Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“KELAS KATA, FRASA, KLAUSA”


MATKUL : BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu:
Lilian Slow, S.S., M.Hum

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1 :

1. YOHANA NELAM
2. REGINA DESI
3. AMELINA
4. FRANSISKA PUTRI UTAMI
5. TERESIA OKTAVIANI
6. FELIK SIREGAR
7. AGUSIUS

SEKOLAH TINGGI ILMU PENDIDIKAN MELAWI (S T K I P)


KAMPUS WILAYAH PERBATASAN ENTIKONG
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah paper ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penyusunan makalah paper ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa
Indonesia yang membahas mengenai Kelas Kata, Frasa dan Klausa.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah paper ini.
Saya sadar makalah paper ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Entikong, Nopember 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
1. LATAR BELAKANG..................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................5


A. Kelas Kata....................................................................................................5
B. Frasa.............................................................................................................11
C. Klausa...........................................................................................................14
BAB IV PENUTUP.........................................................................................16
  A. Kesimpulan ........................................................16
  B. Saran.............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kelas kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kelas atau
golongan (kategori) kata berdasarkan bentuk, fungsi atau maknanya. Untuk
menyususun kalimat yang baik dan benar, pemakai bahasa harus mengenal
jenis dan fungsi kata. Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian
bahasa yang penting tidak lain karena melalui kalimatlah seseorang dapat
menyampaikan maksudnya dengan jelas. Satuan bahasa yang sudah kita kenal
sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata  dan frasa atau kelompok
kata. Kedua bentuk itu, kata dan frasa, tidak dapat mengungkapkan suatu
maksud dengan jelas, kecuali jika keduanya sedang berperan sebagai kalimat.
Untuk dapat berkalimat dengan baik, perlu kita pahami terlebih dahulu struktur
dasar suatu kalimat. Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur
minimal subyek dan predikat dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu
sudah lengkap dengan makna. Penetapan struktur minimal subyek dan predikat
dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah semata-mata gabungan
atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan
makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang
lengkap sebagai pengungkap maksud penuturannya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KELAS KATA
1. Pengertian Kelas Kata
Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan
terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata merupakan bahasa terkecil yang dapat
berdiri sendiri. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan
beberapa afiks atau imbuhan. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa,
klausa, atau kalimat. Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi
empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk.
secara singkat kelas kata (jenis kata ) dapat diartikan sebagai golongan
kata dalam satuan bahasa berdasarkan bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem
gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik dan benar, pemakai bahasa
harus mengenal jenis dan fungsi Kelas kata.

2. Fungsi Kelas Kata


Fungsi kelas kata adalah sebagai berikut :
1. Melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret.
2. Membentuk bermacam – macam struktur kalimat,
3. Memperjeleas makna gagasan kalimat.
4. Membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat,
5. Membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat
dipahami dan dinikmati oleh orang lain,
6. Mengungkapkan berbagai jenis ekspresi, antara lain : berita, perintah,
penjelasan, argumentasi, pidato – pidato dan diskusi,
7. Mengungkapkan berbagai sikap, misalnya : setuju, menolak, dan menerima.

3. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia


Kelas kata dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi :
1. Verba
Berdasrkan bentuk kata (morfologis), verba dapat dibedakan menjadi :
5
a. Verba dasar (tanpa afiks), misalnya : makan, pergi, minum, duduk, dan
tidur.
b. Verba Turunan terdiri dari :
 Verba dasar + afiks (wajib), misalnya : menduduki, mempelajari,
menyanyi.
 Verba dasar + afiks (tidak wajib), misalnya : (mem)baca, (men)dengar,
(men)cuci.
 Verba dasar (terikat afiks) + afiks (wajib), misalnya : bertemu, bersua,
mengungsi.
 Reduplikasi atau bentuk ulang, misalnya : berjalan-jalan, minum-
minum, mengais-ngais.
 Majemuk, misalnya cuci mata, naik haji, belai kasih.

2. Adjektiva
Adejktiva ditandai dengan dapat didampingkannya kata lebih, sangat, agak,
dan paling. Berdasarkan bentuknya, adjektiva dibedakan menjadi : 
a. Adjektiva dasar, misalnya : baik, adil, dan boros
b. Adjektiva turunan, misalnya ; alami, baik-baik dan sungguh-sungguh
c. Adjektiva paduan kata (frasa) ada dua macam yaitu :
 Subordinatif, jika salah satu kata menerangkan kata lainnya, misalnya :
Panjang tangan, buta warna, murah hati.
 Koordinatif, setiap kata tidak saling menerangkan, misalnya : gemuk
sehat, cantik jelita, dan aman sentosa.

3. Nomina
Nomina adalah ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata
tidak, tetapi dapat dinegatifkan dengan kata bukan. Contohnya : tidak
kekasih seharusnya bukan kekasih. Nomina dapat dibedakan sebagai
berikut :
a. Berdasarkan bentuknya, nomina dibedakan atas :
6
 Nomina dasar, misalnya : rumah, orang, burung, dan sebagainya
 Nomina turunan :
Ke-                    : Kekasih, kehendak
Per-                   : Pertanda, Persegi
Pe-                    : Petinju, petani
Peng-                : Pengawas, pengacara
-an                     : Tulisan, bacaan
Peng-an            : Penganiayaan, pengawasan
Per-an               : Persatuan, perdamaian
Ke-an                : Kemerdekaan, kesatuan
b. Berdasarkan subkategori
 Nomina bernyawa (contoh : kerbau, sapi, manusia) dan tidak
bernyawa (contoh : bunga, rumah, sekolah).
 Nomina terbilang (contoh : lima orang mahasiswa, tiga ekor kuda)
dan tak terbilang (contoh : air laut, awan).

4. Promina
Promina adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain, berfungsi
untuk mengganti nomina. Ada 3 macam Promina, yaitu :
1. Promina persona adalah promina yang mengacu kepada orang.
2. Promina petunjuk, Promina penunjuk ada dua yaitu:
 Promina petunjuk umum , contohnya : ini, itu.
 Promina petunjuk tempat, contohnya : sini, sana, situ.
3. Promina penanya, adalah promina yang digunakan sebagai pemarkah
(Penanda) pertanyaan. Dari segi makna, ada tiga jenis yaitu :
 Orang siapa.
 Barang apa menghasilkan turunan mengapa, kenapa, dengan apa.
 Pilihan mana menghasilkan turunan di mana, ke mana, dari mana,
bagaimana dan bilamana.

7
5. Numeralia
Numeralia dapat diklasifikasikan berdasarkan Subkategori :
a. Numeralia takrif (tertentu) terbagi atas :
 Numeralia pokok ditandai dengan jawaban Berapa, sehingga
menghasilkan jawaban satu, dua, tiga dan seterusnya.
 Numeralia tingkat ditandai dengan jawaban Yang ke berapa.
 Numeralia Kolektif ditandai dengan satuan bilangan, misalnya :
lusin, kodi, meter.
b. Numeralia tak takrif (tak tentu), misalnya : beberapa, berbagai,
segenap.

6. Adverbia
Adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva,
nomina predikatif, atau kalimat. Dalam kalimat, adverbia dapat didampingi
adjektiva, numeralia, atau proposisi. Berdasarkan bentuknya, adverbia
terbagi atas :
a. Bentuk tunggal (monomofermis), contohnya : sangat, hanya, lebih,
segera, agak, dan akan. Contoh kalimatnya :
 Orang itu sangat bijaksana.
 Ia hanya membaca satu buku, bukan dua.
b. Bentuk jamak (polimofermis), contohnya : belum tentu, benar-benar,
jangan-jangan, kerap kali, lebih-lebih, mau tidak mau, mula-mula.
Contoh kalimatnya :
 Mereka belum tentu pergi hari ini.
 Mereka benar-benar mendatangai perpustakaan kampus.

7. Interogavita
Interogavita berfungsi menggantikan sesuatu yang hendak diketahui oleh
pembicara atau mengukuhkan sesuatu yang telah diketahuinya. Contoh :
apa, siapa, berapa, mana, yang mana, mengapa, dan kapan.

8
8. Demonstrativa
Demonstrativa berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam atau di luar
wacana. Sesuatu tersebut disebut anteseden. Contoh kalimatnya:
 Di sini, kita akan berkonsentrasi menghasilkan karya terbaik kita.
 Bukti ini merupakan indikator bahwa orang itu berniat baik.

9. Artikula
Artikula berfungsi untuk mendampingi nomina dan verba pasif. Contoh  : si,
sang, sri, para, kaum, dan umat.
Contoh kalimatnya :
 Si Kecil itu selalu datang merengek-rengek minta sesuatu.
 Sang penyelamat akan datang saat kita perlukan.

10. Preposisi
Preposisi adalah kata yang terletak di depan kata lain sehingga berbuntuk
frasa atau kelompok kata. Preposisi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Preposisi dasar : di, ke, dari, pada, demi, dan lain-lain.
Contoh : Demi kemakmuran bangsa, mari kita tegakkan hukum dan
keadilan
2. Preposisi turunan : di antara, di atas, ke dalam, kepada, dan lain-lain.
Contoh : Di antara calon peserta lomba terdapat nama seorang peserta
yang sudah menjadi juara selama dua tahun.

11. Konjungsi
Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau
kalimat yang satu dengan kalimat lain dalam suatu wacana. Konjungsi
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Konjungsi intrakalimat, contohnya : agar, atau, dan, hingga, sedang,
sehingga, serta, supaya, tetapi, dan sebagainya.
Contoh kalimatnya:
 Ia belajar hingga larut malam.

9
2. Konjungsi ekstrakalimat, contohnya : jadi, di samping itu, oleh karena
itu, oleh sebab itu, dengan demikian, walaupun demikian, akibatnya,
tambahan pula, dan sebagainya.

Contoh kalimatnya :
 Pengusaha itu karya dan dermawan. Oleh karena itu, ia dihormati oleh
tetangga di sekitar rumahnya.
 Kualitas pendidikan kita tertinggal dari negara maju. Oleh sebab itu,
kita harus bekerja keras untuk mengejar ketinggalan ini.

12. Fatis
Fatis berfungsi untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan
pembicaraan. Jenis kata ini lazim digunakan dalam bidang dialog atau
wawancara. Misalnya : ah, ayo, kok, mari, nah, dan yah.
Contoh kalimatnya :
 Kita memiliki kekayaan budaya. Ayo, kita tingkatkan produktivitas
kita menjadi produk baru selera dunia.
 Nah, seruan itulah yang aku tunggu-tunggu.

13. Interjeksi
Interjeksi berfungsi untuk mengungkapkan perasaan, terdiri atas dua jenis :
1. Bentuk dasar : aduh, eh, idih,ih, wah, dan sebagainya.
Contoh kalimatnya :
 Aduh, mengapa Anda harus menghadapi masalah seberat itu.
 Wah, saya merasa amat tersanjung dengan sambutan ini.
2. Bentuk turunan : astaga,  dan sebagainya.astaga, gedung itu dibom oleh
teroris.

10
B. FRASA
1. Pengertian Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif,
misalnya : bayi sehat, pisang goreng, sangat enak, sudah lama sekali, dan dewan
perwakilan rakyat.
2. Jenis – jenis Frasa
Frasa dapat dibeda-bedakan berdasarkan kelas katanya, yaitu :
1.  Frasa verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja, terdiri
atas 3 macam, yaitu :
a) Frasa verbal modifikatif (pewatas) ; terdiri atas :
 Pewatas belakang misalnya : Ia bekerja keras sepanjang hari, Orang
itu berjalan cepat setiap pagi.
 Pewatas depan, misalnya : Mereka dapat mengajukan kredit di
BRI, Mereka akan mendengarkan lagu kebangsaan.
b) Frasa verbal koordinatif adalah dua verba yang disatukan dengan kata
penghubung dan atau atau. Contohnya :
 Mereka menangis dan meratapi nasibnya.
 Kita pergi atau menunggu ayah.
c) Frasa verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau
diselipkan, misalnya
 Pulogadung, tempat tinggalnya dulu, kini menjadi terminal
modern.
 Usaha pak ali, berdagang kain, kini menjadi grosir.

2. Frasa Adjektival
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau
keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang
11
berfungsi menerangkan, seperti : agak,dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan
sangat. Frasa adjektival dibedakan atas 3 jenis, yaitu :
 Frasa adjektival modifikasi (membatasi), misalnya : cantik sekali,
indah nian, hebat benar
 Frasa adjektival koordinatif (menggabungkan), misalnya : tegap kekar,
aman tentram, makmur dan sejahtera, aman sentausa.
 Frasa adjektival apositif (memberikan keterangan tambahan,
misalnya : Bima toko ksatria, gagah perkasa, dan suka menolong kaum
yang lemah.

3. Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan
memperluas sebuah kata benda ke kiri dan kekanan; ke kiri menggolongkan,
misalnya : dua buah buku, seorang teman, beberapa butir telur, ke kanan
sesudah kata (inti) berfungsi membatasi, misalnya : buku dua buah, teman
seorang, telur beberapa butir. Frasa nominal dibedakan atas 3 macam, yaitu :
 Frasa nominal modikatif (mewarisi), misalnya : rumah mungil, hari
minggu, buku dua buah, pemuda kampus, dan bulan pertama.
 Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya : hak
dan kewajiban, sandang pangan, dunia akhirat.
 Frasa nominal apositif, misalnya : Burung cendrawasih, burung langka
dari Irian itu, sudah hampir punah.

4. Frasa adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata
sifat. Frasa ini bersifat modikatif (mewatasi).

5. Frasa Pronominal
Frasa Pronominal adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa ini
terdiri atas 3 jenis, yaitu :
 Frasa Pronominal Modikatif
 Frasa Nominal Koordinatif
12
 Frasa Nominal Apositif.

6. Frasa Numeralia
Frasa Numerali adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan.
Frasa jenis ini terdiri atas dua jenis, yaitu :
 Modifikasi
 Koordinasi

7. Frasa interogative koordinatif


Frasa interogative koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya.
Misalnya : 
 Siapa yang memberikan tugas ini?
Jawaban siapa merupakan ciri subkjek kalimat
 Mengapa kamu datang terlambat?
Jawaban mengapa merupakan penanda predikat.

8. Frasa Demonstrative Koordinatif


Frasa ini dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan. Contoh :
 Saya bekerja di sana atau sini sama saja.
 Saya memakai baju ini atau itu tidak masalah.

9. Frasa Proposisional Koordinatif


Frasa ini dibentuk dengan kata depan dan tidak saling merengkan. Contoh :
 Perjalanan kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam.
 Koperasi dibentuk dari, oleh dan untuk anggota.

13
C. KLAUSA
1. Pengertian klausa
Kridalaksana (1982:85) mengungkapkan bahwa “klausa adalah satuan
gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya tediri dari
subjek  dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.”
Klausa merupakan kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek dan predikat dan berpontensi menjadi kalimat. Klausa adalah satuan
gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O),
dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat.  Ada tiga
hal yang dapat mengklasifikasikan klausa. Ketiga dasar itu adalah:
1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir
tidaknya unsur inti klausa yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini
klausa yang bisa tidak hadir adalah S. Sedangkan P unsur inti klausa selalu
hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan unsur
internnya.
2. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P,
contoh: mahasiswa itu belum mengerjakan tugas.
3. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang
mengaktifkan P, klausa positif ialah klausa yang ditandai tidak adanya
unsur negasi yang mengaktifkan P, contoh: mahasiswa itu mengerjakan
tugas.

2. Jenis – jenis klausa


Klausa dilihat dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi
Predikat terdiri atas :
a. Klausa nominal, adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau
frasa golongan nominal. Misalnya:
 Yang dibeli pedagang itu kayu
14
b. Klausa verbal, adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa
kategori verbal, dan klausa verbal terbagi atas empat jenis, yakni :
 Klausa verbal yang ajektif adalah klausa yang predikatnya dari kata
golongan verbal yang termasuk kategori sifat sebagai pusatnya.
Misalnya :
a) Rumahnya sangat luas
b) Tamannya indah sekali
 Klausa verbal Intransitif adalah klausa yang predikatnya dari kata
golongan kata kerja intransitif sebagai unsur intinya. Misalnya :
a) Burung merpati sedang terbang di angkasa
b) Pesawat Lion Air belum mendarat di Lanud Hasanuddin
 Klausa verbal yang aktif adalah klausa yang predikatnya dari kata
golongan verbal yang transitif sebagai unsur intinya. Misalnya :
a) Ibuku sedang mencuci piring
b) Pamanku sedang mengajarkan IPS
 Klausa verbal yang reflektif adalah klausa yang predikatnya dari kata
verbal yang tergolong kata kerja reflektif. Misalnya :
a) Anak itu sedang menyelamatkan diri
b) Kakek Adi telah mengobati penyakitnya
 Klausa verbal yang resiprok adalah klausa yang predikatnya dari kata
golongan verbal yang termasuk kata kerja resiprok. Misalnya :
a) Mereka saling melempar batu karang
b) Anak-anak itu ejek-mengejek di sekolah

c. Klausa bilangan, adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa


golongan bilangan. Misalnya :
 Kaki meja itu empat buah
 Mobil itu delapan rodanya

d. Klausa depan, adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa depan
yang diawali kata depan sebagai penanda. Misalnya :
 Baju dinas itu untuk pegawai pemda
15
 Mobil itu dari Amerika

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa : Kelas kata (Jenis kata)
merupakan golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan bentuk, fungsi, dan
makna dalam sistem gramatikal.
kelas kata ini berfungsi untuk Melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak
menjadi konkret, Membentuk bermacam – macam struktur kalimat, Memperjelas
makna gagasan kalimat, Membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat,
Membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat
dipahami dan dinikmati oleh orang lain, Mengungkapkan berbagai jenis ekspresi,
antara lain : berita, perintah, penjelasan, argumentasi, pidato – pidato dan diskusi.
Mengungkapkan berbagai sikap, misalnya : setuju, menolak, dan menerima. Kelas kata
juga terdiri dari beberapa jenis seperti Verba, Adjektiva, Nomina, Promina, Numeralia,
Adverbia, Interogavita, Demonstrativa, Artikula, Preposisi, Konjungsi, Fatis, dan
Interjeksi.
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Frasa dapat
dibedakan berdasarkan kelas katanya, yaitu Frasa verbal, Frasa adjectival, Frasa
nominal, Frasa adverbial, Frasa pronominal, Frasa numeralia, Frasa interogative
koordinatif, Frasa Demonstrative koordinatif, Frasa proposisional koordinatif.

B.    Saran

Melalui makalah ini para mahasiswa diharapkan mampu memahami apa yang
dimaksud dengan kelas kata, frasa, klausa serta memahami jenis-jenis kelas kata,

16
frasa,dan klausa itu sendiri. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman,
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. 

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.


H. P. Achmad. 2012. Sintaksis Bahasa Indonesia. Tanggerang : PT Pustaka Mandiri.
Haryanti, Eni. 2011. “Analisis Kelas Kata dan Pola Kalimat pada Tulisan Deskripsi Siswa
Kelas IV Sekolah Dasar Tentang Watak Anggota Keluarga”. Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Markhamah dan Atiqa Sabardila. 2009. Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa.
Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Muslich. Masnur. 2008. Tatabentuk Bahasa Indonesia: Kajian Ke Arah Tatabahasa
Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara.

17
18

Anda mungkin juga menyukai