Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA


MINAT PENGGUNAAN AKDR DI PUSKESMAS
WATUNOHU KECAMATAN WATUNOHU
KABUPATEN KOLAKA UTARA

OLEH :

RAHMATIKA
NIM BK.2010252

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN
MAKASSAR
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini diajukan oleh

Nama : Rahmatika

NIM : BK.2010252

Program Studi : Diploma IV Kebidanan

Judul : Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya


Minat Penggunaan AKDR di Puskesmas Watunohu
Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Dipertahankan Pada

Sidang Proposal Di Hadapan Dewan Penguji.

Ditetapkan di : Makassar

Tanggal : November 2021

Pembimbing :

Hasrida, S.Tr, Keb., M.Keb


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................. i

DAFTAR ISI .................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .......................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi .............................. 8

B. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi AKDR ................... 14

C. Tinjauan Umum Tentang Rendahya Penggunaan AKDR . 26

D. Penelitian Terkait ............................................................ 30

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ........................................................... 33

B. Hipotesis ......................................................................... 33

C. Definisi Operasional ......................................................... 34

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................... 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 36

C. Populasi .......................................................................... 36

D. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ....................... 37


E. Instrumen Peneltiian ....................................................... 38

F. Pengolahan Data ............................................................ 38

G. Analisa Data ................................................................... 39

H. Etika Penelitian ............................................................... 39

I. Alur Penelitian ................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran II : Kuesioner Penelitian

Lampiran III : Surat Rekomendasi Pengambilan Data Awal


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti

dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai

pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas dan morbiditas bayi,

anak dan ibu. Risiko kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan dan

kelahiran di dunia yang sedang berkembang jauh lebih besar daripada

risiko akibat penggunaan kontrasepsi modern. Banyak wanita

merasakan kesulitan me-nentukan pilihan kontrasepsi. Tidak hanya

karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena

metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan

kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita

atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu

metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status

kesehatan, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi

terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besar-nya keluarga yang

diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai

kemampuan mempunyai anak (BKKBN, 2020).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2018

prevalensi pemakaian alat kontrasepsi mencapai 57,8%. Sedangkan

tahun 2019 pemakaian alat kontrasepsi mencapai 63,4% dan tahun

1
2

2020 pemakaian alat kontrasepsi mencapai 68,6%. Untuk Negara

ASEAN khususnya di Philipina mencapai 72,5% (WHO, 2018)

Survey demografi kesehatan Indonesia tahun 2020 Tingkat

prevalensi pemakaian alat kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence

Rate (CPR), yang menunjukkan tingkat kesertaan ber-KB di antara

pasangan usia subur (PUS) mencapai 61,9%. Bila dirinci lebih lanjut

proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntik (27,9%), diikuti oleh

pil (14,2%), Intra Uterine Devices (7,2%), implant atau susuk (4,3%),

sterilisasi wanita (3,4%), kondom (0,9%), sterilisasi pria (0,3%), MAL

(Metode Amenore Laktasi) (0,1%), dan sisanya merupakan peserta KB

tradisional masing menggunakan cara KB tradisional, Pantang berkala

(1,6%), maupun senggama terputus (1,5%), dan cara lain (0,5%)

(BKKBN, 2020).

Berdasarkan hasil presurvey di BKKBN pada tahun 2020 di

Sulawesi Tenggara jumlah Pasangan Usia Subur sebanyak 1.428.276

peserta, pasangan yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 1.318.582

yakni peserta KB IUD sebanyak 31.287 (2,9%) peserta, Metode

Operasi Wanita sebanyak 9.278 (0,8%) peserta, Implan 51.098 (3,9%)

peserta, Metode Operasi Pria 1032 (0,4%) peserta, Kondom 79.271

(5,2%) perserta, suntik 382.291 (23,8%) peserta, dan pil sebanyak

289.417 (18,6%) peserta. (BKKBN, 2020).

Data yang diperoleh dari BKKBN Kabupaten Kolaka Utara tahun

2020 jumlah pasangan usia subur sebanyak 18.413 orang dan


3

menggunakan menggunakan kontrasepsi sebanyak 8781 orang terdiri

dari IUD 56 orang (0,6%), MOP/MOW 107 orang (1,2%), implant 695

orang (7,9%), suntik 4838 orang (55,1%), pil 2931 orang (33,4%) dan

kondom 154 (1,8%). Sedangkan tahun 2019 jumlah pasangan usia

subur sebanyak 18.413 orang dan menggunakan menggunakan

kontrasepsi sebanyak 9710 orang terdiri dari AKDR 76 orang (0,78%),

MOP/MOW 161 orang (1,66%), implant 31 orang (4,45%), suntik 4690

orang (48,30%), pil 3574 orang (36,81%) dan kondom 155 (1,60%)

(BKKBN, 2020).

AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam

rahim terbuat dari plastik halus (Polyethelen) mencegah terjadinya

konsepsi atau kehamilan, mekanisme kerja AKDR sampai saat ini

belum diketahui secara pasti. Untuk mencegah benangnya putus, tarik

dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila

benang putus saat ditarik, maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik

keluar. Pencabutan sulit Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada

kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila

tidak ditemukan pada kanalis servikalis, masukkan klem atau alat

pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk menjepit benang AKDR itu

sendiri. Bila sebagian AKDR sudah ditarik keluar tetapi kemudian

mengalami kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis servikalis, putar

klem pelan-pelan sambil tetap menarik selama klien tidak mengeluh

sakit (Saifuddin, AB. 2016).


4

Salah satu alasan peneliti mengangkat judul tersebut karena hal

yang mempengaruhi perilaku responden tidak menggunakan KB AKDR

yaitu pengetahuan, sikap dan pendidikan. Sesuai teori tersebut maka

pada penelitian ini pengetahuan responden yang dalam kategori cukup

dapat dikarenakan pendidikan responden yang masih rendah.

Sedangkan jika dilihat dari segi usia, rata-rata responden berusia 20-35

tahun di mana usia tersebut merupakan usia reproduksi, sehingga

mereka harus menggunakan alat kontrasepsi. Jika tingkat pengetahuan

responden bagus tentang kontrasepsi AKDR dan memahami betul,

seharusnya mereka memilih kontrasepsi AKDR karena tingkat

kegagalan sangat sedikit di bandingkan dengan kontrasepsi pil dan

suntik. Penyebab lain rendahnya penggunaan AKDR yaitu psikologi

dari responden, rasa ketakutan dan kekhawatiran responden pada

pemasangan AKDR. Berdasarkan wawancara dengan responden

ketakutan mereka di sebabkan karena proses pemasangannya yang

harus melewati vagina, mereka takut akan terjadinya infeksi, ada juga

mereka takut ketidaknyamanan saat mereka melakukan hubungan

suami istri, semua itu diungkapkan oleh sebagian besar responden

Data yang diperoleh dari Puskesmas Watunohu Kecamatan

Watunohu Kabupaten Kolaka Utara pada tahun 2019 jumlah PUS

sebanyak 1273 orang dan yang menggunakan AKDR sebanyak 3

orang. Sedangkan tahun 2020 jumlah PUS sebanyak 1273 orang dan

yang menggunakan AKDR sebanyak 9 orang serta bulan Januari s/d


5

September 2021 jumlah PUS sebanyak 1323 orang dan yang

menggunakan AKDR sebanyak 16 orang (Rekam Medik, 2021).

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian “Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya

Minat Penggunaan AKDR di Puskesmas Watunohu Kecamatan

Watunohu Kabupaten Kolaka Utara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut yang menjadi

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor - Faktor Apa

Saja yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Penggunaan AKDR di

Puskesmas Watunohu Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka

Utara”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

rendahnya minat penggunaan AKDR di Puskesmas Watunohu

Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dengan rendahnya

minat penggunaan AKDR di Puskesmas Watunohu Kecamatan

Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.


6

b. Untuk mengetahui pengaruh sikap dengan rendahnya minat

penggunaan AKDR di Puskesmas Watunohu Kecamatan

Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan dengan rendahnya minat

penggunaan AKDR di Puskesmas Watunohu Kecamatan

Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau

penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya, dan juga

dapat memperluas cakrawala pengetahuan tentang rendahnya

peminat metode KB AKDR.

b. Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam memperluas

wawasan dan latihan pengembangan diri dari ilmu yang diperoleh

tentang rendahnya peminat metode KB AKDR.

2. Manfaat Pengembangan Ilmu Pengetahuan

a. Menambah pengetahuan ilmiah yang berharga dan dapat

menambah wawasan membantu keberhasilan KIE (Komunikasi,

Informasi dan Edukasi) terhadap rendahnya peminat metode KB

AKDR.

b. Sebagai bahan tambahan referensi untuk melanjutkan penelitian

berikutnya, khususnya tentang rendahnya peminat metode KB

AKDR
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi

1. Pengertian Kontrasepsi

a. Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahnya sel telur oleh sel

sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang

telah di buahi ke dinding rahim (Saifuddin, 2016).

b. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah suatu kehamilan.

(Mansjoer, 2016).

2. Macam-macam Kontrasepsi

a. Keluarga Berencana Alami (KBA)

1) Metode Amenorhoe Laktasi (MAL)

Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu

secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan

makanan atau minuman ataupun lainnya.

2) Senggama Terputus (Koitus interuptus)

Sanggama terputus adalahs metode keluarga berencana

tradisional, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis)

dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.

3) Metode lender serviks

4) Metode suhu basal (Faisal, M. 2018).

7
8

b. Metode Barier

1) Kondom

Adalah selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai

bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan

alami (produksi hewani) yang dipasangkan pada penis saat

hubungan seksual.

2) Diafragma

Adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)

yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan

seksual dan menutup serviks (Hartanto, 2016).

c. Kontrasepsi Hormonal

1) Pil KB

Pil terbagi 3 yaitu :

a) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen / progestin (E/P) dalam

dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.

b) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengadung hormone aktif estrogen / progestin (E/P) dengan

dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormone

aktif.

c) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormone aktif estrogen / progestin (E/P)


9

dengan tiga dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa

hormone aktif.

2) Suntikan KB

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung

progestin, yaitu :

a) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera),

mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan

dengan cara disuntik intramuskular (di daerah bokong)

b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristeron), yang

mengandung 200 mg Noretindrom enantat, diberikan

setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskuler.

d. Implant

Implant terbagi 3 jenis :

1) Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan

panjang 3,4 cm dengan diameter 2.4 mm, yang diisi dengan 36

mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

2) Imlanon. Terdiri dari1 batang putih lentur dengan panjang kira –

kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-

Keto-desogetrel dan lama kerjanya tiga tahun.

