TINJAUAN PUSTAKA
Gulma harus secepatnya dikendalikan, karena gulma sangat mengganggu tanaman dalam
mengambil nutrisi didalam tanah, sehingga mengakibatkan turunnya hasil budidaya (Tim
Bina Karya Tani, 2009).
Gulma yang berada di piringan, pasar pikul dan gawangan mati harus dikendalikan agar
memudahkan pekerjaan operasional kebun seperti panen, pengumpulan buah, penunasan,
pemupukan dan sebagainya (Tim Bina Karya Tani, 2009).
Lalang (I. cylindrica), Paitan (Paspalum conjugatum) dan Kawatan (Ottochloa nodosa)
(Triharso, 2010).
I. Cylindrica Lalang
C. rotundus Teki
A. conyzoides Babandotan
L. camara Tembelekan
M. pudica Putri malu
Pengendalian gulma dipiringan pohon dapat dilakukan secara manual atau kimia dengan
rotasi berturut-turut 1 atau 3 bulan. Pengendalian secara kimia menggunakan glifosat
dan paraquat. selanjutnya dapat dilakukan secara kombinasi antara manual dan kimia
yaitu 3 kali pada satu Tahun secara kimia dan 1 kali manual dengan diameter piringan
1,0-2,0 meter pengendalian ini dilakukan pada tanaman menghasilkan kelapa sawit
(Sulistyo dkk, 2010).
b. Pengendalian Gulma Pasar Pikul
Pasar pikul berfungsi sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan kegiatan
operasional lainya (Pahan, 2013).
Pengendalian gulma dipasar pikul dapat dilakukan secara kimia dengan Bahan aktif
Atrazin + Mesotrione dosis 1-2 l/Ha (Wibawa, 2001).
c. Pengendalian Gulma di Gawangan Mati
Gawangan adalah areal yang terletak diantara tanaman. Jenis gulma digawangan yang
perlu diberantas hingga tuntas adalah jenis gulma yang
merupakan pesaing berat pertumbuhan kelapa sawit antara lain : Alang- alang (I.
cylindrica), Sambung rambat, (M. micrantha), Pakis kawat (D. linearis), Putihan
(Chromolaena odorata), Tembelekan (L. camana), Senduduk (Melastoma
malabatricum) dan Harendong (Clidemia hirta) (Sulistyo, 2010).
Jenis gulma yang perlu dikendalikan adalah tanaman yang merupakan pesaing ringan
pertumbuhan kelapa sawit antara lain pakis kadal, (Nephrolepis biserrata), Paitan (P.
congjugatum) dan Babandotan (A. conyzoides). Pengendalian gulma lunak digawangan
dilaksanakan dengan rotasi setiap 3 bulan sekali dengan menggunakan bahan kimia
herbisida glifosat pengendalian anak kayuan dan dilakukan dengan secara manual
mendongkel hingga akarnya dengan rotasi 6 bulan sekali. Pengendalian alang-alang
dilakukan dengan mengusap menggunakan glifosat (Sulistyo dkk, 2010).
Sebagai pemangsa gulma harus spesifik, sehingga tidak menyerang tanaman yang
dibudidayakan (Sembodo, 2010).
Herbisida ada dua sifat yaitu bersifat sistemik dan kontak pada berikut ini :
1) Herbisida Sistemik
Hebisida sistemik biasa digunakan untuk pengendalian gulma yang mempunyai
ryzome atau umbi seperti Lalang (I. cylindrica) dan Teki (C. rotundus). Herbisida ini
akan diserap melalui daun dan dibawa rhyzome atau umbinya kemudian bahan
aktifnya mematikan bakal tunas yang tumbuh setiap ruas akar lalang atau setiap umbi.
Ciri-ciri herbisida ini berhasil mematikan pada bagian gulma apabila terlihat noda
hitam pada tunas ini sebagai tanda tunas telah mati (Moenandir, 1990).
Untuk jenis M. Micrantha, herbisida yang digunakan berbahan aktif glifosat efektif
membunuh gulma sampai ke akarnya beberapa hari setelah penyerapan berlangsung.
Sedangkan pada biji-bijian tidak akan mati masih keadaan terlindung, namun biji
gulma yang telah tumbuh, beberapa jenis akan mati. Jenis herbisida sistemik, untuk
mengendalikan lalang dan gulma berdaun sempit (Grasses).
Gulma berumbi seperti : teki-tekian serta untuk berdaun lebar (Broad leaves), masing-
masing produk mempunyai spesifikasi sendiri misalnya: herbisida yang mengandung bahan
aktif glifosat, tepat untuk mengendalikan lalang dan teki-tekian (Moenandir, 1990).
Herbisida yang mengandung bahan aktif kalium glifosat 660 g/l merupakan herbisida
sistemik purna tumbuh yang di formulasi dalam bentuk larutan yang mudah larut dalam air
yang dapat mengendalikan gulma berdaun sempit Setaria picata dan P. conjugatum dan
jenis gulma daun lebar A. conyzoides, M. micrantha dan B. Alata, untuk jenis gulma tekian
C. rotundus (Nufarm, 2000).
2) Herbisida Kontak
Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian
gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian gulma yang berdaun hijau. Herbisida
jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang
memiliki sistem perakaran yang tidak meluas (Barus, 2003).
Herbisida kontak merupakan herbisida yang dapat mengendalikan gulma dengan mematikan
bagian gulma yang terkena atau terkontak langsung pada bagian gulma. Terutama pada
penggunaan dengan kadar tinggi seperti: asam sulfat 70%, besi sulfat 30%, tembaga sulfat
40%. Paraquat, sebagai herbisida kontak, molekulnya dapat menghasilkan hidrogen
peroksida radikal yang dapat memecah memberan sel akhirnya seluruh sel menjadi rusak.
Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang terkena langsung dan di translokasikan
kebagian lain (Moenandir, 1990).
Herbisida kontak cocok digunakan untuk gulma yang tergolong gulma lunak artinya gulma
tersebut relatif lebih mudah dikendalikan. Jenis gulma ini ada yang berdaun sempit ada yang
berdaun lebar. Biji-biji gulma yang terkena semprotan tidak mati, namun biji-biji tersebut
yang telah tumbuh terkena larutan dari semprotan akan mati (Moenandir, 1990).
Herbisida kontak yang merupakan herbisida purna tumbuh bersifat kontak bahan aktif
paraquat diklorida 276 g/l herbisida ini reaksi cepat dalam menggendalikan gulma yaitu
digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar B. alata, Diodia sarmentosa dan jenis
gulma berdaun sempit P. conjugatum, Digitaria ciliaris dan Ischaemum timorensis (Nufarm,
2000).
Tabel 2.5 Rekomendasi Herbisida Untuk Pengendalian Gulma Pada Tanaman Kelapa Sawit
Sumber : 1. PT. Nufarm Indonesia.
Perhitungan :
Volume semprot =