Disusun Oleh:
Nama : Muhammad Ziaulfan
NIM : 200201129
Semester : III / A HES
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat
kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah
dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Dosen serta teman-
teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga
makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Saya menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya
menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan saya jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah saya di lain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini
(Perbuatan Melawan Hukum) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Muhammad Ziaulfan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan.....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................6
A. Pengertian Kualifikasi dalam Hukum Perdata Internasional.......................................6
B. Pentingnya Kualifikasi dalam Hukum Perdata Internasional......................................6
C. Teori Kualifikasi..........................................................................................................8
BAB III PENUTUPAN.........................................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Ridwan Khairandy dkk, Pengantar Hukum Perdata Internasional, (Yogyakarta: Gama Media,
1999), hlm. 45.
2
Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional, (Bandung: Binacipta, 1987), hlm.
119.
3
Ridwan Khairandy dkk., Op Cit., hlm. 47
4
Bayu Seto, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,( Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992), hlm.
4.
5
Sudarto Gutama, Op Cit., hlm. 125.
1. Berbagai sistem hukum seringkali menggunakan terminologi serupa, tetapi untuk
menyatakan hal yang berbeda. Misalnya, istilah domisili dalam hukum Indonesia
berarti tempat kediaman tetap (habita residence), sedangkan dalam hukum Inggris,
domisili dapat berati domisili of origin atau domicile of choice.
2. Berbagai sistem hukum mengenal konsep atau lembaga hukum tertentu, yang
ternyata tidak dikenal dalam sistem hukum lain. Misalnya lembaga trust yang khas
dalam hukum Inggris, atau lembaga pengangkatan anak yang dikenal dalam hukum
adat.
3. Berbagai sistem hukum menyelesaikan perkara-perkara hukum secara faktual pada
dasarya sama, tetapi dengan menggunakan kategori hukum berbeda. Misalnya:
seorang janda yang menuntut hasil dari sebidang tanah warisan suaminya, menurut
hukum Perancis dianggap sebgai masalah “pewarisan”, sedangkan di Inggris
dianggap sebagai masalah “hak janda untuk menuntut bagian dari harta
perkawinan”.
4. Berbagai sistem hukum mensyaratkan sekumpulan fakta berbeda untuk menetapkan
adanya suatu peristiwa hukum yang sama. Misalnya: masalah peralihan hak milik
yang berbeda antara hukum perancis dan hukum Belanda.
5. Berbagai sistem hukum menempuh proses atau prosedur berbeda untuk
mewujudkan atau menerbitkan hasil atas status hukum yang sama. Misalnya: suatu
perjanjian baru dianggap mengikat bila dibuat bilateral (hukum inggris) atau adanya
perjanjian sepihak (indonesia =BW). Masalah khas tersebut, sebenarnya dapat
dipersempit menjadi dua masalah utama yaitu dalam kualifikasi HPI terdapat
masalah-masalah:6
a) Kesulitan menentukan kategori apa sekumpulan fakta dalam perkara harus
digolongkan.
6
Ibid.
b) Apa yang harus dilakukan apabila suatu perkara tersangkut lebih dari satu
sistem hukum dan menetapkan cara kualifikasi yang berbeda, sehingga
timbullah konflik kualifikasi. Jadi, masalah utama yang dihadapi adalah
berdasarkan sistem hukum apa kualifikasi dalam suatu perkara HPI harus
dilakukan?
Kualifikasi ini penting dilakukan karena berbagai system hukum terkadang
memberikan arti yang berlainan pada istilah-istilah hukum yang sama bunyinya.
Kemudian tidak semua system hukum mengenal lembaga pranata hukum. Selain itu
juga, untuk kumpulan fakta yang sama dapat menimbulkan penyelesaian hukum
yang berbeda. Oleh karena itulah kualifikasi harus dilakukan dalam tahap
penyelesaian kasus HPI.
E. Teori Kualifikasi
Menurut Sudargo Gautama secara garis besar terdapat tiga macam teori kualifikasi,
yaitu:7
1. Teori kualifikasi menurut Lex Fori
2. Teori kualifikasi menurut Lex Cause
3. Teori kualifikasi yang dilakukan secara Otonom berdasarkan metode
perbandingan hukum.
Masing-masing teori atau aliran tersebut di atas mempunyai pendukung atau
pembela masing-masing yang tidak kurang termashurnya dari yang lain.8
1) Kewarganegaraan;
2) Benda bergerak dan benda tidak bergerak;
3) Suatu kontrak yang ada pilhan hukumnya;
4) Konvensi-konvensi internasional (bila negara yang bersangkutan turut serta
dalam hal tersebut);
5) Perbuatan melawan hukum;
6) Pengertian-pengertian yang digunakan mahkamah-mahkamah internasional.
Sisi positif dalam teori ini adalah kaidah-kaidah hukum lex fori paling dikenal
hakim, perkara yang ada relatif lebih mudah diselesaikan. Akan tetapi juga memiliki
kelemahan, di mana dapat menimbulkan ketidakadilan, karena kualifikasi
dijalankan menurut ukuran-ukuran yang tidak selalu sesuai dengan sistem hukum
asing yang seharusnya diberlakukan atau bahkan dengan ukuran yang tidak sama
sekali dikenaloleh sistem hukum asing tersebut.
9
Ibid.
bersangkutan. Setelah lembaga hukum tersebut ditetapkan, abrulah ditetapkan
kaidah-kaidah hukum diantara kaidah lex fori yang harus digunakan untuk
menyelesaikan suatu perkara.10
c) Kualifikasi Otonom
Kualifiaksi otonom pada dasarnya menggunakan metode perbandingan hukum
untuk membangun suatu sistem kualifikasi yang berlaku secara universal.
Kualifikasi secara otonom ini terlepas dari salah satu sistem hukum tertentu,
artinya dalam HPI seharusnya ada. Teori ini memang ideal sekali, tetapi di dalam
praktek hal tersebut sukar dilaksanakan, karena :11
10
Ibid.
11
Ibid., hlm.54
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Pada dasarnya Kualifikasi sangat berperan penting dalam menyelesaikan
suatau masalah didalam Hukum Perdata Internasional karena Kualifikasi itu sendiri
suatu proses berfikir secara logis untuk menyelesaikan suatu kasus atau perkara.
Dan Kualifikasi itu sendiri terbagi menjadi beberapa teori diantaranya Teori
Kualifikasi Lex Fori disini menurut hukum materil pihak hakim yang dapat
mengadili suatu perkara yang bersangkutan, Selanjutnya, Kualifikasi Lex Cause
disini Kualifiikasi dilakukan sesuai sistem serta ukuran dari keseluuruhan hukum
yang bersangkutan dengan perkara, Terakhir yaitu Kualifikasi Otonom, yang pada
dasarnya menggunakan metode perbandingan hukum untuk membangun suatu
sistem Kualifikasi secara Universal.
DAFTAR PUSTAKA
Bayu Seto, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992,
Ridwan Khairandy dkk, Pengantar Hukum Perdata Internasional, Yogyakarta: Gama
Media, 1999