3) Jadena dan indoplan. Terdiri dari 2 batang yang diisi

dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerjanya 3 tahun.


10

e. AKDR

AKDR terbagi 2 jenis yaitu :

1) AKDR CuT-380A

Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T

diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).

Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana – mana.

2) AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering)

f. Kontrasepsi mantap

1) Tubektomi

Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilisasi

(kesuburan) pada seorang wanita

2) Vasektomi

Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas

reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deveresia

sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses

fertilisasi (pengatuan dengan ovum) tidak terjadi.

3. Akseptor Keluarga Berencana

a. Konsep Tentang KB

Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk

memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran. (Rarbara

R.Stright, 2016).
11

b. Jenis - Jenis Akseptor KB

1) Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini

menggunakan salah satu cara /alat kontrasepsi untuk

menjarangkan kehamilan atau megakhiri kesuburan.

2) Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah

menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih

tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan

cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun

berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga)

bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.

3) Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali

menggunakan alat / obat kontrasepsi atau pasangan usia subur

kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau

abortus.

4) Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu

cara kontrasepsi dalam waktu dua minggu setelah melahirkan

atau abortus.

5) Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu

cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau

abortus.

6) Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan

pemakaian kontrasepsi lebih dari tiga bulan (Niken Meilani,

2016).
12

c. Akseptor KB Menurut Sasarannya

1) Fase Menunda Kehamilan

Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh

pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun, karena

usia dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda

untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria

kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya

kesuburan yang tinggi artinya kembalinya kesuburan dapat

terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan

mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi

yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR

(Saifuddin. 2016).

2) Fase mengatur / menjarangkan kehamilan

Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia

paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan

jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. kriteria kontasepsi

yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi

karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi.

Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kehamilan

yang direncanakan.

3) Fase mengakhiri kesuburan / tidak hamil lagi

Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri

lebih dari 30 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini


13

dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas

tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan

terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak.

Disamping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan

untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan

disarankan adalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB,

dan pil KB (Handayani, 2017).

B. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi AKDR

1. Pengertian

IUD (Intra Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam

Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang

flesibel dipasang dalam rahim. Kontrasepsi yang paling ideal untuk

ibu pasca persalinan dan menyusui adalah tidak menekan produksi

ASI yakni Alat Kontarsepsi Dalam rahim (AKDR)/Intra Uterine Device

(IUD), suntikan KB yang 3 bulan, minipil dan kondom (Niken. 2017).

2. Jenis-Jenis IUD

a. IUD Non Hormonal

Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-4. Karena itu

berpuluh-puluh macam IUD telah dikembangkan. Mulai dari

generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam

sampai generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah obat atau

tidak. Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi 2 yaitu bentuk

terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT, Cu-7.


14

Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T. 2) Bentuk tertutup

(Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon, dan Graten ber-ring

(Varney, 2016).

Menurut Tambahan atau Metal. Medicated IUD: Misalnya:

Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu

T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7,

Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun).

Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera di belakang IUD

menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan,

misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 220 mm2. Cara insersi:

Withdrawal. Unmedicated IUD: Misalnya: Lippes Loop, Marguiles,

Saf-T Coil, Antigon. Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes

Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai

menopause, sepanjang tidak ada keluhan persoalan bagi

akseptornya. IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini

dari jenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis

Medicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T (Pinem, S. 2018).

1) IUD CuT-380 A

IUD Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk

huruf T dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian

tubuh yang tegak, dibalut tembaga sebanyak 176 mg tembaga

dan pada bagian tengahnya masing-masing mengandung 68,7

mg tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2. Ukuran


15

bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan

diameter 3 mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan benang

monofilamen polietilen sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan

IUD (Pinem, S. 2018).

2) Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk

memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran

diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan

kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200

mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada

jenis Copper-T (Setya Arum, 2017).

3) Lippes Loop

Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk

spiral, pada bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang

menjadikannya radio opaque pada pemeriksaan dengan sinar-

X. Menurut Niken Melaini (2016) IUD Lippes Loop bentuknya

seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan

kontrol dan dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri

dari 4 jenis yang berbeda ukuran panjang bagian atasnya.

4) Multiload 375

IUD Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan

mempunyai luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2

kawat halus tembaga yang membalut batang vertikalnya untuk


16

menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu

standar, small, mini. Bagian lengannya didesain sedemikian

rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan terjadinya

ekspulsi (Pinem, S. 2018).

5) Nova – T

IUD Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga

dengan bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga

tidak menimbulkan luka pada jaringan setempat pada saat

dipasang (Setya Arum, 2017)

b. IUD yang mengandung hormonal

1) Progestasert –T = Alza T, dengan daya kerja 18 bulan dan

dilakukan dengan teknik insersi: Plunging (modified withdrawal).

Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor

warna hitam. Mengandung 38 mg progesteron dan barium

sulfat, melepaskan 65 μg progesteron setiap hari. Tabung

insersinya berbentuk lengkung

2) Mirena

Mirena adalah IUD yang terbuat dari plastik, berukuran

kecil, lembut, fleksibel, yang melepaskan sejumlah kecil

levonogestrel dalam rahim. Mirena merupakan plastik fleksibel

berukuran 32 mm berbentuk T yang diresapi dengan barium

sulfat yang membuat mirena dapat terdeteksi dalam

pemeriksaan rontgen. Mirena berisi sebuah reservoir silindris,


17

melilit batang vertikal, berisi 52 mg levonorgestrel (LNG).

Setelah penempatan dalam rahim, LNG dilepaskan dalam dosis

kecil. Pelepasan hormon yang rendah menyebabkan efek

sampingnya rendah. Keunggulan dari IUD ini adalah

efektivitasnya tinggi, dengan tingkat kesakitan lebih pendek dan

lebih ringan. Mirena merupakan sebuah pilihan alternatif yang

tepat untuk wanita yang tidak dapat mentoleransi estrogen

untuk kontrasepsinya. Mengurangi frekuensi ovulasi (Hartanto,

2016).

Cara kerja mirena melakukan perubahan pada konsistensi

lendir serviks. Lendir serviks menjadi lebih kental sehingga

menghambat perjalanan sperma untuk bertemu sel telur.

Menipiskan endometrium, lapisan dinding rahim yang dapat

mengurangi kemungkinan implantasi embrio pada endometrium.

Setelah mirena dipasang 3 sampai 6 bulan pertama, menstruasi

mungkin menjadi tidak teratur. Mirena dapat dilepas dan

fertilitas dapat kembali dengan segera (Pinem, S. 2018).

3. Keuntungan IUD

a. Sebagai kontrasepsi, mempunyai efektivitas yang tinggi

b. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun

pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

c. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan


18

d. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan

tidak perlu diganti)

e. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat

f. Tidak memengaruhi hubungan seksual

g. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil

h. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT-380 A).

i. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI

j. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi).

k. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih atau setelah

haid terakhir)

l. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

m. Mencegah kehamilan ektopik (Hartanto, 2016).

4. Kerugian IUD

a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan)

b. Haid lebih lama dan banyak

c. Perdarahan (spotting antar menstruasi)

d. Saat haid lebih sedikit (Estiwidani, 2017).

5. Indikasi/Persyaratan Pemakaian IUD

a. Usia reproduktif

b. Keadaan multipara

c. Menginginkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang


19

d. Menyusui/tidak menyusui dan menginginkan kontrasepsi

e. Gemuk ataupun kurus

f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

g. Risiko rendah dari IMS

h. Tidak menghendaki metode hormonal

i. Sedang memakai antibiotik atau anti kejang

j. Wanita Perokok

k. Penderita hipertensi

l. Penderita tumor atau kanker jinak payudara

m. Penderita penyakit jantung, stroke, diabetes dan penyakit hati dan

empedu, malaria, penyakit tiroid, epilepsy, nonpelvic TBC, setelah

kehamilan ektopik, dan setelah pembedahan pelvic

n. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

(Suryani, 2017)

6. Kontra Indikasi IUD

Berikut ini adalah kontra indikasi pemasangan IUD pada seorang

wanita sebagai berikut:

a. Dalam keadaan hamil

b. Pernah hamil diluar kandungan

c. Wanita yang menderita penyakit seksual, AIDS, gonorea,

klamidia, kanker mulut rahim, atau kanker alat reproduksi lainnya

d. Wanita yang belum pernah hamil


20

e. Pernah mengalami perdarahan hebat dan rasa sakit selama

dating bulan

f. Pernah menderita penyakit infeksi tuba atau rahim, atau infeksi

setelah melahirkan ataupun setelah keguguran (Burns, Lovich,

Maxwell, & Shapiro, 2016)

7. Cara Kerja IUD

Sebenarnya sampai saat ini mekanisme kerja IUD belum

diketahui secara pasti. Ada pendapat bahwa IUD dihitung tubuh

sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat dan

disebutkan bahwa leukosit yang dapat melarutkan blastosis atau

sperma. Berbeda lagi dengan IUD yang dililiti kawat tembaga.

Tembaga dalam jumlah kecil juga menimbulkan radang setempat

tetapi bisa menghambat khasiat anhidrase karbon fostase alkali. IUD

juga menyebabkan lendir serviks menebal sehingga menghalangi

sperma (Sarwono. 2016).

Mekanisme kerja yang pasti dari kontrasepsi IUD belum

diketahui. Ada beberapa mekanisme kerja kontrasepsi IUD yang

telah diajukan :

a. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum

uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Di

samping itu, dengan munculnya leukosit PMN, makrofag, foreign

body giant cells, sel mononuklear dan sel plasma yang dapat

mengakibatkan lisis dari spermatozoa atau ovum dan blastokista.


21

b. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan

terhambatnya implantasi.

c. Gangguan atau terlepasnya blastokista yang telah berimplantasi di

dalam endometrium.

d. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii

e. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri (Pinem, S.

2018).

8. Pemasangan IUD

IUD dapat dipasang dalam keadaan berikut :

a. Sewaktu haid sedang berlangsung dilakukan pada hari-hari

pertama atau pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan IUD pada

waktu ini antara lain ialah :

1) Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu

agak terbuka dan lembek. Rasa nyeri tidak seberapa keras.

Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak

seberapa dirasakan. Kemungkinan pemasangan IUD pada

uterus yang sedang hamil tidak ada.

2) Kerugian IUD pada waktu haid sedang berlangsung antara lain

Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila pemasangan dilakukan

saat haid. Dilatasi canalis cervikal adalah sama pada saat haid

maupun pada saat mid - siklus (Hartanto, 2016).


22

b. Sewaktu pasca salin

Bila pemasangan IUD tidak dilakukan dalam waktu seminggu

setelah bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya IUD

ditangguhkan sampai 6-8 minggu postpartum oleh karena jika

pemasangan IUD dilakukan antara minggu kedua dan minggu

keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar

(Hartanto, 2016).

c. Sewaktu post abortus

Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus oleh karena

dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal.

Tetapi, septic abortion merupakan kontraindikasi

d. Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan

dilarang untuk bersenggama sebelum IUD dipasang. Sebelum

pemasangan IUD dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada

akseptor bentuk IUD yang dipasang, dan bagaimana IUD tersebut

terletak dalam uterus setelah terpasang. Dijelaskan bahwa

kemungkinan terjadinya efek samping seperti perdarahan, rasa

sakit, IUD keluar sendiri (Hartanto, 2016).

e. Adapun langkah-langkah pemasangan IUD Copper T 380 A,

adalah:

1) Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan

mempersilahkan klien mengajukan pertanyaan. Sampaikan


23

kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada

beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan

diberitahu bila sampai pada langkah-langkah tersebut dan

pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya

2) Periksa genitalia eksterna, untuk mengetahui adanya ulkus,

pembengkakan pada kelenjar Bartolin dan kelenjar skene, lalu

lakukan pemeriksaan spekulum dan panggul.

3) Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada

indikasi

4) Masukkan lengan IUD Copper T 380A di dalam kemasan

sterilnya

5) Masukkan spekulum, dan usap vagina dan serviks dengan

larutan antiseptik dan gunakan tenakulum untuk menjepit

serviks

6) Masukkan sonde uterus

7) Lakukan pemasangan IUD Copper T 380 A

8) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi sebelum melepas

sarung tangan dan bersihkan permukaan yang terkontaminasi

9) Melakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan

segera setelah selesai dipakai.

10) Mengajarkan kepada klien bagaimana memeriksa benang IUD

(dengan menggunakan model yang tersedia.


24

11) Menyarankan klien agar menunggu selama 15-30 menit setelah

pemasangan IUD (Niken, M. 2016).

9. Pencabutan IUD

a. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan

mempersilahkan klien untuk bertanya.

b. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang IUD

c. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai

3 kali

d. Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan

pencabutan. Meminta klien untuk tenang dan menarik nafas

panjang, dan memberitahu mungkin timbul rasa sakit

e. Pencabutan normal Jepit benang di dekat serviks dengan

menggunakan klem lurus atau lengkung yang sudah didesinfeksi

tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh

menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan

mudah (Sri Handayani. 2016).

Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan

tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat

ditarik, maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar. b.

Pencabutan sulit Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada

kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung.

Bila tidak ditemukan pada kanalis servikalis, masukkan klem atau

alat pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk menjepit benang


25

AKDR itu sendiri. Bila sebagian AKDR sudah ditarik keluar tetapi

kemudian mengalami kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis

servikalis, putar klem pelan-pelan sambil tetap menarik selama klien

tidak mengeluh sakit. Bila dari pemeriksaan bimanual didapatkan

sudut antara uterus dengan kanalis servikal sangat tajam, gunakan

tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan

ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati, sambil memutar klem.

Jangan menggunakan tenaga yang besar (Saifuddin, AB. 2016).

C. Tinjauan Umum Tentang Rendahya Penggunaan AKDR

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada

waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui

indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Tingkat

pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan

(Notoatmodjo, 2016).

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik


26

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasi materi tersebut secar benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi

yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dan

penggunaan kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Syntetis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sitesis itu suatu
27

kemampuan untuk menyusun formalasi baru dari formulasi yang

ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2016).

2. Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus

atau objek tertentu sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,

perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, S. 2016).

Selain itu ada beberapa pakar mengemukakan pendapat

tentang sikap yakni sebagai berikut :

a. Louis thurstone dan Charles Osgood, mengemukakan bahwa

sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan

mendukung atau tidak mendukung suatu objek.

b. Gordon aiport menyatakan bahwa sikap adalah semacam

kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara

tertentu.

c. Green menyatakan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan jiwa

atau perasaan yang relative terhadap kategori tertentu dari objek,

orang atau stimulasi.


28

Sikap seseorang dalam penerimaan suatu masalah dapat

dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu :

a. Receiving (Menerima) : Menyadari adanya sesuatu dan mulai

menaruh perhatian pada masalah tersebut.

b. Responding (Merespon) : Seseorang telah mampu memberikan

suatu perhatian dan berpartisipasi dalam masalah tersebut.

c. Valuing (Menghargai): Bila seseorang telah mampu menilai

karena telah menghayati permasalahan dan melaksanakannya.

d. Organization (Organisasi) : Bila seseorang telah mampu menilai,

nilai-nilai yang dipertentangkan untuk mencapai suatu nilai baru.

3. Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pelajaran dan penelitian. Dalam arti

sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha menilai untuk

membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam

masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah

pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan

dengan sengaja oleh orang dewasa. Selanjutnya, pendidikan

diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau

kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat

hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

(Romauli, 2016).
29

Karena itu dengan memperhatikan batasan pendidikan tersebut

ada pengertian dasar yang perlu dipahami adalah pendidikan

merupakan pembuatan manusiawi Pendidikan terbagi atas 3 yaitu :

a. Pendidikan Tinggi

Pendidikan yang didapatkan melalui proses belajar yang dilakukan

dengan sadar, dilakukan sejak sekolah menengah sampai tingkat

yang lebih tinggi.

b. Pendidikan Rendah

Pendidikan yang diperoleh seseorang yang dilakukan sejak sekolah

rendah sampai tingkat SMP.

Tingkat pendidikan maupun pengetahuan yang rendah dapat

menyebabkan kecenderungan melakukan pernikahan di usia dini.

Sehingga peran pendidikan dalam hal ini sangat penting dalam

mengambil keputusan individu. Pendidikan seseorang merupakan

bagian yang sangat penting dari semua masalah yang ada dalam diri

individu, pendidikan individu akan mendapat pengetahuan yang

nantinya membentuk sikapnya dalam hal mengambil keputusan

(Notoatmodjo, S. 2016).

D. Penelitian Terkait

Nama
Judul Hasil Penelitian Perbedaan
Penulis
Sarce Faktor Yang Sebagian besar Perbedaan
Pinontoan Berhubungan responden tidak dalam
Penggunaan menggunakan AKDR penelitian ini
Alat yaitu 67 orang adalah analisis
Kontrasepsi (69,8%), terdapat data yang
30

Dalam Rahim hubungan antara variabel digunakan


Puskesmas paritas dengan
Tatelu penggunaan AKDR
Kabupaten dengan nilai
Minahasa (p) = 0,003, tidak terdapat
Utara hubungan antara variabel
pendidikan dengan
penggunaan AKDR
dengan nilai (p) = 0,745
dan terdapat hubungan
antara variable
pengetahuan dengan
penggunaan AKDR
dengan nilai (p) = 0,000
Nana Faktor yang Hasil penelitian Perbedaan
Aldriana Mempengaruhi menunjukkan sebagian dalam
Rendahnya besar akseptor di Desa penelitian ini
Pemakaian KB Rambah Samo adalah teknik
AKDR di Barat adalah akseptor KB pengambilan
Puskesmas suntik sebanyak 50 orang sampel yang
Rambah Samo dengan persentase 61,0 digunakan
I Informasi %,
Tersebut berdasarkan umur,
Diharapkan akseptor yang berumur <
Dapat 20 tahun 7 orang (85%),
Menjadi yang
Pertimbangan berumur 20-30 tahun 57
Untuk orang (59,5%), yang
Memperbaiki berumur .35 tahun 18
Pelayanan KB orang (22%).
AKDR
Eminur Itri Faktor Yang Analisis koefisien Perbedaan
Sari Berhubungan kontingensi hubungan dalam
Dengan minat MKJP menunjukkan penelitian ini
Rendahnya pada taraf signifikansi adalah analisis
Minat Ibu 95% diperoleh nilai data yang
Terhadap signifikansi sebesar nilai digunakan
Penggunaan p=0,020 untuk usia, nilai
Metode p=0,017 untuk jumlah
Kontrasepsi anak, nilai p=0,006 untuk
Jangka pendapatan, nilai p=0,007
Panjang untuk pengetahuan,
di BPS Sri p=0,015 untuk paparan
Romdhati sumber informasi,
Semin p=0,385 untuk pendidikan
Gunungkidul dan nilai p=0,035 untuk
31

persepsi individu
Dina Faktor yang Hasil penelitian Perbedaan
Yulistiana mempengaruhi menunjukkan bahwa dari dalam
Rendahnya 49 orang yang dijadikan penelitian ini
minat sampel dominan adalah teknik
penggunaan berpengetahuan rendah pengambilan
AKDR (IUD) terhadap pemakaian sampel yang
di Desa AKDR dengan nilai digunakan
Gebang p=0,002
Sukodono
Erniawati Faktor yang Hasil penelitian Perbedaan
berhubungan menunjukkan bahwa dari dalam
dengan 38 orang yang dijadikan penelitian ini
rendahnya sebagai sampel, dominan adalah analisis
penggunaan berpengetahuan dan data yang
KB AKDR di memiliki sikap baik digunakan
Puskesmas terhadap rendahnya
Kota Waringin penggunaan KB AKDR
Jati dengan nilai p=0,002
32

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Independen Dependen

Pengetahuan
Rendahnya
Sikap Peminat Metode
KB AKDR

Pendidikan

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel yang diteliti

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada masalah, tujuan, tinjauan pustaka dan

kerangka konsep maka hipotesis yang diajukan yakni :

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada pengaruh pengetahuan dengan rendahnya minat

penggunaan AKDR di Puskesmas Watunohu Kecamatan

Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

32
33

b. Ada pengaruh sikap dengan rendahnya minat penggunaan AKDR

di Puskesmas Watunohu Kecamatan Watunohu Kabupaten

Kolaka Utara.

c. Ada pengaruh pendidikan dengan rendahnya minat penggunaan

AKDR di Puskesmas Watunohu Kecamatan Watunohu Kabupaten

Kolaka Utara

2. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada pengaruh pengetahuan dengan rendahnya minat

penggunaan AKDR di Puskesmas Watunohu Kecamatan

Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

b. Tidak ada pengaruh sikap dengan rendahnya minat penggunaan

AKDR di Puskesmas Watunohu Kecamatan Watunohu Kabupaten

Kolaka Utara.

c. Tidak ada pendidikan dengan rendahnya minat penggunaan

AKDR di Puskesmas Watunohu Kecamatan Watunohu Kabupaten

Kolaka Utara.

C. Defenisi Operasional

Kriteria Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur
Objektif Pengukuran

Pengetahuan Pengetahuan adalah Kuesioner Baik : Jika Nominal


segala sesuatu yang responden
diketahui oleh mendapatkan
responden mengenai skor ≥50%
rendahnya peminat
akseptor KB AKDR Kurang : Jika
responden
mendapatkan
skor <50%
34

Sikap Sikap adalah respon Kuesioner Baik : Jika Nominal


seseorang dalam responden
menyikapi segala mendapatkan
sesuatu khususnya skor ≥50%
mengenai KB AKDR
Kurang : Jika
responden
mendapatkan
skor <50%
Pendidikan Pendidikan adalah Kuesioner Tinggi : Jika Nominal
jenjang pendidikan responden
formal yang dijalani berpendidikan
oleh responden SMA-
Perguruan
Tinggi

Rendah : Jika
responden
berpendidikan
SD-SMP
Rendahnya Rendahnya peminat Kuesioner Ya : Jika Nominal
Peminat metode KB AKDR responden
Metode KB dalam penelitian ini kurang
AKDR adalah kurangnya berminat
minat akseptor dalam menggunakan
menggunakan KB metode KB
AKDR AKDR

Tidak : Jika
responden
berminat
menggunakan
metode KB
AKDR

.
35

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah metode Cross-

Sectional. Penelitian Cross Sectional Study adalah jenis penelitian

yang menekankan pada waktu pengukuran/ observasi data variabel

independen dan dependen, pada satu saat, Pengukuran variabel tidak

terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan namun mempunyai

makna bahwa setiap subjek hanya dikenai satu kali pengukuran tanpa

dilakukan pengulangan pengukuran (Notoatmodjo, 2016).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian rencana akan dilaksanakan di Puskesmas Watunohu

Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

2. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan bulan November 2021

C. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor

yang datang di Poli KB Puskesmas Watunohu Kecamatan Watunohu

Kabupaten Kolaka Utara.

35
36

D. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian

ini adalah akseptor yang datang di Poli KB Puskesmas Watunohu

Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini secara

Acchidental Sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan

dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada dan

bersedia menjadi responden pada saat penelitian berlangsung.

(Notoatmodjo, 2016).

Sampel penelitian diambil yaitu pengambilan sampel dengan

memilih akseptor yang ada di pelayanan keluarga berencana

sebagai responden yang datang untuk menjadi akseptor KB bersedia

menjadi responden pada saat penelitian berlangsung.

1. Kriteria Inklusi

a. Semua Akseptor KB AKDR

b. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi

a. Akseptor Drop Out

b. Tidak bersedia menjadi responden


37

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini dengan cara membagikan

kuesioner yang sudah paten pada responden yang sesuai dengan

kriteria inklusi. Sebelumnya peneliti menjelaskan tujuan penelitian dan

meminta persetujuan dari responden.

F. Pengolahan Data

1. Penyunting data (editing)

Setelah data terkumpul, peneliti akan mengadakan seleksi dan

editing yakni memeriksa setiap kuesioner yang telah diisi mengenai

kebenaran data yang sesuai dengan variabel.

2. Pengkodean (coding)

Untuk memudahkan pengolahan data maka semua jawaban atau

data diberi kode, pengkodean ini dilakukan dengan memberikan

symbol setiap jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner

3. Entri data

Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master table atau database computer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga

dengan membuat tabel kontigensi.

4. Tabulasi (Tabulating)

Untuk memudahkan tabulasi data maka dibuat table untuk

menganalisa data tersebut menurut sifat yang dimiliki sesuai tujuan

penelitian (Budiarto, E, 2017).


38

G. Analisis Data

Setelah seluruh data yang diperoleh, maka diadakan proses

analisa dengan dua cara yaitu :

1. Analisis univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran umum

dengan mendeskripsikan tiap-tiap variabel dalam penelitian yaitu

dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan narasi.

2. Analisis bivariat

Data yang dikumpulkan dalam penelitian diproses secara analitik

dengan Uji Chi Square (x2) dengan menggunakan tabel kontigensi

2x2. Selanjutnya, hasil tersebut akan diolah untuk menentukan

adanya hubungan antara kedua variabel independen dan variabel

dependen yang dihubungkan dengan menggunakan uji Chi Square

(Hidayat. 2016).

H. Etika Penelitian

Etika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menurut (Notoatmodjo, S. 2016).

1. Lembar persetujuan menjadi responden

Subjek yang akan diteliti diberi lembaran persetujuan menjadi

responden yang berisi informasi mengenai tujuan penelitian yang

akan dilaksanakan. Responden diberikan kesempatan membaca isi

lembar persetujuan tersebut dan selanjutnya mencantumkan tanda

tangan sebagai bukti kesediaan menjadi responden/objek penelitian.


39

2. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

3. Anonimity (tanpa nama)

Dalam pendokumentasian hasil, tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode atau inisial pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitianyang akan disajikan.

4. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk

memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur,

hati-hati, profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan

faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas,

psikologis serta perasaan religius subyek penelitian.

5. Ketelitian

Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidakpastian.

Secara teratur catat pekerjaan anda dan rekan anda kerjakan

misalnya kapan dan dimana pengumpulan data dilakukan


40

I. Alur Penelitian
Gambar 4.1

Pengumpulan Data Awal : di Poli KB Puskesmas Watunohu


Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara

Menentukan Populasi : Semua akseptor dan sampel :


akseptor KB AKDR berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

Hipotesis

Pengumpulan Data Kuesioner

Variabel

Independen Dependen

Analisis Data

Penyajian Data
41

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2019. Profil Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.

Budiarto, E, 2017, Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan


Masyarakat, Jakarta, EGC.

Dinkes, 2019. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Glaiser, Anna. 2017. KB dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC

Handayani, Sri. 2016. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihanna.

Hartanto, H. 2016. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar


Harapan: Jakarta.

Hidayat, Aziz. 2016. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif -


kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Hidayat, Az. 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mansjoer, A. 2016. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama.


Media Aescalapius: Jakarta.

Manuaba, 2016. Ilmu Kebidanan penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:


EGC.

Niken, Meilani dkk. 2018. Pelayanan KB. Yogyakarta: Fitramaya Pustaka

Notoadmodjo, 2016. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta:


Rineka Cipta

Notoadmodjo, 2016. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Pinem, Saroh. 2016. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta:


Trans Info Medika

Prawihardjo, S. 2016. Ilmu Kandungan. Edisi III. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawihardjo

Rarbara, K, Stight. 2016. Pelayanan KB dan Kontrasepsi. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.
42

Saifuddin, AB. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP

Suratun. 2018. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC


43

LAMPIRAN I

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(Informed Concent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia untuk turut

berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh

mahasiswa Jurusan DIV Kebidanan STIKes Graha Edukasi Makassar

dengan judul “Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat

Penggunaan AKDR di Puskesmas Watunohu Kecamatan Watunohu

Kabupaten Kolaka Utara”.

Saya memahami penelitian ini dimaksudkan untuk kepentingan

ilmiah dalam rangka penyusunan Skripsi agar peneliti dan penelitian ini

tidak akan merugikan saya dan keluarga saya, serta jawaban yang saya

berikan akan dijaga kerahasiaannya. Oleh karena itu saya bersedia

menjadi responden pada penelitian ini.

Kolaka Utara, November 2021

Responden

( )
44

LAMPIRAN II

INSTRUMEN PENELITIAN

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA MINAT


PENGGUNAAN AKDR DI PUSKESMAS WATUNOHU
KECAMATAN WATUNOHU KABUPATEN
KOLAKA UTARA

Tanggal Pengisian :

Kode Responden :

Petunjuk Pengisian

1. Beri tanda (x) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan

jawaban anda.

a. Umur Ibu sekarang . . . . . . . Tahun

b. Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah

SD / sederajat

SLTP / sederajat

SLTA / sederajat

PT / sederajat

c. Pekerjaan

PNS

Karyawan swasta

TNI – POLRI

Pedagang

Petani

Ibu Rumah Tangga / tidak bekerja


45

A. Kuesioner Pengetahuan

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah ibu tahu tentang KB AKDR?
2 Apakah yang ibu ketahui tentang KB AKDR
adalah menjarangkan kehamilan?
3 Apakah alat kontrasepsi AKDR dipasang
dibagian rahim?
4 Apakah yang ibu ketahui tentang KB AKDR
merupakan alat kontrasepsi yang paling
banyak digunakan?
5 Apakah pemasangan KB AKDR dapat
mencegah kehamilan selama 5 tahun?
6 Apakah KB AKDR dipasang dibagian rahim?
7 Apakah alat kontrasepsi AKDR boleh dipasang
setelah melahirkan?
8 Apakah hanya dokter yang boleh memasang
KB AKDR?
9 Apakah hanya ibu yang tidak merokok boleh
menggunakan KB AKDR?
10 Menurut ibu umur 20-35 tahun yang boleh
menggunakan KB AKDR?

B. Kuesioner Sikap

Sangat
Sangat Tidak
Setuju Tidak
No Pernyataan Setuju Setuju
(S) Setuju
(SS) (TS)
(STS)
1 KB AKDR sangat efektif
karena hanya perlu satu
kali pasang untuk
pemakaian jangka yang
lama
2 Efek samping pemakaian
KB AKDR adalah masa
haid lama dan banyak
3 Efek samping lain KB
AKDR adalah sering terjadi
nyeri pada saat haid
4 KB AKDR tidak bisa
berpindah tempat setelah
pemasangan
5 Penggunaan KB AKDR
46

menyebabkan gangguan
hubungan suami istri
6 Metode KB AKDR lebih
efektif dan aman
dibandingkan dengan
metode KB lainnya
7 Alat kontrasepsi KB AKDR
mempunyai efektivitas
tinggi dan langsung efektif
segera setelah
pemasangan
8 Alat kontrasepsi KB AKDR
sebaiknya di pasang pada
saat haid atau segera
setelah melahirkan
9 Metode KB AKDR
merupakan metode
kontrasepsi jangka panjang
10 penggunaan KB AKDR
sangat cocok bagi ibu yang
ingin menjarangkan
kehamilannya 3-5 tahun

C. Rendahnya Penggunaan Kontrasepsi AKDR

1. Ya

2. Tidak
47

STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR


Jl. Perintis Kemerdekaan Makassar 90142, (0411) 878936

Fax. (0411) 878936

LEMBAR KONSUL
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR

Nama : Rahmatika
Nim : BK. 2010252
Pembimbing : Hasrida, S.Tr, Keb., M.Keb
Judul : Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat
Penggunaan AKDR di Puskesmas Watunohu
Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara

NO Hari/Tanggal Materi Saran Tanda Tangan

Pembimbing

Hasrida, S.Tr, Keb., M.Keb

Anda mungkin juga menyukai