Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AL-MAKKY DAN AL-MADANY

OLEH

KELOMPOK

M. NUR TAMAM 2174130016

M. IQBAL W T 2174130020

PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI LAMPUNG

2021
KATA PENGANTAR

            Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat

dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam

menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam

kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah, dengan ini penulis

mengangkat judul “Al-makky dan Al-madany”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih

jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran

yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalam

Penulis,

KELOMPOK
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

ii

BAB I       PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang...................................................................................            1

B.    Rumusan Masalah..............................................................................             2

C.    Tujuan penulisan................................................................................             2

BAB II       PEMBAHASAN

A.    Menjelaskan tentang pengertian al-makky dan al-madany................             3

B.     Klasifikasi al-makky dan al-madany..................................................             4

C.     Ciri-ciri khas al-makky dan al-madany..............................................             5

D.    Urgensi mempelajari al-makky dan al-madany..................................             7

BAB III    PENUTUP

A.    Kesimpulan........................................................................................             9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................           

10
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


           Para ulama dan ahli tafsir terdahulu memberikan perhatian yang besar
terhadap penyelidikan surat-surat Al-Qur’an. Mereka meneliti al-Qur’an ayat
demi ayat dan surat demi surat untuk disusun sesuai dengan nuzulnya, dengan
memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka
mengumpulkannya sesuai dengan waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian
merupakan ketentuan cermat yang memberikan kepada peneliti obyektif,
gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu Makkiyah dan Madaniyah.
            Perhatian terhadap ilmu Al-Qur’an menjadi bagian terpenting para sahabat
dibanding berbagai ilmu yang lain. Termasuk di dalamnya membahas tentang
nuzulnya suatu ayat, tempat nuzulnya, urutan turunnya di Mekkah atau di
Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi termasuk kelompok
Madaniyah atau ayat yang diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam kategori
Makkiyah, dan sebagainya. Pada intinya persoalan ini telah menjadi perhatian
urgen pada masa sahabat.
               Tema-tema seputar Makkiyah dan Madaniyah ini sangat banyak ragam
penyelidikannya. Abu al-Qasim al Hasan al Muhammad bin Habib al-Nasyaburi
menyebutkan dalam kitabnya al-Tanbib ‘ala fadll ‘Ulum al-Qur’an, bahwa di
antara ilmu-ilmu al-Qur’an yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzul al-Qur’an
dan tempat turunnya, urutan turunnya di Mekkah dan di Madinah, tentang yang
diturunkan di Mekkah tetapi masuk dalam kategori Madaniyahyah dan diturunkan
di Madinah tetapi masuk dalam kategori Makkiyah, tentang yang diturunkan di
Mekkah mengenai penduduk Madinah dan yang diturunkan di Madinah mengenai
penduduk Mekkah, tentang yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah
(Makkiyah) tetapi termasuk Madaniyahyah dan serupa dengan yang diturunkan di
Madinah (Madaniyahyah) tetapi termasuk Makkiyah, dan tentang yang diturunkan
di Juhafah, di Bayt al-Maqdis, di Tha’if maupun Hudaibiyyah. Demikian juga
yang diturunkan di waktu malam, di waktu siang, secara bersamaan ataupun
sendiri-sendiri. Ayat-ayat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah atau sebaliknya
dan seterusnya; tema-tema itu keseluruhan berjumlah tidak kurang dari 25 pokok
bahasan. Kesemuanya itu terkumpul dalam satu ilmu yaitu Ilmu Makkiyah dan
Madaniyah.

B.     Rumusan Masalah


1.      Menjelaskan tentang pengertian al-makky dan al-madany
2.      Menjelaskan klasifikasi al-makky dan al-madany
3.      Menjelaskan ciri-ciri khas al-makky dan al-madany
4.      Menjelaskan urgensi mempelajari al-makky dan al-madany

C.    Tujuan Penulisan


           Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua
mahasiswa/i umumnya mampu memahami tentang Al-makky dan Al-madany
dalam ulumul quran.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian al-makky dan al-madany


          Makkiyah adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi muhamamd
shallAllahu ‘alaihi wa sallam sebelum berhijrah ke Madinah sedangkan
Madaniyah adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW setelah
berhijrah ke Madinah.[1]
               Ada bebrapa definisi tentang al-Makky da al-Madany yang diberikan
oleh para ulama’ yang mana masing-masing berbeda satu sama lain. Perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan kriteria yang ditetapkan untuk menetapkan Maky atau
Madany pada sebuah surat atau ayat.
Adapun pendapat yang dikemukankan ulama’ tafsir dalam hal ini :

1.      Berdasarkan tempat turunya suatu ayat (tahdid makany).

‫ْال َم ِك ُّي َما نَ َز َل بِ َم َّكة َولَوْ بَ ْع َد ال ِه َج َر ِة َوال َم َدنِ ُّي َما نَ َز َل بِال َم ِد ْينَ ِة‬
“Makkiyah ialah suatu ayat yang diturunkan di Makkah, sekalipun sesudah
hijrah, sedangkan Madaniyah ialah yang diturunkan di madinah.
            Berdasarkan rumusan diatas, Makkiyah adalah semua surat atau ayat yang
dinuzulkan di wilayah Mekkah dan sekitarnya. Sedangkan Madaniyyah adalah
semua surat atau ayat yang dinuzulkan di Madinah. Adapun kelemahan pada
rumusan ini karena tidak semua ayat al-Qur’an dimasukkan dalam kelompok
Makiyyah atau Madaniyyah. Alasanya ada beberapa ayat al-Qur’an yang
dunujulkan jauh di luar Makkah dan Madinah.

2.      Berdassarkan khittab/ seruan/ panggilan dalam ayat tersebut.

ِ َ ‫ْال َم ِك ُّي َما َوقَ َع ِخطَابًا أِل‬


‫هل َم َكةّ َوال َم َدنِ ُّي َما َوقَ َع ِخطَابًا أِل ْه ِل ال َم ِد ْينَ ِة‬
“makkiy ialah ayat yang khittabnya/panggilannya ditujukan kepada
penduduk Mekah, sedangkan Madaniyah ialah yang khittabnya ditunjukan
kepada penduduk Madaniyah.
Berdasarkan rumusan di atas, para ulama’ menyatakan bahwa setiap ayat
atau surat yang dimulai dengan redaksi ‫( يا أيها الن اس‬wahai sekalian manusia)
dikategorikan Makkiyah, karena pada masa itu penduduk Mekkah pada umumnya
masih kufur. Sedangkan ayat atau surat yang dimulai dengan ‫يا أيها الذين أمنوا‬
(wahai orang-orang yang beriman) dikategorikan Madaniyyah, kerena penduduk
Madinah pada waktu itu telah tumbuh benih-benih iman mereka.

3.      Berdasarkan masa turunya ayat tersebut (tartib zamany)


‫اَ ْل َم ِك ُّي َمانُ ِز َل قَ ْب َل ِهجْ َر ِة ال َّرسُوْ ِل‬,‫َواِ ْن َكانَ نُ ُزوْ لُهُ بِ َغي ِْر َم َّك ِة‬

َ‫َو ْال َم َدنِ ُّي َمانُ ِز َل بَ ْع َد هَ ِذ ِه ْال ِهجْ َر ِة َواِ ْن َكانَ نُ ُزوْ لُهُ بِ َم َّكة‬
“ Makkiyyah ialah ayat diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah
sekallipun turunnya di luar Mekkah, sedang Madamiyah ialah yang diturunkan
sesudah Nabi hijrah, sekaipun turunya di Mekkah.”
Dibanding dua rumusan sebelumnya, tampaknya rumusan al-Makky dan
al-Madany ini lebih popular karena dianggap tuntas dan memenuhi unsure
penyusunan ta’rif (definisi).

4.      Dari segi orang-orang yang dihadapinya (ta’yin syakhiyi).[2]

B.     Klasifikasi Al-makky dan Al-madany


            Pada umumnya, para ulama’ membagi surat-surat al-Qur’an menjadi dua
kelompok, yaitu Makkiyah dan Madiniyyah. Mereka berbeda pendapat dalam
menetapkan jumlah masing-masing kelompoknya. Sebagian ulama’ mengatakan
bahwa jumlah surat Makiyyah ada 94 surat, sedangkan Madaniyyah ada 20 surat.
Sebagian ulama’ lain mengatakan bahwa jumlah surat Makiyyah ada 84 surat,
sedangkan yang Madaniyyah ada 30 surat.
           Perbedaan-perbedaan pendapat para ulama’ itu dikarenakan adanya
sebagian surat yang seluruhnya ayat-ayat Makkiyah atau Madaniyyah dan juga
ada sebagian surat lain yang tergolong Makkiyah dan Madaniyyah, tetapi
didalamnya berisi sedikit ayat yang lain statusnya. Surat-surat al-Qur’an itu
terbagi menjadi empat macam:
1.      Surat-surat Makkiyah murni
           Yaitu surat-surat Makiyayah yang seluruh ayat-ayatnya juga bersetatus
Makiyyah semua, tidak ada satupun yang Madaniyyah.
2.      Surat-surat Madaniyyah murni
           Yaitu surat-surat Madaniyyah yang seluruh ayat-ayatnya juga bersetatus
Madaniyyah semua, tidak ada satupun yang Makiyyah.
3.      Surat-surat Makiyyah yang berisi ayat Madaniyyah
           Yaitu surat-surat yang sebetulnya kebanyakan ayat-ayatnya adalah
Makiyyah, sehingga bersetatus Makiyyah, tetapi didalamnya juga ada sedikit
ayatnya yang berstatus Madaniyyah.
4.      Surat-surat Madaniyyah yang berisi ayat Makiyyah
           Yaitu surat-surat yang sebetulnya kebanyakan ayat-ayatnya adalah
Madaniyyah, sehingga bersetatus Madaniyyah, tetapi ada juga didalamnya sedikit
ayatnya yang bersetatus Makiyyah.

C.    Ciri-ciri Khas Al-makky dan Al-madany


          Untuk bisa membedakan ayat-ayat yang masuk pada kategori Makiyyah dan
Madaniyyah, para sarjana muslim merumuskan  melalui cirri-ciri spesifik dalam
menguraikan  kronologis al-Qur’an, dalam dua titik tekan dalam usahanya
itu,yaitu titik tekan analogi dan titik tekan tematis.[3]
Ciri-ciri melalui titik tekan analogi
1.      Makiyyah.
a.       Didalamnya terdapat ayat sajdah.
b.      Ayat-ayatnya di mulai dengan kata-kata “ Kalla.”
c.       Dimulai dengan “ Ya ayyuha an-nas.” dan tidak ada kalimat “ Ya ayyuhalladzi
na amanu “, kecuali tujuh ayat ayat yang tetap tergolong Madaniyyah; yaitu :
Q.S. al-Baqarah : 21,168, an-Nisa’ : 1, 133, 170, 174, al- Hujurat : 13, dan juga
surat al-Hajj : 73 ( yang masih di perselisihkan para ulama’ ).
d.      Ayat-ayatnya mengandung kisah para Nabi, Rasul dan umat-umat terdahulu,
kecuali Q.S. al-Baqarah.
e.       Ayat-ayatnya berbicara tentang Nabi Adam dan iblis, kecuali Q.S. al-Baqarah
f.       Ayat-ayatnya di mulai dengan huruf terpotong-potong ( al-ahraf al-
muqatha’ah atau fawaatihussuwar)  , seperti “Alim lam mim, alim lam ra,ha mim
“, kecuali Q.S Al-Baqoroh dan Ali ‘Imron, sedang Q.S. al-Ra’ad masih
diperselisihkan, dalam al-Qur’an terdapat 29 surat yang diawali dengan al-ahraf
al-muqatha’ah yaitu : Q.S. al-Baqarah, ali Imran, al-An’am, Yunus, Hud, Yusuf,
al-Ra’d, Ibrahim, al-Hijr, Maryam,Thaha, as-Syu’ara, al-Namh, al-Qashash, al-
Ankabut, al-Ruum, Luqman, al-Sajdah, Yasin, Shad, al-Mukmin, Fushilat/
Hamim as-Sajdah, al-Syura, al-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah, al-Ahqaf, Qaf,
dan al-Qaham.
g.      Surat atau ayat yang di awali atau di dalamnya terdapat kata-kata Alhamdulillah
( hamdalah ) dan kata-kata al-Hamd ( pujian ) lainnya, kecuali kata
“ bihamdirabbika “ yang terdapat pada Q.S. al-Baqarah :30 yang tergolong
Madaniyyah.

2.      Madaniyyah.
a.       Mengandung ketentuan-ketentuan faraid dan had.
b.      Berisi sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-ankabut.
c.       Mengandung uraian perdebatan dengan Ahli kitab ( Yahudi dan Nasrani ), yang
berisi seruan menuju islam, kecurangan terhadap kitab, tindakan mereka menjauhi
kebenaran, kecuali Q.S. al-An’am, al-Ra’d, al-Ankabut, al-Muddatstsir, dalam al-
Qur’an kata “ ahlul kitab” di sebut sebanyak 31 kali dalam 9 surat dan 31 ayat.
Sedangkan “ utul kitab “dan “ atinal kitab “ terulang sebanyak 10 surat dan 25
ayat.

Ciri-ciri melalui titik tekan tematis[4]


1.      Makiyyah.
a.       Banyak mengandung kata-kata sumpah ( qasam ).
b.      Ayat dan suratnya pendek-pendek dan bernada agak keras, misalkan dalam juz 30
( juz ‘amma ) kecuali Q.S. al-Bayyinah, dan an-Nashr, dan kelompok surat
panjang al-sab’u al-Thiwal hanya dua surat saja yang termasuk Makiyyah yaitu
Q.S. al-An’am dan al-A’raf. 
c.       Menjelaskan ajakan monotheisme, ibadah kepada Allah semata, risalah kenabian,
hari kebangkitan dan pembalasan, hari kiamat, surga, neraka, dan mendebat
kelompok musrikin dengan argumentasi-argumentasi rasional dan naqli.
d.      Menetapkan fondasi-fondasi umum pembentukan hukum syara’ dan keutamaan
akhlaq yang harus di miliki masyarakat.
2.      Madaniyyah.
a.       Mengungkap langkah-langkah orang-orang munafik, selain Q.S. al-Ankabut.
b.      Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah, hudud, bangunan rumah tangga,
warisan, serta persoalan-persoalan hukum syara’, keutamaan jihad, hubungan
social, hubungan internasional.
c.       Surat dan sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang serta menjelaskan hukum
dengan terang dan menggunakan ushlub yang terang pula, seperti kelompok  “al-
Sab’u al-Thiwal “ ( tujuh surat terpanjang ) yaitu : Q.S. al- Baqoroh, an- Nissa’,
ali Imron, al- Maidah, al-A’raf, al-An’am, dalam penentuan satu surat lagi terjadi
perbedaan pendapat dari kalangan ulama’, yaitu : Q.S. al-Anfal, at-Taubah, al-
Kahfi, al-Mukminun.[5]

D.    Urgensi Mempelajari Al-mkakky dan Al-madany

        An-Naisaburi dalam kitabnya At-Tanbih ‘Ala Fadhl ‘Ulum Al-Qur’an,


memandang subyek Makkiyyah dan Madaniyyah sebagai ilmu Al-Qur’an yang
paling utama. Sementara itu Manna’ Al-Qaththan mencoba lebih jauh lagi
mendeskripsikan urgensi mengetahui Makky dan Madaniyyah sebagai berikut.[6]

1.      Membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an


             Pengetahuan tentang para musafir dalam peristiwa diseputar turunya Al-
Qur’an tentu sangat membantu memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an,
walaupun ada teori yang mengatakan bahwa keumuman redaksi ayat yang harus
menjadi patokan dan bukan kekhususan sebab. Dengan mengetahui kronologis
Al-Qur’an pula, seorang mufasir dapat memecahkan makna yang kontradiktif
dalam dua ayat yang berbeda, yaitu dengan memecahkan konseb nasikh-mansukh
yang hanya dapat diketahui melalui kronologi Al-Qur’an.

2.      Pedoman bagi langkah-langkah dakwah


             Setiap kondisi pasti memerlukan ungkapan yang relevan. Ungkapan dan
intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat Makkiyah dan ayat-ayat Madaniyyah
memberikan informasi metodologi bagi cara-cara menyampaikan dakwah agar
dengan orang-orang yang diserunya. Karena itu, dakwah islam berhasil mengetuk
hati dan menyembuhkan segala penyakit rohani orang-orang yang diserunya.
Disamping itu, setiap langkah dakwah memiliki objek kajian dan metode tertentu,
seiring dengan perbedaan kondisi sosio-kultural manusia. Periodesasi Makkiyah
dan Madaniyyah telah memberikaan contoh untuk itu.

3.      Member informasi tentang sirah kenabian


               Penahapan turunya wahyu adalah seiring dengan perjalanan dakwah
nabi. Baik di Mekkah dan di Madinah, mulai diturunkanya wahyu pertama sampai
ditirunkanya wahyu terakhir. Al-Qur’an adalah rujukan otentik bagi perjalanan
dakwah Nabi itu. Informasinya tidak bisa dieagukan lagi.
4.      Mengetahui nasikh dan mansukh
          Contohnya adalah ketika seseorang dihadapkan dua ayat atau lebih yang
membahas persoalan yang sama sementara hukum yang ada dalam ayat-ayat
tersebut berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

5.      Mengetahui sejarah pensyari’atan dan proses penurunannya yang berangsur-


angsur
         Dari sini akan dimengerti keagungan dan kemuliaan ajaran islam dalam
proses doktrinasi dan pendidikan kepad umat manusia baik secara pribadi maupun
kelompok. Metode inilah yang seharusnya dipakai untuk membangun tatanan
peradaban yang maju dan bersahaja.
6.      Memperkuat keyakinan umat islam tentang otensitas dan orisinalitas Al-Qur’an
           Al-Qur’an benar-benar terjaga dari interferensi manusia dan tidak ada
perubahan sedikitpun di dalamnya. Sangat tidak masuk akal jika kemudian
mereka melakukan interferensi atau bahkan merombak isi Al-Qur’an.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Makkiyah adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi muhamamd
shallAllahu ‘alaihi wa sallam sebelum berhijrah ke Madinah sedangkan
Madaniyah adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW setelah
berhijrah ke Madinah.
           Pada umumnya, para ulama’ membagi surat-surat al-Qur’an menjadi dua
kelompok, yaitu Makkiyah dan Madiniyyah. Mereka berbeda pendapat dalam
menetapkan jumlah masing-masing kelompoknya. Sebagian ulama’ mengatakan
bahwa jumlah surat Makiyyah ada 94 surat, sedangkan Madaniyyah ada 20 surat.
Sebagian ulama’ lain mengatakan bahwa jumlah surat Makiyyah ada 84 surat,
sedangkan yang Madaniyyah ada 30 surat.
Ciri-ciri Makiyyah

         Didalamnya terdapat ayat sajdah.


         Ayat-ayatnya di mulai dengan kata-kata “ Kalla.”

Ciri-ciri Madaniyyah
         Mengandung ketentuan-ketentuan faraid dan had.
         Berisi sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-ankabut.

Urgensi Mempelajari Al-mkakky dan Al-madany

         Membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an


         Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
         Member informasi tentang sirah kenabian
DAFTAR PUSTAKA

Subhi al-Shalih, mabahis fi ulum al-qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985)


Teuku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, ilmu-ilmu Al-Qur’an (ilmu-ilmu pokok dalam
Menafsirkan Al-Qur’an), (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2002)
Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an ( Bandung : pustaka setia, 2008 )
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasby, 2009. Ilmu-ilmu al-Qur’an ( ulum al-
Qur’an ). Semarang : Pustaka rizki putra.
Muhammad, Syeikh, 2001. Studi al-Qur’an al karim “ Menelusuri sejarah turunnya al-
Qur’an “. Bandung : Pustaka setia.

[1] Subhi al-Shalih, mabahis fi ulum al-qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus,


1985),
[2] Teuku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, ilmu-ilmu Al-Qur’an (ilmu-
ilmu pokok dalam Menafsirkan Al-Qur’an), (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,
2002) , hlm. 62
[3] Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasby, 2009. Ilmu-ilmu al-Qur’an ( ulum al-Qur’an ).
Semarang : Pustaka rizki putra.
[4] Muhammad, Syeikh, 2001. Studi al-Qur’an al karim “ Menelusuri
sejarah turunnya al-Qur’an “. Bandung : Pustaka setia.
[5] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an ( Bandung : pustaka setia,
2008 ),hlm.106-107.
[6] Rosibon Anwar, Ulumul Qur’an (bandung: pt Pustaka Setia, 2008),
Hal: 121

Anda mungkin juga menyukai