Bentuk Organisasi Bisnis 3
Bentuk Organisasi Bisnis 3
Disusun Oleh :
Alif Sofian ( NIM : 19.02.1009 )
Muchammad Affifudin ( NIM : 19.02.859 )
Dosen Pembimbing :
Qurotul Aini, SH, MH
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
1
Ali Muhayatsyah, “Peneliti Keuangan Syariah 1” (2008): 1–9.
BAB 2
PEMBAHASAN
Islam memiliki sistem ekonomi yang berbeda dari sistem-sistem yang tengah
berjalan. Ia memiliki akar dalam syari’at yang membentuk pandangan dunia
sekaligus sasaran-sasaran dan maqashid asy-syari’ah (strategi) yang berbeda dari
sistem-sistem sekuler yang menguasai dunia saat ini. Sasaran yang dikehendaki
Islam secara mendasar bukanlah material. Mereka didasarkan atas konsep-konsep
Islam sendiri tentang falah (kebahagiaan manusia) dan kehidupan yang baik yang
sangat menekankan aspek ukhuwah (persaudaraan), keadilan sosioekonomi, dan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan spiritual manusia.2 Dalam menjalankan sebuah
perusahaan agar berjalan dengan lancar dan mencapai visi, misi dan tujuan yang
diinginkan maka perusahaan itu harus terorganisasi dengan baik, dengan
pengorganisasian semua aktivitas dapat berjalan dengan baik. Di dunia bisnis
organisasi itu disebut dengan organisasi bisnis di mana di dalam organisasi bisnis
itu terdapat spesialisasi kerja yang jelas berdasarkan keahlian dan kemampuan
masing-masing karyawan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan
mudah dan tidak membutuhkan jangka waktu yang lama.3
Dalam perekonomian Islam bentuk organisasi- organisasi bisnis yang ada
secara umum antara lain dikelompokan menjadi tiga bentuk atau jenis utama ,
antara lain yaitu: organisasi bisnis perusahaan perorangan (sole proprietorship),
bentuk persekutuan/syirkah (partnership), dan organisasi bisnis mudharabah.4
3. Mudharabah
Mudharabah adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih
dimana salah satu pihak menyediakan modal (investor) kepada pihak lain yang
berkedudukan sebagai pengelola untuk menjalankan suatu bisnis (mudharib)
9
Vithzal Rifai, Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda, Islamic Business Ethics, Edisi Pertama,(Jakarta: PT Bumi
Aksara), h. 221.
10
Ibid., Muhammad, Manajemen Keuangan,Edisi Pertama, hal. 47
dengan kesepakatan untuk mendapatkan tingkat keuntungan tertentu. 11 Secara
bahasa, mudharabah berasal dari kata Dharb yang artinya melakukan
perjalanan yang umumnya untuk berniaga. Istilah Dharb popular digunakan
oleh penduduk Irak.12
Persetujuan Mudharabah tidak terbatas hanya antara dua orang saja,
akan tetapi dapat terjadi lebih dari jumlah tersebut. Dalam setiap persetujuan
terdapat dua pihak yang terlibat. Pertama, pihak yang berkedudukan sebagai
penyedia modal usaha tersebut sebagai pihak utama, dan kedua, pihak yang
berkedudukan sebagai pengelola, yang disebut sebagai enterpreneur. Dalam
hal ini pihak pengelola dapat membawa modalnya sendiri untuk kepentingan
bisnis atau usaha yang dijalankanya, akan tetapi hal ini perlu juga mendapat
persetujuan dari pihak pemilik modal. Dalam hal ini, modal yang berada pada
pihak pengelola bukan merupakan suatu bentuk pinjaman, akan tetapi
berfungsi untuk dijalankan dalam bisnis yang telah disepakati oleh pemilik
modal dengan kesepakatan mendapatkan porsi keuntungan dari usaha tersebut.
1. Usaha Perseorangan
Karakteristik usaha perorangan :
o Memadukan harta pribadi dan aset bisnis dari seorang individu dalam
bisnisnya. Menurut Soemarni dan Soeprihanto usaha ini dimiliki, dikelola
dan dipimpin oleh seorang yang bertangung jawab penuh (tudak terbatas)
terhadap semua resiko dan aktivitas perusahaan.
o Dalam hal perizinan usaha relatif mudah didirikan dan paling mudah untuk
merintisnya.
o Usaha ini mengandung kewajiban yang tidak terbatas bagi individu
tersebut yang merupakan eksposur harta pribadi terhadap utang bisnisnya.
o Kelangsungan usaha ini relatif mudah terhenti.
o Pendapatan memiliki resiko yang cukup sulit untuk memperoleh dana dari
dari pasar keuangan.
a) Mudharabah
Menurut PSAK NO. 105 tentang akuntansi mudharabah, bahwa
mudharabah didefinisikan sebagai akad kerjasama usaha antara dua pihak,
yaitu pihak pertama(pemilik dana) yang menyediakan seluruh dana,
sedangkan pihak kedua(pengelola dana) bertindak sebagai pengelola, dan
keuntungan usaha dibagi berdasarkan ksepakatan bersama, sedangkan
kerugian ditanggung oleh pemilik modal.16
Dalam praktek mudharabah pembagian keuntungan antara kedua belah
pihak harus ditentukan antara kedua bela pihak secara proposional dan
tidak dapat langsung ditentukan sebelumnya atau dijamin berupa
keuntungan dalam jumlah tertentu.
b) Musyarakah
Percampuran dana dengan tujuan berbagi keuntungan. Berdasarkan
fatwa DSN No.08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan musyarakah,
menimbang bahwa kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan dan usaha terkadang memerlukan dana dari pihak lain, antara
lain melalui pembiayaan musyarakah, yaitu pembiayaan berdasarkan akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu.
Kemitraan atau dikenal juga dengan general partnership(kemitraan
firma), adalah kerjasama dua orang atau lebih dengan nama bersama yang
memiliki suatu usaha dengan bertujuan untuk mencari laba. Jika dua orang
atau lebih bersedia mengumpulkan kekayaannya (uang, tenaga, sarana,
keahlian, dan lain-lain) dan ingin melakukan usaha yang ingin disepakati,
maka mereka dapat membentuk firma(Fa). Karakteristik firma diantaranya
adalah kewajiban yang tidak terbatas pada paling tidak seseorang anggota
mitra; laba yang diperoleh akan dibagi bersama dan apabila rugi akan
15
Ibid. hal. 54
16
Ahmad Sumiyanto, Problem dan Solusi Transaksi Mudharabah, (Yogyakarta, Magista Insani Press, 2002), hlm
3
ditanggung bersama; relatif mudah mendirikannya karna tidak memerlukan
akte pendirian; kurangnya kesinambungan bisnis; modal dan keahlian yang
dapat saling melengkapi.
Dalam PSAK No.21 tentang akuntansi ekuitas dinyatakan bahwa modal
firma tidak terbagi atas saham dan para anggota firma bertanggung jawab
atas kewajiban firma sebagai suatu persekutuan orang. Intisarinya adalah
suatu usaha bersama yang mempunyai ciri adanya kesamaan atau
perbedaan porsi penyertaan modal setiap anggota; setiap anggota harus
aktif dalam pengelolaan usaha dan pembagian keuntungan maupun
kerugian dibagi menurut bagian modal masing-masing anggota.
c) Kombinasi Mudharabah dan Musyarakah atau Mudharabah
Musytarakah
Berdasarkan Fatwa DSN No.50/DSN-MUI/2006 tentang mudharabah
musytarakah, mendefinisikan bahwa mudharabah musyarakah adalah salah
satu bentuk akad mudharabah yang mensyaratkan pengelola (mudharib)
turut menyertakan modalnya dalam kerjasama investasi. Hal ini diperlukan
karena mengandung unsur kemudahan dalam pengelolaannya dan dapat
memberikan manfaat yang lebih besar.
Kemudian mudharabah musyarakah, dalam PSAK No.105 tentang
akuntansi mudharabah, adalah bentuk mudharabah dengan pengelola ikut
menyertakan dananya dalam kerjasama investasi. Dalam PSAK No.106
tentang akuntansi musyarakah disebut bahwa mitra aktif adalah mitra yang
mengelola usaha musyarakah, baik mengelola semdiri ataupun menunjuk
pihak lain atas nama mitra tersebut. Mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut
mengelola usaha musyarakah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi dan
karakteristik organisasi bisnis (bentuk usaha) CV atau Comanditaire
Venootschap adalah perusahaan yang dibentuk oleh dua orang atau lebih
yang terdiri atas pihak(anggota) yang aktif dan pihak(anggota) yang pasif.
Hal ini berbeda dengan firma yang dimungkinkan semua pemiliknya aktif
mengelola perusahaan. Pembagian laba dari para sekutu disesuaikan
dengan ketetapan dalam akte pendirian.
Pasal 9 kitab Undang-Undang Hukum Dagang menyatakan CV
mempunyai dua macam anggota yaitu :
1. Anggota aktif atau dengan nama lain sekutu pimpinan (general partner).
2. Anggota pasif (sekutu terbatas/limitied partner).
Kelebihan CV antara lain adalah tambahan modal relatif mudah
diperoleh karena semua harta pribadi anggota aktif dijadikan tanggungan
dan memungkinkan bagi seseorang untuk menjadi anggota CV tanpa
melibatkan seluruh harta ribadinya, yaitu menjadi anggota pasif. Kemudian
PSAK No. 21 tentang akuntansi ekuitas dinyatakan bahwa modal suatu
persekutuan CV harus dipisahkan antara modal persero aktif dan model
persero komoditer.
Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (mudharib) dan pemilik
modal (sahibul maal) suatu nisbah yang disepakati, yang selanjutnya bagian
hasil setelah dikurangi untuk pengelola dana (mudharib) dibagi antara
pengelola dana (musytarik) dengan pemodal sesuai porsi modal masing-
masing. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (mudharib) dengan
pmodal sesuai porsi modal masing masing.
3. Perseroan
Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum perusahaan yang terpisah
dari pemiliknya yang disebut pemegang saham.17 Menurut PSAK N0. 21
tentang Akuntansi Ekuitas dinyatakan bahwa madal PT terdiri atassaham dan
tanggung jawab persero terbatas pada jumlah modak yang disetor apabila PT
telah disahkan Menteri Kehakiman.Dalam pemisahan manajemen dan
kepemilikan trsebut, pemegang saham tidak memilih dewan direksi dan dapat
menujuk manajemen senior. Adanya konsep badan hukum pada perseroan
terbatas atau disebut Naamloze Vennotschap (NV) menyebabkan bentuk
perusahaan ini jauh berbeda dibandingkan dengan bentuk usaha perseorangan
dan kemitraan.
17
Najmudin, Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iyyah modern, Yogyakarta h.21
Konsep liquiditas konstruktif menyatakan bahwa nilai aktiva bersih (net
asset value) dari suatu perusahaan dapat dihitung secara berkala dengan
mengurangi seluruh kewajiban dari nilai aktiva. Dengan cara ini seorang
investor atau mitra dibolehkan untuk melikuiditas investasinya pada nilai
tersebut.
18
Ibid. hal. 64
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Organisasi bisnis islam adalah keseluruhan koordinasi antara subsistem yang saling
berhubungan dalam rangka mencapai tujuan usaha yang didasari aturan syari’ah.Tipe-tipe
utama organisasi bisnis menurut islam ada tiga, yaitu: kepemilikan tunggal, kemitraan,
dan Mudharabah. Organisasi memainkan peranan yang sanggat berarti dan dianggap
sebagai faktor produksi yang paling penting dan dengan adanya organisasi dapat
memudahkan implementasi nilai-nilai islam didalamnya. Perilaku perusahaan sebagai
hubungan antara manajemen perusahaan, dewan redaksi, pemegang saham, dan pihak lain
yang berkepentingan dan perilaku tersebut cenderung untuk meningkatkan keuntungan
dengan konsep keandalan. Bentuk Organisasi Dalam Perekonomian Syariah dibagi
menjadi 3 bagian yakni: kepemilikan tunggal, kemitraan (syirkah), dan Mudharabah.
a) kepemilikan tunggal adalah format organisasi bisnis yang paling sederhana yang
hampir ada dalam setiap sistem ekonomi non- sosialis.
b) kemitraan (syirkah) merupakan suatu akad antara dua orang atau lebih, yang
bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
c) Mudharabah adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih dimana salah satu
pihak menyediakan modal (investor) kepada pihak lain yang berkedudukan sebagai
pengelola untuk menjalankan suatu bisnis (mudharib) dengan kesepakatan untuk
mendapatkan tingkat keuntungan tertentu.
Dalam organisasi bisnis tersebut terdapat bebberapa jenis akad pada setiap
organisasinya. Misalnya saja dalam Musytarokah terdapat jemis jenis akad seperti:
a) Musytarokah ‘amlak dibagi menjadi dua jenis yaitu jibary dan ikhtiyari.
b) Musytarokah ‘uqud terdiri dari 5 jenis yaitu ‘inan, hmudarabah, wujuh,’abdan, dan
mufawadhah.
Semoga makalah ini bermanfaat dan menjadi tambahan wawasan untuk kita semua
terutama dalam kajian ekonomi syariah. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam tulisan ini, untuk itu kritikan dan saran dari pembaca akan sangat
membangun untuk penulis kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA