DISUSUN OLEH:
STEP 1
TERMINOLOGI
1. G3P2A0
G3 yang berarti Gravida (kehamilan) dan angka 3 artinya kehamilan yang ketiga.
P2 yang berarti Partus (persalinan) dan angka 2 artinya sudah pernah melahirkan 2
kali.
A0 yang berarti Abortus (keguguran) dan angka 0 artinya belum pernah.
2. Hamil aterm adalah istilah untuk menunjukkan usia kehamilan normal, di mana janin
di perut anda lahir dengan tepat saat memasuki usia kehamilan 39-40 minggu.
3. Tanda vital adalah sekelompok dari empat hingga enam tanda-tanda medis paling
penting yang menunjukkan status fungsi vital tubuh.
5. His (kontraksi) adalah serangkaian kontraksi rahim yang teratur, yang secara bertahap
akan mendorong janin melalui serviks (rahim bagian bawah) dan vagina (jalan lahir),
sehingga janin keluar dari rahim ibu.
6. Portio merupakan mulut rahim. Normalnya portio tidak teraba di mulut vagina, tetapi
memang bisa diraba dengan pemeriksaan dalam. Bagian menonjol yang anda raba
dari dekat mulut vagina perlu dipastikan kembali apakah portio/benjolan karena
penyebab lainnya.
7. Effacement (penipisan serviks) sebelum persalinan, bagian baah rahim yang disebut
serviks biasanya berukuran 3,5 cm-4 cm. Saat persalinan dimulai, serviks akan
melunak, memendek dan menipis.
8. APGAR penilaian yang diberikan oleh dokter/bidan pada setiap bayi yang baru lahir.
Penilaian APGAR didasarkan pada penampilan (warna tubuh bayi), detak jantung,
refleks bayi seperti meringis, aktivitas (nada otot) dan pernafasan. Skor berkisar dari
1-10, dan diambil pada 1 dan 5 menit setelah kelahiran.
9. Involusi uterus adalah kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan. Proses ini di mulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-
otot polos uterus. Salah satu komponen involusi adalah penurunan fundus uteri.
10. Episiotomy adalah pembedahan di daerah otot antara vagina dan anus (perineum) saat
melahirkan. Prosedur episiotomi ini biasanya dilakukan saat ibu hamil melahirkan di
rumah sakit dan bukan melahirkan di rumah.
STEP 2
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa itu persalinan?
2. Apa saja tanda persalinan?
3. Apa saja factor yang mempengaruhi perasalinan?
4. Istilah dalam persalinan?
5. Tahap-tahapan dalam persalinan normal?
6. Asuhan kebidanan pasca persalinan?
7. Jenis persalinan?
8. Tanda-tanda kelahiran?
9. Apa saja perubahan fisik yang akan dialami menjelang persalinan?
10. Apa yang perlu dilakukan sejak merasa mulas?
11. Apa penyebab keluar lendir darah dari jalan lahir?
12. Apa yang mempengaruhi involusi uterus?
13. Bagaimana cara mendapatkan kehamilan aterm?
STEP 3
ANALISIS MASALAH
1. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
11. Faktor-faktor yang berhubungan dengan involusi uterus pada ibu nifas adalah
kontraksi, mobilisasi dan nutrisi, dan yang tidak berhubungan adalah paritas.
Analisi multivariate dari keempat variable yaitu (laktasi, mobilisasi, nutrisi,
dan paritas) ternyata tidak ada pengaruh signifikan dengan involusi uterus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses involusi uterus adalah laktasi,
mobilisasi, gizi/nutrisi dan paritas; oksitosin yang dihasilkan dari proses
laktasi akan menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus.
Mobilisasi akan membantu otot rahim bekerja dengan baik sehingga
kontraksi uterus berjalan normal. Masa nifas membutuhkan tambahan kalori
sebesar 500kkal/hari untuk menunjang proses laktasi dan involusi uterus.
Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi paritas maka makin cepat
pengeluaran lochea tetapi karena fungsi otot rahim ibu multipara sudah
menurun, maka proses involusi akan berjalan lambat. (Cuningham, 2007
12. Merupakan tanda khusus pembukaan saat melahirkan. Kondisi ini
disebabkan oleh adanya robekan pada dinding mulut rahim karena tekanan
dari janin yang mencari jalan keluar.
DEFINISI
TUJUAN TANDA-TANDA
EVIDANCE BASED
PADA PERSALINAN PROSES DAN
TAHAPAN
PERSALINAN
DEFINISI NORMAL FAKTOR-
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
EPISIOTOMI
SEBAB-SEBAB
MEKANISME
MULANYA
PERSALINAN
PERSALINAN
FAKTOR PENYEBAB
DILAKUKAN
EPISIOTOMI
ASUHAN YANG
DIBERIKANN
PADA KALA I, II,
III, IV
EVALUASI ASUHAN
ASUHAN SAYANG IBU
PERSALINAN
DEFINISI MACAM-
MACAM
STEP 5
A. Definisi
B. Tanda-tanda
C. Proses dan tahapan
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi
E. Sebab-sebab mulanya persalinan
F. Asuhan yang diberikan pada kala I, II, III, IV
a) Evaluasi asuhan persalinan
b) Asuhan sayang ibu
Definisi
Macam-macam
G. Mekanisme persalinan
H. Episiotomy
a) Definisi
b) Faktor penyebab dilakukan episiotomy
I. Evidence based pada persalinan
J. Tujuan persalinan normal
STEP 6
LEARNING OBJECTIVES
A. DEFINISI
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawirohardjo,
2005).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 – 42 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai
(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan serviks ( membuka dan
menipis ) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (JNPK-KR, 2010 : 37).
B. TANDA-TANDA
Tanda Tanda Persalinan
a. Berikut ini adalah tanda-tanda persalinan sudah dekat:
1) Lightening
Pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi
sudah masuk pintu atas panggul yang disebebkan oleh:
b. Tanda-tanda Persalinan
1) Fase laten
Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai
berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga
pembukaan tiga sampai empat sentimeter atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8
jam. Selama fase ini presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.
2) Fase aktif
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi komplit dan
mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari 3 -4 cm hingga 10 cm dan
berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama
akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan.
(2) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm
(3) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2
Pada kala I tugas penolong adalah mengawasi dan menanamkan semangat kepada ibu
bahwa proses persalinan adalah fisiologis tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada
penolong. Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada indikasi.
Apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau berjalan-jalan. Jika berbaring,
sebaiknya ke sisi terletaknya punggung janin. Jika ketuban sudah pecah, wanita tersebut
dilarang berjalan-jalan harus berbaring. Periksa dalam pervaginam dilarang, kecuali ada
indiksi, karena setiap pemeriksaan akan membawa infeksi, apalagi jika dilakukan tanpa
memperhatikan sterilitas. Pada kala pembukaan dilarang mengedan karena belum waktunya
dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu. Biasanya, kala I berakhir apabila pembukaan
sudah lengkap sampai 10 cm.
Depkes RI (2002), beberapa tanda dan gejala persalinan kala II adalahIbu merasakan ingin
meneran bersamaan terjadinya kontraksi, Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum
atau vaginanya, perineum terlihat menonjol , vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka,
peningkatan pengeluaran lendir darah.
Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira- kira 2-3
menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada
otot -otot dasar panggul yang secara reflektoris timbul rasa mengedan, karena tekanan pada
rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala
janin mulai terlihat, vulva membuka dan perenium meregang. Dengan his mengedan yang
terpimpin akan lahirlah kepala dengan diikuti seluruh badan janin.
Pada permulaan kala II, umumnya kepala janin telah masuk P.A.P ketuban yang menonjol
biasanya akan pecah sendiri. Apabila belum pecah, ketuban harus dipecahkan. His datang
lebih sering dan lebih kuat, lalu timbulla his mengedan. Penolong harus telah siap untuk
memimpin persalinan.
lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada.
Mulut dikatup.
2. Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring ke arah terdapatnya punggung
janin dan hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah atas. Apabila kepala janin
telah sampai di dasar panggul, vulva mulai terbuka (membuka pintu), rambut kepala
kelihatan. Setiap kali his, kepala lebih maju, anus terbuka, perinium meregang. Penolong
harus menahan perinium dengan tangan kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril
supaya tidak terjadi robekan (ruptur perinei). Pada primigravida, dianjurkan melakukan
episiotomi.
Episiotomi dilakukan jika perinium menipis dan kepala janin tidak masuk lagi ke
dalam vagina, yaitu dengan jalan mengiris atau menggunting perinium.
Ada 3 arah irisan, yaitu medialis, mediolateralis dan lateralis. Tujuan episiotomy
adalah supaya tidak terjadi robekan perinium yang tidak teratur dan robekan pada
spinchter ani yang jika tidak dijahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan
inkontinensia alvi. Selanjutnya yaitu Ekspresi Kristeller dengan mendorong fundus uteri
sewaktu ibu mengedan, tujuanya membantu tenaga ibu untuk melahirkan kepala (jarang
digunakan karena dapat menyebabkan ruptur uteri, atonia uteri, trauma organ-organ
dalam perut, dan solusio plasenta.
Ketika perinium meregang dan menipis, tangan kiri penolong menekan bagian
belakang kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perinium. Dengan ujung-ujung jari
tangan kanan, dicoba mengait dagu janin untuk di dorong pelan-pelan ke arah simfisis.
Dengan pimpinan yang baik dan sabar, lahirlah kepala dengan ubun-ubun kecil
(suboksiput) di bawah simfisis sebagai hipomoklion, kemudian secara berturut-turut
tampaklah bregma (ubun-ubun besar), dahi, muka dan dagu. Perhatikan apakah tali pusat
melilit leher, kalau ada, lepaskan. Kepala akan mengadakan putaran ke salah satu paha
ibu. Lahirkan bahu depan dengan menarik kepala ke arah anus (bawah), lalu bahu
belakang dengan menarik pelan-pelan ke arah simfisis (atas). Melahirkan badan, bokong,
dan kaki lebih mudah, yaitu dengan mengait kedua ketiak janin.
Bayi baru lahir yang sehat dan normal akan segera menangis, menggerakkan
kaki dan tanganya. Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, kira-kira membuat sudut
30 derajat dengan bidang datar. Mulut dan hidung dibersihkan, dan lendir diisap dengan
pengisap lendir, tali pusat di klem pada 2 tempat: 5 dan 10 cm dari umbilikus, lalu
digunting diantaranya. Ujung tali pusat pada bayi diikat dengan pita atau benang atau
klem plastik sehingga tidak ada pendarahan.
Lakukan pemeriksaan ulang pada ibu: kontraksi atau palpasi rahim, kandung
kemih penuh atau tidak. Kalau penuh, kandung kemih harus dikosongkan sebab dapat
menghalangi kontraksi rahim dan menyulitkan kelahiran uri.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus
uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa
saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit plasenta
terlepas, terdorong ke dalam vagina akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas
simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 -30 menit setelah bayi
lahir. Pengeluaran plasenta disertai pe ngeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2002).
Manajemen aktif kala III meliputi pemberian oksitosin dengan segera, pengendalian
tarikan pada tali pusat, dan pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir. Jika menggunakan
manajemen aktif dan plasenta belum lahir juga dalam waktu 30 menit, periksa kandung
kemih dan lakukan kateterisasi, periksa adanya tanda pelepasan plasenta, berikan oksitosin
10 unit (intramuskular) dosis ketiga, dan periksa si ibu dengan seksama dan jahit semua
robekan pada serviks dan vagina kemudian perbaiki episiotomi (Moh. Wildan dan A. Alimul
H, 2008).
4. Kala IV
Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam. Periksa fundus uteri setiap
15 menit pad jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak
kuat massase uterus sampai menjadi keras. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua. Selain
itu perawat juga menganjurkan untuk minum agar mencegah dehidrasi. Higene juga perlu
diperhatikan, istirahat dan biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu
dan bayi. Sebagai permulaan dengan menyusui bayi karena menyusui dapat membantu uterus
berkontraksi. (Moh. Wildan dan A. Alimul H, 2008).
a. SOAP
b. SOAPIER
G. MEKANISME PERSALINAN
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan dengan
ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat kepala melewati panggul.mekanisme ini
sangat di[erlukan mengingat diameter janin yang lebih besar harus berada pada satu garis
lurus dengan diameter paling besar dari panggul (Sumarah, 2008 : 88).
Adapun gerakan – gerakan dalam mekanisme persalinan adalah sebagai berikut :
a. Engagement : janin berada setinggi spina iskiadika ibu.
b. Desent : gerakan janin ke bawah.
c. Fleksi : gerakan kepala janin yang menduduki ke depan sehingga dagunya
merapat pada dada.
d. Rotasi interna : gerakan rotasi kepala yang memudahkan pelintasan kepala
melewati spina iskiadika atau setelah melewati Hodge III (setinggi spina)
atau setelah didasar panggul.
e. Ekstensi : gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpi
langsung pada margo inferior simpisis pubis.
f. Rotasi eksterna : kepala janin melakukan gerakan rotasi dari posisi
anteropos terior kembali ke posisi diagonal atau melintang.
g. Ekspulsi : kelahiran bagian tubuh janin lainnya (Anita Lockhart, 2014:52).
H. EPISIOTMI
a) DEFINISI
Episiotomy adalah insisiyang dibuat paa vagina dan perineum untuk memperlebar
bagian lunak jalan lahir sekaligus memperpendek jalan lahir. Dengan demikian,
persalinan lebih cepat dan lancar (Manuaba, 2007).
Pada saat bersalin ibu mebutuhkan energy yang besar, oleh karena itu jika ibu
tidak makan dan minum untuk beberapa waktu atau ibu yang mengalami
kekurangan gizi dalam proses persalinan akan cepat mengalami kelelahan
fisiologis, dehidrasi dan ketosis yang dapat menyebabkan gawat janin.
Ibu bersalin kecil kemungkinan menjalani anastesi umum, jadi tidak ada alasan
untuk melarang makan dan minum.
Efek mengurangi/mencegah makan dan minum mengakibatkan pembentukkan
glukosa intravena yang telah dibuktikan dapat berakibat negative terhadap janin
dan bayi baru lahir oleh karena itu ibu bersalin tetap boleh makan dan minum. Hal
ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larence 1982, Tamow-mordi
Starw dkk 1981, Ruter Spence dkk 1980, Lucas 1980.
d) Tindakan episiotomy
Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin dilakukan terutama
pada primigravida. Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin ini tidak boleh
dilakukan secara rutin pada proses persalinan karena:
Asrinah et al., 2010. Yudianta et al, 2015. Judha et al.,2012. Mujahidah, 2012.