Pendidikan Inklusif 2d95e4e9
Pendidikan Inklusif 2d95e4e9
ABSTRAK
Uraian singkat tentang pendidikan inklusif adalah pendidikan yang ramah
untuk semua anak, dengan sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak
berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama
teman-teman seusianya. Sejarah pendidikan inklusif di dunia pada mulanya
diprakarsai dan diawali dari negara-negara Scandinavia (Denmark, Norwegia,
Swedia), Amerika tahun 1960-an, Inggris dalam Ed.Act. 1991, selanjutnya deklarasi
Bangkok tahun 1994 mencetuskan perlunya pendidikan inklusif, di Indonesia tahun
2004 lalu tahun 2005 di8adakan simposium Internasional di Bukit Tinggi. Tujuan
Pendidikan inklusif di antaranya memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31 sedangkan
yang melandasi pendidikan inklusif adalah filosofis, yuridis, dan empirik.
3. Landasan Empiris
a. Deklarasi Hak Azasi Manusia, 1948
b. Konvensi Hak Anak, 1989
c. Konferensi dunia tentang Pendidikan untuk semua, 1990
d. Resolusi PBB nomor 48/49 tahun 1993 tentang persamaan kesempatan bagi orang
berkelainan.
e. Pernyataan Salamanca tentang pendidikan inklusi, 1994
f. Komitment Dakar mengenai Pendidikan untuk semua, 2000
g. Deklarasi Bandung (2004) dengan komitmen “Indonesia menuju pendidikan
inklusif,”
h. Rekomendasi Bukittinggi (2005), bahwa pendidikan yang inklusif dan ramah
terhadap anak seyogyanya dipandang sebagai :
1) sebuah pendekatan terhadap peningkatan kualitas sekolah secara menyeluruh
yang akan menjamin bahwa strategi nasional untuk semua adalah benar-benar
untuk semua
2) sebuah cara untuk menjamin bahwa semua anak memperoleh pendidikan dan
pemeliharaan yang berkualitas di dalam komunitas tempat tinggalnya sebagai
bagian dari program- program untuk perkembanganusia dini anak, pra sekolah
dasar dan menengah, terutama mereka yang pada saat ini masih belum diberi
kesempatan untuk memperoleh pendidikan di sekolah umum atau masih
rentan terhadap marginalisasi dan eksklusi
3) sebuah kontribusi terhadap pengembangan masyarakat yang menghargai dan
menghormati perbedaan individu semua warga negara.
Disamping itu juga menyepakati rekomendasi berikut ini untuk lebih
meningkatkan kualitas sistem pendidikan di Asia dan benua-benua lainnya :
1) inklusi seyogyanya dipandang sebagai sebuah prinsip fundamental yang
mendasari semua kebijakn nasional
2) konsep kualitas seyogyanya difokuskan pada perkembangan nasional,
emosional dan fisik, maupun pencapaian akademik lainnya
3) sistem asesmen dan evaluasi nasional perlu direvisi agar sesuai dengan
prinsip-prinsip non diskriminasi dan inklusi serta konsep kualitas
sebagaimana telah disebutkan di atas
4) orang dewasa seyogyanya menghargai dan menghormati semua anak, tanpa
memandang perbedaan karakteristik maupun keadaan individu, serta
seharusnya pula memperhatikan pandangan mereka
5) semua kementrian seyogyanya berkoordinasi untuk mengembangkan strategi
bersama menuju inklusi
6) Demi menjamin pendidikan untuk semua melalui kerangka sekolah yang
ramah terhadap anak, maka masalah non diskriminasi dan inklusi harus diatasi
dari semua dimensi, dengan upaya bersama yang terkoordinasi antara
lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah, donor, masyarakat,
berbagai kelompok local, orang tua, anak maupun sektor swasta
7) semua pemerintah dan organisasi internasional serta organisasi non
pemerintah, seyogyanya berkolaborasi dan berkoordinasi dalam setiap upaya
mencapai keberlangsungan pengembangan masyarakat inklusif dan
lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran bagi semua anak.
8) Pemerintah seyogyanya mempertimbangkan implikasi sosial maupun
ekonomi bila tidak mendidik semua anak, dan oleh karena itu dalam
manajemen sistem informasi sekolah harus mencangkup semua anak usia
sekolah
9) Program pendidikan pra- jabatan maupun pendidikan dalam jabatan guru
seyogyanya direvisi guna mendukung pengembangan praktek inklusi sejak
pada tingkat usia pra sekolah hingga usia-usia di atasnya dengan menekankan
pada pemahaman secara holistik tentang perkembangan dan belajar anak
termasuk pada intervensi dini
10) Pemerintah (pusat, propinsi, dan local) dan sekolah seyogyanya membangun
dan memelihara dialog dengan masyarakat, termasuk orang tua, tentang nilai-
nilai sistem pendidikan yang non – diskriminatifdan inklusif
DAFTAR PUSTAKA
Ashman, A. & Elkins,J.(1994).Educating Children With Spercial Needs. New York :
Prentice Hall.
Baker,E.T.(1994). Metaanalysis enidence for non- inclusive Educational practices.
Disertasi. Temple University.
Colley, Helen.(2003).Mentoring for Social Inclusion, London : Routledge Falmer.
Fish,J.(1985). Educational opportunities for All. London : Inner London Educational
Authority.
Johnsen,Berit H dan Miriam D.Skjorten.(2003) Pendidikan Kebutuhan khusus;
Sebuah Pengantar, Bandung : Unipub.
O’Neil,J.(1994/1995).Can inclusion work.A Conversation With James Kauffman and
Mara Sapon-Shevin. Educational Leadership. 52(4) 7-11.
Skidmare, David.(2004). Inclusion the Dynamic of School Development. New York :
Open University Press.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
UNESCO.(1994).The Salamanca Statement and Framework For Action on Special
Needs Education. Paris : Auth
BIODATA PENULIS
Nenden Ineu Herawati adalah dosen pada Universitas Pendidikan Indonesia dpk. UPI
Kampus Cibiru Bandung. Penulis menyelesaikan pendidikan pada jenjang magister
(S-2) Pendidikan Luar Biasa Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.