Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyiapkan tugas Bahasa Indonesia tentang Cerpen dengan
Judul”Persahabatan yang Tak Pernah Pudar” dengan baik, walaupun
masih banyak kekurangan.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Ibu Vera Bayu Putri, S.Pd.I. selaku guru Bahasa Indonesia


yang telah mengajarkan dan memberikan bimbingan kepada
penulis dalam menyusun serta membuat cerpen ini.
2. Orang tua yang telah membimbing dan memberikan motivasi
serta materi kepada penulis dalam menyiapkan tugas ini.
3. Serta rekan-rekan kelas XII MIPA 2 yang telah mendukung
penulis dalam menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan cerpen ini masih


banyak kekurangan,untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar cerpen ini menjadi lebih baik.

Bagan Jaya, September 2021

Penulis

Persahabatan yang Tak Pernah Pudar


Perasaan kacau mulai menghantui ku. Aku menyusuri ruang gelap tanpa

setitik cahaya terang yang ku temui. Dalam kegelapan aku mendengar

ada seseorang yang memanggilku.

“Dina . . . Dina . . . bangun sudah jam berapa ini . . . ?”

“cepat bangun . . . !

Aku pun segera bergerak untuk mencarinya, sambil terburu-


buru. Akhirnya ku temukan juga handuknya dan cepat menuju ke kamar
mandi. Selesai mandi, aku sibuk mencari baju untuk perlengkapan
sekolah. Ibu pun terheran-heran melihat tingkahku yang sibuk tak
menentu.

“apa yang kamu cari Dina? tanya ibu kepada ku

“bajuku Bu?? kenapa baju ku tidak ada di lemari ini, ujar Dina”

“kamu ini selesai memakai baju sekolah bukannya digantung di lemari


malah di letakan sembarangan” ucap Ibu marah

“hmmm . . . ibu malah memarahiku, bukannya dibantuin nyari bajunya!”


ucap ku cemberut

“kamu cari saja sendiri, itukan kesalahan kamu” ucap Ibu sambil ke
dapur untuk menyiapkan sarapan pagi

Begitu cepat waktu berlalu, jam telah menunjukan pukul 07.15


WIB aku pun tidak sempat sarapan dan siap-siap untuk ke sekolah.

“assalamualaikum.” Ucap ku pamit kepada Ibu dan Ayah.

“waalaikumsalam, hati-hati, dan cepat pulang sekolah.” Jawabnya


serentak

Aku tidak ingin terlambat dan melanggar peraturan yang telah


dibuat oleh sekolah. Sekolah ku pun tidak terlalu jauh, hanya sekitar
15-20 menit. Kemudian aku sampai di sekolah. Sesampai di gerbang
sekolah sahabatku sudah berkumpul. Mereka adalah Hannifa, sindy,
Hikmah dan Naimah. Beberapa menit kemudian bel masuk pun berbunyi
kami semua segera menuju ke kelas.

Teng.....teng.....teng.....

“pas banget ya kita sampainya.”

“iya, untung saja kita gak telat, kalau telat mampush kita semua.”

“iya, apalagi piket hari ini gurunya pada galak semua.”

“iya betul Hannifa.”

“iya iya lah Hannifa gitu loh, memuji diri sendiri.”

“tapi walaupun galakan hatinya baik siiihhh . . . bela Sindy”


betul banget tuuhhh Sindy, ku setuju i like it ucap Dina mengacungkan
jempol ke arah Sindy

“itu siiihhh menurut kalian berdua, tapi kalau aku gak banget” sambil
melotot

“iya, Hann tapi jangan melotot gitu kenapa entar copot thuu mata”.
jawab Naimah sambil menyindir

“iya, dech Naimah. maaf”

“iiihhhh, cubby amat siihhh pipi si Hannifa rasanya pengen ku cubit


ajha, gmes dechhh lihatnya” ujar Dina sambil bercanda

“iya, Din cubit saja biar ku bantu” lanjut Sindy memberi semangat

“hahaha boleh juga tu” sambil tertawa. Naimah pun ikut-ikut tan

“lihat thu wajah si Hannifa dah ketakutan.”

“iya, hahaha.’’

“ya, udah kami semua semua gak bakalan tega kok gituin kamu.’’
“maafin kami semua ya Han, udah yuk kita masuk ke kelas gurunya
bentar lagi mau masuk.” Ajaknya

“yuukk . . .” jawab mereka serentak

Aku dan sahabat ku pun masuk ke kelas untuk mengikuti


pelajaran. Sepuluh menit lamanya aku dan sahabat ku bercerita.
Akhirnya sepuluh menit terlewati, tiba-tiba studi bahasa Inggris pun
datang dengan langkah pelan ibu guru masuk sambil mengucapkan salam.

‘’Assalammualaikum ‘’

‘’waalaikum salam’’ jawab semua murid

“maaf ya anak-anak Ibu terlambat masuknya, Ibu ada urusan mendadak


tadi’’

‘’Iya, Bu” jawab semua murid

‘’Baiklah, semuanya buka buku pelajaranya halaman 113-117”

‘’iya, Bu’’

Sudah serius-seriusnya belajar. Tiba tiba ada yang mengetuk


pintu, ternyata teman sekelas ku telat. Perasaannya pun dag-dug karna
takut kena marah karna dia berlanggangan terlambat terus.

‘’Assalamualaikum,buk”

‘’Waalaikum salam,”

“kamu lagi kamu lagi” bentak Bu guru

‘iya buk.”

“kamu sudah telat 10 menit lebih baik kamu tidak usah masuk pelajaran
saya’’

“tapi buk” jawabnya raut muka sedih

“jangan membantah.”
“baiklah buk.”

Ternyata dia mengikuti perintah Bu guru. Kemudian Bu guru pun


memberi pertanyaan untuk nilai kami semua berdasarkan absen.

“Hannifa Meideha”

“iya buk, hadir”

“Ibu tidak mengabsen tetapi menyuruh kamu jawab pertanyaan dari


Ibu “

“ohh, iyalah Bu, Hannifa gak dengar tadi “

“baiklah, apa jawaban soal nomor satu ?“ Tanya Bu guru sambil melirik
Hannifa

“gak tau Bu” sambil menundukkan dan menggelengkan kepala

“Khotiatun Naimah”

“iya buk, isinya “They “

“Dina”

“mana Dina “

“ini saya Bu “

“coba kamu artikan soal yang nomor satu”

“artinya: Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka mengirim e-


mail satu sama lain“ dengan santai menjawab

“baik lah pelajaran kita cukup sampai disini dulu, minggu depan kita
lanjutkan.”

Perasaan senangpun terpancar di wajah kami masina-masing


karena bel pergantian pelajaran pun berbunyi. Setiap pelajaran bahasa
inggris, kami sering memperhatikan arah jarum jam setiap detiknya dan
setiap menit kami perhatikan terus menerus. Salah seorang dari kami
merasa sedih karena tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru
tersebut tetapi dengan beraninya kami semua ke kantin dan tidak
memikirkan bel bergantian pelajaran.

“keluar yuk Din, ajak si Sindy, Hannifa dan Naimah “

“ngapain keluar. inikan bukan waktunya istirahat, pergantian jam


pelajaran” tegas Dina

“bentar aja kok 5 menit doang“

Harus gimana lagi ku hanya bisa ikut walaupun rasa takut di


dalam hati. Mereka semua membawaku ke kantin dan dan cuma Hikmah
yang tidak ikut karena berbeda kelas.

“ngapain sih kita ke kantin? “ Tanya ku kepada teman-teman

“ya makanlah Din” sahut Hannifa dengan suara lantang

“kalian semua hanya bilang keluar sebentar saja tapi menyimpangnya ke


kantin “ tanyaku suara memberontak

“gak apa-apa kok Din. Kitakan lapar bujuk Naimah”

“kalau kita telat masuk kelas pasti kita dihukum” dengan wajah cemas

“ngak bakalan telat kok Din percaya dech.” Ucap Dina yang berusaha
meyakinkan

“iyah, sudah aku ikuti kata kalian.”

“hm gituch donk Din, kalau kamu ikutan jadi rame.”

“iya iya..”

Tak lama kemudian sampai di kantin aku kami langsung pesan


makanan. Walaupun rasa takut dan cemas di hati ku. Aku hanya pasrah
karena sudah terlanjur ikut dengan mereka. Dari kejauhan ku
mendengar sesuatu ternyata itu bel pergantian pelajaran, hatiku deg-
degan dan berdebar.
“Hanni, Sindy, Naimah” panggil ku

“kenapa Din, kok manggilnya kayak orang ketakutan saja” sahut Hannifa
heran

“ku mendengar bel berbunyi.”

“tidak kok” sahut Naimah

“iya. . ., belnya berbunyi,” sambil membentak dengan perasaan tak enak

“duh, kamu ini Din penakut sekali “jawab Hannifa santai

“iya aku takut entar kita semua dihukum lagi”

Suasana pun hening, kami semua terdiam dan akhirnya mereka


semua mendengar bel itu berbunyi. Mereka tidak percaya dengan
perkataan ku dan mereka anggap aku berbohong, ternyata aku benar.
Beberapa menit kemudian pesanan kami pun datang baru 1 sendok
lontong yang kami makan, kami bergegas makan dan membayar terus
langsung go...!!!! ke kelas.

“assalammualaikum “

“waalaikumsalam “ jawab guru dan semua murid

“dari mana saja kalian ber 4,” sahut bapak dengan muka marah.

“da...da...da...ri kantin Pak” jawab gugup

“apa sekarang jam istirahat”

“tidak, Pak”

“kalau kalian tahu ini bukan jam istirahat mengapa kalian keluar?
Seharusnya kalian tunggu guru di kelas.” bentak Bapak

kami semua terdiam

“coba kalian lihat jam, sudah berapa menit kalian terlambat”


“sepuluh menit Pak” kata semua murid yang duduk

“kalian sudah telat 10 menit”

Dengan muka sedih kami semua hanya terdiam, ternyata filling


ku benar kita bakalan kena hukum. Bapak pun bertanyaa kepada kami
masing-masing

“Hannifa, kenapa kamu telat?”

“ke kantin Pak, saya lapar Pak”

“bukan hanya kalian saja yang lapar, kami semua juga lapar.”

“Dina, Sindy, Naimah?”

“iya, Pak jawab serentak”

“sama Pak, ke kantin juga.”

Setelah itu, Bapak pun terdiam dan Bapak memberi nasehat


kepada kami semua

“coba dengarkan untuk kalian dan semuanya. Waktu istirahat hanya


sebentar, apa salahnya kalian membawa bekal dari rumah dan tidak
harus jauh-jauh ke kantin dan akhir nya kalian di hukum seperti ini.
Jadi, setiap Bapak masuk tidak ada yang terlambat seperti ini lagi.
Khusus bagi kalian yang di depan jika kalian yang terlambat lagi apa
hukuman nya dan sekali ini kalian saya maaf kan”

“tidak boleh masuk lagi pak” Hannifa menjawab dengan suara pelan

“yakin kamu???” kata si Bapak

“jika kalian terlambat lagi tidak boleh masuk pelajaran bapak 1


semester”

“iya Pak” jawab kami bersama-sama

“baik lah, kalian semua boleh duduk.!”


“Bapak pun menyuruh mereka duduk di tempat masing-masing.saya
peringatkan sekali lagi bagi siapa pun yang terlambat saya tidak
mengizin kan masuk pelajaran saya.”

“kalian semua mengerti

“mengerti Pak,” jawab semua murid

Akhirnya pelajaran pun tidak dilanjutkan karena akibat


menghukum kami yang terlambat waktupun habis. Waktu yang tersisa
hanya untuk memahami dan memberi nasehat kepada semua murid dan
bel pulang pun berbunyi.

TENG...TENG...TENG...

“baik lah bel pun telah berbunyi dan pelajaran pun sampai di sini. Saya
akhiri dengan assalammualaikum wr.wb.”

“waalaikumsalam wr.wb”

Dengan langkah terburu-buru, kami keluar dari kelas dari arah


jauh salah satu sahabat ku Hikmah memanggil kami semua. Dia prihatin
melihat kami semua seperti itu karna baru kali ini kami melanggar
peraturan sekolah.

“teman-teman!!”

“ya, mah,” sambil menoleh ke belakang.

“mengapa kalian semua tidak menaati peraturan sekolah!”

“iya, Mah!! baru kali ini kami kayak gini” jawab si Hannifa

“ya, sudah aku sedih lihat kalian semua kayak gini, besok-besok jangan
seperti ini lagi. Jika orang tua kalian tahu, kalian semua pasti dimarahi”
nasehat Hikmah dengan penuh perhatian.

“ok, Mah kami janji nggak akan ulangi lagi.” saling berpelukan .

“oya, teman-teman udahan dong sedih-sedihnya,” ujar si Hannifa


“iya, lebih baik kita jalan-jalan atau kemana gitu.” sahut Naimah

“baiklah kita semua pergi ke rumah pohon yuk.” ajak Hikmah

“ide baguz thu Mah” ujar Dina dengan wajah senang

“iya, kitakan udah lama gak ke rumah pohon.”

“iya” sahut Ilmi.

Waktupun menunjukan pukul 14.30 WIB, kami semua segera ke


rumah pohon di dekat rumah Hikmah.

“sampai juga di rumah pohon.”

“iya.

“oya, teman-teman ambil minum dulu ya di rumah” sahut Hikmah

“iya, Mah jangan lupa makanannya juga ya Mah ,” ujar Sindy

“kamu ini, kalau urusan makanan pasti cepat nangkapnya.”

“iya, betul thu Din, apalagi si Hannifa“ ujur Naimah sambil bercanda

“apa salahnya sih Dina, aku kan lapar” sambil pasang muka cemberut”

“sudah-sudah, dah datang, jangan ribut lagi gak enak kalau didengar
Hikmah.”

“iya dech.”

“ini makanannya, silahkan dimakan jangan malu-malu anggap sajha


rumah sendiri “ sambil Hikmah menghidangkan makanan.

“iya, makasaih Mah”

“hmmmm, ada makanan favorit ku ini nhee.” ujar Dina

“apa Din” sahut Naimah

“masa gak tahu sihhh mi, thuu loh donat.”


“ku juga suka kok Din”

“berarti selera kita sama dong”

“iy , kita sehati, hehehe”

“bukan kalian saja yang suka kami juga kok .” sahut si Hannifa dan
Sindy yang tidak mau ketinggalan.

“gak ada yang nanya kok” jawabnya sinis

“ihhh, coba dehh jawabnya biasa ajha.”

“hahahahhahaha”

“ketawa ya Din”

“gk ahh, nangizzzz”

“hmmm, gitu tochhh . . . “

“please dech, sob berhenti berantem ngapa” ujar Dina sambil masang
muka lebai

“lebai amat sheeee”

“sekali-kali gak papakan?”

“ya, udah makan dulu kuenya udah disiapin thuu” sahut Hikmah

“hahahahahaha iya iya iya”

Semua terdiam karena kehabisan suara tertawa karna terbahak-


bahak. handphone ku berbunyi, ternyata orang tua ku menelepon agar
aku segera pulang.

“teman-teman sepertinya ku harus pulang cepat dehhh”

“kenapa gitu, acara makan makannyakan belum selesai Din” jawab


Hannifa.

“iya, sih Han, tapi . . . “


“emang tadi siapa yang nelepon” tanya Sindy

“ibu ku Sin”

“ya, sudah kita semua pulang saja, ntar malam kan kita bisa video call
an kok” perintah Naimah.

“ya, lagi banyak paket ya” ujar Dina

“ini Din, pusing ngabisinya kayak mana, lebih baik video call an sama
kalian semua, benar gak”

“iya”

“Mah, kami pulang dulu ya”

“ya, hati-hati ya sob”

“iya, Mah.” ujar Dina

“makasih ya makanannya dan minumannya Mah.” ujar Hannifa dan Sindy

“iya sama-sama.” Ucap Hikmah

Hari pun semakin sore, kami semua pulang dalam perjalanan ban
motor Naimah bocor terpaksa kami dorong untuk mencari bengkel.
Sepuluh menit lebih kami mendorong mencari bengkel tetapi kami
belum menemukannya. Hari ini banyak hal sial yang kami alami, baik di
sekolah mau pun di luar sekolah. Biarpun begitu kami semua tidak putus
asa kami saling membantu. Walaupun 1 orang ditimpa musibah kami
tetap membantu 1 sama lain. Akhirnya tidak lama kemudian kami
menemukan bengkel. Rencana harus pulang cepat ternyata selesai
sholat magrib kami semua baru bisa pulang, dan setiba di rumah kami
semua diceramahi dari orang tua kami masing-masing.

“gimana nich sampai rumah pasti di omelin nich.” Sahut Dina dengan
muka cemas.

“pasti lebih dari omelin nhee” ujar Sindy sambil menakuti.


“santai ajha kali Din, kalau kita punya alasan yang jelas pasti orng tua
kita percaya ujar Hannifa

“betul banget thu Han”

“maafin aku ya Din gara-gara motor ku bocor, kamu gak bisa pulang
cepat” sahut Naimah

“gak papa kok Mi, kita semua gak mungkin ninggalin kamu kayak gitu,
kita semua harus tolong menolong dong.”

“ya, teman-teman makasih ya atas pengertiannya!”

“ya, sama-sama Naimah” jawabnya bersama-sama

Akhirnya, kami semua sampai di rumah masing-masing. Kami


semua lelah karena seharian kecapekan. Aku pun mandi dan tak lupa
makan malam bersama keluarga. Selesai kami makan malam, keluarga ku
dan aku ngumpul-ngumpul di ruang tamu. Rasa ketakutan pun datang.
Aku bergegas ke kamar untuk tidur dari pada nanti ditanya kenapa aku
bisa terlambat pulang. Hari pun baru menunjukan pukul 20.00 WIB,tak
biasanya aku tidur jam segitu tapi beberapa lama kemudian ku
terbangun dan teringat akan janji ku bahwa aku akan video call an
bersama temanku.

“aduh, aku ketiduran udah jam berapa ini!” Tanya ku kepada kakak yang
juga di kamar bersama ku

“jam 20.00 WIB” jawab kaka ku

“whattt???”

“kenapa emangnya?”

“kenapa aku tidak dibangunkan kak?”

“habisnya kamu tidurnya nyenyak sekali jadi ngapa harus dibangunin?”


“karna tadi soreku janji mau video call an temanku tapi malah
ketiduran.”

“makanya kalau tak bisa tepati janji jangan ngomong janji. Tapi
ucapkanlah insyaallah”

“iya, tapi jangan ceramahi akulah kayak gitu kak!” dengan muka jutek

“iya dek, ya udah lanjutin ajha tidurnya”

“iya”

Perasaan dihatiku bercampur aduk,ada rasa ngantuk dan ada


perasan penyesalan kepada teman-temanku tetapi ku harus minta maaf.
Pagi yang cerah dengan suara kicauan burung yang terdengar indah.
Aku harus cepat sampai ke sekolah tetapi aku kesiangan lagi. Ku harus
cepat-cepat pergi dari pada terlambat lagi

“ku pergi dulu ya . . . Ayah Ibu

“assalamuallaikum”

“waalaikumssalam”

Pagi itu di depan pintu gerbang sekolah, terjadi percakapan seseorang


anak baru yang gak aku kenal dengan aku. Aku pun melihatnya sambil
tersenyum

“hy” sapa anak baru tersebut kepada ku

“hy juga” dengan wajah bingung

“nama kamu siapa ya?” sambil bersalaman

“nama aku Dina, kamu sendiri siapa? sepertinya aku belum pernah lihat
kamu”

“aku Klara, oh ya kamu kelas berapa?”


“aku kelas X kalau kamu?” menjawab Tanya Dina dan ia kembali
bertanya kepada ku

“aku anak baru di sekolah ini?”

“oh . . . “ sambil menganggukkan kepala

“kamu pindahan dari mana”

“aku pindahan dari Pekanbaru”

“oh begitu”

‘’ia, kamu kenapa terburu-buru ‘’

‘’ia nih,ku harus ketemu dengan teman-teman ku.’’

‘’oh ya udah ‘’

Teng...teng...teng...bel masuk berbunyi

‘’aku duluan ya sampai jumpa ‘’

‘’ya sampai jumpa lagi’’

Pada saat tiba di kelas aku pun berbicara kepada Sindy tentang
anak baru yang ku kenal saat di gerbang tadi dan sepertinya Sindy
tidak senang karena Sindy takut jika aku akan meninggalkannya.

‘’tumben Din, jam segini baru datang ?’’

‘’ia nih Sin aku bangun kesiangan ‘’

‘’Oh pantesan biasanya gak pernah telat’’

‘’oh ya Sin aku minta maaf gak jadi nelepon kamu soalnya aku ketiduran
terus gak dibangunin sama kakak ku.’’

‘’ia gak apa-apa kok’’

‘’makasih ya Sin’’
‘’oh ya ku mau cerita nih sama kamu,’’

‘’Ayyo cerita apa itu,’’

‘’kamu tau gak Sin’’

‘’ya gak tau lah’’

‘’ya ia lah Sin kamu gak tau, belum kelar ku ngomong udah kamu potong-
potong ‘’

‘’Ya udah ‘’

‘’Gini lho Sin tadi di depan gerbang aku jumpa sama anak baru, kalau
gak salah namanya Klaaaaaaa oh ya klara’’

‘’itu pun kalau gak salah berarti betul Din’’

‘’ya pokok nya gitu lah Din. Dia masuk kelas X MIPA 3, sepertinya
anaknya baik, ramah, dan juga bicaranya sopan.

‘’Gak usah dipercaya Din, maklum lah anak baru sok baik,sok ramah dan
pokoknya pura-pura baiklah.’’

‘’hussss . . . Sindy gak boleh ngomong kayak gitu. Kita gak baik suuzone
sama orang, dosa tahu’’

‘’ya deh Din maaf tapi kebanyakan anak baru kan kayak gitu. Awalnya
saja yang baik tapi ujung-ujungnya jahat juga’’

‘’Tapi aku yakin, dia gak kayak gitu’’

‘’Ya udah percaya gak percaya itu kan pendapat kamu’’

Pembicaraan mereka berakhir karena guru sudah masuk.

*****

Setelah bel istirahat berbuyi semua siswa-siswi berhamburan


keluar kelas. Dina mempunyai geng maka berkumpullah geng tersebut.
Geng itu beranggota Dina, Hannifa, Naimah, Sindy Dan Hikmah.
‘’Ehhh, dengar semua Dina baru kenalan dengan anak baru tuh” ucap
Sindy

‘’Bagus dong” jawab Naimah’’

‘’Apanya yang bagus Dina kan mudah dipengaruhi ‘’

‘’Kamu gak boleh gitu dong” sahut Hikmah’’

‘’Ia gak baik lihat orang cuma sekilas saja’’

‘’Sembarangan deh aku udah bilang sama kalian dan Dina’’ jawab Sindy
sinis

‘’Aduuuuuuuuhhhh . . . kalian kok pada berantam shi!’’

‘’Udah dipesan belum makanannya’’

‘’udah kok tenang saja’’

Selagi menunggu makanan Dina melihat Klara di kantin dengan cepat


Dina mendatangi Klara

‘’Haii Klara..!’’

‘’Ehhh Dina ‘’

‘’Gabung yuk sama kita-kita’’

‘’ hmmm, makasih Din’’

Dengan wajah cemberut Sindy memandangi Dina dan Klara yang


sedang asyik berbicara

‘’(memukul meja) . . . Aku jadi gak selera makan gara-gara ada anak
baru makan sama kita-kita’’ dengan tatapan sinis

‘’Kamu gak boleh gitu dong Klara kan gak ada buat salah sama kamu’’

‘’Kamu malah belain dia Din banding sahabat mu sendiri. Dia emang gak
salah tapi aku muak liat dia.’’ Ucapnya terang-terang di depan Klara
‘’emang kamu muak kenapa, aku kan anak baru di sini .’’

‘’Karena kamu anak baru ku muak sama kamu tau gakkk!!” bentak Sindy

‘’Udah la Sin kamu gak boleh kasar sama Klara,’’

‘’emang kenapa Din ?’’

‘’Ia kamu gak ada hak marah-marah sama dia yang ngajak dia makan tu
kan aku, udahlah jangan perpanjang masalah lagi.”

‘’Klaraaaaa tungguuuu . . . jangan pergi’’

‘’Maf ya Din aku gak bisa di sini bersama kalian semua, aku gak mau
kehadiran aku membuat kekacauan dan persahabatan kalian putus’’ ucap
Klara

Akhirnya Sindy, Dina dan Klara beradu mulut. Sebenarnya Sindy


merasa bersalah karena memarahi Klara tapi dia tidak suka melihat
kedekatan Klara dengan Dina.Tanpa diketahui oleh Sindy, Dina dan
Klara ternyata sahabat-sahabat nya telah menyiapkan rencana agar
mereka baikan lagi.

‘’Aku pusing kalau melihat mereka beradu mulut” sahut Hannifa sambil
memegang kepala nya

‘’ya setiap ketemu pasti berantam terus gak ada akurnya kayak dulu’’

‘’ya gimana caranya agar mereka baikan lagi dan saling tegur’’ sahut
Naimah

‘’Kalian semua ada ide gak ?” tanya Hannifa

‘’hmmmmmmmm gimana ya caranya!’’

‘’Ya sudah kita pikirin sama-sama’’

‘’Kalau gak dapat idenya kayak mana?’’ sahut Naimah sambil kebingungan

‘’ ya kita usahain dong Naimah’’


‘’ Ya Hannifa, aku tau kok segala sesuatu itu perlu usaha’’

‘’ Betul banget tu ,protes Hikmah’’

Rupanya rencana yang dibuat oleh sahabat-sahabat ku untuk


membuat ku dan Sindy pun berhasil tapi tinggal Sindy dan Klara yang
belum teguran. Dina pun mencari ide agar Sindy dan Klara bisa
berteman.

‘’eehh teman-teman aku punya ide nieee’’

‘’Apa tuh cuy” tanya Naimah

‘’emang gimana caranya Din” Hannifa pun bertanya

‘’gimana kita ajak Sindy dan Klara ketemuan” sahut Dina

‘’Ketemuan gimana maksud mu Din” tanya Hikmah bingung

‘’Gini mah, kita ajak mereka berdua ketemuan di suatu tempat. Setelah
itu kita biarin aja mereka berdua ngomong dan kalau gak berhasil baru
kita jalani rencana berikutnya, gimana setuju gak semua nya???’’

‘’ Aku setuju kok ” kata Hikmah

‘’Naimah, Hannifa kalian berdua setuju tidak??’’

‘’setuju banget, kami sangat mendukung ide yang kamu buat Din’’

‘’ini demi persahabatan kita semua kok” sahut Hannifa

‘’ia tapi gimana caranya cobak Din?’’

‘’itu gampang kita chat aja mereka ‘’

‘’ide bagus Din, ya udah kita jalani rencana kita’’

Mereka pun berhasil mengajak Sindy dan Klara bertemu tetapi


mereka malah parah beradu mulut untung Dina dan yang lainnya cepat
datang akhirnya mereka saling mengerti apa arti sahabat yang
sebenarnya.
‘’Ngapain nih aku disuruh Dina ke sini” sahut Sindy dengen wajah sebel

‘’Lho kamu ngapain ke sini” sahut Klara dengan wajah jutek

‘’ Aku disuruh sama Dina ‘’

‘’Aku juga ‘’

‘’aahh mana mungkin kamu disuruh,’’

‘’Loh buktinya aku sudah ada di sini,’’

‘’hmmm kalau tau Dina tu nyuruh kamu juga gak bakalan aku ke sini
ngerti kamu !!’’

‘’Ya sudah pulang aja kamu sana!’’

‘’Ok, sebelum kamu suruh pun aku juga mau pulang’’

‘’Cukup semuaaa’ Bentak Dina kepada mereka berdua

‘’Aku memang suruh kalian semua ke sini, jadi please jangan berantam
lagi tolonglah hargai aku sebagai sahabat kalian’’ protes Dina sambil
wajah cemberut

‘’Kami yang rencanai ini semua” sahut Hannifa’’

‘’Seharusnya kalian saling memaafkan bukannya tambah berkelahi


seperti ini’’ sahut Naimah sambil memberi nasehat’’

‘’Ya benar kata Naimah,’’

‘’ya deh kalau kayak gitu’’

‘’Klara aku minta maaf ya selama ini aku benci melihat kamu dekat
dengan sahabat ku dan aku juga selalu salah sangka sama kamu. Pada
saat itu aku terbawa emosi makanya aku marah-marah sama kamu”
ucapnya sambil membentangkan tangannya untul bersalaman
‘’Ya Sin gak apa-apa aku juga mintak maaf ya! Semenjak kamu nuduh
aku kayak gitu aku juga tambah sebal sama kamu tapi sekali lagi aku
minta maaf sama kamu’’

‘’ya Klara aku maafin kok’’

‘’ku juga sudah memaafkan kamu kok Sin” sambil berpelukan

Akhirnya semenjak kejadian itu Klara masuk keanggota kami,


ternyata pertengkaran kami semua bukan menimbulkan dendam tetapi
menimbulkan rasa saling mengerti satu sama lainnya.

~SELESAI~

Anda mungkin juga menyukai