SKRIPSI
CHANDRA MULYANA
MB 1016042
Menyetujui:
Rikky Gita Hilmawan, M.KM Ns. H. Asep MP, SST., S.Kep., MH.Kes
Ketua
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan
Dewan Penguji Program Studi Sarjana Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya
Pada 2 September 2020
Mengesahkan
Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana
Penguji 1 Penguji 2
Fakultas Keperawatan
Dekan
ii
PERNYATAAN
a. Penelitian saya, dalam skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan
b. Penelitian dalam skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian
saya sendiri, tanpa bantuan dari pihak lain kecuali arahan tim pembimbing.
c. Dalam penelitian ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
pustaka.
yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
Materai 6000
(Chandra Mulyana)
MB 1016042
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt atas segala
Kota Tasikmalaya Tahun 2020”. Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana (S-1) Keperawatan di
sumbangan pikiran serta dorongan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
Kencana Bandung.
2. Dr. Entris Sutrisno, MH. Kes., Apt selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana
Kota Tasikmalaya.
5. Ns. Hilman Mulyana, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Program Studi PSDKU
vi
6. Rikky Gita Hilmawan. M.KM., selaku Pembimbing I yang telah berkenan
ini.
7. Ns. Asep MP, SST., S.Kep., MH.Kes, selaku Pembimbing II yang telah
10. Kedua Orang Tua tercinta yang sangat penulis hormati dan sayangi, yang
materil.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, baik
langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa disebutkan satu parsatu.
pembaca untuk sudi kiranya memberikan saran, pandangan dan kritikan yang
bersifat membangun demi sempurnanya skripsi ini. Semoga semua amal kebaikan
yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah
SWT.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan
Penulis
vii
Chandra Mulyana
MB 1016042
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
ABSTRAC ........................................................................................................ v
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
x
3.9.2 Analisa Data ..................................................................................... 41
4.1 Hasil............................................................................................................ 43
4.2 Pembahasan................................................................................................. 45
BAB V SIMPULAN
5.1 Kesimpulan................................................................................................. 52
5.2 Saran........................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Daftar Jumlah 10 Besar Penyakit 2019 Di Wilayah Kerja Puskesmas
.......................................................................................................... 44
.......................................................................................................... 44
.......................................................................................................... 44
Kota Tasikmalaya............................................................................. 45
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Tasikmalaya
xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
4x6 cm
NIM : MB1016049
Tasikmalaya
Email : mulyanachandra220796@gmail.com
Pendidikan
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
antara manusia, hewan, dan lingkungan sekitar). Dalam kehidupan manusia tidak
lepas dari pemanfaatan berbagai sumber daya hayati. Sumber daya hayati yang
penelitian ini adalah objek hewan yang salah satunya adalah cacing tanah.
tegalan atau kebun. Masyarakat pedesaan sudah mengenal cacing tanah sejak
jaman dahulu. Tanpa kita sadari, kehadiran cacing tanah di bumi telah
antimikroba. Senyawa aktif antibakteri berasal dari mikroba yang ada di dalam
Jenis cacing tanah yang paling banyak jumlah populasinya di Pulau Jawa
Pheretima javanica. Lumbricus rubellus adalah jenis cacing terbanyak yang dapat
ditemukan di manasaja dengan tubuh yang relatif lebih besar dan panjang
cacing tanah Lumbricus rubellus dan Pheretima sp. yang dapat menghambat
Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi (Affdani, 1996 dalam Waluyo et al.,
2007).
lemak 7-10% kalsium 0,55%, fosfor 1% dan serat kasar 1,08% (Waluyo, 2007).
Typhoid ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi (S. typhi) yang menjadi
masalah bagi kesehatan masyarakat dengan jumlah kasus kematian (Purba et al.,
2016). Bahaya yang ditimbulkan penyakit ini dapat berupa perdarahan akibat luka
pada usus yang dapat menimbulkan syok dan kematian bagi penderita yang harus
typhi masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang
3
tercemar. Cara penyebarannya dapat melalui muntahan, urin, dan kotoran dari
penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (Musnelina et al, 2004).
Typhoid di Indonesia pada tahun 2012 ada 600-1,3 juta setiap tahunnya dengan
lebih dari 20.000 kematian. Rata-rata di Indonesia, orang yang berusia 3-19 tahun
penelitian Cyrus H. Simanjuntak di provinsi Jawa Barat pada tahun 2009, insidens
rate demam typhoid pada masyarakat di daerah semi urban adalah 357,6 per
100.000 penduduk per tahun. Insiden demam typhoid bervariasi ditiap daerah dan
biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan. di daerah Jawa Barat, terdapat 157
kasus per 100.000 peduduk sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 per
616 penderita, jumlah suspek demam typhoid yang diperiksa sebanyak 714 orang
dan jumlah penderita dengan demam typhoid sebanyak 44 penderita dan angka
Dari data studi pendahuluan yang diperoleh pada tahun 2018 menunjukan
bahwa angka kesakitan typhoid menempati peringkat ke-4 dari 10 besar. Untuk
Tabel 1.1
Daftar Jumlah 10 Besar Penyakit 2019 di Wilayah Kerja Puskesmas
Cibeureum Kota Tasikmalaya
10 Besar Penyakit
No
Nama Penyakit Jumlah %
1 ISPA 15656 34,7
2 Gastritis 6270 13,9
3 TB Paru 6034 13,4
4 Typhoid 4738 10,5
5 Diare 3634 8
6 Penyakiy pulpa 2919 6,4
7 Dermatitis 2250 5
8 Hipertensi 1592 3,5
9 Conjungtivitis 1175 2,6
1 Tukak Lambung 862 2
Jumlah 45130 100
(Laporan Tahunan Puskesmas Cibeureum Kota Tasikmalaya, 2019)
variabel yang akan diteliti ialah pemberian air cacing. Rebusan air cacing ini
telah dikonsumsi sejak lama oleh masyarakat, sehingga peneliti akan mengetahui
antara lain adalah typhoid sebab penyakit ini terjadi karena adanya infeksi pada
pencernaan yaitu infeksi pada usus yang mengakibatkan demam pada penderita.
Kandungan dari cacing ini bisa menyembuhkan penyakit typhoid karena cacing
tanah mengandung protein yang cukup tinggi yaitu 67-76%, selain itu juga
mengandung banyak jenis asam amino yang mampu untuk mematikan bakteri
5
Dampak positif penggunaan ekstrak air cacing tanah antara lain terbuat dari
bahan alami dan tidak mengandung bahan kima sehingga presentasi adanya efek
samping sedikit. Sedangkan dampak negatif menganai efek samping dari ekstrak
cacing tanah ini belum terbukti secara kuat dapat mengobati penyakit tertentu
(Manurung, 2018).
Adapun untuk ekstrak air cacing mempunyai potensi yang baik untuk dibuat
menjadi minuman fermentasi karena kandungan zat gizinya kaya akan nutrisi
yaitu gula, protein, lemak dan relatif lengkap sehingga sangat baik untuk
sejumlah zat gizi, yaitu protein 0,2%, lemak 0,15%, karbohidrat 7,27%, gula,
per100 ml air cacing. Disamping itu air cacing juga mengandung mineral seperti
Masyarakat sangat senang dengan adanya obat typhoid berupa air cacing
tanah karena sangat mudah didapat dan haraganya juga terjangkau dan hampir
seluruh dari masrakat indonesia merujuk pada obat ekstrak cacing ini. Tapi juga
ada yang tidak senang juga karena bahan dari ekstrak ini adalah cacing
Berdasarkan uraian diatas, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah
Kota Tasikmalaya.
8
(Notoatmodjo, 2012:79). Populasi pada penelitian ini adalah pada pasien typhoid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2017).
pakan bagi ikan, ternak dan hewan piaraan, serta bahan obat, dan
halus, pergerakan dari satae diatur oleh otot yang dapat disebut
syaraf dan terletak pada sebelah bawah dari faring berupa kumpulan
sinar atau getaran dan selanjutnya akan dikirim ke otak. Syaraf ini
(Saptono, 2011).
cacing ini terdapat segmen dalam dan luar, terdapat rambut pada
sebagai organ seta, memiliki ukuran pendek, dan daya melekat yang
kuat. Bibir cacing tanah disebut juga dengan nama prostomium yang
rubellus
12
(Catalan, 2018).
mengha silkan
Gambar 2.1.1 Taksonomi dari cacing
tanah
13
mamalia yang hanya 65% dan ikan yang 50%. Sistem kekebalan
tubuh yang ada pada cacing tanah bersifat anti mikroba, sebab mampu
berbagai sumber:
1) Obati typhoid
2) Obati diare
3) Masalah metabolisme
4) Sembuhkan luka
typhoid.
C. Cara Pengolahan
rubellus)
3. Pilih air yang digunakan adalah air Riserver Osmosis (RO) atau air
tidak lebih dari 50ᵒC selama 10-20 menit, karena jika lebih dari
50ᵒC enzim atau protein yang terdapat dalam air rebusan cacing
15
Dari hasil penelitian Yuniwati dkk (2003) dalam Sugito & Slamet
enzim, dari hasil tersebut terjadi penurunan aktivitas enzim. Hal ini
reaksi, akan tetapi suhu yang terlalu tinggi akan merusak struktur
(Sofyan, 2011).
Lemak 7-10
Serat kasar 1,08
Fosfor 1,00
Kalsium 0,55
17
dinding sel bakteri, terletak antara site D dan E (Herawati dkk, 2019).
Polisakarida dinding sel bakteri terdiri dari dua jenis gula, yaitu
persen dari bobot keringnya (lebih tinggi daripada ikan dan daging)
Selain itu, cacing tanah rendah lemak, yaitu hanya 3 persen hingga 10
yang diperlukan yaitu 50ᵒC. Hal ini jelas akan merusak beberapa
B. Patogenesis Typhoid
suasana asam banyak bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup
2016).
anak umur <5 tahun, khususnya dibawah 1 tahun lebih sulit diduga
1) Gejala
remiten dan suhu tidak terlalu tinggi. Pada awalnya suhu meningkat
22
tinggi pada sore dan malam hari, tetapi demam bisa pula mendadak
gejala yang lainnya seperti sakit kepala, batuk, lemah dan tidak
2) Tanda
D. Pemeriksaan Laboratorium
melalui isolasi kuman dari darah. Pada dua minggu pertama sakit,
pada minggu berikutnya. Biakan yang dilakukan pada urin dan feses
E. Penatalaksanaan Medis
bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, diet pada
cermat untuk menentukan status kesehatan klien saat ini dan riwayat
mengevaluasi pola koping klien saat ini dan masa lalu. Pengumpulan
insomnia
2). Sirkulasi
Gejala seperti ansietas, emosi, kesal dan faktor stress serta tanda
4). Eliminasi
dan riwayat batu ginjal dengan tanda menurunnya bising usus, tidak
badan dan tidak toleran terhadap diet. Dan tanda yang ditemukan
rongga mulut.
27
6). Hygiene
Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah dialami pasien dengan titik
8). Keamanan
Keamanan pasien yang dijaga ketat dari resiko jatuh atau dihindari
terjadinya dekubitus.
dari teori. Dalam kerangka teori ini, peneliti ingin menjabarkan proses
pengobatan.
Terjadi infeksi
28
Enterotoksis
Suatu uraian tentang ringkasan teori yang kaitan konsep dengan konsep
lainnya atau asntara satu variable dengan variable lainnya dari masalah
(Notoatmodjo, 2010). Variabel adalah suatu sifat atau ciri yang dimiliki
dalam suatu penelitian yang lainnya terukur dan bervariasi antara satu objek
Penatalaksanaan pemberian
air cacing terhadap pasien
typhoid
Untuk pengobatan hanya Terapi obat kimia (sesuai Terapi obat kimia saja (sesuai
mengkonsumsi air cacing anjuran dokter) dan anjuran dokter)
saja mengkonsumsi air cacing
saja
Jenis terapi obat :
Antibiotik
Antipiretik
Cara pengolahan Faktor Penghambat:
Cacing Tanah : Keterbatasan alat pengolahan
Rebus Cara pengolahan
Pencarian jenis cacing
Keterbatasan pengetahuan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
pada penelitian ini ialah pasien terdiagnosis typhoid yang pernah berobat ke
Puskesmas Cibeureum Kota Tasikmalaya pada bulan Januari – Juli 2020 yang
saja, air cacing dan obat kimia ataupun hanya obat kimia saja.
Penatalaksanaan pemberian
air cacing terhadap pasien
typhoid
Untuk pengobatan hanya Terapi obat kimia (sesuai Terapi obat kimia saja (sesuai
mengkonsumsi rebusan air anjuran dokter) dan anjuran dokter)
cacing saja mengkonsumsi air cacing Jenis terapi obat :
saja Antibiotik
Antipiretik
Faktor Penghambat: Keterangan :
Keterbatasan alat pengolahan
Cara pengolahan Variabel yang diteliti
Pencarian jenis cacing
Keterbatasan pengetahuan Variabel yang tidak diteliti
pemberian rebusan air cacing terhadap pasien typhoid. Tak hanya itu, selain
dari pengobatan konsumsi rebusan air cacing juga pasien akan diteliti
orang.
semua sampel memiliki kriteria sesuai dengan yang telah penulis tentukan.
Oleh karena itu sampel yang dipilih sengaja ditentukan berdasarkan kriteria
a. Data Primer
b. Data Sekunder
primer. Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari catatan yang
dengan jumlah pasien demam pada pasien typhoid serta data lain yang
alat ukur kuisioner dengan skala likert sebanyak 30 pertanyaan namun setelah
dilakukan uji validitas menjadi 15 pertanyaan yang valid dengan setiap item
3: Setuju (S)
dan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2013). Uji Validitas ini
n XY X . Y
rxy
n X X n Y Y
2 2 2 2
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
ƩX = Jumlah skor X
ƩY = Jumlah skor Y
menentukan r tabel dilihat pada tabel person product moment dengan rumus:
Df = n-2 yakni, 20-2 = 18. Maka lihat r tabel urutan ke 18 pada tabel person
mendapatkan hasil r tabel 0.468. dinyatakan valid apabila r hitung lebih besar
dari r tabel. Dari 30 soal hanya 15 soal yang valid dan reliabel.
belah dua (split half). Kuisioner dinyatakan reliabel apabila nilai alpha
cronbach lebih besar dari 0.6 (Sujarweni, 2014). Rumus uji reliabilitas
sebagai berikut :
2rtt
r tot
=
1 rtt
Keterangan :
cacing yang telah di uji validitas mendapatkan nilai reliabilitas 0.927. Hal
ini dinyatakan reliabel menunjukkan hasil 0.927 lebih besar dari 0.6.
penelitian ini. Hal ini di dukung oleh fakta yang berada di lapangan
untuk dilanjutkan.
37
Surat ijin penelitian merupakan salah satu elemen yang penting dalam
suatu proses penelitian. Untuk itu dalam penelitian ini surat ijin
Tahap orientasi: pada tahap ini yang pertama kali dilakukan adalah
penelitian.
38
yang menggunakan pengobatan air cacing dan obat kimia, atau air
cacing saja atau bahkan hanya menggunakan obat sintesis kimia saja.
39
analisa, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data
Age) di beri kode 1, (Erderly Age) di beri kode 2, (Old Age) di beri
kode 3. Sedangkan untuk jenis kelamin laki laki di beri kode 1 dan
Setelah dilakukan editing dan koding data selesai dan jawaban dilembar
a. Analisis Univariat
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menggunakan rumus:
X
P x100%
Ns
Keterangan:
41
P : prosentase
X : Jumlah observasi
Ns : jumlah responden
skala kategori :
cukup dengan nama inisial dan nomor kode pada masing masing
C. Kerahasiaan (Confidentiality)
Wilayah Kerja Puskesmas Cibeureum Kota Tasikmalaya pada bulan juni 2020
BAB IV
4.1 Hasil
Pada BAB ini peneliti menjelaskan uraian hasil penelitian berupa data
demografi yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan serta pekerjaan. Selain
itu uraian pada analisis data univariat yang menggambrakan jenis pengobatan
pasien typhoid yang menggunakan rebusan air cacing dan obat kimia, atau hanya
rebusan air cacing saja atauh bahkan hanya obat sintetis kimia saja yang telah
diresepkan oleh dokter. Berikut analisis data hasil penelitian yang telah di input
Tabel. 4.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Pasien
Typhoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Cibeureum Kota Tasikmalaya
Umur Frekuensi Persentase
9-16 Tahun 11 20.4%
17-25 Tahun 15 27.8%
26-35 Tahun 5 9.3%
36-45 Tahun 3 5.6%
46-55 Tahun 10 18.5%
56-65 Tahun 5 9.3%
>65Tahun 5 9.3%
Jumlah 54 100%
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia
17– 25 tahun sebanyak 15 anak (27.8%) dan sebagian kecil berada pada kategori
Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien
Typhoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Cibeureum Kota Tasikmalaya
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 17 31.5%
Perempuan 37 68.5%
Jumlah 54 100%
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pasien typhoid
berjenis kelamin perempuan sebanyak 37 orang atau (68.5%) dan sebagian kecil
Tabel 4.3
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pasien
Typhoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Cibeureum Kota Tasikmalaya
Pendidikan Frekuensi Presentase
SD 25 46.3%
SMP 15 27.8%
SMA 14 25.9%
Jumlah 54 100%
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
Tabel 4.4
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pasien
Typhoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Cibeureum Kota Tasikmalaya
Pekerjaan Frekuensi Presentase
Buruh 11 20.4%
IRT 8 14.8%
Pelajar 14 25.9%
PNS 2 3.7%
Tani 3 5.6%
Wiraswasta 16 29.6%
Jumlah 54 100%
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan
responden ialah wiraswasta sebanyak 16 orang atau (29.6%) dan sebagian kecil
B. Analisis Univariat
menggunakan rebusan air cacing ataupun obat sintetis kimia berdasarkan resep
dari dokter. Berikut analisis data hasil penelitian yang telah di input melalui
komputerisasi SPSS16 :
Tabel 4.5
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Penatalaksanaan
Pengobatan Pasien Typhoid Di Wilayah Kerja Puskesmas
Cibeureum Kota Tasikmalaya
Pengobatan Frekuensi Presentase
Pengobatan rebusan air cacing 39 72.2%
dan obat sintetis kimia
Pengobatan rebusan air cacing 13 24.1%
Pengobatan obat sintetis kimia 2 3.7%
Jumlah 54 100%
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
obat sintetis kimia sebanyak 39 orang atau (72.2%) dan sebagian kecil responden
4.2 Pembahasan
17– 25 tahun sebanyak 15 anak (27.8%) dan sebagian kecil berada pada kategori
usia 36-45 tahun sebanyak 3 orang atau (5.6%). Hal ini menyatakan bahwa
berdasarkan semakin banyak rangsangan yang direspon oleh sitem syaraf pusat.
responden. Hal ini menjadi tolak ukur peneliti untuk mengetahui sejauhmana
responden ialah wiraswasta sebanyak 16 orang atau (29.6%) dan sebagian kecil
ialah PNS sebanyak 2 orang atau (3.7%). Pekerjaan seseorang ditinjau dari
dengan petani. Petani bekerja dan berinteraksi langsung dengan alam bahkan
berani bersahabat dengan tanah atau lingkungan kotor lainnya. Hal ini lebih
beresiko bagi pekerja tani terhadap demam typhoid yang ditinjau dari lingkungan
pekerjaan dan kebiasaan saat makan atau tidak meneapkan cuci tangan dengan
obat sintetis kimia sebanyak 39 orang atau (72.2%) dan sebagian kecil responden
orang atau (3.7%). Hal ini menunjukkan bahwa saat dilakukan penelitian
rebusan air cacing lebih banyak diminati dan telah menjadi sesuatu yang
pengobatan air cacing lebih percaya terhadap kandungan yang terdapat pada
47
cacing tanah tersebut dan juga responden telah mendengar bahwa rebusan air
Hal tersebut diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan Herawati dkk
patogen yang berada didalam tubuh manusia atau yang disebut menghasilkan
antibiotik pada kandunan rebusan air cacing bagi bakteri slamonella typhi.
Adapun saat proses perebusan yang dilakukan tidak boleh melebihi batas
maksimal suhu yang diperlukan yaitu 50ᵒC. Hal ini jelas akan merusak beberapa
kandungan baik dari cacing tanah tersebut. Air rebusan cacing tanah (Lumbrius
keadaan tertentu.
dikarenakan air rebusan cacing tanah (Lumbrius rubellus) memiliki zat aktivitas
terdapat pada cacing tanah (Lumbrius rubellus) yaitu asam amino non-esensial,
valin, metionin, fenilalalnin, lisisn, tirosin, lumbricin dan lisozim. (Sofyan, 2011).
Cacing tanah memiliki banyak fungsi dan manfaat antara lain adalah: membantu
Pada hasil penelitian di tabel 4.5 terdapat 2 responden yang hanya terapi
farmakologi obat sintetis kimia saja dari resep dokter pada saat typhoid
menyatakan tidak ingin meminum air rebusan cacing dikarenakan jijik melihat
bentuk cacing tersebut, merasa telah menyakiti hewan dan memiliki bau khas saat
menyakini bahwa obat sintetis kimia yang telah diresepkan dokter untuk typhoid
Hal ini sejalan dengan Cita (2011) dalam penelitiannya yang berjudul
“Bakteri Slamonella Typhi dan Demam Typhoid” menyatakan bahwa pada terapi
antibiotika pilihan utama yang diberikan untuk demam typhoid. Namun pada
penelitian yang lain menunjukkan bahwa angka relaps pada pengobatan demam
dengan penggunaan kotrimoksazol. Selain itu pada lima tahun terakhir ini para
klinisi dibeberapa negara mengamati adanya kasus demam typhoid anak yang
berat bahkan fatal yang disebabkan oleh strain Salmonella typhi yang resisten
(26,92%) dan sefiksim (2,19%). Namun dari 2 jenis obat ini, seftriakson menjadi
49
Desember 2002. Seftriakson dianggap sebagai obat yang poten dan efektif untuk
Sifat yang menguntungkan dari obat seftriakson adalah secara selektif dapat
merusak struktur kuman dan tidak mengganggu sel tubuh manusia, mempunyai
spektrum luas, penetrasi jaringan cukup baik, dan resistensi kuman masih terbatas
mekanisme resistensi bakteri yang resisten terhadap antibiotika, terdapat dua jenis,
yaitu bakteri yang secara alamiah resisten terhadap antibiotika dan bakteri yang
berubah sifatnya dari peka menjadi resisten. Perubahan sifat bakteri tersebut dapat
terjadi karena mutasikromosom dan atau perolehan materi genetik dari luar
masuk secara terus menerus melalui membran luar serta akan memompa keluar
2004)
peningkatan sintesis PABA (Para amino benzoic acid) yang digunakan untuk
melawan efek sulfonamida dan perubahan yang terjadi pada enzim reduktase
Pada umumnya gen resisten dalam satu spesies atau antar spesies gram negatif
dipindahkan melalui konjugasi elemen konjugasi ada dua macam yaitu plasmid
online dan terbatas dalam penyebaran kuisioner kepada responden dengan sistem
penelitian survei langsung secara dor to dor ke tempat tinggal responden. Waktu
pada status KLB (Kejadian Luar Biasa) sehingga pemerintah Kota Tasikmalaya
memiliki arti jaga jarak saat berkomunikasi antar sesama sehingga semua.
Sistem penelitian TIM ini yang menjadi keterbatasan penelitian ialah saat
awal harus disamakan presepsi pada setiap anggota, dan harus tetap
terlepas dari kontak telpon yang harus anggota TIM menanyakan yang tidak
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Simpulan
air cacing dengan obat sintetis kimia sebanyak 39 orang atau (72.2%)
5.2 Saran
faktor yang menjadi hambatan dalam pemberian rebusan air cacing pada
53
pasien typhoid atau pada kasus penyakit lainnya. Tak hanya itu, bisa juga
d. Bagi peneliti
Anderson, E.N., Pearsall, D., Hunn, dan Turner, N. (2011). Etnobiology. John
Wiley & Sons, Inc: Canada.
Edward, C,H., dan J,R, Lofty., (2017). Biology Of Earthworm. New York :
London Chapman and Hall. Jhon Wiley And Sons.
Herawati. Purnama Ari. Mawati Meli. Sahrir Dede Cahyati. (2019). Pemanfaatan
Rebusan Cacing Tanah Lumbricus sp Oleh Masyarakat Dukupuntang
Sebagai Obat Tipes. Seminar Nasional Pendidikan Sains.
Sugito dan Slamet. (2018). Daya Hambat Konsentrasi Ari Rebusan Cacing Tanah
(Lumbricus Rubellus) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Slamonella Typhi
Dengan Metode Difusi. Jurusan Analis Kesehatan. Poltekkes Kemenkes
Pontianak
Chandra Mulyana
MB 1016042
PERSETUJUAN RESPONDEN
Tasikmalaya, Juli2020
Responden
(……………………………)
Lampiran 1 : Surat Imformed Consent
Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/i. …………………….
Di Tempat.
Dengan Hormat,
Dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Keperawatan, maka saya:
Nama : Chandra Mulyana
NPM : MB 1016042
Prodi : Keperawatan
Judul Skripsi : Gambaran Penatalaksanaan pemberian air cacing (Lumbricus
Rubellus) Pasien Tifus di Puskesmas Cibeureum Kota
Tasikmalaya tahun 2020
Bermaksud melakukan penelitian dengan menggali informasi dari pasien yang
berhasil dalam pemberian air cacing, ataupun obat sistesis kimia yyang diresepkan
dokter menjadi pengobatan pada penderita penyakit thyfus di Puskesmas
Cibeureum Kota Tasikmalaya. Saya mohon dengan hormat kepada
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi angket yang
terlampir berikut. Kuesioner ini semata-mata untuk kepentingan Studi. Kami akan
menjaga kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu/Saudara/i.
Atas kesediaan dalam meluangkan waktu untuk mengisi Kuesioner ini
kami mengucapkan terimakasih.
Peneliti,
Chandra Mulyana
MB 1016042
Lampiran 3 : Data Demografi Responden
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN
A. PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah baik-baik setiap pertanyaan dan seluruh alternatif jawabannya.
2. Pilihlah alternatif jawaban dengan melingkari salah satu jawabannya.
3. Berhubung data yang Bapak / Ibu berikan sangat besar artinya bagi
penulis, dimohon setiap pertanyaan diisi dengan sebenarnya.
4. Kerahasiaan responden dijamin peneliti.
B. DATA RESPONDEN
1. No. Responden : ……………………………
2. :Jenis Kelamin : ……………………………
3. Pendidikan : ............................................
4. Pekerjaan : ……………………………
5. Pendidikan : a. SD/Sederajat
b. SMP/Sederajat
c. SMA/Sederajat
d. Sarjana
e. Pasca Sarjana
6. No. Hp. : …………………………….
Lampiran 5 : Kuisioner Penelitian
Kuisioner Penelitian
Isilah tabel dibawah ini dengan memberi tanda ( √ ) pada kolom yang sesuai
dengan persepsi dan perilaku anda!
Keterangan:
Dikarenakan 15 soal yang valid, maka perhitungan kuisioner ialah sebagai berikut
:
Jumlah x 100
= Cara Hitung Kuisioner :
60
Sangat Tidak Setuju (STS) : jumlah jawaban x 1 =....
(Di Jumlahkan)
Hasil ukur :
1. Air cacing dan obat sintetis kimia, apabila pertanyaan dijawab benar oleh
responden 75%-100%
2. Hanya rebusan air cacing. apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden
50%-75%
3. Hanya obat sintetis kimia, apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden
<50%
Lampiran 6 : Hasil Statsitik Penelitian
A. Uji Validitas
Uji validitas dari mentahan SPSS16 tidak bisa dipindahkan karena sistem tidak
mendukung. Maka untuk mengetahui valid atau tidaknya di setiap item soal
yakni sebagai berikut :
Tabel 3.7.1 Nilai Uji Validitas Setiap Item Soal Kuisioner
N %
Cases Valid 20 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.927 15
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 17 31.5 31.5 31.5
P 37 68.5 68.5 100.0
Total 54 100.0 100.0
PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 25 46.3 46.3 46.3
SMP 15 27.8 27.8 74.1
SMA 14 25.9 25.9 100.0
Total 54 100.0 100.0
PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BURUH 11 20.4 20.4 20.4
IRT 8 14.8 14.8 35.2
PELAJAR 14 25.9 25.9 61.1
PNS 2 3.7 3.7 64.8
TANI 3 5.6 5.6 70.4
WIRASWASTA 16 29.6 29.6 100.0
Total 54 100.0 100.0
D. Analisis Univariat
TOTTALJENISPENGOBATAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pengobatan rebusan air
cacing dan obat sintetis 39 72.2 72.2 72.2
kimia
Pengobatan rebusan air
13 24.1 24.1 96.3
cacing
Pengobatan obat sintetis
2 3.7 3.7 100.0
kimia
Total 54 100.0 100.0
Lampiran 7 : Dokumentasi Penelitian
Setelah penelitian maka peneliti melakukan evaluasi hasil penelitian survey lapangan.
Survei lapangan Ketua TIM Survei lapangan TIM 1
Paraf
No Hari/ Tanggal Catatan Pembimbing
Pembimbing
1 Jumat, 08 Mei BAB I
2020 - Lihat dan baca lagi perbaiki cara penulisan
dan disesuaikan dengan buku pedoman
- Identifikasi masalah
- Judul Perbandingan Air Cacing Dengan Air
Kelapa Terhadap Penurunan Demam Pasien
Typhoid Di Puskesmas Cibeureum Kota
Tasikmalaya Tahun 2020
BAB III
- Lihat cara ukur typhoid dengan menggunakan
air cacing saja, obat kimia saja, atau antar
keduanya dan berapa skor nya.
- Air cacing tambah teorinya dan pembahasan
nya yang sesuai antara Air cacing. Cara ukur
nya
Paraf
No Hari/ Tanggal Catatan Pembimbing
Pembimbing
1 15 April 2020 Revisi Proposal dikirim di email
6 21 Agustus
2020 Tambahkan efek di tujuan khususnya, jadi efek
pemberian air cacing.
Perbanyak narasi pendapat peneliti (anda), adapun
pendapat anda hanya pembanding saja.
Daftarkan Sidang Skripsi
2. 24 Agustus Daftarkan Sidang Skripsi
2020
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian KESBANGPOL Kota Tasikmalaya
Pada surat izin penelitian ini, peneliti mengajukan judul yang pertama yakni
“Pengaruh Air Cacing Terhadap Penurunan Demam Pada Pasien Tifus Di Puskesmas
Cibeureum Kota Tasikmalaya”. Namun seiring berjalannya waktu bimbingan, banyak
pertimbangan yang harus diselesaikan sehingga mendapat arahan dan perintah dari
pembimbing untuk mengganti judul baru yakni “Gambaran Penatalaksanaan
Pemberian Air Cacing Terhadap Pasien Typhoid Di Puskesmas Cibeureum Kota
Tasikmalaya Tahun 2020”.
Lampiran 10 : Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
Lampiran 11 : Surat Balasan Izin Penelitian Dari Puskesmas Cibeureum Kota
Tasikmalaya
Lampiran 12 : Surat Pengantar Izin Uji Validitas Dan Reabilitas Puskesmas
Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya