Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Konsep Diri
1. Pengertian
Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan kenyakinan yang
diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Ciri konsep diri menurut Fajariyah (2012).
2. Komponen Konsep Diri
Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan kenyakinan yang
diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Ciri konsep diri menurut Fajariyah (2012) terdiri dari konsep diri yang
positif, gambaran diri yang tepat dan positif, ideal diri yang realitis, harga diri
yang tinggi, penampilan diri yang memuaskan, dan identitas yang jelas.
a. Citra tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak
disadari meliputi persepsi masa lalu atausekarang mengenai ukuran dan bentuk,
fungsi penampilan dan potensi tubuh.Citra tubuh sangat dinamis karena secara
konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalamanpengalaman baru. Citra
tubuh harus realitis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya
individu akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan. Individu yang
menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi dari pada
individu yang tidak menyukai tubuhnya (Suliswati, 2010).
b. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaiman ia seharusnya bertingkah
laku berdasarkan standart pribadi. Standart dapat berhubungan dengan tipe orang
yang diinginkan/ disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih.
Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau penghargaan diri berdasarkan norma-
norma sosial dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri
(Suliswati, 2010).
c. Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiritanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai
orang yang penting dan berharga (Stuart,2013).
d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam
sekelompok sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan
memvalidasi pada orang berarti. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran
yeng berhubungan dengan posisi setiap waktu sepanjang
daurkehidupnya.Hargadiri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang
memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideali diri (Suliswati, 2010).
e. Identitas diri
Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip tersebut
sama artinya dengan otonomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang.
Pembentukan identitas, dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja (Stuart, 2013).
3. Rentang Respon Konsep Diri
Respon Maladaptif Respon Adaptif
Aktualisasi Diri Konsep Diri Positif Harga Diri Rendah Keracunan Identitas depersonalisasi

Keterangan :
a. Aktualisasi diri :Pernyataan konsep diripositif dengan pengalaman
sukses.
b. Konsep diri positif :Mempunyai pengalaman positif dalam
perwujudan dirinya.
c. Harga diri rendah :Perasaan yang negatif pada diri sendiri,
hilangnya percaya diri, tidak berharga lagi, tidak berdaya, dan
pesimis.
d. Keracunan identitas :Kegagalan seseorang untuk mengintegrasikan
berbagai identifikasi masa anak-anak.
e. Dipersonalisasi :Perasaan sulit membedakan diri sendiri dan
merasa tidak nyata dan asing.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep dirinya
sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif (Fajariyah,
2012)
a. Akualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
b. Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
c. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep
diri maladaptif.
d. Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realitis terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.(Fajariyah, 2012) .
B. Konsep Dasar Harga Diri Rendah
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi
negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Fajariyah, 2012).
Sedangkan menurut stuart (2008) Harga diri rendah adalah semua pemikiran,
kepercayaan dan keyakinan yang merupakan pengetahuan individu tentang
dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri terbentuk
waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam
dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia.
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Townsend, 2010).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.Adanya hilang percaya diri, merasa gagal karena karena tidak
mampu mencapai keinginansesuai ideal diri (Keliat, 2008).
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, diceraikan, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban pemerkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba)
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respon mal yang adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada
klien gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.
2. Penyebab Harga Diri Rendah
Harga diri rendah disebabkan karena adanya ketidakefektifan koping
individu akibat kurangnya umpan balik yang positif. Penyebab harga diri rendah
juga dapat terjadi pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan.
Menurut NANDA (2015) faktor yang mempengaruhi harga diri rendah
meliputi faktor Predisposisi dan faktor Presipitasi yaitu :
a. Faktor Predisposisi.
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi penolakan
dari orang tua, seperti tidak dikasih pujian, dan sikap orang tua
yang terlalu mengekang, sehingga anak menjadi frustasi dan merasa
tidak berguna lagi serta merasa rendah diri.
2) Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah juga meliputi ideal diri
seperti dituntut untuk selalu berhasil dan tidak boleh berbuat salah,
sehingga anak kehilangan rasa percaya diri.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal
misalnya ada salah satu anggota yang mengalami gangguan mental
sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri. Pengalaman traumatik
juga dapat menimbulkan harga diri rendah seperti penganiayaan
seksual, kecelakaan yang menyebabkan seseorang dirawat di rumah
sakit dengan pemasangan alat bantu yang tidak nyaman baginya. Respon
terhadap trauma umumnya akan mengubah arti trauma dan kopingnya
menjadi represi dan denial.
3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
Menurut Damayanti (2008) tanda dan gejala pada harga diri rendah yaitu :
a. Data Subjektif
1) Mengintrospeksi diri sendiri.
2) Perasaan diri yang berlebihan
3) Perasaan tidak mampu dalam semua hal.
4) Selalu merasa bersalah
5) Sikap selalu negatif pada diri sendiri
6) Bersikap pesimis dalam kehidupan.
7) Mengeluh sakit fisik.
8) Pandangan hidup yang terpolarisasi.
9) Menentang kemampuan diri sendiri.
10) Menjelek-jelekkan diri sendiri.
11) Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan.
12) Menolak atau menjauh dari umpan balik positif.
13) Tidak mampu menentukan tujuan.
b. Data Obyektif
1) Produktivitas menjadi menurun.
2) Perilaku distruktif yang terjadi pada diri sendiri.
3) Perilaku distruktif yang terjadi pada orang lain.
4) Penyalahgunaan suatu zat.
5) Tindakan menarik diri dari hubungan sosial.
6) Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu.
7) Muncul tanda depresi seperti sukar tidur dan makan
8) Gampang tersinggung dan mudah marah
4. Pohon Masalah

Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial

Harga Diri Rendah

Ketidakefektifan mekanisme koping


Pohon Masalah Harga Diri Rendah menurut Ade Herman (2011)
C. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Friedman,
2010)
2. Tipe Keluarga
a. Keluarga inti (terkait dengan prnikahan ) keluarga yang terbentuk karena
pernikahan, peran sebagai orang tua, atau kelahiran, terdiri atas suami,
istri. anak-anak mereka biologis, adopsi, atau keduannya.
b. Keluarga orientasi (keluarga asal) Unit keluarga tempat seseorang
dilahirkan.
c. Extended family merepaken keluarga inti dan individu terkait lainnyo
(oleh hubungan darah), yang biasanya merupakan anggota keluarga asal
dari salah satu
3. Fungsi Keluarga
Menurut Marlyn M Friedman (2010), fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Fungsi Afektif Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa,
memenuhi kebutuhan psikologi anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan
untuk menjadikan anak sebagai anggota masyarakst yang produkuf serta
memberikan status pada anggota keluarga.
c. Fungsi Reproduksi Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama
beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat. keluarga
inti. Keluarga ini terdiri atas “sanak saudara” dan dapat mencakup nenek atau
kakek, isteri, paman, keponakan, sepupu.
d. Fungsi Ekonomi. Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya,
e. Fungsi perewatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan.
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan
langsung pada setisp keadaan sehat maupun sakit pada klien. Keluarga berperan
dalam menentukan cara atau asuhan yang diperlukan klien di rumah. Masalah
kesehatan keluarga sebenarnya dapat dicegah melalui intervensi dari keluarga
sedini mungkin, pencegnhan dapat dilakukan apabila keluarga memiliki
kemampuan yang berkaitan dengan peran anggota keluarga.
4. Tugas Kesehatan Keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga dapat melaksanakan perawatan atau
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu sebagai
berikut :
a. Mengenal Masalah Kesehatan
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan perubahan
yang dialami okeh anggota keluarganya. Perubahan sekecil apa pun yang dialami
anggota keluarga. secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau
orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahanya.
b. Membuat Keputusan Tindakan Kesehatan Yang Tepat
Tugas mi merupakam upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbengan di antara
anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan sebuah tindakan.
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah
kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka keluarga dapat
meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan tempat tinggalnya.
c. Memberi perawatan pada angpota keluarga yang sakit
Sering kali keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga
masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami
gangguen kesehalan perlu memperoleh tindakan lanjutan ateu perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi
anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu yang lebih
banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu. kondisi
rumah harus dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfeatkan fasilitas
kesehatan yang ada disekitamya. Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta
bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami anggota
keluarganys, schinggn keluargs dapat bebas dari segala macam penyakit.
Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan di
rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat kembali (kambuh).
Peran serta keluarga sejak awal asuhan di rumah sakit akan meningkatkan
kemampuan keluarga merawat klien di rumah, sehingga kemungkinan
kekambuhan dapat di cegah.
D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Alasan Masuk dan faktor presipitasi
c. Faktor Presipitasi
d. Faktor Predisposis
e. Riwayat Kesehatan Dahulu
f. Riwayat Psikososial
g. Riwayat Penyakit Keluarga
h. Pemeriksaan Fisik
i. Psikososial
j. Status Mental
2. Analisa Data
Menurut Carpenito, L.J dan Keliat, BA dalam buku Kartika Sari (2015)
analisa data merupakan pengumpulan data pada pengkajian yang dilakukan secara
sistematis. Analisa dataharga diri rendah kronikdapat diperoleh dari :
a. Data Subjektif
1) Mengintrospeksi diri sendiri.
2) Perasaan diri yangberlebihan.
3) Perasaan tidak mampu dalam semua hal.
4) Selalu merasa bersalah
5) Sikap selalu negatif pada diri sendiri.
6) Bersikap pesimis dalam kehidupan.
7) Mengeluh sakit fisik.
8) Pandangan hidup yang terpolarisasi.
9) Menentang kemampuan diri sendiri.
10) Menjelek-jelekkan diri sendiri.
11) Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan.
12) Menolak atau menjauh dari umpan balik positif.
13) Tidak mampu menentukan tujuan.
b. Data Obyektif
1) Produktivitas menjadi menurun.
2) Perilaku distruktif yang terjadi pada diri sendiri.
3) Perilaku distruktif yang terjadi pada orang lain.
4) Penyalahgunaan suatu zat.
5) Tindakan menarik diri dari hubungan sosial.
6) Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu.
7) Muncul tanda depresi seperti sukar tidur dan makan.
8) Gampang tersinggung dan mudah
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang dibuat oleh perawat
tentang masalah atau status kesehatan klien, yang ditetapkan berdasarkan
analisis dan interprestasi data hasil pengkajian (Asmadi, 2008). Berdasarkan
hasil pengamatan dan wawancara, perawat dapat merumuskan masalah yaitu
Harga Diri Rendah Kronik.
4. Intervensi Keperawatan
N PASIEN KELUARGA
O SP1P SP1K
1. mengidentifikasi kemampuan mendiskusikan masalah yang dirasakan
dan aspek positif yang dimiliki keluarga dalam merawat klien di rumah
klien
2. membantu klien menilai menjelaskan pengertian, tanda dan
kemampuan klien yang masih gejala harga diri rendah yang di alami
dapat digunakan klien beserta proses terjadinya
3. membantu klien memilih atau menjelaskan cara cara merawat klien
menetapkan kegiatan yang dengan harga diri rendah
akan dilatih sesuai dengan
kemampuan klien
4. melatih klien sesuai dengan mendemonstrasikan cara merawat klien
kemampuan yang di pilih dengan harga diri renda
5. memberikan pujian yang wajar memberi kesempatan kepada keluarga
terhadap keberhasilan klien untuk mempraktikan cara merawat klien
dengan harga diri rendah
6. mengajurkan klien memasukan
kedalam jadwal kegiatan
harian
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan melatih keluarga mempraktikan cara
harian klien merawat langsung kepada klien dengan
2. melatih klien melakukan
harga diri rendah
kegiatan klien sesuai dengan
kemampuan klien
3. menganjurkan klien
memasukan kedalam jadwal
kegiatan harian
SP3K
membuat perencanaan pulang bersama
keluarga dan membuat jadwal kegiatan
aktvitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)

menjelaskan follow up klien setelah


pulang

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan di tujukan pada nursing ordersuntuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008 : 127).
Pada masalah keperawatan harga diri rendah maka dilakukan tindakan
keperawatan menurut kartika sari (2015) dengan cara menggunakan percakapan
strategi pelaksanaan. 1 Pasien harga diri rendah.Setelah dirasa strategi
pelaksanaan 1 pada pasien harga diri rendah berhasil maka boleh dilanjutkan ke
strategi pelaksanaan 2 pada pasien harga diri rendah.
6. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yaitu kegiatan aktif dari proses keperawatan, dimana
perawat dapat menilai hasil yang diharapkan terhadap masalah dan menilai
sejauh mana masalah dapat di atasi. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada
proses akhir proses keperawatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral
pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu dikoreksi untuk
menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan dan kesesuaian
perilaku yang telah diobservasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal
keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi
untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat di capai secara
efektif (Nursalam, 2008:135).
Menurut Direja (2011), evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP diantaranya sebagai berikut :
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan : “Bagaimana perasaan
Bapak setelah latihan kemampuan positif yang dimiliki bapak?”
O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat di ukur dengan mengobservasi perilaku klien pada
saat tindakan dilakukan, atau menanyakan kembal iapa yang telah
diajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi.
A: Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula
membandingkan hasil dengan tujuan.
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Damayanti, M. (2008). Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan.
Bandung: PT Refika Adama.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Fajariyah, N. (2012). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri
Rendah. Jakarta: Trans Info Media.
Friedman, M., & Marliyan. (2010). Buku Ajar Keperawatan: Riset, Teori dan
Praktik Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Keliat, B. A., & Akemat. (2015). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Mubarak, E, I & Chayatin, N (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar
dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Stuart. 2013. Buku Saku Keperawatan. Jakarta. EGC
Stuart & Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 alih bahasa
Achir Yani. Jakarta: EGC.
Suliswati. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Kedokteran EGC
Townsend, MC. (2010). Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai