Anda di halaman 1dari 114

PENGALAMAN PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN

KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNG TUA


KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA
TAHUN 2014

TESIS

Oleh

LILY FATRANI SIREGAR


127032284/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


THE EXPERIENCES OF NURSES IN DOCUMENTING NURSING CARE
AT GUNUNG TUA GENERAL HOSPITAL IN PADANG LAWAS
UTARA DISTRICT IN 2014

THESIS

By

LILY FATRANI SIREGAR


127032284/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM


FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


PENGALAMAN PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNG TUA
KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA
TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Administrasi Rumah Sakit
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

LILY FATRANI SIREGAR


127032284/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : PENGALAMAN PERAWAT DALAM
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH GUNUNG TUA KABUPATEN
PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2014
Nama Mahasiswa : Lily Fatrani Siregar
Nomor Induk Mahasiswa : 127032284
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Setiawan, SKp, M.N.S, Ph.D) (Siti Saidah, SKp, M.Kep, Sp.Mat)


Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus: 10 Februari 2015

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji
Pada Tanggal : 10 Februari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Setiawan, SKp, M.N.S, Ph.D


Anggota : 1. Siti Saidah, SKp, M.Kep, Sp.Mat
2. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes
3. Masnelly Lubis, S.Kep, MARS

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PENGALAMAN PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN


KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNG TUA
KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2015

Lily Fatrani Siregar


127032284/IKM

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Dokumentasi asuhan keperawatan sangat diperlukan untuk kepentingan pasien


maupun perawat, namun pada kenyataannya di Indonesia pelaksanaan dokumentasi
keperawatan masih sangat kurang sehingga masih banyak dokumen asuhan
keperawatan yang isinya belum lengkap. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi pengalaman perawat dalam pendokumentasian asuhan keperwatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan desain fenomenologi.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Partisipan dalam
penelitian ini sebanyak 9 orang diambil secara purposive sampling. Analisa data
menggunakan metode Collaizi dengan tahapan 7 langkah.
Hasil penelitian ini menemukan empat tema terkait dengan pendokumentasian
asuhan keperawatan yaitu tahap pendokumentasian, faktor penghambat pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan, harapan perawat terkait dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan, dan manfaat pendokumentasian asuhan
keperawatan.
Kesimpulan bahwa pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan
kurang baik pada setiap tahap proses pendokumentasian yaitu tahap pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Oleh karena itu
diperlukan dukungan semua pihak baik dari atasan langsung dari rumah sakit, teman
sejawat untuk mengatasi faktor penghambat dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan.

Kata Kunci : Pengalaman, Perawat, Pendokumentasian

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Documentation of nursing care is essential for both patients and nurses.


However, in fact some nurses in hospitals did not document their nursing care
completely. The purpose of this study was to explore the experiences of nurses in
documenting their nursing care at Gunung Tua General Hospital in Padang Lawas
Utara District. Phenomenology was employed in this study. Data were collected
using in-depth interviews. Nine participants were recruited. Gathered data were
analyzed by using Colaizzi’s method.
This study found 4 themes related to experiences of nurses in documenting
their nursing care at Gunung Tua General Hospital, steps of nursing care
documentation, inhibiting factors of documenting nursing care, nurse’s expectations
on nursing care documentation, and benefits of nursing care documentation. It can be
concluded that documentation of nursing care performed by the nurses were not
sufficient for every steps of nursing process. Therefore, supports from hospital
management and colleagues are needed to overcome the inhibiting factors of nursing
care documentation.

Keywords: Experience, Nurses, Documentation

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karuniaNya,

penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengalaman Perawat dalam

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah sakit Umum Gunung Tua

Kabupaten Padang Lawas Utara.

Dalam membuat penulisan tesis ini penulis mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SpA(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Setiawan, SKp, M.N.S, Ph.D selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak

membantu penulisan tesis ini dengan meluangkan waktu dan pikiran dengan

penuh kesabaran.

5. Siti Saidah, SKp, M.Kep, Sp.Mat selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, masukan dan dukungan dalam penulisan tesis ini.

6. Siti Khadijah S.K.M, M.Kes selaku penguji 1 yang telah banyak memberikan

masukan, saran, dan dukungan dalam penulisan tesis ini.

Universitas Sumatera Utara


7. Hj. Masnelly Lubis, SST, M.A.R.S, selaku penguji 2 yang banyak memberikan

bantuan, masukan, dan informasi dalam penulisan tesis ini.

8. Seluruh staf dosen Program Studi S2 IKM Universitas Sumatera Utara, yang

telah memberikan pembelajaran selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Administrasi Rumah Sakit Angkatan

2012 atas kebersamaan dalam pembelajaran selama ini.

10. Ayahanda dan Ibunda tercinta Alm. Mahyuddin Syafri Siregar dan Almh.

Dra.Siti Damroh br. Harahap, berkat didikan dan doa orang tua, saya selalu

semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

11. Saudara kandungku Yousef Lailand Bakry Siregar dan Nuralam br Siregar,

beserta keluarga besar atas pengertian, doa dan dukungan yang diberikan selama

mengikuti pendidikan.

12. Abang Hasangapan Tambunan dan istri Rasta Agustina br Pandia yang telah

banyak membantu menyelesaikan kuliah Pasca Sarjana ini.

13. Semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi isi

maupun penulisan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, April 2015


Penulis

Lily Fatrani Siregar


127032284/IKM

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Lily Fatrani Siregar, lahir pada tanggal 04 Januari 1980 di

Medan, beragama Islam. Penulis beralamatkan di Perumahan Alam Hijau Tirta Deli,

Blok F6, Tanjung Morawa. Penulis merupakan anak dari pasangan Ayahanda

Alm. Mahyuddin Syahri Siregar dan Ibunda Almh. Dra.Siti Damroh br. Harahap

anak ke 2 (dua) dari 3 (tiga) bersaudara.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari TK Rahayu pada tahun

1985-1986. SD Negeri 0667980 pada tahun 1986-1992, MTsn pada tahun

1992-1995, SMU Eria Medan pada tahun 1995-1998, D III AKPER Rumah Sakit

Haji Medan pada tahun 1998-2001, S1 Kesehatan Masyarakat USU Medan pada

tahun 2004-2008, penulis menempuh pendidikan lanjutan tahun 2012 sampai

sekarang di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat minat studi

Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Penulis bekerja sebagai PNS di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua

Kabupaten Padang Lawas Utara dari tahun 2002 sampai saat ini.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK.......................................................................................................... i
ABSTRACT......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Permasalahan ........................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 5
1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan ....................................... 5
1.4.2 Bagi Praktek Keperawatan ............................................. 6
1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya ........................................... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7


2.1 Dokumentasi Asuhan Keperawatan .......................................... 7
2.1.1 Pengertian Dokumentasi Asuhan Keperawatan .............. 8
2.1.2 Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan ................... 9
2.1.3 Prinsip-prinsip Pendokumentasian Asuhan Keperawatan 11
2.2 Tahapan Pendokumentasian Keperawatan ................................. 15
2.2.1 Tahap Pendokumentasian Pengkajian Keperawatan ....... 16
2.2.2 Tahap Pendokumentasian Diagnosa Keperawatan .......... 17
2.2.3 Tahap Pendokumentasian Perencanaan Keperawatan .... 19
2.2.4 Tahap Pendokumentasian Implementasi Keperawatan ... 21
2.2.5 Tahap Pendokumentasian Evaluasi Keperawatan ........... 23
2.3 Konsep Pengalaman .................................................................. 26
2.4 Konsep Perawat ...................................................................... 28
2.4.1 Peran Perawat ................................................................ 29
2.4.2 Fungsi Perawat .............................................................. 30
2.4.3 Kompetensi Perawat ...................................................... 32
2.4.4 Proses Pelayanan Keperawatan ...................................... 34
2.5 Penelitian Terdahulu ................................................................. 37

Universitas Sumatera Utara


BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................ 39
3.1 Desain Penelitian ..................................................................... 39
3.2 Partisipan Penelitian ................................................................ 39
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 41
3.4 Pengumpulan Data .................................................................... 42
3.4.1 Alat Pengumpulan Data ................................................. 42
3.4.2 Prosedur Pengumpulan Data .......................................... 43
3.5 Definisi Operasional ................................................................ 45
3.6 Metode Analisis Data ............................................................... 46
3.7 Tingkat Keabsahan Data (Thrusthworhiness of Data) .............. 47
3.8 Pertimbangan Etik .................................................................... 49

BAB 4. HASIL PENELITIAN ................................................................. 52


4.1 Karakteristik Partisipan ............................................................ 52
4.2 Pengalaman Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan ............................................................................. 53
4.2.1 Tahap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ............ 54
4.2.2 Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan ..................................................... 61
4.2.3 Harapan perawat terkait dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan ................................................................... 64
4.2.4 Manfaat PendokumentasianAsuhan Keperawatan .......... 66
4.3 Hasil Observasi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ......... 68

BAB 5. PEMBAHASAN ........................................................................... 70


5.1 Interpretasi Hasil Penelitian ...................................................... 70
5.1.1 Tahap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ............ 71
5.1.2 Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan ..................................................... 78
5.1.3 Harapan perawat terkait dengan pendokumentasian
asuhan keperawatan ........................................................ 80
5.1.4 Manfaat PendokumentasianAsuhan Keperawatan .......... 81
5.2 Keterbatasan Penelitian ........................................................... 81
5.3 Implikasi Penelitian .................................................................. 82

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 83


6.1 Kesimpulan............................................................................... 83
6.2 Saran ........................................................................................ 84

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86


LAMPIRAN .................................................................................................. 90

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1. Partisipan .................................................................................... 41

4.1. Karakteristik Partisipan ............................................................... 53

4.2. Hasil Observasi Langsung .......................................................... 69

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Data Karakteristik Partisipan ............................................ 90

2. Panduan Wawancara.......................................................................... 91

3. Lembar Observasi....... ....................................................................... 92

4. Penjelasan Tentang Penelitian............................................................ 93

5. Matriks Tema .................................................................................... 94

6. Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan


USU .................................................................................................. 95

7. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan


Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU............................... 96

8. Surat Telah Selesai Meneliti dari Rumah Sakit Umum Daerah


Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara ................................... 97

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Dokumentasi asuhan keperawatan sangat diperlukan untuk kepentingan pasien


maupun perawat, namun pada kenyataannya di Indonesia pelaksanaan dokumentasi
keperawatan masih sangat kurang sehingga masih banyak dokumen asuhan
keperawatan yang isinya belum lengkap. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi pengalaman perawat dalam pendokumentasian asuhan keperwatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan desain fenomenologi.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Partisipan dalam
penelitian ini sebanyak 9 orang diambil secara purposive sampling. Analisa data
menggunakan metode Collaizi dengan tahapan 7 langkah.
Hasil penelitian ini menemukan empat tema terkait dengan pendokumentasian
asuhan keperawatan yaitu tahap pendokumentasian, faktor penghambat pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan, harapan perawat terkait dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan, dan manfaat pendokumentasian asuhan
keperawatan.
Kesimpulan bahwa pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan
kurang baik pada setiap tahap proses pendokumentasian yaitu tahap pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Oleh karena itu
diperlukan dukungan semua pihak baik dari atasan langsung dari rumah sakit, teman
sejawat untuk mengatasi faktor penghambat dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan.

Kata Kunci : Pengalaman, Perawat, Pendokumentasian

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Documentation of nursing care is essential for both patients and nurses.


However, in fact some nurses in hospitals did not document their nursing care
completely. The purpose of this study was to explore the experiences of nurses in
documenting their nursing care at Gunung Tua General Hospital in Padang Lawas
Utara District. Phenomenology was employed in this study. Data were collected
using in-depth interviews. Nine participants were recruited. Gathered data were
analyzed by using Colaizzi’s method.
This study found 4 themes related to experiences of nurses in documenting
their nursing care at Gunung Tua General Hospital, steps of nursing care
documentation, inhibiting factors of documenting nursing care, nurse’s expectations
on nursing care documentation, and benefits of nursing care documentation. It can be
concluded that documentation of nursing care performed by the nurses were not
sufficient for every steps of nursing process. Therefore, supports from hospital
management and colleagues are needed to overcome the inhibiting factors of nursing
care documentation.

Keywords: Experience, Nurses, Documentation

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu institusi bersifat sosio ekonomis yang

bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna. Jangkauan

dan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat tergantung pada kapasitas

dan kualitas tenaga sumber daya manusia (SDM) dalam rangka mencapai tujuan

organisasi.

Menurut Depkes RI (2010) pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas

tidak terlepas dari peran tenaga medis dan non medis, salah satu di antaranya adalah

tenaga perawat. Tenaga perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan

kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, mengingat perawatlah yang paling lama

berinteraksi dengan pasien dan pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan

bio-psiko-sosial-spiritual serta dilaksanakan selama 24 jam secara berkesinambungan.

Profesi perawat dituntut untuk memberikan pelayanan keperawatan yang

bermutu, memiliki landasan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang kuat, disertai

sikap dan tingkah laku yang profesional dan berpegang kepada etika keperawatan.

Perawat membuat catatan keperawatan atau dokumen asuhan keperawatan pada

dokumen rekam medis, yang merupakan bukti tertulis dari pelaksanaan asuhan

keperawatan yang menggunakan metode pendekatan proses keperawatan dan catatan

tentang tanggapan/respon pasien terhadap tindakan medis, tindakan keperawatan,

atau reaksi pasien terhadap penyakit. Sehingga dokumentasi asuhan keperawatan

1
Universitas Sumatera Utara
mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam kesinambungan pelaksanaan

keperawatan pasien (Nursalam, 2009).

Perawat profesional dihadapkan pada suatu tuntutan tanggung jawab yang

lebih tinggi dan tanggung gugat setiap tindakan yang dilaksanakan. Artinya intervensi

keperawatan yang diberikan kepada klien harus dihindarkan terjadinya kesalahan-

kesalahan (negligence) dengan melakukan pendekatan proses keperawatan dan

pendokumentasian yang akurat dan benar (Nursalam, 2009).

Pelayanan keperawatan dilaksanakan dengan suatu sistem atau pola kerja

yang disebut dengan sistem penugasan. Sistem penugasan terdiri atas penugasan

mandiri, fungsional, tim, monular dan primer. Sistem penugasan keperawatan tidak

hanya menekankan proses tetapi juga hasil. Hasil yang diharapkan dari sistem

penugasan antara lain kepuasan kerja perawat, kepuasan pasien, lama rawat pendek,

dan pendokumentasian asuhan optimal (Supratman, 2007).

Pendokumentasian keperawatan merupakan kegiatan mencatatkan proses

keperawatan secara sistematis oleh perawat dalam bentuk asuhan keperawatan

dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosa, merencanakan tindakan yang

akan dilakukan, melaksanakan tindakan atau implementasi, serta mengevaluasi hasil

asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada klien (Hidayat, 2008).

Sistem informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang di luar

negeri sekitar tahun 1992, dimana pada bulan September 1992, sistem informasi

diterapkan pada sistem pelayanan kesehatan Australia khususnya pada pencatatan

pasien. Di luar negeri kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya form

Universitas Sumatera Utara


pengisian tidak lagi menjadi masalah. Hal ini karena pada rumah sakit yang sudah

maju seluruh dokumentasi yang berkaitan dengan pasien termasuk dokumentasi

asuhan keperawatan telah dimasukkan dalam komputer. Dengan informasi yang

berbasis dengan komputer diharapkan waktu pengisian form tidak terlalu lama, lebih

murah, lebih mudah mencari data yang telah tersimpan dan risiko hilangnya data

dapat dikurangi serta dapat menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam ruang

yang kecil yang berukuran 10 cm x 15 cm x 5 cm. Sistem ini sering dikenal dengan

nama Sistem Informasi Manajemen (Hariyati, 2009).

Walaupun dokumen asuhan keperawatan sangat diperlukan untuk kepentingan

pasien maupun perawat di Indonesia, akan tetapi pada kenyataannya perlengkapan

pengisian dokumen masih kurang perhatian sehingga masih banyak dokumen asuhan

keperawatan yang isinya belum lengkap. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu manajemen keperawatan yang kurang baik, kurangnya

memahami pentingnya fungsi pendokumentasian keperawatan, malas, dan beban

kerja yang diterima kurang sesuai dengan insentif (Nursalam, 2009).

Berkenaan dengan itu, pemerintah Indonesia sudah mempunyai visi tentang

sistem informasi kesehatan nasional yaitu Informasi kesehatan andal 2010 (Reliable

Health Information 2010). Pada informasi kesehatan andal tersebut telah

direncanakan untuk membangun sistem informasi di pelayanan kesehatan dalam hal

ini Rumah sakit dan dilanjutkan di masyarakat, namun pelaksanaannya belum

optimal. Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini juga masih sangat

minim di Rumah Sakit Indonesia. Padahal sistem informasi manajemen asuhan

Universitas Sumatera Utara


keperawatan mempunyai banyak keuntungan jika dilihat dari segi efisien, dan

produktifitas (Hariyati, 2009).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunung Tua adalah rumah sakit yang

berada di Kabupaten Padang Lawas Utara. Dari data rekam medik pasien rawat inap

tahun 2010-2012 menunjukkan nilai Bed Occupancy Rate (BOR) pada tahun 2010

yaitu 31,07%, turun menjadi 30,52% pada tahun 2011 dan naik menjadi 52,46% pada

tahun 2013 (standar nasional 60%-80%). Sedangkan jumlah tempat tidur selama

periode tahun 2010-2012 tetap sebanyak 100 tempat tidur.

Hasil survei awal pada Januari 2014 di RSUD Gunung Tua bahwa masih

ditemukan dokumentasi asuhan keperawatan pasien rawat inap (ruang kelas III dan

ruang kelas II) yang tidak tercatat lengkap. Pada tahun 2013, dari sebanyak 520

pasien rawat inap, hanya 45% (234 pasien) yang dokumentasi asuhan

keperawatannya tercatat lengkap, sisanya 55% tidak lengkap (286 pasien).

Ketidaklengkapan pendokumentasian ditemukan mulai tahap pengkajian, diagnosis,

intervensi dan implementasi. Hasil observasi penulis terhadap dokumentasi asuhan

keperawatan yang terisi lebih banyak pada kolom implementasi saja 95%, pada

kolom pengkajian 55%, diagnosa 53%, evaluasi 42% per ruangan dan pada kolom

intervensi hanya 37%. Kondisi ini diduga karena: i) beban kerja dimana perawat

melakukan pencatatan di sela-sela waktu pemberian perawatan; ii) kurangnya

pengetahuan perawat tentang pentingnya dokumentasi keperawatan; iii) pendidikan

perawat yang belum mendukung (tamatan SPK 12 orang dan D-III 86 orang dan S-1

6 orang); iv)kurangnya motivasi kerja perawat; v)belum diacu SOP sebagai panduan

perawat melakukan pencatatan; vi)kurangnya supervisi dan kontrol dari atasan; dan

Universitas Sumatera Utara


vii) pelaksanaannya selama ini masih bertahan pada cara tradisional yaitu secara

manual.

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik mengkaji bagaimana

pengalaman perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan di

Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan

dalam penelitian ini adalah bagaimana pengalaman perawat dalam pendokumentasian

asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang

Lawas Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas

Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang membutuhkan antara lain:

Universitas Sumatera Utara


1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi mahasiswa tentang

pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua

Kabupaten Padang Lawas Utara.

1.4.2 Bagi Praktek keperawatan

Hasil penelitian ini akan memberikan bukti empirik, yang dapat digunakan

manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas

untuk dapat menyusun strategi dalam meningkatkan pendokumentasian asuhan

keperawatan.

1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan, bahan referensi, masukan

dan pertimbangan maupun perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang tertarik

melakukan penelitian dengan topik bahasan yang sama tentunya dengan lingkup yang

lebih luas.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menguraikan beberapa hasil penelitian sebelumnya dan

beberapa teori yang berkaitan dengan topik permasalahan penelitian ini untuk

digunakan sebagai perbandingan dengan apa yang terjadi secara nyata ditemukan

dalam penelitian ini.

2.1 Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Secara umum dokumentasi medis di rumah sakit berjalan dengan baik, karena

dalam Undang-Undang Kedokteran memiliki Reward (hadiah) dan Punishment

(ancaman) sehingga petugas pelayanan kesehatan memegang teguh Undang-Undang

Kedokteran untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan mereka (petugas

pelayanan kesehatan) memiliki counsil (dewan) kedokteran. Sedangkan untuk

keperawatan, dokumentasi keperawatan belum berjalan dengan baik, dimana tidak

adanya Reward dan Punishment. Hal ini dikarenakan belum adanya Undang-Undang

Keperawatan sehingga counsil keperawatan belum terbentuk yang akhirnya pihak RS

hanya mampu menjalankan secara umum (Damayanti, 1998).

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit

pembangunan sumber daya manusia perlu ditingkatkan kualitasnya karena

merupakan salah satu kunci keberhasilan pelayanan kesehatan masyarakat. Undang-

Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 mengatur tentang kewenangan memberikan

pelayanan hanya bagi perawat dan dokter yang mempunyai keahlian diperoleh

melalui pendidikan.

Universitas Sumatera Utara


7
2.1.1 Pengertian Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasi merupakan tulisan dan pencatatan suatu kegiatan/aktivitas

tertentu secara sah/legal. Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan

penulisan dan pencatatan yang dilakukan oleh perawat tentang informasi kesehatan

klien termasuk data pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi

keperawatan (Carpenito, 1998).

Tungpalan (1983) mengatakan bahwa “Dokumen adalah suatu catatan yang

dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum”. Sedangkan

pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek

maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan

keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian pemahaman dan

keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang

mutlak bagi setiap tenaga keperawatan agar mampu membuat dokumentasi

keperawatan secara baik dan benar. Catatan pasien merupakan suatu dokumen yang

legal, dari status sehat sakit pasien pada masa yang lampau, sekarang, dalam bentuk

tulisan, yang menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan. Umumnya catatan

pasien berisi informasi yang mengidentifikasikan masalah, diagnose keperawatan dan

medis, respon pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan dan respon

terhadap pengobatan serta berisi beberapa rencana untuk intervensi lanjutan.

Keberadaan dokumentasi baik berbentuk catatan maupun laporan akan sangat

Universitas Sumatera Utara


membantu komunikasi antara sesama perawat maupun disiplin ilmu lain dalam

rencana pengobatan (Fitriana, 2006).

2.1.2 Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Menurut Hidayat (2008) tujuan dari pendokumentasian asuhan keperawatan

dilakukan adalah:

a. Sebagai Sarana Komunikasi

Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna

untuk membantu koordinasi asuhan keperawatan yang diberikan oleh tim

kesehatan, mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim

kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan

untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien.

b. Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

Sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan

yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan

tugasnya, maka perawat diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan

terhadap pasien. Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap

ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan

aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat

digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima

secara hukum.

Universitas Sumatera Utara


c. Sebagai Informasi Statistik

Data statistik dari dukementasi keperawatan dapat membantu merencanakan

kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis.

d. Sebagai Sarana Pendidikan

Dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan

membantu para siswa keperawatan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses

belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik

teori maupun praktek lapangan.

e. Sebagai Sumber Data Penelitian

Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data

penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan, sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu

bentuk pelayanan keperawatan yang aman, efektif dan etis.

f. Sebagai Jaminan Kualitas Pelayanan Kesehatan

Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan

keperawatan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kualitas merupakan

bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak

dapat diwujudkan tanpa dokumentasi yang continue, akurat dan rutin baik yang

dilakukan oleh perawat maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit jamina kualitas

membantu untuk menetapkan suatu akreditasi pelayanan keperawatan dalam

mencapai standar yang telah ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


g. Sebagai Sumber Data Perencanaan Asuhan Keperawatan Berkelanjutan

Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang actual dan konsisten mencakup

seluruh kegiatan keperawatan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses

keperawatan.

2.1.3 Prinsip-prinsip Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Menurut Depkes RI (2009), prinsip pencatatan ditinjau dari segi, yaitu dari

segi isi maupun teknik pencatatan.

a. Isi Pencatatan

1) Mengandung Nilai Administratif, misalnya rangkaian pendokumentasian

kegiatan pelayanan keperawatan merupakan alat pembelaan yang sah

manakala terjadi gugatan.

2) Mengandung Nilai Hukum, misalnya catatan medis kesehatan keperawatan

dapat dijadikan sebagai pegangan hukum bagi rumah sakit, petugas kesehatan,

maupun pasien.

3) Mengandung Nilai Keuangan, misalnya kegiatan pelayanan medis

keperawatan akan menggambarkan tinggi rendahnya biaya perawatan yang

merupakan sumber perencanaan keuangan rumah sakit.

4) Mengandung Nilai Riset, pencatatan mengandung data, atau informasi, atau

bahan yang dapat digunakan sebagai objek penelitian, karena dokumentasi

merupakan informasi yang terjadi di masa lalu.

Universitas Sumatera Utara


5) Mengandung Nilai Edukasi, pencatatan medis keperawatan dapat digunakan

sebagai referensi atau bahan pengajaran di bidang profesi si pemakai

(Nursalam, 2001).

b. Teknik Pencatatan

1) Menulis nama pasien pada setiap halaman catatan perawat

2) Mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam

3) Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu dan

dapat dipercaya secara factual

4) Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat diterima, dapat dipakai,

contoh : Kg untuk Kilogram

5) Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau

6) Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian tulis kata

“salah” diatasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi

yang benar “jangan dihapus”. Validitas pencatatan akan rusak jika ada

penghapusan.

7) Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda tangan

8) Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tandatangani dan tulis

kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut (Depkes RI, 2009).

c. Jenis-Jenis Pencatatan

1) Catatan Pasien Secara Tradisional

Catatan pasien secara tradisional merupakan catatan yang berorientasi pada

sumber dimana setiap sumber mempunyai catatan sendiri. Sumber bisa

Universitas Sumatera Utara


didapat dari perawat, dokter, atau tim kesehatan lainnya. Catatan perawat

terpisah dari catatan dokter dan catatan perkembangan. Biasanya catatan

ditulis dalam bentuk naratif. Sistem dokumentasi yang berorientasi pada

sumber yang ditulis secara terpisah-pisah sulit menghubungkan keadaan yang

benar sesuai perkembangan pasien. Catatan tradisional umumnya mempunyai

enam bagian yaitu : catatan khusus, lembar catatan dokter, lembar riwayat

medik, lembar identitas, catatan keperawatan, dan laporan khusus lainnya.

2) Catatan Berorientasi Pada Masalah

Pencatatan yang berorientasi pada masalah berfokus pada masalah yang

sedang dialami pasien. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh

dr.Lawrence Weed dari USA, dimana dikembangkan satu sistem pencatatan

dan pelaporan dengan penekanan pada pasien tentang segala

permasalahannya. Secara menyeluruh sistem ini dikenal dengan nama

“Problem Oriented Method”.

Problem Oriented Method (POR) merupakan suatu alat yang efektif untuk

membantu tim kesehatan untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,

merencanakan terapi, diagnosa, penyuluhan, serta mengevaluasi dan mengkaji

perkembangan pasien. POR adalah suatu konsep, maka disarankan untuk

membuat suatu format yang baku. Tiap pelayanan dapat menerapkan konsep

ini dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat. Komponen

dasar POR terdiri dari empat bagian yaitu:

Universitas Sumatera Utara


a) Data Dasar.

Identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan sebelumnya.

Riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan lain-

lain, data dasar diperlukan tergantung dari unit atau jenis asuhan yang

akan diberikan, misalnya : data dasar unit kebidanan akan berbeda dengan

unit bedah.

b) Daftar Masalah

Masalah pasien didapat dari hasil kajian. Pencatatan dasar masalah dapat

berupa gejala-gejala, kumpulan gejala, atau hasil laboratorium yang

abnormal, masalah psikologis, atau masalah social. Masalah yang ada

mungkin banyak sehingga perlu diatur menurut prioritas masalah dengan

memberi nomor, tanggal pencatatan, serta menyebutkan masalahnya.

Daftar memberikan keuntungan bagi perawat sebagai perencana

keperawatan.

c) Rencana

Rencana disesuaikan dengan tiap masalah yang ada. Dengan demikian

perawat dapat merencanakan sesuai kebutuhan pasien.

d) Catatan Perkembangan Pasien

Semua catatan yang berhubungan dengan keadaan pasien selama dalam

perawatan. Pada umumnya catatan ini terdiri dari beberapa macam bentuk,

antara lain:

Universitas Sumatera Utara


(1) Catatan Berkesinambungan (Flow sheet), digunakan untuk mencatat

hasil observasi perawatan secara umum, khususnya pada keadaan

pasien yang sering berubah-ubah dengan cepat.

(2) Catatan secara Naratif (Notes)

(3) Catatan akan Pulang/Sembuh (Discharge Notes).

2.2 Tahapan Pendokumentasian Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan asuhan

keperawatan yang menggunakan pendekatan proses keperawatan yang memilliki nilai

hukum yang sangat penting. Tanpa dokumentasi keperawatan maka semua

implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat tidak mempunyai

makna dalam hal tanggung jawab dan tanggung gugat. Dokumentasi keperawatan

dapat dikatakan sebagai “pegangan” bagi perawat dalam mempertanggung jawabkan

dan membuktikan pekerjaannya. Oleh karena itu ada berbagai aturan dan kaidah yang

harus ditaati oleh setiap perawat dalam melakukan pendokumentasian keperawatan.

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti otentik yang dituliskan dalam format

yang telah disediakan dan harus disertai dengan pemberian “ tanda tangan” dan nama

perawat serta harus menyatu dengan status / rekam medik pasien. Dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan pada pasien, setiap langkah dari proses keperawatan memerlukan

pendokumentasian mulai dari tahap pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan harus didokumentasikan (Hidayat,

2008).

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Tahap Pendokumentasian Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,

mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik,

mental, sosial dan lingkungan. Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi

dalam empat tahap kegiatan, yang meliputi; pengumpulan data, analisis data, dan

penentuan masalah. Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan

dua hal, yaitu : status kesehatan klien dan kekuatan masalah kesehatan yang dialami

oleh klien (Effendy, 1995).

Dokumentasi pengkajian ditujukan pada data klinik dimana perawat dapat

mengumpulkan dan mengorganisisr dalam catatan kesehatan. Format pengkajian

meliputi data dasar, flowsheet dan catatan perkembangan lainnya yang

memungkinkan sebagai alat komunikasi bagi tenaga keperawatan dan tenaga

kesehatan lainnya. Juga jenis dan bentuk data yang tercakup dalam

dokumentasi,dapat berupa data objektif atau subjektif, sumber data tersebut primer,

sekunder atau tersier, serta bagaimana metode pengumpulan data tersebut. Adapun

petunjuk penulisan pengkajian sebagai berikut:

a. Gunakan format yang sistematis untuk mencatat pengkajian meliputi riwayat

pasien masuk rumah sakit, respon pasien terhadap persepsi tentang kesehatan,

riwayat pengobatan, dan data pasien rujukan, pulang dan keuangan.

Universitas Sumatera Utara


b. Gunakan format yang telah tersusun untuk pencatatan pengkajian mencakup

sistem respirasi, sistem kardiovaskular, sistem persarafan, sistem perkemihan, dan

sistem pencernaan.

c. Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang digunakan.

d. Tulis data objektif tanpa mengartikan, menilai memasukkan pendapat pribadi.

e. Sertakan pernyataan yang mendukung interpretasi data objektif.

f. Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis, termasuk devinisi

karakteristiknya.

g. Ikuti aturan aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati instansi.

h. Tulis secara jelas dan singkat.

i. ROS (review of body system).

Untuk menentukan keadaan klien secara umum

1) Untuk menentukan respon individu : fisik, psikososial, spiritual dan budaya.

2) Untuk menentukan status fungsi sistem tubuh.

3) Mengkaji status mental klien, perkembangan tubuh, aktivitas, status nutrisi,

jenis kelamin dan ras, usia, postur tubuh dan bicara klien.

4) Mengkaji status klien pada: persepsi kesehatan, manajemen kesehatan, nutrisi,

eliminasi, aktifitas, istirahat tidur, kognitif, koping, nilai/kepercayaan.

5) Mengkaji sistem tubuh secara berurutan biasanya : head to toe, integumen,

kepala (mata hidung, mulut gigi, tenggorokan, leher), respirasi,

kardiovaskular, gastrointestinal, genitourinari, gynekologi, muskuloskeletal,

hematologi dan endokrin.

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 Tahap Pendokumentasian Diagnosa Keperawatan

Petunjuk untuk penulisan diagnosa keperawatan meliputi :

a. Pemakaian PE (problem + etiologi) dan PES (problem + etiologi + simtom):

untuk format diagnosa aktual, kecuali ketika petugas yang berbeda mengambil

tindakan segera (untuk contoh, tanda dan gejala pencatatan, sebelum dan sesudah

diagnosa).

1) Yakinkan masalah penyebab utama dalam diagnosa sejalan dengan etiologi,

contoh : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual dan muntah.

2) Tulis pernyataan supaya permasalahan dan etiologi menunjukkan spesifik dan

hasil yang berbeda.

3) Jika penyebab tidak dapat ditentukan menentukan problem dan dokumentasi yang

tak dikenal etiologinya maka diagnosa keperawatan bisa dituliskan pernyataan

komunikasi verbal untuk pasien yang tidak diketahui etiologinya.

b. Catat diagnosa keperawatan potensial dalam sebuah problem/format etiologi.

c. Pemakaian terminologi tetap dengan diagosa keperawatan NANDA sehubungan

dengan (diantara problem dan etiologi ) dan dibanding dengan (diantara etiologi,

sign dan simptom) tergantung bahasa, jika masalah tidak selesai menurut

NANDA.

d. Merujuk pada daftar yang dapat diterima, bentuk diagnosa keperawatan untuk

catatan standar dalam saku atau ringkasan

Universitas Sumatera Utara


e. Mulai pernyataan diagnosa dengan menguabah redaksinya ke dalam keadaan

diagnosa keperawatan.

f. Pastikan data mayor dan penunjang data minor karakteristik pendefinisian

diperoleh dokumentasi bagian pengkajian pasien untuk menegakkan diagnosa

keperawatan.

g. Pernyataan awal dalam perencanaan keperawatan didaftar masalah dan nama

dokumentasi dalam catatan perawatan. Pemakaian masing-masing diagnosa

keperawatan sebagai petunjuk untuk membuat catatan perkembangan.

h. Hubungkan pada tiap-tiap diagnosa keperawatan bila merujuk dan memberikan

laporan perubahan.

i. Setiap pergantian jaga perawat, gunakan dignosa keperawatan sebagai pedoman

untuk pengkajian, tindakan dan evaluasi.

j. Catat bahan perawatan adalah dasar untuk pertimbangan dari langkah-langkah

proses keperawatan.

k. Pencatatan semua diagnosa keperawatan harus merefleksikan dimensi dalam

masalah yang berorientasi pada pencatatan perawat.

l. Suatu agenda atau pencatatan mungkin memerlukan untuk membuat diagnosa

keperawatan dan sisitem pencatatan yang relevan.

2.2.3 Tahap Pendokumentasian Perencanaan Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan mencakup tiga hal meliputi :

a. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan harus merupakan prioritas untuk merawat klien. Hal

Universitas Sumatera Utara


tersebut harus menyangkut langsung kearah situasi yang mengancam kehidupan

klien.

b. Kriteria hasil

Setiap diagnosa keperawatan hartus mempunyai sedikitnya satu kriteria hasil.

Kriteria hasil dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan yang mencerminkan

masalah klien.

c. Rencana tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan adalah memperoleh tanggung jawa mandiri, khususnya

oleh perawat yang dikerjakan bersama dengan perintah medis berdasarkan

maslaah klien dan antuan yang dterima klien adalah hasil yang diharapkan.

Masing-masing masalah klien dan hasil yang diharapkan didapatkan paling

sedikit dua rencana tindakan.

Adapun petunjuk penulisan rencana tindakan yang efektif:

a. Sebelum menuliskan rencana tindakan, kaji ulang semua data yang ada sumber

data yang memuaskan meliputi: pengkajian sewaktu klien masuk rumah sakit,

diagnosa keperawatan sewaktu masuk rumah sakit, keluhan utama klien atau

alasan dalam berhubungan dengan pelayanan kesehatan, laboratorium ritme, latar

belakang sosial budaya, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, observasi dari

tim kesehatan lain.

b. Daftar dan jenis masalah aktual resiko dan kemungkinan. Berikan prioritas utama

pada masalah aktual yang mengancam kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


c. Untuk mempermudah dan bisa dimengerti dalam memuat rencana tindakan

berikanlah gambaran dan ilustrasi (contoh) bila mungkin diagnosa khususnya

sangat membantu ketika teknologi canggih digunakan untuk perawatan klien atau

ketika menggambarkan lokasi anatomi.

d. Tuliskan dengan jelas khusus, terukur, kriteria hasil yang diharapkan untuk

mentapakan masalah bersama dengan klien tentukan keterampilan kognitif,

afektif dan psikomotor yang memerlukan perhatian.

e. Selalu ditandatangani dan diberi tanggal rencana tindakan, hal ini perting karena

seorang perawat profesional akan bertanggung jawab dan bertanggung gugat

untuk melaksanan rencana tindakan yang telah tertulis.

f. Mulai rencana tindakan dengan menggunakan kata perintah.

g. Catat tanda-tanda vital setiap pergantian dinas, timbang BB setiap hari,

informasikan kepada klien alasan isolasi.

h. Alasan prinsip spesifik untuk menuliskan diagnosa keperawatan.

i. Bagaimana prosedur akan dilaksanakan, kapan dan berapa lama, jelaskan secara

singkat keperluan apa yang perlu dipenuhi, termasuk tahapan-tahapan tindakan.

j. Tuliskan rasional dari rencana tindakan.

k. Rencana tindakan harus selalu tertulis dan ditanda tangani.

l. Rencana tindakan harus dicatat sebagai hal yang permanen.

m. Klien dan keluarganya jika memungkinkan diikutsertakan dalam perencanaan.

Universitas Sumatera Utara


n. Rencana tindakan harus sesuai dengan waktu yang ditentukan dan diusahakan

untuk selalu diperbaharuai misalnya setiap pergantian dinas, setiap hari, dan atau

sewaktu-waktu diperlukan.

2.2.4 Tahap Pendokumentasian Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tahap dalam proses keperawatan

berdasarkan masalah aktual dari klien. Maksud dokumentasi adalah menemukan

secara tepat sebagai gambaran intervensi keperawatan yang meliputi:

a. Intervensi terapeutik

Tindakan terapeutik adalah askep yang langsung sesuai keadaan klien. Rencana

keperawatan yang lebih dari satu harus dikerjakan sungguh-sungguh sesuai

proritas masalah dalam diagnosa keperawatan.

b. Intervensi pemantapan/observasi

Proses ini membutuhkan ketajaman observasi perawat termasuk keterampilan

mengevaluasi yang tepat. Progam yang lebih dari yang sangat menentukan

kesehatan klien. Perawat harus lebih melihat perkembangan yang baik dan buruk

dari klien seperti mengobservasi tanda vital, diagnosa keperawatan, tindakan

keperawatan (terapeutik), therapi medicus, ketidak efektifan bersihan jalan nafas.

Komponen Penting Pada Dokumentasi Implementasi

Mengidentifikasi mengapa sesuatu terjadi terhadap klien, apa yang terjadi,

kapan, bagaimana, dan siapa yang melakukan intervensi :

Universitas Sumatera Utara


a. Why; harus dijelaskan alasan tindakan harus dilaksanakan dan data yang ada dari

hasil dokumentasi pengkajian dan diagnosa keperawatan.

b. What; ditulis secara jelas, ringkas dari pengobatan atau tindakan dalam bentuk

kata perintah.

c. When; mengandung aspek yang penting dari dokumentasi intervensi. Pencatatan

pada waktu pelaksanaan intervensi sangat penting dalam hal pertanggung jawaban

hukum dan efektifitas tertentu.

d. How; tindakan dilaksanakan dalam penambahan pencatatan yang lebih detail.

Misalnya, “ miring kanan atau kiri dengan bantuan perawat.” Menandakan suatu

prinsip ilmiah dan rasional dari rencana tindakan. Metode ini akan bisa

meningkatkan dalam upaya-upaya penggunaan prosedur keperawatan yang tepat.

e. Who; siapa yang melaksanakan intervensi harus selalu dituliskan pada

dokumentasi serta tanda tangan sebagai pertanggung jawaban

Implementasi yang memerlukan suatu dokumentasi khusus. Ada dua

dokumentasi yang memerlukan dokumentasi khusus yaitu :

a. Prosedur invasive

Tindakan invasive merupakan bagian yang penting dari proses keperawatan,

karena memerlukan pengetahuan tentang IPTEK yang tinggi. Untuk itu

pengetahuan lanjutan diperlukan dalam upaya meningkatkan tanggung jawab

dalam pemberian intervensi. Misalnya perawat memberikan tranfusi, kemoterapi,

dan memasang kateter. Tindakan tersebut di atas akan membawa resiko yang

tinggi pada klien terhadap komplikasi, yang tentunya perlu informed consent

sebelum tindakan dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara


b. Intervensi mendidik klien

Perawat berperan penting dalam mengenal kebutuhan belajar klien dalam rencana

mendidik klien dan memelihara laporan kegiatannya, dan membutuhkan

pendidikan.

2.2.5 Tahap Pendokumentasian Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Pernyataan evaluasi

terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat yang menyatakan status kesehatan

sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari tindakan yang

diberikan pada pasien.

a. Tipe Dokumentasi Evaluasi

Terdapat dua tipe dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif yang menyatakan

evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera

dan evaluasi sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis

status pasien pada waktu tertentu.

b. Metode catatan evaluasi

Untuk mencapai penulisan yang benar dalam evaluasi, digunakan pedoman

sebagai berikut :

1) Awali atau ikuti evaluasi dengan data pendukung.

2) Ikuti dokumentasi intervensi keperawatan dengan evaluasi formatif.

3) Gunakan evaluasi sumatif ketika pasien dipulangkan atau dipindahkan

4) Catat evaluasi sumatif melalui pengkajian dan intervensi. Catat juga respon

pasien.

Universitas Sumatera Utara


5) Pernyataan evaluasi formatif dan sumatif dimasukkan ke dalam catatan

kesehatan.

6) Korelasikan data khusus yang ditampilkan dengan kesimpulan yang dicapai

perawat.

Pernyataan evaluasi perlu didokumentasikan dalam catatan kemajuan, direvisi dalam

rencana perawatan atau dimasukkan dalam ringkasan khusus dan dalam pelaksanaan

dan tentu perencanaan. Pedoman untuk pendokumentasian evaluasi :

a. Sebelum kesimpulan evaluasi dengan data yang mendukung penilaian perawat.

Contoh data pendukung (untuk klien dengan myocard infark) : tidak ada dispnea.

Penilaian perawatannya: toleransi aktifitas meningkat.

b. Mengikuti dokumentasi intervensi keperawatan dengan pernyataan evaluasi

formatif yang menjelaskan respon cepat klien terhadap intervensi keperawatan

atau prosedur. Contohnya mengantuk setelah minum obat.

c. Menggunakan pernyataan evaluasi sumatif ketika klien dipindahkan ke fasilitas

lain atau dipulangkan.

d. Catatan evaluasi sumatif untuk setiap hasil yang diharapkan diidentifikasi pada

perencanaan keperawatan klien, bisa berjalan 100 m dan menaiki 12 tangga tanpa

bantuan. Evaluasi sumatif: dapat berjalan 50 m tanpa alat bantu dan dapat naik

turun 6 tangga tanpa bantuan.

e. Menulis pernyataan evaluasi yang merefleksikan keadaan perkembangan klien

terhadap tujuan, pemasukan yang sesuai dicatat sebagai berikut : kontrol sakit

Universitas Sumatera Utara


yang tidak efektif setelah medikasi, terus tanpa henti, penghilang rasa sakit dari

medikasi berlangsung selama 30 menit.

f. Melalui suatu penilaian atau modifikasi intervensi, mengawali dan

mendokumentasikan respon perawat untuk mengubah kondisi klien.

Contoh: kesehatan klien memburuk, jam 09.00 mengeluh sakit di pusat seperti

ditikam.

Dilakukannya pendokumentasian intervensi dan kriteria hasil yang baik dapat

memberikan kontribusi pada :

a. Evaluasi tercapainya tujuan keperawatan.

b. Penentuan perkembangan pasien secara langsung.

c. Kesempatan berkomunikasi bagi semua staf.

d. Implementasi keperawatan.

e. Menentukan pemberian pelayanan dan penentuan biaya yang dibutuhkan pasien.

f. Menentukan pemberi pelayanan dalam rangka proteksi legal.

g. Data yang baik yang dapat digunakan dalam riset.

2.3 Konsep Pengalaman

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai,

ditanggung) (Balai Pustaka, 2007). Pengalaman merupakan guru yang baik, yang

menjadi sumber pengetahuan dan juga merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan (Notoadmodjo, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang

menerima dan menyimpan peristiwa–peristiwa yang terjadi atau dialami individu

pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah,

2004).

Perry (2005) menyatakan bahwa pengalaman yang diungkapkan menyediakan

keuntungan-keuntungan emosional dan fisik yang dapat memperkaya kehidupan.

Semakin banyak orang di dunia yang mengungkapkan pengalamannya sebagai cara

untuk memecahkan luka-luka emosional yang belum tersembuhkan, melacak pola-

pola tingkah laku yang disfungsional atau hanya untuk menemukan jalan keluar yang

kreatif. Dengan mengungkapkan pengalaman kepada orang lain, seseorang akan lebih

dapat memilah-milah kesulitan mereka dan sering kali memecahkan konflik-konflik

dari dalam maupun dari luar keluarga (dalam Siswanto, 2007).

Hickey (2000) berpendapat bahwa mengungkapkan pengalaman dapat

dijadikan sebagai terapi karena menolong membangkitkan kapasitas pasien yang

depresi untuk:

1. Mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dalam diri yang dimiliki.

2. Memampukan pasien untuk membangun hubungan yang lebih objektif terhadap

energi-energi positif dan negatif. Selain itu, perlu mengungkapkan pengalaman

dan perasaan secara ekspresif mengenai pikiran-pikiran dan emosi juga menolong

seseorang untuk membagikan perhatian mereka dengan teman-teman dan

keluarga yang mempercepat pemecahan terhadap suatu masalah (dalam Siswanto,

2007).

Universitas Sumatera Utara


Klages (1995) mengemukakan bahwa pengalaman berkaitan erat dengan

ingatan dan daya mengenang kembali, adapun perbedaan tersebut yaitu:

1. Pertama: Ingatan

Ingatan ialah suatu kenyataan vital, daya untuk mengingat kembali kesan-

kesan, dan membandingkan kesan-kesan yang lama dengan yang baru. Ingatan ini

berfungsi tanpa disadari. Tanpa ingatan maka proses-proses yang martabatnya lebih

tinggi daripada proses vital dan hanya dimiliki oleh manusia tidak akan berfungsi

apa-apa. Tanpa ingatan, maka manusia tidak akan dapat mengenal kembali sesuatu,

tidak akan mempunyai kebiasaan tingkah laku, tidak akan mengenal perubahan-

perubahan serta harapan-harapan, tidak akan mengenal gambaran yang keliru karena

adanya jarak, waktu dan tidak akan dapat berfantasi. Jadi singkatnya, ingatan

memungkinkan manusia untuk: mengingat kembali (rekognitif), mengingat kebiasaan

tingkah laku, mempunyai harapan keliru sebagai akibat dari jarak jauh, berfantasi

akan harapan dan kesan-kesan yang akan diterimanya, dan mengenang kesan-kesan

(Suryabrata, 2003).

2. Kedua: Daya Mengenang atau Mengingat Kembali

Daya mengingat kembali ini dibedakan dari ingatan berdasarkan atas

kenyataan, bahwa kedua hal tersebut yang ada pada seseorang individu belum tentu

mempunyai korelasi positif. Orang dapat menjumpai individu yang mempunyai

ingatan yang kuat sekali, tetapi apa yang ada dalam ingatan itu sukar sekali untuk

ditimbulkan ke dalam kesadaran. Sebaliknya banyak juga ingatan individu yang tidak

Universitas Sumatera Utara


kuat, tidak dapat menyimpan kesan-kesan secara baik. Tetapi apa yang ada dalam

ingatannya dengan mudah dapat ditimbulkan kembali ke dalam kesadaran.

Berdasarkan atas hal-hal yang dikenang atau diingat kembali daya ini masih

dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Pengalaman atau kisah atau peristiwa-peristiwa.

b. Benda-benda atau obyek-obyek, seorang teman mungkin merupakan bahan

kenangan kesan pertama jika sekiranya dia menimbulkan kembali kesan-kesan

hubungannya dengan kita, sebaliknya mungkin dia hanya merupakan bahan

kenangan jenis benda jika sekiranya dia itu terlepas dari peristiwa-peristiwa

bersama (Suryabrata, 2003).

2.4 Konsep Perawat

Pelayanan kesehatan merupakan suatu organisasi yang sangat kompleks,

karena bergerak dalam bidang pelayanan jasa yang melibatkan berbagai kelompok

profesi dengan berbagai latar belakang pendidikan dan kehidupannya. Kelompok

keperawatan merupakan salah satu komponen profesi yang dianggap sebagai kunci

dari keberhasilan asuhan kesehatan di rumah sakit. Hal ini terjadi karena perawat

harus selalu berada di samping pasien, sentuhan asuhan keperawatan telah dirasakan

pasien sejak dia masuk rumah sakit, selama dirawat dan pada waktu pulang

(Sumijatun, 2010).

Perawat adalah profesi yang terbanyak jumlahnya di rumah sakit. Dengan

jumlah besar inilah kekuatan kelompok dibentuk. Banyak bermunculan pendapat

Universitas Sumatera Utara


kelompok perawat adalah profesi tersendiri dan bukan bawahan dokter, perawat

adalah profesi yang setara dengan dokter, dibutuhkan pengakuan yang tepat bahwa

memang demikian adanya, namun tidak sedikit bahwa profesi ini secara tidak

disadari seperti tunduk terhadap apapun yang diperintahkan dokter. Ada beberapa

teori yang mengatakan bahwa pasien datang ke rumah sakit sebenarnya mencari

perawat bukan mencari yang lain. Namun secara tidak sadar kita lihat sehari-hari

bahwa pasien datang ke rumah sakit untuk mencari dokter, keduanya benar namun

keduanya kurang lengkap, secara tepat bahwa sebenarnya pasien datang ke rumah

sakit ingin mendapatkan pelayanan dokter, perawat dan pelayanan lainnya termasuk

pelayanan administrasi (Subanegara, 2005).

2.4.1 Peran Perawat

Perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai

peran strategis dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena

jumlahnya cukup besar dibandingkan tenaga kesehatan lainnya, yakni lebih dari lima

puluh persen, sehingga perawat mempunyai tugas yang cukup berat untuk

melaksanakan program tersebut (Sumijatun, 2010).

Menurut Consortium of Health Science (1989) peran adalah tingkah laku

yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain (dalam hal ini adalah perawat)

untuk berproses dalam sistem sebagai berikut :

a. Pemberi asuhan keperawatan.

b. Pembela pasien.

c. Pendidik tenaga perawat dan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


d. Koordinator dalam pelayanan pasien.

e. Kolabolator dalam membina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat.

f. Konsultan/penasihat pada tenaga kerja danklien

g. Pembaharu sistem, metodologi dan sikap.

Menurut Lokakarya Nasional Keperawatan (1983) bahwa peran perawat

adalah sebagai berikut :

a. Pelaksana pelayanan keperawatan.

b. Pengelola pelayanan keperawatan dan Institusi Pendidikan.

c. Pendidik dalam keperawatan.

d. Peneliti dan pengembang keperawatan.

2.4.2 Fungsi Perawat

Menurut Ali (2002), peran perawat memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai

berikut :

a. Fungsi Pokok

Membantu individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat dalam

melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan, penyembuhan atau

menghadapi kematian yang pada hakekatnya dapat mereka laksanakan tanpa

bantuan apabila mereka memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan untuk

dapat menolong dirinya sendiri secepat mungkin.

b. Fungsi Tambahan

Membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam melaksanakan rencana

pengobatan yang ditentukan oleh dokter.

Universitas Sumatera Utara


c. Fungsi Kolaboratif

Sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja dalam merencanakan dan

melaksanakan program kesehatan yang mencakup pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi.

Menurut Lokakarya Nasional Keperawatan (1983) fungsi perawat adalah

sebagai berikut :

a. Mengkaji kebutuhan pasien/klien, kluarga, kelompok dan masyarakat akan

layanan keperawatan, serta sumber-sumber yang tersedia dan potensial untuk

memenuhi kebutuhan tersebut.

b. Merencanakan tindakan dan tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan keadaan

pasien/klien.

c. Melaksanakan rencana keperawatan yang mencakup upaya peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan, pemeliharaan

kesehatan, dan termasuk pelayanan pasien/klien dalam keadaan terminal.

d. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.

e. Mendokumentasikan proses keperawatan.

f. Mengidentifikasikan hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari dan merencanakan

studi khusus untuk meningkatkan pengetahuan serta mengembangkan

keterampilan dalam praktik keperawatan.

g. Berpartisipasi dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada pasien/klien,

keluarga, kelompok dan amsyarakat.

h. Bekerja sama dengan profesi lain yang terlibat dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien/klien, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


i. Mengelola perawatan pasien/klien dan berperan sebagai tim dalam melaksanakan

kegiatan keperawatan.

j. Mengelola institusi pendidikan keperawatan.

k. Berperan serta dalam merumuskan kebijaksanaan perencanaan pelaksanaan

Perawatan Sekunder Primer.

2.4.3 Kompetensi Perawat

Menurut Lokakarya Nasional Keperawatan (1983), kompetensi perawat

meliputi:

a. Mengumpulkan, menganalisis dan menginterprestasikan data dalam rangka

mengidentifikasi kebutuhan keperawatan pasien/klien termasuk sumber-sumber

yang tersedia dan potensial (diagnosis keperawatan).

b. Mengembangkan rencana tindakan keperawatanuntuk individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan dan kebutuhan.

c. Menggunakan dan menerapkan konsep serta prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial

budaya dan ilmu biomedik dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan

kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

d. Menerapkan keterampilan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan manusiawi

pasien/klien.

e. Merawat pasien/klien dengan gangguan fungsi tubuh, masalah mental yang

berhubungan dengan penyesuaian dan adaptasi psikososial, kebidanan dan

penyakit kandungan, anak dengan berbagai masalah kesehatan.

f. Memberi pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat dengan menggunakan sumber-sumber yang ada secara optimal.

Universitas Sumatera Utara


g. Berperan serta dalam merumuskan kebijakan, merencanakan program,dan

melaksanakan pelayanan kesehatan.

h. Merawat pasien/klien usia lanjut, penyakit terminal.

i. Melaksanakan kegiatan keperawatan sesuai kewenangan dan tanggung jawabnya

serta etika profesi.

j. Menentukan dan menilai kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana

keperawatan.

k. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu diadakan dalam rencana

keperawatan.

l. Mengevaluasi data tentang masalah pasien/klien.

m. Mencatat data proses keperawatan secara sistematis.

n. Menggunakan catatan pasien/klien dalam memantau kualitas asuhan keperawatan.

o. Mengidentifikasi masalah penelitian dalam bidang keperawatan.

p. Membuat, menerapkan dan mengidentifikasi rencana penelitian keperawatan

q. Membuat, melaksanakan dan mengevaluasi penyuluhan kesehatan dengan metode

tepat guna berdasarkan hasil yang diharapkan.

r. Menciptakan komunikasi dan penyesuain diri yang efektif dalam peran serta

pelayanan kesehatan agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat efektif.

s. Menciptakan komunikasi yang efektif dan dapat berperan sebagai pembaharu

sesuai dengan lingkup dan tanggung jawabnya.

t. Menyusun rencana fasilitas pendidikan, kebijaksanaan institusi pendidikan, uraian

kerja karyawan, rencana dan jadwal rotasi, dokumentasi pendidikan dan

kepemimpinan.

Universitas Sumatera Utara


u. Mengkaji, mengidentifikasi dan menghubungkan status dalam pelayanan

kesehatan.

v. Menyusun, meningkatkan dan mengatur rencana keperawatan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan serta bekerja sama dengan individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

2.4.4 Proses Pelayanan Keperawatan

Menurut Nursalam (2002), dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan

kepada klien, digunakan standar praktik keperawatan yang telah dijabarkan oleh

PPNI yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yaitu:

1. Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,

menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan, dengan kriteria meliputi:

a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, observasi, pemeriksaan fisik

serta pemeriksaan penunjang.

b. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam

medis, dan catatan lain.

c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi: status kesehatan

klien masa lalu, status kesehatan klien saat ini, status biologis-psikologissosial-

spiritual, respons terhadap terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan yang

optimal dan risiko-risiko tinggi masalah.

d. Kelengkapan data dasar mengandung unsur lengkap, akurat, relevan dan baru.

Universitas Sumatera Utara


2. Diagnosa Keperawatan

Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis

keperawatan, kriteria proses:

a. Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien

dan perumusan diagnosis keperawatan.

b. Diagnosis keperawatan terdiri atas: masalah, penyebab, dan tanda atau gejala,

atau terdiri atas masalah dan penyebab.

c. Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi

diagnosis keperawatan.

d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru.

3. Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

dan meningkatkan kesehatan klien, kriteria proses:

a. Perencanaan terdiri atas penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan

keperawatan.

b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.

c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.

d. Mendokumentasi rencana keperawatan.

4. Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam

rencana asuhan keperawatan, kriteria proses:

a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


b. Kolaborasi dengan tim kesehatan.

c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien.

d. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan

asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.

e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan

respons klien.

5. Evaluasi Keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam

pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan perencanaan, kriteria proses:

a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat

waktu dan terus-menerus.

b. Menggunakan data dasar dan respons klien dalam mengukur perkembangan ke

arah pencapaian tujuan.

c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.

d. Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan

keperawatan.

e. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan modifikasi perencanaan.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Supratman pada tahun 2007 menunjukkan hasil

bahwa beban kerja perawat yang berat masih dijalani sebagian besar perawat di

Rumah Sakit Dr. Moewardi (RSDM) Surakarta. Jenis beban kerja yang relatif berat

bersumber dari pekerjaan keperawatan secara langsung. Beban kerja perawat menjadi

Universitas Sumatera Utara


faktor risiko rendahnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di rumah

sakit ini.

Penelitian Indrajati yang dilakukan pada tahun 2011 tentang

pendokumentasian tentang perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan di

Ruang Barokah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong, dengan hasil bahwa

mayoritas perawat memiliki hasil pendokumentasian yang cukup baik dan lengkap,

sehingga hasil pendokumentasian proses keperawatan dalam kategori cukup.

Perencanaan pada asuhan keperawatan dalam kategori cukup dari standar asuhan

keperawatan.

Penelitian Sabarulin pada tahun 2013 tentang faktor yang mempengaruhi

kinerja perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit

Woodward Palu, menunjukkan hasil ada pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat

dengan nilai p 0,001(p<0,05), ada pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja perawat

di dengan nilai p 0,003(p<0,05), ada pengaruh imbalan terhadap kinerja perawat

dengan nilai p 0,018 (p<0,05), faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja

perawat adalah motivasi dengan nilai p = 0,004, nilai Wall =8,291, nilai Exp(B) =

0,089.

Penelitian yang dilakukan Prihartin pada tahun 2013 menunjukkan hasil

bahwa pendokumentasian secara komputerisasi jauh lebih menguntungkan

dibandingkan dengan pencatatan secara tradisional. Keuntungan utama penggunaan

komputer adalah waktu yang dibutuhkan menjadi lebih singkat, disamping itu data

dapat tersimpan dengan aman dan mudah diakses ketika dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan metode penelitian meliputi: desain penelitian yang

digunakan, partisipan, tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, teknik

pengumpulan data, variabel dan definisi operasional, metode analisis data, tingkat

keabsahan data (thrusthworhiness of data) dan etika penelitian.

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi. Fenomenologi merupakan

desain penelitian yang melibatkan eksplorasi langsung, analisa data dan deskripsi dari

fenomena tertentu, sebebas mungkin dari dugaan yang belum teruji, yang bertujuan

mendapatkan hasil yang maksimal dari pengalaman individu tentang ‘sesuatu’ baik

yang dilihat, dirasakan, diingat, dipercayai, diputuskan, dilakukan dan seterusnya

(Spiegelberg, 1975 dalam dalam Streubert dan Carpenter, 1999). Desain

fenomenologi dipilih agar dapat dieksplorasi lebih mendalam tentang pengalaman

perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.

3.2 Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat di ruang rawat inap. Secara

definitif, agar hasil penelitian lebih kredibel dan dapat dipercaya, dibutuhkan

minimum 10-20 partisipan (Saldana, 2011). Jumlah partisipan dalam penelitian ini

secara definitif ditetapkan sebanyak 9 orang dengan pertimbangan banyaknya pasien

39
Universitas Sumatera Utara
yang dirawat inap di RSUD Gunung Tua dan adanya penelitian dan referensi yang

mendukung untuk dilakukan pengambilan jumlah partisipan tersebut.

Partisipan ditentukan melalui teknik purposive sampling, yaitu partisipan yang

dipilih adalah perawat yang dianggap mampu membantu menjelaskan fenomena

pengalaman perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat

inap (LoBiondo-Wood & Haber, 2010). Adapun kriteria inklusi partisipan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Perawat merupakan petugas kesehatan yang berstatus sebagai PNS dan

Honorer/Tenaga Kerja Sukarela (TKS).

2. Perawat yang sudah bekerja di ruang rawat inap RSUD Gunung Tua minimal 3

tahun.

3. Perawat mampu menceritakan pengalamannya tentang pendokumentasian asuhan

keperawatan di ruang rawat inap.

4. Partisipan tidak keberatan mengikuti proses pengambilan data, yang ditandai

dengan penandatanganan surat pernyataan persetujuan penelitian oleh partisipan.

Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat yang berstatus PNS atau

Honorer dan bertugas di Ruang Rawat Inap di RSUD Gunung Tua sebanyak 9 orang.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 Partisipan

Kriteria Tempat Tugas Kategori Partisipan Jumlah


Perawat Ruang VIP Utama 2
Perawat Ruang Kelas II Utama 2
Dewasa
Perawat Ruang Kelas II Anak Utama 2
Perawat Ruang Kelas III Utama 1
Perawat Ruang Kebidanan Utama 2
Jumlah 9

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas

Utara dengan mengambil data pengalaman perawat dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan di Ruang Rawat Inap. Pengambilan data tentang pengalaman perawat

dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap ini dilakukan

karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum daerah yang merupakan pusat

rujukan dari berbagai daerah di Kabupaten Padang Lawas Utara.

Waktu penelitian diawali dari proses pembuatan proposal yang dimulai sejak

bulan Juni 2014 sampai Agustus 2014. Proses pengumpulan data dilakukan dari

bulan September sampai Oktober 2014.

3.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan metode, alat dan prosedur

pengumpulan data sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


3.4.1 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, data demografi,

panduan wawancara dan lembar observasi. Alat pengumpulan data utama dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan kata lain peneliti sebagai instrumen

penelitian. Peneliti melakukan studi fenomenologi dengan menggunakan dirinya

sendiri untuk mengumpulkan data yang “kaya” tentang pengalaman perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan dan mengembangkan hubungan antara

peneliti dan partisipan melalui wawancara intensif (Polit & Beck, 2012).

Peneliti menggunakan kuesioner data demografi yang mencakup inisial, umur,

jenis kelamin, pendidikan, ruang kerja, dan lama bekerja. Selain itu, peneliti juga

menggunakan panduan wawancara dan lembar observasi pengalaman perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan selama proses pengumpulan data.

Panduan wawancara tersebut berisi pertanyaan yang diajukan kepada

patisipan, dimana pertanyaan tersebut dibuat sendiri oleh peneliti. Panduan

wawancara dibuat berdasarkan tinjauan pustaka yang relevan dengan masalah yang

digali dalam penelitian. Panduan wawancara dibuat mendalam, dimulai dengan

pertanyaan terbuka, dan tidak bersifat kaku. Pertanyaan dapat berkembang sesuai

proses yang sedang berlangsung selama wawancara tanpa meninggalkan landasan

teori yang telah ditetapkan. Panduan wawancara dibuat untuk memudahkan peneliti

supaya jalannya wawancara terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu

panduan wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti terhadap pokok

permasalahan yang dibahas (Speziale & Carpenter, 2003).

Universitas Sumatera Utara


Selain panduan wawancara, lembar observasi kegiatan yang dilakukan

perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan juga digunakan oleh peneliti

untuk melihat perilaku serta aktivitas pendokumentasian asuhan keperawatan oleh

perawat di ruang rawat inap. Terhadap lembar observasi juga dilakukan content

validity dengan expert sama dengan panduan wawancara. Nilai CVI > 0,8 maka

bermakna bahwa panduan wawancara memiliki isi yang valid. Jenis observasi yang

dilakukan adalah participant observation passive, dimana peneliti melakukan

observasi dengan berada di ruang rawat inap, tetapi tidak ikut terlibat aktif dalam

kegiatan partisipan. Observasi dilakukan oleh peneliti selama 2 waktu yaitu pada shift

siang dan malam hari.

3.4.2 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dimulai dari surat keterangan lulus uji etik

(ethical clearence) dan ijin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara. Surat tersebut diserahkan kepada bagian penelitian dan

pengembangan RSUD Gunung Tua. Berdasarkan ijin dari rumah sakit tempat

penelitian, peneliti mengunjungi ruang rawat inap (Ruang VIP, Ruang Kelas II

Dewasa, Ruang Kelas II Anak, Ruang Kelas III, dan Ruang Kebidanan), menjelaskan

tentang penelitian yang dilakukan dan meminta data pasien yang dirawat inap.

Sebelum melakukan wawancara terhadap partisipan pertama, peneliti

melakukan pilot study yang bertujuan sebagai latihan dalam melakukan teknik

wawancara. Pilot study dilakukan pada 1 partisipan. Setelah itu, hasil wawancara dari

pilot study dibuat dalam bentuk transkrip. Selanjutnya dikonsultasikan dengan

Universitas Sumatera Utara


pembimbing. Setelah mendapat persetujuan pembimbing, kemudian peneliti

melanjutkan wawancara kepada partisipan berikutnya.

Sebelum melakukan penelitian dilakukan pendekatan (prolonged engagement)

kepada perawat kurang lebih 2 minggu. Pendekatan (prolonged engagement)

bertujuan untuk meningkatkan hubungan saling percaya antara peneliti dan partisipan

sekaligus tahap pengenalan situasi dan kondisi kerja perawat. Pada tahap ini, peneliti

memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan dan pengumpulan data yang

dilakukan terhadap partisipan.

Setelah itu, memberikan informed consent untuk mendapatkan persetujuan

menjadi partisipan dalam penelitian ini. Kemudian setelah partisipan bersedia

dilanjutkan dengan membuat kontrak waktu dan tempat untuk wawancara. Semua

wawancara dilakukan dengan kondisi tenang, nyaman, dan menjaga privasi

partisipan. Peneliti melakukan wawancara di setiap ruang rawat inap dengan memilih

waktu luang perawat di antara tugasnya memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien. Meminta izin untuk merekam percakapan selama wawancara berlangsung.

Wawancara dilakukan dengan metode indepth interview dengan durasi 60-90 menit.

Pertanyaan diajukan selama wawancara berdasarkan panduan wawancara yang telah

ada. Kemudian melanjutkan mengajukan berbagai pertanyaan dengan menggunakan

teknik probing.

Teknik diam (silent) digunakan sebagai cara untuk memberikan kesempatan

kepada partisipan untuk mengingat kembali dan menceritakan pengalamannya.

Peneliti juga berupaya untuk tidak mengarahkan jawaban partisipan dan membiarkan

Universitas Sumatera Utara


pastisipan mengungkapkan pengalamannya secara bebas terhadap pertanyaan yang

diajukan selama proses wawancara sehingga data yang diperoleh merupakan

informasi alamiah yang sesuai dengan pengalaman partisipan.

Sebelum mengakhiri wawancara, peneliti menyimpulkan hasil wawancara

yang bertujuan untuk mengklarifikasi segera hasil wawancara. Setelah wawancara

selesai peneliti menyatakan kesediaannya untuk membantu partisipan. Partisipan juga

disarankan untuk menghubungi peneliti baik secara langsung ataupun melalui telepon

jika partisipan merasa perlu untuk menceritakan lebih lanjut tentang pengalamannya.

Peneliti melakukan analisis terhadap data yang didapat bersamaan dengan

proses bimbingan dengan dosen, dan penelitian terus dilakukan sampai dirasa tidak

ada lagi hal-hal yang ingin diketahui dari partisipan. Pencarian informasi dari

partisipan lain terus dilakukan sesuai dengan prosedur dan dihentikan setelah tercapai

saturasi. Peneliti melakukan terminasi akhir dengan partisipan dalam penelitian dan

menyampaikan bahwa proses penelitian telah selesai.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Hidayat, 2007).

Definisi operasional dari fokus penelitian ini adalah pengalaman perawat

dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah

Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara.

Universitas Sumatera Utara


3.6 Metode Analisis Data

Setelah melakukan proses pengumpulan data, maka peneliti melakukan

analisis data. Dalam menganalisis data penelitian, peneliti menggunakan pendekatan

dari Colaizzi (1978) dalam Streubert & Carpenter (1995), karena metode ini

memberikan langkah-langkah yang sederhana, jelas, dan rinci . Tahapan metode

analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membaca seluruh deskripsi wawancara yang telah diungkapkan oleh partisipan.

Dalam proses analisis ini, pernyataan partisipan ditranskripsi dari audio rekaman

wawancara dengan masing-masing partisipan.

2. Melakukan ekstraksi terhadap pernyataan signifikan (pernyataan yang secara

langsung berhubungan dengan fenomena yang diteliti).

Setiap pernyataan dalam transkrip partisipan yang berhubungan langsung dengan

fenomena yang diteliti dianggap signifikan. Pernyataan yang signifikan

diekstraksi dari masing-masing transkrip dan diberikan nomor. Pernyataan

signifikan secara numerik dimasukkan ke dalam daftar (mis., 1,2,3,4, ....) yaitu

kumpulan dari seluruh pernyataan signifikan.

3. Menguraikan makna yang terkandung dalam pernyataan signifikan.

Dalam tahap analisis ini peneliti berupaya untuk memformulasikan kembali

pernyataan signifikan umum diekstraksi dari transkrip partisipan.

4. Menggabungkan makna yang dirumuskan ke dalam kelompok tema.

Peneliti menetapkan atau mengatur makna yang telah dirumuskan ke dalam

kelompok sejenis. Dengan kata lain, makna yang dirumuskan dikelompokkan ke

dalam kelompok tema. Artinya, beberapa pernyataan mungkin berhubungan.

Universitas Sumatera Utara


5. Mengembangkan sebuah deskripsi tema dengan lengkap (yaitu deskripsi yang

komprehensif dari pengalaman yang diungkapkan partisipan)

Sebuah deskripsi yang lengkap dikembangkan melalui sintesis dari semua

kelompok tema dan makna yang dirumuskan dan dijelaskan oleh peneliti.

6. Mengidentifikasi landasan struktur dari fenomena tersebut.

Struktur dasar mengacu kepada esensi dari fenomena pengalaman yang

diungkapkan dengan analisis ketat dari setiap deskripsi lengkap dari fenomena

tersebut.

7. Kembali ke partisipan untuk melakukan validasi.

Sebuah janji untuk tindak lanjut dibuat antara peneliti dengan masing-masing

partisipan untuk tujuan memvalidasi esensi dari fenomena dengan partisipan.

Setiap perubahan yang dibuat disesuaikan dengan umpan balik partisipan untuk

memastikan makna yang dimaksudkan partisipan tersampaikan dalam struktur

dasar dari fenomena tersebut. Integrasi dari informasi tambahan oleh partisipan

untuk dimasukkan ke dalam deskripsi final dari fenomena yang terjadi saat ini.

3.7 Tingkat Keabsahan Data (Thrusthworhiness of Data)

Lincoln dan Guba (1985) menyatakan bahwa penelitian kualitatif termasuk

fenomenologi perlu ditingkatkan kualitas dan integitas dalam proses penelitian

melalui tingkat keabsahan data (thrusthworhiness of data). Tingkat keabsahan data

yang dilakukan pada penelitian adalah credibility, dependability, transferability, dan

confirmability.

Universitas Sumatera Utara


Credibility pada penelitian ini dicapai sejak proses penelitian dilakukan

melalui beberapa teknik yaitu prolonged engagement, hasil rekaman dan transkrip,

triangulasi data atau metode, dan member checking. Prolonged engagement pada

penelitian ini adalah mengadakan pertemuan dengan partisipan selama 2 jam setiap

pertemuan. Peneliti bertemu dengan partisipan 2 kali dalam seminggu selama 2

minggu sebelum pengumpulan data. Hal ini bertujuan agar terjalin hubungan saling

percaya antara peneliti dengan partisipan, sehingga partisipan dapat dengan aman dan

nyaman memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti.

Selain itu, credibility dipertahankan dengan cara member checking yang

dilakukan kepada partisipan untuk memvalidasi hasil tematik yang telah ditemukan.

Member checking dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi

atau tema-tema spesifik yang telah dianalisa peneliti kepada partisipan dan meminta

partisipan membaca dan melihat keakuratan transkrip tersebut, menanyakan kepada

partisipan, apakah diantara ungkapan, kata kunci dan tema yang tidak sesuai dengan

persepsi partisipan. Partisipan diberikan hak untuk mengubah, menambah atau

mengurangi kata kunci atau tema yang sudah diangkat. Selain itu, untuk lebih

meyakinkan partisipan dengan kata kunci dan tema yang diangkat, peneliti juga

memperdengarkan hasil wawancara yang telah direkam kepada setiap partisipan

(Creswell, 1998).

Dependability dilakukan penelitian pada partisipan yang sama dalam konteks

yang sama menghasilkan hasil yang sama. Oleh karena itu, selama proses penelitian

dependability dilakukan melalui teknik pendokumentasian yang baik (careful

Universitas Sumatera Utara


documentation) dan metode triangulasi. Dependability dalam hal ini dilakukan

dengan cara menyerahkan semua hasil transkrip kegiatan penelitian kepada

pembimbing tesis dan kemudian mendiskusikan kata kunci, kategori, sub tema, dan

tema-tema yang sesuai dengan tujuan dari penelitian sehingga terbentuk sebuah

analisa data.

Confirmability yang dilakukan pada penelitian ini adalah audit trial. Selama

proses penelitian berlangsung, peneliti berusaha mempertahankan pendokumentasian

dengan baik seperti jika terdapat hal-hal yang kurang jelas, peneliti melakukan

konfirmasi kepada partisipan. Selain itu hasil temuan tema diperlihatkan kepada

partisipan dan dilakukan validasi oleh partisipan. Audit trial diperkuat dengan peneliti

juga menyerahkan hasil temuan selama proses penelitian kepada pembimbing untuk

dikonfirmasi sehingga lebih objektif.

Transferability bergantung pada pengetahuan seorang peneliti tentang konteks

pengirim dan konteks penerima. Hal ini dilakukan dengan uraian secara rinci. Dalam

penelitian ini, peneliti menguraikan dengan rinci hasil temuan yang akan didapat,

kemudian dibuat penjelsan tentang hasil wawancara dalam bentuk naratif yang

menceritakan rekaman wawancara serta hasil observasi, serta dilakukan pembahasan

terhadap hasil penelitian dengan menggunakan literatur yang sesuai dengan topik

penelitian.

3.8 Pertimbangan Etik

Pengambilan data dilakukan setelah peneliti mendapatkan rekomendasi dari

Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


Setelah mendapatkan izin, selanjutnya peneliti mencari partisipan yang sesuai dengan

kriteria yang telah ditentukan. Partisipan dalam hal ini adalah perawat di ruang rawat

inap, petugas kesehatan yang secara langsung berhubungan dengan pasien rawat inap,

walaupun demikian peneliti tetap mempergunakan etika penelitian untuk

mengantisipasi dampak yang timbul saat penelitian berlangsung misalnya perawat

memenuhi panggilan pasien yang membutuhkannya.

Selanjutnya, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian dan memberikan

informed consent berisi informasi penelitian, menjelaskan tujuan penelitian, prosedur,

resiko, ketidaknyamanan dan keuntungan serta harapan atas patisipasi individu dalam

penelitian. Secara operasional, peneliti memberikan lembaran informed consent yang

bila disetujui partisipan ditandatangani dan bila tidak, partisipan bebas atas

tindakannya. Individu memiliki kebebasan untuk memilih tanpa kontrol eksternal, ia

dapat menentukan apakah berperan serta dalam penelitian ini atau tidak, ia dapat saja

menarik diri dari penelitian tanpa ada konsekuensi (Creswell, 2003).

Hak privasi dan martabat (Right to privacy and dignity) dilakukan peneliti

dengan menyapa/memperlakukan partisipan sesuai dengan keinginan mereka untuk

diperlakukan. Memberikan lingkungan yang dapat menjamin kenyamanan partisipan

untuk mendapatkan privasi saat pengambilan data/wawancara dilakukan, lokasi dan

waktu disepakati sesuai dengan yang diinginkan partisipan. Demi menjaga privasi,

wawancara dihentikan sementara di saat adanya permintaan pasien untuk dilayani

oleh perawat. Wawancara kembali dilanjutkan setelah kondisi kembali kondusif dan

partisipan bersedia diwawancara tak lama kemudian.

Universitas Sumatera Utara


Keberadaan anonimity (tanpa nama) pada partisipan diberikan agar identitas

subjek tidak dihubungkan bahkan oleh peneliti sendiri dengan alasannya. Subjek

hanya diberikan kode nomor. Identitas individu tidak dihubungkan dengan informasi

serta tidak dipublikasikan dengan bebas (confidentiality). Perekaman dan pengolahan

data diolah langsung oleh peneliti.

Pada pelaksanaan hak mendapatkan perlakuan yang sama (Right to fair

treatment) individu diperlakukan adil, dan mendapatkan perlakuan yang sama.

Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan yaitu

kejelasan prosedur penelitian. Sebagai contoh dalam prosedur penelitian, peneliti

mempertimbangkan aspek keadilan, siapa pun partisipan, baik perempuan atau laki-

laki mendapatkan hak dan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun

sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek

(nonmaleficence). Dalam penelitian ini peneliti meminimalisir hal tersebut hanya

terkait dengan pengumpulan data berupa wawancara pada partisipan.

Ketidaknyamanan yang mungkin terjadi selama proses wawancara seperti kelelahan,

bosan, diantisipasi peneliti dengan memberitahukan hak partisipan terkait dengan

kebebasan memilih waktu dan tempat, bebas untuk berhenti sewaktu-waktu apabila

ada urusan, untuk kemudian dilanjutkan lagi wawancara sesuai kesepakatan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini menjelaskan tentang tentang pengalaman perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua

Kabupaten Padang Lawas Utara yang dikelompokan kedalam 3 bagian yaitu (1)

karakteristik partisipan; (2) pengalaman perawat dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan; dan (3) hasil observasi pendokumentasian asuhan keperawatan.

4.1. Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang perawat dengan jenis

kelamin perempuan 8 orang dan 1 orang perawat laki-laki yang bekerja di ruang rawat

inap Rumah Sakit Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara. Umur rata-rata

adalah 31 tahun, beragama islam 8 orang dan 1 orang beragama kristen protestan,

lama bekerja rata-rata 6,8 tahun dengan masa kerja terpendek 3 tahun, masa kerja

terlama 12 tahun. Status pernikahan 2 orang belum menikah dan 7 orang sudah

menikah. Kategori pendidikan 2 orang S1 Keperawatan dan 7 orang lulusan D III

keperawatan. Partisipan Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah 5 orang dan 4 orang

Tenaga Kerja Sukarela (TKS) yang bertugas sebagai perawat ruang rawat inap Kelas

II, perawat kelas III, perawat anak, perawat ruang rawat inap VIP dan perawat IGD.

Jabatan di ruangan adalah hampir seluruhnya perawat pelaksana, hanya 2 orang

52
Universitas Sumatera Utara
menjabat kepala ruangan. Untuk selengkapnya data-data tentang partisipan dapat

dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan

No Karakteristik Frekuensi
1 Umur
Mean 31
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 1
Perempuan 8
3 Agama
Islam 8
Kristen Protestan 1
4 Lama Kerja
Mean 6,8
Masa Kerja Terlama 12
Masa Kerja Terpendek 3
5 Status Pernikahan
Menikah 7
Belum Menikah 2
6 Kategori Pendidikan
S1 Keperawatan 2
D III Keperawatan 7

4.2. Pengalaman Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara, peneliti mengidentifikasi 4 tema terkait dengan

pengalaman perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, yaitu: tahap

pendokumentasian asuhan keperawatan (5 kategori); faktor penghambat pelaksanaan

pendokumentasian asuhan keperawatan (7 kategori); harapan perawat terkait dengan

Universitas Sumatera Utara


pendokumentasian asuhan keperawatan (4 kategori); dan manfaat pendokumentasian

asuhan keperawatan (4 kategori).

4.2.1. Tahapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Partisipan mengidentifikasi 5 kategori tahap pendokumentasian asuhan

keperawatan yang terdiri dari beberapa tahapan proses keperawatan, yaitu (1)

pengkajian keperawatan; (2) diagnosa keperawatan; (3) perencanaan keperawatan; (4)

implementasi keperawatan; dan (5) Evaluasi keperawatan. Masing-masing tahapan

proses dijelaskan sebagai berikut:

4.2.1.1. Pengkajian Keperawatan

Dalam pendokumentasian asuhan keperawatan tahap pengkajian keperawatan,

ada partisipan patuh melakukan pendokumentasian, ada partisipan yang tidak patuh

atau tidak lengkap melakukan pendokumentasian pada tahap ini partisipan tidak

patuh dalam melaksanakan pendokumentasian askep. Ketidakpatuhan ini disebabkan

rasa malas, kurang pengetahuan, atau beban kerja. pada tahap pengkajian ini.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui partisipan melakukan pengkajian dengan

metode wawancara dan observasi terhadap pasien. Ditemukan empat orang partisipan

yang mengungkapkan bahwa melakukan pengkajian keperawatan dengan cara

mewawancara pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan.

“ … Dari segi pengkajiannya itu pasien masuk saya kaji dengan cara
wawancara, pengalamannya termasuk dari segi kita wawancara kepada
pasien, ada kalanya beberapa pasien terkendala dalam memberikan informasi
pada saat dilakukan pengkajian“ (Partisipan 1)

Universitas Sumatera Utara


“ Cara saya melakukan pengkajian keperawatan dimulai ketika pasien masuk
ke ruangan, langsung saya kaji dengan cara mewawancarai apa keluhannya,
jika pasien tidak dapat diwawancarai, saya wawancara keluarganya…..”
(Partisipan 2)

Pernyataan lain dari partisipan yang mengungkapkan pengalamannya

melakukan pengkajian:

“Ketika pasien masuk saya tanyakan keluhannya, lalu saya catatkan ke dalam
format pengkajian.” (Partisipan 4)

“langsung saya kaji dengan cara mewawancarai apa keluhannya, jika pasien
tidak bisa diwawancarai, saya mewawancarai keluarganya Saya tanyakan
keluarganya tentang riwayat penyakitnya… “

Berdasarkan hasil wawancara terdapat tiga partisipan mengungkapkan bahwa

pengkajian dilakukan dengan cara mengobservasi pasien. Hal ini sesuai dengan

pernyataan pasien.

““ Saya menuliskan pengkajian sesuai dengan kondisi pasien yang saya lihat
dan saya observasi…” (Partisipan 8)

“ Selain itu saya amati bagaimana kondisi fisik pasien, bagaimana


psikologisnya…” (Partisipan 2)

“ Kita lihat bagamana kondisi fisik pasien apakah ada luka-lukanya, kita tensi
apakah dia hipertensi atau tidak, kita liat mimik wajahnya untuk mengetahui
keadaan psikologisnya.” (Partisipan 7)

Berdasarkan hasil wawancara diketahui tiga orang partisipan tidak patuh

dalam melaksanakan pendokumentasian askep. Ketidakpatuhan ini disebabkan rasa

malas, kurang pengetahuan, atau beban kerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan

pasien.

Universitas Sumatera Utara


“Kalo pengalaman saya dalam menuliskan pengkajian, kesannya siy
terkadang pasien itu sulit dikaji . Jadi saya malas melakukan pengkajian pada
pasien, paling hasil pemeriksaan dari UGD lah yang saya jadikan
pegangan.” (Partisipan 3)

“Kebanyakan karena malas Kak.. Pendokumentasian itu jarang diperiksa


jadi teman-teman merasa sia-sia mengerjakan pendokumentasian dan kadang
bosan melakukan pendokumentasian gitu-gitu aja setiap hari.” (Partisipan 4)

“Pengkajian itu kadang-kadang saya lakukan, kadang-kadang tidak. Karena


pengalaman saya dalam menuliskan pengkajian tidak begitu berkesan,
terkadang pasien itu sulit untuk diwawancarai sehingga saya jarang
menuliskannnya.” (Partisipan 5)

4.2.1.2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara ada beberapa partisipan yang patuh melakukan

pendokumentasian pada tahap ini, ada juga beberapa partisipan yang tidak patuh

melakukan pendokumentasian tahap diagnosa keperawatan ini. Pendokumentasian

asuhan keperawatan tahap diagnosa keperawatan dilakukan empat partisipan setelah

memperoleh data dari pengkajian kemudian diagnosa keperawatan ditegakkan

berdasarkan hasil pengkajian tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dua orang

partisipan.

“ Diagnosa ditegakkan setelah dilakukan pengkajian kan Kak. Dibuat


berdasarkan informasi yang kita peroleh dari pengkajian.” (Partisipan 1)

“Kemudian setelah selesai pengkajian, saya tegakkan diagnosa sesuai dengan


hasil pengkajian tersebut, diagnosa yang ditegakkan adalah diagnosa
keperawatan yang utama, yaitu yang paling aktual, paling menonjol saja,
Jadi keluhan utama pasien itulah yang dijadikan sebagai diagnosa utama”
(Partisipan 2)

Universitas Sumatera Utara


Diketahui dari hasil wawancara bahwa tiga partisipan menegakkan hanya satu

diagnosa, yaitu diagnosa yang utama atau aktual.

“…tapi yang saya tegakkan adalah diagnosa yang paling aktual saja.,
diagnosa aktual inilah yang saya catatkan dalam pendokumentasian tahap
diagnosa. (Partisipan4)
“Saya memilih diagnosa keperawatan yang utama, yaitu yang paling
menonjol saja, Itu pengalaman saya melakukan diagnosa dan rata-rata selalu
diagnosa yang ditegakkan hanya yang paling aktual saja dan hanya satu saja
yang saya tegakkan” (Partisipan 1)
“ Saya hanya memilih dan menuliskan satu diagnosa aja dan itu merupakan
diagnosa utama saja.” (Partisipan 8)

Dari hasil wawancara diketahui bahwa beberapa partisipan tidak patuh

sehingga jarang mengisi dokumentasi tahap diagnosa. Ada juga partisipan yang malas

melakukan diagnosa sehingga mereka menyalin diagnosa dari UGD untuk dicatat di

dokumen diagnosa keperawatan dan ada juga partisipan yang menuliskan diagnosa

berdasarkan diagnosa dan instruksi dari dokter. Adapun pernyataan dua orang

partisipan tersebut diungkapkan sebagai berikut:

“Diagnosanya agak terbatas juga disini Kak.. karena belum apa-apa pasien
sudah minta pulang gitu.. Jadi bagaimana mau menegakkan diagnosanya
Kak.” (Partisipan 3)
“Saya memilih satu diagnosa dan menuliskan satu diagnosa itu setelah ada
instruksi dokter. Instruksi dokter itu, saya jadikan diagnosa utama.”
(Partisipan 7)

4.2.1.3. Perencanaan Keperawatan

Berdasarkan wawancara diketahui bahwa beberapa partisipan

mendokumentasikan perencanaan keperawatan dan beberapa partisipan lainnya tidak

melakukan pendokumentasian pada tahap ini. Tiga partisipan mengungkapkan bahwa

Universitas Sumatera Utara


mereka membuat dokumentasi perencanaan keperawatan berdasarkan diagnosa yang

ditegakkan atau masalah yang dialami pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan

partisipan.

“ Kalo perencanaannya, begitu saya tegakkan diagnosa keperawatan, saya


susun perencanaannya berdasarkan diagnosa yang ditegakkan itu.”
(Partisipan 2)
“Rencana keperawatan ini saya buat sesuai hasil diagnosa pasien terus kira-
kira apa yang akan dilakukan untuk meringankan sakitnya, itulah yang ditulis
sebagai dokumentasi perencanaan keperawatan.” (Partisipan 4)
“ Saya tuliskan pendokumentasian tahap perencanaan ini sesuai dengan
diagnosa keperawatan.” (Partisipan 8)

Berdasarkan hasil wawancara diketahui beberapa partisipan tidak patuh dalam

mendokumentasikan asuhan keperawatan tahap perencanaan. Tujuh partisipan

mengungkapkan bahwa mereka jarang bahkan ada yang tidak membuat

pendokumentasian pada tahap perencanaan ini dikarenakan kurang pengetahuan,

kurang motivasi, keterbatasan alat yang disediakan rumah sakit atau kesibukan

partisipan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan. Ada juga partisipan yang

mengungkapkan bahwa pendokumentasian tahap perencanaan hanya dilakukan satu

hari saja. Adapun pernyataan-pernyataan tersebut diungkapkan sebagai berikut:

“Karena kurangnya motivasi bisa, mungkin karena tidak mendukung


suasananya. Yang paling banyak Fatimah tengok Kak, penulisan hanya pada
hari pertama pasien masuk, besoknya terkadang dilakukan, kadang tidak
dituliskan lagi.” (Partisipan 1)
“Pendokumentasian tahap perencanaan ini terkadang saya tuliskan
terkadang tidak karena saya malas melakukannya. Capek-capek dituliskan
perencanaan .. eehh tahu-tahunya ga bisa dilaksanakan karena alat untuk
melakukan tindakan rusak.” (Partisipan 6)

Universitas Sumatera Utara


“Tidak dituliskan perencanaannya… langsung tindakan aja Kak. Kalau ada
masalah langsung aja dilakukan tindakan… misalnya infus bengkak ya
langsung ganti infus… gak ada perencanaan Kak.” (Partisipan 9)

4.2.1.4. Implementasi Keperawatan

Hasil penelitian ditemukan bahwa beberapa partisipan melakukan

implementasi sesuai dengan rencana yang telah dicatat dan pendokumentasian

implementasi tersebut dibuat berdasarkan tindakan-tindakan keperawatan yang

dilakukan perawat terhadap pasien. Hal ini diungkapkan oleh tujuh partisipan sebagai

berikut:

“ Kalo diimplementasi . Setelah kita susun rencana, kita sudah tahu apa yang
akan kita lakukan.” (Partisipan 1)

“ Kalo diimplementasi. Pada tahap ini saya lakukan penyusunannya sesuai


dengan intervensi yang saya lakukan dan saya lihat respon pasiennya.
Intervensi yang saya lakukan ini kadang sesuai perencanaan… ”
(Partisipan 2)

“ Tahap implementasi keperawatannya, pengalaman saya pencatatan


berdasarkan tindakan yang saya lakukan saja…” (Partisipan 3)

Beberapa partisipan mengungkapkan bahwa kalau melaksanakan tindakan

dilakukan secara spontan, langsung dilakukan setelah masalah ditemukan tanpa

melalui proses perencanaan. Tiga partisipan mengungkapkan hal ini:

“Jadi implementasi itu bisa dilakukan berdasarkan perencanaan atau kadang


bisa juga spontan dilakukan sesuai dengan masalah yang ditemukan saat
itu.” (Partisipan 1)

“Terkadang ada rencana yang dilakukan secara spontan aja, misalnya kalau
suhu panas, ya langsung dikompres pasiennya, kalau pasien mengeluh sesak
napas, langsung aja diatur posisinya.” (Partisipan 5)

Universitas Sumatera Utara


“ Langsung tindakan aja Kak. Kalau ada masalah langsung aja dilakukan
tindakan.. misalnya infus bengkak ya langsung ganti infus.. gak ada
perencanaan kak. ” (Partisipan 9)

Ketidakpatuhan melaksanakan dokumentasi implementasi disebabkan

kurangnya pengetahuan mengenai pendokumentasian asuhan keperawatan.

4.2.1.5. Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan tiga partisipan membuat

dokumentasi evaluasi sesuai dengan rekapitulasi hasil observasi status pasien. Hal ini

sesuai dengan pernyataan partisipan.

“Dari segi evaluasi ya.. Evaluasi itu dibuat sesuai dengan hasil rekapitulasi
hasil observasi…” (Partisipan 1)

“Setiap tindakan yang saya lakukan dan yang saya catatkan daam status,
saya simpulkan menurut kondisi pasien, selanjutnya saya bikinlah SOAP.”
(Partisipan 7)

“ Evaluasi ini saya tuliskan berdasarkan kondisi pasien setelah mendapatkan


tindakan, saya simpulkan kondisi pasien tersebut.” (Partisipan 8)

Tiga partisipan mengungkapkan bahwa mereka membuat evaluasi yang

dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera. Adapun

pernyataan tersebut diungkapkan sebagai berikut.

“Evaluasi bisa dibuat pada saat memberikan intervensi dengan respon


segera…” (Partisipan 1)

“ Terkadang supaya tidak lupa setelah tindakan langsung saya tuliskan


evaluasinya.” (Partisipan 4)

“ Evaluasi ini saya tuliskan berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien saat
mengevaluasi.” (Partisipan 9)

Universitas Sumatera Utara


Dua orang partisipan mengakui bahwa mereka tidak patuh dalam melakukan

pendokumentasian tahap evaluasi ini, mereka jarang menuliskan dokumentasi

evaluasi bahkan ada yang tidak menuliskan dokumen evaluasi ini dikarenakan

kurangnya pengetahuan dan beban kerja yang tinggi. Hal ini sesuai dengan

pernyataan partisipan.

“Kalo tahap evaluasi keperawatannya terkadang tidak dituliskan karena


suasana tidak mendukung, seperti kadang capek setelah melakukan tindakan
keperawatan kepada pasien.” ( Partisipan 3)

“Terkadang saya tuliskan terkadang tidak karena terkadang saya capek


setelah seharian melakukan tindakan keperawatan.” (Partisipan 5)

4.2.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Ada 7 kategori faktor-faktor penghambat pelaksanaan proses

pendokumentasian asuhan keperawatan yang diidentifikasi oleh partisipan yaitu (1)

motivasi yang rendah; (2) kurangnya kemampuan perawat mendokumentasikan

asuhan keperawatan; (3) lembar dokumentasi dan fasilitas rumah sakit yang terbatas;

(4) format lembar dokumentasi asuhan keperawatan tidak sesuai standar; (5)

kurangnya kerja sama antar tim; (6) kurangnya sosialisasi mengenai cara

pendokumentasian asuhan keperawatan; dan (7) beban kerja yang tinggi.

Dua orang partisipan megungkapkan bahwa penghambat pelaksanaan

dokumentasi asuhan keperawatan adalah kurangnya motivasi. Hal ini sesuai dengan

pernyataan partisipan:

“Jangankan D III, S1 saja belum memahami dengan baik tentang


pendokumentasian dan belum memiliki motivasi yang tinggi.” (Partisipan 1)

Universitas Sumatera Utara


“ Hambatan lainnya adalah sifat perawat yang kurang motivasi diri.”
(Partisipan 2)

Dua partisipan mengungkapkan bahwa penghambat terlaksananya

dokumentasi asuhan keperawatan adalah kurangnya kemampuan perawat. Hal ini

sesuai dengan pernyataan partisipan.

“Kalo saya pribadi merasa terhambat menuliskan askep disebabkan kurang


pengetahuan dalam penulisan askep yang benar itu seperti apa. Tidak ada
standar di rumah sakit ini tentang cara pendokumentasian Askep jadi saya
sering bingung mengisi format Askepnya. Selain itu persediaan lembar askep
yang terbatas...” (Partisipan 8)

“Aku tak paham, tak tahu.. kurang pengetahuan aku tentang


pendokumentasian ini... jadi jarang bahkan hampir tak pernah aku
lakukan...” (Partisipan 10)

Delapan orang partisipan mengungkapkan lembar dokumentasi yang terbatas

sehingga menghambat pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan pasien.

“... tapi malah terkendala karena lembar format di ruangan habis sehingga
pendokumentasian askep tidak bisa dilanjutkan lagi.” (Partisipan 1)

“Hambatan-hambatannya banyak terutama ketidakteraturan amprahan


lembar pendokumentasian askep. Jadi sering kali dijumpai masalah lembar
dokumentasi askep habis di ruangan sehingga pendokumentasian tidak bisa
dilakukan.” (Partisipan 4)

“Kalo saya pribadi merasa terhambat karena lembar kertas askep terbatas di
ruangan.” (Partisipan 7)

Tiga orang partisipan mengungkapkan format lembar dokumentasi asuhan

keperawatan tidak sesuai standar sehingga menghambat pelaksanaan dokumentasi

asuhan keperawatn. Hal ini sesuai dengan pernyataan pasien.

Universitas Sumatera Utara


” Tapi sayangnya pencatatan pengkajian tidak bisa maksimal karena
formatnya tidak lengkap, tidak sesuai standar, format pengkajiannya tidak
rinci hanya terbatas secara umum saja.”(Partisipan 2)

“Selama ini format askep yang disediakan adalah sama formatnya padahal
seharusnya format itu berbeda antara ruang rawat inap anak dan ruang
rawat inap dewasa.”(Partisipan 4)

“Saya mengalami hambatannya dalam menuliskan disebabkan format askep


yang tidak sesuai dengan ruang rawat inap saya. Saya tugasnya di ruangan
rawat inap anak tapi format askepnya tidak sesuai dengan format anak-
anak.” (Partisipan 6)

Tiga orang partisipan mengatakan bahwa fasilistas rumah yang terbatas sakit

seperti alat tulis yang tidak disediakan oleh rumah sakit, menjadi faktor penghambat

pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

partisipan.

“ Kadang Fasilitas rumah sakit tidak mendukung. Tinta penanya habis dan
alat tulis tidak disediakan...” (Partisipan 1)

“Hambatan-hambatannya banyak terutama alat tulis yang tidak


mendukung...” (Partisipan 2)

“Selain itu fasilitas rumah sakit yang terbatas, alat tulis tidak tersedia.
Katanya wajib menggunakan tinta hitam atau biru tapi tidak disediakan
penanya untuk kami” (Partisipan 7)

Lima orang partisipan mengeluhkan kurangnya kerjasama antar tim atau shift

menghambat pelaksanaan dokumentasi keperawatan. Berikut ini ungkapan tiga orang

partisipan tersebut:

“Tim kerja yang tidak berkelanjutan, cara kerjanya itu loh, cara
pendokumentasian, itu semua tidak berkelanjutan.... shift sore menuliskan,
shift malamnya kadang menuliskan, kadang tidak. Jadi tiba Fatimah masuk,
Fatimah susah menuliskan askepnya karena tidak ada perkembangan pasien
sebelumnya.” (Partisipan 1)

Universitas Sumatera Utara


“Kerja sama antar tim itu tadi . Kalok kita kompak kan enak ngisi askepnya,
sama-sama jadi semangat kan Kak... terus maunya shift yang berikutnya juga
mendokumentasikan askep jadi berkelanjutan dokumentasinya.”
(Partisipan 3)

“Hambatan-hambatannya itu adalah pencatatan perawat setiap pergantian


shift yang tidak bersifat berkelanjutan dalam pencatatan askep.”
(Partisipan 5)

Kurang sosialisasi mengenai cara penulisan asuhan keperawatan menjadi

salah satu hambatan menurut dua orang partisipan. Hal ini sesuai dengan ungkapan

partisipan.

“Kadang fasilitas rumah sakit pun tidak mendukung, tinta penanya habis dan
alat tulis tidak disediakan, lembar format tidak selalu tersedia, sering
habis…sosialisasi askep kurang.” (Partisipan 1)

“...kemudian sosialisasi dalam penulisan askep yang belum maksimal.”


(Partisipan 4)

Beban kerja perawat yang tinggi sehingga membuat partisipan tidak memiliki

waktu untuk melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hal ini dirasakan

oleh partisipan sehingga menghambat pelaksanaan proses pendokumentasian asuhan

keperawatan. Hal ini dikeluhkan oleh seorang partisipan, sebagai berikut:

“Kadang kerja kami ini terlalu banyak, yang bukan kerja kami pun disuruh
kami yang mengerjakan.” (Partisipan 1)

Belum ada standar tentang tata cara pelaksanaan pendokumentasian asuhan

keperawatan menjadi salah satu penghambat pendokumentasian asuhan keperawatan.

Hal ini dikeluhkan oleh seorang partisipan, sebagai berikut:

“ Tidak ada standar di rumah sakit ini tentang cara pendokumentasian Askep
jadi saya sering bingung mengisi format askepnya.” (Partisipan 8)

Universitas Sumatera Utara


4.2.3. Harapan perawat terkait dengan pendokumentasian asuhan keperawatan

Partisipan mengidentifikasi 4 kategori yang terkait dengan faktor pendukung

pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu (1) motivasi dan supervisi dari atasan

langsung; (2) pemberian imbalan, (3) pemberian sanksi bagi perawat; dan (4)

sosialisasi cara pendokumentasian asuhan keperawatan.

Kategori dukungan dari atasan langsung dinyatakan oleh tiga partisipan bahwa

faktor pendukung proses pendokumentasian adalah motivasi dan supervisi dari atasan.

Hal ini sesuai dengan ungkapan partisipan.

“Kepala ruangan hendaknya memotivasi kami supaya bertanggung jawab


terhadap pekerjaan kami, tugas kami termasuk pendokumentasian askep ini.
Cobalah Karu itu melihat, memeriksa pendokumentasian yang kami lakukan,
apakah sudah bagus atau belum.” (Partisipan 2)

“Faktor-faktor yang mendukung ada, ada sih tapi tidak begitu upayanya
maksimal misalnya motivasi dan pengawasan dari kepala ruangan dalam
pendokumentasian askep.” (Partisipan 3)
“Kepala ruangan juga harusnya peduli, diingatkanlah siapa-siapa yang
malas untuk mengerjakan pencatatan askep ini.” (Partisipan 5)

Ada enam partisipan yang menyatakan bahwa kekompakan dan kerja sama

antar tim mendukung pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hal ini

tampak dari pernyataan partisipan.

“Dukungan dari teman, seperti kerja tim yang kompak juga bisa mendukung
terlaksana pendokumentasian dengan baik.” (Partisipan 1)

“Kerjasama antar tim itu tadi. Kalok kita kompak kan enak ngisi askepnya
sama-sama jadi semangat kan Kak... terus maunya shift yang berikutnya juga
mendokumentasikan askep jadi berkelanjutan askepnya.” (Partisipan 3)

“Selain itu kekompakan antar tim kerja itu sangat penting. Misalnya kita
mengisi status sama-sama rasanya lebih semangat, kalo mengisi sendiri
rasanya jenuh, bosan gitu-gitu aja.”(Partisipan 9)

Universitas Sumatera Utara


Pernyataan yang terkait dengan pemberian imbalan bagi perawat yang

melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan baik mendukung perawat

untuk melaksanakan pendokumentasian keperawatan. Hal ini sesuai dengan ungkapan

partisipan.

“Jadi rumah sakit harus punya upaya, mencari apa yang mampu memotivasi
perawat untuk mendokumentasikan asuhan keperawtan. Perawat yang
melakukan pendokumentasian harus dihargai dengan memberi
reward.”(Partisipan 1)

“Seharusnya kasihlah motivasi pada perawat untuk melakukan


pendokumentasian, misalnya yang rajin menuliskan askep diberi
penghargaan...” (Partisipan 4)

“Menurut saya faktor yang mendukung itu berupa penghargaan alias


imbalan lah untuk meningkatkan semangat kita khususnya dalam
mendokumentasikan asuhan keperawatan ini.”. (Partisipan 9)

Dua partisipan mengungkapkan bahwa pemberian sanksi bagi perawat yang

tidak melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan baik, mendukung

perawat untuk melaksanakan pendokumentasian keperawatan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan partisipan:

“...bagi perawat yang tidak melaksanakan pendokumentasian harus diberi


sanksi.”(Partisipan 1)

“Pengalaman saya, fakor pendukung itu ada tapi rumah sakit ini tidak
melakukan upaya yang maksimal misalnya manajemen kurang
memperhatikan pelaksanaan pendokumentasian askep, jarang diperiksa arsip
dokumentasi askep itu, memotivasi perawat untuk melakukan
pendokumentasian, misalnya yang rajin menuliskan askep diberi
penghargaan dan yang malas diberikan sanksi” (Partisipan 4)

Universitas Sumatera Utara


Pernyataan partisipan yang terkait dengan sosialisasi pedoman

pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilihat pada pernyataan sebagai berikut:

“Rumah sakit harus mensosialisasikan cara pendokumentasian asuhan


keperawatan.” (Partisipan 1)

“Maunya kita dibuatkanlah pedoman pelaksanaan pendokumentasian asuhan


keperawatan dan pedomannya itu disosialisasikan ke kita.” (Partisipan 4)

4.2.4. Manfaat Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara terhadap partisipan, terdapat 4 manfaat dalam

pedokumentasian asuhan keperawatan yaitu mempermudah perawat mengetahui

perkembangan kondisi pasien, menambah wawasan perawat, mempermudah perawat

melakukan asuhan keperawatan selanjutnya, dan manfaat bagi rumah sakit adalah

melaksanakan kewajiban rumah sakit dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan

keperawatan. Kategori mempermudah mengetahui perkembangan kondisi pasien

dinyatakan oleh tiga partisipan sebagai berikut:

“Manfaatnya bagi perawat adalah mempermudah mengetahui perkembangan


kondisi pasien.” (Partisipan 2)

“Manfaatnya sih lebih mudah mengevaluasi perkembangan pasien itu.”


(Partisipan 5)

“Manfaatnya jika dokumentasi askep lengkap, lebih gampang saja


mengetahui perkembangan kondisi klien.” (Partisipan 8)

Tiga orang partisipan menyatakan bahwa manfaat dari pendokumentasian

asuhan keperawatan adalah menambah pengetahuan atau wawasan perawat. Hal ini

sesuai dengan pernataan:

Universitas Sumatera Utara


“Manfaatnya bagi perawat adalah menambah pengetahuan perawat dan
mengetahui secara mendalam kondisi pasien itu, sebab dia sakit, sebab dia
masuk rumah sakit.” (Partisipan 1)

“salah satu manfaatnya bagi perawat adalah menambah pengetahuan


perawat mengenai pendokumentasian inilah kak.....” (Partisipan 6)

“Mungkin menambah pengetahua saya tentang gejala-gejala penyakit yang


dialami pasien.” (Partisipan 9)

Tiga partisipan mengungkapkan bahwa manfaat dari pendokumentasian

keperawatan adalah mempermudah perawat melakukan asuhan keperawatan

selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan.

“Mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi penyakit


pasien selanjutnya.” (Partisipan 1)

“Manfaatnya saya lebih enak melanjutkan askep berikutnya dan mudah bagi
saya untuk mengetahui perkembangan pasien.” (Partisipan 2)

“Selain itu kita perawat lebih mudah menyusun tindakan selanjutnya bagi
pasien.” (Partisipan 8)

Dua orang partisipan mengungkapkan bahwa pendokumentasian asuhan

keperawatan bermanfaat bagi rumah sakit sebagai bukti penegakan

pendokumentasian asuhan keperawatan dan meningkatkan mutu rumah sakit. Hal ini

sesuai dengan pernyataan pasien.

“Kalo bagi rumah sakit berarti melaksanakan kewajiban, menegakkan aspek


legalnya, dan meningkatkan mutu rumah sakit.” (Partisipan 1)

“Kalo bagi rumah sakit itu memang kewajiban rumah sakit melaksanakan
pendokumentasian asuhan keperawatan dan melindungi rumah sakit apa bila
ada masalah dengan pasien, ada aspek hukumnya.” (Partisipan 2)

Universitas Sumatera Utara


4.2.5. Hasil Observasi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Berdasarkan hasil observasi dari 9 partisipan diketahui hanya 45% partisipan

melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar.

Sebanyak 55 % partisipan tidak melakukan pendokumentasian sesuai dengan standar

bahkan ada partisipan yang sama sekali tidak melaksanakan pendokumentasian

asuhan keperawatan. Perilaku pendokumentasian yang paling sering tidak dilakukan

adalah perawat mengulangi menuliskan nama pasien, membuat tanggal dan waktu

jika pencatatan bersambung dan perawat menuliskan namanya dan menandatangani

formulir askep. Hasil observasi langsung dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Observasi Langsung

Dilaku- Tidak
No Perilaku Perawat yang Diobservasi Saat kan Dilakukan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
f (%) f (%)
1 Perawat mencatat data pasien (nama, tanggal masuk, 6 (66,7) 3 (33,3)
alamat, jenis kelamin, umur dsb) pada formulir askep.
2 Tulisan perawat rapi dan mudah dibaca. 4 (44,4) 5 (55,6)
3 Perawat menulis tanggal, waktu pada formulir askep. 5 (55,6) 4 (44,4)
4 Perawat menulis data pasien menggunakan tinta biru atau 5 (55,6) 4 (44,4)
hitam.
5 Perawat mencatat keadaan pasien diwaktu lampau dan 5 (55,6) 4 (44,4)
waktu sekarang.
6 Jika perawat salah mencatat, perawat mencoret satu kali 4 (44,4) 5 (55,6)
pada tulisan yang salah, membuat tulisan “salah” diatasnya
lalu memaraf.
7 Jika pencatatan bersambung, perawat mengulangi 2 (22,2) 7 (77,8)
menuliskan nama pasien, membuat tanggal dan waktu.
8 Perawat menuliskan namanya dan menandatangani 2 (22,2) 7 (77,8)
formulir askep.
9 Perawat menggunakan singkatan yang biasa digunakan dan 4 (44,4) 5 (55,6)
dapat diterima
10 Bila terjadi pergantian shift, perawat memberi penjelasan 4 (44,4) 5 (55,6)
pada perawat pengganti.
Total rata-rata 4,5 (45) 4,9 (55)

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan dan menginterpretasi hasil penelitian. Interpretasi

hasil penelitian dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian dengan tinjauan

pustaka dan penelitian-penelitian yang terkait. Pembahasan ini akan peneliti

uraikan secara terstruktur berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengeksplorasi

pengalaman perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit

Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara. Selain itu, pada bab ini

juga dibahas keterbatasan penelitian dengan membandingkan proses penelitian yang

sudah dilakukan oleh penelti dengan kondisi ideal yang seharusnya dicapai. Bagian

akhir dari bab ini juga akan membahas implikasi penelitian bagi keperawatan.

5.1. Interpretasi Hasil Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pengalaman perawat dalam pendokumentasian

asuhan keperawatan. Partisipan yang terpilih sesuai dengan kriteria inklusi penelitian

dan bekerja di RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara. Berdasarkan

hasil wawancara terhadap partisipan, peneliti mengidentifikasi 4 tema. Empat tema

tersebut adalah: (1) Tahap pendokumentasian asuhan keperawatan; (2) Faktor

penghambat pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan; (3) Harapan

perawat terkait dengan pendokumentasian asuhan keperawatan; dan (4) Manfaat

70
Universitas Sumatera Utara
pendokumentasian asuhan keperawatan. Selanjutnya peneliti akan membahas secara

rinci.

Selain melalui wawancara peneliti juga melakukan observasi terhadap

pendokumentasian keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Berdasarkan hasil

observasi terhadap 9 partisipan tentang pengalaman pendokumentasian asuhan

keperawatan di RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara diketahui bahwa

pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum maksimal sesuai dengan

hasil observasi sebanyak 55% partisipan yang tidak melaksanakan pendokumentasian

sesuai standar.

5.1.1. Tahapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Salah satu indikator kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan

dapat dilihat dari pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan, karena

dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan asuhan keperawatan

yang menggunakan pendekatan proses keperawatan yang memiliki nilai hukum yang

sangat penting. Tanpa dokumentasi keperawatan maka semua implementasi

keperawatan yang telah dilaksanakan perawat tidak mempunyai makna dalam hal

tanggung jawab dan tanggung gugat (Merreli, 2000).

Dokumentasi merupakan tulisan dan pencatatan suatu kegiatan/aktivitas

tertentu secara sah/legal. Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan

penulisan dan pencatatan yang dilakukan oleh perawat tentang informasi kesehatan

klien termasuk data pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi

keperawatan (Carpenito, 1998).

Universitas Sumatera Utara


5.1.1.1 Pengkajian Keperawatan

Hasil penelitian di RSUD Gunung Tua ditemukan bahwa 55% partisipan tidak

patuh dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan tahap pengkajian.

Beberapa partisipan jarang melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan.

Menurut Nurachmah (2010) bahwa seorang perawat perlu memiliki kemampuan

berhubungan dengan klien dan keluarga serta berkomunikasi dengan anggota tim

kesehatan lain dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan serta

menyesuaikan kembali perencanaan yang telah dibuat. Aplikasi di ruangan adalah

ketua tim yang membuat proses keperawatan, sedangkan implementasi dilaksanakan

oleh perawat yang vokasional. Meskipun bukan suatu keharusan seorang perawat

vokasional membuat proses keperawatan, peraturan perundangan tetap mewajibkan

bagi seluruh perawat untuk melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan langkah-

langkah proses keperawatan, hal ini tertuang dalam Kepmenkes 1239 tahun 2001

tentang registrasi praktek perawat.

Beberapa partisipan mengungkapkan bahwa mereka jarang

mendokumentasikan asuhan keperawatan proses pengkajian karena beban kerja yang

tinggi, format pengkajian yang tidak sesuai standar, dan pendokumentasian asuhan

keperawatan sebelum tahun 2014 tidak diwajibkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan

pendapat Potter dan Perry (2009) yang mengatakan perawat yang secara langsung

terlibat dalam perawatan klien sering mempunyai kesulitan dalam pendokumentasian.

Kurangnya waktu dalam pendokumentasian, tidak ada orang yang akan membaca

Universitas Sumatera Utara


catatan keperawatan, format pendokumentasian yang kurang efektif menyebabkan

perawat malas mencatat.

Menurut hasil penelitian diketahui cara pengumpulan data yang dilakukan

partisipan dalam proses pengkajian adalah observasi dan wawancara terhadap pasien.

Hal ini sesuai dengan Standar Profesi dan Kode Etik Perawat Indonesia (PPNI, 2010),

standar proses dalam pengkajian terdiri dari: 1) Pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara, observasi pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang (hasil lab,

catatan klien lainnya). 2) Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terdekat, tim

kesehatan, rekam medik, dan catatan lain. 3) Klien berpartisipasi dalam proses

pengumpulan data. 4) Data yang dikumpulkan berfokus untuk mengidentifikasi:

status kesehatan klien saat ini, status kesehatan klien masa lalu, status biologis,

fisiologis, psikologis, sosial, kultural dan spritual, respon terhadap terapi, harapan

terhadap tingkat kesehatan yang optimal, resiko masalah potensial.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Kozier et al. (2004) bahwa

metode pengumpulan data yang dilakukan perawat berdasarkan hasil wawancara

peneliti antara lain mengobservasi pasien secara langsung, melihat catatan dari IGD,

mewawancarai pasien dan keluarganya, dan memeriksa fisik pasien dari kepala

sampai ujung kaki.

Dari hasil penelitian terungkap bahwa perawat dalam pengkajian umumnya

bisa menjawab dengan baik bagaimana cara memperoleh data dari pasien yaitu dengan

wawancara dan observasi pada pasien, hanya saja data yang dikumpulkan masih

berbeda-beda kualitasnya, kebanyakan masih berfokus pada menanyakan keluhan

Universitas Sumatera Utara


utama, bukan menggali sampai riwayat kesehatan masa lalu, status biologis, fisiologis,

psikologis, dan spiritualnya. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan dan

pengetahuan perawat yang berbeda. Perawat dengan pendidikan Sarjana Keperawatan

sudah memahami sampai analisis data untuk menentukan masalah aktual atau

potensial dari data-data pengkajian yang didapatkan. Sedangkan perawat D III belum

memahami cara menganalisis data yang diperoleh dari pengkajian. Menurut hasil

penelitian Mobiliu, S. (2005) dalam Sumaedi, D.A. (2010), mendapatkan hasil

penelitian tentang adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan (D III)

dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan.

5.1.1.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Direktur Jenderal Pelayananan Medik (1993), diagnosa keperawatan

dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan

dengan norma fungsi kehidupan pasien dengan kriteria: diagnosa keperawatan

dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat

sesuai dengan wewenang perawat, komponennya terdiri dari masalah,

penyebab/gejala atau terdiri dari masalah dan penyebab, bersifat aktual apabila

masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah

kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.

Hasil penelitian di RSUD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas terungkap

bahwa cara partisipan melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan tahap

diagnosa adalah dengan cara membuat dokumentasi diagnosa sesuai data pengkajian

dan menegakkan hanya satu diagnosa yaitu diagnosa yang utama atau aktual. Hasil

Universitas Sumatera Utara


penelitian ini sesuai dengan pendapat Perry (2005) bahwa dokumentasi pengkajian

merupakan komponen kunci dalam membuat keputusan klinis untuk mengetahui

keadaan dan masalah pasien supaya bisa ditegakkan diagnosa keperawatan.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa beberapa partisipan tidak patuh

sehingga jarang mengisi dokumentasi tahap diagnosa. Ketidakpatuhan partisipan

tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan, motivasi dan beban kerja yang tinggi

sehingga mereka jarang mengisi dokumentasi tahap diagnosa dan ada juga partisipan

yang menyalin diagnosa dari UGD untuk dicatat di dokumen diagnosa keperawatan

dan ada juga partisipan yang menuliskan diagnosa berdasarkan diagnosa dan instruksi

dari dokter.

5.1.1.3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan. Rencana

tindakan keperawatan mencakup tiga hal meliputi: 1) Diagnosa keperawatan, 2)

Kriteria hasil, dan 3) Rencana tindakan keperawatan. Perawat membuat rencana

tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan

pasien. Diagnosa keperawatan harus merupakan prioritas untuk merawat pasien,

setiap hasil diagnosa keperawatan harus dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan.

Hasil diagnosa keperawatan dijadikan dasar penyusunan perencanaan keperawatan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dokumentasi perencanaan

keperawatan disusun berdasarkan diagnosa yang ditegakkan atau masalah yang

dialami pasien. Hal ini sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang secara resmi

telah diberlakukan untuk diterapkan di seluruh rumah sakit melalui SK Direktur

Universitas Sumatera Utara


Jenderal Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 yaitu pada standar III

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan dimana

komponen perencanaan keperawatan meliputi prioritas masalah dengan kriteria

masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas pertama, masalah-

masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, masalah-

masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.

Beberapa partisipan tidak melaksanakan pendokumentasian tahap

perencanaan ini karena mereka merasa perencanaan tidak ada gunanya. Tidak semua

rencana yang disusun dapat diimplementasikan karena keterbatasan sarana dan

prasaranana RSUD Gunung Tua. Hal ini sesuai dengan penelitian Larson dkk., (2004)

dalam Lunney (2008) yang menemukan fakta bahwa kekurangan sarana dan

prasarana, perawat banyak mengerjakan pekerjaan non keperawatan akan kesulitan

dalam mengambil keputusan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan klien.

5.1.1.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan setelah

perencanaan. Tahap implementasi seorang perawat melaksanakan tindakan yang telah

direncanakan pada masalah keperawatan. Implementasi harus dilakukan oleh perawat

yang profesional serta mempunyai kemampuan dalam melakukan tindakan tersebut

(Merelli, 2000).

Hasil penelitian tentang pendokumentasian tahap implementasi keperawatan,

sebagian partisipan melakukan implementasi sesuai perencanaan dan beberapa

partisipan lainnya melakukan implementasi secara spontan dibuat sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


masalah yang ditemukan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Sumaedi, D.A.

(2010), perawat dalam melaksanakan implementasi sebagai suatu bentuk

melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat.

Pelaksanaan tindakan keperawatan memerlukan SDM yang berkualitas yang

memiliki pengetahuan, keterampilan, dan profesional. Perawat dengan pendidikan S1

Keperawatan memiliki kemampuan tindakan keperawatan yang lebih baik. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tanasale (2003) dalam Sumaedi, D.A. (2010)

yang menyimpulkan bahwa pelatihan Askep berdampak terhadap kinerja perawat

terhadap pelaksanaan Askep dan pendokumentasian keperawatan di ruang rawat inap

RSU Tual.

5.1.1.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Perawat

mengevaluasi perkembangan kesehatan pasien terhadap tindakan dalam mencapai

tujuan, sesuai kriteria tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan evaluasi bisa

menggunakan SOAP atau SOAPIER yaitu merupakan salah satu pendekatan yang

berorientasi pada cara penyelesaian masalah. Sangat cocok diterapkan untuk melihat

apakah masalah teratasi seluruhnya, masalah teratasi sebagian, atau masalah belum

teratasi. Model evaluasi ini memang agak sulit dipahami karena membutuhkan konsep

dan pemahaman secara utuh tentang kebutuhan dasar manusia, konsep perilaku,

pemahaman biomedik dan patofisiologi klinik (Efendi, 1995).

Berdasarkan hasil penelitian tentang pendokumentasian asuhan keperawatan

tahap evaluasi diketahui bahwa beberapa partisipan jarang bahkan ada yang belum

Universitas Sumatera Utara


melaksanakan dokumentasi tahap evaluasi karena kurangnya pengetahuan mereka

tentang dokumentasi evaluasi dan beban kerja yang tinggi. Berdasarkan hasil

wawancara diketahui bahwa pengalaman partisipan dalam pendokumentasian

evaluasi keperawatan disusun sesuai dengan rekapitulasi hasil observasi dan

beberapa partisipan membuat evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan

intervensi dengan respon segera. Pelaksanaan pendokumentasian tahap evaluasi ini

sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan PPNI (2010) bahwa terdapat dua tipe

dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif yang menyatakan evaluasi yang

dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera dan evaluasi

sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien

pada waktu tertentu.

5.1.2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Hasil penelitian menemukan bahwa ada dua faktor yang menjadi

penghambat pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu faktor yang

berasal dari dalam diri partisipan dan faktor yang berasal dari luar diri partisipan.

Faktor yang berasal dari dalam diri partisipan adalah kurang motivasi diri dan

kemampuan perawat rendah, sedangkan faktor-faktor yang berasal dari luar diri

partisipan adalah fasilitas rumah sakit kurang memadai, format askep tidak sesuai

standar, kurangnya kerja sama antar tim, sosialisasi Askep kurang, dan beban kerja

pegawai yang tinggi.

Menurut hasil penelitian Sumaedi, D.A. (2010) hambatan-hambatan dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan adalah kurangnya kemampuan perawat,

Universitas Sumatera Utara


kurangnya sarana, kurangnya peran dan fungsi pengelola, kebijakan prosedur, dan

pengaturan kondisi kerja. Hasil penelitian Mastini (2013) beban kerja merupakan

variabel yang paling dominan berhubungan dengan kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna, Medical

Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa kemampuan perawat dalam

pendokumentasian masih kurang. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesempatan

untuk melakukan pelatihan. Akibat dari kurangnya kemampuan perawat dalam

pendokumentasian menyebabkan pendokumentasian jarang dilakukan bahkan ada

partisipan yang tidak melaksanakan pendokumentasian askep dan pendokumentasian

menjadi tidak akurat. Hasil penelitian Lunney (2008) bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara tingkat kemampuan perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian

askep yang tidak akurat dan faktor kemampuan perawat yang paling berpengaruh

adalah tingkat pendidikan, pengalaman dan tingkat intelektual.

Fasilitas rumah sakit yang kurang memadai seperti tidak tersedianya alat

tulis, lembar pendokumentasian, dan perlengkapan lainnya untuk pendokumentasian

secara kontinui menjadi hambatan partisipan dalam melakukan pendokumentasian.

Larson, dkk., (2004) dalam Lunney (2008) menemukan fakta bahwa kekurangan

sarana dan prasarana, perawat banyak mengerjakan pekerjaan non keperawatan akan

mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan yang tepat untuk memenuhi

kebutuhan klien.

Universitas Sumatera Utara


Format askep yang tidak sesuai standar juga menjadi penghambat dalam

pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. Format dokumen askep yang

tidak sesuai standar menimbulkan kebingungan bagi partisipan untuk melakukan

pendokumentasian. Hasil penelitian Trisnawati (2008) menunjukkan bahwa format

dokumentasi dengan sistem check list berpengaruh signifikan dengan kemampuan

perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.

Kurangnya pelatihan dan sosialisasi juga merupakan penghambat perawat

untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perkembangan teknologi cara

pendokumentasian asuhan keperawatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Tanasale (2003) yang menemukan adanya pengaruh pelatihan terhadap peningkatan

kemampuan perawat dalam pendokumentasian, terdapat hubungan bermakna antara

pelatihan dokumentasi dengan peningkatan kemampuan perawat dalam

mendokumentasikan asuhan keperawatan.

Beban kerja perawat yang tinggi juga menjadi penghambat pelaksanaan

pendokumentasian pada penelitian ini. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mastini

(2013) yang menunjukkan bahwa responden beban kerja ringan dengan kelengkapan

pendokumentasian sesuai sebanyak 90,4%, sedangkan responden beban kerja sedang

dengan kelengkapan pendokumentasian tidak sesuai sebanyak 95,8% beban kerja

berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan (P< 0,05)

dimana hasil didapat berdasarkan analisis dengan kuesioner beban kerja sebanyak

13 kuesioner yang telah diisi oleh perawat yang bertugas di Ruang Medical Surgical

dan Ruang Ratna.

Universitas Sumatera Utara


Beban kerja yang berlebih terjadi karena tidak sebandingnya rasio tenaga

perawat dengan pasien, pekerjaan yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perawat

misalnya membuat kwitansi pemakaian obat, konsul rongent mengambil obat pasien

ke apotek sehingga akan mempengaruhi penurunan kinerjaperawat dalam

mendokumentasikan asuhan keperawatan. Pendokumentasian merupakan indikator

mutu pelayanan keperawatan, sehingga jika dokumentasi keperawatan sudah

dilaksanakan dengan baik, mutu pelayanan keperawatan juga baik yang

menimbulkan kepuasan terhadap pelayanan keperawatan demikan juga sebaliknya

(Nursalam, 2008)

5.1.3. Harapan perawat terkait dengan pendokumentasian asuhan keperawatan

Hasil penelitian tentang harapan yang diperlukan dalam pendokumentasian

adalah motivasi dan supervisi dari atasan langsung, pemberian imbalan, pemberian

sanksi bagi perawat dan sosialisasi cara pendokumentasian asuhan keperawatan.

Dukungan yang diperlukan dari atasan langsung adalah dukungan motivasi dan

supervisi serta pembuatan kebijakan rumah sakit yang berkenaan dengan

pendokumentasian asuhan keperawatan tentang sistem imbalan, pemberian sanksi,

dan penetapan pedoman cara pendokumentasian asuhan keperawatan. Beberapa

partisipan mengungkapkan pentingnya pemberian imbalan untuk meningkatkan

motivasi dan kinerja khususnya dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.

Menurut Royani (2010) insentif yang rendah apa bila tidak dibenahi akan membuat

perawat menjadi tidak puas dalam bekerja. Ketidakpuasan dalam bekerja yang

dimaksud juga termasuk dalam hal pendokumentasian keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


5.1.4. Manfaat Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Hasil penelitian menemukan bahwa ada beberapa manfaat pendokumentasian

asuhan keperawatan yaitu manfaat bagi rumah sakit dan manfaat bagi perawat itu

sendiri. Manfaat bagi rumah sakit yaitu menegakkan aspek legal dan meningkatkan

mutu rumah sakit, sedangkan manfaat bagi perawat adalah mempermudah perawat

mengetahui perkembangan kondisi pasien, meningkatkan pengetahuan perawat, dan

perawat dapat menyusun tindakan selanjutnya bagi pasien.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dan kekurangan antara lain:

Penelitian ini merupakan penelitian pertama bagi peneliti dalam melakuka n penelitian

kualitatif dengan metode fenomenologi sehingga kemampuan peneliti terbatas dalam

mengeksplorasi secara mendalam.

5.3. Implikasi Hasil Penelitian

Fakta yang ditemukan berdasarkan tema- dari hasil penelitian ini bisa dijadikan

bahan untuk diskusi dan menjadi pertimbangan dalam penentuan kebijakan dalam

terlaksananya pendokumentasian yang lebih baik. Manajemen rumah sakit harus

memberikan perhatian khusus dan komitmen terhadap faktor penghambat

pendokumentasian keperawatan dan segera membuat rencana strategi dalam

mengatasi faktor penghambat tersebut.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan

merupakan ringkasan pembahasan hasil penelitian yang telah dibandingkan dengan

teori dan penelitian terkait. Sedangkan saran merupakan tindak lanjut dari penelitian

ini.

6.1. Kesimpulan

Penelitian ini menemukan empat tema terkait dengan pendokumentasian

asuhan keperawatan yaitu tahap pendokumentasian, faktor penghambat pelaksanaan

pendokumentasian asuhan keperawatan, harapan perawat terkait dengan

pendokumentasian asuhan keperawatan, dan manfaat pendokumentasian asuhan

keperawatan. Tahap pendokumentasian asuhan keperawatan masih ditemukan bahwa

pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan masih kurang baik pada setiap

tahap proses pendokumentasian yaitu tahap pengkajian, diagnosis, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi keperawatan.

Faktor penghambat pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan

berasal dari faktor dari dalam partisipan dan dari luar diri partisipan. Faktor dari dalam

partisipan adalah kurangnya motivasi diri dan kemampuan perawat yang rendah.

Sedangkan faktor dari luar partisipan adalah fasilitas rumah sakit kurang, format

Universitas Sumatera Utara


83
asuhan keperawatan yang tidak sesuai standar, kerja sama tim kurang kompak,

sosialisasi asuhan keperawatan kurang, dan beban kerja yang tinggi.

Harapan perawat terkait dengan pendokumentasian asuhan keperawatan antara

lain adalah motivasi dan supervisi dari atasan langsung, pemberian imbalan,

pemberian sanksi bagi perawat dan sosialisasi cara pendokumentasian asuhan

keperawatan.

Sebagian besar partisipan sudah menyadari manfaat pelaksanaan

pendokumentasian asuhan keperawatan. Manfaatnya adalah bagi rumah sakit

menegakkan aspek legal dan meningkatkan mutu rumah sakit sedangkan manfaat bagi

perawat adalah mempermudah perawat mengetahui perkembangan kondisi pasien,

menambah pengetahuan perawat, dan mempermudah perawat dalam menyusun

tindakan selanjutnya bagi pasien.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, diberikan beberapa saran terhadap pihak rumah

sakit, pendidikan keperawatan, dan penelitian keperawatan selanjutnya.

6.2.1. Saran terhadap Pihak Rumah Sakit

1. Kepada Pimpinan Rumah Sakit agar menyediakan/mencetak format

dokumentasi sesuai dengan kebutuhan

2. Meningkatkan pengetahuan perawat dalam penulisan asuhan

keperawatan melalui sosialisasi dan seminar.

3. Melakukan evaluasi pendokumentasian keperawatan secara rutin

Universitas Sumatera Utara


dengan standar baku serta adanya umpan balik sehingga perawat

tahu keberhasilan dan kekurangan dalam penulisan.

4. Ketua tim, kepala ruangan bahkan kepala bidang keperawatan perlu

mengevaluasi format asuhan keperawatan yang sudah ada agar sesuai

standar dan kebutuhan masing-masing ruangan rawat inap.

5. Membuat job description yang lebih jelas tentang tugas dan tanggung

jawab perawat terutama dalam pelaksanaan pendokumentasian

keberawatan

6. Pemberian imbalan untuk menimbulkan motivasi dalam menulis asuhan

keperawatan, bisa dalam bentuk kenaikan golongan dan pangkat bagai

pegawai yang berstatus sebagai PNS atau reward bagi tenaga sukarela

(TKS).

6.2.2. Saran terhadap Peneliti Selanjutnya

Melakukan penelitian tentang sejauh mana komitmen pimpinan dan perawat

dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin, 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional, Edisi Pertama, Widya


Medika, Jakarta.
Balai Pustaka, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jakarta.
BPRSUD, Kota Salatiga, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Carpenito, Lynda Jual, 1998. Aplikasi pada Praktek Klinik, Edisi 6, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
________, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
Creswell W, John, 1998, Qualitative Inquiry And Reseach Design Choosing Among
Five Traditions, Sage Publications, London.
Damayanti, Eka, 1998. Kajian Administrasi Rumah Sakit. Tesis FKM Universitas
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2009. Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan,
Jakarta.
Effendi, 1995. Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Fitriana, 2006. Upaya Peningkatan Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan di
Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Achmad Yani Surabaya. Skripsi FKM
Universitas Airlangga, Surabaya.
Gibson, 1996. Perilaku Struktur dan Proses, Binarupa, Jakarta.
Hariyati, Tutik Sri, 2009. Sistem Informasi Keperawatan Berbasis Komputer Sebagai
Salah Satu Solusi Meningkatkan Profesionalisme Keperawatan, Fakultas
Pembelajaran Unggul Berbasis Riset dalam Bidang Ilmu dan Profesi
Keperawatan, Jakarta.
Hidayat, A. Aziz, 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba
medika, Jakarta.
________, 2008. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Indrajati, Indah, 2011. Pendokumentasian tentang Perencanaan dan Pelaksanaan
Asuhan Keperawatan di Ruang Barokah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

86
Universitas Sumatera Utara
Gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober
2011.
Keputusan Dirjen Yanmed No.YM. 00.03.2.6.7637 Tahun 1993 tentang Standar
Asuhan Keperawatan.
Kozier, B.J., Erb, G., Berman, A.J., Synder, E.. 2004. Fundamental of Nursing,
EDition, Mosby Elsivier, Australia.
Kuntoro, A., 2010. Manajemen Keperawatan, Mulia Medika. Yogyakarta.
Lobiondo, Wood and Haber, Judith. 2010. Nursing Research : Methods and Critical
Appraisal for Evidence-Based Practise. 6th. St. Louis : Mosby Elsiver.
Lunney, M., 2008. Critical Need to Addres Acouracy of Nurses”s Diagnoses, OJIN.
The Online Journal of Issues in Nursing diakses pada 15 Desember 2014,
http://www.Nursingworld.org
Martini, 2007. Hubungan Karakteristik Perawat, Sikap, Beban Kerja, Ketersediaan
Fasilitas dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rawat Inap
BPRSUD Kota Salatiga, Program Pasca Sarjana Uiversitas Diponegoro,
Semarang.
Mastini, 2013. Hubungan Pengetahuan, sikap, dan Beban Kerja dengan kelengkapan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan IRNA di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Denpasar.
Merelly, T.M., 2000. Nursing Documentation Hand Book, Mo. Sby, St. Louis.
Notoadmodjo, S, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Nurachmah, E., 2001. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit, Artikel.
Diakses 14 Desember 2014; http://www.pdpersi.co.id
Nursalam, 2002. Proses Dokumentasi Keperawatan: Konsep Dan Praktik, Edisi 1,
Salemba Medika, Jakarta.
Pangemanan, 2014. Hubungan Manajemen Waktu dengan Produktivitas Kerja
Perawat Pelakasana di IRNA A RSUP Prof. Dr. RD. Kandou Manado,
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi
Manado diakses pada 14 Desember 2014:
http://downloadportal.garuda.org/article.php
______, 2009. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi Profesional , Salemba Medika, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk,
EGC, Jakarta.
PPNI, 2009. Rancangan Undang-Undang Praktik Keperawatan. Pengurus pusat
persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.
_____, 2010. Standar Profesi dan Kode Etik Perawat Indonesia. Pengurus pusat
persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.
Prihartin, Eka, 2013. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Dengan Pemanfaatan
Teknologi Informasi, Program Magister Manajemen Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta.
Royani, 2010. Hubungan Sistem Penghargaan dengan Kinerja Perawat dalam
Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Cirebon
Banten, Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, Jakarta.
Saldana, M.D.A., et.al. 2011. Microencapsulation of flax oil with zein using spray
and freeze drying. LWT-Food Science and Technology 44: 1880-1887.
Siswanto, 2007, Kesehatan Mental : Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya, Andi
Offset, Yogyakarta.
Speziale & Carpenter, 2003. Qualitative research in nursing Advancing the
humanictic imperative. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Stephen, 1994. Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif. Cetakan Pertama,
Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Streubert, H.J, & Carpenter, D.R., 1999. Qualitative Research in Nursing : Advancing
the Humanistic Imperative, 2nd Ed. Philadelpia. Lippincott Williams &
Wilkins.

Subanegara PH. (2005). Kepemimpinan dalam Manajemen Rumah Sakit.


Yogyakarta: Perpustakaan Nasional.

Sumaedi, D.A., 2010. Persepsi Perawat dalam Pelaksanaan Pendokumentasian


Asuhan Keperawatan RSUD GJ Kota Cirebon, Tesis Program Magister Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Sumijatun, 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Trans Info Media,
Jakarta.
Supratman, 2007. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Ditinjau dari Beban Kerja
Perawat, Berita Ilmu Kedokteran, Kartasura.
Suryabrata, S. 2003. Psikologi Kepribadian, Raja Grafindo Persada Jakarta.
Suyanto, Bagong dan Sutinah, 2005. Metode Penelitian Sosial, Kencana, Jakarta.
Syah, M. 2004, Psikologi Belajar, Raja Gravindo Persada, Jakarta.
Tanasale, A., 2003. Dampak Pelatihan Asuhan Keperawatan terhadap
Pendokumentasian Keperawatan pada Perawat SPK di RSU Tual Kabupaten
Maluku Tenggara, Tesis Manajemen dan Kebijakan Pelayanan Kesehatan
Jurusan Ilmu-ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.
Trisnawati, 2008. Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan
Analisis Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan studi di Ruang Instalasi
Rawat Inap RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Tesis Program Pasca Sarjana
Universitas Airlangga, Surabaya.
Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
William, 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Ke 2, UGM, Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER DATA KARAKTERISTIK PARTISIPAN

Pengalaman Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten
Padang Lawas Utara

Petunjuk Pengisian:
Dibawah ini adalah data karakteristik yang dibutuhkan sebagai identitas partisipan
penelitian. Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai keadaan Sdr/ri yang sebenarnya,
dengan mengisi titik-titik pada kolom yang telah disediakan.

No Responden : ……(diisi oleh peneliti)


Umur : ……………………..
Jenis Kelamin : ……………………..
Pendidikan : ……………………..
Tempat Tugas/Ruang : ……………………..
Lama bertugas : …… tahun
Pelatihan tentang Dokumentasi:
a. Ya
Jelaskan ………………………………………………………………

b. Tidak
Jelaskan ………………………………………………………………

90
Universitas Sumatera Utara
PANDUAN WAWANCARA

Pengalaman Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten
Padang Lawas Utara

Pertanyaan:

Bagaimana pengalaman Saudara/i dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan

keperawatan?

1. Coba Saudara/ri ceritakan tahap yang Saudara/ri terapkan dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan pasien rawat inap meliputi:

2. Apa hambatan yang Saudara/ri alami dalam kegiatan pendokumentasian asuhan

keperawatan pasien rawat inap?

3. Apa faktor-faktor yang mendukung kegiatan pendokumentasian asuhan

keperawatan pasien rawat inap?

4. Bagaimana Saudara/ri membagi waktu dalam kegiatan asuhan keperawatan pasien

rawat inap sembari melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan?

5. Manfaat apa yang diharapkan dari pendokumentasian asuhan keperawatan pasien

rawat inap?

91
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR OBSERVASI
Pengalaman Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten
Padang Lawas Utara

Perilaku perawat yang diobservasi saat pengkajian, Dilakukan


No
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi Ya Tidak
1. Perawat mencatat data pasien (nama, tgl. masuk,
alamat, jenis kelamin, umur, dsb) pada formulir askep

2. Tulisan perawat mudah rapi dan dibaca

3. Perawat menulis tanggal, waktu pada formulir askep

4. Perawat menulis data pasien menggunakan tinta biru


atau hitam

5. Perawat mencatat keadaan pasien di waktu lampau dan


waktu sekarang

6. Jika perawat salah mencatat, perawat mencoret satu


kali pada tulisan yang salah, membuat tulisan “salah” di
atasnya lalu memaraf

7. Jika pencatatan bersambung, perawat mengulangi


menuliskan nama pasien, membuat tanggal dan waktu

8. Perawat menuliskan namanya dan menandatangani


formulir askep

9. Perawat menggunakan singkatan yang biasa digunakan


dan dapat diterima

10 Bila terjadi pergantian shift, perawat memberi


penjelasan pada perawat pengganti

92
Universitas Sumatera Utara
PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Judul Penelitian :
Pengalaman Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten
Padang Lawas Utara

Peneliti : Lily Fatrani Siregar


No Telepon : 085297397640

Peneliti merupakan Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat


Universitas Sumatera Utara, bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui
“Pengalaman Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rumah
Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas
Utara.”
Hasil penelitian ini akan direkomendasikan sebagai masukan untuk dapat
diidentifikasi pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan pasien rawat inap
di rumah sakit serta kualitas pencatatan, sehingga pada akhirnya akan dapat
memberikan kontribusi informasi bagi para perawat demi kelancaran asuhan
keperawatan. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan
dampak negatif bagi siapapun. Peneliti berjanji akan menjunjung tinggi hak-hak
responden dengan cara : 1) Menjaga kerahasiaan data yang diperoleh, baik dalam
proses pengumpulan data, pengolahan data, maupun penyajian hasil penelitian
nantinya. 2) Menghargai keinginan responden untuk tidak berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Melalui penjelasan singkat ini, peneliti mengharapkan respon saudara.
Terimakasih atas kesediaan dan partisipasinya.

93
Universitas Sumatera Utara
MATRIKS TEMA

No Tema Kategori
1 Tahap pendokumentasian 1. pengkajian keperawatan
asuhan keperawatan 2. diagnosa keperawatan
3. perencanaan keperawatan
4. implementasi keperawatan
5. evaluasi keperawatan
2 Faktor penghambat 1. kurangnya motivasi
pelaksanaan 2. kurangnya kemampuan perawat
pendokumentasian asuhan 3. lembar dokumentasi dan fasilistas rumah
keperawatan sakit yang terbatas
4. format lembar dokumentasi asuhan
keperawatan tidak sesuai standar
5. kurangnya kerjasama antar tim atau shift
6. Kurang sosialisasi mengenai cara penulisan
asuhan keperawatan
7. Beban kerja perawat yang tinggi
3 Harapan perawat terkait 1. motivasi dan supervisi dari atasan langsung
dengan pendokumentasian 2. pemberian imbalan (reward)
asuhan keperawatan 3. pemberian sanksi bagi perawat
4. sosialisasi cara pendokumentasian asuhan
keperawatan
4 Manfaat 1. menegakkan aspek legal dan meningkatkan
pendokumentasian asuhan mutu rumah sakit
keperawatan 2. mempermudah perawat mengetahui
perkembangan kondisi pasien
3. menambah pengetahuan perawat
4. mempermudah perawat dalam menyusun
tindakan selanjutnya

94

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai