Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AGAMA

PENCIPTAAN MANUSIA DALAM AL-QURAN

DISUSUN OLEH :

1. CLARA JESIECA
2. DWI ARYANTI
3. YULENSI MEWARNA

NAMA DOSEN : ARSYADANI MISHBAHUDDIN, M.PD.I

PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGATUHAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat


dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah
berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang
perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun
realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan Etos
Kerja Bangsa Jepang dan Islam, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Mercu
Buana. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jau dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................2
C. TUJUAN ...............................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................

A. PENGERTIAN MANUSIA DALAM AL-QURAN.......................................3


B. HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA........................................................4
C. FUNGSI DAN TUJUAN DICIPTAKAN MANUSIA.......................................4
D. PERBEDAAN MANUSIA DENGAN MAKHLUK LAIN..............................6

BAB III PENUTUP......................................................................................................

KESIMPULAN............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan salah satu makhluk Tuhan yang ada dimuka bumi ini.
Berbeda dengan makhluk lainnya seperti binatang, tumbuhan dan malaikat.
Keberadaan manusia dimuka bumi menempati posisi utama sebagai khalifah.
Sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka
bumi...” (QS. Al-Baqarah:2:30). Sebagai seorang khalifah, maka tugas manusia
dimuka bumi ini adalah memakmurkan alam semesta ini “Dia telah menciptakan
kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya” (QS. Hud:11:61)[1]

Timbul pertanyaan siapakah manusia itu? Pertanyaan ini nampaknya amat


sederhana, tetapi tidak mudah memperoleh jawaban yang tepat. Biasanya orang
menjawab pertanyaan tersebut menurut latar belakangnya, jika seseorang yang
menitik beratkan padakemampuan manusia berfikir, memberi pengertian manusia
adalah “animal rasional, hayawan nathiq” (hewab berfikir). Orang yang menitik
beratkan pada pembawaan kodrat manusia hidup bermasyarakat, memberi
pengertian manusia adalah “zoom politicon, homo sicus” (makhluk sosial). Orang
yang menitik beratkan pada adanya usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan
hiup, memberi pengertian manusia adalah “homo economicus” (makhluk ekonomi).
Orang yang menitik beratkan pada kesitimewaan manusia menggunakan simbol-
simbol, memberi pengertian manusia adalah “animal simbolicum”. Orang yang
memandang manusia adalah makhluk yang selalu membuat bentuk-bentuk baru
dari bahan-bahan alam untuk mencukupkan kebutuhan hidupnya, memberi
pengertian manusia adalah “homo faber”

Dalam Al-Qur’an ada tiga kata yang digunakan untuk menunjukkan arti manusia,
yaitu kata insan, kata basyar dan kata an-nas. Meskipun ketiga kata tersebut
menunjukkan kepada makna manusia, namun secara khusus memiliki penekanan
pengertian yang berbeda.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian manusia dalam al-quran ?
2. Apa hakikat penciptaan manusia ?
3. Apa fungsi dan tujuan diciptakan manusia ?
4. Apa perbedaan manusia dengan makhluk lainnya ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian manusia dalam al-quran
2. Untuk mengetahui apa hakikat penciptaan manusia
3. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan diciptakan manusia
4. Untuk mengetahui perbedaan manusia dengan makhluk lainnya

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANUSIA DALAM AL-QURAN


Manusia diciptakan sebagai makhluk paling sempurna oleh Allah SWT. Dia
tiupkan ruh kedalam tubuh manusia tatkala masih berupa janin. Ruh manusia itu
adalah ruh ciptaan Allah SWT, bukan ruh yang terjadi secara alamiah. Dengan ruh
itu, manusia mampu berpikir dan memahami serta memiliki ikatan yang kuat
dengan Allah SWT. Ikatan itu tidak mungkin diputuskan karena pengikat itu
merupakan perwujudan sifat pengasih Allah kepada manusia.

Manusia diciptakan Allah melalu perantara kedua ibu bapak yang diawali sejak
dalam kandungan. Setelah lahir, manusia tumbuh menjadi anak-anak, remaja,
dewasa, dan tua hingga datang ajal kematian. Setelah proses kematian, manusia
akan dihisab (diadili) dihadapan Allah SWT. Untuk mempertanggungjawabkan amal
perbuatannya seperti akhlak mulut, tangan, kaki, pendengaran,penglihatan,
pemikiran, dan hatinya ketika hidup didunia (QS.Yasin/36:65, Al-Isra/17:36, An-
Nahl/16:93, Al-A’raf/7:180, dan Al-jasiyah/45:26).

Dalam surah An-Nahl/16:78 berbicaratentang keadaan manusia pada saat


dilahirkan oleh ibunya yang tidak mengetahui apa-apa. Dengan mahakasih dan
rahmat-Nya, Allah melengkapi manusia dengan indra yang dapat membantu
manusia menjalani kehidupan dimuka bumi.
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar
kamu bersyukur “ (An-Nahl/16:78).

Adapun proses pembentukan manusia dijelaskan dalam surah Al-Mu’minun/23:12-


14 yang artinya :
(12) “dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah.“ (13) “kemudian kami menjadikan air mni (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). (14) “kemudian air mani itu ami jadikan sesuatu yang melekat,
lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging
itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan
daging. Kemudian, kami menjadikan makhluk yang (berbentuk)lain. Mahasuci Allah,
pencipta yang paling baik.” (QS.Al-mu’minun/23:12-14).
B. HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA
Hakekat Manusia Menurut Al-Qur’anHakekat manusia adalah sebagai berikut :
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya;
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif
mampu mengatur dan mengontrol dirinya serta mampu menentukan nasibnya;
c. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya;
d. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati;
e. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas;
f.  Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat

C. FUNGSI DAN TUJUAN DICIPTAKAN MANUSIA


Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi yang diberikan Allah kepada manusia :
• Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi
kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak
mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah
makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko
besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang
terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan tidak Aku
ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”
• Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah
bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak
ingkar di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman
kepada Allah tapi orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau
beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf : 172.
• “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku
ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi
saksi”.(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan:”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)”. 
• Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan
misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk
memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan
sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah
seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-
syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat manusia.

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah.


Pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit,
dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin salam solat saja.
Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan
kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan vertical
(manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal
( manusia dengan alam semesta dan manusia).

Penyembahan manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia


terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik. Oleh
karena itu penyembahan harus dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak
membutuhkan sedikitpun pada manusia termasuk pada ritual-ritual
penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku
tidak menghendaki  supaya mereka member aku makan. Sesungguhnya Allah,
Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”. (az-
Zaariyaat, 51:56-58).
”Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan dekimikian
itulah agama yang lurus”. (Bayinnah, 98:5)
Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan  dirinya
sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta.
Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh.
Keseimbangan pada kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan
bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah tujuan penciptaan manusia di tengah-
tengah alam.

D. PERBEDAAN MANUSIA DENGAN MAKHLUK LAINNYA

Perbedaan manusia dengan mahluk lainnya (QS. 41:53)

Artinya : “ Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)


kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka
bahwa Al-qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu)
bahwa sesungguhnya dia menyaksikan segala sesuatu?”

Dalam pandangan Islam manusia adalah makhluk yang mulia, dan sempurna di
bandingkan mahluk ciptaan allah lainnya, ini disebabkan manusia diberi kelebihan
berupa akal untuk berfikir, sehingga dengan akal tersebut bisa membedakan mana
yang hak mana yang batil, selain dari itu manusia dapat mengembangkan bakat
dan potensi yang dimilikinya serta mampu mengatur dan mengelola alam semesta
ciptaan Allah, sebagai amanah. Manusia juga diberikan Allah berupa Nafsu. Namun
apabila mereka tidak bisa memanfaatkan kelebihan tersebut dengan sebaik-
baiknya, maka mereka akan menjadi mahluk yang paling hina, bahkan lebih hina
dari pada binatang.

Manusia adalah makhluk yang dapat di bentuk akhlaknya. Ada manusia yang
sebelumnya baik, tetapi karena pengaruh lingkungan tertentu dapat menjadi
penjahat. Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu lembaga pendidikan diperlukan
untuk mengarahkan kehidupan generasi yang akan datang.

Selain itu, manusia juga dilengkapi unsur lain yaitu hati. Dengan hatinya,
manusia dapat menjadikan dirinya sebagai makhluk bermoral, merasakan
keindahan, kenikmatan beriman. sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan
Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah
menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmunya
manusia di lebihkan dari makhluk lainnya
Hanya manusia yang punya kesempatan memahami lebih jauh hakekat alam
semesta di sekelilingnya. Pengatahuan hewan hanya berbatas naluri dasar yang
tidak bisa di kembangkan melalui pendidikan dan pengajaran. Manusia
menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang. Manusia adalah
makhluk yang memikul amanah, didalamnya terkandung makna khilafah manusia
sebagai pemikul, amanah inilah yang dalam ayat-ayat lain disebutkan sebagai
perjanjian untuk memakmurkan bumi.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Konsep manusia menurut Al Qur’an adalah Al Basyar, Al Insan dan An Nas.


Manusia sebagai Basyar berkaitan erat dengan unsur material yang dilambangkan
dengan tunduk kepada “takdir” Allah di alam semesta. Sama saat taatnya dengan
matahari, gunung, hewan dan tumbuhan. Ia tumbuh dan berkembang akhirnya
mati. Dalam keadaan ini manusia dengan sendirinya musayyar (menerima apa
adanya,tidak punya pilihan). Akan tetapi, manusia sebagai Al Insan dan An Nas
berkaitan dengan hembusan ruh Tuhan. Keduanya tetap dikenakan aturan-aturan
(sunatullah), tetapi ia diberikan kebebasan dari kekuatan untuk tunduk atau
melepaskan diri dari hukum itu. Dititik ini manusia menjadi makhluk yang
makhayaar (punya kebebasan dan pilihan alternative). Ia bisa terjerembab ke
lembah nista, tetapi ia bisa melakukan pendakian sepiritual luar biasa, menyerap
sifat-sifat Rabbaniyah menurut ungkapan Ibn ‘Arabi seperti sama’, basyar, kalam,
qadar, rahman, malik, ghoffar, alim dan sebagainya. Ia mengemban wilayah
Ilahiyah seperti Thabathaba’i. Karena itu, ia dituntut untuk bertanggung jawab.

Dan hakikat fungsi manusia adalah sebagai Kholifah (pemimpin) dan ‘Abd
(hamba Allah). Kholifah bermakna manusia adalah pemimpin yang kepadanya
diserahi tugas untuk memimpin diri dan makhluk lainnya serta memakmurkan dan
mendaya gunakan alam semesta bagi kepentingan manusia secara keseluruhan.
Perlu disadari bahwa kewenagan manusia untuk memanfaatkan alam harus
didasarkan kepada garis yang telah ditetapkan Allah SWT dan tidak boleh
menyalahinya. Seperti tidak boleh merusak alam, tidak boleh mengeksploitasinya
untuk kepentingan individu atau golongan dan tidak boleh memanfaatkanya
secara berlebih-lebihan. Sedangkan ‘Abd memiliki arti mengacu pada tugas-tugas
individual manusia sebagai hamba Allah. Pemenuhan fungsi ini memerlukan
penghayatan agar seorang hamba sampai pada tingkat religiussitas dimana
tercapainya kedekatan diri dengan Allah SWT. Bila tingkat ini berhasil diraih, maka
seorang hamba akan bersikap tawadhu’, tidak arogan dan akan senantiasa
pasrah pada semua titah perintah Allah SWT (tawaqqal).

DAFTAR PUSTAKA
Drs. Anwar Junaidi, Drs. Margiono 2016. Pendidikan agama islam. Jakarta
:Yudistira
http://aristase.word press.com/tag/fungsi-dan-peranan-manusia-dalam-islam/

Anda mungkin juga menyukai