Anda di halaman 1dari 13

HARMONISASI

Perubahan PMK 131


Tentang Kawasan Berikat

TANGGAL 7 MEI 2021

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


Kementerian Keuangan RI
LATAR BELAKANG & TUJUAN PERUBAHAN

1. Memberikan penegasan sekaligus kepastian hukum terkait


Subyek dan obyek Pajak atas probis Kawasan Berikat
2. Mendorong kemudahan berusaha bagi Reputable Trader
3. Memberikan penegasan dan keseragaman implementasi
atas pengaturan PMK-131 di lapangan

Pengaturan RPMK Perubahan PMK 131:


Pasal dan Ayat Perubahan terdiri dari :
a. 10 Pasal : terdiri atas7 Pasal penyempurnaan dam 3 Pasal Baru
b. 36 Ayat : Tambahan Baru

2 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


Kem enterian Keuangan RI
POKOK-POKOK PERUBAHAN
1. Penegasan Ketentuan Perpajakan Proses Bisnis penyerahan barang milik Subyek Pajak Luar
Negeri ke KB dan dari KB:
a. Penegasan ketentuan pemasukan dan pengeluaran BKP milik SPLN
b. Penegasan saat terutang PPN atau PPN dan PPnBM
c. Penegasan Ketentuan bunga pajak
2. Menegaskan beberapa ketentuan perpajakan yang sering dispute di lapangan:
a. Akses IT Inventory Oleh DJP
b. Penegasan “tidak perlu pembuatan FP” untuk pemasukan barang yang bukan penyerahan ke KB
c. Dasar pembuatan FP 07 dan pembuktian barang masuk ke KB
d. Penegasan mengenai Pengkreditan
e. Penegasan cara perhitungan PPN atas pengeluaran dari KB
f. Penegasan Ketentuan pemusatan PPN
g. Penegasan atas pengecualian pembayaran Pajak atas pengeluaran Barang Modal lebih dari 4 tahun
h. Reformulasi pembekuan ijin KB
i. Perlakuan perpajakan atas KB yang dicabut izinnya
3. Menegaskan Penggunaan Corporate Guarantee oleh KB
• Mengakomodir Kawasan Berikat yang memiliki sertifikasi sebagai Reputable Trader (AEO dan MITA)

3 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


Kem enterian Keuangan RI
POKOK-POKOK PERUBAHAN
No Pengaturan Pokok-Pokok Pengaturan

1 Penegasan kegiatan Pemasukan :


pemasukan/pengeluaran 1. Barang Asal Impor (Pasal 20)
barang milik Subyek Pajak • Ayat 3a dan 3b : Kebijakan Perpajakan pemasukan barang milik SPLN ke KB dari Luar
Luar Negeri (SPLN) Daerah Pabean
2. Barang Asal TLDDP (Pasal 21)
• Ayat 3a dan 3b : Kebijakan Perpajakan pemasukan barang milik SPLN ke KB dari
TLDDP
Pengeluaran :
1. Barang Asal Impor (Pasal 24)
• Ayat 2b : Penegasan ketentuan pelunasan Bea Masuk dan PDRI dan PPN atau PPN
dan PPnBM dalam negeri untuk barang milik SPLN yang dikeluarkan ke TLDDP
• Ayat 2c : Penegasan saat terutang yaitu saat “pengeluaran barang”
• Ayat 2d : Bunga perpajakan hanya akan dikenakan ketika pelunasan tidak dipenuhi
pada saat pengeluaran barang.
• ayat 4a, 4b, 4c : Penegasan kewajiban pelunasan atas PPN atau PPN dan PPnBM atas
barang milik SPLN yang dibebankan pelunasannya kepada penerima barang (TLDDP)
dan dapat dikreditkan

4 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


Kem enterian Keuangan RI
POKOK-POKOK PERUBAHAN
No Pengaturan Pokok-Pokok Pengaturan

2. Barang Asal TLDDP (Pasal 25)


• Ayat 2b : Penegasan ketentuan pelunasan PPN atau PPN dan PPnBM
dalam negeri untuk barang milik SPLN yang dikeluarkan ke TLDDP
• Ayat 2c : Penegasan saat terutang yaitu saat “pemasukan barang”
• Ayat 2d : Pengenaan bunga perpajakan dihitung dari saat terutang (pada
saat pemasukan sd pengeluaran).
• Ayat 4a, 4b, 4c : Penegasan kewajiban pemungutan atas PPN atau PPN dan
PPnBM (“keluaran”) berdasarkan harga jual thd penyerahan BKP milik
SPLN ke TPLDDP yang dibebankan pelunasannya kepada penerima barang
(TLDDP) dan dapat dikreditkan

5 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


Kem enterian Keuangan RI
Penyempurnaan Transaksi Subyek Pajak Luar Negeri

Before After
SPLN membeli barang
ke KB/TLDDP &
SPLN membeli ba rang ke
EKSPOR meminta barang dikirim
EKSPOR 1
1 KB/TLDDP & memi nta ke KB untuk diproduksi
ba rang diki rim ke KB untuk 3 sebelum diekspor
3 diproduksi sebel um SPL
SPLN di ekspor KB A/TLDDP
N
2 mengirimkan barang ke
2 KB A/TLDDP mengi ri mkan KB B untuk diolah lebih
ba rang ke KB B untuk 1
1
diolah lebih lanjut sebel um lanjut sebelum diekspor
di ekspor KIRIM 3 KB B
KIRIM
3
KB B mengekspor mengekspor/mengirim
/mengirim barang ke SPLN
2 barang ke SPLN
2

1. Atas pemasukan barang


Ketentuan Perpajakan :
TLDDP
dari KB A ke KB B
TLDDP
“Karena KB A / TLDDP tidak menggunakan BC 27
KIRIM
KIRIM mengirimkan langsung barang SPLN dan tidak dipungut PPN
ke LN (tidak ada PEB), maka KB (FP 07)
A/TLDDP wajib memungut PPN 2
2 kepada SPLN dengan menerbitkan
2. Atas pemasukan barang
FP 01” dari TLDDP ke KB B
menggunakan BC 40
dan tidak dipungut PPN
(FP 07)

Kawasan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
6 Berikat
Kem enterian Keuangan RI
Transaksi Subyek Pajak Luar Negeri (Barang antar KB)

TLDDP
3
EKSPOR

SPLN JUAL LOKAL

TLDDP
2 4
1
KIRIM

1. SPLN membeli barang ke KB A.


2. KB A mengirim barang ke KB B dengan BC 2.7 disertai FP 07 untuk diolah
lebih lanjut.
3. Dalam hal KB B melakukan ekspor, PPN yang tidak dipungut di poin 2 tidak
perlu dilunasi kembali.
4. Dalam hal KB B menjual ke TLDDP, KB B wajib membayar BM dan PDRI
yang ditangguhkan dan melunasi PPN yang tidak dipungut di poin 2. Saat
terutang PPN adalah saat pengeluaran barang dari KB B ke TLDDP sehingga
tidak dikenai sanksi perpajakan dalam hal dilunasi tepat waktu (saat
pengeluaran).

7 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


Kem enterian Keuangan RI
Transaksi Subyek Pajak Luar Negeri (Barang asal TLDDP)

TLDDP
3
EKSPOR

SPLN JUAL LOKAL

TLDDP
4
1

KIRIM

2 1. SPLN membeli barang ke TLDDP


2. TLDDP mengirim barang ke KB B dengan BC 4.0 disertai FP 07 untuk
diolah lebih lanjut. saat terutang PPN adalah saat pemasukan ke KB B.
3. Dalam hal KB B melakukan ekspor, PPN yang terutang/tidak dpungut
TLDDP di poin 2 tidak perlu dilunasi.
4. Dalam hal KB B menjual ke TLDDP, KB B harus melunasi PPN yang
terutang/tidak dipungut di poin 2 dan
5. Atas Penjualan Kembali ke TLDDP Dikenai sanksi perpajakan dihitung
sejak saat terutang pada pemasukan ke KB B di poin 2.

Kawasan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
8 Berikat
Kem enterian Keuangan RI
POKOK-POKOK PERUBAHAN
No Pengaturan Pokok-Pokok Pengaturan
2 Penegasan beberapa aturan Perpajakan yang sering dispute di Lapangan

a. Akses IT Inventory Oleh Pasal 15 huruf c : “mendayagunakan teknologi informasi untuk pengelolaan
DJP pemasukan dan pengeluaran barang (IT inventory) yang merupakan subsistem dari
sistem informasi akuntansi yang akan menghasilkan informasi laporan keuangan dan
dapat diakses untuk kepentingan pemeriksaan dan/atau pengawasan pemenuhan
kewajiban perpajakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta Direktorat
Jenderal Pajak”

b. Penegasan “tidak perlu • Pasal 20 ayat (4)


pembuatan FP” untuk • Pasal 21 ayat (2)
pemasukan barang yang
bukan penyerahan ke KB

c. Dasar pembuatan FP 07 • Pasal 21 ayat (5) huruf a : Sebelumnya adalah Faktur Pajak 07 terbit terlebih dahulu
dan pembuktian barang dan kemudian dibuktikan dengan BC 4.0, sekarang BC 4.0 terbit terlebih dahulu
masuk ke KB diikuti Faktur Pajak 07. Faktur Pajak 07 dapat diakui jika barang telah terbukti
masuk (SPPD)
9 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kem enterian Keuangan RI
POKOK-POKOK PERUBAHAN
No Pengaturan Pokok-Pokok Pengaturan
d. Penegasan saat terutang • Pasal 24 ayat (1a) : Saat terutang pengeluaran barang impor dari KB ke TLDDP
PPN atau PPN dan PPnBM yaitu saat pengeluaran
• Pasal 24 ayat (1c) : Saat terutang pengeluaran barang milik SPLN eks impor dari
KB ke TLDDP yaitu saat pengeluaran
• Pasal 25 ayat (1a) : Saat terutang pengeluaran barang asal lokal dari KB ke TLDDP
yaitu saat pengeluaran
• Pasal 25 ayat (1c) : Saat terutang pengeluaran barang milik SPLN eks lokal dari KB
ke TLDDP yaitu saat pemasukan
e. Pengenaan Bunga Pasal 24 ayat (1d) dan Pasal 25 ayat (1d) : bunga dikenakan sesuai ketentuan
perpajakan dihitung dari saat terutang
f. Penegasan mengenai • Pasal 24 ayat (2) : PDRI yang dilunasi dapat dikreditkan “pada masa pajak
Pengkreditan dilakukanntya pengeluaran barang”
• Pasal 24 ayat (2a) : PDRI atas pengeluaran barang milik SPLN tidak dapat
dikreditkan
• Pasal 25 ayat (3) : PPN DN (pemasukan) yang dilunasi dapat dikreditkan “pada masa
pajak dilakukanntya pengeluaran barang”
• Pasal 25 ayat (3a) : PPN DN (pemasukan) yang dilunasi milik SPLN tidak dapat
dikreditkan

10 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


Kem enterian Keuangan RI
POKOK-POKOK PERUBAHAN
No Pengaturan Pokok-Pokok Pengaturan

g. Penegasan cara - Pasal 29A Penegasan cara menghitung besarnya PPN atau PPN dan PPnBM atas
perhitungan PPN atas pengeluaran barang : Harga jual yang berlaku pada saat barang dikeluarkan.
pengeluaran dari KB - Pasal 29B Penegasan dasar penghitungan BM dan PDRI atas barang milik SPLN:
- BM : nilai pabean & tarif sesuai dengan harga jual pada saat pengeluaran
- PDRI : harga jual pada saat pengeluaran barang

h. Pemusatan PPN Pasal 29C mengatur mengenai Pemusatan PPN:


- Ayat (1) dan ayat (2), Penegasan atas pengeluaran dari KB ke cabang di TLDDP,
wajib melunasi BM, Cukai, PDRI dan/atau PPN PPnBM yang pada saat pemasukan
tidak dipungut (tidak wajib memungut PPN atas pengeluarannya/bukan termasuk
penyerahan BKP sesuai ayat 8).
- Ayat (3) Pengecualian ketentuan pemusatan PPN dalam hal barang milik SPLN.
- Ayat (9) Penegasan atas Pemasukan dari cabang ke KB tidak terutang PPN dan
tidak dibuatkan Faktur Pajak.

i. Pengecualian pembayaran • Pasal 30 ayat (1) sudah mengatur mengenai pengecualian kewajiban melunasi BM,
Pajak atas pengeluaran CUkai, PDRI yang saat pemasukan ditangguhkan/tidak dipungut atas barang
Barang Modal lebih dari 4 mmodal yag dipakai lebih dari 4 tahun eks impor.
tahun • Pasal 30 ayat (1a) Penegasan pengecualian kewajiban melunasi PPN atau PPN dan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
11
PPnBM yang saat pemasukan tidak dipungut atas barang modal
Kem enterian yangRIdipakai lebih
Keuangan
POKOK-POKOK PERUBAHAN
No Pengaturan Pokok-Pokok Pengaturan

j. Reformulasi Reformulasi Pasal 42 dengan penegasan dasar melakukan pembekuan


pembekuan ijin KB dilakukan berdasarkan:
a. Penelitian, pemeriksaan dan/atau hasil audit DJBC.
b. Rekomendasi DJP
Serta Sharing informasi keputusan pembekuan ke DJP

k. Perlakuan perpajakan Pasal 45 ayat (5) huruf c dan ayat (5a), Penegasan untuk melunasi PPN atau
atas KB yang dicabut PPN dan PPnBM dalam negeri atas barang eks TLDDP yang masih berada di
izinnya KB yang dicabut izinnya dan dasar pengenannya.

3 Penggunaan Corporate Reformulasi Pasal 51 :


Guarantee di KB - Perusahaan yang telah mendapatkan penetapan bisa menggunakan
CG, langsung menaruhkan jaminan ke KPPBC
- Perusahaan lainnya dapat mengajukan permohonan ke Kanwil

12 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


Kem enterian Keuangan RI
One Size Does Not Fit All

TERIMA KASIH

13 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


Kementerian Keuangan RI

Anda mungkin juga menyukai