Anda di halaman 1dari 2

RESUME PERTEMUAN XII & XIII

Oleh: Nur Fadilah/20725251034, Kelas B Pendidikan Biologi S2 2020

Analisis instrumen secara kuantitatif maksudnya adalah analisis didasarkan pada data
empirik dari asesmen yang bersangkutan, yaitu proses penelaahan butir soal melalui informasi
dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan
menggunakan teori tes klasik. Kelebihan analisis butir soal secara klasik dapat dilaksanakan
sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer, murah, sederhana, familier dan dapat
menggunakan data dari beberapa peserta didik atau sampel kecil.

Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik adalah setiap butir
soal ditelaah dari segi: tingkat kesukaran butir, daya pembeda butir, dan penyebaran pilihan
jawaban (untuk soal bentuk objektif) atau frekuensi jawaban pada setiap pilihan jawaban.

Tingkat kesukaran adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat
kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dengan indeks. Perhitungan indeks tingkat
kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal, dengan cara jumlah peserta yang menjawab
benar dibagi jumlah peserta yang mengikuti tes. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat
dicontohkan seperti berikut ini. 0,00 - 0,30 soal tergolong sukar; 0,31 - 0,70 soal tergolong
sedang; 0,71 - 1,00 soal tergolong mudah.

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara peserta yang
telah menguasai materi yang ditanyakan dan peserta yang tidak/kurang/belum menguasai
materi yang ditanyakan. Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga dinyatakan dalam
bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda berarti semakin mampu soal yang
bersangkutan membedakan peserta yang telah memahami materi dengan warga belajar/peserta
didik yang belum memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai
dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda suatu soal, maka semakin kuat/baik soal itu.
Distribusi pilihan jawaban untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia.
Alternatif jawaban yang merupakan pengecoh (distraktor) yang baik harus memiliki koefisien
korelasi yang negatif dan tinggi.

Keputusan suatu instrumen layak digunakan, perlu direvisi atau ditolak didasarkan pada
kriteria keputusan untuk penilaian item soal asesmen, yaitu (1) Item soal diterima, yaitu apabila
karakteristik item soal memenuhi semua kriteria. Item soal yang terlalu sukar atau mudah,
tetapi memiliki daya beda dan sistribusi pengecoh item yang memenuhi kriteria, butir soal
tersebut dapat diterima atau dipilih. (2) Item soal direvisi, yaitu apabila salah satu atau lebih
dari ketiga kriteria karakteristik item soal tidak diterima. (3) Item soal ditolak, jika item soal
memiliki karakteristik yang tidak memenuhi semua kriteria.

Instrumen yang valid dan reliabel sangat penting untuk memastikan tujuan dilaksanakan
sebuah proses penilaian/ujian dapat tercapai. Tujuan pelaksanaan ujian, yaitu (1) untuk menilai
apakah mahasiswa telah memahami atau menguasai bahan yang disajikan dalam suatu mata
kuliah, (2) untuk mengelompokkan mahasiswa ke dalam beberapa golongan berdasarkan
kemampuan dan nilai yang diperoleh, dan (3) untuk menilai apakah bahan mata kuliah yang
disajikan telah sesuai serta cara penyajian telah cukup baik sehingga para mahasiswa dapat
memahami mata kuliah tersebut.

Bentuk ujian terdiri dari ujian mata kuliah teori, ujian mata kuliah praktik, ujian mata
kuliah lapangan, ujian komprehensif, ujian tugas akhir, dan tugas-tugas lain yang ditentukan
atau dapat juga dilaksanakan dengan berbagai kombinasi cara tersebut. Cara ujian perlu
disesuaikan dengan jenis mata kuliah, tujuan kurikuler, dan kondisi tenaga pengajar. Oleh
karena setiap ujian dapat mengandung unsur ketidaktepatan didalamnya, maka perlu
diselenggarakan ujian lebih dari satu kali, agar diperoleh informasi atau data yang mendekati
ketepatan

Penentuan kemampuan akademik seorang mahasiswa mencakup pengetahuan,


keterampilan, dan sikap/karakter yang mencerminkan kompetensi mahasiswa. Penilaian hasil
belajar menggunakan berbagai pendekatan sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai
mahasiswa. Nilai akhir suatu mata kuliah menggunakan skala 0 s/d 100 (nol sampai dengan
seratus), nilai akhir dikonversikan kedalam huruf A, A-, B+, B, B-, C+, C, D, dan E.

Nilai mata kuliah merupakan hasil kumulatif dari komponen partisipasi dalam kegiatan
perkuliahan, pengerjaan tugas/laporan, dan nilai ujian yang mencerminkan penguasaan
kompetensi mahasiswa. Sistem penilaian untuk menentukan nilai akhir dapat menggunakan
Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Penilaian Acuan Norma (PAN). Evaluasi keberhasilan
studi semester pada setiap akhir semester digunakan untuk menentukan beban studi semester
berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai