Puji beserta syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyiapkan tugas Bahasa Indonesia tentang Cerpen dengan
Judul”Persahabatan yang Tak Pernah Pudar” dengan baik, walaupun
masih banyak kekurangan.
Penulis
“cepat bangun . . . !
“bajuku Bu?? kenapa baju ku tidak ada di lemari ini, ujar Dina”
“kamu cari saja sendiri, itukan kesalahan kamu” ucap Ibu sambil ke
dapur untuk menyiapkan sarapan pagi
Teng.....teng.....teng.....
“iya, untung saja kita gak telat, kalau telat mampush kita semua.”
“itu siiihhh menurut kalian berdua, tapi kalau aku gak banget” sambil
melotot
“iya, Hann tapi jangan melotot gitu kenapa entar copot thuu mata”.
jawab Naimah sambil menyindir
“iya, Din cubit saja biar ku bantu” lanjut Sindy memberi semangat
“hahaha boleh juga tu” sambil tertawa. Naimah pun ikut-ikut tan
“iya, hahaha.’’
“ya, udah kami semua semua gak bakalan tega kok gituin kamu.’’
“maafin kami semua ya Han, udah yuk kita masuk ke kelas gurunya
bentar lagi mau masuk.” Ajaknya
‘’Assalammualaikum ‘’
‘’iya, Bu’’
‘’Assalamualaikum,buk”
‘’Waalaikum salam,”
‘iya buk.”
“kamu sudah telat 10 menit lebih baik kamu tidak usah masuk pelajaran
saya’’
“jangan membantah.”
“baiklah buk.”
“Hannifa Meideha”
“baiklah, apa jawaban soal nomor satu ?“ Tanya Bu guru sambil melirik
Hannifa
“Khotiatun Naimah”
“Dina”
“mana Dina “
“ini saya Bu “
“baik lah pelajaran kita cukup sampai disini dulu, minggu depan kita
lanjutkan.”
“kalau kita telat masuk kelas pasti kita dihukum” dengan wajah cemas
“ngak bakalan telat kok Din percaya dech.” Ucap Dina yang berusaha
meyakinkan
“iya iya..”
“kenapa Din, kok manggilnya kayak orang ketakutan saja” sahut Hannifa
heran
“assalammualaikum “
“dari mana saja kalian ber 4,” sahut bapak dengan muka marah.
“tidak, Pak”
“kalau kalian tahu ini bukan jam istirahat mengapa kalian keluar?
Seharusnya kalian tunggu guru di kelas.” bentak Bapak
“bukan hanya kalian saja yang lapar, kami semua juga lapar.”
“tidak boleh masuk lagi pak” Hannifa menjawab dengan suara pelan
TENG...TENG...TENG...
“baik lah bel pun telah berbunyi dan pelajaran pun sampai di sini. Saya
akhiri dengan assalammualaikum wr.wb.”
“waalaikumsalam wr.wb”
“teman-teman!!”
“iya, Mah!! baru kali ini kami kayak gini” jawab si Hannifa
“ya, sudah aku sedih lihat kalian semua kayak gini, besok-besok jangan
seperti ini lagi. Jika orang tua kalian tahu, kalian semua pasti dimarahi”
nasehat Hikmah dengan penuh perhatian.
“ok, Mah kami janji nggak akan ulangi lagi.” saling berpelukan .
“iya.
“iya, betul thu Din, apalagi si Hannifa“ ujur Naimah sambil bercanda
“apa salahnya sih Dina, aku kan lapar” sambil pasang muka cemberut”
“sudah-sudah, dah datang, jangan ribut lagi gak enak kalau didengar
Hikmah.”
“iya dech.”
“bukan kalian saja yang suka kami juga kok .” sahut si Hannifa dan
Sindy yang tidak mau ketinggalan.
“hahahahhahaha”
“ketawa ya Din”
“please dech, sob berhenti berantem ngapa” ujar Dina sambil masang
muka lebai
“ya, udah makan dulu kuenya udah disiapin thuu” sahut Hikmah
“ibu ku Sin”
“ya, sudah kita semua pulang saja, ntar malam kan kita bisa video call
an kok” perintah Naimah.
“ini Din, pusing ngabisinya kayak mana, lebih baik video call an sama
kalian semua, benar gak”
“iya”
Hari pun semakin sore, kami semua pulang dalam perjalanan ban
motor Naimah bocor terpaksa kami dorong untuk mencari bengkel.
Sepuluh menit lebih kami mendorong mencari bengkel tetapi kami
belum menemukannya. Hari ini banyak hal sial yang kami alami, baik di
sekolah mau pun di luar sekolah. Biarpun begitu kami semua tidak putus
asa kami saling membantu. Walaupun 1 orang ditimpa musibah kami
tetap membantu 1 sama lain. Akhirnya tidak lama kemudian kami
menemukan bengkel. Rencana harus pulang cepat ternyata selesai
sholat magrib kami semua baru bisa pulang, dan setiba di rumah kami
semua diceramahi dari orang tua kami masing-masing.
“gimana nich sampai rumah pasti di omelin nich.” Sahut Dina dengan
muka cemas.
“maafin aku ya Din gara-gara motor ku bocor, kamu gak bisa pulang
cepat” sahut Naimah
“gak papa kok Mi, kita semua gak mungkin ninggalin kamu kayak gitu,
kita semua harus tolong menolong dong.”
“aduh, aku ketiduran udah jam berapa ini!” Tanya ku kepada kakak yang
juga di kamar bersama ku
“whattt???”
“kenapa emangnya?”
“makanya kalau tak bisa tepati janji jangan ngomong janji. Tapi
ucapkanlah insyaallah”
“iya, tapi jangan ceramahi akulah kayak gitu kak!” dengan muka jutek
“iya”
“assalamuallaikum”
“waalaikumssalam”
“nama aku Dina, kamu sendiri siapa? sepertinya aku belum pernah lihat
kamu”
“oh begitu”
‘’oh ya udah ‘’
Pada saat tiba di kelas aku pun berbicara kepada Sindy tentang
anak baru yang ku kenal saat di gerbang tadi dan sepertinya Sindy
tidak senang karena Sindy takut jika aku akan meninggalkannya.
‘’oh ya Sin aku minta maaf gak jadi nelepon kamu soalnya aku ketiduran
terus gak dibangunin sama kakak ku.’’
‘’makasih ya Sin’’
‘’oh ya ku mau cerita nih sama kamu,’’
‘’ya ia lah Sin kamu gak tau, belum kelar ku ngomong udah kamu potong-
potong ‘’
‘’Ya udah ‘’
‘’Gini lho Sin tadi di depan gerbang aku jumpa sama anak baru, kalau
gak salah namanya Klaaaaaaa oh ya klara’’
‘’ya pokok nya gitu lah Din. Dia masuk kelas X MIPA 3, sepertinya
anaknya baik, ramah, dan juga bicaranya sopan.
‘’Gak usah dipercaya Din, maklum lah anak baru sok baik,sok ramah dan
pokoknya pura-pura baiklah.’’
‘’hussss . . . Sindy gak boleh ngomong kayak gitu. Kita gak baik suuzone
sama orang, dosa tahu’’
‘’ya deh Din maaf tapi kebanyakan anak baru kan kayak gitu. Awalnya
saja yang baik tapi ujung-ujungnya jahat juga’’
*****
‘’Sembarangan deh aku udah bilang sama kalian dan Dina’’ jawab Sindy
sinis
‘’Haii Klara..!’’
‘’Ehhh Dina ‘’
‘’(memukul meja) . . . Aku jadi gak selera makan gara-gara ada anak
baru makan sama kita-kita’’ dengan tatapan sinis
‘’Kamu gak boleh gitu dong Klara kan gak ada buat salah sama kamu’’
‘’Kamu malah belain dia Din banding sahabat mu sendiri. Dia emang gak
salah tapi aku muak liat dia.’’ Ucapnya terang-terang di depan Klara
‘’emang kamu muak kenapa, aku kan anak baru di sini .’’
‘’Karena kamu anak baru ku muak sama kamu tau gakkk!!” bentak Sindy
‘’Ia kamu gak ada hak marah-marah sama dia yang ngajak dia makan tu
kan aku, udahlah jangan perpanjang masalah lagi.”
‘’Maf ya Din aku gak bisa di sini bersama kalian semua, aku gak mau
kehadiran aku membuat kekacauan dan persahabatan kalian putus’’ ucap
Klara
‘’Aku pusing kalau melihat mereka beradu mulut” sahut Hannifa sambil
memegang kepala nya
‘’ya setiap ketemu pasti berantam terus gak ada akurnya kayak dulu’’
‘’ya gimana caranya agar mereka baikan lagi dan saling tegur’’ sahut
Naimah
‘’Kalau gak dapat idenya kayak mana?’’ sahut Naimah sambil kebingungan
‘’Gini mah, kita ajak mereka berdua ketemuan di suatu tempat. Setelah
itu kita biarin aja mereka berdua ngomong dan kalau gak berhasil baru
kita jalani rencana berikutnya, gimana setuju gak semua nya???’’
‘’setuju banget, kami sangat mendukung ide yang kamu buat Din’’
‘’Aku juga ‘’
‘’hmmm kalau tau Dina tu nyuruh kamu juga gak bakalan aku ke sini
ngerti kamu !!’’
‘’Aku memang suruh kalian semua ke sini, jadi please jangan berantam
lagi tolonglah hargai aku sebagai sahabat kalian’’ protes Dina sambil
wajah cemberut
‘’Klara aku minta maaf ya selama ini aku benci melihat kamu dekat
dengan sahabat ku dan aku juga selalu salah sangka sama kamu. Pada
saat itu aku terbawa emosi makanya aku marah-marah sama kamu”
ucapnya sambil membentangkan tangannya untul bersalaman
‘’Ya Sin gak apa-apa aku juga mintak maaf ya! Semenjak kamu nuduh
aku kayak gitu aku juga tambah sebal sama kamu tapi sekali lagi aku
minta maaf sama kamu’’
~SELESAI~