DISUSUN OLEH :
AMALIA RAHAYU
Kesehatan merupakan modal bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia
dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Globalisasi yang marak dikampanyekan dalam semua lini sebagai tantangan maupun
ancaman juga merambah wilayah kesehatan yang merupakan salah satu unsur kesejahteraan
umum, oleh karena itu perlunya kesiapan kita sebagai tenaga kesehatan khusus nya dalam
bidang kesehatan masyarakat untuk menghadapi tantangan globalisasi tersebut agar kita tidak
tertinggal dengan adanya pengaruh globalisasi tersebut.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat bagi pihak pembaca atas pengetahuan lebih
lanjut tentang dampak globalisasi di bidang kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Globalisasi di Bidang Kesehatan
Kata Globalisasi berasal dari bahasa inggris yaitu Globalization, yaitu gabungan dari
kata global yang berarti mendunia dan lization yang berarti proses. Secara umum globalisasi
adalah suatu proses yang menyeluruh atau mendunia dimana setiap orang tidak terikat oleh
negara atau batas-batas wilayah, artinya setiap individu dapat terhubung dan saling bertukar
informasi dimanapun dan kapanpun melalui media elektronik maupun cetak.
Semakin berkembangnya zaman menuju era globalisasi dan perdagangan bebas, berefek
pada perdagangan baik itu perdagangan jasa maupun perdagangan barang. Dalam hal ini
sistem kesehatan juga ikut terkena dampaknya yaitu keterlibatan perdagangan bebas dalam
hal perdagangan jasa kesehatan. Dalam perdagangan jasa kesehatan sendiri secara
internasional diatur oleh WTO (World Trade Organization) karena tenaga kesehatan dalam
dianggap sebagai tenaga kesehatan sehingga regulasinya diatur oleh badan internasional yang
mengurusi masalah ketenagakerjaan ini.
Adapun bentuk-bentuk perdagangan jasa dalam dunia internasional yang sekarang
sedang marak dilakukan adalah:
Cross border trade didefinisikan sebagai transaksi jasa kesehatan dimana antara dokter
dan pasien tidak bertemu secara langsung atau tatap muka.
Commercial presence diartikan sebagai munculnya rumah sakit atau penyedia kesehatan
dengan kepemilikan dari asing. Istilah kasarnya adalah pihak asing/luar negeri mulai
membuat jasa pelayanan kesehatan ke suatu negara.
d. Natural Presence
Natural presence diartikan sebagai keberadaan alami suatu tenaga kesehatan di negara
lain. Dalam bahasa sederhananya adalah tenaga-tenaga kesehatan yang bekerja di luar negeri.
Tercatat bawa negara-negara Asia tenggara, termasuk Indonesia, merupakan negara yang
paling banyak mengirimkan tenaga kesehatannya keluar negeri terutama ke negara-negara
Timur Tengah. Hal ini terjadi karena kesempatan untuk mendapatkan gaji lebih baik di luar
negeri dan bagi negara luar negeri, tenaga kerja Indonesia merupakan tenaga kerja yang
murah.
· Akan semakin memperparah maldistribusi dan kekurangan tenaga kesehatan. Dengan
semakin terbukanya jalur dan kesempatan di luar negeri maka para tenaga kesehatan
Indonesia akan cenderung untuk mencoba kesempatan ke luar negeri karena mendapatkan
prospek karir dan gaji lebih baik sehingga Indonesia yang sudah kekurangan tenaga
kesehatan akan semakin parah kekurangan tenaga kesehatannya.
· Dampak dari adanya commercial presence secara positif adalah pelayanan kesehatan yang
semakin baik di Indonesia karena kerjasama pemerintah dibantu oleh sektor swasta yang akan
memperbaiki dan menambah mutu pelayanan kesehatan di Indonesia.
Dampak negatif dari hal ini adalah bahwa seluruh dokter nantinya akan terus beralih dari
sektor publik ke sektor swasta sehingga tenaga kesehatan yang bekerja untuk pemerintah
akan berkurang.
Ada beberapa contoh mengenai dampak globalisasi pada sektor kesehatan, seperti:
1) Meningkatnya mobilitas profesional kesehatan dari suatu negara ke suatu negara lain
2) Meningkatanya mobilitas konsumen kesehatan (pasien) yang pergi ke luar negri untuk
mendapatkan perawatan medis
3) Meningkatnya perusahaan asing dan perusahaan asuransi asing di dalam negeri
Fenomena ini juga terjadi di Indonesia. Salah satu faktor pemicu globalisasi kesehatan di
Indonesia adalah dengan adanya AFTA 2010. AFTA merupakan singkatan dari ASEAN
Free Trade Area yang dibuat pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke IV di Singapura
pada tahun 1992. Tujuan dibuatnya AFTA, tentu saja baik, negara – negara di kawasan Asia
Tenggara telah bersepakat untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka
meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional Asia Tenggara sekaligus menjadikan
Asia Tenggara menjadi salah satu pihak yang berpengaruh pada perdagangan dunia.
AFTA pada kenyataannya tidak hanya mengedepankan satu aspek saja, setidaknya ada
lebih dari 12 sektor yang disentuh AFTA, termasuk sektor kesehatan. Praktek AFTA sendiri
sebenarnya sudah dimulai pada tahun 2003 untuk 6 negara pendiri ASEAN (Indonesia,
Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunnei Darussalam) sedangkan pada tahun 2010
AFTA mulai berlaku pula pada negara – negara lain yang tergabung dalam ASEAN seperti
Kamboja, Laos, Myannmar, dan Vietnam.
Banyak masyarakat Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri, seperti Singapura.
Bahkan lebih dari 50% pasien dari salah satu rumah sakit di Singapura adalah orang
Indonesia. Maraknya rumah sakit asing atau praktek pelayanan kesehatan asing juga
menjamur di Indonesia.
Peranan AFTA meluas di berbagai sektor kehidupan. Sektor kesehatan hanya salah satu
sektor dari 12 sektor yang dijamah AFTA. Sudah semestinya kalau kita menanggapi AFTA
ini dengan positif, sebagai sebuah tantangan baru yang mengajak dunia kesehatan Indonesia
untuk giat berkompetisi menuju ke arah perkembangan yang lebih baik.
Tindakan kompetisi tersebut, dapat dimulai dari sumber daya tenaga kesehatan terlebih
dahulu, atau dengan kata lain, mulailah dengan kualitas manusianya. Salah satu usaha untuk
menciptakan sumber daya yang berkualitas adalah dengan memenuhi standar kompetensi
minimum internasional seperti yang telah ditetapkan oleh The Institue for International
Medical Education (IIME) yang meliputi tujuh butir aspek standar kompetensi minimum
yang disebut sebagai Global Minimum Essential Requirements (GMER) yang meliputi:
1) Professional values, attitudes, behavior and ethics (nilai profesional, perilaku,
kepribadian dan etika)
2) Scientific foundation of medicine ( pondasi medis yang scientific)
3) Clinical skills (ketrampilan medis)
4) Communication skills (ketrampilan komunikasi)
5) Population health and health systems (populasi kesehatan dan sistem kesehatan)
6) Management of information (manajemen informasi)
7) Critical thinking and research. (berpikir kritis dan penelitian)
GMER ini menuntut kompetensi yang tidak hanya mencakup segi keilmuan yang kuat,
namun juga terkait dengan penguasaan soft skill (komunikasi, profesionalitas, perilaku, dan
etika) yang mumpuni (mahir). Nampaknya yang menjadi solusi penting untuk mencapai
ketujuh butir kompetensi minimal di atas adalah dengan mengembangkan sumber daya
tenaga kesehatan melalui sistem pendidikan yang baik. Melalui sistem pendidikan yang
mencakup aspek – aspek di atas, setiap tenaga kesehatan mulai disiapkan untuk berkompetisi
di masa mendatang.
Selain memperbaiki kualitas sumber daya manusianya, perlu juga diperbaiki kualitas
sistemnya, seperti sistem Rumah Sakit misalnya, terdapat pergeseran mengenai konsep dan
kebijakan rumah sakit pada fase pra globalisasi dan di era globalisasi sebagai berikut:
Pra Globalisasi
1) RS adalah Lembaga Sosial
2) Anggaran dari Pemerintah
3) Pembayaran Langsung
4) Sistem Pembayaran fee for service
5) Upaya lebih ditekankan pada kuratif dan rehabilitatif
6) Terpisah dari sistem pelayanan medik wilayah Dati II
7) Kebijakan standar untuk semua RS
8) Manajemen mutu bukan inti kegiatan
9) Berorientasi pada dokter
Era Globalisasi
a. Meningkatnya mobilitas profesional dari suatu negara ke negara yang lain.
b. Meningkatnya teknologi terhadap peralatan medis yang menunjang pengobatan
terhadap pasien.
c. Meningkatnya perusahaan asing dan perusahaan asuransi asing di dalam negeri.
3.1 Kesimpulan
Datangnya era globalisasi tidak dapat dan memang tidak perlu dicegah, yang lebih
penting adalah bagaimana menyikapi dampak positif dan mencegah dampak negatifnya.
Usaha peningkatan kompetensi individual dan daya saing nasional merupakan pilihan utama
agar pelayanan kesehatan Indonesia tetap kukuh sebagai tuan rumah di negara sendiri.
3.2 Saran
Mautaf, Sherin. “Dampak Positif dan Negatif Globalisasi Bagi Kesehatan”. Diakses 16
November 2016. https://brainly.co.id/tugas/36726
Imam, Aang. “Apa itu Globalisasi? Ini Pengertian, Penyebab, dan Dampak Globalisasi”
Diakses 16 November 2016. http://www.kuliah.info/2015/05/apa-itu-globalisasi-ini-
pengertian.html