Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KUALIFIKASI DALAM HPI

Disusun Oleh:
Nama : Muhammad Ziaulfan
NIM : 200201129
Semester : III / A HES

Dosen Pengampu : Fariz Al-Hasni, S.H.I., M.H.

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYRIAH (MUAMALAH)


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat
kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah
dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Dosen serta teman-
teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga
makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Saya menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya
menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan saya jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah saya di lain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini
(Perbuatan Melawan Hukum) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Mataram ,03 November 2021

Muhammad Ziaulfan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan.....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................6
A. Pengertian Kualifikasi dalam Hukum Perdata Internasional.......................................6
B. Pentingnya Kualifikasi dalam Hukum Perdata Internasional......................................6
C. Teori Kualifikasi..........................................................................................................8
BAB III PENUTUPAN.........................................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dibandingkan dengan umumnya peristiwa hukum yang dihadapi orang


dalam kehidupan sehari- hari, baik di bidang hukum perdata, hukum pidana, hukum
administrasi negara, hukum bisnis, serta bidang- bidag hukum lain, semakin banyak
dijumpai peristiwa peristiwa hukum yang menunjukkan ciri khusus, yang
membedakannya dari umumnya peristiwa hukum tadi. Sebuah sistem hukum negara
yang berdaulat seringkali dihadapkan pada masalahmasalah yang tidak sepenuhnya
bersifat intern- domestik, tetapi menunjukkan adanya kaitan dengan unsur- unsur asing
(foreign elements).
Hubungan/peristiwa hukum, baik di bidang hukum keperdataan maupun
nonkeperdataan, yang mengandung unsur-unsur yang melampaui batas teritorial negara
atau unsur-unsur transnasional itulah yang seharusnya diatur oleh bidang hukum yang
dikenal dengan hukum perdata internasional. Foreign element merupakan pertautan
(contact) dengan sebuah sistem hukum lain di luar sistem hukum negara (negara tempat
pengadilan yang mengadili perkara), dan pertautan itu sebenarnya ada di dalam fakta-
fakta dari perkara. Perbedaan dan keunikan sistem politik, budaya, serta perkembangan
sejarah pelbagai kesatuan kebangsaan di dunia ini telah membawa keunikan-keunikan
pula terhadap bentuk, corak serta sifat sistem-sistem hukum di dunia, tidak terkecuali
terhadapa sistem HPI-nya.
Dalam penyelesaian perkara HPI perlu disadari bahwa pranata-pranata
tradisional HPI dapat dilihat sebagai alat yang memungkinkan pengadilan atau
pengguna hukum lainnya untuk merekayasa isi kesimpulan atas persoalan HPI yang
hendak dibuatnya. Dalam makalah ini penyusun akan mencoba menjelaskan tentang
pranata tradisional yaitu kualifikasi masalah hukum dan teori- teori kualifikasi HPI.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kualifikasi dalam Hukum Perdata Internasional ?
2. Pentingnya Kualifikasi dalam Hukum Perdata Internasional ?
3. Teori Kualifikasi ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Agar kita mengetahui apa itu Kualifikasi dalam Hukum Perdata Internasional
2. Agar kita mengetahui pentingnya Kualifikasi dalam Hukum Perdata Internasional
3. Agar kita mengetahui teori Kualifikasi dalam Hukum Perdata Internasional
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kualifikasi dalam Hukum Perdata Internasional


Di dalam hukum internasional, kualifikasi merupakan sebuah proses berfikir
yang logis guna menempatkan konsepsi asas-asas dan kaidah-kaidah hukum ke
dalam sistem hukum yang berlaku. Di dalam Hukum Perdata Internasional (HPI),
kualifikasi lebih penting lagi, karena untuk menyelesaikan suatu kasus, diharuskan
memilih salah satu sistem hukum tertentu.1
Kualifikasi ialah kegiatan melakukan penyalinan atau menggolongkan fakta-
fakta atau peristiwa atau hubungan hukum ke dalam kotak-kotak hukum atau
bagian-bagian hukum yang sudah tersedia.2
D. Pentingnya Kualifikasi dalam Hukum Perdata Internasional
Di dalam HPI, masalah kualifikasi merupakan salah satu masalah yang
sangat penting, karena dalam suatu perkara HPI selalu terjadi kemungkinan
pemberlakuan lebih dari satu sistem hukum untuk mengatur sekumpulan fakta
tertentu.3 Kenyataan ini menimbulkan masalah utama, yaitu dalam suatu perkara
HPI, tindakan kualifikasi harus dilakukan berdasarkan sistem hukum mana dan apa
di antara berbagai sistem hukum yang relevan. 4 Masalah kualifikasi dalam HPI
menjadi lebih rumit dibandingkan dengan proses kualifikasi dalam persoalan-
persoalan hukum internasional lainnya, karena:5

1
Ridwan Khairandy dkk, Pengantar Hukum Perdata Internasional, (Yogyakarta: Gama Media,
1999), hlm. 45.
2
Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional, (Bandung: Binacipta, 1987), hlm.
119.
3
Ridwan Khairandy dkk., Op Cit., hlm. 47
4
Bayu Seto, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,( Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992), hlm.
4.
5
Sudarto Gutama, Op Cit., hlm. 125.
1. Berbagai sistem hukum seringkali menggunakan terminologi serupa, tetapi untuk
menyatakan hal yang berbeda. Misalnya, istilah domisili dalam hukum Indonesia
berarti tempat kediaman tetap (habita residence), sedangkan dalam hukum Inggris,
domisili dapat berati domisili of origin atau domicile of choice.
2. Berbagai sistem hukum mengenal konsep atau lembaga hukum tertentu, yang
ternyata tidak dikenal dalam sistem hukum lain. Misalnya lembaga trust yang khas
dalam hukum Inggris, atau lembaga pengangkatan anak yang dikenal dalam hukum
adat.
3. Berbagai sistem hukum menyelesaikan perkara-perkara hukum secara faktual pada
dasarya sama, tetapi dengan menggunakan kategori hukum berbeda. Misalnya:
seorang janda yang menuntut hasil dari sebidang tanah warisan suaminya, menurut
hukum Perancis dianggap sebgai masalah “pewarisan”, sedangkan di Inggris
dianggap sebagai masalah “hak janda untuk menuntut bagian dari harta
perkawinan”.
4. Berbagai sistem hukum mensyaratkan sekumpulan fakta berbeda untuk menetapkan
adanya suatu peristiwa hukum yang sama. Misalnya: masalah peralihan hak milik
yang berbeda antara hukum perancis dan hukum Belanda.
5. Berbagai sistem hukum menempuh proses atau prosedur berbeda untuk
mewujudkan atau menerbitkan hasil atas status hukum yang sama. Misalnya: suatu
perjanjian baru dianggap mengikat bila dibuat bilateral (hukum inggris) atau adanya
perjanjian sepihak (indonesia =BW). Masalah khas tersebut, sebenarnya dapat
dipersempit menjadi dua masalah utama yaitu dalam kualifikasi HPI terdapat
masalah-masalah:6
a) Kesulitan menentukan kategori apa sekumpulan fakta dalam perkara harus
digolongkan.

6
Ibid.
b) Apa yang harus dilakukan apabila suatu perkara tersangkut lebih dari satu
sistem hukum dan menetapkan cara kualifikasi yang berbeda, sehingga
timbullah konflik kualifikasi. Jadi, masalah utama yang dihadapi adalah
berdasarkan sistem hukum apa kualifikasi dalam suatu perkara HPI harus
dilakukan?
Kualifikasi ini penting dilakukan karena berbagai system hukum terkadang
memberikan arti yang berlainan pada istilah-istilah hukum yang sama bunyinya.
Kemudian tidak semua system hukum mengenal lembaga pranata hukum. Selain itu
juga, untuk kumpulan fakta yang sama dapat menimbulkan penyelesaian hukum
yang berbeda. Oleh karena itulah kualifikasi harus dilakukan dalam tahap
penyelesaian kasus HPI.
E. Teori Kualifikasi
Menurut Sudargo Gautama secara garis besar terdapat tiga macam teori kualifikasi,
yaitu:7
1. Teori kualifikasi menurut Lex Fori
2. Teori kualifikasi menurut Lex Cause
3. Teori kualifikasi yang dilakukan secara Otonom berdasarkan metode
perbandingan hukum.
Masing-masing teori atau aliran tersebut di atas mempunyai pendukung atau
pembela masing-masing yang tidak kurang termashurnya dari yang lain.8

a) Kualifikasi menurut Lex Fori


Tokoh dari teori ini ialah Franz Khan (Jerman) dan Bartin (Perancis).
Kualifikasi dilakukan menurut hukum materiil pihak hakim yang mengadili perkara
yang bersangkutan (lex fori), pengertian hukum yang ditemukan kaidah HPI
7
Ibid., hlm 130
8
Ridwan Khairandy dkk., Op Cit., hlm. 51
dikualifikasikan menurut sistem hukum negara sang hakim sendiri. Para penganut
teori Lex Fori umumnya sependapat, terhadap beberapa kualifikasi yang disebut
dikecualikan dari kualifikasi yang disebut di bawah ini, kualifikasi Lex Fori, yaitu:9

1) Kewarganegaraan;
2) Benda bergerak dan benda tidak bergerak;
3) Suatu kontrak yang ada pilhan hukumnya;
4) Konvensi-konvensi internasional (bila negara yang bersangkutan turut serta
dalam hal tersebut);
5) Perbuatan melawan hukum;
6) Pengertian-pengertian yang digunakan mahkamah-mahkamah internasional.

Sisi positif dalam teori ini adalah kaidah-kaidah hukum lex fori paling dikenal
hakim, perkara yang ada relatif lebih mudah diselesaikan. Akan tetapi juga memiliki
kelemahan, di mana dapat menimbulkan ketidakadilan, karena kualifikasi
dijalankan menurut ukuran-ukuran yang tidak selalu sesuai dengan sistem hukum
asing yang seharusnya diberlakukan atau bahkan dengan ukuran yang tidak sama
sekali dikenaloleh sistem hukum asing tersebut.

b) Kualifikasi menurut Lex Cause


Teori semula dikemukakan Despagnet kemudian diperjuangkan lebih lanjut
oleh Martin Wolff dan G.C. Cheshire. Teori ini beranggapan bahwa kualifikasi
dilakukan sesuai sistem serta ukuran dari keseluruhan hukum yang bersangkutan
dengan perkara. Tindakan kualifikasi dimaksudkan untuk menentukan kaidah-
kaidah HPI mana dari lex fori yang erat kaitannya dengan hukum asing yang
berlaku. Penentuan ini dilakukan berdasarkan sistem hukum asing yang

9
Ibid.
bersangkutan. Setelah lembaga hukum tersebut ditetapkan, abrulah ditetapkan
kaidah-kaidah hukum diantara kaidah lex fori yang harus digunakan untuk
menyelesaikan suatu perkara.10

c) Kualifikasi Otonom
Kualifiaksi otonom pada dasarnya menggunakan metode perbandingan hukum
untuk membangun suatu sistem kualifikasi yang berlaku secara universal.
Kualifikasi secara otonom ini terlepas dari salah satu sistem hukum tertentu,
artinya dalam HPI seharusnya ada. Teori ini memang ideal sekali, tetapi di dalam
praktek hal tersebut sukar dilaksanakan, karena :11

1) Menemukan dan menetapkan pengertian hukum dianggap sebagai pengertian


berlaku umum, pekerjaan yang sulit dilaksanakan, bila tidak mau dikatakan
sebagai tidak mungkin. Dalam penerapannya, susah untuk bersifat general.
2) Hakim yang akan menggunakan kualifiaksi demikian ini haruslah mengenal
semua sistem hukum di dunia, agar dapat menemukan konsep-konsep yang
memang diakui di seluruh dunia.

10
Ibid.
11
Ibid., hlm.54
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Pada dasarnya Kualifikasi sangat berperan penting dalam menyelesaikan
suatau masalah didalam Hukum Perdata Internasional karena Kualifikasi itu sendiri
suatu proses berfikir secara logis untuk menyelesaikan suatu kasus atau perkara.

Dan Kualifikasi itu sendiri terbagi menjadi beberapa teori diantaranya Teori
Kualifikasi Lex Fori disini menurut hukum materil pihak hakim yang dapat
mengadili suatu perkara yang bersangkutan, Selanjutnya, Kualifikasi Lex Cause
disini Kualifiikasi dilakukan sesuai sistem serta ukuran dari keseluuruhan hukum
yang bersangkutan dengan perkara, Terakhir yaitu Kualifikasi Otonom, yang pada
dasarnya menggunakan metode perbandingan hukum untuk membangun suatu
sistem Kualifikasi secara Universal.
DAFTAR PUSTAKA

Bayu Seto, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992,
Ridwan Khairandy dkk, Pengantar Hukum Perdata Internasional, Yogyakarta: Gama
Media, 1999

Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional, Bandung: Binacipta, 1987

Anda mungkin juga menyukai