Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gulma Diperkebunan Kelapa Sawit


Gulma (tumbuhan pengganggu) diperkebunan kelapa sawit harus dikendalikan supaya
secara ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi kemudian adanya
gulma diperkebunan kelapa sawit akan merugikan. Karena gulma dapat mengahambat
kegiatan pekerja (terutama gulma-gulma yang berduri), gulma sangat menjadi persaingan
didalam pengambilan unsur hara pada tanaman kelapa sawit, gulma dapat menjadi
tanaman inang bagi hama dan penyakit yang akan menyerang pada tanaman kelapa sawit
(Sastrosayono, 2003).

Gulma harus secepatnya dikendalikan, karena gulma sangat mengganggu tanaman dalam
mengambil nutrisi didalam tanah, sehingga mengakibatkan turunnya hasil budidaya (Tim
Bina Karya Tani, 2009).

Gulma yang berada di piringan, pasar pikul dan gawangan mati harus dikendalikan agar
memudahkan pekerjaan operasional kebun seperti panen, pengumpulan buah, penunasan,
pemupukan dan sebagainya (Tim Bina Karya Tani, 2009).

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Produksi Kelapa Sawit


Pengendalian gulma bertujuan untuk menghindari terjadinya persaingan tanaman kelapa
sawit dengan gulma dalam pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya. Sebab pertumbuhan
gulma sangat menggangu apabila tidak dikendalikan dengan benar dan maka berbagai
macam gulma dapat tumbuh subur dan menyaingi pertumbuhan tanaman kelapa sawit.
Selain itu pengendalian gulma juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan pekerja pada
lahan perkebunan kelapa sawit seperti pemeliharaan, panen dan pengawasan pekerjaan
diareal tanaman kelapa sawit.
Gulma yang dominan antara lain : Imperata cylindrica, Mikania micrantha, Cyperus
rotundus, Lantana camara, Mimosa pudica, Gleichenia linearis dan sebagainya (Hartanto,
2011).
2.3 Kerugian-Kerugian Yang Timbulkan Oleh Gulma
Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma yaitu :
a. Persaingan dalam mengambil unsur hara, antara tanaman yang dibudidayakan dengan
gulma yang tumbuh di piringan, pasar pikul dan gawangan mati
b. Persaingan dalam pengambilan air dan menggangu tata drainase.
c. Menyulitkan pengawasan dilapangan.
Berdasarkan kerugian tersebut, maka pengelola perkebunan kelapa sawit mengharapkan
adanya metode pengendalian yang efektif dan efesien. Pemikiran tersebut akan membawa
para pengelola perkebunan untuk menggunakan pestisida kimia sistemik secara berlebihan,
karena pestisida tersebut dianggap merupakan pengendalian OPT (Organisme Penggangu
Tanaman) diperkebunan kelapa sawit yang efektif dan efesien. Terkait dengan
pengendalian OPT, termasuk gulma, harus mengacu pada peraturan perundangan yang
berlaku yaitu undang-undang No. 12 tahun 1992 tentang budidaya tanaman kelapa sawit,
menyebutkan bahwa perlindungan tanaman harus dilakukan (Ditjebun, 2008).

2.4 Menurut Triharso (2010) Habitat Gulma :


1. Berdasarkan Habitatnya gulma digolongkan kedalam :
a. Gulma darat (Terestrial Weeds)
Tumbuhan ini hidup dan berkembang didarat, meliputi gulma semusim, dua musim
dan gulma musiman.
Contoh :
1. Eupatorium odoratum.
2. Amaranthus spinosus.

b. Gulma Air (Aquatic Weeds)


Gulma ini pertumbuhan dan persyaratan hidupnya harus berada di daerah perairan, gulma air
dibedakan menjadi :
1. Terapung dipermukaan air misalnya Eichornia crassipes dan Salvina molesta.
2. Tenggelam didalam air misalnya Ceratophyllum demersum dan Utriculata spp.
3. Dari dasar timbul kepermukaan misalnya Nymphaea sp dan Sagataria spp (Triharso,
2010).

2.5 Penggolongan Berdasarkan Daur Hidup


Menurut Sembodo (2010) berdasarkan usia hidup pada pertumbuhan gulma jangka waktu
yang diperlukan oleh gulma untuk menjalani satu siklus hidupnya yaitu berawal dari biji,
gulma, berkecambah-tumbuh dewasa, menghasilkan biji dan kemudian mati. Berdasarkan
pada batasan atau pengertian tersebut maka gulma dapat digolongkan menjadi :
2.5.1 Gulma Setahun (Annual Weeds)
Gulma semusim atau gulma Setahun adalah gulma yang melengkapi satu siklus
hidupnya dalam satu musim atau waktu kurang dari 12 bulan gulma yang termasuk
dalam kelompok ini memiliki ciri-ciri utama pertumbuhan yang cepat dalam
menghasilkan biji yang banyak.
Contoh gulma semusim antara lain :
Bayam duri (A. spinosus), Babandotan (Ageratum conyzoides), Tuton (Echinochloa
colonum), Jaruman (Eragrostis amabilis) dan Gendong anak (Euphorbia hirta)
(Sembodo, 2010).

2.5.2 Gulma Dua Tahun (Biennual Weeds)


Gulma dua musiman yang melengkapi satu siklus hidupnya dua musim atau dua
Tahun. Perkecambahan dan pembentukan roset pada musim atau tahun pertama
selepas musim dingin.
Roset mengalami vernalisasi, berbunga, berbiji dan mati pada musim kedua. Secara umum
yang didapat bahwa pertumbuhan vegetatif gulma dua musiman terjadi pada musiman
generatif pada tahun kedua. Dengan demikian dalam satu siklus hidupnya membutuhkan
waktu antara 2 tahun.
Contoh gulma antara lain :
Ki Urat (Plantago sp) dan Udelan (Cyperus kyllingia) (Sembodo, 2010).

2.5.3 Gulma Tahunan (Perennial Weeds)


Gulma yang menghasilkan organ vegetatif secara terus-menerus sehingga hidup lebih dari
dua musim atau dua Tahun Gulma yang memiliki organ perkembangbiakan ganda yaitu
secara generatif dengan biji secara vegetatif dengan rizom/rimpang, umbi, daun, atau
stolon umumnya termasuk gulma musiman (Sembodo,2010).
Contoh gulma musiman antara lain :

Lalang (I. cylindrica), Paitan (Paspalum conjugatum) dan Kawatan (Ottochloa nodosa)
(Triharso, 2010).

2.6 Klasifikasi Gulma


Klasifikasi gulma atau penggolongan gulma diperlukan untuk memudahkan dalam
mengenali atau mengidentifikasi gulma dasar pengelompokan suatu jenis gulma ditentukan
menurut kebutuhan tertentu berdasarkan respon gulma terhadap herbisida tersebut maka
gulma digolongkan menjadi :

2.6.1 Gulma Rumputan (Grasses)


Semua jenis gulma yang termasuk dalam famili Poaceae atau Gramineae adalah
kelompok rumputan, beberapa kalangan kadang kala menggunakan istilah gulma
berdaun sempit gulma ini ditandai dengan ciri utama yaitu tulang daun sejajar,
berbentuk pita dan terletak berselang seling pada ruas batang, batang berbentuk
selindris, beruas dan berongga. Akar gulma ini tergolong akar serabut.
Tabel 2.1 Jenis Gulma Rumputan (Grasses).
Nama Botani Nama Umum

Cynodon dactylon Kakawatan

I. Cylindrica Lalang

Eleusine indica Rumput kelulang

Paspalum picticulatum Jukut pait

Pennisetum polystachion Rumput

Sumber : (Malangyoedo, 2014).


2.6.2 Gulma Teki-tekian (Sedges)
Semua jenis gulma yang termasuk dalam famili Cyperaceae adalah gulma golongan
tekian gulma yang termasuk dalam golongan ini memiliki ciri utama letak daun berjejal
pada pangkal batang, bentuk daun seperti pita, tangkai bunga tidak beruas dan berbentuk
segitiga.

Tabel 2.2 Jenis Gulma Tekian (Sedges)


Nama Botani Nama Umum

Cyperus killingia Udelan

C. rotundus Teki

Cyperus iria L Lingih alit

Scirpus juncoides Roxb Waligi

Sumber : (Sembodo, 2010).

2.6.3 Gulma Berdaun Lebar (Broad leaves)


Anggota gulma golongan berdaun lebar paling banyak dijumpai dilapangan dan paling
beragam jenisnya semua jenis berdaun lebar ciri-ciri yang dimiliki gulma tersebut sebagai
gambaran umum bentuk daun gulma golongan ini lonjong, bulat, menjari atau berbentuk
hati, akar ini umumnya akar tunggang.

Tabel 2.3 Jenis Gulma Berdaun Lebar (Broad leaves)


Nama botani Nama umum

Asystasia intrusa Rumput ganda rusa

A. conyzoides Babandotan

L. camara Tembelekan
M. pudica Putri malu

Borerria alata Kentangan

Sumber : (Malangyoedo, 2014).

2.6.4 Gulma Pakisan (Ferns)


Gulma pakis-pakisan umumnya berkembang biak dengan spora dan jenis pakisan
berbatang, tegak dan menjalar.
Contoh gulma Pakis-pakisan antara lain :
Pakis kresek (Stenochlaena Palutris) dan Pakis kawat (Dicranopteris linearis).
Tabel 2.4 Jenis Gulma Pakisan (Ferns)
Nama Botani Nama Umum

D. linearis Pakis udang

S. palustris Pakis gajah/Pakis kresek

Dicranopteris sp Pakis kawat

Sumber : (Pahan dkk, 2013).

2.7 Pengendalian Gulma di Piringan, Pasar Pikul dan Gawangan Mati


a. Pengendalian Gulma di Piringan
Menurut Sulistyo dkk (2010) piringan pada pokok tanaman yang di budidayakan harus
bebas dari gulma dengan jadwal pengendalian disesuaikan dengan program pemupukan.
Pengendalian gulma yang tidak tepat waktu atau terlambat dapat menunda waktu
pemupukan sehingga efektivitas menurun.

Pengendalian gulma dipiringan pohon dapat dilakukan secara manual atau kimia dengan
rotasi berturut-turut 1 atau 3 bulan. Pengendalian secara kimia menggunakan glifosat
dan paraquat. selanjutnya dapat dilakukan secara kombinasi antara manual dan kimia
yaitu 3 kali pada satu Tahun secara kimia dan 1 kali manual dengan diameter piringan
1,0-2,0 meter pengendalian ini dilakukan pada tanaman menghasilkan kelapa sawit
(Sulistyo dkk, 2010).
b. Pengendalian Gulma Pasar Pikul
Pasar pikul berfungsi sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan kegiatan
operasional lainya (Pahan, 2013).
Pengendalian gulma dipasar pikul dapat dilakukan secara kimia dengan Bahan aktif
Atrazin + Mesotrione dosis 1-2 l/Ha (Wibawa, 2001).
c. Pengendalian Gulma di Gawangan Mati
Gawangan adalah areal yang terletak diantara tanaman. Jenis gulma digawangan yang
perlu diberantas hingga tuntas adalah jenis gulma yang
merupakan pesaing berat pertumbuhan kelapa sawit antara lain : Alang- alang (I.
cylindrica), Sambung rambat, (M. micrantha), Pakis kawat (D. linearis), Putihan
(Chromolaena odorata), Tembelekan (L. camana), Senduduk (Melastoma
malabatricum) dan Harendong (Clidemia hirta) (Sulistyo, 2010).
Jenis gulma yang perlu dikendalikan adalah tanaman yang merupakan pesaing ringan
pertumbuhan kelapa sawit antara lain pakis kadal, (Nephrolepis biserrata), Paitan (P.
congjugatum) dan Babandotan (A. conyzoides). Pengendalian gulma lunak digawangan
dilaksanakan dengan rotasi setiap 3 bulan sekali dengan menggunakan bahan kimia
herbisida glifosat pengendalian anak kayuan dan dilakukan dengan secara manual
mendongkel hingga akarnya dengan rotasi 6 bulan sekali. Pengendalian alang-alang
dilakukan dengan mengusap menggunakan glifosat (Sulistyo dkk, 2010).

2.8 Metode Pengendalian Gulma


2.8.1 Pengendalian Secara Preventif Atau Pencegahan
Menurut Sembodo (2010) metode ini bertujuan untuk mencegah dan mengurangi
pertumbuhan gulma pada tanaman utama kelapa sawit. Langkah-langkah yang dapat
dilakukan tersebut antara lain:
a. Membuat undang-undang yang berkaitan dengan pemindahan sumber daya hayati,
termasuk gulma, dari suatu tempat ke lain tempat. Termasuk dalam upaya ini
adalah dibentuknya lembaga-lembaga karantina tumbuhan dan sertifikasi benih.
b. Menghindari penggunaan pupuk kandang yang belum matang, karena pupuk
kandang segar banyak mengandung biji-biji gulma yang terangkut bersama pakan.
c. Membersihkan alat-alat pertanian, seperti bajak, garu setelah digunakan alat-alat
yang kotor karena banyaknya tanah yang menempel akan membawa biji gulma
dan menyebarluaskan ke tempat lain.
d. Membersihkan gulma pada pinggir saluran irigasi. Biji gulma pada tebing saluran
irigasi yang telah masak akan jatuh ke perairan dan menyebar luas ke lain tempat
dengan bantuan air irigasi.
2.8.2 Pengendalian Secara Mekanik/Fisik
Tujuan penerapan metode ini adalah untuk merusak fisik atau bagian tubuh gulma
sehingga pertumbuhanya terhambat atau bahkan mati. Dalam pelaksanaanya
dilapangan beberapa sarana yang digunakan dalam pengendalian gulma yaitu sabit,
bajak, cangkul dan bahan bakar yang termasuk dalam metode mekanik/fisik
(Sembodo, 2010).

2.8.3 Pengendalian Secara Hayati


Metode pengendalian hayati bertujuan untuk menekan populasi gulma dengan
menggunakan organisme seperti serangga, kumbang, ternak, mikroba maupun ikan.
Penerapan metode ini harus hati-hati dan memenuhi syarat yaitu organisme yang
digunakan.

Sebagai pemangsa gulma harus spesifik, sehingga tidak menyerang tanaman yang
dibudidayakan (Sembodo, 2010).

2.8.4 Pengendalian Secara Kimia


a. Herbisida
Herbisida adalah bahan kimia atau kultur hayati yang dapat menghambat pertumbuhan
atau mematikan tumbuhan. Herbisida tersebut mempengaruhi satu atau lebih proses-
proses pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis,
respirasi, metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya yang sangat
diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (Sembodo, 2010).

Herbisida ada dua sifat yaitu bersifat sistemik dan kontak pada berikut ini :
1) Herbisida Sistemik
Hebisida sistemik biasa digunakan untuk pengendalian gulma yang mempunyai
ryzome atau umbi seperti Lalang (I. cylindrica) dan Teki (C. rotundus). Herbisida ini
akan diserap melalui daun dan dibawa rhyzome atau umbinya kemudian bahan
aktifnya mematikan bakal tunas yang tumbuh setiap ruas akar lalang atau setiap umbi.
Ciri-ciri herbisida ini berhasil mematikan pada bagian gulma apabila terlihat noda
hitam pada tunas ini sebagai tanda tunas telah mati (Moenandir, 1990).

Untuk jenis M. Micrantha, herbisida yang digunakan berbahan aktif glifosat efektif
membunuh gulma sampai ke akarnya beberapa hari setelah penyerapan berlangsung.
Sedangkan pada biji-bijian tidak akan mati masih keadaan terlindung, namun biji
gulma yang telah tumbuh, beberapa jenis akan mati. Jenis herbisida sistemik, untuk
mengendalikan lalang dan gulma berdaun sempit (Grasses).

Gulma berumbi seperti : teki-tekian serta untuk berdaun lebar (Broad leaves), masing-
masing produk mempunyai spesifikasi sendiri misalnya: herbisida yang mengandung bahan
aktif glifosat, tepat untuk mengendalikan lalang dan teki-tekian (Moenandir, 1990).

Herbisida yang mengandung bahan aktif kalium glifosat 660 g/l merupakan herbisida
sistemik purna tumbuh yang di formulasi dalam bentuk larutan yang mudah larut dalam air
yang dapat mengendalikan gulma berdaun sempit Setaria picata dan P. conjugatum dan
jenis gulma daun lebar A. conyzoides, M. micrantha dan B. Alata, untuk jenis gulma tekian
C. rotundus (Nufarm, 2000).

2) Herbisida Kontak

Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian
gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian gulma yang berdaun hijau. Herbisida
jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang
memiliki sistem perakaran yang tidak meluas (Barus, 2003).

Herbisida kontak merupakan herbisida yang dapat mengendalikan gulma dengan mematikan
bagian gulma yang terkena atau terkontak langsung pada bagian gulma. Terutama pada
penggunaan dengan kadar tinggi seperti: asam sulfat 70%, besi sulfat 30%, tembaga sulfat
40%. Paraquat, sebagai herbisida kontak, molekulnya dapat menghasilkan hidrogen
peroksida radikal yang dapat memecah memberan sel akhirnya seluruh sel menjadi rusak.
Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang terkena langsung dan di translokasikan
kebagian lain (Moenandir, 1990).

Herbisida kontak cocok digunakan untuk gulma yang tergolong gulma lunak artinya gulma
tersebut relatif lebih mudah dikendalikan. Jenis gulma ini ada yang berdaun sempit ada yang
berdaun lebar. Biji-biji gulma yang terkena semprotan tidak mati, namun biji-biji tersebut
yang telah tumbuh terkena larutan dari semprotan akan mati (Moenandir, 1990).

Herbisida kontak yang merupakan herbisida purna tumbuh bersifat kontak bahan aktif
paraquat diklorida 276 g/l herbisida ini reaksi cepat dalam menggendalikan gulma yaitu
digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar B. alata, Diodia sarmentosa dan jenis
gulma berdaun sempit P. conjugatum, Digitaria ciliaris dan Ischaemum timorensis (Nufarm,
2000).
Tabel 2.5 Rekomendasi Herbisida Untuk Pengendalian Gulma Pada Tanaman Kelapa Sawit
Sumber : 1. PT. Nufarm Indonesia.

Herbisida Jenis Gulma


No Dosis
(Bahan Aktif) Daun Lebar Daun Sempit Teki-tekian Pakisan
1. Glifosat IPA 310 g/l   - - 0,5-1 l/Ha
2. Glifosat IPA 486 g/l   - - 2-3 l/Ha
3. Glifosat IPA 480 g/l   - - 3-4,6 l/Ha
2,4-D dimetil amina
4.   - - 3-4 l/Ha
865 g/l
5. Kalium glifosat 660 g/l   - - 0,75-1,5 l/Ha
Paraquat diklorida 276
6.  - -  1-3 l/Ha
g/l
Metil metsulfuron
7.   - - 75-150 g/Ha
20,05%
8. Metil metsulfuron   - - 500 g/Ha
9. Triklopir BEE 665 g/l  - - - 0,5-1 l/Ha
10. IPA glifosat 240,2 g/l    - 2-4 l/Ha
Paraquat diklorida
11.    - 2-2,5 l/Ha
135 g/l
Isopropilamina
12.  - - - 2-2,5 l/Ha
gilfosat 245g/l
Ammonium
13.  - - - 2-4 l/Ha
glufosinat 150 g/l
2. PT. Dharma Guna Wibawa.
2.9 Pengendalian Imperata cylindrica
Menurut Mangoensoekarjo dan Soejono (2015) berdasarkan hasil survei dilapangan,
diketahui secara terperinci jenis-jenis gulma dan itensitas penyebaranya, maka untuk
pengendalian gulma harus tersedianya tenaga kerja. Gulma I. cylindrica diantara gulma
dominan yang ada, merupakan gulma yang berpengaruh nyata terhadap tanaman yang
dibudidayakan, pengendalian dilakukan harus tepat.
Oleh karena itu pengendalian umumnya dilakukan secara kimia, faktor-faktor lain,
pengendalian alang-alang memberikan hasil yang paling baik yaitu :
1. Aplikasi sewaktu I. Cylindrica berada pada tingkat pertumbuhan yang optimal ini
ditandai oleh warna daun yang hijau tua dan segar dan seluruh sebagian besar tunas-
tunas pada rhizoma sudah tumbuh dan membentuk daun yang terpenting alang-alang
belum berbunga (Mangoensoekarjo dan Soejono, 2015).
2. Faktor umumnya yang penting diperhatikan untuk sukses pengendalian alang-alang
yaitu Jenis dan dosis herbisida tepat yang digunakan dan untuk faktor khusus pada saat
melaksanakan pekerjaan tehnis aplikasi dengan benar.
3. Pada areal tanaman menghasilkan kelapa sawit kondisi lalang ternaungi pelepah kelapa
sawit untuk pengendalian lalang ternaungi efektif menggunakan bahan kimia yaitu
berbahan aktif glifosat 4,0 L/Ha tanpa menggunakan bahan tambahan seperti pembasah
(Mangoensoekarjo dan Soejono, 2015).

2.10 Menghitung Volume Semprot


Menurut Malangyoedo (2014) bila menggunakan knapsack sprayer isi 15 liter cairan. Akan
melaksanakan penyemprotan dalam waktu 20 menit, rata-rata larutan flow rate yang keluar
mencapai 0,90 liter per menit dengan luas 1Ha. Untuk menghitung volume semprot empat
faktor utama harus diperhatikan adalah :

1. Flow rate (f) = 0,90 liter/menit


2. Lebar semprot (w) = 1,39 meter
3. Kecepatan jalan (s) = 48 meter/menit
4. Konstanta (c) = 10.000

Perhitungan :

Volume semprot =

= 135 Liter/Ha atau 9 Kap/Ha.

Anda mungkin juga menyukai