Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BENTUK-BENTUK ORGANISASI BISNIS


MENURUT SYARIAH ISLAM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis Syariah

Disusun Oleh :
Alif Sofian ( NIM : 19.02.1009 )
Muchammad Affifudin ( NIM : 19.02.859 )

Dosen Pembimbing :
Qurotul Aini, SH, MH

STAI AL-HUSEIN “SYUBBANUL WATHON”


MAGELANG
TAHUN AKADEMIK 2021
BENTUK-BENTUK ORGANISASI BISNIS MENURUT SYARIAH ISLAM

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Lingkungan bisnis adalah salah satu kegiatan yang berupa perbisnisan yang di
lakukan seseorang dalam suatu usaha, di mana pada usaha tersebut kita di tuntut untuk
menjalankan atau mengelola suatu usaha tersebut dengan sebaik-baiknya. Setiap
organisasi baik itu berupa perusahaan yang mencari keuntungan finansial, yayasan,
organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi keagamaan selalu mempunyai visi, misi,
dan tujuan.
Islam mengajarkan bahwa tujuan perusahaan harus tidak hanya untuk mencari profit
(nilai materi) setinggi-tingginya, tetapi juga harus dapat memperoleh dan memberikan
benefit (keuntungan atau manfaat) nonmateri kepada internal organisasi perusahaan dan
eksternal (lingkungan). Artinya pengelola perusahaan juga dapat memberikan manfaat
yang bersifat kemanusiaan melalui kesempatan kerja, bantuan sosial (sedekah), dan
bantuan lainnya. Disamping itu perusahaan harus menjunjung tinggi nilai-nilai (akhlak
mulia) dalam setiap aktivitas pengelolaan perusahaan, sehingga dalam perusahaan tercipta
hubungan persaudaraan yang Islami, bukan sekadar hubungan fungsional atau
profesional, dengan tujuan perbuatan tersebut dimaksudkan untuk mendekatkan diri
kepada Allah.1
Dalam makalah ini penulis mencoba menjabarkan tentang bentuk-bentuk organisasi
bisnis dalam perspektif ekonomi islam, yang nantinya di harapkan makalah ini akan
menjadi pemahaman dan bermanfaat untuk para pembacanya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja bentuk-bentuk organisasi bisnis peruahaan syariah ?


2. Bagaimana karakteristik dan implementasi bentuk organisasi bisnis syariah ?

1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bentuk organisasi dari perusahaan syariah.


2. Untuk mengetahui karakteristik dan implementasi bentuk organisasi bisnis syariah
3.

1
Ali Muhayatsyah, “Peneliti Keuangan Syariah 1” (2008): 1–9.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Bentuk-Bentuk Organisasi Bisnis Peruahaan Syariah

Islam memiliki sistem ekonomi yang berbeda dari sistem-sistem yang tengah
berjalan. Ia memiliki akar dalam syari’at yang membentuk pandangan dunia
sekaligus sasaran-sasaran dan maqashid asy-syari’ah (strategi) yang berbeda dari
sistem-sistem sekuler yang menguasai dunia saat ini. Sasaran yang dikehendaki
Islam secara mendasar bukanlah material. Mereka didasarkan atas konsep-konsep
Islam sendiri tentang falah (kebahagiaan manusia) dan kehidupan yang baik yang
sangat menekankan aspek ukhuwah (persaudaraan), keadilan sosioekonomi, dan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan spiritual manusia.2 Dalam menjalankan sebuah
perusahaan agar berjalan dengan lancar dan mencapai visi, misi dan tujuan yang
diinginkan maka perusahaan itu harus terorganisasi dengan baik, dengan
pengorganisasian semua aktivitas dapat berjalan dengan baik. Di dunia bisnis
organisasi itu disebut dengan organisasi bisnis di mana di dalam organisasi bisnis
itu terdapat spesialisasi kerja yang jelas berdasarkan keahlian dan kemampuan
masing-masing karyawan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan
mudah dan tidak membutuhkan jangka waktu yang lama.3
Dalam perekonomian Islam bentuk organisasi- organisasi bisnis yang ada
secara umum antara lain dikelompokan menjadi tiga bentuk atau jenis utama ,
antara lain yaitu: organisasi bisnis perusahaan perorangan (sole proprietorship),
bentuk persekutuan/syirkah (partnership), dan organisasi bisnis mudharabah.4

1. Perusahaan perorangan (sole proprietorship)


Perusahaan perorangan (sole proprietorship) merupakan format
organisasi bisnis yang paling sederhana yang hampir ada dalam setiap sistem
ekonomi non- sosialis. Perusahaan perseoranagan adalah suatu bentuk badan
usaha yang dimiliki oleh perseorangan yang berusaha untuk memperoleh
keuntungan bagi dirinya sendiri. Bentuk perusahaan perseorangan ini pada
umumnya kecil tetapi merupakan bentuk perusahaan yang paling banyak
dijumpai baik di Indonesia maupuun di negara-negara lain. 5 Perusahaan jenis
ini merupakan bentuk usaha pelaksanaan bisnis tertua yang terus berkembang
sesuai dengan kompleksitas dan kebutuhan hidup sosial dan ekonomi manusia.
Sebagaimana dalam system ekonomi kapitalis, system ekonomi Islam
mengizinkan perusahaan swasta yang dikelola oleh setiap individu dan tidak
mengikat mereka secara khusus, selama usaha atau bisnis yang dijalankannya
terikat dengan ketentuan syariah. Dalam perusahaan ini pemilik bebas untuk
2
M Chapra, “Sistem Moneter Islam, Terj,” Ikhwan Abidin Basri, Jakarta: Tazkia Institut, 2000.
3
Ali Muhayatsyah, “Peneliti Keuangan Syariah 1.”
4
Muhamad, Manajemen Keuangan,Edisi Pertama,Yogyakarta: UUP STIM YKPN, h. 44.
5
L Syamsuddin, “Manajemen Keuangan Perusahaan” (repository.unsimar.ac.id, 2016),
https://repository.unsimar.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2065&keywords=.
memutuskan modal, apakah melalui pinjaman atau menjual barang-barangnya
dengan cara kredit.6

2. Persekutuan (partnership)/ Syirkah


Persekutuan atau partnership adalah salah suatu hubungan antara dua
orang atau lebih untuk mendistribusikan laba atau kerugian dari suatu bisnis
atau usaha yang dijalankan oleh seluruhnya atau salah satu dari mereka
sebagai pengelolaan atas yang lain.7 Adapun menurut makna
syariah, syirkah adalah suatu akad antara dua orang atau lebih, yang
bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan.8 Dari definisi yang dikemukakan di atas, dapat memberikan
implikasi bahwa dua orang atau lebih dapat menyatakan sumber daya yang
mereka miliki untuk menyatakan suatu bisnis secara bersamaan sebab tidak
satupun dari mereka dapat mengelola dengan sendiri-sendiri. Adanya
persetujuan hubungan terhadap bentuk bisnis yang akan dijalankan sesuai
dengan undang-undang, dengan tujuan untuk mendistribusikan laba atau
kerugian yang mungkin timbul dari bisnis yang dijalankan tersebut, dan
bukan merupakan suatu bentuk persetujuan untuk beramal.

 Rukun & Syarat Syirkah


Rukun Syirkah ada tiga:
1. akad (ijab dan qabul) disebut juga syighat
2. dua pihak yang berakad (‘aqidain)
3. obyek akad (maqqud ‘alaihi)
Adapun syarat dari akad yaitu :
1. Objek akadnya berupa tassarruf, yaitu aktivitas pengelolaan harta
dengan melakukan akad-akad. Misalnya jual beli.
2. Objek akadnya dapat diwakilkan (wakalah), agar keuntungan syirkah
menjadi ha bersama agar keuntungan menjadi hak bersama diantara
para syarik.

 Jenis-jenis organisasi syirkah


Syarikah memiliki klasifikasi yaitu syarkah hak milik (syarikatul
amlak) serta syarikah transaksi (syarikatul uqud). Syarikatul uqud
memiliki lima jenis yaitu, sebagai berikut:
1. Syarikah al- Inan
Syirkah antara dua orang atau lebih yang masing masing memberi
kontribusi kerja dan modal. Hukum dari syirkah ii adalah boleh
berdasarkan dalil as- Sunnah dan Al ijma’. Syarikah model ini dibangun
dengan prinsip wakalah dan kepercayaan.
6
Vithzal Rifai, Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda, Islamic Business Ethics, Edisi Pertama,(Jakarta: PT Bumi
Aksara), h. 221.
7
Muhammad, Op.Cit.
8  Ibid., Vithzal Rifai, Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda, Islamic Business Ethics, h. 226.
2. Syarikah al- Wujuh
Syirkah antara dua orang dengan modal berasal dari pihak diluar orang
tersebut. Syirkah al wujuh dapat terjadi karena adanya kedudukan,
profesionalisme, kepercayaan dari pihak lain untuk membeli secara kredit
kemudian menjualnya secara kontan.
3. Syarikah Abdan
Syirkah antara dua orang atau lebih mengandalkan tenaga atau
keahliannya tanpa kontribusi modal.
4. Syarikah mudharabah
Syirkah antara dua orang atau lebih dengan ketentuan, satu pihak
memberikan kontribusi kerja , sedangkan pihak lain memberikan
kontribusi modal.
5. Syarikah Mufawadhah
Syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan semua jenis
syirkah diatas.

 Pembagian keuntungan dan kerugian (profit and Loss Sharing)


1. Keuntungan akan dibagikan diantara mitra pada tingkat ratio yang
disepakati.
2. Kerugian akan dibagikan dalam proporsi jumlah modal yang
diinvestasikan.
3. Kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal, sampai ia dapat
menujukkan bahwa kerugian muncul karena keahlian orang lain yang
dipercayakan menjalankan bisnis.9

 Pemutusan Hubungan Kerja


Di dalam kontrak kerjasama ini, pemutusan hubungan kerjasama dapat
terputus jika:10
1. Adanya kesepakatan jika salah satu dari kedua pihak melakukan
tindakan- tindakan yang dapat menyebabkan kerugian atas
kepentingan- kepentingan pihak lain.
2. Salah satu dari pihak meninggal dunia, gila dan tertimpa sakit sehingga
tidak mampu untuk melaksanakan tugas- tugasnya.
3. Periode masa kontrak telah habis Pekerjaan atau tujuan dari adanya
hubungan kerjasama ini telah terealisasi.

3. Mudharabah
Mudharabah adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih
dimana salah satu pihak menyediakan modal (investor) kepada pihak lain yang
berkedudukan sebagai pengelola untuk menjalankan suatu bisnis (mudharib)

9
Vithzal Rifai, Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda, Islamic Business Ethics, Edisi Pertama,(Jakarta: PT Bumi
Aksara), h. 221.
10
Ibid., Muhammad, Manajemen Keuangan,Edisi Pertama, hal. 47
dengan kesepakatan untuk mendapatkan tingkat keuntungan tertentu. 11 Secara
bahasa, mudharabah berasal dari kata Dharb yang artinya melakukan
perjalanan yang umumnya untuk berniaga. Istilah Dharb popular digunakan
oleh penduduk Irak.12
Persetujuan Mudharabah tidak terbatas hanya antara dua orang saja,
akan tetapi dapat terjadi lebih dari jumlah tersebut. Dalam setiap persetujuan
terdapat dua pihak yang terlibat. Pertama, pihak yang berkedudukan sebagai
penyedia modal usaha tersebut sebagai pihak utama, dan kedua, pihak yang
berkedudukan sebagai pengelola, yang disebut sebagai enterpreneur. Dalam
hal ini pihak pengelola dapat membawa modalnya sendiri untuk kepentingan
bisnis atau usaha yang dijalankanya, akan tetapi hal ini perlu juga mendapat
persetujuan dari pihak pemilik modal. Dalam hal ini, modal yang berada pada
pihak pengelola bukan merupakan suatu bentuk pinjaman, akan tetapi
berfungsi untuk dijalankan dalam bisnis yang telah disepakati oleh pemilik
modal dengan kesepakatan mendapatkan porsi keuntungan dari usaha tersebut.

 Pengalokasian keuntungan dan kerugian


Pengalokasian keuntungan antara pemilik modal dan pengelola dibuat
berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak.Tidak boleh dibuat
berdasarkan jumlah atau nomihnal pasti sebelum berjalanya bisnis tersebut,
hanya dalam bentuk prosentase atas keuntungan yang diperoleh.
Sementara berdasarkan aturan umum syari’ah, pengalokasian kerugian
yang terjadi dalam bisnis mudharabah adalah ditanggung seluruhnya oleh
pemilik modal , dan tidak dapat ditangguhkan kepada pihak pengelola. Karena
pihak pengelola hanya berkedudukan sebagai agen dari pemilik modal, selama
kerugian yang terjadi bukan karena keteledoranya. Oleh karenanya pihak
pengelola dalam hal ini tidak mendapatkan bagian apa- apa jika terjadi
kerugian dalam bisnis yang dijalankanya.
Dalam syariah Islam telah membuat kewajiban kepada siap yang
menginvestasikan uangnya  akan bertanggung jawab untuk kemungkinan
terjadinnya kerugian dan keuntungan. Dalam syariah islam kerugian tidak
ditanggung oleh muharib dengan alasan mudharib tidak mendapatkan
penghargaan atas pekerjaan yang telah dikerjakannya.

 Hak- hak pengelola (entrepreneur)


Berdasarkan persetujuan yang telah disepakati bersama dengan pihak
pemilik modal, seorang pengelola mempunyai hak- hak sebagai berikut:13
a) Hak mengelola atau membawa modalnya sendiri dalam bisnis tersebut.
b) Hak untuk memperoleh modal dari pihak ketiga untuk menjalankan
bisnismudharabah-nya.
c) ikut serta dalam kerjasama dengan pihak ketiga.
11
Muhammad,Op.Cit. hal. 45
12
Yaya, Rizal, Dkk, Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta: Selemba Empat, 2016) hal. 110
13
Ibid.,Muhammad, Manajemen Keuangan,Edisi Pertama, h.48.
d) menjual dan membeli barang- barang secara kredit.
e) mengikuti semua kebiasaan dari aturan perdagangan yang ada.
f) mengeluarkan atau meminjamkan modal awal kepada pihak ketiga
untuk menjalankan bisnis mudharabah-nya (tetapi tetap harus meminta
izin kepada pihak pemilik modal).

 Konsep mudharabah ganda (Double mudharabah)


Mudharabah ganda adalah seseorang yang memperoleh keuntungan
dari bisnis mudharabah, dan keuntungan itu diberikan kepada pihak ketiga
untuk menjalankan bisnis lainya. Dengan demikian dalam kondisi ini dia
memiliki peran ganda yaitu sebagai pengelola dari bisnis yang pertama dan
sebagai pemilik modal dari bisnis yang kedua.14

 Pemutusan Kontrak Mudharabah


Seperti halnya dengan kemitraan , kontrak mudharabah dapat dicabut
kembali setiap saat, jika dala kontrak tersebut dapat menyebabkan
kerugian bagi pihak yang terkait, sebagaimana kontrak mudharabah itu
dapat dibubarkan karena kematian ataupun terganggunya akal salah satu
pihak yang terlibat. Seperti halnya bentuk persekutuan juga, kontrak
mudharabah juga dapat dijalankan terus oleh pihak lain yang terlibat
mengelolanya. Dengan demikian hal ini akan memberikan kesempatan
bagi pihak yang tidak bubar untuk terus menjalankanya, dan tidak perlu
untuk membubarkanya.

2.2. Karakteristik dan implementasi Bentuk Organisasi Bisnis Syariah

1. Usaha Perseorangan
Karakteristik usaha perorangan :
o Memadukan harta pribadi dan aset bisnis dari seorang individu dalam
bisnisnya. Menurut Soemarni dan Soeprihanto usaha ini dimiliki, dikelola
dan dipimpin oleh seorang yang bertangung jawab penuh (tudak terbatas)
terhadap semua resiko dan aktivitas perusahaan.
o Dalam hal perizinan usaha relatif mudah didirikan dan paling mudah untuk
merintisnya.
o Usaha ini mengandung kewajiban yang tidak terbatas bagi individu
tersebut yang merupakan eksposur harta pribadi terhadap utang bisnisnya.
o Kelangsungan usaha ini relatif mudah terhenti.
o Pendapatan memiliki resiko yang cukup sulit untuk memperoleh dana dari
dari pasar keuangan.

2. Usaha Pola Kemitraan


Karakteristik Partnership:
14
Ibid.,Muhammad, Manajemen Keuangan,Edisi Pertama, h.49
o Layak nya usaha perorangan, usaha kemitraan mengandung kewajiban
yang tidak terbatas bagi mitranya.
o Kelangsungan usaha ini relative terbatas karena sangat bergantung pada
masing-masing mitra.
o Pendapatan bisnis yang dihasilkan digabungkan dengan penghasilan
pribadi untuk tujuan pajak.
o Mempunyai kesempatan memperoleh modal lebih banyak dari pasar
keuangan.
o Kemitraan modern memiliki kemiripan dengan usaha-usaha yang
dijalankan pada masa klasik yaitu usaha dengan pola mudharabah dan
musyarokah. Berikut ini penjelasan mengenai uasaha dengan pola
mudharabah, musyarokah, kombinasi keduannya, musyarokah yang
menurun, serta disandingkan dengan kemitraan modern seperti firma dan
CV.15

a) Mudharabah
Menurut PSAK NO. 105 tentang akuntansi mudharabah, bahwa
mudharabah didefinisikan sebagai akad kerjasama usaha antara dua pihak,
yaitu pihak pertama(pemilik dana) yang menyediakan seluruh dana,
sedangkan pihak kedua(pengelola dana) bertindak sebagai pengelola, dan
keuntungan usaha dibagi berdasarkan ksepakatan bersama, sedangkan
kerugian ditanggung oleh pemilik modal.16
Dalam praktek mudharabah pembagian keuntungan antara kedua belah
pihak harus ditentukan antara kedua bela pihak secara proposional dan
tidak dapat langsung ditentukan sebelumnya atau dijamin berupa
keuntungan dalam jumlah tertentu.
b) Musyarakah
Percampuran dana dengan tujuan berbagi keuntungan. Berdasarkan
fatwa DSN No.08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan musyarakah,
menimbang bahwa kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan dan usaha terkadang memerlukan dana dari pihak lain, antara
lain melalui pembiayaan musyarakah, yaitu pembiayaan berdasarkan akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu.
Kemitraan atau dikenal juga dengan general partnership(kemitraan
firma), adalah kerjasama dua orang atau lebih dengan nama bersama yang
memiliki suatu usaha dengan bertujuan untuk mencari laba. Jika dua orang
atau lebih bersedia mengumpulkan kekayaannya (uang, tenaga, sarana,
keahlian, dan lain-lain) dan ingin melakukan usaha yang ingin disepakati,
maka mereka dapat membentuk firma(Fa). Karakteristik firma diantaranya
adalah kewajiban yang tidak terbatas pada paling tidak seseorang anggota
mitra; laba yang diperoleh akan dibagi bersama dan apabila rugi akan
15
Ibid. hal. 54
16
Ahmad Sumiyanto, Problem dan Solusi Transaksi Mudharabah, (Yogyakarta, Magista Insani Press, 2002), hlm
3
ditanggung bersama; relatif mudah mendirikannya karna tidak memerlukan
akte pendirian; kurangnya kesinambungan bisnis; modal dan keahlian yang
dapat saling melengkapi.
Dalam PSAK No.21 tentang akuntansi ekuitas dinyatakan bahwa modal
firma tidak terbagi atas saham dan para anggota firma bertanggung jawab
atas kewajiban firma sebagai suatu persekutuan orang. Intisarinya adalah
suatu usaha bersama yang mempunyai ciri adanya kesamaan atau
perbedaan porsi penyertaan modal setiap anggota; setiap anggota harus
aktif dalam pengelolaan usaha dan pembagian keuntungan maupun
kerugian dibagi menurut bagian modal masing-masing anggota.
c) Kombinasi Mudharabah dan Musyarakah atau Mudharabah
Musytarakah
Berdasarkan Fatwa DSN No.50/DSN-MUI/2006 tentang mudharabah
musytarakah, mendefinisikan bahwa mudharabah musyarakah adalah salah
satu bentuk akad mudharabah yang mensyaratkan pengelola (mudharib)
turut menyertakan modalnya dalam kerjasama investasi. Hal ini diperlukan
karena mengandung unsur kemudahan dalam pengelolaannya dan dapat
memberikan manfaat yang lebih besar.
Kemudian mudharabah musyarakah, dalam PSAK No.105 tentang
akuntansi mudharabah, adalah bentuk mudharabah dengan pengelola ikut
menyertakan dananya dalam kerjasama investasi. Dalam PSAK No.106
tentang akuntansi musyarakah disebut bahwa mitra aktif adalah mitra yang
mengelola usaha musyarakah, baik mengelola semdiri ataupun menunjuk
pihak lain atas nama mitra tersebut. Mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut
mengelola usaha musyarakah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi dan
karakteristik organisasi bisnis (bentuk usaha) CV atau Comanditaire
Venootschap adalah perusahaan yang dibentuk oleh dua orang atau lebih
yang terdiri atas pihak(anggota) yang aktif dan pihak(anggota) yang pasif.
Hal ini berbeda dengan firma yang dimungkinkan semua pemiliknya aktif
mengelola perusahaan. Pembagian laba dari para sekutu disesuaikan
dengan ketetapan dalam akte pendirian.
Pasal 9 kitab Undang-Undang Hukum Dagang menyatakan CV
mempunyai dua macam anggota yaitu :
1. Anggota aktif atau dengan nama lain sekutu pimpinan (general partner).
2. Anggota pasif (sekutu terbatas/limitied partner).
Kelebihan CV antara lain adalah tambahan modal relatif mudah
diperoleh karena semua harta pribadi anggota aktif dijadikan tanggungan
dan memungkinkan bagi seseorang untuk menjadi anggota CV tanpa
melibatkan seluruh harta ribadinya, yaitu menjadi anggota pasif. Kemudian
PSAK No. 21 tentang akuntansi ekuitas dinyatakan bahwa modal suatu
persekutuan CV harus dipisahkan antara modal persero aktif dan model
persero komoditer.
Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (mudharib) dan pemilik
modal (sahibul maal) suatu nisbah yang disepakati, yang selanjutnya bagian
hasil setelah dikurangi untuk pengelola dana (mudharib) dibagi antara
pengelola dana (musytarik) dengan pemodal sesuai porsi modal masing-
masing. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (mudharib) dengan
pmodal sesuai porsi modal masing masing.

3. Perseroan
Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum perusahaan yang terpisah
dari pemiliknya yang disebut pemegang saham.17 Menurut PSAK N0. 21
tentang Akuntansi Ekuitas dinyatakan bahwa madal PT terdiri atassaham dan
tanggung jawab persero terbatas pada jumlah modak yang disetor apabila PT
telah disahkan Menteri Kehakiman.Dalam pemisahan manajemen dan
kepemilikan trsebut, pemegang saham tidak memilih dewan direksi dan dapat
menujuk manajemen senior. Adanya konsep  badan hukum pada perseroan
terbatas atau disebut Naamloze Vennotschap (NV) menyebabkan bentuk
perusahaan ini jauh berbeda dibandingkan dengan bentuk usaha perseorangan
dan kemitraan.

4. Perbandingan Mudharabah, Musyarakah, dan Perseroan


Perbandingan antara mudharabah dan musyarakah dari jumlah aspek
yaitu: rasio keuntungan, potensi kerugian, kewajibab pemodal,perubahan aset,
dan likuiditas investasi. Salah satu ciri penting dari mudahrabah adalah rasio
keuntungan yang disepakati sebelumnya, yaitu keuntungan harus
didistribusikan antara pemodal dan pengusaha. Adapun kerugian pada sebuah
mudharabah benar benar di tanggung oleh pemilik modal, sedangkan
pengusaha bertanggung jawab menanggung kerugian hanya jika kerugian
tersebut merupakan hasil dari kelalaian atau kesalahan manajerial, jika terjadi
kerugian dalam musyarakah, maka kedua belah pihak berbagi kerugian
tersebut menurut rasio investasi masing masing pihak dalam proyek.
Mengenai perubahan nilai aset yang terjadi dalam mudharabah,
pengusaha tidak dapat memperolehnya, baik keuntungan maupun kerugian,
karena perubahan tersebut. Keuntungan dan kerugian timbul tersebut hanya
untuk pemilik modal. Dalam musyarakah, keuntungan atau kerugian karena
perubahan nilai aset yang dibiayai oleh gabungan dana bersama sudah
sewajarnya diterima kedua belah pihak.
Ciri lain mudharabah dan musyarakah klasik adalah bahwa salah satu
puhak dalam perjanjian tersebut memiliki opsi untuk mengakhiri perjanjian
atau mengundurkan diri dari usaha tertentu setiap saat yang mereka anggap
tepat. Karenanya liquiditas investasi merupakan hal yang pasti bagi para
mitranya.

17
Najmudin, Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iyyah modern, Yogyakarta h.21
Konsep liquiditas konstruktif menyatakan bahwa nilai aktiva bersih (net
asset value) dari suatu perusahaan dapat dihitung secara berkala dengan
mengurangi seluruh kewajiban dari nilai aktiva. Dengan cara ini seorang
investor atau mitra dibolehkan untuk melikuiditas investasinya pada nilai
tersebut.

5. Pemisahan dan Kepemilikan dan Agency Problem


Kepemilikan dari manajemen yaitu pihak manajer bertindak sebagai agen
dari pemilik (principal), yang dapat menimbulkan agency problem (masalah
keagenan), yaitu terdapat kemungkinan manajer tidak melakukan keputusan
dan tindakan yang terbaik sesuai kepentingan pihak pemilik .
Jika dibandingkan antara mudharabah, musyarakah, dan perusahaan
modern, maka bentuk mudharabah yang terutama dikritik mengandung
beberapa masalah keagenan yang relatif tinggi. Ketika penyedia dana
menanggung semua kerugian dalam kasus laba negatif, hal itu mungkin
dianggap bukan dalam posisi mewajibkan manajer untuk mengambil tidakan
yang sewajarnya atau menyerahkan segenap usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan keuntungan yang diharapkan. Karena itu, ada kemungkinan
manajer memanfaatkan situasi seperti ini.
Agency problemakan berkurang dalam bentuk musyarakah karena masing-
masing modal mitra (musyarik) juga dipertaruhkan. Selain itu, kemitraan
modal sendiri (ekuitas) akan meminimalkan masalah asimetri informasi karena
semua mitra akan memiliki hak untuk berpatisipasi dalam pengelolaan proyek
investasi mereka. Namun demikian, kontrak bisnis berbentuk musyarakah ini
kehilangan daya tariknya dari sudut pandang penyedia dana karena terdapat
kewajiban yang tidak bebatas bagi semua mitra. Berbeda dengan perusahaan
modern yang menerapkan ketentuan kewajiban yang berbatas bagi penyedia
dana sehingga membuat perubahaan lebih mudah untuk memperoleh dana.
Perencanaan kompetensi yang baik dapat memotivasi manajer agar bekerja
bukan hanya demi kepentingan mereka sendiri, namun juga para pemegang
saham sehingga dapat memecahkan masalah keagenan tersebut. Dewan rideksi
yang terpilih oleh pemegang saham diharapkan mengawasi dan kadang-kadang
harus ikut campur tangan apabila manajer tidak bertindak untuk kepentingan
terbaik pemegang saham. Manajer perusahaan yang tidak menunjukan kinerja
demi kepentingan pemegang saham merupakan calon diganti oleh kelompok
investor baru. Setiap perusahaan publik dan manajernya terus diamati dengan
cermat dan dipantau oleh para analisis saham, para spesialis yang memantau ini
cenderung berfokus pada manajer dalam penciptaan nilai maksimalisasi
tersebut.18

18
Ibid. hal. 64
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Organisasi bisnis islam adalah keseluruhan koordinasi antara subsistem yang saling
berhubungan dalam rangka mencapai tujuan usaha yang didasari aturan syari’ah.Tipe-tipe
utama organisasi bisnis menurut islam ada tiga, yaitu: kepemilikan tunggal, kemitraan,
dan Mudharabah. Organisasi memainkan peranan yang sanggat berarti dan dianggap
sebagai faktor produksi yang paling penting dan dengan adanya organisasi dapat
memudahkan implementasi nilai-nilai islam didalamnya. Perilaku perusahaan sebagai
hubungan antara manajemen perusahaan, dewan redaksi, pemegang saham, dan pihak lain
yang berkepentingan dan perilaku tersebut cenderung untuk meningkatkan keuntungan
dengan konsep keandalan. Bentuk Organisasi Dalam Perekonomian Syariah dibagi
menjadi 3 bagian yakni: kepemilikan tunggal, kemitraan (syirkah), dan Mudharabah.
a) kepemilikan tunggal adalah format organisasi bisnis yang paling sederhana yang
hampir ada dalam setiap sistem ekonomi non- sosialis.
b) kemitraan (syirkah) merupakan suatu akad antara dua orang atau lebih, yang
bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
c) Mudharabah adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih dimana salah satu
pihak menyediakan modal (investor) kepada pihak lain yang berkedudukan sebagai
pengelola untuk menjalankan suatu bisnis (mudharib) dengan kesepakatan untuk
mendapatkan tingkat keuntungan tertentu.
Dalam organisasi bisnis tersebut terdapat bebberapa jenis akad pada setiap
organisasinya. Misalnya saja dalam Musytarokah terdapat jemis jenis akad seperti:
a) Musytarokah ‘amlak dibagi menjadi dua jenis yaitu jibary dan ikhtiyari.
b) Musytarokah ‘uqud terdiri dari 5 jenis yaitu ‘inan, hmudarabah, wujuh,’abdan, dan
mufawadhah.

3.2. Kritik dan saran

Semoga makalah ini bermanfaat dan menjadi tambahan wawasan untuk kita semua
terutama dalam kajian ekonomi syariah. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam tulisan ini, untuk itu kritikan dan saran dari pembaca akan sangat
membangun untuk penulis kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad. (n.d.). Manajmen Keuangan. Yogyakarta: UUP YKIM YKPN.


Najmudin. (n.d.). Manajemen Keuanagan Dan Akuntansi Syar'iyya Modern. Yogyakarta.
Sumiyatmo, A. (2002). Problem dan Solusi Transaksi Mudharabah. Yogyakarta: Magista
Insani Prees.
Vithzal Rifai, Amiur Nurudin, Faisar Ananda. (n.d.). Islamic Bussines Ethics. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Yaya, R. d. (2016). Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat.
Ali Muhayatsyah. “Peneliti Keuangan Syariah 1” (2008): 1–9.
Chapra, M. “Sistem Moneter Islam, Terj.” Ikhwan Abidin Basri, Jakarta: Tazkia Institut,
2000.
Syamsuddin, L. “Manajemen Keuangan Perusahaan.” repository.unsimar.ac.id, 2016.
https://repository.unsimar.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2065&keywords=.

Anda mungkin juga menyukai