Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS ASEAN BANKING INTEGRATION FRAMEWORK (ABIF) UNTUK

KINERJA PERBANKAN DI ASEAN


(Studi Perbankan pada Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand Tahun
2012 - 2014)

Haris Ahmad Hasan


Suhadak
Sri Sulasmiyati
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
E-mail: harisahmadhasan@gmail.com

ABSTRACT

ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) is a banking integration framework created to support
implementation of ASEAN Economic Community (AEC). Indonesian banking readiness will be assessed base
on the analysis of indicator and financial ratio. The research objective is to analyze readiness Indonesian
banking comparing with Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand to facing ABIF. Type of this research
is explanatory research with quantitative approach. The research sampel is use full sample. The sample is
three largest banks assets in 2014 from each country. Data analysis technique base on the distribution of data
using the Kolmogorov-Smirnov Test. This research use ANOVA test and Kruskal Wallis test. The results show
there are significantly different in the CAR, NIM, EEA, LDR, ROA, ROE, and AGR banking in the Philippines,
Indonesia, Malaysia, Singapore, and Thailand. The results also show there are no significantly different in
the CAR, RORA, NPL, and LOA banking in five countries. Average of financial ratios CCA, RORA, NIM,
ROA, and ROE Indonesian banking are better than in the four other countries. CAR, NPL, EEA, LOA, LDR,
and AGR Indonesian banks are less well than the other four countries.

Keyword : ABIF, ASEAN Banking Financial Performance, ANOVA, Kruskal Wallis

ABSTRAK

ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) merupakan kerangka integrasi perbankan yang diciptakan
ASEAN untuk mendukung pelaksanan ASEAN Economic Community (AEC). Kesiapan perbankan Indonesia
akan dinilai berdasarkan analisis indikator dan rasio keuangan terpilih. Tujuan penelitian ini untuk melakukan
analisis kesiapan perbankan Indonesia dibandingkan dengan negara Filipina, Malaysia, Singapura, dan
Thailand dalam menghadapi ABIF. Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research dengan
pendekatan kuantitatif. Sampel penelitan ini menggunakan sampel jenuh. Sampel penelitian adalah tiga bank
yang memiliki aset terbesar pada tahun 2014 pada masing – masing negara. Teknik analisis data yang
digunakan berdasarkan pada distribusi data yang di uji menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Penelitian
ini menggunakan uji ANOVA dan uji Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan pada rasio CCA, NIM, EEA, LDR, ROA, ROE, dan AGR perbankan di negara Filipina,
Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan signifikan pada rasio CAR, RORA, NPL, dan LOA perbankan pada kelima negara. Rata – rata
rasio keuangan CCA, RORA, NIM, ROA, dan ROE perbankan Indonesia lebih baik dari pada keempat negara
lainnya. Rasio CAR, NPL, EEA, LOA, LDR, dan AGR perbankan Indonesia masih kurang baik dibandingkan
keempat negara lainnya.

Kata Kunci : ABIF, Kinerja Keuangan Perbankan ASEAN, ANOVA, Kruskal Wallis

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 34 No. 1 Mei 2016| 19


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
PENDAHULUAN pembaharuan regulasi untuk mendorong industri
Era globalisasi ekonomi menciptakan perbankan yang lebih prudential.
kesepakatan kerjasama perdagangan internasional Tahun 1976 ASEAN melalui lima negara
maupun regional. Negara – negara yang tergabung pendiri, yaitu : Filipina; Indonesia; Malaysia;
di wilayah Asia Tenggara menciptakan Association Singapura; dan Thailand mendirikan ASEAN
of Southeast Asian Nations (ASEAN) sebagai Bankers Association (ABA) sebagai wadah bagi
kesepakatan kerjasama regional. Tahun 2015 perbankan ASEAN untuk melakukan pendidikan
ASEAN menyepakati berlakunya ASEAN dan mempromosikan praktik perbankan terbaik di
Economic Community (AEC). AEC diciptakan kelasnya diantara anggota ASEAN. Penelitian ini
untuk mentransformasikan ASEAN menjadi sebuah akan menggunakan enam indikator keuangan, yaitu
regional dengan perpindahan barang, pelayanan, : Capital Risk; Assets Quality; Operating
investasi, modal, dan tenaga kerja ahli yang bebas Efficiency; Liquidity Risk; Profitability; dan
di antara anggota ASEAN (ASEAN Secretariat, Growth untuk mengukur kinerja perbankan dan
2014:4). tingkat persaingannya (Cornett, Evren, and Hassan,
ASEAN Banking Integration Framework 2002). Studi perbandingan penelitian dilakukan
(ABIF) diciptakan ASEAN sebagai pendukung pada perbankan di lima negara pendiri ASEAN,
integrasi keuangan dalam AEC melalui sektor yaitu : Filipina; Indonesia; Malaysia; Singapura;
perbankan. Tujuan utama dari ABIF adalah untuk dan Thailand tahun 2012 - 2014.
mencapai pasar perbankan lebih terintegrasi yang Penelitian ini akan menilai kinerja keuangan
dipelopori oleh Qualified ASEAN Bank (QABs). bank di Indonesia melalui indikator – indikator
ABIF menentukan lima kriteria umum untuk bank keuangan yang akan dibandingkan dengan negara
agar dapat diterima menjadi QABs, yaitu : Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
pegelolaan baik (well managed); kecukupan modal Indikator keuangan perbankan Indonesia
tinggi (well capitalised); direkomendasikan oleh dibandingkan dengan empat negara lainnya
otoritas terkait (recommended by authorities); lulus dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana kinerja
ketentuan Basel (ketentuan hukum dan perbankan keuangan perbankan di Indonesia dalam
anggota G-20); dan merupakan bank domestik yang menghadapi ABIF melalui QABsnya. Peneliti juga
dinilai penting di negara asalnya (Bank Indonesia, akan memberikan evaluasi dan gambaran objektif
2014). atas kinerja perbankan Indonesia.
Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas perbankan
di Indonesia telah mengeluarkan dua peraturan KAJIAN PUSTAKA
dalam menciptakan stabilitas di sektor perbankan Perbankan ASEAN
secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah Perkembangan perekonomian dan perdagangan
menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dunia, mendorong ASEAN untuk melakukan
dan rencana implementasi Basel II. API merupakan berbagai kerjasama untuk memperkuat
suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia perekonomian regional. Tahun 2014 ABIF
yang bersifat menyeluruh dan melakukan diciptakan guna mendukung integrasi sektor
perubahan tatanan industri perbankan dalam target, keuangan ASEAN melalui sektor perbankan. ABIF
waktu, dan cara tertentu. Ketentuan Basel II memberikan prioritas untuk mempromosikan
merupakan ketentuan perhitungan modal yang pembangunan sektor keuangan dan pertumbuhan
bersifat lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive) ekonomi regional yang lebih tinggi, dan
serta memberikan insentif terhadap peningkatan menekankan pada prinsip – prinsip yang inklusif,
kualitas penerapan manajemen risiko di bank (Bank transparansi dan resiprokal (Asean Secretariat,
Indonesia, 2014). 2015). Proses implementasi ABIF, masing - masing
Sektor perbankan sebagai lembaga keuangan bank sentral ASEAN akan merumuskan kerjasama
yang menghimpun dana dan menyalurkan dana ABIF secara multilateral, yang diikuti dengan tahap
memiliki peran yang besar dalam menggerakkan perjanjian bilateral antara anggota sesuai dengan
sektor rill melalui instrumen keuangan perbankan. azas resiprokal.
Apabila sektor perbankan mengalami masalah,
maka akan memberikan dampak buruk pada Penilaian Kinerja Perbankan
perekonomian suatu negara. Menghindari hal Penilaian kinerja suatu bank merupakan
tersebut masing – masing otoritas keuangan dan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik,
moneter negara di ASEAN yang terkait, diharapkan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank,
terus berupaya melakukan pengawasan dan Bank Indonesia, dan otoritas jasa keuangan selaku
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 34 No. 1 Mei 2016| 20
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
otoritas pengawas bank. Penilaian kesehatan bank rasio menunjukkan kemampuan permodalan bank
tersebut didasari oleh semakin pesatnya yang baik.
perkembangan perbankan yang berpengaruh pula b. Capital Adequacy Ratio (CAR)
pada peningkatan kompleksitas usaha bank dan 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙
= 𝑋 100 %
meningkatnya risiko yang dimiliki bank. Perubahan 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛𝑠 𝑎𝑛𝑑 𝑆𝑒𝑐𝑢𝑟𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
kompleksitas usaha dan profil risiko bank serta Rasio ini untuk mengukur kemampuan
perubahan metodologi penilaian kondisi bank yang permodalan bank dalam menutup kemungkinan
diterapkan secara internasional akan mempengaruhi kerugian yang diakibatkan dari perkreditan dan
sistem penilaian tingkat kesehatan bank yang perdagangan surat – surat berharga lainnya, jadi
berlaku saat ini (PBI No. 6/10/PBI/2004). semakin tinggi rasio ini menunjukkan kemampuan
permodalan bank yang baik dan semakin kecil
Analisis Indikator dan Rasio Keuangan kemungkinan kebangkrutan bank.
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu
teknik analisa untuk membantu mengevaluasi 2. Indikator Assets Quality
laporan keuangan perusahaan dengan Analisis indikator kualitas aset akan
menghubungkan dua data keuangan dengan angka - menghitung kualitas aktiva produktif bank terpilih.
angka didalam atau antara laba-rugi dan neraca Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur kualitas
(Syamsuddin, 2013:37). Analisis rasio ini bertujuan komponen aktiva produktif yang di klarifikasikan
untuk mengevaluasi posisi dan keadaan keuangan dibandingkan dengan total aktiva produktif. Aktiva
serta hasil - hasil operasi perusahaan pada periode produktif yang diklasifikasikan berupa kredit yang
tertentu. Rasio keuangan sangat penting bagi diberikan oleh bank dan mengukur pula seberapa
berbagai pihak yang melakukan penilaian besar tingkat aktiva produktif yang mempunyai
perusahaan bedasarkan laporan keuangan yang risiko kerugian akibat kredit bermasalah. Indikator
dipublikasikan. kualitas produktif diprosikan : (Cornett, Evren, and
Penggunaan suatu rasio akan lebih efektif jika Hassan, 2002)
dilakukan secara komparatif. Rasio dapat a. Return on Risk Assets (RORA)
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis = 𝑋 100 %
(cross-sectional) dan atau dapat dilakukan dengan 𝑇𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛+𝑆𝑒𝑐𝑢𝑟𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur
perusahaan sendiri dari waktu ke waktu (time
kemampuan bank dalam menciptakan pendapatan
series). Penelitian ini akan mengukur kinerja bank
operasional dalam kegiatan perkreditan dan
yang diproksikan dengan rasio – rasio keuangan
investasi jangka pendek, jadi semakin tinggi rasio
bank. Penggunaan rasio keuangan disesuaikan
menunjukkan kualitas aktiva produktif yang baik.
dengan indikator kinerja keuangan yang
b. Non Performing Loan (NPL)
dikembangkan Cornett, Evren, and Hassan (2002) 𝑁𝑜𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑖𝑛𝑔 𝐿𝑜𝑎𝑛
dan peneliti lainnya. Pengukuran indikator =
𝑇𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛𝑠
𝑋 100 %
keuangan bank tersebut adalah sebagi berikut : Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur
1. Indikator Capital Risk seberapa besar kualitas aktiva produktif bank
Analisis indikator risiko modal pada bank lebih terhadap banyaknya kredit bermasalah, jadi
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana dan semakin rendah rasio ini menunjukkan kualitas
seberapa besar modal yang dimiliki bank untuk aktiva produktif yang baik.
menunjang usahanya. Penilaian ini juga penting
bagi otoritas moneter negara sebagai alat penilaian 3. Indikator Operating Efficiency
apakah bank memenuhi syarat terhadap kecukupan Analisis indikator efisiensi operasional
modal yang telah ditentukan. Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi operasional
kecukupan modal diproksikan dengan rasio : bank yang bersangkutan. Pengukuran dilakukan
(Cornett, Evren, and Hassan, 2002) melalui perhitungan pada pendapatan suku bunga
a. Core Capitas Assets (CCA) dan biaya overhead yang dikeluarkan perusahaan
𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟′ 𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 terhadap margin keuntungan. Indikator efisiensi
=
𝑇𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝑋 100 % operasional diprosikan : (Cornett, Evren, and
Rasio ini untuk mengukur kemampuan Hassan, 2002)
permodalan yang dimiliki bank dalam menutup a. Net Interest Margin (NIM)
kemungkinan penurunan aktivanya akibat kerugian 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
yang tidak dapat dihindarkan, jadi semakin tinggi = 𝑋 100 %
𝑇𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 34 No. 1 Mei 2016| 21


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Rasio ini mengukur kemampuan bank dalam Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam
menghasilkan net interest income dari pengelolaan mengelola aktiva yang dimilikinya untuk
aktiva produktif bank. NIM dihasilkan dari selisih menghasilkan laba, jadi semakin tinggi rasio ini
antara penerimaan bunga dan pembayaran bunga menunjukkan hasil profitabilitas yang baik.
dibagi aktiva produktif, jadi semakin tinggi nilai b. Return on Equity (ROE)
rasio NIM bank maka hasilnya semakin baik. 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
= 𝑋 100 %
b. Employee Expenses to Total Assets (EEA) 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙
𝑆𝑎𝑙𝑎𝑟𝑦 𝑎𝑛𝑑 𝐸𝑚𝑝𝑙𝑜𝑦𝑒𝑒 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡𝑠 Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam
= 𝑋 100 % menghasilkan laba ditinjau terhadap equity capital,
𝑇𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Rasio digunakan untuk mengukur efisiensi bank jadi semakin tinggi rasio ini menunjukkan hasil
dalam mengendalikan pengeluaran biaya profitabilitas yang semakin baik.
operasional tenaga kerja dan tunjangan -
tunjangannya yang diberikan. Semakin rendah rasio 6. Indikator Growth
ini berarti menunjukkan efisiensi operasionalnya Analisis terhadap indikator pertumbuhan bank
lebih baik. dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar
perubahan aset bank yang menggambarkan bahwa
4. Indikator Liquidity Risk bank tersebut tumbuh. Pertumbuhan tersebut
Analisis indikator risiko likuiditas dimaksudkan diakibatkan dari ekspansi kredit dan bertambahnya
untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank dana dari masyarakat pada bank tersebut.
untuk mampu membayar hutang – hutangnya dan Pengukuran pertumbuhan bank diproksikan dengan
membayar kembali kepada deposannya serta dapat rasio : (Cornett, Evren, and Hassan, 2002)
memenuhi kredit yang diajukan oleh debiturnya a. Assets Growth Rate (AGR)
tanpa terjadi penangguhan. Indikator risiko 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑠𝑡𝑡 − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑡−1
likuiditas diprosikan : (Cornett, Evren, and Hassan,
= 𝑋 100 %
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑡−1
2002) Rasio ini menunjukkan bagaimana perubahan
1. Loan To Assets (LOA) aset pada bank. Semakin tinggi rasio menunjukkan
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛𝑠 pertumbuhan aset bank yang lebih baik.
= 𝑋 100 %
𝑇𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Rasio ini untuk mengukur tingkat risiko Hipotesis
likuiditas bank sehubungan dengan pemberian H1: Terdapat perbedaan signifikan pada indikator
kredit kepada debitur dengan aset yang tersedia, jadi capital risk perbankan di negara Filipina,
semakin rendah rasio ini menunjukkan tingkat Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
risiko likuiditas bank yang baik. H2: Terdapat perbedaan signifikan pada indikator
2. Loan To Deposit Ratio (LDR) assets quality perbankan di Filipina, Indonesia,
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛𝑠
= 𝑋 100 % Malaysia, Singapura, dan Thailand.
𝑇𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡 H3: Terdapat perbedaan signifikan pada indikator
Rasio ini untuk mengukur tingkat kemampuan operating efficiency perbankan di negara
bank dalam membayar kewajiban kepada deposan Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan
bank yang telah menanamkan dananya dengan cara Thailand.
menarik dana kredit di masyarakat, jadi semakin H4: Terdapat perbedaan signifikan pada indikator
tinggi rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank liquidity risk perbankan di negara Filipina,
yang lebih baik. Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
H5: Terdapat perbedaan signifikan pada indikator
5. Indikator Profitability profitability perbankan di negara Filipina,
Analisis indikator profitabilitas digunakan Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
untuk mengukur kemampuan bank dalam H6: Terdapat perbedaan signifikan pada indikator
menghasilkan laba selama periode tertentu dan growth perbankan di negara Filipina,
untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
dalam menjalankan operasional bank. Tingkat
profitabilitas bank diproksikan dengan rasio :
(Cornett, Evren, and Hassan, 2002)
a. Return on Assets (ROA)
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
= 𝑋 100 %
𝑇𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 34 No. 1 Mei 2016| 22


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
METODOLOGI PENELITIAN bagaimana cara mendeskripsikan, menjabarkan,
Jenis Penelitian atau menguraikan data agar mudah dipahami.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskripsi ini akan menjelaskan masing – masing
penelitian eksplanatori (explanatory research) rasio keuangan sebagai proksi kinerja keuangan
menggunakan pendekatan kuantitatif. bank – bank di negara Filipina, Indonesia, Malaysia,
Populasi dan Sampel Singapura, dan Thailand. Kinerja keuangan kelima
Populasi dan sampel dalam penelitian ini negara akan terlihat pada nilai rata – rata (mean)
adalah 3 (tiga) bank komersial (commercial banks) pada masing – masing rasio. Hasil tersebut masih
domestik/lokal yang memiliki jumlah aset terbesar membutuhkan pengujian hipotesis lebih lanjut
di negara Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, untuk menguji perbedaan kinerja keuangan
dan Thailand pada tahun 2014. Teknik sampling perbankan.
yang digunakan adalah teknik sampling jenuh.
Berdasarkan metode sampling jenuh, didapatkan 2. Uji Normalitas
jumlah sampel (n) sebanyak 15 sampel (3 bank x 5 Siregar (2013:153) menjelaskan bahwa uji
negara = 15 sampel) lihat tabel 1. normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah
populasi data berdistribusi normal atau tidak.
Tabel 1. Hasil Perolehan Sampel Bank Terbesar Di Metode Kolmogorov-Smirnov test prinsip kerjanya
ASEAN membandingkan frekuensi komulatif distribusi
Total Assets teoritik dengan frekuensi komulatif distribusi
Negara Bank
(Million USD) empirik (observasi). Uji Kolmogorov-Smirnov test
BDO Unibank 40,001 dilakukan dengan tingkat signifikansi ∝ = 5%.
Metropolitan Apabila P value > 5% berarti menerima H 0 dan
39,018
Filipina Bank & Trust
menolak Ha. Hipotesis pada uji normalitas sebagai
Bank of the
31,127 berikut:
Philippine Island
Bank Mandiri 62,846 Ho : Data berdistribusi normal.
Bank Rakyat Ha : Data tidak berdistribusi normal.
Indonesia 58,948
Indonesia
Bank Central Asia 40,547 3. Uji ANOVA
Malayan Bank 151,254 Ghozali (2011:68) menjelakan bahwa ANOVA
Malaysia CIMB 97,833 merupakan teknik analisis yang berfungsi untuk
Public Bank 81,667 membedakan rata – rata lebih dari dua kelompok
DBS Bank 316,412 data dengan cara membandingkan variansnya.
Singapura OCBC Bank 288,093 ANOVA juga menguji hubungan antara satu
United Overseas variabel dependen dengan satu atau lebih variabel
220,246 independen. Tes yang dilakukan dalam melakukan
Bank
Bangkok Bank 77,821 uji ANOVA, antara lain :
Thailand Krung Thai Bank 77,242 1. Test of Homogeneity of Variance digunakan
Siam Commercial untuk menguji apakah kelima sampel mempunyai
76,124
Bank variance yang sama dengan melihat tingkat
Sumber : Laporan Keuangan bank tahun 2014 probabilitas. Jika probabilitas (Sig) > 5% maka H0
diterima, yaitu tidak ada perbedaan varian. Uji
Teknik Pengumpulan Data Welch atau Brown Forsythe akan digunakan untuk
Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah mengoreksi uji ANOVA bila Test of Homogeneity
teknik dokumentasi. Dokumen yang diambil dalam of Variance gagal. Keputusan diambil jika
penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan probabilitas (Sig) > 5%, maka H0 diterima;
(annual report). Laporan tahunan yang digunakan 2. ANOVA digunakan untuk meguji apakah
adalah pada masing – masing bank terpilih di negara kelima sampel mempunyai rata – rata (mean) yang
Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan sama. Uji parametrik statistik ANOVA dilakukan
Thailand tahun 2012 - 2014. dengan tingkat signifikansi ∝ = 5%. Jika P value >
5% berarti menerima H 0 dan menolak Ha. Hipotesis
Teknik Analisis Data uji Kruskal Wallis sebagai berikut :
1. Statistik Deskriptif Ho : Kelima rata – rata populasi adalah sama.
Siregar (2013:2) menjelaskan bahwa statistik Ha : Kelima rata – rata populasi tidak sama.
deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 34 No. 1 Mei 2016| 23
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Uji Normalitas
4. Uji Kruskal Wallis Uji normalitas digunakan dalam penelitian ini
Wibisono (2009:647) menjelaskan bahwa uji untuk mengetahui apakah data bedistribusi normal
Kruskal Wallis digunakan untuk menguji H0 apakah atau tidak. Metode yang digunakan untuk uji
tiga atau lebih distribusi populasi yang kontinu normalitas adalah Kolmogorov-Smirnov Test. Tabel
memiliki rata – rata sama atau sebanyak k contoh 3. Menunjukkan hasil uji normalitas, yaitu bahwa
bebas berasal dari populasi yang identik. Uji ini untuk indikator rasio CCA, CAR, NPL, EEA, LOA,
merupakan alternatif uji F yang menguji kesamaan LDR, dan AGR uji hipotesis yang digunakan adalah
nilai rata – rata dalam analisis ragam bila distribusi uji parametrik uji ANOVA. Indikator rasio RORA,
data tidak normal. Uji Kruskal Wallis dilakukan NIM, ROA, dan ROE akan menggunakan uji non
dengan tingkat signifikansi ∝ = 5%. Jika P value > parametrik Kruskal Wallis.
5% berarti menerima H 0 dan menolak Ha. Hipotesis
uji Kruskal Wallis sebagai berikut : Tabel 3. Uji Normalitas
Ho : Kelima rata – rata populasi adalah sama. Kolmogorov-Smirnova
Keterangan
Ha : Kelima rata – rata populasi tidak sama. Statistic df Sig.
CCA .144 15 .200 Normal
HASIL DAN PEMBAHASAN CAR .152 15 .200 Normal
Statistik Deskriptif RORA .298 15 .001 Tidak Normal
Tabel 2 menggambarkan bahwa pada seluruh
NPL .095 15 .200 Normal
indikator rasio kinerja keuangan perbankan kelima
NIM .271 15 .004 Tidak Normal
negara terdapat perbedaan, namun untuk menguji
EEA .150 15 .200 Normal
hipotesis akan dilakukan pengujian hipotesis lebih
LOA .210 15 .074 Normal
lanjut. Analisis deskriptif ini menunjukkan bahwa
LDR .214 15 .062 Normal
untuk rasio – rasio CCA, RORA, NIM, EEA, ROA,
dan ROE perbankan Indonesia lebih baik dari pada ROA .269 15 .005 Tidak Normal

perbankan Filipina, Malaysia, Singapura, dan ROE .249 15 .013 Tidak Normal

Thailand. Analisis deskriptif ini juga menunjukkan AGR .190 15 .151 Normal

bahwa untuk rasio NPL, CAR, LOA, LDR, dan Sumber : Diolah peneliti dari SPSS 22, 2015
AGR perbankan Indonesia kurang baik dari pada
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
perbankan Filipina, Malaysia, Singapura, dan
1. Indikator Capital Risk
Thailand. Pengujian H 1 dilakukan untuk menguji
perbedaan indikator capital risk melalui rasio CCA
Tabel 2. Statistik Deskriptif Kinerja Keuangan dan CAR antara perbankan Filipina, Indonesia,
Perbankan Di ASEAN Malaysia, Singapura dan Thailand. Data indikator
Filipi Indone Malay Singap Thail rasio keuangan CCA dan CAR menunjukkan data
Indikator na sia sia ura and berdistribusi normal. Analisis hipotesis pada uji ini
Mean Mean Mean Mean Mean
CCA 10.13 12.40 7.99 8.75 9.89
menggunakan uji parametrik ANOVA.
CAR 15.65 16.21 15.30 16.89 16.13 Hasil pengujian rasio CCA menolak H0 dan
RORA 2.39 5.40 2.03 1.99 2.32 menerima H1, yaitu terdapat perbedaan signifikan
NPL 1.68 1.29 1.69 1.01 2.35 pada indikator capital risk rasio CCA perbankan di
NIM 3.43 6.77 2.68 1.71 2.81 negara Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura
EEA 1.065 1.513 0.689 0.551 0.842 dan Thailand. Tingkat CCA berperan penting pada
LOA 54.59 61.47 65.21 57.82 64.73
penanganan kemungkinan kebangkrutan dan
LDR 68.49 79.55 88.70 85.66 91.11
ROA 1.57 4.11 1.37 1.06 1.58 membantu menjalankan kelanjutan bisnis, karena
ROE 14.86 29.31 16.94 11.91 16.30 menekankan besarnya modal inti yang diberikan
AGR 19.59 16.16 11.69 10.39 11.63 oleh pemegang saham. Perbankan Indonesia
Keterangan : hijau – tertinggi, kuning – terendah memiliki tingkat CCA tertinggi yang
dan data dalam bentuk persen (%) mengindikasikan modal yang diberikan oleh
Sumber : Data diolah peneliti, 2015 pemegang saham juga tinggi. Semakin tinggi
tingkat CCA maka kemampuan permodalan
perbankan juga semakin baik.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 34 No. 1 Mei 2016| 24


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Hasil pengujian raiso CAR menerima H 0 dan sedikit kurang baik kualitas asetnya dibandingkan
menolak H1 , yaitu tidak terdapat perbedaan perbankan Singapura (lihat tabel 2).
signifikan pada indikator capital risk rasio CAR
perbankan di negara Filipina, Indonesia, Malaysia, 3. Indikator Operating Efficiency
Singapura dan Thailand. Tingkat CAR Pengujian H 3 dilakukan untuk menguji
mengindikasikan kecukupan modal dalam menutup perbedaan indikator operating efficiency melalui
kemungkinan kerugian dari perkreditan dan rasio NIM dan EEA antara perbankan Filipina,
perdagangan surat berharga. Semakin tinggi rasio Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Data
ini maka kemampuan permodalan perbankan yang indikator rasio keuangan NIM menunjukkan data
baik dan semakin kecil kemungkinan kebangkrutan tidak berdistribusi normal dan EEA menunjukkan
bank. Di satu sisi tingkat CAR yang tinggi juga data berdistribusi normal. Indikator rasio NIM akan
mengindikasian banyaknya modal yang tidak dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis dan
terserap untuk keperluan operasional dalam rasio EEA akan menggunakan uji parametrik
menghasilkan laba, sehingga perlunya pembatasan ANOVA.
mengenai besar kecilnya tingkatan CAR sebagai Hasil pengujian rasio NIM menolak H 0 dan
bentuk penggunaan modal yang baik oleh menerima H3, yaitu yaitu terdapat perbedaan
perbankan. Kesimpulan indikator capital risk untuk signifikan pada indikator operating efficiency rasio
rasio CCA perbankan Indonesia yang paling baik NIM perbankan di negara Filipina, Indonesia,
dan rasio CAR kurang baik dari Singapura (lihat Malaysia, Singapura dan Thailand. Perbedaan
tabel 2). tersebut didasarkan pada perbedaan pada tingkat
pendapatan bunga bersih. Semakin tinggi tingkat
2. Indikator Assets Quality NIM menunjukkan semakin efisien manajemen
Pengujian H 2 dilakukan untuk menguji dalam pengelolaan aktiva dan operasionalnya.
perbedaan indikator assets quality melalui rasio Hasil pengujian rasio EEA menolak H 0 dan
RORA dan NPL antara perbankan Filipina, menerima H3, yaitu terdapat perbedaan signifikan
Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Data pada indikator operating efficiency rasio EEA
indikator rasio keuangan RORA menunjukkan data perbankan di negara Filipina, Indonesia, Malaysia,
tidak berdistribusi normal dan NPL menunjukkan Singapura dan Thailand. Tingkat EEA yang tinggi
data berdistribusi normal. Analisis hipotesis non mencerminkan tingkat efisiensi operasional yang
parametrik Kruskal Wallis digunakan untuk rasio rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa biaya
RORA dan uji ANOVA untuk rasio NPL. operasional yang tinggi dan biaya operasional tinggi
Hasil pengujian rasio RORA menerima H 0 dan dapat mengurangi pendapatan yang dihasilkan dari
menolak H2, yaitu yaitu tidak terdapat perbedaan pendapatan bunga dan pendapatan operasional.
signifikan pada indikator assets quality rasio RORA Kesimpulan indikator operating efficiency untuk
perbankan di negara Filipina, Indonesia, Malaysia, rasio NIM perbankan Indonesia memiliki tingkat
Singapura dan Thailand. Perbedaan tercermin pada efisiensi operasional yang paling baik dan untuk
penggunaan aset untuk pemberian kredit dan rasio EEA perbankan Indonesia memiliki tingkat
investasi dalam menghasilakn pendapatan. Semakin efisiensi operasional yang paling tidak baik
tinggi rasio RORA maka semakin baik penggunaan dibandingkan dengan perbankan negara lainnya
aset untuk menghasilkan pendapatan operasional (lihat tabel 2).
yang lebih tinggi.
Hasil pengujian rasio NPL menerima H 0 dan 4. Indikator Liquidity Risk
menolak H2 , yaitu tidak terdapat perbedaan Pengujian H 4 dilakukan untuk menguji
signifikan pada indikator assets quality rasio NPL perbedaan indikator liquidity risk melalui rasio
perbankan di negara Filipina, Indonesia, Malaysia, LOA dan LDR antara perbankan Filipina,
Singapura dan Thailand. Tingkat NPL yang rendah Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Data
mengindikasikan bahwa tingkat kredit macet di indikator rasio keuangan LOA dan LDR
perbankan rendah. Semakin rendah tingkat NPL menunjukkan data berdistribusi normal. Analisis
mencerminkan kualitas aset yang baik yang berarti hipotesis pada uji ini menggunakan uji parametrik
aset untuk perkreditan dapat dilunasi oleh debitur. ANOVA. Rasio LDR tidak lolos Test of
Kesimpulan indikator assets quality untuk rasio Homogeneity of Variance dan Uji Welch atau
RORA perbankan Indonesia memiliki kualitas aset Brown Forsythe, maka uji yang digunakan adalah
terbaik dan untuk rasio NPL perbankan Indonesia uji Kruskal Wallis.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 34 No. 1 Mei 2016| 25


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Hasil pengujian rasio LOA menerima H 0 dan pengelolaan modal ekuitas yang efektif dalam
menolak H4, yaitu tidak terdapat perbedaan menghasilkan laba bersih dan mengendalikan biaya
signifikan pada indikator liquidity risk rasio LOA – biaya. ROE juga mengindikasikan tingginya
perbankan di negara Filipina, Indonesia, Malaysia, pembagian keutungan dari investasi Kesimpulan
Singapura dan Thailand. Tingkat LOA indikator profitability untuk perbankan Indonesia
mengindikasikan besar kecilnya tingkat risiko pada indikator rasio ROA dan ROE adalah paling
perbankan dalam mengelola kredit dari aset. baik di antara negara Filipina, Malaysia, Singapura,
Semakin rendah tingkat LOA maka risiko dan Thailand (lihat tabel 2).
pengelolaan kredit lebih mudah dan tingkat
pelunasan dana dari debitur menjadi tinggi. Hasil uji 6. Indikator Growth
hipotesis LOA juga sebanding dengan uji hipotesis Pengujian H 6 dilakukan untuk menguji
NPL. Hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa perbedaan indikator growth melalui rasio AGR
kemampuan bank dalam menciptakan pendapatan antara perbankan Filipina, Indonesia, Malaysia,
operasional menjadi lebih tinggi, karena kredit Singapura dan Thailand. Data indikator rasio
bermasalah yang rendah yang berarti risiko keuangan AGR menunjukkan data berdistribusi
likuiditas rendah. normal. Indikator rasio AGR akan dilakukan uji
Hasil pengujian rasio LDR menolak H 0 dan parametrik ANOVA.
menerima H4, yaitu yaitu terdapat perbedaan Hasil pengujian rasio AGR menolak H 0 dan
signifikan pada indikator liquidity risk rasio LDR menerima H6, yaitu terdapat perbedaan signifikan
perbankan di negara Filipina, Indonesia, Malaysia, pada indikator growth rasio AGR perbankan di
Singapura dan Thailand. Tingkat LDR paling tinggi negara Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura
adalah perbankan Thailand yang mengindikasikan dan Thailand. Perbedaan ini nampak pada
bahwa kemampuan bank dalam membayar kembali peningkatan aset. Peningkatan nampak pada
kewajibannya kepada deposan juga semakin tinggi. pertumbuhan kredit perbankan. Semakin tinggi nilai
Kesimpulan indikator liquidity risk untuk AGR maka menunjukkan tingkat pertumbuhan
perbankan Indonesia pada indikator rasio LOA yang semakin baik. Kesimpulan indikator growth
adalah tingkat risiko likuiditas kurang baik dan untuk perbankan Indonesia pada rasio AGR adalah
LDR perbankan Indonesia adalah kurang liquid baik karena diatas perbankan Malaysia, Singapura,
(lihat tabel 2). dan Thailand, tetapi dibawah perbankan Filipina
(lihat tabel 2).
5. Indikator Profitability Hasil pembahasan menunjukkan bahwa
Pengujian H 5 dilakukan untuk menguji perbankan Indonesia memiliki kekuatan dan daya
perbedaan indikator profitability melalui rasio ROA saing dalam menghadapi ABIF bersama dengan
dan ROE antara perbankan Filipina, Indonesia, perbankan ASEAN lainnya. Tabel 2 menunjukkan
Malaysia, Singapura dan Thailand. Data indikator bahwa beberapa indikator rasio keuangan
rasio keuangan ROA dan ROE menunjukkan data perbankan Indonesia memiliki kinerja yang lebih
berdistribusi tidak normal. Indikator rasio ROA dan baik dan sebagian juga memiliki kinerja yang
ROE akan dilakukan uji non parametrik Kruskal kurang baik dari pada perbankan Filipina, Malaysia,
Wallis. Singapura, dan Thailand. Bank Indonesia dan
Hasil pengujian ROA menolak H0 dan Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang
menerima H5, yaitu terdapat perbedaan signifikan berwenang atas perbankan nasional memiliki
pada indikator profitability rasio ROA perbankan di kewajiban untuk melakukan perbaikan dan
negara Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura pengembangan perbankan dari sisi kinerja
dan Thailand. Tingginya nilai ROA perbankan keuangan maupun regulasi perbankan. Perbaikan
disebabkan oleh laba perbankan yang tinggi. yang mungkin dapat dilakukan oleh lembaga yang
Semakin tinggi nilai ROA menunjukkan bahwa berwenang antara lain pada sisi permodalan,
kinerja perbankan dalam menghasilkan laba dari efisiensi operasional, dan likuiditas perbankan.
penggunaan aset semakin baik.
Hasil pengujian ROE menolak H0 dan
menerima H5, yaitu terdapat perbedaan signifikan
pada indikator profitability rasio ROE perbankan di
negara Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura
dan Thailand. Tingkat ROE perbankan Indonesia
yang tinggi mengindikasikan kemampuan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 34 No. 1 Mei 2016| 26
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
KESIMPULAN DAN SARAN penggunaan dana dari deposito oleh masing –
Kesimpulan masing perbankan.
1. Pengujian H1 indikator capital risk proksi rasio 5. Pengujian H5 indikator profitability proksi rasio
CCA dan CAR, yaitu terdapat perbedaan ROA dan ROE, yaitu terdapat perbedaan
signifikan pada indikator capital risk rasio signifikan pada indikator profitability rasio
CCA dan tidak terdapat perbedaan signifikan ROA dan ROE perbankan di negara Filipina,
pada rasio CAR perbankan di negara Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Perbedaan tingkat ROA perbankan ASEAN
Perbedaan tingkat CCA perbankan ASEAN karena perbedaan tingkat penggunaan aset
dikarenakan perbedaan jumlah shareholder’s dalam menghasilkan pendapatan laba.
equity yang disetor sebagai modal inti Perbedaan tingkat ROE perbankan ASEAN
perbankan. Tidak terdapat perbedaan tingkat karena perbedaan tingkat penggunaan modal
CAR perbankan ASEAN dikarenakan ekuitas (equity capital) dalam menghasilkan
kecukupan modal yang tersedia untuk menutup laba bersih (net profit).
kemungkinan kebangkrutan bank pada 6. Pengujian H6 indikator growth proksi rasio
tingkatan yang sama. AGR, yaitu terdapat perbedaan signifikan pada
2. Pengujian H2 indikator assets quality proksi indikator growth perbankan di negara Filipina,
rasio RORA dan NPL, yaitu tidak terdapat Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
perbedaan signifikan pada indikator assets Perbedaan tingkat AGR perbankan ASEAN
quality rasio RORA dan NPL perbankan di karena perbedaan petumbuhan aset pada
negara Filipina, Indonesia, Malaysia, masing – masing perbankan ASEAN.
Singapura, dan Thailand. Tidak terdapat Perbedaan juga dikarenakan perbedaan
perbedaan tingkat RORA perbankan ASEAN pertumbuhan tingkat kredit dan besarnya laba
dikarenakan penyaluran kredit dan penyertaan ditahan pada masing – masing berbankan.
investasi yang dilakukan untuk menghasilkan
laba operasional berada pada tingkatan yang Saran
sama. Tidak terdapat perbedaan tingkat NPL a. Bagi Bank Sentral dan otoritas pengawasan
perbankan ASEAN jumlah kredit macet pada bank diharapkan dapat melakukan
perbankan jumlahnya kecil. perencanaan, pengawasan, dan pengaturan
3. Pengujian H3 indikator operating efficiency yang lebih baik terhadap kegiatan perbankan
proksi rasio NIM dan EEA, yaitu Terdapat pada tingkatan regional ASEAN yang berada di
perbedaan signifikan pada indikator operating negaranya, sehingga diharapkan bank – bank
efficiency rasio NIM dan EEA perbankan di dapat memiliki daya saing dan manajemen
negara Filipina, Indonesia, Malaysia, yang berkualitas untuk melaksanakan bisnis
Singapura, dan Thailand. Perbedaan tingkat dan pengembangan perbankan di tingkatan
NIM perbankan ASEAN karena perbedaan ASEAN. Pelaksanaan tersebut juga pada
efisiensi operasional perbankan dalam akhirnya akan membantu meningkatkan
menghasilkan laba bunga bersih (net interest pertumbuhan ekonomi di ASEAN pada
income). Perbedaan tingkat EEA perbankan pelaksanaan ABIF 2020.
ASEAN dikarenakan perbedaan pembayaran b. Bagi perbankan yang ingin mendapatkan izin
kompensasi dan tunjangan oleh perbankan. menjadi Qualified ASEAN Bank (QABs)
4. Pengujian H4 indikator liquidity risk proksi diharapkan untuk melakukan evaluasi
rasio LOA dan LDR, yaitu tidak terdapat mengenenai kinerja keuangan perbankan
perbedaan signifikan pada indikator liquidity bedasarkan penilaian rasio – rasio keuangan
risk rasio LOA dan terdapat perbedaan yang dianggap penting, sehingga dari sisi
signifikan pada indikator liquidity risk rasio perbankan dapat mempersiapkan sumber daya
LDR perbankan di negara Filipina, Indonesia, yang dibutuhkan dan meningkatkan daya saing
Malaysia, Singapura, dan Thailand. Tidak dalam menghadapi ABIF.
terdapat perbedaan tingkat LOA perbankan c. Bagi para peneliti selanjutnya diharapkan untuk
ASEAN karena penggunaan kredit yang dapat menambah jumlah sampel untuk
berasal dari aset jumlahnya pada tingkatan yang keseluruhan bank yang merupakan anggota
sama di masing – masing bank untuk negara ASEAN, sehingga analisis ABIF akan
mengurangi risiko likuiditas. Perbedaan tingkat lebih dalam dan jelas mengenai kinerja
LDR perbankan ASEAN karena perbedaan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 34 No. 1 Mei 2016| 27
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
keuangan masing – masing bank dalam Cornett, Marcia Millon, Evren Ors, and Hassan
menghadapi ABIF. Tehranian. 2002. Bank Performance Around
The Introduction of A Section 20 Subsidiary.
DAFTAR PUSTAKA The Journal of Finance, 62(1) : 1-31
ASEAN Secretariat. 2008. ASEAN Economic
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis
Blueprint. Diakses pada 24 September 2015 Multivariate dengan Program IBM SPSS 19,
dari www.asean.org/archive/5187-10.pdf
Edisi 5. Semarang : Universitas Diponegoro.
ASEAN Secretariat. 2014. Think Globally,
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar
Prospering Regionally: ASEAN Economic
Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba
Community 2015. Jakarta, Indonesia : ASEAN Empat.
Secretariat. Diakses pada 23 September 2015
dari Lee, Choong Lyol and Shinji Takagi. 2013.
http://www.miti.gov.my/miti/resources/fileup Deepening Association of Southeast Asian
load/AECKeyMessagesBooklet.pdf. Nation’s Financial Markets. ADBI Working
Paper Series, 414 : 1-42.
Asian Development Bank. 2013. The Road to
ASEAN Financial Integration. Mandaluyong Packer, Frank and Tarashev,Nikola. 2011. Rating
City, Filipina : Asian Development Bank. Methodologies for Banks. BIS Quarterly
Diakses pada 23 September 2015 dari Review, June 2011, France : Bank for
http://www.adb.org/publications/road-asean- International Settlements.
financial-integration. Samad, Abdus. 2011. Is Capital Inadequacy a Factor
Bank Indonesia, 2004. PBI No. 6/10/PBI/2004 for Bank Failure? Evidence from US
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Banking. Journal of Accounting and Finance,
Bank Umum. 2004. Diakses pada 13 11(4) : 105-110.
September 2015 dari Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parametrik untuk
http://www.bi.go.id/id/peraturan/arsip- Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Bumi
peraturan/perbankan2004/pbi_61004.pdf. Aksara.
Bank Indonesia. 2014. Indonesia Sepakat Syamsuddin, Luqman. 2013. Manajemen Keuangan
Mendukung Integrasi Perbankan ASEAN. Perusahaan. Edisi Baru. Jakarta : Raja
Diakses pada 23 September 2015 dari Grafindo Perkasa
http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-
pers/Pages/sp_1610314.aspx. Wibisono, Yusuf. 2009. Metode Statistik, Edisi
Revisi. Yogyakarta : UGM Press.
Basri, Chatib. 2013. A Tale of Two Crises:
Indonesia's Political Economic. JICA-RI Yamanaka, Takashi. 2014. Integration of The
Working Paper The Second East Asia ASEAN Banking Sector. Newsletter Institute
Miracle? Political Economic of Asian for International Monetary Affairs (IIMA),
Response to the 1997/98 and 2008/09 Crises, 1(2014) : 1-21.
57(2013) : 1-38.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 34 No. 1 Mei 2016| 28


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai