Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 


PROGRAM S2 PENDIDIKAN BIOLOGI
Kampus Karangmalang Yogyakarta, tlp/fax: 0274-548203

UJI KOMPETENSI II TAHUN AKADEMIK SEMESTER GENAP 2020-2021 

Nama Mata Kuliah: Pengembangan Asesmen & Evaluasi Pembelajaran Biologi 


Dosen : Prof. Dr. Bambang Subali, M.S.
Program Studi : S2 Pendidikan Biologi
Waktu : 100 menit
Nama Mahasiswa:Nur FadilahTandatangan

NIM : 20725251034

Petunjuk:
1. Cantumkan identitas Anda pada tempat yang telah disediakan!
2. Kerjakan langsung pada lembar soal!
3. Jawablah dengan menyatakan terlebih dahulu kalimatnya benar atau salah dengan
menuliskannya di dalam tanda kurung huruf  B jika benar atau huruf S jika salah,
kemudian berikan alasan secara singkat dan benar! 
4. Jawaban diketik dengan font 12 dan jarak 1 spasi!
5. Jika sudah selesai dikerjakan, segera unggah ke google classroom!

1. Seorang dosen melakukan analisis kuantitatif untuk menyelidiki kualitas item tes yang
disusun untuk kepentingan praktis sebagai tindakan yang berkaitan dengan tanggung
jawab sebagai dosen jika diminta oleh lembaga ( B)
Alasan: 
Mengevaluasi pengajaran merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh
setiap dosen yang profesional. Selama ini kompetensi tersebut hanya dimaknai secara
sempit, yaitu menyusun, melaksanakan tes dan memberikan nilai berdasarkan skor hasil
tes tersebut. Sementara kualitas tes itu sendiri hampir tidak pernah dipikirkan oleh dosen.
2. Analisis intsrumen secara kualitatif dilakukan peneliti untuk tujuan mencari bukti
validitas dan reliabilitas secara empirik perlu dilakukan agar data yang dihimpun dapat
memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan (B)
Alasan: 
Analisis butir soal secara kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik intemal tes
melalui data yang diperoleh secara empiris. Analisis tersebut meliputi pencarian tingkat
kesukaran, daya pembeda, distribusi jawaban dan reliabilitas. Analisis butir secara
kuantitatif khusus untuk soal bentuk pilihan ganda, selain diarahkan pada tingkat
kesukaran, daya pembeda dan validitas, juga perlu memperhatikan keefektifan pengecoh
(distractor).

3. Seorang dosen perlu menyusun kisi-kisi sesuai kompetensi yang akan diukur dan
menyusun item dengan memperhatikan persyaratan dari aspek substansi, konstruksi, dan
bahasa agar dapat memenuhi validitas konstruk dan validitas yang berelasi dengan
kriteria (B)
Alasan: 
Menurut saya, dosen perlu menyusun kisi-kisi sesuai kompetensi yang akan diukur, hal
ini sangat penting saat tahap validitas oleh ahli. Validitas dilakukan dengan
menyampaikan kisi-kisi, butir instrumen, dan lembar diberikan kepada ahli untuk ditelaah
secara kuantitatif dan kualitatif. Ahli akan melihat kesuaian indikator dengan tujuan
pengembangan instrumen, kesesuaian indikator dengan cakupan materi atau kesesuaian
teori, melihat kesuaian instrumen dengan indikator butir, melihat kebenaran konsep butir
soal, melihat kebenaran isi, kebenaran kunci (pada tes), bahasa dan budaya.

4. Untuk kepentingan penelitian seorang dosen perlu melakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif untuk menyelidiki kualitas tes dan item tes yang disusun dari segi keandalan
(B)
Alasan: 
Ya, dengan melakukan analisis dari segi keandalan akan mudah menyelidiki apakah
kualitas tes dan item tes sudah reliabel. Dengan alat ukur yang reliabel, hasil pengukuran
akan sama informasinya walaupun penguji berbeda, korektornya berbeda atau butir soal
yang berbeda tetapi mengukur hal yang sama dan memiliki karakteristik butir yang sama.
Dalam pendidikan, pengukuran tidak dapat langsung dilakukan pada ciri atau karakter
yang akan diukur. Ciri atau karakter ini bersifat abstrak, yang dapat diukur melalui suatu
indikator. Hal ini menyebabkan sulitnya memperoleh alat ukur yang stabil untuk
mengukur karakteristik seseorang. Kestabilan ini yang dikatakan sebagai reliabilitas.
Untuk melihat reliabilitas suatu alat ukur, yang berupa suatu nilai, dapat dilakukan
perhitungan statistik.

5. Analisis item dengan pendekatan IRT merupakan salah satu cara yang ditempuh jika
dosen memiliki tes yang standar (S)
Alasan: 
Menurut saya untuk tes yang standar tidak tepat denga pendekatan IRT, karena Analisis
item menggunakan IRT haruslah memenuhi asumsi yang disyaratkan. Asumsi yang
umum digunakan secara luas oleh model-model IRT ialah asumsi
unidimensional, local independent dan invarian parameter.
Jika dosen memiliki tes yang standar, lebih baik analisis item dengan pendekatan teori
klasik.

6. Indek sensitivitas item yang tinggi menunjukkan bahwa item efektif menunjukkan
keberhasilan proses pembelajaran (B)
Alasan: 
Indeks sensitivitas tes dapat mengukur seberapa baik butir soal itu dapat membedakan
tingkat kemampuan siswa sebelum menerima pembelajaran dan sesudah menerima
pembelajaran

7. Seorang peneliti bebas untuk memilih indikator reliabilitas apakah berupa indek Kappa,
indek persetujuan, ataupun koefisien Cronbach alpha (S)
Alasan: 
Peneliti tidak bisa bebas memilih indikator reliabilitas, karena harus menyesuaikan
dengan instrumen penelitiannya. Indeks Kappa merupakan ukuran yang menyatakan
konsistensi pengukuran yang dilakukan dua orang penilai (Rater) atau konsistensi antar
dua metode pengukuran atau dapat juga mengukur konsistensi antar dua alat pengukuran.
Koefiseien Cohen’s kappa hanya diterapkan pada hasil pengukuran data kualitatif
(Kategorik). Sedangkan koefisien Cronbach alpha untuk  mengukur dua atau lebih
konsep yang sama pada waktu yang bersamaan, juga dapat membandingkan untuk
melihat tingkat kesetujuan responden.

8. Konversi skor menjadi angka atau huruf untuk pemberian nilai hasil belajar dalam
kurikulum berbasis kompetensi yang dijadikan pedoman adalah besarnya skor
penggalan/cut off score (S)
Alasan: 
Pedoman konservi skor yaitu Penilaian Acuan Norman (PAN) dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP). Tujuan PAN adalah untuk membedakan peserta didik atas kelompok-
kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Secara
ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu kelompok menggambarkan suatu
kurva normal. Umumnya digunakan untuk seleksi. PAP adalah membandingkan skor
yang diperoleh peserta didik dengan suatu standar atau norma absolut. PAP pada
umumnya digunakan untuk menafsirkan hasil tes formatif.
9. Dosen dapat menerapkan kaidah pencarian skor rata-rata beserta simpangan bakunya
untuk membuat kriteria penilaian hasil belajar kurikulum berbasis kompetensi baik pada
penilaian formatif maupun sumatif (B)
Alasan: 
Kaidah pencarian skor rata-rata dan simpangan baku akan diperlukan untuk menilai hasil
belajar baik pada penilaian formatif maupun sumatif.

10. Pada dasarnya penilaian hasil belajar kurikulum berbasis kompetensi tetap
memperhatikan keberhasilan kelas (B)
Alasan: 
Sehingga perlu diperhatikan penilaian secara berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil, dalam bentuk: ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.

11. Pelaporan hasil belajar baik di pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi pada hakekatnya mengikuti prinsip yang sama (B)
Alasan: 
Benar, prinsipnya adalah laporan hasil belajar merupakan kumpulan nilai dan deskripsi
penguasaan kompetensi seluruh mata pelajaran masing-masing peserta didik. Pelaporan
merupakan rekaman perkembangan kemajuan belajar selama mengikuti pendidikan.

12. Evaluasi skala makro merupakan kewajiban yang wajar dilakukan oleh seorang dosen
pengampu mata kuliah apapun (S)
Alasan: 
evaluasi pada skala makro akan lebih baik jika dilakukan oleh pihak luar/pihak
independen

13. Performansi setiap dosen dalam suatu program studi termasuk Program Studi S-1
Pendidikan S-1 Biologi idealnya diobservasi untuk memperoleh data sebagai dasar
evaluasi pembelajaran dalam skala mikro (B)
Alasan: 
Namun dalam kenyataannya evaluasi skala mikro ini masih belum dilaksanakan ideal.

14. Metode kesenjangan merupakan metode yang kurang praktis dibandingkan dengan
metode CIPP untuk mengevaluasi pembelajaran yang diselenggarakan Program Studi (S)
Alasan: 
Metode kesenjangan lebih praktis dibandingkan metode CIPP, mengingat keterbatasan
waktu dan tenaga.
15. Persoalan yang paling krusial dalam evaluasi pembelajaran di tingkat program studi
berkutat kepada ketepatan rumusan capaian kompetensi kaitannya dengan visi, misi, dan
tujuan program studi (B)
Alasan: 
Ditambah lagi dengan evaluasi pembelajaran haruslah dilakukan oleh Ahli dibidangnya.

Anda mungkin juga menyukai