TESIS
Oleh
THESIS
By
TESIS
Oleh
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Dekan
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengalaman Perawat dalam
Dalam membuat penulisan tesis ini penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SpA(K), selaku Rektor
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
4. Setiawan, SKp, M.N.S, Ph.D selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak
membantu penulisan tesis ini dengan meluangkan waktu dan pikiran dengan
penuh kesabaran.
5. Siti Saidah, SKp, M.Kep, Sp.Mat selaku anggota komisi pembimbing yang telah
6. Siti Khadijah S.K.M, M.Kes selaku penguji 1 yang telah banyak memberikan
8. Seluruh staf dosen Program Studi S2 IKM Universitas Sumatera Utara, yang
10. Ayahanda dan Ibunda tercinta Alm. Mahyuddin Syafri Siregar dan Almh.
Dra.Siti Damroh br. Harahap, berkat didikan dan doa orang tua, saya selalu
11. Saudara kandungku Yousef Lailand Bakry Siregar dan Nuralam br Siregar,
beserta keluarga besar atas pengertian, doa dan dukungan yang diberikan selama
mengikuti pendidikan.
12. Abang Hasangapan Tambunan dan istri Rasta Agustina br Pandia yang telah
13. Semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi isi
maupun penulisan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Penulis bernama Lily Fatrani Siregar, lahir pada tanggal 04 Januari 1980 di
Medan, beragama Islam. Penulis beralamatkan di Perumahan Alam Hijau Tirta Deli,
Blok F6, Tanjung Morawa. Penulis merupakan anak dari pasangan Ayahanda
Alm. Mahyuddin Syahri Siregar dan Ibunda Almh. Dra.Siti Damroh br. Harahap
1992-1995, SMU Eria Medan pada tahun 1995-1998, D III AKPER Rumah Sakit
Haji Medan pada tahun 1998-2001, S1 Kesehatan Masyarakat USU Medan pada
Utara.
Penulis bekerja sebagai PNS di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua
Kabupaten Padang Lawas Utara dari tahun 2002 sampai saat ini.
Halaman
ABSTRAK.......................................................................................................... i
ABSTRACT......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
2. Panduan Wawancara.......................................................................... 91
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah satu institusi bersifat sosio ekonomis yang
bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas
dan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat tergantung pada kapasitas
dan kualitas tenaga sumber daya manusia (SDM) dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
tidak terlepas dari peran tenaga medis dan non medis, salah satu di antaranya adalah
kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, mengingat perawatlah yang paling lama
bermutu, memiliki landasan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang kuat, disertai
sikap dan tingkah laku yang profesional dan berpegang kepada etika keperawatan.
dokumen rekam medis, yang merupakan bukti tertulis dari pelaksanaan asuhan
1
Universitas Sumatera Utara
mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam kesinambungan pelaksanaan
lebih tinggi dan tanggung gugat setiap tindakan yang dilaksanakan. Artinya intervensi
yang disebut dengan sistem penugasan. Sistem penugasan terdiri atas penugasan
mandiri, fungsional, tim, monular dan primer. Sistem penugasan keperawatan tidak
hanya menekankan proses tetapi juga hasil. Hasil yang diharapkan dari sistem
penugasan antara lain kepuasan kerja perawat, kepuasan pasien, lama rawat pendek,
asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada klien (Hidayat, 2008).
negeri sekitar tahun 1992, dimana pada bulan September 1992, sistem informasi
pasien. Di luar negeri kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya form
berbasis dengan komputer diharapkan waktu pengisian form tidak terlalu lama, lebih
murah, lebih mudah mencari data yang telah tersimpan dan risiko hilangnya data
dapat dikurangi serta dapat menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam ruang
yang kecil yang berukuran 10 cm x 15 cm x 5 cm. Sistem ini sering dikenal dengan
pengisian dokumen masih kurang perhatian sehingga masih banyak dokumen asuhan
keperawatan yang isinya belum lengkap. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
sistem informasi kesehatan nasional yaitu Informasi kesehatan andal 2010 (Reliable
optimal. Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini juga masih sangat
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunung Tua adalah rumah sakit yang
berada di Kabupaten Padang Lawas Utara. Dari data rekam medik pasien rawat inap
tahun 2010-2012 menunjukkan nilai Bed Occupancy Rate (BOR) pada tahun 2010
yaitu 31,07%, turun menjadi 30,52% pada tahun 2011 dan naik menjadi 52,46% pada
tahun 2013 (standar nasional 60%-80%). Sedangkan jumlah tempat tidur selama
Hasil survei awal pada Januari 2014 di RSUD Gunung Tua bahwa masih
ditemukan dokumentasi asuhan keperawatan pasien rawat inap (ruang kelas III dan
ruang kelas II) yang tidak tercatat lengkap. Pada tahun 2013, dari sebanyak 520
pasien rawat inap, hanya 45% (234 pasien) yang dokumentasi asuhan
keperawatan yang terisi lebih banyak pada kolom implementasi saja 95%, pada
kolom pengkajian 55%, diagnosa 53%, evaluasi 42% per ruangan dan pada kolom
intervensi hanya 37%. Kondisi ini diduga karena: i) beban kerja dimana perawat
perawat yang belum mendukung (tamatan SPK 12 orang dan D-III 86 orang dan S-1
6 orang); iv)kurangnya motivasi kerja perawat; v)belum diacu SOP sebagai panduan
perawat melakukan pencatatan; vi)kurangnya supervisi dan kontrol dari atasan; dan
manual.
Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara.
1.2 Permasalahan
asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang
Lawas Utara.
keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas
Utara.
Hasil penelitian ini akan memberikan bukti empirik, yang dapat digunakan
manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas
keperawatan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan, bahan referensi, masukan
melakukan penelitian dengan topik bahasan yang sama tentunya dengan lingkup yang
lebih luas.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis menguraikan beberapa hasil penelitian sebelumnya dan
beberapa teori yang berkaitan dengan topik permasalahan penelitian ini untuk
digunakan sebagai perbandingan dengan apa yang terjadi secara nyata ditemukan
Secara umum dokumentasi medis di rumah sakit berjalan dengan baik, karena
Kedokteran untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan mereka (petugas
adanya Reward dan Punishment. Hal ini dikarenakan belum adanya Undang-Undang
pelayanan hanya bagi perawat dan dokter yang mempunyai keahlian diperoleh
melalui pendidikan.
penulisan dan pencatatan yang dilakukan oleh perawat tentang informasi kesehatan
maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang
keperawatan secara baik dan benar. Catatan pasien merupakan suatu dokumen yang
legal, dari status sehat sakit pasien pada masa yang lampau, sekarang, dalam bentuk
medis, respon pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan dan respon
dilakukan adalah:
kesehatan, mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim
kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan
terhadap pasien. Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap
aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat
secara hukum.
Dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan
membantu para siswa keperawatan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data
penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan
Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan
dapat diwujudkan tanpa dokumentasi yang continue, akurat dan rutin baik yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit jamina kualitas
Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang actual dan konsisten mencakup
keperawatan.
Menurut Depkes RI (2009), prinsip pencatatan ditinjau dari segi, yaitu dari
a. Isi Pencatatan
dapat dijadikan sebagai pegangan hukum bagi rumah sakit, petugas kesehatan,
maupun pasien.
(Nursalam, 2001).
b. Teknik Pencatatan
3) Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu dan
4) Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat diterima, dapat dipakai,
6) Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian tulis kata
yang benar “jangan dihapus”. Validitas pencatatan akan rusak jika ada
penghapusan.
7) Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda tangan
kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut (Depkes RI, 2009).
c. Jenis-Jenis Pencatatan
enam bagian yaitu : catatan khusus, lembar catatan dokter, lembar riwayat
Problem Oriented Method (POR) merupakan suatu alat yang efektif untuk
membuat suatu format yang baku. Tiap pelayanan dapat menerapkan konsep
lain, data dasar diperlukan tergantung dari unit atau jenis asuhan yang
akan diberikan, misalnya : data dasar unit kebidanan akan berbeda dengan
unit bedah.
b) Daftar Masalah
Masalah pasien didapat dari hasil kajian. Pencatatan dasar masalah dapat
keperawatan.
c) Rencana
perawatan. Pada umumnya catatan ini terdiri dari beberapa macam bentuk,
antara lain:
makna dalam hal tanggung jawab dan tanggung gugat. Dokumentasi keperawatan
dan membuktikan pekerjaannya. Oleh karena itu ada berbagai aturan dan kaidah yang
yang telah disediakan dan harus disertai dengan pemberian “ tanda tangan” dan nama
perawat serta harus menyatu dengan status / rekam medik pasien. Dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien, setiap langkah dari proses keperawatan memerlukan
2008).
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mental, sosial dan lingkungan. Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi
dalam empat tahap kegiatan, yang meliputi; pengumpulan data, analisis data, dan
dua hal, yaitu : status kesehatan klien dan kekuatan masalah kesehatan yang dialami
kesehatan lainnya. Juga jenis dan bentuk data yang tercakup dalam
dokumentasi,dapat berupa data objektif atau subjektif, sumber data tersebut primer,
sekunder atau tersier, serta bagaimana metode pengumpulan data tersebut. Adapun
pasien masuk rumah sakit, respon pasien terhadap persepsi tentang kesehatan,
sistem pencernaan.
karakteristiknya.
g. Ikuti aturan aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati instansi.
jenis kelamin dan ras, usia, postur tubuh dan bicara klien.
untuk format diagnosa aktual, kecuali ketika petugas yang berbeda mengambil
tindakan segera (untuk contoh, tanda dan gejala pencatatan, sebelum dan sesudah
diagnosa).
3) Jika penyebab tidak dapat ditentukan menentukan problem dan dokumentasi yang
dengan (diantara problem dan etiologi ) dan dibanding dengan (diantara etiologi,
sign dan simptom) tergantung bahasa, jika masalah tidak selesai menurut
NANDA.
d. Merujuk pada daftar yang dapat diterima, bentuk diagnosa keperawatan untuk
diagnosa keperawatan.
keperawatan.
laporan perubahan.
proses keperawatan.
a. Diagnosa keperawatan
klien.
b. Kriteria hasil
Kriteria hasil dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan yang mencerminkan
masalah klien.
maslaah klien dan antuan yang dterima klien adalah hasil yang diharapkan.
a. Sebelum menuliskan rencana tindakan, kaji ulang semua data yang ada sumber
data yang memuaskan meliputi: pengkajian sewaktu klien masuk rumah sakit,
diagnosa keperawatan sewaktu masuk rumah sakit, keluhan utama klien atau
belakang sosial budaya, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, observasi dari
b. Daftar dan jenis masalah aktual resiko dan kemungkinan. Berikan prioritas utama
sangat membantu ketika teknologi canggih digunakan untuk perawatan klien atau
d. Tuliskan dengan jelas khusus, terukur, kriteria hasil yang diharapkan untuk
e. Selalu ditandatangani dan diberi tanggal rencana tindakan, hal ini perting karena
i. Bagaimana prosedur akan dilaksanakan, kapan dan berapa lama, jelaskan secara
untuk selalu diperbaharuai misalnya setiap pergantian dinas, setiap hari, dan atau
sewaktu-waktu diperlukan.
a. Intervensi terapeutik
Tindakan terapeutik adalah askep yang langsung sesuai keadaan klien. Rencana
b. Intervensi pemantapan/observasi
mengevaluasi yang tepat. Progam yang lebih dari yang sangat menentukan
kesehatan klien. Perawat harus lebih melihat perkembangan yang baik dan buruk
b. What; ditulis secara jelas, ringkas dari pengobatan atau tindakan dalam bentuk
kata perintah.
pada waktu pelaksanaan intervensi sangat penting dalam hal pertanggung jawaban
Misalnya, “ miring kanan atau kiri dengan bantuan perawat.” Menandakan suatu
prinsip ilmiah dan rasional dari rencana tindakan. Metode ini akan bisa
a. Prosedur invasive
dan memasang kateter. Tindakan tersebut di atas akan membawa resiko yang
tinggi pada klien terhadap komplikasi, yang tentunya perlu informed consent
Perawat berperan penting dalam mengenal kebutuhan belajar klien dalam rencana
pendidikan.
terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat yang menyatakan status kesehatan
sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari tindakan yang
Terdapat dua tipe dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif yang menyatakan
evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera
dan evaluasi sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis
sebagai berikut :
4) Catat evaluasi sumatif melalui pengkajian dan intervensi. Catat juga respon
pasien.
kesehatan.
perawat.
rencana perawatan atau dimasukkan dalam ringkasan khusus dan dalam pelaksanaan
Contoh data pendukung (untuk klien dengan myocard infark) : tidak ada dispnea.
d. Catatan evaluasi sumatif untuk setiap hasil yang diharapkan diidentifikasi pada
perencanaan keperawatan klien, bisa berjalan 100 m dan menaiki 12 tangga tanpa
bantuan. Evaluasi sumatif: dapat berjalan 50 m tanpa alat bantu dan dapat naik
terhadap tujuan, pemasukan yang sesuai dicatat sebagai berikut : kontrol sakit
Contoh: kesehatan klien memburuk, jam 09.00 mengeluh sakit di pusat seperti
ditikam.
d. Implementasi keperawatan.
ditanggung) (Balai Pustaka, 2007). Pengalaman merupakan guru yang baik, yang
menjadi sumber pengetahuan dan juga merupakan suatu cara untuk memperoleh
pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah,
2004).
pola tingkah laku yang disfungsional atau hanya untuk menemukan jalan keluar yang
kreatif. Dengan mengungkapkan pengalaman kepada orang lain, seseorang akan lebih
depresi untuk:
dan perasaan secara ekspresif mengenai pikiran-pikiran dan emosi juga menolong
2007).
1. Pertama: Ingatan
Ingatan ialah suatu kenyataan vital, daya untuk mengingat kembali kesan-
kesan, dan membandingkan kesan-kesan yang lama dengan yang baru. Ingatan ini
berfungsi tanpa disadari. Tanpa ingatan maka proses-proses yang martabatnya lebih
tinggi daripada proses vital dan hanya dimiliki oleh manusia tidak akan berfungsi
apa-apa. Tanpa ingatan, maka manusia tidak akan dapat mengenal kembali sesuatu,
tidak akan mempunyai kebiasaan tingkah laku, tidak akan mengenal perubahan-
perubahan serta harapan-harapan, tidak akan mengenal gambaran yang keliru karena
adanya jarak, waktu dan tidak akan dapat berfantasi. Jadi singkatnya, ingatan
tingkah laku, mempunyai harapan keliru sebagai akibat dari jarak jauh, berfantasi
akan harapan dan kesan-kesan yang akan diterimanya, dan mengenang kesan-kesan
(Suryabrata, 2003).
kenyataan, bahwa kedua hal tersebut yang ada pada seseorang individu belum tentu
ingatan yang kuat sekali, tetapi apa yang ada dalam ingatan itu sukar sekali untuk
ditimbulkan ke dalam kesadaran. Sebaliknya banyak juga ingatan individu yang tidak
Berdasarkan atas hal-hal yang dikenang atau diingat kembali daya ini masih
kenangan jenis benda jika sekiranya dia itu terlepas dari peristiwa-peristiwa
karena bergerak dalam bidang pelayanan jasa yang melibatkan berbagai kelompok
keperawatan merupakan salah satu komponen profesi yang dianggap sebagai kunci
dari keberhasilan asuhan kesehatan di rumah sakit. Hal ini terjadi karena perawat
harus selalu berada di samping pasien, sentuhan asuhan keperawatan telah dirasakan
pasien sejak dia masuk rumah sakit, selama dirawat dan pada waktu pulang
(Sumijatun, 2010).
adalah profesi yang setara dengan dokter, dibutuhkan pengakuan yang tepat bahwa
memang demikian adanya, namun tidak sedikit bahwa profesi ini secara tidak
disadari seperti tunduk terhadap apapun yang diperintahkan dokter. Ada beberapa
teori yang mengatakan bahwa pasien datang ke rumah sakit sebenarnya mencari
perawat bukan mencari yang lain. Namun secara tidak sadar kita lihat sehari-hari
bahwa pasien datang ke rumah sakit untuk mencari dokter, keduanya benar namun
keduanya kurang lengkap, secara tepat bahwa sebenarnya pasien datang ke rumah
sakit ingin mendapatkan pelayanan dokter, perawat dan pelayanan lainnya termasuk
jumlahnya cukup besar dibandingkan tenaga kesehatan lainnya, yakni lebih dari lima
puluh persen, sehingga perawat mempunyai tugas yang cukup berat untuk
yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain (dalam hal ini adalah perawat)
b. Pembela pasien.
e. Kolabolator dalam membina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat.
Menurut Ali (2002), peran perawat memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai
berikut :
a. Fungsi Pokok
Membantu individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat dalam
b. Fungsi Tambahan
sebagai berikut :
pasien/klien.
h. Bekerja sama dengan profesi lain yang terlibat dalam memberikan pelayanan
kegiatan keperawatan.
meliputi:
c. Menggunakan dan menerapkan konsep serta prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial
pasien/klien.
j. Menentukan dan menilai kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana
keperawatan.
keperawatan.
r. Menciptakan komunikasi dan penyesuain diri yang efektif dalam peran serta
kepemimpinan.
kesehatan.
kepada klien, digunakan standar praktik keperawatan yang telah dijabarkan oleh
1. Pengkajian Keperawatan
b. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam
klien masa lalu, status kesehatan klien saat ini, status biologis-psikologissosial-
d. Kelengkapan data dasar mengandung unsur lengkap, akurat, relevan dan baru.
a. Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien
b. Diagnosis keperawatan terdiri atas: masalah, penyebab, dan tanda atau gejala,
diagnosis keperawatan.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Perencanaan terdiri atas penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan.
4. Implementasi
respons klien.
5. Evaluasi Keperawatan
pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan perencanaan, kriteria proses:
keperawatan.
bahwa beban kerja perawat yang berat masih dijalani sebagian besar perawat di
Rumah Sakit Dr. Moewardi (RSDM) Surakarta. Jenis beban kerja yang relatif berat
bersumber dari pekerjaan keperawatan secara langsung. Beban kerja perawat menjadi
sakit ini.
Ruang Barokah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong, dengan hasil bahwa
mayoritas perawat memiliki hasil pendokumentasian yang cukup baik dan lengkap,
Perencanaan pada asuhan keperawatan dalam kategori cukup dari standar asuhan
keperawatan.
Woodward Palu, menunjukkan hasil ada pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat
dengan nilai p 0,018 (p<0,05), faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja
perawat adalah motivasi dengan nilai p = 0,004, nilai Wall =8,291, nilai Exp(B) =
0,089.
komputer adalah waktu yang dibutuhkan menjadi lebih singkat, disamping itu data
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan metode penelitian meliputi: desain penelitian yang
pengumpulan data, variabel dan definisi operasional, metode analisis data, tingkat
desain penelitian yang melibatkan eksplorasi langsung, analisa data dan deskripsi dari
fenomena tertentu, sebebas mungkin dari dugaan yang belum teruji, yang bertujuan
mendapatkan hasil yang maksimal dari pengalaman individu tentang ‘sesuatu’ baik
Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat di ruang rawat inap. Secara
definitif, agar hasil penelitian lebih kredibel dan dapat dipercaya, dibutuhkan
minimum 10-20 partisipan (Saldana, 2011). Jumlah partisipan dalam penelitian ini
39
Universitas Sumatera Utara
yang dirawat inap di RSUD Gunung Tua dan adanya penelitian dan referensi yang
inap (LoBiondo-Wood & Haber, 2010). Adapun kriteria inklusi partisipan dalam
2. Perawat yang sudah bekerja di ruang rawat inap RSUD Gunung Tua minimal 3
tahun.
Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat yang berstatus PNS atau
Honorer dan bertugas di Ruang Rawat Inap di RSUD Gunung Tua sebanyak 9 orang.
karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum daerah yang merupakan pusat
Waktu penelitian diawali dari proses pembuatan proposal yang dimulai sejak
bulan Juni 2014 sampai Agustus 2014. Proses pengumpulan data dilakukan dari
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan metode, alat dan prosedur
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, data demografi,
panduan wawancara dan lembar observasi. Alat pengumpulan data utama dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan kata lain peneliti sebagai instrumen
sendiri untuk mengumpulkan data yang “kaya” tentang pengalaman perawat dalam
peneliti dan partisipan melalui wawancara intensif (Polit & Beck, 2012).
jenis kelamin, pendidikan, ruang kerja, dan lama bekerja. Selain itu, peneliti juga
wawancara dibuat berdasarkan tinjauan pustaka yang relevan dengan masalah yang
pertanyaan terbuka, dan tidak bersifat kaku. Pertanyaan dapat berkembang sesuai
teori yang telah ditetapkan. Panduan wawancara dibuat untuk memudahkan peneliti
supaya jalannya wawancara terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu
perawat di ruang rawat inap. Terhadap lembar observasi juga dilakukan content
validity dengan expert sama dengan panduan wawancara. Nilai CVI > 0,8 maka
bermakna bahwa panduan wawancara memiliki isi yang valid. Jenis observasi yang
observasi dengan berada di ruang rawat inap, tetapi tidak ikut terlibat aktif dalam
kegiatan partisipan. Observasi dilakukan oleh peneliti selama 2 waktu yaitu pada shift
Prosedur pengumpulan data dimulai dari surat keterangan lulus uji etik
pengembangan RSUD Gunung Tua. Berdasarkan ijin dari rumah sakit tempat
penelitian, peneliti mengunjungi ruang rawat inap (Ruang VIP, Ruang Kelas II
Dewasa, Ruang Kelas II Anak, Ruang Kelas III, dan Ruang Kebidanan), menjelaskan
tentang penelitian yang dilakukan dan meminta data pasien yang dirawat inap.
melakukan pilot study yang bertujuan sebagai latihan dalam melakukan teknik
wawancara. Pilot study dilakukan pada 1 partisipan. Setelah itu, hasil wawancara dari
bertujuan untuk meningkatkan hubungan saling percaya antara peneliti dan partisipan
sekaligus tahap pengenalan situasi dan kondisi kerja perawat. Pada tahap ini, peneliti
dilanjutkan dengan membuat kontrak waktu dan tempat untuk wawancara. Semua
partisipan. Peneliti melakukan wawancara di setiap ruang rawat inap dengan memilih
Wawancara dilakukan dengan metode indepth interview dengan durasi 60-90 menit.
teknik probing.
Peneliti juga berupaya untuk tidak mengarahkan jawaban partisipan dan membiarkan
disarankan untuk menghubungi peneliti baik secara langsung ataupun melalui telepon
jika partisipan merasa perlu untuk menceritakan lebih lanjut tentang pengalamannya.
proses bimbingan dengan dosen, dan penelitian terus dilakukan sampai dirasa tidak
ada lagi hal-hal yang ingin diketahui dari partisipan. Pencarian informasi dari
partisipan lain terus dilakukan sesuai dengan prosedur dan dihentikan setelah tercapai
saturasi. Peneliti melakukan terminasi akhir dengan partisipan dalam penelitian dan
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
dari Colaizzi (1978) dalam Streubert & Carpenter (1995), karena metode ini
Dalam proses analisis ini, pernyataan partisipan ditranskripsi dari audio rekaman
signifikan secara numerik dimasukkan ke dalam daftar (mis., 1,2,3,4, ....) yaitu
kelompok tema dan makna yang dirumuskan dan dijelaskan oleh peneliti.
diungkapkan dengan analisis ketat dari setiap deskripsi lengkap dari fenomena
tersebut.
Sebuah janji untuk tindak lanjut dibuat antara peneliti dengan masing-masing
Setiap perubahan yang dibuat disesuaikan dengan umpan balik partisipan untuk
dasar dari fenomena tersebut. Integrasi dari informasi tambahan oleh partisipan
untuk dimasukkan ke dalam deskripsi final dari fenomena yang terjadi saat ini.
confirmability.
melalui beberapa teknik yaitu prolonged engagement, hasil rekaman dan transkrip,
triangulasi data atau metode, dan member checking. Prolonged engagement pada
penelitian ini adalah mengadakan pertemuan dengan partisipan selama 2 jam setiap
minggu sebelum pengumpulan data. Hal ini bertujuan agar terjalin hubungan saling
percaya antara peneliti dengan partisipan, sehingga partisipan dapat dengan aman dan
dilakukan kepada partisipan untuk memvalidasi hasil tematik yang telah ditemukan.
Member checking dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi
atau tema-tema spesifik yang telah dianalisa peneliti kepada partisipan dan meminta
partisipan, apakah diantara ungkapan, kata kunci dan tema yang tidak sesuai dengan
mengurangi kata kunci atau tema yang sudah diangkat. Selain itu, untuk lebih
meyakinkan partisipan dengan kata kunci dan tema yang diangkat, peneliti juga
(Creswell, 1998).
yang sama menghasilkan hasil yang sama. Oleh karena itu, selama proses penelitian
pembimbing tesis dan kemudian mendiskusikan kata kunci, kategori, sub tema, dan
tema-tema yang sesuai dengan tujuan dari penelitian sehingga terbentuk sebuah
analisa data.
Confirmability yang dilakukan pada penelitian ini adalah audit trial. Selama
dengan baik seperti jika terdapat hal-hal yang kurang jelas, peneliti melakukan
konfirmasi kepada partisipan. Selain itu hasil temuan tema diperlihatkan kepada
partisipan dan dilakukan validasi oleh partisipan. Audit trial diperkuat dengan peneliti
juga menyerahkan hasil temuan selama proses penelitian kepada pembimbing untuk
pengirim dan konteks penerima. Hal ini dilakukan dengan uraian secara rinci. Dalam
penelitian ini, peneliti menguraikan dengan rinci hasil temuan yang akan didapat,
kemudian dibuat penjelsan tentang hasil wawancara dalam bentuk naratif yang
terhadap hasil penelitian dengan menggunakan literatur yang sesuai dengan topik
penelitian.
kriteria yang telah ditentukan. Partisipan dalam hal ini adalah perawat di ruang rawat
inap, petugas kesehatan yang secara langsung berhubungan dengan pasien rawat inap,
resiko, ketidaknyamanan dan keuntungan serta harapan atas patisipasi individu dalam
bila disetujui partisipan ditandatangani dan bila tidak, partisipan bebas atas
dapat menentukan apakah berperan serta dalam penelitian ini atau tidak, ia dapat saja
Hak privasi dan martabat (Right to privacy and dignity) dilakukan peneliti
waktu disepakati sesuai dengan yang diinginkan partisipan. Demi menjaga privasi,
oleh perawat. Wawancara kembali dilanjutkan setelah kondisi kembali kondusif dan
subjek tidak dihubungkan bahkan oleh peneliti sendiri dengan alasannya. Subjek
hanya diberikan kode nomor. Identitas individu tidak dihubungkan dengan informasi
mempertimbangkan aspek keadilan, siapa pun partisipan, baik perempuan atau laki-
laki mendapatkan hak dan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun
kebebasan memilih waktu dan tempat, bebas untuk berhenti sewaktu-waktu apabila
HASIL PENELITIAN
Kabupaten Padang Lawas Utara yang dikelompokan kedalam 3 bagian yaitu (1)
kelamin perempuan 8 orang dan 1 orang perawat laki-laki yang bekerja di ruang rawat
inap Rumah Sakit Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara. Umur rata-rata
adalah 31 tahun, beragama islam 8 orang dan 1 orang beragama kristen protestan,
lama bekerja rata-rata 6,8 tahun dengan masa kerja terpendek 3 tahun, masa kerja
terlama 12 tahun. Status pernikahan 2 orang belum menikah dan 7 orang sudah
keperawatan. Partisipan Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah 5 orang dan 4 orang
Tenaga Kerja Sukarela (TKS) yang bertugas sebagai perawat ruang rawat inap Kelas
II, perawat kelas III, perawat anak, perawat ruang rawat inap VIP dan perawat IGD.
52
Universitas Sumatera Utara
menjabat kepala ruangan. Untuk selengkapnya data-data tentang partisipan dapat
No Karakteristik Frekuensi
1 Umur
Mean 31
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 1
Perempuan 8
3 Agama
Islam 8
Kristen Protestan 1
4 Lama Kerja
Mean 6,8
Masa Kerja Terlama 12
Masa Kerja Terpendek 3
5 Status Pernikahan
Menikah 7
Belum Menikah 2
6 Kategori Pendidikan
S1 Keperawatan 2
D III Keperawatan 7
keperawatan yang terdiri dari beberapa tahapan proses keperawatan, yaitu (1)
ada partisipan patuh melakukan pendokumentasian, ada partisipan yang tidak patuh
atau tidak lengkap melakukan pendokumentasian pada tahap ini partisipan tidak
rasa malas, kurang pengetahuan, atau beban kerja. pada tahap pengkajian ini.
metode wawancara dan observasi terhadap pasien. Ditemukan empat orang partisipan
“ … Dari segi pengkajiannya itu pasien masuk saya kaji dengan cara
wawancara, pengalamannya termasuk dari segi kita wawancara kepada
pasien, ada kalanya beberapa pasien terkendala dalam memberikan informasi
pada saat dilakukan pengkajian“ (Partisipan 1)
melakukan pengkajian:
“Ketika pasien masuk saya tanyakan keluhannya, lalu saya catatkan ke dalam
format pengkajian.” (Partisipan 4)
“langsung saya kaji dengan cara mewawancarai apa keluhannya, jika pasien
tidak bisa diwawancarai, saya mewawancarai keluarganya Saya tanyakan
keluarganya tentang riwayat penyakitnya… “
pengkajian dilakukan dengan cara mengobservasi pasien. Hal ini sesuai dengan
pernyataan pasien.
““ Saya menuliskan pengkajian sesuai dengan kondisi pasien yang saya lihat
dan saya observasi…” (Partisipan 8)
“ Kita lihat bagamana kondisi fisik pasien apakah ada luka-lukanya, kita tensi
apakah dia hipertensi atau tidak, kita liat mimik wajahnya untuk mengetahui
keadaan psikologisnya.” (Partisipan 7)
malas, kurang pengetahuan, atau beban kerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan
pasien.
pendokumentasian pada tahap ini, ada juga beberapa partisipan yang tidak patuh
berdasarkan hasil pengkajian tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dua orang
partisipan.
“…tapi yang saya tegakkan adalah diagnosa yang paling aktual saja.,
diagnosa aktual inilah yang saya catatkan dalam pendokumentasian tahap
diagnosa. (Partisipan4)
“Saya memilih diagnosa keperawatan yang utama, yaitu yang paling
menonjol saja, Itu pengalaman saya melakukan diagnosa dan rata-rata selalu
diagnosa yang ditegakkan hanya yang paling aktual saja dan hanya satu saja
yang saya tegakkan” (Partisipan 1)
“ Saya hanya memilih dan menuliskan satu diagnosa aja dan itu merupakan
diagnosa utama saja.” (Partisipan 8)
sehingga jarang mengisi dokumentasi tahap diagnosa. Ada juga partisipan yang malas
melakukan diagnosa sehingga mereka menyalin diagnosa dari UGD untuk dicatat di
dokumen diagnosa keperawatan dan ada juga partisipan yang menuliskan diagnosa
berdasarkan diagnosa dan instruksi dari dokter. Adapun pernyataan dua orang
“Diagnosanya agak terbatas juga disini Kak.. karena belum apa-apa pasien
sudah minta pulang gitu.. Jadi bagaimana mau menegakkan diagnosanya
Kak.” (Partisipan 3)
“Saya memilih satu diagnosa dan menuliskan satu diagnosa itu setelah ada
instruksi dokter. Instruksi dokter itu, saya jadikan diagnosa utama.”
(Partisipan 7)
ditegakkan atau masalah yang dialami pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan
partisipan.
kurang motivasi, keterbatasan alat yang disediakan rumah sakit atau kesibukan
partisipan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan. Ada juga partisipan yang
dilakukan perawat terhadap pasien. Hal ini diungkapkan oleh tujuh partisipan sebagai
berikut:
“ Kalo diimplementasi . Setelah kita susun rencana, kita sudah tahu apa yang
akan kita lakukan.” (Partisipan 1)
“Terkadang ada rencana yang dilakukan secara spontan aja, misalnya kalau
suhu panas, ya langsung dikompres pasiennya, kalau pasien mengeluh sesak
napas, langsung aja diatur posisinya.” (Partisipan 5)
dokumentasi evaluasi sesuai dengan rekapitulasi hasil observasi status pasien. Hal ini
“Dari segi evaluasi ya.. Evaluasi itu dibuat sesuai dengan hasil rekapitulasi
hasil observasi…” (Partisipan 1)
“Setiap tindakan yang saya lakukan dan yang saya catatkan daam status,
saya simpulkan menurut kondisi pasien, selanjutnya saya bikinlah SOAP.”
(Partisipan 7)
“ Evaluasi ini saya tuliskan berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien saat
mengevaluasi.” (Partisipan 9)
evaluasi bahkan ada yang tidak menuliskan dokumen evaluasi ini dikarenakan
kurangnya pengetahuan dan beban kerja yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan partisipan.
asuhan keperawatan; (3) lembar dokumentasi dan fasilitas rumah sakit yang terbatas;
(4) format lembar dokumentasi asuhan keperawatan tidak sesuai standar; (5)
kurangnya kerja sama antar tim; (6) kurangnya sosialisasi mengenai cara
dokumentasi asuhan keperawatan adalah kurangnya motivasi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan partisipan:
“... tapi malah terkendala karena lembar format di ruangan habis sehingga
pendokumentasian askep tidak bisa dilanjutkan lagi.” (Partisipan 1)
“Kalo saya pribadi merasa terhambat karena lembar kertas askep terbatas di
ruangan.” (Partisipan 7)
“Selama ini format askep yang disediakan adalah sama formatnya padahal
seharusnya format itu berbeda antara ruang rawat inap anak dan ruang
rawat inap dewasa.”(Partisipan 4)
Tiga orang partisipan mengatakan bahwa fasilistas rumah yang terbatas sakit
seperti alat tulis yang tidak disediakan oleh rumah sakit, menjadi faktor penghambat
partisipan.
“ Kadang Fasilitas rumah sakit tidak mendukung. Tinta penanya habis dan
alat tulis tidak disediakan...” (Partisipan 1)
“Selain itu fasilitas rumah sakit yang terbatas, alat tulis tidak tersedia.
Katanya wajib menggunakan tinta hitam atau biru tapi tidak disediakan
penanya untuk kami” (Partisipan 7)
Lima orang partisipan mengeluhkan kurangnya kerjasama antar tim atau shift
partisipan tersebut:
“Tim kerja yang tidak berkelanjutan, cara kerjanya itu loh, cara
pendokumentasian, itu semua tidak berkelanjutan.... shift sore menuliskan,
shift malamnya kadang menuliskan, kadang tidak. Jadi tiba Fatimah masuk,
Fatimah susah menuliskan askepnya karena tidak ada perkembangan pasien
sebelumnya.” (Partisipan 1)
salah satu hambatan menurut dua orang partisipan. Hal ini sesuai dengan ungkapan
partisipan.
“Kadang fasilitas rumah sakit pun tidak mendukung, tinta penanya habis dan
alat tulis tidak disediakan, lembar format tidak selalu tersedia, sering
habis…sosialisasi askep kurang.” (Partisipan 1)
Beban kerja perawat yang tinggi sehingga membuat partisipan tidak memiliki
“Kadang kerja kami ini terlalu banyak, yang bukan kerja kami pun disuruh
kami yang mengerjakan.” (Partisipan 1)
“ Tidak ada standar di rumah sakit ini tentang cara pendokumentasian Askep
jadi saya sering bingung mengisi format askepnya.” (Partisipan 8)
pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu (1) motivasi dan supervisi dari atasan
langsung; (2) pemberian imbalan, (3) pemberian sanksi bagi perawat; dan (4)
Kategori dukungan dari atasan langsung dinyatakan oleh tiga partisipan bahwa
faktor pendukung proses pendokumentasian adalah motivasi dan supervisi dari atasan.
“Faktor-faktor yang mendukung ada, ada sih tapi tidak begitu upayanya
maksimal misalnya motivasi dan pengawasan dari kepala ruangan dalam
pendokumentasian askep.” (Partisipan 3)
“Kepala ruangan juga harusnya peduli, diingatkanlah siapa-siapa yang
malas untuk mengerjakan pencatatan askep ini.” (Partisipan 5)
Ada enam partisipan yang menyatakan bahwa kekompakan dan kerja sama
“Dukungan dari teman, seperti kerja tim yang kompak juga bisa mendukung
terlaksana pendokumentasian dengan baik.” (Partisipan 1)
“Kerjasama antar tim itu tadi. Kalok kita kompak kan enak ngisi askepnya
sama-sama jadi semangat kan Kak... terus maunya shift yang berikutnya juga
mendokumentasikan askep jadi berkelanjutan askepnya.” (Partisipan 3)
“Selain itu kekompakan antar tim kerja itu sangat penting. Misalnya kita
mengisi status sama-sama rasanya lebih semangat, kalo mengisi sendiri
rasanya jenuh, bosan gitu-gitu aja.”(Partisipan 9)
partisipan.
“Jadi rumah sakit harus punya upaya, mencari apa yang mampu memotivasi
perawat untuk mendokumentasikan asuhan keperawtan. Perawat yang
melakukan pendokumentasian harus dihargai dengan memberi
reward.”(Partisipan 1)
pernyataan partisipan:
“Pengalaman saya, fakor pendukung itu ada tapi rumah sakit ini tidak
melakukan upaya yang maksimal misalnya manajemen kurang
memperhatikan pelaksanaan pendokumentasian askep, jarang diperiksa arsip
dokumentasi askep itu, memotivasi perawat untuk melakukan
pendokumentasian, misalnya yang rajin menuliskan askep diberi
penghargaan dan yang malas diberikan sanksi” (Partisipan 4)
melakukan asuhan keperawatan selanjutnya, dan manfaat bagi rumah sakit adalah
asuhan keperawatan adalah menambah pengetahuan atau wawasan perawat. Hal ini
“Manfaatnya saya lebih enak melanjutkan askep berikutnya dan mudah bagi
saya untuk mengetahui perkembangan pasien.” (Partisipan 2)
“Selain itu kita perawat lebih mudah menyusun tindakan selanjutnya bagi
pasien.” (Partisipan 8)
pendokumentasian asuhan keperawatan dan meningkatkan mutu rumah sakit. Hal ini
“Kalo bagi rumah sakit itu memang kewajiban rumah sakit melaksanakan
pendokumentasian asuhan keperawatan dan melindungi rumah sakit apa bila
ada masalah dengan pasien, ada aspek hukumnya.” (Partisipan 2)
adalah perawat mengulangi menuliskan nama pasien, membuat tanggal dan waktu
formulir askep. Hasil observasi langsung dapat dilihat pada tabel 4.2.
Dilaku- Tidak
No Perilaku Perawat yang Diobservasi Saat kan Dilakukan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
f (%) f (%)
1 Perawat mencatat data pasien (nama, tanggal masuk, 6 (66,7) 3 (33,3)
alamat, jenis kelamin, umur dsb) pada formulir askep.
2 Tulisan perawat rapi dan mudah dibaca. 4 (44,4) 5 (55,6)
3 Perawat menulis tanggal, waktu pada formulir askep. 5 (55,6) 4 (44,4)
4 Perawat menulis data pasien menggunakan tinta biru atau 5 (55,6) 4 (44,4)
hitam.
5 Perawat mencatat keadaan pasien diwaktu lampau dan 5 (55,6) 4 (44,4)
waktu sekarang.
6 Jika perawat salah mencatat, perawat mencoret satu kali 4 (44,4) 5 (55,6)
pada tulisan yang salah, membuat tulisan “salah” diatasnya
lalu memaraf.
7 Jika pencatatan bersambung, perawat mengulangi 2 (22,2) 7 (77,8)
menuliskan nama pasien, membuat tanggal dan waktu.
8 Perawat menuliskan namanya dan menandatangani 2 (22,2) 7 (77,8)
formulir askep.
9 Perawat menggunakan singkatan yang biasa digunakan dan 4 (44,4) 5 (55,6)
dapat diterima
10 Bila terjadi pergantian shift, perawat memberi penjelasan 4 (44,4) 5 (55,6)
pada perawat pengganti.
Total rata-rata 4,5 (45) 4,9 (55)
PEMBAHASAN
Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara. Selain itu, pada bab ini
sudah dilakukan oleh penelti dengan kondisi ideal yang seharusnya dicapai. Bagian
akhir dari bab ini juga akan membahas implikasi penelitian bagi keperawatan.
asuhan keperawatan. Partisipan yang terpilih sesuai dengan kriteria inklusi penelitian
dan bekerja di RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara. Berdasarkan
70
Universitas Sumatera Utara
pendokumentasian asuhan keperawatan. Selanjutnya peneliti akan membahas secara
rinci.
keperawatan di RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara diketahui bahwa
sesuai standar.
yang menggunakan pendekatan proses keperawatan yang memiliki nilai hukum yang
keperawatan yang telah dilaksanakan perawat tidak mempunyai makna dalam hal
penulisan dan pencatatan yang dilakukan oleh perawat tentang informasi kesehatan
Hasil penelitian di RSUD Gunung Tua ditemukan bahwa 55% partisipan tidak
berhubungan dengan klien dan keluarga serta berkomunikasi dengan anggota tim
kesehatan lain dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan serta
oleh perawat yang vokasional. Meskipun bukan suatu keharusan seorang perawat
langkah proses keperawatan, hal ini tertuang dalam Kepmenkes 1239 tahun 2001
tinggi, format pengkajian yang tidak sesuai standar, dan pendokumentasian asuhan
keperawatan sebelum tahun 2014 tidak diwajibkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan
pendapat Potter dan Perry (2009) yang mengatakan perawat yang secara langsung
Kurangnya waktu dalam pendokumentasian, tidak ada orang yang akan membaca
partisipan dalam proses pengkajian adalah observasi dan wawancara terhadap pasien.
Hal ini sesuai dengan Standar Profesi dan Kode Etik Perawat Indonesia (PPNI, 2010),
standar proses dalam pengkajian terdiri dari: 1) Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara, observasi pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang (hasil lab,
catatan klien lainnya). 2) Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terdekat, tim
kesehatan, rekam medik, dan catatan lain. 3) Klien berpartisipasi dalam proses
status kesehatan klien saat ini, status kesehatan klien masa lalu, status biologis,
fisiologis, psikologis, sosial, kultural dan spritual, respon terhadap terapi, harapan
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Kozier et al. (2004) bahwa
peneliti antara lain mengobservasi pasien secara langsung, melihat catatan dari IGD,
mewawancarai pasien dan keluarganya, dan memeriksa fisik pasien dari kepala
bisa menjawab dengan baik bagaimana cara memperoleh data dari pasien yaitu dengan
wawancara dan observasi pada pasien, hanya saja data yang dikumpulkan masih
psikologis, dan spiritualnya. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan dan
sudah memahami sampai analisis data untuk menentukan masalah aktual atau
potensial dari data-data pengkajian yang didapatkan. Sedangkan perawat D III belum
memahami cara menganalisis data yang diperoleh dari pengkajian. Menurut hasil
penelitian tentang adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan (D III)
penyebab/gejala atau terdiri dari masalah dan penyebab, bersifat aktual apabila
masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah
kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.
diagnosa adalah dengan cara membuat dokumentasi diagnosa sesuai data pengkajian
dan menegakkan hanya satu diagnosa yaitu diagnosa yang utama atau aktual. Hasil
tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan, motivasi dan beban kerja yang tinggi
sehingga mereka jarang mengisi dokumentasi tahap diagnosa dan ada juga partisipan
yang menyalin diagnosa dari UGD untuk dicatat di dokumen diagnosa keperawatan
dan ada juga partisipan yang menuliskan diagnosa berdasarkan diagnosa dan instruksi
dari dokter.
setiap hasil diagnosa keperawatan harus dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan.
dialami pasien. Hal ini sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang secara resmi
perencanaan ini karena mereka merasa perencanaan tidak ada gunanya. Tidak semua
prasaranana RSUD Gunung Tua. Hal ini sesuai dengan penelitian Larson dkk., (2004)
dalam Lunney (2008) yang menemukan fakta bahwa kekurangan sarana dan
(Merelli, 2000).
Keperawatan memiliki kemampuan tindakan keperawatan yang lebih baik. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tanasale (2003) dalam Sumaedi, D.A. (2010)
RSU Tual.
tujuan, sesuai kriteria tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan evaluasi bisa
menggunakan SOAP atau SOAPIER yaitu merupakan salah satu pendekatan yang
berorientasi pada cara penyelesaian masalah. Sangat cocok diterapkan untuk melihat
apakah masalah teratasi seluruhnya, masalah teratasi sebagian, atau masalah belum
teratasi. Model evaluasi ini memang agak sulit dipahami karena membutuhkan konsep
dan pemahaman secara utuh tentang kebutuhan dasar manusia, konsep perilaku,
tahap evaluasi diketahui bahwa beberapa partisipan jarang bahkan ada yang belum
tentang dokumentasi evaluasi dan beban kerja yang tinggi. Berdasarkan hasil
sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan PPNI (2010) bahwa terdapat dua tipe
dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera dan evaluasi
sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien
berasal dari dalam diri partisipan dan faktor yang berasal dari luar diri partisipan.
Faktor yang berasal dari dalam diri partisipan adalah kurang motivasi diri dan
kemampuan perawat rendah, sedangkan faktor-faktor yang berasal dari luar diri
partisipan adalah fasilitas rumah sakit kurang memadai, format askep tidak sesuai
standar, kurangnya kerja sama antar tim, sosialisasi Askep kurang, dan beban kerja
pengaturan kondisi kerja. Hasil penelitian Mastini (2013) beban kerja merupakan
menjadi tidak akurat. Hasil penelitian Lunney (2008) bahwa terdapat pengaruh yang
askep yang tidak akurat dan faktor kemampuan perawat yang paling berpengaruh
Fasilitas rumah sakit yang kurang memadai seperti tidak tersedianya alat
Larson, dkk., (2004) dalam Lunney (2008) menemukan fakta bahwa kekurangan
sarana dan prasarana, perawat banyak mengerjakan pekerjaan non keperawatan akan
kebutuhan klien.
pendokumentasian pada penelitian ini. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mastini
(2013) yang menunjukkan bahwa responden beban kerja ringan dengan kelengkapan
dimana hasil didapat berdasarkan analisis dengan kuesioner beban kerja sebanyak
13 kuesioner yang telah diisi oleh perawat yang bertugas di Ruang Medical Surgical
perawat dengan pasien, pekerjaan yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perawat
misalnya membuat kwitansi pemakaian obat, konsul rongent mengambil obat pasien
(Nursalam, 2008)
adalah motivasi dan supervisi dari atasan langsung, pemberian imbalan, pemberian
Dukungan yang diperlukan dari atasan langsung adalah dukungan motivasi dan
Menurut Royani (2010) insentif yang rendah apa bila tidak dibenahi akan membuat
perawat menjadi tidak puas dalam bekerja. Ketidakpuasan dalam bekerja yang
asuhan keperawatan yaitu manfaat bagi rumah sakit dan manfaat bagi perawat itu
sendiri. Manfaat bagi rumah sakit yaitu menegakkan aspek legal dan meningkatkan
mutu rumah sakit, sedangkan manfaat bagi perawat adalah mempermudah perawat
Penelitian ini merupakan penelitian pertama bagi peneliti dalam melakuka n penelitian
Fakta yang ditemukan berdasarkan tema- dari hasil penelitian ini bisa dijadikan
bahan untuk diskusi dan menjadi pertimbangan dalam penentuan kebijakan dalam
Pada bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan
teori dan penelitian terkait. Sedangkan saran merupakan tindak lanjut dari penelitian
ini.
6.1. Kesimpulan
berasal dari faktor dari dalam partisipan dan dari luar diri partisipan. Faktor dari dalam
partisipan adalah kurangnya motivasi diri dan kemampuan perawat yang rendah.
Sedangkan faktor dari luar partisipan adalah fasilitas rumah sakit kurang, format
lain adalah motivasi dan supervisi dari atasan langsung, pemberian imbalan,
keperawatan.
menegakkan aspek legal dan meningkatkan mutu rumah sakit sedangkan manfaat bagi
6.2. Saran
5. Membuat job description yang lebih jelas tentang tugas dan tanggung
keberawatan
pegawai yang berstatus sebagai PNS atau reward bagi tenaga sukarela
(TKS).
86
Universitas Sumatera Utara
Gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober
2011.
Keputusan Dirjen Yanmed No.YM. 00.03.2.6.7637 Tahun 1993 tentang Standar
Asuhan Keperawatan.
Kozier, B.J., Erb, G., Berman, A.J., Synder, E.. 2004. Fundamental of Nursing,
EDition, Mosby Elsivier, Australia.
Kuntoro, A., 2010. Manajemen Keperawatan, Mulia Medika. Yogyakarta.
Lobiondo, Wood and Haber, Judith. 2010. Nursing Research : Methods and Critical
Appraisal for Evidence-Based Practise. 6th. St. Louis : Mosby Elsiver.
Lunney, M., 2008. Critical Need to Addres Acouracy of Nurses”s Diagnoses, OJIN.
The Online Journal of Issues in Nursing diakses pada 15 Desember 2014,
http://www.Nursingworld.org
Martini, 2007. Hubungan Karakteristik Perawat, Sikap, Beban Kerja, Ketersediaan
Fasilitas dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rawat Inap
BPRSUD Kota Salatiga, Program Pasca Sarjana Uiversitas Diponegoro,
Semarang.
Mastini, 2013. Hubungan Pengetahuan, sikap, dan Beban Kerja dengan kelengkapan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan IRNA di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Denpasar.
Merelly, T.M., 2000. Nursing Documentation Hand Book, Mo. Sby, St. Louis.
Notoadmodjo, S, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Nurachmah, E., 2001. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit, Artikel.
Diakses 14 Desember 2014; http://www.pdpersi.co.id
Nursalam, 2002. Proses Dokumentasi Keperawatan: Konsep Dan Praktik, Edisi 1,
Salemba Medika, Jakarta.
Pangemanan, 2014. Hubungan Manajemen Waktu dengan Produktivitas Kerja
Perawat Pelakasana di IRNA A RSUP Prof. Dr. RD. Kandou Manado,
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi
Manado diakses pada 14 Desember 2014:
http://downloadportal.garuda.org/article.php
______, 2009. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi Profesional , Salemba Medika, Jakarta.
Stephen, 1994. Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif. Cetakan Pertama,
Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Streubert, H.J, & Carpenter, D.R., 1999. Qualitative Research in Nursing : Advancing
the Humanistic Imperative, 2nd Ed. Philadelpia. Lippincott Williams &
Wilkins.
Petunjuk Pengisian:
Dibawah ini adalah data karakteristik yang dibutuhkan sebagai identitas partisipan
penelitian. Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai keadaan Sdr/ri yang sebenarnya,
dengan mengisi titik-titik pada kolom yang telah disediakan.
b. Tidak
Jelaskan ………………………………………………………………
90
Universitas Sumatera Utara
PANDUAN WAWANCARA
Pertanyaan:
keperawatan?
rawat inap?
91
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR OBSERVASI
Pengalaman Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten
Padang Lawas Utara
92
Universitas Sumatera Utara
PENJELASAN TENTANG PENELITIAN
Judul Penelitian :
Pengalaman Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten
Padang Lawas Utara
93
Universitas Sumatera Utara
MATRIKS TEMA
No Tema Kategori
1 Tahap pendokumentasian 1. pengkajian keperawatan
asuhan keperawatan 2. diagnosa keperawatan
3. perencanaan keperawatan
4. implementasi keperawatan
5. evaluasi keperawatan
2 Faktor penghambat 1. kurangnya motivasi
pelaksanaan 2. kurangnya kemampuan perawat
pendokumentasian asuhan 3. lembar dokumentasi dan fasilistas rumah
keperawatan sakit yang terbatas
4. format lembar dokumentasi asuhan
keperawatan tidak sesuai standar
5. kurangnya kerjasama antar tim atau shift
6. Kurang sosialisasi mengenai cara penulisan
asuhan keperawatan
7. Beban kerja perawat yang tinggi
3 Harapan perawat terkait 1. motivasi dan supervisi dari atasan langsung
dengan pendokumentasian 2. pemberian imbalan (reward)
asuhan keperawatan 3. pemberian sanksi bagi perawat
4. sosialisasi cara pendokumentasian asuhan
keperawatan
4 Manfaat 1. menegakkan aspek legal dan meningkatkan
pendokumentasian asuhan mutu rumah sakit
keperawatan 2. mempermudah perawat mengetahui
perkembangan kondisi pasien
3. menambah pengetahuan perawat
4. mempermudah perawat dalam menyusun
tindakan selanjutnya
94