasi
dan manajemen penderita. Pada penderita dengan penurunan kesadaran,
dapat ditentukan apakah akibatkelainan struktur, toksik atau metabolik.
Pada koma akibat gangguan struktur mempengaruhi fungsi ARAS
langsung atau tidak langsung. ARAS merupakan kumpulanneuron
polisinaptik yang terletak pada pusat medulla, pons dan mesensefalon,
sedangkan penurunan kesadaran karena kelainan metabolik terjadi karena
memengaruhi energi neuronal atau terputusnya aktivitas membran
neuronal atau multifaktor. Diagnosis banding dapat ditentukan melalui
pemeriksaan pernafasan, pergerakan spontan, evaluasisaraf kranial dan
respons motorik terhadap stimuli.
7. T : Trauma
Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural,
perdarahan subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada. Cedera pada
dada dapat mengurangi oksigenasi dan ventilasi walaupun terdapat airway
yang paten. Dada pasien harus dalam keadaan terbuka sama sekali untuk
memastikan ada ventilasi cukup dan simetrik. Batang tenggorok (trachea)
harus diperiksa dengan melakukan rabaan untuk mengetahui adanya
perbedaan dan jika terdapat emphysema dibawah kulit. Lima kondisi yang
mengancam jiwa secara sistematik harus diidentifikasi atau ditiadakan
(masing-masing akan didiskusikan secara rinci di Unit 6 - Trauma) adalah
tensi pneumothorax, pneumothorax terbuka, massive haemothorax, flail
segment dan cardiac tamponade.
Tensi pneumothorax diturunkan dengan memasukkan suatu kateter dengan
ukuran 14 untuk mengetahui cairan atau obat yang dimasukkan kedalam
urat darah halus melalui jarum melalui ruang kedua yang berada diantara
tulang iga pada baris mid-clavicular dibagian yang terkena pengaruh.
Jarum pengurang tekanan udara dan/atau menutupi luka yang terhisap
dapat memberi stabilisasi terhadap pasien untuk sementara waktu hingga
memungkinkan untuk melakukan intervensi yang lebih pasti. Jumlah
resusitasi diperlukan untuk suatu jumlah haemothorax yang lebih besar,
tetapi kemungkinannya lebih tepat jika intervensi bedah dilakukan lebih
awal, jika hal tersebut sekunder terhadap penetrating trauma (lihat
dibawah). Jika personalia dibatasi melakukan chest tube thoracostomy
dapat ditunda, tetapi jika pemasukkan tidak menyebabkan penundaan
transportasi ke perawatan yang definitif, lebih disarankan agar hal tersebut
diselesaikan sebelum metransportasi pasien.
8. E : Epilepsi
Pasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat
menyebabkan penurunan kesadaran.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik yang terkait dengan penurunan kesadaran adalah :
1. Penurunan kesadaran secara kwalitatif
2. GCS kurang dari 13
3. Sakit kepala hebat
4. Muntah proyektil
5. Papil edema
6. Asimetris pupil
7. Reaksi pupil terhadap cahaya melambat atau negatif
8. Demam
9. Gelisah
10. Kejang
11. Retensi lendir / sputum di tenggorokan
12. Retensi atau inkontinensia urin
13. Hipertensi atau hipotensi
14. Takikardi atau bradikardi
15. Takipnu atau dispnea
16. Edema lokal atau anasarka
17. Sianosis, pucat dan sebagainya
D. PATHWAYS
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menentukan penyebab
penurunan kesadaran yaitu :
1. Laboratorium darah
Meliputi tes glukosa darah, elektrolit, ammonia serum, nitrogen urea
darah ( BUN ), osmolalitas, kalsium, masa pembekuan, kandungan
keton serum, alcohol, obat-obatan dan analisa gas darah ( BGA ).
2. CT Scan
Pemeriksaan ini untuk mengetahui lesi-lesi otak
3. PET ( Positron Emission Tomography )
Untuk meenilai perubahan metabolik otak, lesi-lesi otak, stroke dan
tumor otak
4. SPECT ( Single Photon Emission Computed Tomography )
Untuk mendeteksi lokasi kejang pada epilepsi, stroke.
5. MRI
Untuk menilai keadaan abnormal serebral, adanya tumor otak.
6. Angiografi serebral
Untuk mengetahui adanya gangguan vascular, aneurisma dan
malformasi arteriovena.
7. Ekoensefalography
Untuk mendeteksi sebuuah perubahan struktur garis tengah serebral
yang disebabkan hematoma subdural, perdarahan intraserebral, infark
serebral yang luas dan neoplasma.
8. EEG ( elektroensefalography )
Untuk menilai kejaaang epilepsy, sindrom otak organik, tumor, abses,
jaringan parut otak, infeksi otak
9. EMG ( Elektromiography )
Untuk membedakan kelemahan akibat neuropati maupun akibat
penyakit lain.
F. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
a. Apakah pasien berbicara dan bernafas secara bebas
b. Terjadi penurunan kesadaran
c. Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll
d. Penggunaan otot-otot bantu pernafasan
e. Gelisah
f. Sianosis
g. Kejang
h. Retensi lendir / sputum di tenggorokan
i. Suara serak
j. Batuk
2. Breathing
a. Adakah suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll
b. Sianosis
c. Takipnu
d. Dispnea
e. Hipoksia
f. Panjang pendeknya inspirasi ekspirasi
3. Circulation
a. Hipotensi / hipertensi
b. Takipnu
c. Hipotermi
d. Pucat
e. Ekstremitas dingin
f. Penurunan capillary refill
g. Produksi urin menurun
h. Nyeri
i. Pembesaran kelenjar getah bening
G. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat penyakit sebelumnya
Apakah klien pernah menderita :
a. Penyakit stroke
b. Infeksi otak
c. DM
d. Diare dan muntah yang berlebihan
e. Tumor otak
f. Intoksiaksi insektisida
g. Trauma kepala
h. Epilepsi dll.
2. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
kesulitan dalam beraktivitas
kelemahan
kehilangan sensasi atau paralysis.
mudah lelah
kesulitan istirahat
nyeri atau kejang otot
Data obyektif:
Perubahan tingkat kesadaran
Perubahan tonus otot ( flasid atau spastic),
paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
Data Subyektif:
Riwayat penyakit stroke
Riwayat penyakit jantung
Penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung, endokarditis bacterial.
Polisitemia.
Data obyektif:
Hipertensi arterial
Disritmia
Perubahan EKG
Pulsasi : kemungkinan bervariasi
Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau
aorta abdominal
c. Eliminasi
Data Subyektif:
Inkontinensia urin / alvi
Anuria
Data obyektif
Distensi abdomen ( kandung kemih sangat
penuh )
Tidak adanya suara usus( ileus paralitik )
d. Makan/ minum
Data Subyektif:
Nafsu makan hilang
Nausea
Vomitus menandakan adanya PTIK
Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan
Disfagia
Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam
darah
Data obyektif:
Obesitas ( faktor resiko )
e. Sensori neural
Data Subyektif:
Syncope
Nyeri kepala : pada perdarahan intra
serebral atau perdarahan sub arachnoid.
Kelemahan
Kesemutan/kebas
Penglihatan berkurang
Sentuhan : kehilangan sensor pada
ekstremitas dan pada muka
Gangguan rasa pengecapan
Gangguan penciuman
Data obyektif:
Status mental
Penurunan kesadaran
Gangguan tingkah laku (seperti: letargi,
apatis, menyerang)
Gangguan fungsi kognitif
Ekstremitas : kelemahan / paraliysis
genggaman tangan tidak imbang,
berkurangnya reflek tendon dalam
Wajah: paralisis / parese
Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi
bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan
berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari
keduanya. )
Kehilangan kemampuan mengenal atau
melihat, stimuli taktil
Kehilangan kemampuan mendengar
Apraksia : kehilangan kemampuan
menggunakan motoric
Reaksi dan ukuran pupil : reaksi pupil
terhadap cahaya positif / negatif, ukuran
pupil isokor / anisokor, diameter pupil
f. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil
Gelisah
Ketegangan otot
g. Respirasi
Data Subyektif : perokok ( faktor resiko )
h. Keamanan
Data obyektif:
Motorik/sensorik : masalah dengan
penglihatan
Perubahan persepsi terhadap tubuh
Kesulitan untuk melihat objek
Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh
yang sakit
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata,
dan wajah yang pernah dikenali
Gangguan berespon terhadap panas, dan
dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
Gangguan dalam memutuskan, perhatian
sedikit terhadap keamanan
Berkurang kesadaran diri
i. Interaksi sosial
Data obyektif:
Problem berbicara
Ketidakmampuan berkomunikasi
3. Menilai GCS
Ada 3 hal yang dinilai dalam penilaian kuantitatif kesadaran yang
menggunakan Skala Coma Glasgow :
Respon motoric
Respon bicara
Pembukaan mata
Ketiga hal di atas masing-masing diberi angka dan
dijumlahkan.
Respon motoric
Nilai 5: Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang diberikan seperti
tekanan pada sternum, cubitan pada M. Trapezius
Nilai 4 : Fleksi menghindar dari rangsang nyeri yang diberikan , tapi tidak
mampu menunjuk lokasi atau tempat rangsang dengan tangannya.
Bahu aduksi fleksi dan pronasi lengan bawah , fleksi pergelangan tangan dan tinju
mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decorticate rigidity )
Bahu aduksi dan rotasi interna, ekstensi lengan bawah, fleksi pergelangan tangan
dan tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decerebrate rigidity )
Catatan :
Nilai 5 : pasien orientasi penuh atau baik dan mampu berbicara . orientasi
waktu, tempat , orang, siapa dirinya , berada dimana, tanggal hari.
Nilai 3 : bisa bicara , kata-kata yang diucapkan jelas dan baik tapi tidak
menyambung dengan apa yang sedang dibicarakan
Nilai 2 : bisa berbicara tapi tidak dapat ditangkap jelas apa artinya
(“ngrenyem”), suara-suara tidak dapat dikenali makna katanya
Perikasalah rangsang minimum apa yang bisa membuka satu atau kedua matanya
Catatan:
Nilai 3 : Mata baru membuka bila diajak bicara atau dipanggil nama atau
diperintahkan membuka mata
Intervensi :
Mandiri :
Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan
tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi dan
potensial peningkatan TIK
Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan
nilai standart
Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
Pantau tekanan darah
Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil,
ketajaman pnglihatan dan penglihatan kabur
Pantau suhu lingkungan
Pantau intake, output, turgor
Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi
batuk,muntah
Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang
tidak sesuai
Tinggikan kepala 15-45 derajat
Kolaborasi :
Mandiri :
Kolaborasi :
Intervensi :
Mandiri :
Kolaborasi :
Intervensi :
Mandiri :
Kolaboraasi :
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penurunan kesadaran merupakan kasus gawat darurat yang sering
dijumpai dalam praktek sehari-hari. Berdasarkan hasil pengumpulan data
Rumah Sakit Pendidikan dr. Piringadi, para peneliti memperkirakan bahwa
terdapat 3% kasus dengan penurunan kesadaran atau komadari 10%
jumlah kasus kegawatdaruratan neurologi di Rumah Sakit dr. Piringadi.
Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana
seseorang mengenal /mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.
(Padmosantjojo, 2000 )
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan
kalimatnya dan dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar
dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA