KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah
ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini..
11
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Tabel 1.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (PT) Menurut
Provinsi
BAB II
PEMBAHASAN
diri untuk memunculkan kemampuan bersaing. Selain itu teori ini juga
dikenal sebagai teori yang melihat atau berfokus kepada sumber daya
(Resource-based View) yang banyak diterapkan serta dipraktikan
diberbagai sektor industri kemudian akan dilihat pengaruhnya terhadap
strategi dan keunggulannya dalam bersaing.
Menurut Fahy (2000), teori RBV menjelaskan mengenai sumber
daya internal yang dimiliki oleh setiap perusahaan terkait. Sukses atau
tidaknya sebuah perusahaan itu maka akan sangat bergantung kepada
kekuatan serta kelemahan yang ada pada sumber daya internal
perusahaan tersebut. Barney (1991) mengatakan bahwa perusahaan
mencapai keunggulan kompetitif berkelanjutan melalui sumber daya
yang unik yang dimilikinya dan sumber daya ini tidak dapat dengan
mudah dibeli, ditiru atau di transfer yang kemudian secara bersamaan
kelangkaan serta keunikan yang dimiliki tadi menjadi keuntungan
tersendiri bagi perusahaan tersebut.
Sumber daya internal suatu perusahaan salah satunya adalah Human
Secara teknis definisi dari revolusi industri 4.0 adalah integrasi dari
Cyaber Physical System (CPS) dan Internet of Things and Service
(IoT dan IoS) kedalam proses industri meliputi manufaktur dan logistik
serta proses lainnya (Kagermann dkk (2013). CPS (Cyber Physical
System) itu sendiri adalah teknologi penggabungan antara dunia maya
dan dunia nyata, di mana dalam penggabungannya dapat terwujud
melalui integrasi antara proses fisik dan komputerisasi.
Revolusi Industri 4.0 merupakan fase ke-empat dari perjalanan
sejarah revolusi industri itu sendiri yang dimulai dari abad ke -18.
Dimulai dari munculnya mesin uap untuk mendukung mesin produksi,
kereta api dan kapal layar yang kemudian menjadi tanda lahirnya
revolusi industri 1.0. Kemudian muncul energi listrik dan konsep
pembagian tenaga kerja agar mendapatkan produksi jumlah besar yang
kemudian menjadi tanda dari berkembangnya revolusi industri 1.0
menjadi revolusi industri 2.0. dengan ditemukannya tenaga/energi
listrik pada fase revolusi industri 2.0 membuat banyak peneliti dari
berbagai ilmuan yang melakukan pengembangan dan penelitian
lanjutan yang kemudian banyak menemukan penemuan baru seperti,
lampu, mesin telegram, dan beberapa mesin-mesin canggih yang juga
menjadi tanda munculnya fase baru yaitu revolusi industri 2.0 menjadi
revolusi industri 3.0.
Fase berikutnya yaitu fase revolusi industri 4.0. dimana dalam fase
ini internet muncul yang dikarenakan banyaknya
pengembanganpengembangan yang dilakukan oleh para peneliti, selain
itu kemampuan mesin-mesin menjadi lebih canggih lagi. Fase ini sudah
dirasakan sejak beberapa tahun ke belakang. Mulai banyak
bermunculan jasa, penjualan dan lain sebagainya melalui akses internet
saja.
Gambar 2.1 Revolusi Industri 4.0
38
BAB III
PENUTUP
Pada akhirnya Revolusi Industri 4.0 memberikan sisi negatif dan positif. Tak
sedikit orang yang menganggap perubahan ini harus dihadapi manusia, suka atau tidak,
dengan semua sisi negatif dan positif yang menyertainya. Jadi Revolusi Industri 4.0
menjadi tantangan tersendiri terutama bagi generasi milenial. Bila dilihat dari sisi
positif, Revolusi tersebut akan memberikan manfaat dalam perkembangan platform
digital:
1. Inovasi
Revolusi Industri 4.0 membuka peluang munculnya model-model bisnis baru.
Hal ini berkaitan erat dengan para pengembang bisnis yang menerapkan strategi dengan
platform digital. Sehingga revolusi itu memungkinkan terjadinya inovasi digital baik di
dunia ritel, pendidikan, kesehatan, hingga hukum. Beberapa orang berpikir inovasi
tersebut membuat semakin banyak orang berpartisipasi. Alhasil timbul persaingan sehat
untuk memberikan nilai tambah barang atau jasa pada masyarakat.
2. Inklusivitas
Dengan adanya inovasi digital, layanan didapat dengan mudah dijangkau oleh
seluruh orang. Sehingga terjadilah inklusivitas. Semua orang bisa menikmati layanan
digital yang sama, dimanapun mereka berada.
3. Efisiensi
Ketiga, Revolusi Industri menciptakan efisiensi Bila terjadi inovasi digital, maka
efisiensi pu turut terjadi. Agar sisi positif ini semakin optimal, para pembuat kebijakan
harus mampu menerapkan strategi yang tepat. Meskipun dapat memberikan masalah-
masalah baru dalam dunia perekonomian, disisi lain era ini juga dianggap akan
memberikan dorongan besar dalam segala bidang.
Misalnya dalam dunia kerja, revolusi tersebut dapat memicu adanya jenis
pekerjaan baru walaupun revolusi juga menghilangkan beberapa jenis pekerjaan. Jaya
Addin menjelaskan Revolusi Industri 4.0 adalah keadaan yang memberikan janji
sekaligus ancaman besar. Bila orang-orang tidak mampu mengikuti perkembangannya
maka mereka akan rentas tertinggal. Untuk itu diperlukan persiapan yang matang agar
mampu menghadapi tantangan tersebut. Sehingga ketertinggalan dapat dihindari.
Menurut Jaya Addin, tidak hanya ketersediaan akses internet dan kepekaan media sosial
untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0. Lebih utama dan penting adalah menyiapkan
Sumber Daya Manusia yang berkualitas, harmonisasi aturan, dukungan semua pihak,
dan sebagainya.
Pasalnya persiapan untuk menghadapi revolusi yang serba IOT ini tidak mudah
atau dalam sekejap mata. Apalagi bila mengingat kondisi pemerataan teknologi dan
informasi di Indonesia masih kurang. Hingga detik ini, beberapa wilayah di Indonesia
masih belum dialiri listrik dan internet. Jadi penting untuk mengetahui posisi dan situasi
Indonesia sekarang agar bisa menentukan kebijakan yang tepat demi menghadapi
Revolusi Industri 4.0.
44
DAFTAR PUSTAKA
Kristian, Willy. 2019. Pentingnya Teknologi Pengelolaan Data di Era Revolusi Industri
4.0. Pusdatin Kemensos.
Puspitasari, Dyah. 2021. Teknologi Digital Sebagai Kunci Utama Pada Era Industri 4.0.
Jakarta: Binus.
Dendi, Amal. 2020. Digitalisasi Bisnis Sebagai Strategi Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0. Jakarta: Sasana Digital.
Yasmin, Putri. 2020. Apa Itu Revolusi Industri 4.0 dan Contohnya? Bandung: Detik
Finance.
Fitria, Desy. 2020. Bisnis Baru yang Muncul Karena Revolusi Industri 4.0. Jakarta:
Sasana Digital.
Purwo, Edy. 2021. Persaingan Bisnis Era Digital. Surakarta: Suara Merdeka.
Gie. 2020. Revolusi Industri 4.0 : Tantangan, Peluang, dan Dampaknya pada Bisnis.
Jakarta: Accurate.
Mekari. 2020. Peluang Bisnis Baru di Era Revolusi Industri 4.0. Jakarta: Jurnal
Enterpreneur.
Alfian. 2021. Pengertian Digitalisasi Bisnis, Digital Marketing, dan Contohnya. Jakarta:
Katalisnet.
Abdhul, Yusuf. 2021. Revolusi Industri 4.0 dan Tantangannya Bagi Millenials.
Yogyakarta: Deepublish.