Anda di halaman 1dari 143

PERAN AKTOR DALAM PELAKSANAAN MUSYAWARAH

RENCANA PEMBANGUNAN DESA (MUSRENBANGDES) DI


DESA SEI ALIM ULU KECAMATAN AIR BATU
KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh :
Dini Aldina S
130901061

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Pelaksanaan Musrenbang Desa adalah kegiatan perencanaan pembangunan


yang dilakukan di desa bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
pembangunan yang ada di desa. Pelaksanaan Musrenbang Desa diatur dalam
SPPN UU NO 25 Tahun 2004 dan Permendagri No 66 Tahun 2007 Mengenai
Perencanaan Desa yang juga menjadi landasan Pelaksanaan Musrenbang Desa.
Penelitian ini membahas tentang peran aktor dalam pelaksanaan Musrenbang
Desa bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana peran yang
dilakukan oleh aktor sebagai steakholder dan sebagai perwakilan masyarakat,
untuk menyampaikan usulan perencanaan pembangunan desa dan
mempertahankan usulan guna menjadi prioritas usulan rencana pembangunan
desa pada pelaksanaan Musrenbang Desa, yang kemudian akan diajukan pada
pelaksanaan Musrenbang Kecamatan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif


dengan jenis penelitian studi deskriptif. Lokasi penelitian berada di Desa Sei Alim
Ulu, Kecamatan Air Batu, Kabupaten Asahan. Teknik yang digunakan dalam
menentukan subjek penelitian adalah purposive sampling yaitu cara menetapkan
informan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

Hasil penelitian dilapangan menunjukan bahwa aktor sebagai perwakilan


masyarakat memiliki keterampilan dan pengetahuan mengenai aturan dan tatacara
pelaksanaan Musrenbang Desa. Keterampilan yang dimiliki aktor merupakan hasil
dari keikut sertaan aktor dalam pelatihan dan penyuluhan tentang pembangunan
desa. Tujuan yang ingin dicapai aktor dalam hal ini yaitu usulan yang diajukan
menjadi usulan prioritas dengan kategori sangat dibutuhkan dalam proses
pembangunan desa, untuk memenuhi tujuan tersebut aktor menggunakan jabatan
atau status, jaringan, kepercayaan, serta keterampilan yang telah dimiliki aktor
sebagai penunjang eksistensi keberadaannya mewakili masyarakat. Pelaksanaan
Musrenbang Desa merupakan arena sebagai tempat aktor bertarung memenuhi
tujuannya dengan cara berkolaborasi bersama aktor lain ataupun secara individu.

Kata Kunci : Musrenbang Desa, Aktor, Habitus, Modal, Ranah/Arena.

i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Musrenbang Village is the development planning conducted in villages


aims to improve the quality and quantity of the development in the village
.Musrenbang village arranged in law SPPN no 25 years 2004 and affairs
regulation No 66 year 2007 about village planning also serve as a platform
Musrenbang Village .This research talk about the role of actors in the village
Musrenbang aims to review and analyze the extent to which the role of performed
by an actor as steakholder and a community representatives , to proposed for rural
development planning and maintain the proposal to a priority the proposals on
development plans village in Musrenbang village , which will then put forward in
Musrenbang district.

Methods used in research this is the method qualitative the kind of


research descriptive study .Research locations be in the village Sei Alim Ulu, Air
Batu , Asahan regency. Techniques used in determining the subject of study is
purposive sampling the way of determining informants based on the criteria which
had been determined. Technique data collection used is observation, in-depth
interviews, and documentation .

The results of research in the field show that the actor as representatives of
the local residents have the skills and knowledge of the rules and for the
implementation of the Musrenbang village .Skills possessed actor was the result
of participation actors in training and counseling on the village development .The
goal of trying to achieve an actor in this case that is the proposals that were
submitted the proposal being priorities out of category is very much needed in the
process of rural development , to meet this objective actor use office or status ,
tissue , trust , and skills that had been owned a supporting actor existence its
existence represent the community .The implementation of the Musrenbang the
village is the arena as a place of actor fight meet the goal by means of collaborate
together other actors or individually .

Keywords: Musrenbang Desa, Actor, Habitus, Capital, Arena .

ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

curahan nikmat dan kasih saying-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “Peran Aktor Dalam Pelaksanaan

Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrembang Desa) Di Desa Sei

Alim Ulu Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan”. Penulisan skripsi ini

sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dari program studi

sosiologi, fakultas ilmu sosila dan ilmu politik, universitas sumatera utara.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

pengerjaan skripsi mulai dari proses pembuatan proposal penelitian, pencarian

data lapangan, hingga pembuataan dan penyusunan laporan. Selama proses

penyusunan skripsi ini peneliti beruntung mendapatkan banyak bantuan, masukan

serta dukungan yang diberikan kepada penulis sehinga mampu untuk

membangkitkan kembali semangat penulis. Pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati, izinkanlah penulis menyampaikan dan mengucapkan kata

terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Harmona Daulay, M. Si selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik

sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang memberikan banyak waktu,

arahan, bimbingan, saran-saran serta semangat sehingga penelitian ini dapat

terselesaikan dengan baik

iii
Universitas Sumatera Utara
4. Bapak dan Ibu Dosen yang tidak lelah memberikan ilmu yang begitu besar

manfaatnya bagi penulis selama menempuh pendidikan strata 1 Program Studi

Sosiologi.

5. Seluruh Staf Karyawan Departemen Sosiologi sekaligus para Staf Karyawan

yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Universitas Sumatera

Utara.

6. Terkhusus penulis ucapkan terimakasih kepada Ayahanda Edy Hartoyo dan

Ibunda Sri Supraptiningsih serta Adinda Dinda Hapsari Ningsih atas segala

kasih sayang dan dukungan yang tiada henti baik berupa moril maupun materil

serta doa yang selalu tiada hentinya dilantunkan untuk penulis dan selalu ada

disaat penulis sedih maupun senang. Kalian adalah alasan serta semangat

sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.

7. Terimakasih kepada Ibu Dahrika Revi yang telah membantu, mendampingi

dan menyediakan tempat untuk berteduh dan beristirahat bagi penulis selama

melakukan riset.

8. Terimaksih kepada Camat Air batu dan Kades Seil Alim Ulu yang telah

mengizinkan penulis melakukan riset di lokasi tersebut. Kepada Kasi PMK

kecamatan, Kepala Dusun, Lembaga Desa serta Staf Desa Sei Alim Ulu yang

tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah bersedia menjadi informan saat

penulis melakukan riset.

9. Kedua Bapak dan Ibu orang tua Hasty yang telah menjadi orang tua kedua

bagi penulis, terimakasih atas segala perhatian dan kasih sayang yang

diberikan kepada penulis dari awal hingga akhir penulis menempuh

pendidikan.

iv
Universitas Sumatera Utara
10. Terkhsusu kepada Nanda Nural Jannah yang telah menjadi sahabat sekaligus

saudari bagi penulis, terimakasih telah bersedia menerima segala kekurang

dan menjadi teman seperjuangan selama proses perkuliahan dan penyusunan

skripsi, dan terimkasih telah membawa penulis menjadi orang yang lebih baik

lagi semoga persaudaraan ini terus terjaga meski tidak dalam kondisi yang

sama lagi.

11. Terimakasih kepada sahabat-sahabat CCU, Yuni Anggraini, Michigan

Khairana, Dian Afrianita, Hildayani, Annisa Tri Rahma, Ester Harefa, Nike

Ritonga, Yolanda Dwi, Ayu Lestari dan Mutiara. Salam sayang penulis

sampaikan atas persahabatan yang terjalin, somoga kedepan persahabatan kita

akan terus terjaga hingga memudarnya ingatan karena menua. Semoga melalui

persahabatan ini kita bisa belajar menjadi orang yang lebih baik lagi dan

berjumpa dalam keadaan yang lebih baik lagi karena kalian takakan

tergantikan.

12. Kepada sahabat-sahabat Gromtex, Hasty Rahmadani, Lia Melianti, Emma A

Gurusinga, Aulia Ridho dan Alna Veronica. Terimakasih telah menjadi salah

satu sumber kekuatan bagi penulis dan mengajarkan arti kasih sayang

dianatara perbedaan yang ada, semoga kebahagiaan akan terus hadir disetiap

langkah dalam persahabatan kita. Bersama atau tidaknya kita persahabatan ini

akan terus penulis ingat sampai kapanpun.

13. Terimaksih kepada sahabat-sahabat Dinsa N Wijaya serta Deki Afriansyah

yang selalau memberikan dukungan dan semangat kepada penulis, semoga

kalian selalu ikhlas dan berhasil dalam setiap pekerjaan yang kalian lakukan.

v
Universitas Sumatera Utara
14. Kepada senior-senior Sosiologi yang menjadi teman diskusi dalam penulisan

Skripsi. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan Sosiologi 2013 yang

mengisi hari-hari penulis selama masa perkuliahan, terimakasih atas doa serta

dukungan yang takhenti-hentinya kalian berikan pada penulis.

15. Terimkasih kepada teman-teman Youth Awaraness community, suatu

kebanggaan bagi penulis bisa bergabung dan mengenal kalian relawan peduli

pendidikan. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan dan kesempatan

untuk kalian agar terus berbuat baik karena manusia yang terbaik adalah

manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

Akhirnya, penulis mempersembahkan Skripsi ini sebagai sebuah karya ilmiah

yang sederhana, semoga bermanfaat untuk menambah referensi pada penelitian

selanjutnya, oleh karena itu diperlukan kritikan dan saran yang sangat

membangun agar menjadi karya yang lebih baik lagi.

Medan, 23 September 2017

Dini Aldina Suhartingsih

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................ 11
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................... 11
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................ 11
1.4.1. Manfaat Teoritis .................................................. 11
1.4.2. Manfaat Praktis ................................................... 12
1.5 Defenisi Konsep ........................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 14
2.1 Pemikiran Bourdieu ...................................................... 14
2.2 Perencanaan Pembangunan Desa .................................. 17
2.2.1. Perencanaan ........................................................ 18
2.2.2. Pembangunan Desa ............................................. 19
2.2.3. Bentuk Pembangunan Desa ................................. 21
2.3 Partisipasi ..................................................................... 25
2.3.1. Lingkungan Partisipasi Masyarakat dalam
Pembangunan ..................................................... 26
2.3.2. Jenis dan Bentuk Partisipasi ................................ 27
BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 29
3.1 Jenis Penelitian ............................................................. 29
3.2 Lokasi Penelitian………………………………… ........ 29
3.3 Unit Analisis Data Informan………………………….. 30
3.3.1. Unit Analisis........................................................ 30
3.3.2. Informan.............................................................. 30

vii
Universitas Sumatera Utara
3.4 Tekhnik Pengumpulan Data ........................................... 31
3.4.1. Teknik Pengumpulan Data Primer ....................... 31
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder ................... 33
3.5 Alat Bantu Penelitian ..................................................... 33
3.5.1. Alat Bantu Perekam Suara ................................... 33
3.5.2. Catatan Lapangan dan Alat Tulis ......................... 33
3.6 Teknik Anlisa Data ...................................................... 34
3.7 Jadwal Kegiatan ........................................................... 35
3.7 Keterbatasan Penelitian................................................. 36
BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA ...................... 37
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................... 37
4.1.1. Sejarah Desa Sei Alim Ulu .................................. 37
4.1.2. Kondisi Geografis Desa Sei Alim Ulu.................. 38
4.1.3. Sarana dan Prasarana Desa .................................. 40
4.1.3.1. Sarana Kantor Desa ................................ 40
4.1.3.2. Sarana Transportasi ................................ 40
4.1.3.3. Sarana Pendidikan ................................. 41
4.1.3.4. Prasarana Kesehatan ............................... 41
4.1.3.5. Prasarana Peribadatan............................. 42
4.1.4. Gambaran Penduduk Desa Sei Alim Ulu ............. 42
4.1.4.1. Komposisi Penduduk Berdasakan
JenisKelamin ....................................... 42
4.1.4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan
Kelompok Umur .................................. 43
4.1.4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan
Kelompok Etnis .................................... 44
4.1.4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan
Agama .................................................. 45
4.2 Profil Informal .............................................................. 46
4.3 Proses Pelaksanaan Kegiatan Musrenbang Di Desa
Sei Alim Ulu ................................................................. 56
4.3.1. Sosialisasi Pelaksanaan Musrenang Desa di Desa
Sei Alim Ulu....................................................... 56

viii
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Perumusan Usulan Rencana Pembanguna
Tingkat Dusun ................................................... 59
4.3.3. Pelaksanaan dan Pembahasan Musrenbang
di Tingkat Desa………………………………… 72
4.3.3.1. Faktor Pendukung dan Penghambat
Pelaksanaan Musrenbang Desa ………. 79
4.4 Peran Aktor dalam Pelaksanaan Musrenbang Desa ...... 83
4.4.1. Kapasitas Aktor dalam Pelaksanaan Musrenbang
Desa…………………………………………….. 84
4.4.2. Penyusunan Usulan Rencana Pembangunan Desa
Dalam Pelaksanaan Musrenbang Desa sebagai
Arena Perjuangn.................................................. 94
4.4.3. Tindakan Aktor dalam Penyusunan Musrenbang .
Desa (Penjelasan Konsep Bourdieu) .................... 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 117
5.1 Kesimpulan .................................................................. 117
5.2 Saran………………………………….………………. 121

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 121


LAMPIRAN………………………………………………………….. 125

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Peserta Musrenbang Desa.................................................8


Tabel 4.1 Sebaran Jumlah Penduduk Menurut Dusun ............................. 43
Tabel 4.2 Sebaran JumlahPenduduk Berdsarkan Jenis Kelmain ............... 43
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ................ 44
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnis ................. 44
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut ........... 45
Tabel 4.6 Contoh Pemilihan Prioritas Usulan Musrenbang Desa
Dusun I ................................................................................... 61
Tabel 4.7 Hasil Usulan Rencana Pembangunan Desa, Dusun I………….62
Table 4.8 Usulan Rencana Pembangunna Desa, Dusun II……………….63
Tabel 4.9 Hasil Pengajuan Usulan Rencana Pembangunan Desa,
Dusun III……………………………………………………… 65
Table 4.10 Hasil Usulan Pembangunan Desa, Dusun IV………………… 66
Tabel 4.11 Hasil Usulan Pembangunan Desa, Dusun V…………………..67
Tabel 4.12 Hasil Usulan Pembangunan Desa, Dusun VI………………….69

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Bagan Struktur Pemerintahan Desa Sei Alim Ulu ................... 38
Gambar 4.2 Peta Desa Sei Alim Ulu ......................................................... 39
Gambar 4.3 Bagan ProsesSosialisai Musrenbang Desa .............................. 57
Gambar 4.4 Konsep Pemikiran Bourdieu .................................................. 79
Gambar 4.5 Skema Pemikiran Bourdieu …………………………………104
Gambar 4.6 Habitus yang Dimiliki Aktor…………………………...........105
Gambar 4.7 Modal Simbolik yang Dimiliki Aktor……………………….107
Gambar 4.8 Modal Budaya yang Dimiliki Aktor…………………………108
Gambar 4.9 Modal Sosial yang Dimiliki Aktor…………………………..109

xi
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan proses perubahan yang berlangsung secara

sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Pembangunan senantiasa beranjak

dari suatu keadaan yang kurang baik menuju suatu kehidupan yang lebih baik.

Untuk mewujudkan pembangunan yang berhasil harus dilakukan dengan

melibatkan berbagai peran yang ikut telibat aktif dalam proses pembangunan.

Salah satu bentuk pembangunan yang sedang giat dilakukan adalah pembangunan

desa.

Pengertian dari pembangunan desa adalah keseluruhan proses rangkaian

usaha-usaha yang dilakukan dalam lingkungan desa, dengan tujuan meningkatkan

taraf hidup masyarakat desa serta memperbesar kesejahteraan desa (Siagian,

2008). Proses pembangunan yang dilakukan bersifat bottom-up tidak lagi bersifat

top-down. Pembangunan bersifat bottom-up merupakan pembangunan yang

perencanaannya dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan permasalahan yang

dihadapi oleh masyarakat bersama-sama dengan pemerintahan menetapkan

kebijakan atau pengambilan keputusan dan pemerintahan juga berfungsi sebagai

fasilitator. Pelaksanaan pembanguann desa tidak boleh hanya dilakukan satu pihak

saja, tetapi harus melalui koordinasi dengan pihak lain baik dengan pemerintahan

daerah maupun dengan masyarakat secara keseluruhan.

Sesuai dengan perencanaan pembangunan desa yang bersifat bottom-up

bahwa desa memiliki kewenangan atau hak untuk merencanakan pembangunan

1
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan keadaan yang ada di desa, karena desa lebih tau apa yang mereka

butuhkan. Kewenangan desa dalam mengatur dan melaksanakan pembangunan

juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 19 tentang desa,

desa memiliki kewenangan dalam upaya membangun daerahnya yaitu

kewenangan berdasarkan hak asal usul:

a. Kewenangan lokal berskala desa


b. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
c. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi atau Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (http://www.dpr.go.id)
Pelaksanaan pembangunan desa harus dilakukan secara menyeluruh,

terpadu dan terkoordinasi. Menurut Sajogyo dalam Satria (2015) terdapat pokok-

pokok rumusan dalam pembangunan desa yaitu :

1. Prinsip-prinsip pembangunan desa meliputi : (a) Imbangan kewajiban yang


serasi antara pemerintah dengan masyarakat, (b) Dinamis dan berkelanjutan, (c)
Menyeluruh, terpadu dan terkoordinasikan.
2. Pokok-pokok kebijaksanaan pembangunan desa antara lain: (a) Pemanfaatan
Sumber Daya Manusia dan potensi alam, (b) Pemenuhan kebutuhan esensial
masyarakat, (c) Peningkatan prakarsa dan swadaya gotong-royong masyarakat, (d)
Peningkatan kehidupan ekonomi yang koorperatif.
3. Sasaran pembangunan desa, menjadikan semua desa-desa diseluruh wilayah
Indonesia memiliki tingkat klasifikasi desa swasembada yaitu desa yang
berkembang dimana taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya menunjukkan
kenyataan yang makin meningkat.
4. Obyek dan subyek pembangunan, objek pembangunan adalah desa secara
keseluruhan yang meliputi segala potensi manusia, alam dan teknologinya, serta
yang mencakup segala aspek kehidupan dan penghidupan yang ada di desa. Usaha
pembangunan desa juga diarahkan kepada menjadikan desa itu bukan saja sebagai
obyek tetapi juga sebagai subyek pembangunan yang mantap.

2
Universitas Sumatera Utara
Menurut Salam (2000) setiap proses perencanaan akan bermuara pada

proses penentuan kebijakan-kebijakan, maka proses perencanaan pembangunan

akan bermuara pada proses penentuan kebijakan program-program pembangunan.

jika pengertian ini dikontekskan pada pembangunan desa, maka setiap

perencanaan pembangunan desa merupakan proses penentuan kebijakan dan

program yang bertujuan untuk pembangunan desa. Kuat atau lemahnya kualitas

hasil perencanaan pembangunan di tingkat desa sangat ditentukan oleh sumber

daya manusia yang merencanakan pembangunan tersebut. Menurut Asmara dalam

Guty (2014) lemahnya kualitas perencanaan pembangunan di tingkat desa

disebabkan oleh faktor-faktor : pertama lemahnya kapasitas lembaga-lembaga

yang secara fungsional menangani perencanaan, kedua kelemahan identifikasi

masalah pembangunan, ketiga dukungan data dan informasi perencanaan yang

lemah, ke empat kualitas sumber daya manusia, khususnya di desa yang lemah,

Ke lima lemahnya dukungan pendampingan dalam pendampingan kegiatan

perencanaan, keenam lemahnya dukungan pendanaan dalam pelaksanaan kegiatan

perencanaan pembangunan di desa.

Faktor-faktor tersebut menunjukan bahwa persoalan kualitas perencanaan

pembangunan desa terletak pada aktor-aktor perencana yang belum memiliki

kapasitas perencanaan. Hal ini akan mempengaruhi perencanaan ditingkat desa

untuk merumuskan kebijakan pembangunan ditingkat desa, maka dari itu

pemerintah mencoba mengatasi dan menangani agar timbulnya keberhasilan

dalam pembangunan khususnya di desa melalui program Musrenbang Desa atau

musyawarah rencana pembangunan desa.

3
Universitas Sumatera Utara
Dalam rangka merumuskan kebijakan yang partisipatif pemerintah

mengeluarkan program Musrenbang Desa. Musrenbang merupakan kegiatan

dalam bentuk forum yang mempertemukan Steakholder untuk merencanakan

program apa saja yang akan dilakukan dalam pembangunan desa yang

berlandaskan hukum pada Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)

yang diatur dalam Undang-Undang SPPN UU No 25 Tahun 2004, serta

Permendagri No. 66 tahun 2007 mengenai perencanaan Desa juga menjadi

landasan pelaksanaan musrembang khususnya di tingkat desa (Djohan, 2008).

Berdasarkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa

menyebutkan kewajiban untuk merumuskan Musrenbang Desa. Melalui hasil

kegiatan Musrenbang akan memperoleh informasi paling penting terhadap usulan

program yang diprioritaskan dari masyarakat, karena apa yang dihasilkan

merupakan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya. Musrenbang merupakan

forum dimana masyarakat dapat menyampaikan aspirasi mereka, dalam proses

pembangunan yang akan dilaksanakan tentang bagaimana yang seharusnya

dilakukan pemerintah serta sebaliknya yang harus dilakukan masyarakat dalam

pembangunan yang akan dilaksanakan sehingga terjadi keberhasilan dalam

pembangunan desa.

Keberhasilan dalam pembangunan desa juga berkaitan dengan matangnya

kebijakan yang dibuat setelah melaksanakan musyawarah atau perencanaan

pembangunan. Sebuah kebijakan melibatkan adanya aktor yang melaksanakan

pengambilan keputusan serta sebagai penyelenggara dan sebagai pelaksana. Jika

disederhanakan, peran ini diartikan sebagai siapa, melakukan apa, untuk

memperoleh apa, atau dengan kata lain kebijakan diartikan sebagai sekumpulan

4
Universitas Sumatera Utara
aktifitas yang terjadi dalam sebuah proses yang dilahirkan dari berbagai kegiatan

(tindakan/praktik) aktor-aktor untuk mencapai tujuan tertentu (Kusumanegara,

2010). Bourdieu dalam Ritze (2015) menggambarkan peran aktor yang

dimaksudkan adalah sekumpulan tindakan individual atau kolektif antar aktor atau

individu berdasarkan pengalamannya yang digunakan dalam mempengaruhi

struktur obyektif, yakni arena kekuasaan/perjuangan, dengan memanfaatkan, atau

bahkan dengan maksud ingin merebut modal-modal yang ada dalam struktur

obyektif.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Guty (2014) tentang peran aktor

dalam penyusunan rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJMDES)

menyatakan bahwa peran aktor-aktor dalam penyusunan RPJMDES Polobogo

2010-2015 merupakan proses aktualisasi dari pengalaman dan keterampilan yang

diperolehnya, peran aktor yang terlihat secara individu maupun secara kolektif

bersumber dari modal yang dimanfaatkannya. Modal yang digunakan yakni modal

simbolik modal sosial dan modal budaya. Tindakan aktor dalam arena (struktur

objektif) yakni penyusunan RPJMDES Polobogo 2010-2015 tidak terlepas dari

pemahaman aktor (logika) serta pemanfaatan modal untuk mendominasi, bahkan

menstrukturisasi arena itu sendiri, inilah bentuk dialektika antara aktor, habitus,

modal dan arena perjuangan. Aktor mereproduksi tatanan baku penyusunan

RPJMDes yang memiliki kelemahan prosedural, dengan membangun arena-arena

baru yang mendorong keberhasilan penyusunan RPJMDes Polobogo 2010-2015.

Peran yang telah dilakukan para aktor, baik aktor perencana pembangunan di

desa, aktor dari institusi perguruan tinggi maupun aktor praktisi LSM, tidak

menuntaskan peran mereka dalam penyusunan sampai dengan proses

5
Universitas Sumatera Utara
pelembagaan RPJMDes menjadi Peraturan Desa. Peran para aktor sebatas pada

pembuatan dokumen RPJMDes Polobogo 2010-2015.

Kaitannya dengan pengajuan usulan perencanaan pembangunan desa di

pelaksanaan Musrenbang Desa, peran-peran yang dilakukan oleh aktor-aktor

sangat berpengaruh pada hasil penyusunan dari Musrenbang Desa itu sendiri.

Aktor-aktor ini biasanya mempunyai latar belakang yang berbeda, sehingga motif

dan tujuan yang ingin dicapai juga berbeda-beda. Musyawarah menjadi arena

pertarungan antar aktor yang membawa kepentingan, adanya kepentingan dapat

mendorong aktor tersebut untuk terlibat dalam musrenbang. Namun, untuk

merealisasikan kepentingannya, seorang aktor harus berhadapan dengan aktor

lain yang tidak hanya memiliki kepentingan tapi juga memiliki kemampuan

sumberdaya.

Aktor tersebut diantaranya berasal dari aparatur desa, perwakilan tiap

dusun, kelompok kepentingan, kelompok intelektual, kelompok pemuda desa,

kelompok perempuan, kelompok agama serta kelompok yang mewakili lembaga

desa dan lain-lain. Peranan aktor menentukan dalam perumusan, pelaksanaan

ataupun pada saat mempertimbangkan konsekuensi dari kebijakan yang dibuat.

Contoh dari gambaran desa yang ikut melaksanakan Musrenbang Desa serta

memiliki aktor yang berperan di dalamnya adalah Desa Sei Alim Ulu, yang berada

di Kabupaten Asahan, Kecamatan Air Batu.

Pelaksanaan progam Musrenbang di Sei Alim Ulu biasanya dilakukan

awal tahun pada bulan Januari. Sebelum pelaksanaan Musrenbang Desa terlebih

dahulu desa mendapatkan surat dari Kecamatan mengenai jadwal pelaksanaan

kegitan. Melalui Kepala Desa menugaskan Sekretaris Desa untuk menyurati pada

6
Universitas Sumatera Utara
setiap Kepala Dusun. Kepala Dusun melakukan terlebih dahulu musyawarah

dusun yang berkaitan dengan usulan program perencanaan pembangunan desa Sei

Alim Ulu. Desa juga menyurati kepada lembaga ataupun organisasi yang ada di

desa Sei Alim Ulu agar menyiapkan usulan yang kemudian dipaparkan atau

diusulkan dalam rapat Musrenbang Desa, serta mengajak masyarakat untuk

menghadiri kegiatan Musrenbang Desa sebagai bentuk partisipasi pembangunan

desa.

Penyelenggaraan Musrenbang Desa dilakukan dengan mengundang

peserta yang dapat mewakili masyarakat dan organisasi kemasyarakatan serta

pelaku pembangunan lainnya yang telah diatur dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Asahan Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Daerah Pasal 9 Tentang Peserta Musrenbang Desa:

1. Peserta Musrenbang Desa/kelurahan meliputi komponen masyarakat (individu

maupun kelompok) yang berada di wilayah desa/kelurahan dan para pemangku

kepentingan tingkat Desa/kelurahan.

2. Individu maupun kelompok dan pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) antara lain:

(a) Perangkat Desa/Kelurahan, BPD/LPM,

(b) Kelompok Majelis Taklim,

(c) Kelompok Wanita, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK),

(d) Kelompok Tani,

(e) Karang Taruna

(f) Kelompok Kesenian/Olah Raga

(g) Kelompok Guru/Sekolah

7
Universitas Sumatera Utara
(h) Bidan/Perawat

(i) Lembaga Ekonomi Desa

(j) Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama

(k) Organisasi Profesi yang berlokasi di Desa/Kelurahan

(http://medan.bpk.go.id/perda-no.-6-tahun-2014-tentang-musyarawah-

perencanaan-pembangunan-daerah).

Pengertian aktor dalam penelitian ini dikhususkan pada kelompok sebagai

perwakilan organisasi desa yang bertugas sebagai pelaku atau perencana dan

pelaksanaan pembangunan desa yang meliputi perangkat desa, dan organisasi

desa. Diharapkan adanya keterwakilan tiap-tiap instansi ataupun organisasi serta

masyarakat dalam hal ini sebagai aktor yang berperan dan berpartisipasi mampu

memberikan berbagai rancangan untuk pembangunan desa sehingga terjadi

kemajuan yang berdampak positif bagi masyarakat desa. Keterwakilan yang hadir

berhak untuk memberikan suara serta aspirasi bagaimana pandangan masyarakat

mengenai desa, sarana yang harus dibenahi, penambahan fasilitas umum serta

sembari mencari solusi untuk permasalahan yang dihadapi masyarakat berkaitan

dengan pembangunan desa.

Daftar kehadiran dari para aktor yang mewakili masyarakat dalam

pelaksanaan Musrenbang Desa tanggal 11 januari 2017 dapat dilihat pada tabel

1.1

8
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1
Daftar Peserta Pelaksanaan Musrenbang Desa Sei Alim Ulu
No Jabatan/ Organisasi Jumlah
1 Pengurus Desa 2
2 Kepala Dusun 5
3 LPM 9
4 Pemberdaya Perempuan Dan 2
Keluarga Berencana
5 Bidan Desa/ Puskesmas Desa 3
6 Tokoh Agama 5
7 Guru 2
8 Pendamping Desa 1
9 Polsek Air Batu 1
10 Tokoh Perempuan 6
11 PKK 1
12 Kecamatan 3
13 BPD 3
14 KPMD 2
Sumber: dokumen Musrenbang Desa tahun 2017 Desa
Sei Alim Ulu

Table 1.1 merupakan daftar kehadiran dari aktor-aktor yang mengikuti

pelaksanaan Musrenbang Desa di Balai Desa pada tanggal 11 januari 2017. Ada

14 keterwakilan melalui tokoh atau organisai yang ada di Desa Sei Alim Ulu,

masing-masing dari mereka menjadi perwakilan dalam menyampaikan usulan

untuk prioritas pembangunan desa. Mereka hadir sebagai aktor yang berperan

untuk mengusulkan dan mempertahankan pendapat agar usulan tersebut terpilih

menjadi program prioritas dalam pembanguan desa.

Setiap aktor memiliki harapan agar usulan yang mereka tawarkan

disetujui, perbandingan-perbandingan kondisi pembangunan yang ada di dusun

lain juga menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh peserta agar usulan mereka

menjadi prioritas dalam program Musrenbang Desa, terdapat aspek

mengakomodir pihak lain dan muncul kepentingan agar apa yang diusulkan dapat

diterima dan muncul dilema kepercayaan, bisakah peserta Musrenbang percaya

bahwa pihak lain akan melakukan apa yang mereka inginkan.

9
Universitas Sumatera Utara
Selama kegiatan Musrenbang Desa berlangsung terjadi upaya

mempertahankan pendapat masing-masing dimana para aktor menunjukan bahwa

rencana yang diajukannya merupakan rencana yang paling penting dan mendesak

untuk dilaksanakan, dalam proses pemilihan atau musyawarah merancang

pembangunan desa yang akan disetujui oleh pemerintahan. Dilema juga terjadi

pada pihak pengambil keputusan harus bersikap untuk mengakomodasi

kepentingan pihak lain, penyebab utama terjadinya kompleksitas sumber data

berupa melimpahnya usulan dari masing-masing peserta.

Muncul juga protes yang dikarenakan adanya anggapan bahwa mereka

hanya dilibatkan diawal saja ketika pada tahap pengambilan keputusan sebenarnya

sudah diatur oleh daerah dengan alasan bahwa adanya keterbatasan dana.

Anggapan kehadiran hanya sekedar penghibur juga menjadi salah satu rasa

ketidak percayaan akan di prioritaskannya usuluan yang mereka ajukan, tak jarang

hal tersebut menimbulkan perselisihan dan perdebatan diatara para peserta

Musrenbang.

Setelah proses pengumpulan aspirasi masyarakat yang dituangkan kedalam

berita acara Musrembang Desa akan dilanjutkan pada tahap Musrenbang

Kecamatan untuk dilakukan pembahasan prioritas atas usulan yang telah masuk

kemudian akan diserahkan pada Musrenbang tingkat Kabupaten yang menentukan

dapat terlaksanakan atau tidaknya usulan yang telah dibuat masyarakat. Pada

tingkat Kabupaten semua usulan yang telah diprioritaskan akan dipertimbangkan

kembali sesuai dengan ketetapan dana, namun terkadang usulan yang diterima

pada tingat desa bukan sebagai priotas yang diutamakan dan yang sedang sangat

dibutuhkan oleh masyarakat.

10
Universitas Sumatera Utara
Perdebatan yang terjadi pada peserta musrembang merupakan gambaran

bentuk partisipasi dari masyarakat agar pembangunan desa terjadi secara terarah

dan keberhasilan pembangunan desa yang berdampak pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut saya tertarik untuk

meneliti bagaimana peran aktor dalam pelaksanaan Musrenbang desa di Desa Sei

Alim Ulu, Kecamatan Air Batu, Kabupaten Asahan.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan Musrenbang di Desa Sei Alim Ulu?

2. Bagaimana aktor menjalankan perannya dalam pelaksanaan Musrenbang

Desa?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertuaj untuk

mengatahui:

1. Ingin mengetahui bagaimana proses pelaksanaa Musrenbang Desa

2. Ingin mengetahui bagaimana aktor menjalankan perannya dalam pelaksanaan

Musrenbang Desa.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantara lain:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai kajian ilmu sosial

dan politik. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi

11
Universitas Sumatera Utara
terhadap pengembangan sosiologi pada umumnya dan sosiologi politik dan

sosiologi pedesaan secara lebih spesifik.

1.4.2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini, dapat memberi kontribusi terhadap kajian

kebijakan pada ranah desa pada umumnya dan Desa Sei Alim Ulu khususnya

sebagai lokasi penelitian dan penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi

desa untuk memberi gambaran dalam melakukan penyusunan kebijakan.

1.5. Defenisi Konsep

Konsep adalah abstrak menngenai gejala atau realita suatu pengertian yang

nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Sutinah, 2005: 49). Konsep yang ada

menjadi acuan bagi peneliti saat melakukan penelitian agar tidak terjadi

kerancauan. Adapun konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peran Aktor

Peran aktor merujuk pada karakteristik yang disandang seseorang aktor

dalam sebuah pentas atau dengan kata lain fungsi yang dibawakan seseorang

ketika menduduki jabatan di Desa Sei Alim Ulu.

2. Musrenbang Desa

Proses pelaksanaan perencanaan pembangunan desa yang dilaksanaan oleh

pemerintah dalam rangka menggali dan menampung aspirasi dari masyarakat

mengenai perencanaan pembangunan desa yang ada di Desa Sei Ali Ulu.

3. Pembangunan Desa

Kegitan pembangunan yang dilaksanaan di desa meliputi pembangunan

secara fisik dan non fisik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa

Sei Alim Ulu.

12
Universitas Sumatera Utara
a. Pembangunan fisik adalah pembangunan yang dilakukan dalam peningkatan

infrastruktur yang ada di desa seperti pembuatan jalan, pembenahan fasilitas

sekolah, pembuatan jembatan.

b. Pembangunan non fisik adalah pembangunan objek utama pada peningkataan

kemampuan skill dan memberdayakan masyarakat. Pembangunan non fisik

terdiri dari atas aspek-aspek ekonomi, sosial.

(a) Aspek ekonomi, pembangunan dalam bentuk peningkatan pendapatan

masyarakat dengan pelatihan untuk pengembangan usaha.

(b) Aspek sosial, pembangunan dalam bentuk ada peningkatan kualitas hidup

manusia dalam arti luas, maka pembangunan manusia memfokuskan

perhatiannya pada peningkatan modal manusia (human capital) yang

diukur melalui dua indikator utama pendidikan (misalnya angka melek

huruf) dan kesehatan (misalnya angka harapan hidup).

13
Universitas Sumatera Utara
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pemikiran Bourdieu

Menurut Turner (2006) istilah peran pada awalnya merupakan terjemahan

dari kata function, job, atau work. Adapun makna dari kata peran dapat dijelaskan

lewat beberapa cara. Pertama, suatu penjelasan historis menyebutkan, konsep

peran semula dipinjam dari keluarga drama atau teater yang hidup subur pada

jaman Yunani Kuno. Dalam arti ini, peran menunjuk pada karakteristik yang

disandang untuk dibawakan oleh seseorang aktor dalam sebuah pentas drama.

Kedua, suatu penjelasan yang menunjuk pada konotasi ilmu sosial, yang

mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika

menduduki suatu karakteristik (posisi) dalam struktur sosial. Ketiga, suatu

penjelasan yang lebih bersifat operasional, menyebutkan bahwa peran seorang

aktor adalah suatu batasan yang dirancang oleh aktor lain, yang kebetulan sama-

sama berada dalam satu penampilan/unjuk peran (role performance).

Istilah peran yang dikemukakan di atas, sangat berkaitan dengan istilah

praktik dalam pengertian Pierre Bourdieu. Menurut Pierre Bourdieu dalam Adib

(2012) praktik secara sosial merupakan hubungan relasional yakni struktur

objektif dan representasi subjektif, agen dan pelaku, terjalin secara dialektik.

Fenomena sosial apa pun merupakan produk dari tindakan-tindakan individual.

Oleh karena itu, logika tindakan harus dilihat (dicari) pada sisi rasionalitas

pelakunya.

14
Universitas Sumatera Utara
Bourdieu juga menambahkan praktek merupakan integrasi antara habitus

dikalikan modal dan ditambahkan ranah, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

(Habitus x Modal) + Ranah= Praktik. Secara dialektis, Habitus adalah “produk

dari internalisasi struktur” dunia sosial. Bourdieu dalam Jankins (2004) memiliki

pandangan mengenai esensi dari habitus yang tersimbolkan dalam hakikat

manusia yang terbagi menjadi tiga makna. Pertama, habitus hanya ada selama ia

ada dikepala aktor. Kedua, habitus hanya ada di dalam, melalui dan disebabkan

oleh praksis aktor dan interaksi antara mereka dengan lingkungan- lingkungan

yang melingkupinya: cara berbicara, cara bergerak, cara membuat sesuatu, atau

apapun. Ketiga, inti skema generatif habitus, berakar di dalam tubuh. Laki-laki/

perempuan, depan/belakang, atas/bawah, panas/dingin, hal tersebut dapat diakses

panca indra dalam hal menalarkan dan berakar dalam pengalaman sesnsoris dari

cara pandang seseorang yang disimbolkan.

Habitus diperoleh sebagai akibat dari ditempatinya posisi di dunia sosial

dalam waktu yang panjang. Menurut Bourdieu,habitus adalah struktur mental atau

kognitif yang dengannya orang berhubungan dengan dunia sosial. Habitus

digunakan untuk menjelaskan sikap, cara, gaya dimana aktor membawakan

dirinya sendiri: sikap, bahasa tubuh, cara berjalan dan lainnya (Jenkins, 2004).

Orang dibekali dengan serangkaian skema terinternalisasi yang mereka gunakan

untuk mempersepsi, memahami, mengapresiasi, dan mengevaluasi dunia sosial.

Habitus mencerminkan pembagian objek dalam struktur kelas seperti menurut

umur, jenis kelamin, kelompok, dan kelas sosial. Habitus diperoleh sebagai akibat

dari lamanya posisi dalam kehidupan sosial yang dimilikinya. Habitus juga

tebentuk oleh pengalaman dan oleh pengajaran secara eksplisit.

15
Universitas Sumatera Utara
Ranah (field) lebih dipandang Bourdieu secara relasional dari pada secara

struktural, dan merupakan jaringan relasi antar posisi objektif di dalamnya.

Keberadaan relasi-relasi ini terpisah dari kesadaran dan kehendak individu. Ranah

merupakan: (1) arena kekuatan sebagai upaya perjuangan untuk memperebutkan

sumber daya atau modal dan juga untuk memperoleh akses tertentu yang dekat

dengan hirarki kekuasaan; (2) semacam hubungan yang terstruktur dan tanpa

disadari mengatur posisi-posisi individu dan kelompok dalam tatanan masyarakat

yang terbentuk secara spontan.

Menurut Bourdieu dalam Adib, (2012) ranah sosial akan selalu terjadi,

mereka yang memiliki modal dan habitus yang sama dengan kebanyakan individu,

akan lebih mampu melakukan tindakan mempertahankan atau mengubah struktur

dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki modal. Modal dalam

penjelasan Bourdieu terdiri dari, Modal Ekonomi, Modal Sosial, Modal Budaya

dan Modal Simbolik. Menurut Bourdieu dalam Haryatmoko (2003), keseluruhan

kepemilikan modal tersebut, dapat membentuk sebuah struktur tindakan sosial

(termasuk praktek keseharian) maupun lingkup sosial individu dalam masyarakat.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teori Pierre Bourdieu yaitu

teori Habitus, Kapital, Ranah/Arena karena menurut peneliti teori Pierre Bourdieu

relevan untuk digunakan dalam mengkaji tentang penelitian mengenai Peran

Aktor dalam Pelaksanaan Musrenbang Desa di Desa Sei Alim Ulu Kecamatan Air

Batu Kabupaten Asahan. Bersumber pada konsep Bourdieu tentang tindakan/

praktik, maka eksistensi aktor dalam perannya (tindakan), menjadikan arena

(field) pertentangan dan perjuangan kuasa dikonstruksi dalam posisi relasi antar

posisi yang objektif bukan relasi struktural yang terpaut dengan dominasi kuasa.

16
Universitas Sumatera Utara
Peran aktor yang terlihat secara individu maupun secara kolektif dapat

dilihat dari modal yang dimanfaatkana. Modal yang digunakan yakni modal

simbolik, modal, dan modal budaya, modal ekonomi. Pada titik inilah peran aktor

dalam pengusulan rencana pembangunan desa (field) menjadi sangat signifikan,

guna memecahkan kebuntuan perencanaan pembangunan desa. Peran aktor dalam

pengusulan rencana pembangunan pada Musrenbang Desa ini juga ditempatkan

dalam relasi timbal balik dengan arena (field) perjuangannya. Pada prinsipnya

aktor, menempatkan strateginya dengan berbagai sumber daya yang dimilikinya

maupun potensi pembangunan desa itu sendiri, dalam kerangka memecahkan

kebuntuan proses perumusan. Ini dilakukan bukan karena keberpihakan, tetapi

demi keuntungan dirinya, ataupun institusinya

2.2. Perencanaan Pembangunan Desa

Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Bukan

hanya dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia bertempat tinggal di desa,

tetapi desa memberikan sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional.

Pembangunan desa merupakan bagian dari rangkaian pembangunan nasional.

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan secara

berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat.

Proses pembangunan akan dilaksanakan demi kemajuan desa dan

pelaksanaan pembangunan harus diawali dengan adanya perencanaan

pembangunan desa agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan secara terarah

dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan juga kondisi potensi sumber

daya alam serta sumber daya manusianya.

17
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Perencanaan

Abe dalam Aprilian (2015) menyatakan bahwa suatu perencanaan yang

merujuk pada suatu hasil dan dalam tujuannya melibatkan kepentingan

masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan rakyat (baik secara langsung

maupun tidak langsung) tujuan dan cara pandang sebagai satu kesatuan. Suatu

tujuan untuk kepentingan rakyat dan bila dirumuskan tanpa melibatkan

masyarakat, maka akan sangat sulit dipastikan bahwa rumusan akan berpihak pada

rakyat. Siagian dalam Aprilian (2015) perencanaan dapat didefinisikan sebagai

keseluruhan proses pemikiran dan penetuan secara matang dari hal-hal yang akan

dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditentukan.

Abe dalam Aprilian (2015) dalam melakukan suatu perencanaan yang

baik maka harus memuat prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Apa yang akan dilakukan, yakni jabaran misi dan visi;

b. Bagaimana mencapai hasil tersebut;

c. Siapa yang akan melakukan;

d. Lokasi aktifitas;

e. Kapan akan dilakukan dan berapa lama;

f. Sumber daya yang dibutuhkan.

Dalam merencanakan pembangunan maka stakeholder utama adalah

masyarakat karena masyarakat adalah sasaran utama pembangunan itu sendiri,

dengan melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan maka

pembangunan diharapkan akan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat

karena sejatinya, masyarakatlah yang paling mengetahui tentang permasalahan

18
Universitas Sumatera Utara
yang mereka hadapi. Maka dari itu untuk menetapkan apa, mengapa, bagaimana,

kapan, dimana, berapa, siapa yang melaksanakan dan menjadi sasaran

pembangunan maka dalam perencanaan wajib hukumnya melibatkan masyarakat.

2.2.2. Pembangunan Desa

Siagian dalam Surjono (2007) pembangunan merupakan suatu arah atau

rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan oleh

suatu bangsa, negara, dan pemerintah secara sadar menuju modernitas dalam

rangka pembinaan bangsa (Nation Building). Pembangunan Desa adalah seluruh

kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa dan meliputi seluruh aspek

kehidupan masyarakat serta dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan

swadaya dan gotong royong (Adisasmita, 2006). Sedangkan tujuannya adalah

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa berdasarkan potensi dan

sumber daya yang dimiliki. Lebih lanjut, mengemukakan tujuan pembangunan

desa sebagai berikut.

a. Tujuan pembangunan jangka panjang adalah peningkatan kesejahteraan

masyarakat desa secara langsung melalui peningkatan kesempatan kerja,

kesempatan berusaha, dan pendapatan berdasarkan pendekatan bina lingkungan,

bina usaha, dan bina manusia, dan secara tidak langsung adalah meletakkan dasar-

dasar yang kokoh bagi perusahaan nasional;

b. Tujuan pembangunan jangka pendek adalah untuk meningkatkan efektifitas dan

efisiensi dalam kegiatan ekonomi dan pemanfaatan sumber daya alam; Tujuan

pembagunan desa secara parsial adalah terciptanya kawasan pedesaan yang

mandiri, berwawasan lingkungan, selaras, sinergi dan serasi dengan kawasan-

kawasan yang lain.

19
Universitas Sumatera Utara
Menurut Haeruman (2011), ada dua sisi pandang untuk menelaah

pedesaan, yaitu:

1). Pembangunan pedesaan dipandang sebagai suatu proses alamiah yang

bertumpu pada potensi yang dimiliki dan kemampuan masyarakat desa itu sendiri.

Pendekatan ini meminimalkan campur tangan dari luar sehingga perubahan yang

diharapkan berlangsung dalam rentang waktu yang panjang.

2). Sisi yang lain memandang bahwa pembangunan pedesaan sebagai suatu

interaksi antar potensi yang dimiliki oleh masyarakat desa dan dorongan dari luar

untuk mempercepat pembangunan pedesaan. Pembangunan desa adalah proses

kegiatan pembangunan yang berlangsung di Desa yang mencakup seluruh aspek

kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 tahun 2005

tentang desa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 bahwa perencanaan

pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai

dengan kewenangannya dan menurut ayat 3 bahwa dalam menyusun perencanaan

pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa. Akan tetapi

pada hakikatnya tujuan umum dari pembangunan desa yaitu meningkatkan

kualitas hidup masyarakat desa melalui pencapaian kemajuan sosial ekonomi

secara berkesinambungan dengan tetap memperhatikan persamaan hak dan

menjunjung tinggi prinsip keadilan bagi masyarakat secara keseluruhan.

2.2.3. Bentuk Pembangunan Desa

Menurut Bintarto dalam Rangga (2011) Pembangunan dijelaskan sebagai

berikut : Geografi pembangunan adalah suatu studi yang memperhatikan aspek-

aspek geografi yang menunjang sesuatu pembangunan wilayah. Wilayah yang

20
Universitas Sumatera Utara
dimaksud di sini adalah wilayah pedesaan atau wilayah perkotaan, dapat pula

diartikan sebagai daerah yang dibatasi oleh batas-batas politis atau administrasi.

Pembangunan baik yang berkenaan dengan aspek fisik maupun non fisik tidak

lepas dari permukaan bumi sebagai ruang tempat pembangunan itu berlangsung.

Oleh karena itu, perancangan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perlu

dilakukan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan umat manusia sesuai

dengan tujuan pembangunan itu sendiri.

Pemangunan dapat dilakukan secara fisik maupun nonfisik. Tujuan utama

pembangunan adalah untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat.

Dapat pula dikatakan pembangunan bertujuan untuk menaikkan mutu hidup

rakyat. Pembangunan fisik dan pembangunan nonfisik perlu disinergikan agar

tujuan utama pembangunan dapat tercapai.

1. Pembangunan Fisik

Pembangunan fisik adalah pembangnuan yang dapat di rasakan langsung

oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh mata (Mudrad, 2010).

Muljana (2011) mengatakan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah

umumnya yang bersifat infrastruktur atau prasarana. Bahwa peningkatan

kesejahteraan manusia menjadi fokus sentral dari pembangunan dimana

pembangunan masyarakat yang menentukan tujuan sumber-sumber pengawasan

dan mengarahkan proses-proses pelaksanaan pembangunan. Contoh dari

pembangunan fisik adalah:

a. Prasarana perhubungan yaitu: jalan, jembatan dll.

b. Prasarana pemasaran yaitu: gedung, pasar.

c. Prasarana sosial yaitu: gedung sekolah, rumah-rumah ibadah, dan Puskesmas.

21
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pramana (2013) tentang

Pembangunan Fisik Dan Non Fisik Di Desa Badak Mekar Kecamatan Muara

Badak Kabupaten menyebutkan bahwa pembangunan fisik yang dilaksanakan di

Desa Badak berupa Sarana dan Prasarana Pendidikan Pembangunan fisik di desa

badak mekar masih kurang memadai, hal itu dapat dilihat dari kurangnya sarana

dan prasarana yang ada di desa badak mekar seperti sarana dan prasarana

pendidikan dimana hanya memiliki dua sekolah dasar dan satu sekolah dasar

hanya memiliki dua kelas. Sarana dan prasarana kesehatan dilihat dari sarana dan

prasarana kesehatan yang dimana hanya memiliki puskesmas pembantu serta

rumah medis untuk bidan sehingga dapat memberikan pelayanan yang cepat dan

tepat. Sarana dan prasarana keagamaan sedangkan dalam bidang keagamaan

untuk umat kristiani yaitu gereja masih dalam tahap pembangunan.

2. Pembangunan Non Fisik

Pembangunan non fisik menurut Wresniwiro (2012) adalah jenis

pembangunan yang tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki

jangka waktu yang lama, contoh dari pembangunan non fisik adalah berupa

peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat desa, peningkatan kesehatan

masyarakat. Pembangunan non fisik berkaitan dengan penggunaan sumber daya

manusia itu sendiri. Pembangunan non fisik adalah pembangunan yang tidak

terwujud namun dapat di rasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pembangunan ini

sering di sebut pembangunan masyarakat.

Adapun aspek yang mempengaruhi pembangunan non fisik:

(a). Aspek ekonomi

22
Universitas Sumatera Utara
Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam

penelitian ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan

per kapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

(Sukirno, 2001). Berdasarkan atas definisi ini dapat diketahui bahwa

pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan yang terjadi

terus menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi

lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan itu diharapkan adanya kenaikan

pendapatan riil masyarakat berlangsung untuk jangka panjang.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pramana (2013) penulis

dapat mengemukakan bahwa di Desa Badak Mekar sering melakukan penyuluhan

tentang wirausaha yang dilakukan baik oleh swasta ataupun instansi pemerintah

namun itu belum cukup memadai karena yang menghadiri penyuluhan hanya

kelompok-kelompok tertentu saja, karena mayoritas pekerjaan masyarakat Desa

Badak Mekar adalah petani yang tidak bisa meninggalkan pekerjaannya untuk

mengikuti penyuluhan tentang wirausaha.

(b). Aspek sosial

Midgley (2005) mendefinisikan pembangunan sosial sebagai suatu proses

perubahan sosial yang terencana, yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat sebagai suatu keutuhan, di mana pembangunan ini dilakukan untuk

saling melengkapi dengan dinamika proses pembangunan ekonomi.

Pembangunan sosial lebih berorientasi pada peningkatan kualitas hidup

manusia dalam arti luas, maka pembangunan manusia memfokuskan perhatiannya

pada peningkatan modal manusia (human capital) yang diukur melalui dua

indikator utama; pendidikan (misalnya angka melek huruf) dan kesehatan

23
Universitas Sumatera Utara
(misalnya angka harapan hidup). Sementara itu, pembangunan kesejahteraan

sosial lebih berorientasi pada peningkatan modal sosial (social capital) yang dapat

dilihat dari indikator keberfungsian sosial (social functioning) yang mencakup

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, melaksanakan peran sosial serta

menghadapi goncangan dan tekanan kehidupan (Prayitno, 2009).

Hasil penelitiam terdahulu yang dilakukan oleh Pramana (2013),

menggambarkan pada bidang pendidikan diketahui bahwa para pengajar yang ada

di desa Badak Mekar sudah sesuai dengan standar nasional yang ada walaupun

sebagian pengajar masih melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Para

siswa sudah dapat menerima pelajaran yang disampaikan oleh para pengajar

dengan baik itu dilihat dari angka kelulusan siswa yang ada di Desa Badak Mekar

sudah dapat di katakan baik.

Dibidang Kesehatan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di desa

Badak Mekar dapat di ketahui bahwa pelayanan kesehatan yang ada di desa badak

mekar sudah cukup baik itu di lihat dari pelayanan yang diberikan oleh bidan yang

ada di desa Badak Mekar dengan cepat dan tepat untuk menanggulangi penyakit-

penyakit yang diderita masyarakat namun untuk penangganan penyakit yang

cukup serius tidak dapat ditangani di Puskesmas pembantu yang ada di desa badak

mekar dikarenakan kurang nya fasilitas yang ada. Kriteria dari segi kesehatan

sudah cukup baik itu dilihat dari penanganan yang diberikan oleh tenaga medis

yang ada di desa badak mekar serta sering dilakukannya penyuluhan tentang

kesehatan dan adanya pengobatan gratis yang dilakukan oleh puskesmas induk

serta adanya kegiatan-kegiatan posyandu setiap bulannya.

24
Universitas Sumatera Utara
2.3. Partisipasi

Partisipasi yaitu pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Bank Dunia

mendefinisikan partisipasi sebagai suatu proses dimana setiap stake holders

mempengaruhi dan membagi pengawasan pada inisiatif pembangunan dan

keputusan serta sumberdaya yang mempengaruhi mereka (Saragih, 2004).

Partisipasi masyarakat merupakan alat guna memperoleh informasi mengenai

kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadiran

masyarakat, program pembangunan serta proyek-proyek pembangunan akan

gagal.

Mubyarto mengartikan partisipasi sebagai tindakan mengambil bagian

dalam kegiatan, sedangkan partisipasi masyarakat sendiri adalah keterlibatan

masyarakat dalam suatu proses pembangunan dimana masyarakat ikut terlibat

mulai dari tahap penyusunan program, perencanaan dan pembangunan,

perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan (Huraerah, 2011). Sejalan

dengan itu, Sulaiman mengungkapkan partisipasi sebagai keterlibatan aktif warga

masyarakat secara perorangan, kelompok, atau dalam kesatuan masyarakat dalam

proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program

serta usaha pelayanan dan pembangunan kesejahteraan sosial di dalam dan atau di

luar lingkungan masyarakat atas dasar rasa kesadaran tanggung jawab sosialnya

(Huraerah, 2011).

2.3.1. Lingkup Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan

Yadaf dalam Mardikanto (2013) mengemukakan tentang adanya empat

macam kegiatan yang menunjukkan patisipasi masyarakat di dalam kegiatan

pembangunan, yaitu partisipasi dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan

25
Universitas Sumatera Utara
kegiatan, pemantauan dan evaluasi, serta partisipasi dalam pemanfaatan hasil-

hasil pembangunan.

a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan

Umumnya, setiap program pembangunan masyarakat selalu ditetapakan

sendiri oleh pemerintah pusat dan lebih mencerminkan sifat kebutuhan kelompok

elit yang berkuasa dan kurang mencerminkan kebutuhan masyarakat banyak. Oleh

karena itu, partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan perlu

ditumbuhkan terhadap program-program pembangunan di wilayah setempat atau

di tingkat lokal.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan harus diartikan

sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga, uang dan lain

sebagainya yang sepadan dengan manfaat yang akan diperoleh masing-masing

masyarakat.

c. Partisipasi dalam pemantaun dan evaluasi pembangunan

Kegiatan ini diperlukan agar tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dapat

dicapai seperti yang diharapkan. Dengan melakukan hal ini diharapkan akan

memperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala yang muncul

dalam pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan.

d. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan

Partisipasi dalam pemfaatan hasil pembangunan juga penting karena tujuan

pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat sehingga

pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Disamping itu,

pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan

26
Universitas Sumatera Utara
masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang

akan datang.

2.3.2. Jenis dan Bentuk Partisipasi

Dusseldorp dalam Mardikanto (2013) mengidentifikasi beragam bentuk-

bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat sebagai

berikut.

1) Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat

2) Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok

3) Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkan

partisipasi masyarakat lain

4) Menggerakkan sumberdaya masyarakat

5) Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan

6) Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.

Hamijoyo dan Iskandar dalam Huraerah (2011) menyebutkan mengenai

lima kriteria bentuk partisipasi masyarakat sebagai berikut.

a. Partisipasi buah pikiran, yang diberikan partisipan dalam anjang sono,

pertemuan atau rapat;

b. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk

perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain dan sebagainya.

c. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk

perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain dan sebagainya.

d. Partisipasi ketrampilan dan kemahiran, yang diberikan orang untuk mendorong

aneka ragam bentuk usaha dan industry.

27
Universitas Sumatera Utara
e. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban, misalnya

turut arisan, koperasi, layat (dalam peristiwa kematian), kondangan (dalam

peristiwa pernikahan), nyambungan, mulang sambungan.

28
Universitas Sumatera Utara
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007) penelitian kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Jenis

penelitian kualitatif juga dapat didefinisikan sebagai jenis penelitian yang

temuan- temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk

hitungan lainnya.

Kirk dan Miller dalam Moleong (2007) mendefinisikan bahwa

penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial

yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam

kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam

bahasanya dan dalam peristilahannya.

Jenis penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk

menggambarkan, menganalisa dan menginterpretasikan kondisi-kondisi

berdasarkan data yang penulis dapat secara lebih mendalam tentang Peran

Aktor Dalam Pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa di Desa Sei

Alim Ulu, Kecamatan Air Batu, Kabupaten Asahan.

3.2. Lokasi Penelitian

Tempat atau wilayah penelitian dilakukan merupakan lokasi penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam hal ini memilih lokasi di Desa Sei

Alim Ulu, Kecamatan Air Batu, Kabupaten Asahan. Adapun alasan peneliti

29
Universitas Sumatera Utara
melakukan penelitian dilokasi tersebut karena desa Sei Alim Ulu merupakan salah

satu desa yang aktif tiap tahunnya menjalankan Musrenbang Desa serta salah satu

desa yang mendapatkan predikat terbaik dalam pelaksanaan salah satu prioritas

pembangunan desadari hasil Musrenbang Desa.

3.3. Unit Analisi dan Informan

Dalam melakukan penelitian harus mempunyai unit analisis (satuan

tertentu yang dapat dihitung sebagai subjek penelitian) dan informan yangmenjadi

sumber informan dalam penelitian ini adalah:

3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subyek

penelitian keseluruhan unsur menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007).

Menurut Hamidi (2005) menyatakan bahwa unit analisis adalah satuan yang

diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa

sosial seperti misalnya aktivitas individu atau kelompok sebagai subjek penelitian.

Unit (satuan) analisis data penelitian ini adalah kelompok atau perwakilan sebagai

stakeholder atau perwakilan dalam pelaksanaan Musrenbang Desa di Desa Sei

Alim Ulu serta perangkat desa yang melaksanakan Musrenbang Desa.

3.3.2. Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi

tentang situasai dan kondisi latar belakang penelitian (Moleong, 2007).

Informan adalah orang yang benar-benar mengetahui masalah yang akan

diteliti dan dapat menjadi sumber data yang akurat. Peneliti menggunakan

teknik purposive yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan

sesuai dengan kriteria relevan dengan masalah penelitian tertentu (Bungin,

30
Universitas Sumatera Utara
2007). Sampling data menentukan subjek penelitian, teknin ini digunakan

karena menggunakan pertimbangan tertentu dan kriteria tertentu dalam

pemilihan informan.

Adapun yang akan menjadi informan dalam penelitian ini berjumlah

14 informan diantaranya ialah 7 orang informan kunci yaitu: lima orang

Kepala Dusun, KPMD, LPM dan informan biasa bejumlah 7 orang sebagai

Kepala Desa, Kasi PKM Kecamatan, dua masyarakat biasa, dan dua Aparatur

Desa, serta satu orang perwakilan PKK. Data informan diperoleh melalui

hasil notulensi pelaksanaan Musrenbang Desa di Desa Sei Alim Ulu,

Kecamatan Air Batu, Kabupaten Asahan serta Para aktor yang mengikuti

jalannya Musrenbang Desa.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Aspek yang berperan dalam kelancaran dan keberhasilan suatu

penelitian. Untuk memperoleh data yang diperlukan oleh peneliti, maka

dalam penelitian ini peneliti , menggunakan metode sebagai berikut:

3.4.1. Data Primer

Data primer merupakan suatu data yang diperoleh langsung dari

sumber informan yang telah ditemukan di lapangan. Adapun langkah-langkah

dalam pengumpulan data primer :

a. Observasi.

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan

mengggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utama selain pancaindra

lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, kulit. Karena metode observasi

31
Universitas Sumatera Utara
adalah pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian

melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin, 2007:118). Peneliti

menempatkan diri sebagai orang luar dalam megamati bagaimana

berlangsungnya proses pelaksanaan Musrenbang Desa, dan melihat serta

mengamati bagaimana setiap aktor yang hadir mengusulkan dan

mempertahankan rencana pemmbangunan yang diajukan agar menjadi

prioritas dalam pembanguna desa di Desa Sei Alim Ulu.

b. Penghayatan

Untuk memahami tindakan sepenuhnya harus mengindentifikasikan

pemahaman tindakan sebagaimana yang dikenhendaki oleh sang aktor dan

mengenali konteks yang melingkupi dan yang digunakan untuk memahaminya.

verstehen merupakan cara bagaimana kita sebagai seorang peneliti harus

memahami (understanding) setiap makna (meaning) yang dimiliki atau

dikeluarkan oleh informan (Gunawan, 2014). Dalam penelitian yang digunakana

peneliti harus memahami setiap makna yang dikeluarkan oleh informan ketika

proses wawancara berlangsung.

c. Wawancara.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara yang

dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam. Percakapan itu dilakukan

oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

tersebut (Moleong, 2007). Peneliti akan melakukan wawancara berkaitan

dengan tujuan-tujuan aktor mengajukan usulan rencana pembangunan dan

mewawancarai masyarakat untuk mengetahui seberapa jauh mereka

32
Universitas Sumatera Utara
mengetahui keberadaan aktor-aktor yang menjadi perwakilan dalam

pelaksanaan Musrenbang Desa.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah teknik pengumpulan data melalui studi

kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data primer. Data sekunder

juga diperoleh melalui buku-buku, tulisan dan dokumen-dokumen yang

mengandung data yang memang mendukung penelitian ini.

3.5. Alat Bantu Penelitian

Alat bantu penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti

untuk mempermudah proses penelitian

3.5.1. Alat Perekam Suara

Alat perekam suara digunakan agar diperoleh data yang utuh,

meminimalkan bias yang terjadi karena keterbatasan subjektif peneliti dan

lemahnya ingatan peneliti. Alat perekam suara ini digunakan setelah mendapat

izin dari informan dalam penelitian.

3.5.2. Catatan Lapangan dan Alat Tulis

Menurut Bogdan dan Biklen catatan lapangan merupakan catatan tertulis

mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka

mengumpulkan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif

(Moloeng, 2007). Catatatan itu hanya berguna untuk alat perantara antara apa

yang dilihat, didengar, dirasakan, dan diraba dengan catatan sebenarnya dalam

bentuk catatan lapangan. Catatan itu baru diubah ke dalam catatan yang lengkap

dan dinamakan catatan lapangan setelah penelitian tiba dirumah. Proses itu

33
Universitas Sumatera Utara
dilakukan setiap kali selesai mengadakan pengamatan, wawancara, tidak boleh

dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain dan ingatan seseorang itu

sifatnya terbatas (Moelong, 2007).

3.6. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari kegiatan penelitian dapat langsung diolah dan

selanjutnya dapat diinterpretaskan oleh peneliti. Data yang telah diperoleh

kemudian akan diolah dengan alur sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

Data-data yang diperoleh di lapangan dicatat atau direkam kedalam

bentuk sebuah narasi. Kemudian data yang telah didapatkan diberi komentar

oleh peneliti atas apa yang didapat selama melakukan kegiatan penelitian di

lapangan.

b. Kategorisasi dan mereduksi data

Data yang diperoleh berupa informasi penting terkait penelitian,

selanjutnya akan dikelompokan sesuai dengan topik permasalahan yang

dibahas yaitu Konflik Dalam Pelaksanaan Musrembang Desa Di Desa Sei

Alim Ulu. Reduksi data adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk

mengklarifikasikan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak berkaitan

dengan pokok persoalan.

c. Verifikasi data

Data yang telah dikumpulkan ditinjau kembali ke lapangan untuk

menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah

informan penelitian. Bila ada informasi yang kurang jelas atau kurang

34
Universitas Sumatera Utara
mendalam maka peneliti mulai kembali ke lapangan untuk mencari informasi

yang dibutuhkan.

d. Interpretasi data

Interpretasi merupakan menganalisis data-data yang telah

dikelompokan sesuai dengan obyek peneliti yang sedang dikaji. Pada

interpretasi inilah peneliti mulai memakai sudut pandangnya dalam mengkaji

dan mennganalisis data yang telah diperoleh.

e. Penarikan kesimpulan

Setelah tahap interpretasi selesai dilakukan maka dapat ditarik sebuah

inti atauapun benang merah atas permasalahan yang terjadi sehingga dapat

dijadwalkan jawaban atas masalah penelitian.

3.7. Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan merupakan perincian penggunaan waktu yang dilakukan

oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya hingga menyusun laporan hasil

penelitian. Adapun jadwal kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat

pada Tabel 3.1.

35
Universitas Sumatera Utara
Table 3.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No Jadwal Kegiatan Bulan Ke


1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pra Observasi √
2 ACC Judul √
3 Penyusunan √ √ √
Laporan Penelitian
4 Seminar Proposal √
5 Revisi Proposal √
Penelitian
6 Penelitian Lapangan √ √

7 Pengumpulan dan √ √
Interpretasi Data
8 Bimbingan √
9 Penulisan Laporan √ √
Skripsi
10 Revisi Penulisan √
Skripsi

3.8. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan Penelitian adalah hambatan-hambatan yang dihadapi peneliti

didalam melakukan penelitian di lapangan. Kesulitan atau hambatan yang dialami

peneliti dalam pembuatan skripsi antara lain: pengurusan surat rekomendasi dari

Kesbangpol Provinsi, saat melakukan wawancara mendalam terhadap informan

dikarenakan adanya keterbatasan waktu dalam proses wawancara yang

dikarenakan kesibukan informan sehari-hari. Peneliti juga mengalami kesulitan

dalam membuat kata-kata yang bisa dipahami dan dimengerti pembaca. Walaupun

demikian peneliti akan berusaha melaksanakan kegiatan penelitian ini dengan

semaksimal mungkin agar data yang dihasilkan bersifat valid, serta manfaat dan

tujuan penelitian yang diinginkan bisa tercapai.

36
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Loksasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Desa Sei Alim Ulu

Berdasarkan data yang diperoleh dari profil Desa Sei Alim Ulu tahun 2017

dapat diketahui bahwa Desa Sei Alim Ulu merupakan salah satu desa yang

terletak di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan dengan luas daerah 821 Ha.

Dulunya desa ini bernama Desa Sungai Alim Ulu

Pemerintahan Desa Sei Alim Ulu sendiri berdiri pada tahun 1982 hingga

saat ini. Dalam perkembangannya, tercatat sudah 4 kali Pemerintah Desa Sei Alim

Ulu melakukan pergantian kepemimpinan yang dalam hal ini Kepala Desa sebagai

pimpinan tertinggi dari pemerintahan desa. Berikut nama-nama Kepala Desa Sei

Alim Ulu dari Tahun 1982 sampai saat ini : Dahlan Lubis menjabat pada tahun

1982-1993, setelah dua kali menjabat sebagai Kepala Desa Dahlan Lubis

digantian oleh MZ Saidin Butar Butar menjabat pada tahun 1993- 2001, kemudian

Mahmudin menjabat pada tahun 2001-2006, selanjutnya Mahmudi digantikan

oleh Zuprizal Lubis (anak dari Dahlan Lubis) sebagai Kepala DesaSei Alim Ulu

tahun 2007-20012. Pada pemilihan Kepala Desa Sei Alim Ulu Periode 2013-2019,

Zuprizal Lubis kembali terplih menjadi kepala desa untuk kedua kalinya

(RPJMDES Desa Sei Alim Ulu tahun 2015-2020).

37
Universitas Sumatera Utara
KEPALA DESA
Zuprizal Lubis

SEKRETARIS DESA
Suryani

KAUR KAUR KAUR KAUR KAUR


UMUM Pemeritahan KESRA Keuangan Pembangunan
Nurhayati Sumiati Sutrisno Kartika Novi Tinnezia

KADUS KADUS KADUS KADUS KADUS KADUS


I III IV V VI
Bowo II Syamsul Warjo Suroto
Herry Poniran

Gambar 4.1 Bagan Struktur Pemerintahan Desa Sei Alim Ulu Kecamatan Air
Batu Kabupaten Asahan (RPJMDES Desa Sei Alim Ulu, 2015-2020).

4.1.2. Kondisi Geografis Desa Sei Alim Ulu

Desa Sei Alim Ulu masuk dalam wilayah Kecamatan Air Batu Kabupaten

Asahan dan merupakan ibukota dari Kecamatan Air Batu. Pusat Pemerintahan

Kecamatan Air Batu (Kantor Camat Air Batu) terletak di Dusun II Desa Sei Alim

Ulu yang berada persis di jalan Lintas Sumatera, sedangkan Kantor Kepala Desa

berjarak ± 1 Km arah Barat dari Kantor Camat Air Batu.

Berikut ini adalah batas administrasi Desa Sei Alim Ulu dengan wilayah lainnya:

38
Universitas Sumatera Utara
- Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Maria Kecamatan Teluk Dalam serta

Jalan Lintas Utara

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Perkebunan Air Batu III/IX

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Desa Perkebunan I/II dan Desa Air

Teluk Hesa

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Rahuning Kecamatan Rahuning

Perkebunan Air Batu III/IX

Gambar 4.2. Peta Desa Sei Alim Ulu

Sumber: Profil Desa Sei Alim Ulu

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, sekitar ± 724 Ha luas

daerah Desa Sei Alim Ulu merupakan lahan perkebunan rakyat dan ± 85 Ha

merupakan pemukiman/perumahan sisanya ± 12 Ha merupakan lahan

perkantoran/saranan sosial. Penduduk Desa Sei Alim Ulu sebagian besar bermata

pencaharian sebagai petani dan pedagang, sebagian dari mereka merangkap

sebagai karyawan perkebunan, buruh tani, tukang bangunan, buruh bangunan,

usaha kios, dan usaha ternak.

39
Universitas Sumatera Utara
4.1.3. Sarana dan Prasarana Desa

Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam

mencapai tujuan. Sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak, seperti

komputer, mesin-mesin, dan lain-lain. Prasarana adalah segala sesuatu yang

menjadi penunjang utama dalam terselenggaranya pembangunan. Prasarana

ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak, seperti gedung.

4.1.3.1. Sarana Kantor Desa

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, sarana kantor Desa Sei

Alim Ulu sudah cukup lengkap dan dalam kondisi yang baik. Bangunan kantor

desa Sei Alim Ulu sendiri terbilang cukup bagus untuk sebuah kantor desa, sarana

prasarana didalamnya juga mampu memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi

pemerintah desa dan masyarakat Desa Sei Alim Ulu. Berikut Sarana yang ada di

kantor Desa Sei Alim Ulu : Komputer berjumlah 2 unit, Printer berjumlah 1 unit,

Mesin Tik berjumlah 1 unit, Kursi berjumlah 100 unit, Lemari berjumlah 4 unit,

Meja berjumlah 7 unit, kipas angin 4 unit.

4.1.3.2. Sarana Transportasi

Masyarakat di Desa Sei Alim Ulu paling banyak menggunakan sarana

transportasi pribadi seperti sepeda motor dalam menjalankan aktivitasnya.

Beberapa masyarakat juga ada yang menggunakan mobil pribadi, desa ini juga

sudah dilewati oleh angkutan umum yang terkadang digunakan untuk berpergian

jauh ataupun dekat seperti ke kota Kisaran yang merupakan Ibu Kota Kabupaten

Asahan, ke Kecamatan Air Teluk Dalam dan desa lainnya yang berada di

perbatasan Administrasi desa. Namun, angkutan umum hanya melewati jalan

utama atau jalur lintas daerah saja tidak masuk mengelilingi desa.

40
Universitas Sumatera Utara
4.1.3.3. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan, salah

satu indikator untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik dan status sosial

dimasyarakat ialah melalui pendidikan dimana pendidikan dapat memberikan

kehidupan yang lebih baik dimasa depan. Adapun prasarana pendidikan yang ada

di Desa Sei Alim Ulu terdiri dari :

- Dua Taman Kanak-kanak (TK)/ Raudhatul Athfal

- Dua Sekolah Dasar (SD).

- Dua Sekolah Menengah Pertama

- Tiga Sekolah Menengah Atas (RPJMDES Desa Sei Alim Ulu, 2015-2020).

Para remaja desa jika ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan Sarjana

maka harus keluar desa. Universitas terdekat yang ada di sekitar Desa Sei Alim

Ulu adalah Universitas Asahan yang terletak di Kisaran Ibu Kota dari Kabupaten

Asahan dengan waktu tempuh ± 45 menit dari desa.

4.1.3.4. Prasarana Kesehatan


Desa Sei Alim Ulu sendiri telah memiliki beberapa sarana kesehatan

yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat. Prasarana Kesehatan yang ada di Desa

Sei Alim Ulu antara lain sebagai berikut : Puskesmas berjumlah 1 unit, Posyandu

berjumlah 4 unit, Bidan Desa berjumlah 2 orang (RPJMDES Desa Sei Alim Ulu,

2015-2020). Prasarana kesehatan yang ada di Desa Sei Alim Ulu cukup memadai

dan masyarakat desa kerap memanfaatkan Puskesmas untuk memeriksa kesehatan

saat sakit.

41
Universitas Sumatera Utara
4.1.3.5. Prasarana Peribadatan

Keberadaan prasarana peribadatan di desa menjadi hal penting dalam

menciptakan masyarakat yang agamis. Desa Sei Alim Ulu sendiri telah memiliki

beberapa prasarana peribadatan berupa rumah ibadah untuk menunjang kegiatan

keagamaan masyarakat setempat. Desa Sei Alim Ulu sendiri memiliki sarana

peribadatan penunjang kegiatan keagamaan, antara lain 5 bangunan Mesjid dan 4

bangunan Musholla (RPJMDES Desa Sei Alim Ulu, 2015-2020). Desa Sei Alim

Ulu tidak memiliki rumah ibadah Gereja karena memang mayoritas masyarakat

Desa Sei Alim Ulu beragama muslim. Sedangkan warga yang beragama non-

muslim biasanya beribadah diluar desa.

4.1.4. Gambaran Penduduk Desa Sei Alim Ulu

4.1.4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Total penduduk di Desa Sei Alim Ulu berjumlah 5.520 jiwa dengan

jumlah Kepala Keluarga (KK) 1.458 KK. Penduduk berjenis kelamin laki-laki

berjumlah 2.751 jiwa, sedangkan penduduk berjenis kelamin perempuan

berjumlah 2.769 jiwa. Hal tersebut menunjukan bahwa presentase jumlah

penduduk laki-laki lebih kecil yaitu 49% dari pada presentase jumlah penduduk

perempuan yang lebih besar yaitu 51%.

Penduduk Desa Sei Alim Ulu tersebar di 6 Dusun dan kebanyakan Kepala

Keluarga (KK) berjumlah 27.16% terkonsentrasi di Dusun I, untuk lebih jelas

dapat dilihat pada Tabel 4.1. dan 4.2.

42
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1.
Sebaran Jumlah Penduduk Menurut Dusun
NO Nama Kepala Keluarga
Dusun Jumlah %
1 Dusun I 396 27.16
2 Dusun II 240 16.4
3 Dusun III 205 14.06
4 Dusun IV 302 20.71
5 Dusun V 197 13.5
6 Dusun VI 118 8.09
Jumlah 1.458 100,00
Sumber: laporan bulanan kependudukan Desa Sei Alim Ulu
Mei 2017
Perseberan penduduk yang ada di 6 dusun Desa Sei Alim Ulu dapat dilihat pada
Tabel 4.2, jika dilihat jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Dusun 1
merupakan dusun yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dengan presentasi
penduduk laki-laki sebanyak 646 jiwa, dan penduduk berjenis kelamin
perempuan sebanyak 658 jiwa.
Tabel 4.2.
Sebaran Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Dusun
No Nama Laki-laki Perempuan Penduduk
Dusun Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Dusun I 646 23.48 658 23.76 1304 23.6
2 Dusun II 449 16.33 465 16.80 914 16.5
3 Dusun III 358 13.01 338 12.20 696 12.6
4 Dusun IV 537 19.52 551 19.90 1088 19.6
5 Dusun V 345 12.54 327 11.81 672 12.1
6 Dusun VI 416 15.12 430 15.53 846 15.6
Jumlah 2751 100,00 2769 100,00 5520 100,00
Sumber: Sumber: laporan bulanan kependudukan Desa Sei Alim Ulu Mei 201

4.1.4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Jumlah penduduk yang ada di Desa Sei Alim Ulu sebanyak 5520 jiwa jika

dilihat dari presentasi berdasarkan umur maka sebagian besar penduduk berada

pada usia 22-51 tahun ke atas. Seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.3.

43
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

NO Kelompok Penduduk
Berdasarkan Umur Jiwa %
1 0-5 103 1.86
2 6-11 562 10.18
3 12-14 331 5.99
4 15-17 317 5.74
5 18-21 449 8.13
6 22-3- 953 17.2
7 31-40 991 17.95
8 41-50 718 13.1
9 51 keatas 1096 19.85
Jumlah 5520 100
Sumber: laporan bulanan kependudukan Desa Sei Alim Ulu, Mei 2017

4.1.4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnis

Desa Sei Alim Ulu merupakan desa yang homogen karena penduduk yang

tinggal di desa ini kebanyakan berasal dari etnis yang sama. Namun memang ada

beberapa etnis lain yang tinggal di desa ini tetapi jumlahnya tidak banyak.

Komposisi Desa Sei Alim Ulu berdasarkan kelompok etnis dapat dilihat pada

Tabel 4.4.

Tabel 4.4.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnis

No Etnis/Suku Jumlah %
1 Jawa 4.125 jiwa 74
2 Batak 690 jiwa 12.5
3 Malayu 75 jiwa 1.3
4. Aceh 18 jiwa 0.3
5 Minang 55 jiwa 0.9
6 Kalimantan 75 jiwa 1.3
7 Lain-lain 482 jiwa 8.73
Jumlah 5.520 jiwa 100
Sumber: Laporan Bulanan Kependudukan Desa Sei
Alim Ulu, Mei 2017

Berdasarkan Tabel 4.3. mayoritas penduduk Desa Sei Alim Ulu ber-etnis

Jawa tercatat dengan jumlah 4.125 jiwa. Kebanyakan masyarakat di Desa Sei

44
Universitas Sumatera Utara
Alim Ulu ini tinggal secara turun-temurun, karena memang sejak kecil mereka

tinggal di desa ini, bahkan beberapa dari warga ada yang menikah dengan warga

Desa Sei Alim Ulu dan tinggal di Desa Sei Alim Ulu.

4.1.4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Tidak hanya dalam hal etnis saja, namun dalam komposisi penduduk

berdasarkan agama yang dianut terlihat bahwa mayoritas masyarakat Desa Sei

Alim Ulu beragama Islam dengan jumlah 5.349 jiwa, sedangkan masyarakat yang

beragama Protestan berjumlah 134 jiwa, beragama Katolik 15 jiwa dan beragama

Budha 22 Jiwa. Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut di Desa Sei

Alim Ulu dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.5.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut

No Agama Jumlah %
1 Islam 5.349 96.9
2 Protestan 134 2.4
3 Katolik 15 0.2
4 Budha 22 0.3
Jumlah 5.520 jiwa 100
Sumber: Laporan Bulanan Kependudukan Desa Sei Alim
Ulu, Mei 2017

45
Universitas Sumatera Utara
4.2 Profil Informan

1. Nama : Ilmi Hamdani Wibowo

Umur : 36 tahun

Pendidikan terakhir: Madrasah Aliyah/ SMA

Pendapatan : Rp. 4.000.000

Bapak Ilmi Handayani Wibowo ini kerap disapa dengan panggilan bapak

Bowo adalah warga Desa Sei Alim Ulu yang bertamatan pendidikan terakhir

setara Aliyah bertempat tinggal di Dusun I Bapak Bowo merupakan Suami dari

Ibu Suryani yang merupaka Sekretaris Desa Sei Alim Ulu, diusianya yang kini

menginjak 36 tahun pak Bowo juga menjabat sebagai Kepala Dusun I kurang

lebih selama 8 tahun. Pak bowo juga bekerja sebagai petani, dari pekerjaannya

bapak Bowo mendapat penghasilan sekitar Rp 4.000.000 (Empat Juta Rupiah)

perbulannya.

Dilain sisi sebagai Kadus bapak Bowo juga merupakan anggota sekaligus

sebagai pencetus berdirinya kelompok tani dan sudah memiliki perizinan

berbadan hukum. Selama masa jabatan sebgai Kadus pak Bowo sudah

menerapkan sitem RT untuk wilayah Dusun I dikarenakan jumlah masyarakat

yang cukup banyak berkisar 396 KK atau 1304 jiwa yang bertujuan agar

memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatan secara bersama dan

memudahkan masyarakat untuk mengurusi kepentingan masyarakat sehingga

terciptanya solidaritas yang tinggi dan tercipta rasa saling membutuhkan dan

memiliki bersama. Kondisi ini menjadikan Dusun Satu sebagai dusun percontohan

untuk Desa Sei Alim Ulu.

46
Universitas Sumatera Utara
2. Nama : Herry Sitorus

Umur : 42 tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Pendapatan : Rp 4.000.00

Bapak Herry Sitorus adalah warga Desa Sei Alim Ulu yang berumur 42

tahun dan tinggal di Dusun II. Beliau merupakan seorang Wiraswastawan

sekaligus sebagai Kepala Dusun II yang berlatar belakang pendidikan terahir

tingkat SMA. Dari pekerjaan sebagai Wiraswastawan dan juga sebagai Kepala

Dusun, Bapak Herry memiliki pendapatan kurang lebih sebanyak Empat Juta

Rupiah perbulannya sudah ditambahkan dengan gaji dari menjaadi Kadus sebesar

Sembilan Ratus Ribu Rupiah. Masa jabatan Bapak Herry Sitorus menjadi Kepala

Dusun sudah tiga tahun sejak tahun 2014 hingga kini.

3. Nama : Legian

Umur : 40 tahun

Pendidikan Terakhir : SMK

Pendapatan : Rp 3.000.000

Bapak Legian adalah warga yang tinggal di Dusun III Desa Sei Alim Ulu.

Pak Legian berumur 40 tahun merupakan seorang karyawan perkebunan dengan

tamatan pendidikan terakhir SMK dari sebagai karyawan perkebunan Pak Legian

memperoleh pendapatan kurang lebih Tiga Juta Rupiah perbulannya. Pak legian

selama tujuh bulan belakangan ini menjabat sebagai Kepala Dusun III yang

bertugas sebagai pengganti Kadus yang sebelumnya ialah Bapak Syamsul yang

mengundurkan diri dan tidak lagi menetap sebagai warga Desa Sei Alim Ulu. Pak

47
Universitas Sumatera Utara
Legian sebelum menjadi Kadus terlebih dahulu harus mengikuti seleksi yang

diadakan Kepala Desa untuk menjadi Kepala Dusun di Dusun III.

4. Nama : Poniran

Umur : 63 tahun

Pendidikan Terakhir : SMP

Pendapatan : Rp 2.000.000

Bapak Poniran adalah warga yang tinggal di Dusun IV Desa Sei Alim Ulu

yang berumur 63 tahun dengan latar belakang pendidikan terakhir SMP dan

berprofesi sebagai petani, dari pekerjaan sebagai petani dan juag sebagai Kepala

Dusun di Dusun II Desa Sei Alim Ulu, Bapak Poniran memiliki pendapatan

kurang lebih sebanyak Dua Juta Rupiah perbulannya sudah ditambahkan dengan

gaji dari menjaadi Kadus sebesar Sembilan Ratus Ribu Rupiah.

Masa jabatan sebagai Kadus sudah Dijalani selama hampir 16 tahun,

selama menjabat Pak Poniran kerap menjadi perwakilan saat adanya berbagai

penyuluhan yang diadakan di desa seperti peyuluhan dibidang pertanian, dan

peternakan. Pak Poniran juga kerap dilibatkan dalam tim evaluasi ketika ada

kegiatan pembangunan didaerah Desa Sei Alim Ulu, selama masa tugasnya Pak

Poniran merasa sudah banyak perkembangan yang ada di Dusun IV terlebih lagi

dalam masalah pembangunan sarana dan prasarana umum yang digunakan secara

bersama oleh masyarakat.

5. Nama : Warjo

Umur : 58 tahun

Pendidikan Terakhir : SMP

Pendapatan : Rp 3.000.000

48
Universitas Sumatera Utara
Bapak Warjo adalah warga yang tinggal di Dusun V Desa Sei Alim Ulu,

beliau saat ini usia beliau 58 tahun dan bekerja sebagai wiraswatawan dengan

tingkat pendidikan terakhir di jenjang SMP, dari mata pencaharian beliau

mendapat penghasilan sebesar Tiga Juta hingga Empat Juta Rupiah perbulannya.

Bapak Warjo disamping bekerja sebagai wiraswastawan beliau adalah Kepala

Dusun V yang sudah menjalankan tugasnya selama 15 tahun.

Bapak Warjo merupakan sosok yang hangat, ramah dan senang berbagi

pengalaman kepada setiap orang, Pak Warjo sempat ingin mengundurkan diri

menjadi Kadus namun masyarakat Dusun V masih memberikan kepercayaan

kepada beliau agar tetap menjadi Kadus dikarenakan mudahnya berkomunikasi

dan merupakan sosok yang kritis demi kemajuan desa Khusunya Dusun V. Pak

Warjo pernah menjadi perwakilan Kabupaten Asahan dalam pelatihan dan

pendampingan kegiatan KUBE atau kelompok usaha bersama yang dilaksanakan

di Kota Padang tahun 2013.

6. Nama : Suroto

Umur : 66 tahun

Pendidikan Terakhir : SD

Pendapatan : Rp 2.500.000

Bapak Suroto adalah Kepala Dusun VI Desa Sei Alim Ulu yang berumur

66 tahun dan beliau sudah menjadi Kadus selama 10 tahun. Pak Suroto memiliki

latar belakang pendidikan terakhir yaitu SR atau kini disebut SD, adapun

pekerjaan dari Pak Suroto sebagai petani dengan penghasilan kurang lebih selama

sebulan berjumlah Dua Juta Lima Ratus Ribu Rupiah.

49
Universitas Sumatera Utara
Bapak Suroto juga merupakan ketua dari kelompok tani yang berada di

Dusun VI, beliau menjadi perwakilan yang sering mengikuti kegiatan yang ada di

desa dikarenakan jarak ataupun lokasi Dusun IV merupakan lokasi yang terjauh

dan berpenduduk paling sedikit dibandingkan dengan dusun lain yang ada di Desa

Sei Alim Ulu. Sebagaian besar masyarakat Dusun IV juga menempati lokasi yang

sudah memasuki perbedaan wilayah dengan Desa Sei Alim Ulu.

7. Nama : Poniman

Umur : 45 tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Pendapatan : Rp 3.000.000

Bapak Poniman adalah warga yang tingal di Dusun III Desa Sei Alim Ulu,

beliau kini berusia 45 tahun dengan memiliki latar belakang pendidikan terakhir

SMA adapun pekerjaan yang dilakukan oleh beliau yaitu sebagai karyawan

perkebunan disamping itu beliau juga memiliki kerja sampingan dengan

berdagang. Bapak Poniran adalah katua dari LPM yang ada di Desa Sei Alim Ulu,

LPM ini adalah sebuh lembaga pemberdayaan masyarakat. Beliau menjabat

sebagai ketua LPM satu tahun. Jabatan beliau sebelumnya ialah sebagai wakil

ketua LPM yang kini menggantikan bapak Syahrizal sebagai ketua LPM,

sementara itu bapak Poniman sudah menjadi anggota LPM sudah sejak lama

selagi beliau masih muda, namun dengan jabatan yang berbeda yaitu sebagai

pemuda olahraga dan seni budaya.

Sebagai ketua LPM Pak Poniman melakukan koordinasi secara terus-

menerus dengan anggota LPM untuk menyusun rencana pembangunan

mengkoordinasi jalannya setiap kegiatan yang ada di desa. Posisi sebagai ketua

50
Universitas Sumatera Utara
LPM juga mewajibkan beliau untuk mengikuti beberapa kegiatan pelatihan

ataupun kegiatan penyuluhan diantara salah satu kegiatan yang baru diikuti oleh

beliau ialah kegiatan yang diadakan oleh LAPPIM (Lembaga Pendidikan dan

Penelitian Indonesia Mandiri) yang berkaitan dengan musyawarah program desa

yang bersangkutan dengan pembangunan desa.

8. Nama : Syahrizal Barus

Umur : 42 tahun

Pendidikan Terakhir : S1

Pendapatan : Rp 4.500.000

Bapak Syahrizal Barus ialah warga Desa Sei Alim Ulu yang tinggal di

Dusun II, beliau merupakan seorang sarjana pendidikan yang kini berprofesi

sebagai Kepala Sekolah yang bertugas di SMP Swasta Daerah Air Batu, dari

pekerjaan yang dilakukannya beliau memperoleh pendapatan perbulan sebanyak

Empat Juta Lima Ratus Rupiah. Diusianya yang kini 42 tahun Bapak Syahrizal

memiliki tugas lainnya dipemerintahan desa sebagai Ketua KPMD, yaitu Kader

Pemberdayaan Masyarakat Desa. Beliau mengikuti proses pemilihan terlebih

dahulu untuk masuk menjadi KPMD dan dalam pemilihan yang dilaksanakan

pada musyawarah desa Bapak Syahrizal terpilih sebagai Ketua KPMD

Bapak Syahrizal selaku ketua KPMD memiliki tugas bersama dengan

kader lainnya ialah sebagai penggerak atau pendorong partisipasi masyarakat

untuk terlibat secara aktif dalam proses pembangunan desa dan swadaya gotong

royong. Beliau juga bertugas untuk mendampingi Kepala Desa dalam hal

pengelolaan dan pengorganisasian pembangunan desa. Beliau juga selalu

51
Universitas Sumatera Utara
mengikuti kegiatan pembekalan untuk KPMD dan juga penyuluhan-penyulahan

seperti mengenai dana desa dan penyuluhan penyusunan RPJMDes.

9. Nama : Zuprizal Lubis

Umur : 46 tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Pendapatan : Rp 4.000.000

Bapak Zuprizal Lubis adalah warga Desa Sei Alim Ulu yang bertempat di

Dusun III. Bapak Zuprizal yang dikenal dengan sapaan Pak Jup adalah Kepala

Desa dari Desa Sei alim Ulu yang ke-4 selain itu Pak Jub juga seorang

wiraswastan berumur 46 tahun yang berlatar belakang pendidikan terakhir tingkat

SMA, dari pekerjaanya sebagai wiraswasta beliau berpenghasilan sebesar Empat

Juta Rupiah

Bapak Zuprizal Lubis merupakan anak dari Dahlan Lubis yang merupakan

mantan Kepala Desa pertama di Sei Alim Ulu. Bapak Zuprizal Lubis menjabat

sebagai Kepala Desa Sei Alim Ulu periode pertama tahun 2007-20012 kemudian

pemilihan Kepala Desa Sei Alim Ulu Periode 2013-2019, beliau kembali terpilih

menjadi kepala desa untuk kedua kalinya. Sebagai Kepala Desa beliau harus

mengkoordinasi enam dusun yang ada di Desa Sei Alim Ulu dan meningkatkan

pembangunan desa melalui pembangunan berlandaskan kepentingan masyarakat.

Pak Jup memiliki pemahaman dalam pembangunan desa ke enam dusun yang ada

dengan cara menggilir proses pembangunan desa, dalam artian bahwa

diselesaikan terlebih dahulu proses pembangunan desa untuk satu dusun dan

bergilir ke dusun lain melalui tahap prirotas.

52
Universitas Sumatera Utara
10. Nama : Naimah

Umur : 42 tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Ibu Naimah kerap disapa Ibu Imah merupakan Ketua PKK Desa Sei Alim

Ulu yang merupakan istri dari Kepala Desa Bapak Zuprijal Lubis yang bertempat

tinggal di Dusun III. PKK merupakan singkatan dari Pemberdayaan Kesejahteraan

Keluarga, sebagai Ketua PKK Ibu Imah memiliki kader-kader PKK yang tersebar

dari Dusun I hingga Dusun VI. Ibu Naimah sudah sepuluh tahun menjadi Ketua

PKK meengikuti suaminya yang juga sudah sepuluh tahun menjadi Kepala Desa.

Beliau selalu mengupayakan untuk mengikuti setiap kegiatan yang digerakan oleh

tim PKK untuk mengetahui bagaimana perkembangan kegiatan yang

dilaksanakan, program apa saja yang bisa dilaksanakan.

11. Nama : Zainal

Umur : 52 tahun

Pendidikan terakhir : SMA

Pendapatan : Rp 3.500.000

Bapak Zainal adalah warga Desa Sei Alim Ulu yang tinggal di Dusun IV,

beliau biasa disapa dengan nama Pak Jey. Pak Jey saat ini berumur 52 tahun,

beliau merupakan pegawai kecamatan yang memiliki jabatan sebagai Kasi PMK

di Kecamatan Air Batu dan memiliki pendapatan sebesar tiga juta lima ratus ribu

rupiah, adapaun latar belakang pendidikan yang dimiliki Pak Jey adalah tingkat

SMA. Pak Jey bekerja di kantor Kecamatan Air Batu sejak tahun 2008 sebagai

Kasubag Umum, kemudian tahun 2009 beliau bertugas sebagai PJ PMK, dan

53
Universitas Sumatera Utara
selang waktu setahun kemudian yaitu tahun 2010 beliau diangkat menjadi Kasi

PMK hingga sekarang.

Pak Jey selaku Kasi PMK tentunya harus sering ikut dan telibat dalam

kegiatan ditiap desa, selaku Kasi PMK beliau menaungin beberapa desa yang

termasuk dalam wilayah Kecamatan Air Batu. Tugas yang diemban oleh Pak Jey

ialah melakukan pembinaan dan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat

serta sebagai fasilitator dan memfasilitasi setiap kegiatan pemberdayaan yang

diadakan di desa dan sebagai penanggung jawab atas kegiatan pemberdayaan di

desa.

12. Nama : Suryani

Umur : 40 tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Pendapatan : Rp 1.500.000

Ibu Suryani adalah warga Desa Sei Alim Ulu yang tinggal diwilayah

Dusun I. Beliau kerap disapa Ibu Yani adalah istri dari Bapak Bowo yang

merupakan Kadus Dusun I, beliau kini berumur empat puluh tahun. Ibu Yani

bekerja di kantor Desa Sei Alim Ulu sebagai Sekretaris Desa, beliau sudah bekerja

dari tahun 1982 sebagai Kaur Pemerintahan hingga tahun 2007 dimasa

kepemimpinan Kepala Desa Bapak Zuprizal Lubis beliau bertugas sebagai

Sekretaris Desa sampai sekarang. Tugas beliau sebagai Sekretaris adalah

membantu Kepala Desa dalam mempersiapkan dan melaksanakan pengelolaan

administrasi desa, mempersiapkan bahan penyusunan laporan penyelenggaraan

pemerintahan desa. Ibu Yani berlatar belakang pendidikan terakhir SMA namun

kini sedang mengikuti masa perkuliahan untuk tingkat sarjana.

54
Universitas Sumatera Utara
13. Nama : Sumiati

Umur : 30 tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Pendapatan : Rp 1.000.000

Ibu Sumiati adalah warga desa Sei Alim Ulu yang tinggal diwilayah

Dusun III. Ibu Sumiati saat ini berumur tiga puluh tahun, memiliki latar

pendidikan terahir tingkat SMA. Beliau bekerja di kantor Desa Sei Alim Ulu dari

tahun 2007 pada masa kepemimpinan Kepala Desa Bapak Zuprizal Lubis, sebagai

Kaur Pemerintahan sampai dengan sekarang. Bu Sumiati selaku Kaur

Pemerintahan memiliki tugas untuk membantu kepala desa dalam melaksanakan

pengelolaan administrasi kependudukan, pertanahan, pembinaan, ketentraman,

dan ketertiban masyarakat desa serta mempersiapkan bahan perumusan kebijakan

penataan, kebijakan dalam penyusunan produk hukum desa. Bu Sumiati memiliki

pendapatan sekitar satu juta rupiah perbulannya dari pekerjaannya.

14. Nama : Revi

Umur : 39 Tahun

Pendidikan terakhir : S1

Ibu Revi adalah warga Desa Sei Alim Ulu yang tinggal di Dusun III.

Beliau menetap di Desa Sei Alim Ulu sejak tahun 2010, Ibu Revi ini pindahan

dari Desa Sungai Kamah. Dia adalah seorang Ibu Rumah Tangga dengan dua

orang anak suaminya bekerja sebagai petugas PDAM. Sehari-hari ibu Revi

disibukan dengan kegiatan rumah dan menyiapkan segala kebutuhan keluarga.

Beliau kerap mengikuti kegiatan perwiritan yang diadakan seminggu sekali yaitu

setiap hari kamis yang berlangsung siang hari.

55
Universitas Sumatera Utara
4.3. Proses Pelaksanaan Kegiatan Musrenbang di Desa Sei Alim Ulu

Musrenbang Desa merupakan forum musyawarah yang diadakan tahunan

dimana para pemangku kepentingan (steakholder) berkumpul untuk membahas

mengenai rencana pembangun desa. Steakholder merupakan perwakilan

masyarakat yang hadir menyampaikan usulan atau rancangan pembangunan desa

yang sebelumnya telah dibahas bersama. Musrenbang Desa dilaksanakan setiap

satu tahun sekali dan biasanya dilaksanakan pada bulan awal tahun yaitu bulan

Januari.

Desa Sei Alim Ulu melaksanakan Musrenbang pada tanggal 11 Januari

2017, pemangku kepentingan yang hadir dalam Musrenbang Desa di Desa Sei

Alim Ulu diantaranya adalah para Kadus, Tokoh Masyarakat, Tokoh Perempuan,

Tokoh Agama dll. Untuk mendapatkan keberhasilan atas kegiatan Musrenbang

Desa, maka diharapkan masyarakat berperan aktif dalam mengikuti rangkaian

kegiatan Musrenbang Desa terutama pada pengajuan usulan pembangunan desa

guna memperbaiki kondisi desa dan meningkatkan pembangunan desa dan

menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat yang tinggal di Desa Sei Alim Ulu.

Adapun tahapan yang dilakukan dalam proses pelaksanaan kegiatan Musrenbang,

yakni: (1) Sosialisasi, (2) penjaringan aspirasi masyarakat.

4.3.1. Sosialisasi Pelaksanaan Musrenbang Desa di Desa Sei Alim Ulu

Pelaksanaan Musrenbang di Desa Sei Alim Ulu tahun 2017, diawali

dengan sosialisasi secara terbuka kepada masyarakat desa. Sosialisasi dilakukan

dengan beberapa tahapan yaitu:

56
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3. Bagan Proses Sosialisasi Musrenbang Desa

KABUPATEN KECAMATAN

ASAHAN AIR BATU

DESA

SEI ALIM ULU

Dusun Dusun Dusun Dusun Dusun Dusun

I II III IV V VI

Sumber: hasil penelitian dan wawancara dengan aparatur desa,


dan Kasi PMK Kecamatan Air Batu.

Tahap Sosialisasi yang dilakukan secara menurun diawali dengan adanya surat

edaran yang diberikan kepada kecamatan untuk menugaskan pada desa agar

melaksanakan Musrenbang Desa, kemudian desa menginformasikan pada tiap

dusun melalui kadus serta dari dusun memberikan informasi pada masyarakat

setempat. Tahapan sosialisasi dijelaskan oleh Bapak Zaenal selaku Kasi PMK

yang bertanggung jawab sebagai Koordinator Musrenbang Desa.

“…..sebelum kita melaksanakan Musrenbang Desa itu ada yang


namanya sosialisasi mengenai kapan akan dilaksanakan, jadi
pertama kita dari kecamatan itu dapet surat dari kabupaten isi
suratnya menyatakan bahwa Musrenbang Desa sudah bisa
dilaksanakan diminggu kedua bulan Januari. Setelah itu dari tim
kecamatan menentukan tanggal dulu untuk masing-masing desa
yang ada dikecamatan ini tanggal berapa bisa Musrenbang,
sudah ada pembagian tanggal selanjutnya kita datang ke desa
menginformasikan tanggal berapa Musrenbang dan menugaskan
desa untuk sosialsiasi sama masyarakat yang ada ditiap dusun.
Desa Sei Ali ini kita jadwalkan sebagai pembuka pelaksanaan
Musrenbang Desa tanggal 11 Januari untuk teknis sosialisasi ke

57
Universitas Sumatera Utara
dusun itu kita bebaskan kebijakan desa bagaimana…..” (Hasil
wawancara 19 Juli 2017).

Hal serupa juga dikatakan oleh Ibu Suryani selaku Sekretaris Desa bahwa

terdapat beberapa tahapan dalam melakukan sosialisasi pelaksanaan Musrenbang

Desa.

“…..Sebelum Musrenbang kita dapat surat edaran dari


kecamatan tentang jadwal pelaksanaan, nah desa kita ditugaskan
melaksanakannya tanggal 11 januari 2017, perwakilan
kecamatan datang ke desa untuk menyampaikan perihal tanggal
dan waktu serta sistematika pelaksanaanya. Setelah kecamatan
menginformasikan selanjutnya kita memanggil tiap Kadus dan
menginformasikan mengenai jadwal Musrenbang nah tugas
kaduslah mensosialisasikan sama warga ditiap dusun kadang
mereka mengumumkan dikegiatan wirid atau memang
mengumpulkan warga…..” ( Hasil wawancara 25 Juli 2017).

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Cristian (2013) “Studi

Tentang Pelaksanaan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDES) Tahun 2013

Di Desa Loa Janan Ulu Kecamatan Loa Janan” bahwa sosialisasi dilakukan untuk

memberitahukan Peraturan Desa dan peraturan pelaksanaannya kepada

masyarakat oleh pemerintah desa. Materi sosialiasasi adalah lampiran SK RKP

Desa yang memuat program dan kegiatan tahun bersangkutan. Media sosialisasi

RKP Desa disesuaikan dengan kondisi masing-masing desa. Beberapa alternatif

media sosialisasi yang bisa digunakan antara lain forum masyarakat baik formal

maupun non formal, poster RKP Desa dan APB Desa, papan informasi desa,

papan informasi dusun/RW/RT, dan sebagainya.

Dari proses sosialisasi yang dilakukan menggambarkan bahwa

Musrenbang Desa adalah salah satu bentuk kegiatan pembangunan desa yang

penting dan diperlukan peran aktif dari masyarakat untuk tahu serta berpartisipasi

dalam Musrenbang Desa. Dengan demikian proses pelaksanaan Musrenbang Desa

58
Universitas Sumatera Utara
menerapkan sistem keterwakilan dan keterbukaan, dalam arti setiap proses dan

tahapannya dapat dilihat dan diketahui secara langsung oleh masyarakat Desa Sei

Alim ulu. Mayarakat paham bahwa tujuan dari Musrenbang Desa untuk

mengumpulkan aspirasi masyarakat berkaitan dengan pembangunan desa.

4.3.2. Perumusan Usulan Rencana Pembangunan Tingkat Dusun

Tahapan perumusan usulan rencana pembangunan desa dilakukan setelah

adanya proses sosialisasi yang telah dilaksanakan dari petugas desa pada pengurus

dusun atau melalui Kadus. Usulan rencana pembagunan desa diperoleh dari

masyarakat yang ada di tiap dusun, mereka mengusulkan rencana pembangunan

dengan melihat apa saja potensi atau kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

pembangunan desa. Proses perumusan usulan ditiap dusun dilakukan dengan cara

bermufakat namun dengan beberapa cara diantaranya ada yang melalui

Perwiritan, mengumpulkan masyarakat di rumah Kadus, ada juga yang

memanggil perwakilan masyarakat ditiap dusun.

1. Pelaksanaan rembukan Dusun I

Bapak Bowo selaku Kadus Dusun I mengumpulkan masyarakat melalui

perwakilan masyarakat yang ada di Dusun I, musyawarah dusun dilaksanakan

setelah Bapak Bowo menerima informasi yang berkaitan dengan jadwal

pelaksanaan kegiatan Musrenbang Desa.

“…..saya setelah dipanggil ke desa dan diberitahukan tentang


jadwal pelasanaan Musrenbang Desa terus saya panggil ketua
RT karena kami di Dusun I sudah punya 3 RT untuk wilayah
yang ada di Dusun I, saya panggil mereka dan menyampaikan
informasi setelah itu mereka membentuk rembukan nah hasil
dari rembukan ditiap RT itu kita rapatkan lagi dirumah saya
perwakilan RT dan 3 orang masyarakat dari tiap RT tokoh
agama anggota LPM ada anggota KPMD juga hadir dirumah
saya. Kita bahas apa saja yang sudah diusulkan kemudian kan

59
Universitas Sumatera Utara
kita punya prioritas ada 3 prioritas utama yang kita bahas
untuk Dusun I dan beberapa usulan lain yang kita sepakati…..”
(Hasil wawancara 21 Juli 2017).

Penjaringan usulan melalui kelompok-kelompok kecil seperti disampaikan Ketua

Dusun Satu melalui RT dirasa cukup efisien karena dianggap sudah mampu

menjadi keterwakilan dari masyarakat. Pengambilan keputusan atas pengusulan

yang diajukan dilakukan dengan melihat kebutuhan yang pembangunan di dusun

serta tingkat ataupun manfaat kegunaan hasil pembangunan.

“…..jadi gini dek tiap dusun itu kita dibebaskan mau apa saja
yang diusulkan tapi ada dipilih menjadi tiga prioritas utama
untuk Musrenbang Desa karena tidak semuanya bisa dipenuhi.
Kita rundingkan lagi seperti RT 1 itu minta untuk dibuat bedah
rumah ada lagi dari RT 2 mengusulkan untuk pembangunan
lapem, RT 3 pembuatan drainase, ada yang mengusulkan untuk
pemberian bantuan bibit sapu/kambing banyak usulan itu baru
dari perwakilan RT saja tokoh agama juga mengusulkan, jadi
kita buatlah namanya tabel permasalahan disitu kita liat mana
yang lebih banyak kegunaan dan manfaat siapa saja yang bisa
memanfaatkannya….” (Hasil wawancara 21 Juli 2017).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penelti, bahwa Kadus Dusun

I menggunakan tabel prioritas dalam memilih beberapa usulan yang akan

dijadikan sebagai usulan prioritas untuk diajukan sebagai usulan rencana

pembangunan desa, tujuannya adalah untuk mempermudah dalam penentuan

usulan prioritas. Adapun beberapa usulan yang dirancang dapat dilihat pada Tabel

4.6.

60
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6.
Contoh Pemilihan Prioritas Usulan Musrenbang Desa Dusun I

NO Usulan Pembangunan Tingkat Kebutuhan


Desa RT 1 RT 2 RT3
1 Pembuatan Drainase 10 10 10
2 Bedah Rumah 5 8 6
3 Bangun Posyandu 6 5 7
4 Lapem 10 10 10
5 Bibit Ternak dan bantuan 8 7 5
modal
6. Bantuan APE paud 8 6 7
7 Bantuan Nasyid 7 7 7
8 Pelatihan Karang Taruna 5 5 5
9 Pembangunan gedung 7 7 7
Paud Salsabila
10 Penyuluhan Narkoba 7 6 6
Sumber: Hasil wawancara dengan Kepala Dusun I Bapak Bowo

Table 4.6. menampilkan bagaimana cara menetukan prioritas utama pada usulan

yang telah diajukan, dari sepuluh usulan yang diajukan kemudian terpilih menjadi

empat usulan priotitas utama sangat dibutuhkan sedangkan tujuh usulan termasuk

dalam prioritas dibutuhkan. Tabel 4.7 menggambarkan usulan proritas sangat

dibutuhkan dan dibutuhkan yang diajukan pada pelaksanaan Musrenbang Desa.

61
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7.
Hasil Usulan Rencana Pembangunan Desa, Dusun I

NO Usulan Pembangunan Prioritas Volume


Desa
1 Pembuatan Drainase Sangat
Dibutuhkan
2 Bedah Rumah Dibutuhkan 10 unit
3 Bangun Posyandu Dibutuhkan 1 unit
4 Lapem Sangat 3X1.600 m
Dibutuhkan
5 Bibit Ternak dan modal Sangat 30.000.000
kelompok SPP melati Dibutuhkan
6. Bantuan APE paud Sangat 10.000.000
dibutuhkan
7 Bantuan Nasyid dibutuhkan 20.000.000
8 Pelatihan Karang Taruna dibutuhkan 5.000.000
9 Pembangunan gedung dibutuhkan 1 unit
Paud Salsabila
10 Penyuluhan Narkoba dibutuhkan
Sumber: Hasil wawancara bersama Kadus Dusun 1

2. Pelaksanaan rembukan Dusun II

Berbeda dengan Dusun I, pengumpulan usulan rencana pembangunan desa

dilaksana dengan mengundang secara langsung pada masyarakat dan berkumpul

di rumah Kadus dilakukan oleh Dusun II, Dusun III, dan Dusun VI. Penuturan

tersebut diungkapkan oleh Kadus Dusun II dalam wawancara yang dilakukan

bersama peneliti.

“…..biasanya rembukan ditingkat dusun ini khususnya di Dusun


II diadakan di rumah saya sebagai Kadus, jadi saya datengin
warga ada yang saya datangi ke rumah, terkadang masyarakat ini
sore-sore suka ngumpul apalagi wilayah Dusun II ini lokasi
tempat orang jualan jadi kadang disatu tempat ramai masyarakat
berkumpul nah disitulah saya undang mereka. Undangan melalui
lisan saja, saya juga meminta masyarakat yang sudah saya
informasikan untuk kembali menginformasikan pada yang lainnya
untuk hadir ke rumah membahas usulan rencana pembangunan
desa. Krgiatan rembukan dilakukan pada malam hari baada
magrib…..”(Hasil Wawancara 22 Juli 2017)

62
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari presentase kehadiran masyarakat pada pelaksanaan rembukan di

Dusun II tidak terlalu banyak, hal ini dikarenakan lokasi Dusun II yang

merupakan daerah berjulana/berwira usaha menyebabkan masyarakat lebih

mengutamakan berdagang.

“…..kehadiran warga tergolong biasa saja tidak terlalu banyak


dan juga gak terlalu sedikit. Cobalah kita lihat warga Dusun II
banyak yang berjualan jadi harus menjaga took ada yang jualan
makanan dll gitulah, akan tetapi rembukan masih kita laksanakan
karena menurut saya hal itu gak jadi masalah yang besar sampai
harus kita batalkan rembukn itu…..” (Hasil wawancara 22 Juli
2017)

Rembukan usulan rencana pembangunan desa di Dusun II dihadiri juga

oleh perwakilan LPM bertugas untuk monitoring sejauh mana perkembangan

rembukan yang diadakan dan ikut memberikan masukan terkait dengan usulan

rencana pembangunan desa. Beberapa usulan rencana pembangunan Desa telah

dibuat oleh Dusun II dan diajukan pada saat pelaksanaan Musrenbang Desa, untuk

dapat lebih jelas mengenai usulan yang dibuat dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.8.
Usulan Rencana Pembangunna Desa, Dusun II
No Usulan Pembangunan Desa Volume
1 Pembangunan saung posyandu 1 unit
2 Bantuan ternak kambing 4 kelompok
3 Bantuan bibit ikan lele sangkuriang 4 kelompok
4 Lnjutan gorong-gorong
5 Rapat beton dan drainase Jln Amal 2,5 X 270 m
6 Rapat beton Jln. Wakaf 2 X 125 m
Sumber: Hasil wawancara bersama Kepala Dusun II, Bapak Herry

Pada rembukan yang berada di Dusun II tidak membagi usulan secara

prioritas, Kadus menganggap bahwa usulan yang diajukan memang benar-benar

dibutuhkan.

63
Universitas Sumatera Utara
“…..usulan yang kita ajukan ini tidak kita buat secara prioritas
karena ini yang rembukan dengan warga saja, sementara dilokasi
Dusun II ada beberapa sekolah yang mungkin nanti rencana
pembangunan atau perbaikan sekolah diajukan dari pihak
perwakilan guru. Karena menurut kami usulan itu semua penting
dan sangat dibutuhkan, jadi biarla nantinya di tingkat desa saja
kita lihat prioritasnya…..”(Hasil wawancara 22 Juli 2017)

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dusun II yaitu Bapak Herry, usulan yang

diajukan berasal dari beberapa keluhan masyarakat akan fungsinya bagi

kegunaaan masyarakat.

3. Pelaksanaan rembukan Dusun III

Pelaksanaan rembukan yang dilakukan di Dusun III sama halnya dengan

pelaksanaan yang ada pada Dusun II, Kadus mengundang masyarakat secara

langsung dengan mendatangi masyarakat, menghubi melalui telpon seluler dan

melalui pesan text (sms), kegiatan rembukan dilaksanakan di rumah Kadus.

Informasi tersebut didapatkan melalui wawancara dengan Kadus baru Dusun II.

“…..beberapa orang ada yang diundang langsung sama Kadus


waktu itu ada juga undang warga yang diundangn dengan telfon,
ada juga yang disms, Kadus menginformasikan kalau
Musrenbang Desa akan dilaksanakan 11 Januari 2017 dengan
harapan warga hadir pada rembukan dusun untuk mengajukan
usulan rencana pembangunan desa, kebetulan waktu itu saya
diundang langusung beliau dateng ke rumah dan meminta saya
juga untuk menginformasikan sama warga yang lain…..(Hasil
wawancara 20 Juli 2017)

Warga yang telah hadir kemudian melakukan rembukan untuk memutuskan

usulan apa saja yang akan diajukan pada kegiatan Musrenbang Desa, usulan yang

diajukan bersumber pada kebutuhan warga, untuk mengetahui usulan yang akan

diajukan dari Dusun III pada Musrenbang Desa dapat dilihat pada tabel 4.9.

64
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9.
Hasil Pengajuan Usulan Rencana Pembangunan Desa, Dusun III

No Usulan Prioritas Volume


Pembangunan Desa
1 Drainase Sangat 1.000 m
dibutuhkan
2 Bantuan ternak Sangat 1 kelompok
kambing dibutuhkan
3 Bantuan perajang Dibutuhkan 1 unit
ternak
4 Pelatihan Sangat 1 kelompok
perbengkelan dibutuhkan
5 Bantuan bibit sayur Dibutuhkan 20 orang
Sumber: Hasil wawancara bersama Bapak Legian, Kadus baru
Dusun III

Pengumpulan usulan rencana pembangunan desa yang dilaksanakan di Dusun III

lebih fokus pada bantuan ternak dan drainase. Mengingat bahwa, masyarakat di

Dusun III banyak yang melakukan kegiatan sampingan dengan berternak

kambing/ sapi, baik itu ternak hewan sendiri ataupun hewan yang dititipkan orang

lain pada masyrakat.

4. Pelaksanaan Rembukan Dusun IV

Pelaksanaan rembukan yang berlokasi di Dusun IV dilakukan dihari yang

sama dengan pelaksanaan kegiatan perwiritan, perwiritan merupakan kegiatan

rutin yang dilaksanakan pad hari kamis tiap minggunya. Pemilihan waktu yang

sama dengan kegiatan perwiritan bertujuan untuk mengefisien waktu, sehingga

tidak mengganggu waktu istirahat masyarakat. Tujuan lainnya adalah pada

kegiatan wiritan di Dusun IV diikuti dengan jumlah warga yang mencapai 40

orang.

“……rembukan di Dusun IV kita laksanakan barengan sama


wiritan, setelah wirit dilanjutkan rembukan gitu maksudnya.
Menurut saya lebih efisien waktu kalau kita buat bersamaan
dengan wirita alasannya pertama, tidak mengganggu jawal warga
yang lain untuk istirahat misalnya karen ini sudah jadwal rutin

65
Universitas Sumatera Utara
wiritan jadi warga sudah menyiapkan waktu. Kedua, wiritan
biasanya dihadiri banyak warga ada sampai 40 orang. Saya rasa
itu waktu yang paling pas untuk rembukan…..”(Hasil wawanara
20 Juli 2017)

Setelah perwiritan, dimulai rembukan selaku Kadus Dusun IV Bapak Poniran

memberikan informasi perkembangan pembangunan desa yang ada di Sei Alim

Ulu. Kadus Dusun IV juga memberikan arahan pembangunan yang diusulkan

memang benar dibutuhkan masyrakat serta kegunaan tidak hanya bisa dirasakan

oleh satu pihak saja. Beberapa usulan yangakan diajukan pada pelaksanaan

Musrenbang Desa dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10.
Hasil Usulan Pembangunan Desa, Dusun IV
No Usulan Pembangunan Prioritas Volume
Desa
1 Pembangunan saung Sangat I unit
posyandu dibutuhkan
2 Bantuan bibit ikan mujair Dibutuhkan 1000 ekor
dan gurame
3 Bantuan modal untuk Sangat 5.000.000
remaja masjid dibutuhkan
4 Lapem jln. Muntik Dusun Sangat 3 X 1.800 m
IV menuju Dusun VI dibutuhkan
5 Penyediaan Guru Ngaji dan Dibutuhkan
pembayaran gaji guru ngaji
6 Pelatihan bilal mayit Dibutuhkan 12 orang
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Poniran, Kadus Dusun IV.

Hasil pengusulan rencana pembangunan desa yang dilakukan di Dusun IV

tidak hanya focus pada pembangunan nfrastruktur melainkan juga mengutamakan

bantuan untuk meningkatkan kualitas diri melalui penyediaan SDM dibidang

keagamaan untuk meningkatkan potensi anak muda agar mampu berwirausaha

dan memiliki kreatifitas.

66
Universitas Sumatera Utara
5. Pelaksanaan Rembukan Dusun V

Pengajuan usulan rencana pembangunan desa di Dusun V sama dengan

cara pelaksanaan di Dusun IV, melakukan rembukan pada malam hari bersamaan

dengan jadwal kegiatan mingguan Dusun V yaitu perwiritan. Warga dating atas

undangan yang disampaikan secara langsung ada juga yang saling

menginformasikan sesama warga untuk dating dan menyiapkan usulan yang akan

diajukan pada rembukan dusun. Pada pelaksanaan rembukan ada juga beberapa

masyarakat yang tidak mengetahui informasi rembukan tetap hadir dikarenakan

mengikuti perwiritan. Hal itu diungkapkan oleh Bapak Warjo selaku Kepala

Dusun V.

“……rembukan diadakan di rumah warga yang kebetulan


mendapatkan jadwal giliran untuk melaksankan wiritan,
sebenarnya tidak susah lagi kita mengumpulkan masyarakat
karena jadwal wirit memang jadwal berkumupul masyarakat. Kita
manfaatkan sekalian untuk rembukan, walaupun ada yang belum
tau tapi tetap hadir karena dating wiritan. Mereka yang belum tau
ada kegitan rembukan ini mungkin masih ngangon sapi.…..”

“……setelah wiritan selesai mauskla sesi rembukan saya tanya


terlebih dahulu apa yang belum kita buat kegiatan di dusun,
kemudian kita catat semua yang belum terlaksana dan kita
diskusikan kira-kira diantara kegiatan tersebut yang mana yang
bisa kita ajukan untuk Musrenbang Desa, ada tambahan usulan
juga dari masyarakat. Kita buat rembukan ini seperti curhatlah
tidak terlalu formal gitu rembukan ini juga ajang evaluasi
perkembangan dusun, menyampaikna keluan-keluhan dari
masyarakat…..” (Hasil wawancara 21 Juli 2017)

Hasil usulan rencana pembangunan desa yang akan diajukan pada

pelaksanaan Musrenbang Desa dapat dilihat pada tabel 4.11.

67
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11.
Hasil Usulan Rencana Pembangunan Desa, Dusun V
No Usulan Pembangunan Prioritas Volume
Desa
1 Bibit ikan lele Dibutuhkan
2 Pengerasan Jln. P7B 2km Sangat 250 M kiri
dibutuhkan Kanan
3 Lanjutan rabat beton Jln. P7 Sangat 250 m
dibutuhkan
4 Bantuan ternak kambing Dibutuhkan 4 kelompok
5 Bantuan bibit sawit unggul Dibutuhkan 1 kelompok
6 Rehab rumah warga Dibutuhkan 7 unit
7 Pemasangan listrik ke Sangat
rumah-rumah dibutuhkan
8 Lanjutan pemsangan listrik Sangat
di dusun dibutuhkan
sumber: Hasil wawancara bersama Kadus Dusun V, Bapak Warjo

Usulan rencana pembangunan desa pada Dusun V tercipta dari adanya evaluasi

kegiatan dusun dan juga adanya keluhan-keluhan yang dirasakan oleh warga,

kemudia disampaikan pada saat rembukan dusun. Keluhan yang dirasakan warga

akan diatasi melalui adanya program pembangunan desa pada kegiatan

Musrenbang Desa.

6. Pelaksanaan Rembukan Dusun IV

Rembukan usulan rencana pembangunan desa di Dusun VI sama halnya

dengan Dusun II dan Dusun III, yaitu dilakukan di rumah Kepala Dusun dalam

hal ini Kapala Dusun VI adalah Bapak Suroto. Hal yang sama juga dilakukan Pak

Suroto mengundang secara langsung maupun melalaui telepon seluler. Diutarakan

oleh Kadus bahwa jumlah masyarakat yang hadir dalam pelaksanaan rembukan di

Dusun VI tergolong rendah, hal ini dikarenakan banyak warga yang tinggal di

Dusun VI akan tetapi tidak tercatat dalam administrasi Desa Sei Alim Ulu.

“…..rembukan kami laksanakan di rumah saya, waktuny pada


malam hari diluar jam kerja warga. Kebanyakan saya

68
Universitas Sumatera Utara
mengundang dengan menelepon mereka tapi ada beberapa yang
saya datangi juga ke rumah- rumah warga. Pada pelaksanaanya
tidak terlalu banyak warga yang hadir, Dusun VI ini lokasinya
paling jauh dari pusat Desa Sei Alim Ulu, belum lagi warganya
memang lumayan banyak tinggal di Dusun VI cuma bukan warga
Desa Sei Alim Ulu melainkan warga desa Pulau Maria jadi tidak
bisa ikut rembukan. Bersama warga yang hadir kami diskusikan
usulan apa saja yang bisa diajukan memenuhi target
pembangunan desa khususnya Dusun VI….” (Hasil wawancara
21 Juli 2017)

Untuk mengetahui apa saja usulan yang telah dirangkum dalam perumusan usulan

di tingkat Dusun VI dapat dilihat pada table 4.12.

Table 4.12.
Hasil Usulan Rencana Pembangunan Desa, Dusun VI.

No Usulan Prioritas Volume


Pembangunan Desa
1 Pembuatan Sangat 1 unit
poskamling dibutuhkan
2 Bantuan Bibit Ikan Dibutuhkan 1 kelompok
Tawar
3 Penyediaan gorong- Sangat
gorong dibutuhkan
4 Drainase Jln Sangat
Cempedak dibutuhkan
5 Bantuan ternak Dibutuhkan 1 kelompok
kambing
Sumber: Hasil wawancara bersama Bapak Legian, Kadus baru
Dusun VI

Hasil usulan pada table 4.10 akan diajukan ketika pelaksanaan Musrenbang

di Desa Sei Alim Ulu, hasil tersebut sudah berdasarkan kesepakatan dari warga

yang hadir. Diharapkan usulan tersebut menjadi keterwakilan atas keluhan-

keluhan yang dirasakan masyrakat, adanya usulan bisa memperbaiki kondisi

pembangunan desa khusunya kondisi Dusun VI.

Dari hasil wawancara bersama dengan keenam Kadus dan melihat table

usulan perencanaan pembangunan desa menggambarkan bahwa adanya partisipasi

dari masyarakat atau dengan arti masyarakat melibatkan diri pada kegiatan

69
Universitas Sumatera Utara
diskusi, jika diinterpretasikan dengan jenis dan bentuk partisipasi masyarakat

termasuk dalam kriteria berupa partisipasi buah pikiran dan partisipasi dalam

pengambilan keputusan.

Penelitian yang dilakukan pada pelaksanaan rembukan di tingkat dusun

Desa Sei Alim Ulu selalu dilibatkan perwakilan dari LPM, dan KPMD. Tujuan

dari kehadiran perwakilan lembaga desa adalah untuk mengetahui apakah benar

sudah dilaksanakan rembukan tingkat dusun. Perwakilan lembaga desa juga

menjadi fasilitator dalam rembukan dengan memberikan masukan, evaluasi

pembangunan yang sebelumnya diusulkan dan diajukan. Hal tersebut

diungkapkan oleh Kepala Desa Sei Alim Ulu.

“…..kita bagi-bagi tugas tidak semua saya yang menangani


Musrenbang, saya bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan
Musrenbang desa secara teknis, untuk di lapangan bagian
rembukan menjadi tugas dari LPM dan KPMD sementara BPD
nanti menjadi penimbang keputusan bisa juga kita bilang
penasehatlah. Nanti, waktu Musrenbang Kecaamtan baru saya
yang bertanggung jawab secara utuh atas hasil Musrenbang Desa
Sei Alim Ulu. kita bagi tugas supaya tidak ada kesan
mengintervensi dari Kades atas semua usulan di dusun…..” (Hasil
wawancara 24 Juli 2017)

Terdapat pembagian peran pada perangkat desa dalam pelaksanaan

Musrenbang Desa LPM dan KPMD bertugas untuk memonitoring kegiatan

rembukan di tingkat dusun, BPD bertugas pada pengesahan dan menjadi

penasehat dalam pengambilan keputusan Musrenbang Desa. Kepala Desa

berperan sebagai penanggung jawab atas pelaksanaan Musrenbang Desa secara

teknis. Penelitian ini mengjelakan bahwa yang berperan dominan pada

pelaksanaan Musrenbang Desa ialah lembaga desa yaitu LPM dan KPMD.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2012) “Perencanaan

Pembangunan Desa:Pendekatan Community Learning And Participatory

70
Universitas Sumatera Utara
Process”. Menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa pelaksanaan

pembangunan desa dengan musyawarah perencanaan untuk menyusun agenda

pembangunan dan gerakan swadaya masyarakat disusun dan dipastikan

mengutamakan kekuatan dan asset/ potensi masyarakat. Adapun alur tahapan

yang terdiri dari masukan; proses; hasil; dan dampak. Masukan dilakukan melalui

penggalian masalah dan potensi melalui alat kaji sketsa desa, kalender musim dan

bagan kelembagaan. Tahapan proses dilakukan melalui pengelompokan masalah,

penentuan tingkat masalah, pengkajian tindakan pemecahan masalah, dan

penentuan peringkat tindakan. Karena menggunakan alur tersebut akan

menghasilkan rencana pembangunan yang bersifat partisipatif, transparan,

akuntabel, dan mendetail.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Libut (2015) dengan judul

“Peran Kepala Desa dalam Mengaglang Partisipasi Masyarakat Desalong Nawang

Dalam Pembangunan Fisik di Desa Long Nawang Kecamatan Kayan Hulu

Kabupaten Malinau” menyatakan bahwa Kades berperan sebagai fasilitator.

Perilaku Kades dalam menganilis potensi desa,mengambil prakarsa, menggerakan

anggota, menyediakan informasi, menumbuhkan kekompakan dan menciptakan

suasana kekeluargaan di masyarakat, berhubungan erat dengan pencapaian

progress dari program yang sudah ditetapkan dan berkaitan dengan pola pikir dan

kehidupan bermasyarakat sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi

masyarakat dalam pembangunan.

Perumusan usulan rencana pembangunan desa jika diinterpretasikan

dengan pembangunan desa kegiatan perumusan merupakan sebuah rencana yang

merujuk pada hasil, yang tujuannya adalah melibatkan kepentingan masyarakat

71
Universitas Sumatera Utara
untuk mendapatkan hasil pembangunan yang berpihak pada masyarakat. Rumusan

usulan pembangunan desa menggambarkan adanya bentuk dari rencana

pembangunan secara fisik yang terlihat seperti pembangunan infrastruktur dan

juga pmbangunan nonfisik seperti pengajuan usulan penyuluhan narkoba serta

penyediaan-penyediaan alat praga pendidikan edukatif bagi sekolah Paud.

Jika dikaitkan dengan teori yang dikemukakan oleh Bourdieu mengenai

habitus, arena, dan ranah maka kegiatan perumusan usulan rencana pembangunan

desa yang dilakukan oleh para Kadus menggambarkan bahwa aktor dalam hal ini

adalah kadus menggunakan ranah. Ranah adalah tempat dimana terjadinya proses

musyawarah di dusun untuk menentukan rencana pembangunan yang diusulkan.

Aktor/Kadus menggunakan modal sosial yang tergambar pada kedekatan Kadus

dengan masyarakat, bentuk jaringan atau hubungan-hubungan kerja, persahabatan,

yang telah terbina lama oleh Kadus dengan masyarakat setempat.

4.3.3 Pelaksanaan dan Pembahasan Musrenbang di Tingkat Desa

Sosialisasi pelaksanaan Musrenbang Desa telah dilakukan hingga pada

tingkat dusun untuk merumuskan rencana pembangunan desa dan tiap dusun telah

memiliki rumusan pembangunan desa untuk diajukan menjadi prioritas

pembangunan desa. Pada 11 Januari 2017 menjadi tanggal pelaksanaan

Musrenbang Desa di desa Sei Alim Ulu. Pelaksanaan Musrenbang Desa dihadiri

beberapa kalangan diluar masyarakat Desa Sei Alim Ulu diantaranya Camat Air

Batu, Kapolsek Air Batu.

Pelaksanaan Musrenbang Desa memiliki dua lampiran pembahasan usulan.

Semua usulan rancangan pembangunan desa diajukan dan dibahas untuk dipilih

menjadi prioritas dengan kategori dibutuhkan dan sangat dibutuhkan dengan

72
Universitas Sumatera Utara
daftar kegiatan pembangunan yang dibiayai APBDes, swadaya dan Kerjasama

Pihak III serta daftar kegiatan pembangunan yang akan diusulkan ke kecamatan.

Dalam menetapkan usulan yang dipilih menjadi priotitas sangat dibutuhkan serta

menggunakan pendanaan dari APBD kabupaten atau diusulkan ke kecamtan

dimusyawarahkan secara terbuka. Pernyataan serupa didapatkan dari hasil

wawancara bersama Bapak Zuprizal Lubis selaku Kepala Desa.

“…..Pelaksanaan Musrenbang Desa itu kan tiap tahun kita


laksanakan tidak hanya di Sei Alim Ulu saja tapi disemua desa,
jadi ada dua pembagian usulan sebenarnya bebas kita tidak
mematok apa aja yang boleh diusulkan hanya saja nanti pada
penyerahan hasil Musrenbang Desa di tingkat desa kita bagi
jadi dua kategori prioritas dibutuhkan dan sangat dibutuhkan
sama kategori usulan itu didanai oleh APBDes atau dari APBD
Kabupaten…..”(Hasil wawancara 24 Juli 2017).

Pelaksanaan Musrenbang Desa akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Pembahasan Usulan

Sebelum pelaksanaan Musrenbang Desa, terlebih dahulu sudah dilakukan

rembukan di tingkat dusun. Sudah ada rumusan yang dipersiapkan masing-masing

dusun kemudian satu persatu dari perwakilan dusun menyampaikan usulan yang

sudah dirumuskan. Rumusan dari Dusun I sampai Dusun VI sudah dijelaskan

pada tsbel 4.6 hingga 4.12, kemudian tambahan usulan dari berbagai perwakilan

yang hadir seperti usulan yang diajukan dari perwakilan bidang Kesehatan yaitu :

orientasi kader posyandu, pakaian seragam untuk kader posyandu, penyuluhan

kesehatan (PHBS, HIV). Beberapa usulan yang berkaitan dengan bidang

kesehatan telah masuk dalam usulan yang diajukan oleh Kadus dan juga Kaur

Pembangunan. Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Desa Sei Alim Ulu sekaligus

menjadi notulis dalam pelaksanaan Musrenbang Desa.

73
Universitas Sumatera Utara
“…..peserta yang hadir dalam Musrenbang Desa ini kan
perwakilan dari warga desa yang bertugas untuk mngajukan
usulan berkaitan pembangunan desa. Jadi, pengusulan ini
disamapaikan oleh masing-masing berwakilan da nasal bidang
perwakilan tersebut. Contohnya yang diusulkan perwakilan
kesehatan tidak semua mereka usulkan karena beberapa usulan
seperti pembangunan saung posyandu sudah diusulkan oleh
perwakilan Kadus, kemudian rehab polides sudah diuslkan
mellaui kaur pembangunan…..” (Hasil wawancara 25 Juli 2017)

Pada pelaksanaan Musrenbang Desa Sei Alim Ulu 2017 disamapaikan juga

bahwasannya usulan yang diajukan tidak hanya berfokus pada pembangunan dari

segi fisik, usulan rencana pembanguna desa juga harus disesuaikan dengan visi

misi pemerintahan Kabaputen Asahan, dalam hal ini adalah meningkatkan iman

dan taqwa. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Kasi PMK Bapak Zaenal.

“……saya juga menghimbau dan mengingatkan kembali ketika


memasuki pengajuan usulan, bahwa usulan tidak harus melulu
tentang pembangunan infrastruktur, pembangunan berbentuk fisik
tetapi disesuaikan dengan visi misi pemerintahan kabupaten yaitu
adanya peningkatan iman dan taqwa. Ada keselarasan dalam
pembangunan desa tidak hanya bangunan saja tetapi
pembangunan SDM juga ada…..” (Hasil wawancara 19 Juli 2017)

Pada pengajuan usulan rencana pembangunan desa yang diajukan dari tingkat

dusun, terdapat usulan yang berkaitan dengan peningkatan iman dan taqwa sejalan

dengan visi misi Kabupaten Asahan. Diantaranya adalah Dusun I dan Dusun IV

yang menagjukan perlengkapan Nasyid serta penyedian guru mengaji, pelatihan

bilal mayit.

Kegiatan musyawarah dalam Musrenbang Desa ini dilakukan dengan

menampung semua usulan rencana pembangunan desa dari tiap perwakilan dusun

yang terdiri dari dusun I sampai dengan dusun VI, Bidan Desa, Tokoh Agama,

Tokoh Perempuan, PKK, Guru, kelompok Tani. Masing-masing perwakilan

74
Universitas Sumatera Utara
menyampaikan usulan dan prioritas usulan yang mereka tetapkan dan disertai

alasan. Hal ini juga diutarakan oleh Bapak Herry Sitorus selaku Kadus II.

“…..pastinya dalam mengusulkan kita punya alasan dan


perbandingan kenapa usulan kita bisa dikategorikan sangat
dibutuhkan, saya sendiri berusahalah dalam menyampaikan
usulan itu karena kami hanya mengusulkan beberapa saja yang
memang kami priotitaskan untuk kategori sangat dibutuhkan,
jadi saya kasih gambaranlah kenapa saya usulkan seperti
drainase di jalan Amal sama rabat beton itukan manfaatnya
untuk semua warga desa karena dusun kami dilalui oleh
banyak orang yang bertujuan ke kantor camat terus lagi
pembangunan saung posyandu dusun kami belum punya
sementara dusun lain itu sudah ada tahun lalu dibuat dari
Musrenbang Desa nah jadi tahun ini itu kita usulkan lagi
dengan menimbang tahun lalu usulan kita tidak
terpenuhi…..”(Hasil wawancara 22 Juli 2017).

Alasan pengajuan usulan mengapa mereka harus menjadi kategori sangat

dibutuhkan. Perdebatan alasan atau argument lebih ditunjukan dari perwakilan

tiap Kadus karena mereka mewakili tiap dusun agar usulan yang diajukan dapat

menjadi prioritas dan para Kadus memiliki beban atau kepercayaan yang besar

dari masyarakat agar usulannya menjadi priotitas.

2. Penyetujuan Usulan dan Pengambilan Keputusan.

Masing-masing peserta Musrenbang Desa telah memaparkan usulan dan

pendapatannya kemudian untuk menentukan prioritas dari usulan tersebut dalam

musyawarah didampingi dengan LPM, KPMD, BPD, Kades mereka berperan

sebagai penimbang dan penilai untuk memilih rencana pembangunan desa yang

telah diajukan serta dalam menentukan hasil kegiatan dalam musrenbang

diperlukan suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-

keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk

mencapai tujuan tertentu pada masa mendatang. Proses penetapan ini juga

75
Universitas Sumatera Utara
diajukan dan dikembalikan pada kesepakatan peserta Musrenbang Desa yang

hadir.

Tiap lembaga desa memiliki penilaian terhadap usulan dikarenakan

perwakilan tiap lembaga ini mengikuti setiap kegiatan yang ada ditiap dusun

sehingga mereka mengikuti perkembangan yang terjadi ditiap dusun dan bisa

menilai atau membandingkan kondisi dan manfaat pembangunan desa ditiap

dusun bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak

Poniman selaku ketua LPM.

“…..gini prosesnya jadi mereka semua perwakilan masyarakat


yang dateng terus ngasih usulan kita terima semua dicatat sama
Sekdes setelah itu kami dari LPM berhak mengajukan juga
usulan nah usulan yang kami ajukan itu adalah usulan yang juga
diajukan dari tiap perwakilan karena apa kami kan ikut juga
rembukan sama mereka dalam membuat usulan ini pasti ada
perwakilan LPM dimusyawarah dusun dan tiap dusun. Kami
juga melihat secara umum permasalah pembangunan desa secara
menyeluruh yang ada di Sei Alim Ulu ini, dari situlah kami bisa
mengajukan atau memilih yang menjadi priorits nah jadi yang
menjadi prioritas ini bukan cuma dari dusun aja tapi dari bagian
kesehatan desa, atau juga pendidikan untuk masyarakat
desa…..” (Hasil wawancara 23 Juli 2017).
Pernyataaan serupa juga dilontarkan oleh Ibu Naimah sebagai perwakilan ibu

PKK dalam Musrenbang Desa di Desa Sei Alim Ulu.

“…..iya jadi saya dan kader-kader PKK yang hadir musyawarah


kelompok kita mau mengusulkan apa saja itu juga terlibat dari
kader KPMD. Bersama perwakilan KPMD kita diskusikan, apa
yang pas untuk kita usulkan pada pelaksanaan Musrenbang Desa
nantinya, mereka ikut musyawarah dengan kami juga sekalian
memantau sejauh mana perkembangan kegiatan kelompok PKK
ini…..” (Hasil wawancara 24 Juli 2017)
Dalam proses musyawarah perencanaan usulan pembangunan desa lembaga

seperti KPMD ikut terlibat dalam musyawarah bersama kelompok PKK.

76
Universitas Sumatera Utara
Diketahui hasil akhir terdapat 83 usulan secara keseluruhan dari perwakilan

yang hadir pada pelaksanaan Mausrenbang Desa, dan yang diajukan pada usulan

Musrenbang tingkat kecamatan berjumlah 64 usulan dengan pendanaan dari

APBD kabupaten. 19 usulan lainnya tidak disertakan pada usulan Musrenbang

Kecamatan melainkan masuk pada usulan yang bersumber pada APBDes. Dari

keseluruhan usulan yang diajukan tingkat dusun semua masuk dalam usulan untuk

diajukan pada Musrenbang Tingkat Kabpupaten. Jika dilihat berdasarkan table 4.7

hingga table 4.12. usulan terbanyak diajukan oleh Dusun I, kemudian Dusun IV

dan Dusun V, setelah itu Dusun II dan Dusun III dsn terakhir Dusun IV.

Setelah kegiatan pengusulan dan pembahasan usulan Musrenbang Desa,

kemudian proses selanjutnya ialah musyawarah internal. Kegiatan musyawarah

internal dilakukan untuk memilih dan memutuskan siapa saja yang menjadi

delegasi yang akan mengikuti kegitan Musrenbang di tingkat Kecamatan, selain

itu dalam musyawarah ini penetapan dan pembuatan atau penyusunan laporan

akhir dari kegiatan Musrenbang Desa yang diselenggrakan di Desa Sei Alim Ulu.

Pelaksanaan musyawarah internal hanya dihadiri oleh perangkat dan lembaga

desa saja.

Pada hakikatnya pelaksanaan musyawarah internal ini masih dalam

kegiatan forum resmi Musrenbang Desa dan dihadiri juga oleh perwakilan

kecamatan sebagai penanggung jawab kegiatan pelaksanaan Musrenbang Desa,

akan tetapi mengingat banyaknya desa yang harus melaksanakan Musrenbang

maka pelaksanaan pemilihan delegasi hanya dihadiri oleh kalangan unternal desa

saja. Hal ini disampaikan oleh Zaenal selaku Kasi PMK Kecamatan Air Batu

77
Universitas Sumatera Utara
“……seharusnya saya, pak camat, dan bapak Kapolsek ikut dalam
musyawarah internal untuk memutuskan dan mendampingi dalam
penyusuanan laporan akhir pelaksanaan Musrenbang Desa tetapi
kita tahau waktu pelaksanaan memangterbetas dikarenakan dalam
sehari kami harus mengunjungi 2 desa untuk melaksanakan
Musrenbang Desa, tapi tidak msalah kami sudah memberi masukan
arahan usulan prioritas seperti apa dan tanggapan dan jawaban atas
beberapa pertanyaan dari peserta Musrenbang. Pemilihan delegasi
pada dasarnya tidak ada masalah karena sebenarnya tiap desa sudah
punya kebjkan masing-masing biasanya terjadi rotasi orang yang
ikut pada Musrenbang Kecamatan tiap tahunnya…..” (Hasil
wawancara 19 Junli 2017).
Seperti yang sudah dijelaskan dalam proses pelaksanaan Musrenbang Desa

di Desa Sei Alim Ulu menggambarkan bahwa kegiatan Musrenbang Desa

merupakan suatu kegiatan yang bersifat bottom-up atau dengan kata lain kegiatan

pembangunan yang dilakukan dari bawah diamana masyarakat sendiri yang

menilai sejauhmana pembangunan desa yang mereka butuhkan dan perlukan

(bottom). Pemerintah kemudian merealisasikan usulan atau rancangan

pembangunan yang telah diajukan masyarakat (up/atas), namum tidak semua

usulan juga dapat dipenuhi dalam jangka waktu satu tahun dikarenakan

keterbatasan dana untuk pembiayaan.

Sama halnya dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wirawan

dkk (2015) tentang “Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan

Daerah” menjelaskan bahwa Hasil kegiatan musrenbang yaitu berupa program

prioritas beserta beberapa usulan dari masyarakat yang akan diselenggarakan pada

tahun 2016, bahwa di dalam merumuskan hasil keputusan musrenbang diperlukan

suatu proses dari waktu dengan melibatkan (policy) dari pembuat keputusan

berdasarkan sumber daya yang tersedia dan disusun secara sistematis. Partisipasi

masyarakat merupakan alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi,

78
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadiran masyarakat,

program pembangunan serta proyek-proyek pembangunan akan gagal.

4.3.3.1. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Musrenbang Desa

Pelaksanaan Musrenbang Desa di Desa Sei Alim Ulu yang dilaksanakan

pada 11 januari 2017 merupakan kegiatan musyawarah tahunan, dalam

pelaksanaan Musrenbang Desa terdapat faktor yang menjadi pendukung dan

penghambat pelaksanaan Musrenbang desa

7. Faktor pendukung merupakan bagian dari terlaksananya suatu kegiatan, apa

yang menyebabkan kegiatan tersebut dapat berlangsung. Hasil peneliatian yang

dilakukan peneliti menemukan adanya faktor pendorong pelaksanaan Musrenbang

Desa, diantaranya adalah

a. Adanya semangat dan keinginan dari sebagain masyarakat untuk berpartisipasi

dalam pelaksanaan Musrenbang Desa

Kesadaran dan minat serta semangat dari masyarakat untuk berpartisipasi

dalam pelaksanaan Musrenbang Desa ditunjukan oleh sebagaina masyarakat yang

tinggal di Desa Sei Alim Ulu, seperti yang dikatakan oleh Bapak Poniran sebagai

Kadus Dusun IV

“…..beberapa masyarakat ada yang antusias untuk ikut aktif


pada kegiatan musrenbang ini, ikut hadir dan berembuk
menentukan rencana pembangunan desa di dusun dan di desa.
Meraka antusias karena ini berkaitan dengan lingkungan
mereka, dan juga ada kesadaran untuk membangun desa ini
lebih baik lagi…..” (Hasil wawancara 20 Juli 2017)

Terlihat bahwa masyarakat mengikuti serta hadir dalam pelaksanaan

Musrenbang Desa, diawali dengan hadir pada musyawarah atau rembukan di

tingkat dusun, kemudian di tingkat desa. Turut menyumbangkan ide atau usulan

rancangan rencana pembangunan desa.

79
Universitas Sumatera Utara
b. Proses sosialisasi yang optimal.

Pelaksanaan Musrenbang Desa dilaksanakan tiap tahun dan dengan bulan

yang sama yaitu pada bulan januari, meskipun ini kegitan tahunan dan waktu

pelaksanaan tidak berubah yaitu pada awal tahun proses sosialisasi tetap

dilakukan secara optimal oleh petugas desa. Hal tersebut disampaikan oleh Ibu

Sumiati sebagai Kaur Pemerintahan di Desa Sei Alim Ulu.

“……sebenarnya ini kegiatan tahunan dan hamper sudah pasti


pelaksanaanya bulan januari pada awal tahun, cuma tanggalnya
aja yang kadang berubah-ubah. Kadus sering dating ke kantor
dan sebulan sebelum pelaksanaan kita ingatkan lagi secara
lisanlah istilahnya ngingetin gitu jangan lupa bentar lagi
Musrenbang Desa, siapain usulan gitu. Masuk awal tahun kita
dapet surat untuk penyampaian informasi tanggal pelaksanaan
Musrenbang Desa di Desa Sei Alim Ulu dari kecamatan dan
kita teruskan ke Kadus sama lembaga lainnya yang ada di
desa…..” (Hasil wawancara 25 Juli 2017).

Upaya tersebut dilakukan agar pelaksanaan Musrenbang Desa dapat berjalan

secara optimal maka pada awal tahun petugas desa sudah mengingatkan terutama

pada Kadus.

8. Faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Musrenbang

Desa adalah hal yang membuat pelaksanaan tidak berjalan secara sempurna. Hal-

hal yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan Musrenbang Desa, diantanya

adalah

a. Hambatan partisipasi masyarakat secara internal dalam pelaksanaan

Musrenbang Desa.

Secara internal faktor ketidak hadiran masyarakat berasal dan berkaitan

dengan individu tersebut atau juga kelompoknya menganai penyebab ketidak ikut

80
Universitas Sumatera Utara
sertaan dalam pelaksanaan Musrenbang Desa. Berikut pernyataan yang diberikan

oleh Ibu Suryani selaku Sekretaris Desa.

“…..sebenarnya ada beberapa hal yang membuat pelaksanaan


Musrenbang kurang lengkap gitu, ini karena jumlah peserta yang
hadir tahun ini menurun dibanding jumlah peserta Musrenbang
pada tahun 2016. Menurutnya jumlah presentase iu kalau kita
tanya sama masing-masing kadus kenapa pesertanya kurang,
mereka pasti menjawab jadwal pelaksanaan tidak sesuai dengan
jam kerja. Lebih baik bekerja karena sudah ada perwakilan yang
hadir untuk mewakili mereka. Dengan kata lain masyarakat lebih
mementingkan pekerjaan atau rutinitas biasa yang harus
dilakukan dibanding mengikuti Musrenbang……”
(Hasil wawancara 25 Juli 2014).

Selanjutnya ditambahkan oleh Kepala Desa Sei Alim Ulu

“…..yang selalu menjadi masalah mungkin kehadiran peserta


Musrenbang desa yang terkesan itu-itu saja untuk beberapa tahun
belakangan. Saya fikir, karena sebagian masyarakat disini petani,
jadi mereka lebih mengutamakan bertani dari pada ikut
berpartisipasi dalam musrenbang, padahal sudah ada sosialisasi
akan adanya kegiatan Musrenbang ini, tapi kenyataanya tetap saja
hanya beberapa yang mewakili dari masayarakat, yang hadir
juga…..”(Hasil Wawancara 24 Juli 2017).

Ditambahkan oleh Bapak Warjo sebagai Kadus Dusun V


“…..kenapa masyarakat sedikit susah untuk hadir pada
pelaksanaan Musrenbang Desa, itu karena adanya pemikiran dari
beberapa masyarakat kalau Musrenbang ini terkesan percuma gitu
loh. Kenapa? Karena ya gitu-gitu aja diusulkan di desa nanti
ditolak ditingkat kabupaten jadi sama aja kalau ahirnya kabupaten
yang menentukan usulan perencanaan pembangunan desa.
Terkesan percuma dan hanya sekedar formalitas saja…..” (Hasil
wawancara 21 Juli 2017).
“…..pemikiran mereka seperti itu bisa juga dikarenakan masih
banyak masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah, sehingga
mereka berfikiran musrenbang desa hanya formalitas saja atau
mungkin sebenarnya mereka memang males dateng dek…..”
(hasil wawancara 21 Juli 2017).
b. Sistematika Pelaksanaan Musrenbang Desa

81
Universitas Sumatera Utara
Susunan pelaksanaan Musrenbang Desa yang dilakukan pada pelaksanaan

Musrenbang Desa di Desa Sei Alim Ulu yaitu dengan melakukan forum formal

dan forum internal. Forum formal merupakan forum dimana para aktor, perangkat

desa, peserta Musrenbang, perwakilan kecamatan dan tamu undangan yanh hadir.

Pada forum ini aktor menyampaikan hasil usulan rencana pembangunan desa

yang telah dirembukan terlebih dahulu di tingkat desa.

Forum internal dilakukan setelah forum formal berlangsung, tamu

undangan, perwakilan kecamatan dan peserta Musrenbang sudah dipersilahkan

meninggalkan tempat pelaksanan Musrenbang Desa. Tersisa Kadus, LPM, BPD,

KPMD, Kepala Desa dan perangkat desa yang akan menyusun hasil laporan

pelaksanaan Musrenbang Desa untuk diserahkan pada kecamatan yang akan

menjadi pertimbangan usulan pada Musrenbang Kecamatan, pada forum ini

sekaligus melakukan pemilihan delegasi untuk mengikuti kegiatan Musrenbang di

tingkat Kecamatan. Disampaikan oleh Bapak Poniman sebagai Ketua LPM bahwa

pembagian forum menjadi salah satu penghambat pelaksanaan Musrenbang desa.

“…..pelaksanaan Musrenbang Desa ini harus dihadiri perwakilan


kecamatan dan pelaksanaanya hanya seminggu, sementara itu
desa di Kecamatan Air Batu ada kurang lebih 12 desa jadi
waktunya dibagi-bagi, dalam sehari ada 2 desa yang
melaksanakan. Waktu yang tersedia hanya pukul 09.00 WIB
sampai pukul 12.00 belum lagi dengan keterlamabatan dll lah itu
jadi faktor penghambat pelaksanaan kita mikirnya apa bisa selesai
dengan baik atau tidak. Meminimalisir ketidak siapan makanya
kita bagi 2 sesi pertama sesi formal yang dihadiri perwakilan
kecamatan dan tamu undangan kedua sesi diskusi internal desa
saja yang hadir…..” (20 Juli 2017).
Selanjutnya ditambahkan oleh Bapak Bowo sebagai Kadus Dusun I
“…..begini dek saya liat pembagian sesi pelaksanaan ini jadi
satu alasan juga penghambat kegiatan ini berlangsung. Pertama,
karena waktu yang dijadwalkan sangat terbatas sementara
membahas hal ini bisa seharian kan sambil adu pendapatlah.

82
Universitas Sumatera Utara
Kedua, menimbulkan rasa sedikit kurang puas sama masyarakat
atau peserta Musrenbang karena pada sesi formal atau sesi
pemaparan dan pembahasan belum secara langsung diputuskan
prioritas usulan walaupun beberapa sudah disepakati bersama.
Pada diskusi internal dan penetapan delegasi untuk mengikuti
Musrenbang Kecamatan disitulah penetapan status usulan itu jadi
kan ga disaksikan langsung sama semua peserta hanya internal aja
yang tau secara langsung…..” (Hasil wawancara 21 Juli 2017).

Hasil penelitain terdahulu yang dilakukan oleh Pinanti (2017) dengan

judul penelitian “ Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) Di Desa Sidomukti

Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara” menjelaskan bahwa

dalam pelaksanaan Musrenbang desa terdapat faktor penghambat yaitu partisipasi

masyarakat yang rendah dikarenakan oleh regulasi yang ada kurang memberikan

ruang atau akses bagi masyarakat untuk bisa terlibat langsung dalam pelaksanaan

Musrenbang Desa. Rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat. Hal

ini disebabkan karena memang sebagian besar penduduk di Desa Sidomukti

memiliki latarbelakang pendidikan yang kurang, yakni mayoritas lulusan SD

dengan presentase sebesar 64% serta kurangnya pemahaman dari masyarakat

mengenai Musrenbang Desa dan juga pentingnya partisipasi masyarakat dalam

perencanaan pembangunan desa demi kemajuan desa. Hal ini disebabkan karena

sebelum-sebelumnya tidak pernah ada sosialisasi untuk mengenalkan

musrenbangdes kepada masyarakat, khususnya kepada pihak-pihak yang telah

dipilih menjadi perwakilan dari masyarakat umum.

4.4. Peran Aktor dalam Pelaksanaan Musrenbang Desa

Peran aktor yang akan dijelakan dalam hasil penelitian yang dilakukan

oleh peneliti berkaitan dengan adanya konsep tindakan/praktik yang dikemukakan

83
Universitas Sumatera Utara
oleh Pierre Bourdieu. Konsep praktik menurut Bourdieu merupakan integritas

antara habitus yang berdialektik dengan modal dalam ranah (arena perjuangan),

maka dapat dirumuskan dengan (Habitus x Capital) + Ranah (Field) = praktik.

Formula tersebut menyiratkan bahwa, perilaku sosial seseorang ditentukan oleh

Habitus-nya, yang kemudian diperkuat oleh modal (capital) yang dia miliki,

sesuai medan (field) yang ditempati.

Gambar 4.3. Konsep Pemikiran Bourdieu

ARENA
habitus modal Ranah

Sumber: Konsep pemikiran Bourdieu dalam Jenkins (2004)

Berkaitan dengan teori praktik yang dikemukakan oleh Bourdieu dalam

penelitian ini akan menjelaskan bagaimana peran yang dimainkan aktor dalam

pelaksanaan Musrenbang Desa. Penggunakan aktor atau orang yang mewakili

Musrenbang Desa akan dijelaskan dalam hasil penelitian ini dan juga dipilih oleh

peneliti berdasarkan dengan intensitas dan kapasitas peran yang dilakukan selama

proses pelaksanaan Musrenbang Desa. Adapun yang menjadi aktor antara lain :

(1) Bapak Bowo, (2) Bapak Herry, (3) Bapak Poniran, (4) Bapak warjo, (5) Bapak

Suroto, (6) Bapak Poniman, (7) Bapak Syahrizal. Mereka yang menjadi aktor

84
Universitas Sumatera Utara
dalam penelitian ini merupakan Kepala Dusun yang ada di Desa Sei Alim Ulu,

Ketua LPM, dan Ketua KPMD.

4.4.1 Kapasitas Aktor Dalam Pelaksanaan Musrenbang Desa

Kapasitas merupakan bagian dari kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang individu atau kelompok dalam hal ini adalah aktor dalam pelaksanaan

Musrenbang Desa, kapasitas terlahir dari adanya habitus, habitus seseorang

dibentuk oleh personal history orang tersebut dan pengalaman-pengalaman atau

kejadian (struktur) dalam hidupnya yang mempengaruhi bagaimana dia bertindak

dan menempatkan diri. Dapat dikatakan bahwa habitus merupakan sumber

penggerak tindakan, pemikiran ataupun proses pembelajaran yang membentuk

sebuah keterampilan dan menjadikan sebagai kapasitas seseorang dalam

bertindak. Adapun masing-masing latar belakang, pengalam dan Keterampilan

yang dimiliki aktor sebagai berikut :

1. Bapak Bowo adalah adalah aktor yang memiliki jabatan atau status sebagai

Kepala Dusun di Dusun I selain sebagai Kadus aktor 1 bekerja sebagai tani

mengelola ladang sendiri dan juga sebagai anggota kelompok Bumdes, disamping

menjadi tani aktor 1 adalah anggota ketua kelompok tani yang merupakan

kelompok tani satu-satunya yang memiliki izin kelompok yang berbadan hukum,

sehingga Pak Bowo tidak hanya menjabat sebagai Kadus tetapi juga sebagai

penggerak atau pendiri dari kelompok tani. Diketahui sebagai kelompok tani satu-

satunya yang memiliki perizinan berbadan hukum, maka kelompok ini kerap

menjadi perwakilan dari desa untuk mengikuti kegitan penyuluhan yang diadakan

dari Dinas Pertanian baik penyuluhan yang diadakan di desa maupun yang

diadakan di kecamatan atapun setingkat kabupaten, dengan kondisi demikian Pak

85
Universitas Sumatera Utara
Bowoterlibat dalam setiap penyuluhan yang diadakan. Hal ini dikatakan oleh

Kadus Dusun I saat melakukan wawancara dikantor desa.

“…..saya juga anggota kelompok tani sebenarnya di Desa


Sei Alim Ulu ini banya sekali kelompok tani yang kita punya,
hanya saja dari dusun I lah yang sudah punya izin berbadan
hukum. Saat pembentukan kelompok tani saya menggaskanlah
atau saya yang memang mengusulkan kenapa tidak kita urus
saja sekaligus perizinannya meskipun prosesnya cukup lama
tapi Alhamdulillah sekarang kelompok tani melati dari dusun I
sudah sah. Karena sudah memiliki perizinan makanya kalau
ada kegiatan penyuluhan perwakilan dari desa pasti saya dan
anggota yang lain ikut, dan saya juga bersama kelompok
bebrapa kali dipanggil untuk menjadi tamu dalam percontohan
kelompok tani yang berhsil dari hasil pembangunan desa…..”
(hasil wawancara 21 Juli 2017).

Sebagai Kepala Dusun Pak Bowo juga secara otomatis akan terlibat dalam

proses pelatihan-pelatihan yang diadakan di desa baik itu pelatihan berupa

penyuluhan mengenai kegitan pemberdayaan, pelatihan kegiatan BUMDES dalam

rangka pembangunan desa. Selain itu, sebagai Kadus maka aktor satu secara

otomatis menjadi panitia penyusun RPJMDes yang sudah diikuti dari tahun

pelaksanaan RPJMDes sejak tahun 2010-2015, dan tahun 2015-2020.

2. Bapak Herry sebagai Kepala Dusun II yang merupakan seorang wiraswata

memiliki toko yang berada di Dusun II, sebagai Kadus dan juga seorang pemilik

toko akto 2 cukup dikenal dilingkungan masyarakat Desa Sei Alim Ulu. Selama

menjadi Kadus selama itu juga Pak Herry mengikuti kegiatan pelatihan-pelatihan

yang diadakan di desa. Baik itu pelatihan atau pemberdayaan yang berhubungan

dengan pembangunan desa, sebagai kadus tugasnya adalah sebagai perwakilan

dari masyarakat untuk melakukan tindakan dengan persetujuan masyarakat yang

berkaitan dengan lingkungan. Sama halnya dengan Pak Bowo sebagai Kadus

tentunya Pak Herry tergabung menjadi panitia penyusun RPJMDes tahun 2015-

86
Universitas Sumatera Utara
2020 dan sebagai penyusun Musrenbang Desa sudah dilakukan sejak aktor 2

menjadi Kepala Dusun 4 tahun yang lalu. Hal ini disampaikan oleh Pak Herry

dalam proses wawancara bersama peneliti.

“…..selama saya menjadi Kadus tentunya setiap kegiatan desa


mengharuskan saya untuk datang karena dari kegiatan desa
nantinya saya lanjutkan kembali kemasyarakat informasi apa
yang sudah saya dapatkan, banyak pelatihan yang diadakan di
desa yang rutin dilakukan tiap tahun adalah kegiatan
penyuluhan dari dinas pertanian ataupun perikana/peternakan.
Tujuan dari penyuluhan ya untuk menabah wawasan
masyarakat, juga membentuk masyarakat untuk memiliki
keterampilan. Selain mengikuti penyuluhan sebagai kadus
pasti dilibatkan dalam proses pembangunan desa. Seperti
pelaksanaan hasil Musrenbang saya mengawasi kegiatan
pembangunan yang dilakukan. Kalau sebagai penyusun ya
seperti yang diketahui kepala dusun bertugas menyusun
RPJMDes, dan pastinya kegiatan Musrenbang Desa yang
dilakukan tiap tahun…..” (Hasil wawancara 22 Juli 2017).

3. Bapak Poniran adalah Kepala Dusun IV yang bekerja sebagai tani atau petani

yang mengurusi lahan ladang milik pribadi. Pak Poniran mengikuti kegiatan yang

dilaksanakan di desa seperti pelatihan atau penyuluhan untuk kelompok tani yang

diadakan di desa, penyuluhan juga dilakukan seperti penyuluhan dari Dinas

Pertanian tentang tata cara pembuatan pupuk kompos. Jika dilihat partisipasi Pak

Poniran dalam kegiatan pembangunan desa Pak Poniran menjadi penyusun

Musrenbang Desa dan juga penyusunan RPJMDes. Pak Poniran kerap menjadi

tempat konsultasi ketika pelaksanaan hasil Murenbang Desa seperti untuk

melibatkan siapa saja masyarakat yang bisa ikut terlibat dalam proses

pembangunan jalan dll. Pernyataan tersebut didapat saat melakukan wawancara

dengan Kadus Dusun IV.

“…..semua kegiatan yang ada di desa kan tujuannya untuk


pembangunan desa, kalau kurus pembangunan desa saya raya
tidak ada yang khusus/ pelatihan karena disini kita sering

87
Universitas Sumatera Utara
ngumpul di kantor desa untuk sekedar diskusilah gimana
perkembangan desa, kita juga ditinjau sama kasi PMK untuk
diskusi. Saya ya dengan pasti mendukung setiap kegiatan desa,
Saya sendiri sebagai Kadus kalau ditanya perannya ya gini
Musrenbang Desa sebagai perumus, RPJMDes juga gitu nanati
biasanya setelah ada hasil Musrenbang saya dipanggil Kades dan
juga biasanya LPM untuk ditanyai siapa aja masyarakat yang bisa
mengerakan untuk pembangunan hasil Musrenbang…..” (Hasil
wawancara 20 Juli 2017).

4. Bapak Warjo merupakan Kepala Dusun V dan juga memiliki pekerjaan sebagai

seorang wiraswastawan. Sebagai seorang Kepala Dusun Pak Warjo meiliki

beberapa peranan yang dijalankannya diantaranya pernah mengikuti

pendampingan atau merupakan perwakilan kabupaten dalam kegiatan KUBE atau

kegitan usaha bersama yang diselenggarakan di kota Padang beberapa tahun

silam. Diluar pendampingan yang pernah diikuti Pak Poniran juga mengikuti

kegiatan pelatihan ataupun penyuluhan yang diselenggarakan di Desa Sei Alim

Ulu. Untuk partisipasi yang dilakukan oleh aktor 4 dalam kegiatan pembangunan

di Desa Sei Alim Ulu tentunya sebagai Kadus Pak Poniran berkewajiban untuk

menjadi perumus dalam pembuatan RPJMDes serta menjadi perwakilan

masyarakat dalam pengajuan usulan rencana pembangunan desa dalam program

pembangunan desa yaitu Musrenbang Desa. Penjelasan mengenai peran Pak

Poniran diperoleh melalui proses wawancara yang dilakukan bersama peneliti.

“…..sebagai Kadus pasti saya wajib ikut setiap kegiatan yang


dilakukan desa,seperti besok yang akan dilaksanakan pelatihan
pembuatan pupuk kompos praktek secara langsung. Selain itu
saya pernah diundang dalam pelatihan dan pendampinga kegiatan
KUBE kepanjangan dari kegiatan usaha bersama, jadi saya adalah
perwakilan dari Kabupaten Asahan yang ikut ke Padang. Kalau
ditanya apa saja yang dilakukan berkaitan dengan pembangunan
desa sebenernya banyak kita para Kadus pasti punya bagian
dalam pengawasan kegiatan pembangunan yang ada di desa,
kalau yang paling inti dalam program pembangunan desa ya
sebagai panitia perumusan Musrenbang Desa sama juga dengan

88
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan atau perumusan RPJMDes…..” (Hasil wawancara
21juli 2017).

5. Bapak Suroto merupakan Kepala Dusun VI yang ada di Desa Sei Alim Ulu,

dan juga bekerja sebagai petani, beliau juga tergabung dalam kelopok tani yang

berada dikawasan Dusun VI. Pak Suroto menjalankan tugasnya sebagai Kadus

terkait dengan kegiatan pembangunan desa adalah sebagai perumus usulan

pembangunan desa dalam pelaksanaan Musrenbang Desa yang dilaksanakan tiap

tahun dan menjadi agenda tahunan pembangunan desa. Diluar kegiatan atau peran

aktor 5 dalam pembangunan desa juga sebagai Kadus sama halnya dengan Kadus

lainnya menjadi pengawas dalam setiap kegiatan pembangunan yang diadakan di

wilayah Desa Sei Alim Ulu. Seperti dikutip dalam pernyatan Pak Suroto ketika

dilakukan wawancara dengan peneliti.

“….. kegiatan pembangunan kan dari pemerintahan saya


sebagai Kadus kalau ada kegiatan tentunya ambil bagian pasti,
biasanya kita Kadus ya mengawasilah gimana pelaksanaan
pembangunan terutama pembangunan infrastruktur untuk
masyarakat. Kita liat proses kerjanya itu lah kalo ditanya
kegiatan pembanguan desa sama ini juga Musrenbang kemaren
kan kita Kadus ya harus terlibat sama juga dengan pembuatan
RPJMDes, Kadus harus terlibat…..”(Hasil wawancara 21 Juli
2017).

6. Bapak Poniman merupakan ketua dari LPM disamping itu beliau bekerja

sebagai karyawan BUMN tepatnya bekerja di PTPN yang berada dikawasan

Kecamatan Air Batu. Sebagai ketua LPM beliau memiliki tugas untuk

memonitoring seluruh kegiatan yang ada di Desa Sei Alim Ulu, Pak Poniman juga

bertanggung jawab atas proses pembangunan desa yang ada. Untuk menghasilkan

pembanguanan desa yang terarah maka terdapat pembinaan yang dilakukan oleh

pemerintah salah satunya yang kerap diikuti oleh Pak Poniman adalah pelatihan

LAPPIM (Lembaga Pendidikan dan Penelitian Indonesia Mandiri) yang berkaitan

89
Universitas Sumatera Utara
dengan musyawarah program desa yang bersangkutan dengan pembangunan desa.

Pak Poniman memiliki pengalaman dalam menjadi panitia pembentukan

BUMDes, perumusan Musrenbang Desa, RPJMDes serta membuat kegitan-

kegiatan gotong royong desa untuk menjalin solidaritas dan interaksi yang baik

sesama warga desa. Hal tersebut disampaikan oleh Pak Poniman saat melakukan

wawancara dengan peneliti.

“…..jadi kami LPM ini punya agenda khusus tentang pelatihan


atau pendampingan kegiatan yang dilakukan pemerintah nah
beberapa tahun belakangan yang saya ikuti adalah itu kegitan
LAPPIM itu karena dia berkaitan dengan program desa
pelatihan perumusan pembanguna desa begitulah. Untuk kegitan
yang lain yang saya ikuti berkaitan pembangunan desa di Sei
Alim ini kurang lebihnya ya saya sebagai panitia pembentukan
BUMDes yang ada di desa, petumus Musrenbang Desa juga
RPJMDes, kalau ditanaya kegiatan lain ya dari LPM kan
pastinya kita koordinasi setiap ada kegiatan di desa jadi
terkadang secara otomatis juga kita ikutin lah penyuluhan
pertanian gitu dan saya juga ya membuat jadwal gotong royong
desa untuk tiap dusun, supaya disini kita makin dekta gaada
yang ga kenal siapa tetangganya itu sih tujuannya…..” (Hasil
wawancara 23 Juli 2017).

7. Bapak Syahrizal adalah seorang ketua KPMD yang juga bekerja sebagai

Kepala Sekolah di sekolah swasta yang ada di Desa Sei Alim Ulu. Sebagai ketua

KPMD tentu tidak asing dari kegiatan-kegiatan pembangunan desa karena

keberadaan KPMD juga untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan desa. Pak Syahrizal ini merupakan kader yang juga untuk

menjalankan fungsinya tentunya mendapatkan pelatihan-pelatihan agar dapat

menjadi perwakilan masyarakat yang memahami arti pembanguan desa bagi

masyarakat. Adapun kegiatan yang pernah diikuti oleh beliau adalah seperti

pelatihan perubahan UU tentang desa kegiatan pembekalan untuk KPMD dan juga

penyuluhan-penyuluhan seperti mengenai dana desa dan penyuluhan penyusunan

90
Universitas Sumatera Utara
RPJMDes. Dari hasil penyuluhan tersebut maka Pak Syahrizal secara otomatis

terlibat sebagai panitia dalam pelaksanaan Musrenbang Desa. Hal tersebut

disampaikan oleh Pak Syahrizal saat wawancara berlangsung dengan peneliti.

“…..ada beberapa kegiatan yangmemang KPMD hrus ikuti,


pelatihan yang tujuannya pasti kita dapat pengetahuan baru
bekal baru mengenai pembangunan desa seperti pelatihan
khusus untuk KPMD, pelatihan pembaruan UU desa disitu kita
juga dibekali dengan pelatihan pengiprasian dana desa ada juga
pelatihan penyusunan RPJMDes kurang kebih itulah yang saya
ikuti. Kalau untuk menjadi panitia pembangunan desa ya saya
rasa sama saja dengan teman-teman yang ada di perangkat desa
seperti panitia pelaksana Musrenabng Desa, pelaksana
Musrenbang Desa…” (Hasil wawancara 23 Juli 2017).

Jika dikaitakn dengan pemikiran Bourdieu, dalam diri individu terdapat

modal yang menguatkan energi sosial yang hanya ada pada individu atau aktor

untuk memproduksi atau memproduksi tindakan-tindakanya dalam arena

perjuangan. Maka pemikiran Bourdieu dianalisis dengan penyusunan usulan

rencana pembangunan desa dalam pelaksanaan Musrenbang Desa di Sei Alim

Ulu, peran aktor tidak hanya sebatas tindakan yang mereka lakukan untuk

mengusulkan rencana pembangunan desa, melaikan juga para aktor bertindak atas

modal yang mereka miliki. Dari data yang telah dikumpulkan dilapangan terdapat

tiga modal yang digunakan oleh masing-masing aktor untuk berperan dalam

peemlaksanaan Musrenbang Desa.

a. Status jabatan atau pekerjaan yang dilakukan.

Jabatan merupakan modal simbolik yang dimiliki oleh masing-masing

aktor yang menggambarkan kedudukan aktor dalam pelaksaan Musrenbang Desa.

Melalui modal simbolik atau jabatan yang dimiliki aktor akan menentukan

otoritas tindakan yang akan diambil oleh aktor. Adapun masing-masing modal

91
Universitas Sumatera Utara
simbolik yang dimiliki para aktor : pertama sebagai Kadus, kedua sebagai ketu

LPM, dan ketiga sebagai ketua KPMD. Selain itu dari pekerjaan yang mereka

miliki menjadikan mereka memiliki relasi-relasi yang mungkin berbeda satu sama

lain dan menjadi penguat para aktor dalam mengusulkan rencana pembangunan

desa. Modal simbolik ini juga akan menjadikan kepercayaan hubungan antar aktor

satu dengan aktor lainnya yang berbeda-beda, sehingga menentukan perannya

dalam pelaksanaan Musrenbang Desa.

b. Keterampilan (Pengetahuan)

Berdasarkan hasil data lapangan yang telah dikumpulkan menggambarkan

bahwa setiap aktor memiliki keterampilan dalam kegiatan perencanaan

pembangunan desa. Keterampilan yang dimilki para aktor merupakan hasil dari

pelatihan dan terbiasanya para aktor terlibat dalam kegiatan pembangunan desa,

akan tetapi keterampilan yang dimiliki aktor berbeda antar aktor satu dan lainnya

sesuai dengan pekerjaan dan juga pelatihan yang telah mereka ikuti.

c. Kepercayaan

Aktor yang terlibat dalam pelaksanaan Musrenbang Desa merupakan

keterwakilan dari masyarakat untuk mengusulkan rencana kegiatan pembangunan

desa, berarti mereka telah memilki kepercayaan yang diberikan pada tiap aktor

untuk menjadi perwakilan masyarakat. Seperti yang dikatakan Bapak Legian yang

merupakan Kades baru di Dusun III.

“…..keberadaan Kepala Dusun dalam pelaksanaan


Musrenbang itukan sudah suatu gambaran kalau kami
masyarakat biasa setuju mereka jadi perwakilan, kami juga
percaya bahwa Kadus dari tiap dusun pasti berusaha yang
terbaik kan untuk desanya terlebih lagi untuk dusunnya. Setiap
Kadus meskipun mereka bersaing tapi kan satu tujuannya demi
pembangunan desa, jadi menurut saya sejauh ini dari

92
Universitas Sumatera Utara
masyarakat tidak ada protes yang berdampak negative itu
sudah jadi gambaran kalau kami mempercayai setiap
perwakilan yang hadir dalam pelaksanaan Musrenbang
Desa…..”(Hasil wawancara 20 Juli 2017).

d. Jaringan

Pelaksanaan proses Musrembang Desa ini tidak terhenti pada Musrenbang

ditingkat desa saja tetapi hingga keputusan akhir ditingkat kabupaten.

Beberapa aktor memiliki komunikasi yang bagus dalam mengintegrasikan

maksud rencana pembangunan yang mereka usulkan agar terpilih menjadi

prioritas rencana pembangunan desa pada Musrenbang Desa. Seperti yang

dikatakan Bapak Zaenal selaku Kasi PMK di kecamatan

“…..pelaksanaan Musrenbang Desa ini kan beberapa tahap


mulai dari desa, kecamatan sampai ketingkat kabupaten. Kalau
usulan mereka sudah masuk dalam usulan desa belum tentu
dikecamatan jadi prioritas utama lagi kan apalagi ditingkat
kabupaten belum tentu juga itu bisa terealisasi. Nah beberapa
orang-orang desa seperti Kadus atau yang lainnya pokoknya
yang mengusulkan ini juga punya hubungan baik dengan
beberpa orang pentinglah misalkan dengan Kades kan nanti
ditingkat lebih tinggi Kades punya peranan mempertahankan
usulan yang sudah dibuat kadus ditingkat desa atau juga punya
hubungan baik dengan anggota DPD karena mereka juga
punya hak untuk memilih usulan prioritas. Jaringan atau
kenalan itulah yang tidak jarang mereka gunakan dan menurut
saya sah-sah saja bukan suap itu namanya perjuangan untuk
desa…..” (Hasil wawancara 19 Juli 2017).

Jaringan yang dimaksud adalah modal sosial yang dimiliki olah para aktor

dalam mewujudkan usulan yang diajukan dalam rencana pembangunan desa.

Modal sosial ini terbentuk dengan adanya hubungan serta komunikasi yang baik

yang dijalani oleh para aktor. Membangunan hubungan yang baik sebagai jaringan

ini juga dikatakan oleh aktor 3 atau Bapak Poniran selaku Kadus Dusun IV

93
Universitas Sumatera Utara
“…..ya kita berkomunikasi yang baiklah sama Kades, LPM,
BPD, KPMD kan mereka punya hak juga untuk memilih
usulah untuk prioritas kalau kita baik bagus kan orang tau kita
kenal kita bisa jadi bahan pertimbangan juga untuk mereka.
Selain sama perangkat desa ya biasanya saya juga
komunikasilah sama perwakilan DPRD itu Bapak PP dari
wilayah sini istilahnya kita minta dibantulah untuk desa kita
waktu Musrenbang Desa kan dia juga ada janji pastinya sama
masyarakat desa kalu terpilih nanti desa akan dibantu ya
momen Musrenbang Desa inilah pas waktunya untuk minta
bantuan dari beliau…..” (Hasil wawancara 21 Juli 2017).

Komunikasi atau jaringan yang baik yang digunakan oleh para aktor dapat

menentukan kelanjutan proses terealisasinya usulan yang telah mereka ajukan

sebagai prioritas usulan rencana pembangunan dalam pelaksanaan Musrenbang

Desa di Desa Sei Alim Ulu.

Hal serupa juga terjadi pada penelitian dahulu yang dilakukan oleh Guty

(2014) tentang “Peran Aktor Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa (RPJMDes) di Desa Polobogo Tahun 2010-2015” menjelaskan

bahwa aktor melukan peran dalam penyusunan RPJMDes saling berkontensi

bersumber pada pengalaman konseptual maupun pengalaman praktis yang

dimiliki tiap akror. Berkat pengalaman, keprcayaan yang terjalin, keterampilan

dan jejaring yang dimanivestasi oleh aktor-aktor dalam tindakannya. Meskipun

latar belakang aktor berbeda-beda, namun karakteristik pencapaian tindakannya

dapat menentukan proses penyusunan dokumen RPJMDes sebagai dokumen

penting dalam rangka pembangunan masyarkat desa polobogo.

4.4.2 Penyusunan Usulan Rencana Pembangunan Desa dalam Pelaksanaan


Musrenbang Desa sebagai Arena Pertarungan.
Definisi ranah menurut Bourdieu dalam Haryatmoko (2003) merupakan

arena kekuatan sebagai upaya perjuanagan untuk memperebutkan atau bahkan

94
Universitas Sumatera Utara
mempertaruhkan sumber daya atau modal yang dimiliki oleh individu atau aktor.

Ranah juga disebut sebagai arena atau tempat perjuangan yang dilakukan antar

individu atau antara aktor. Jika dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti dalam hal ini yang menjadi ranah adalah proses pelaksanaan Musrenbang

Desa yang dilaksanakan di desa Sei Alim Ulu.

Melihat kembali pada kegiatan atau peran yang sudah dilakoni oleh aktor-

aktor dalam kegiatan pembangunan desa dapat dilihat bahwa aktor telah memiliki

modal atau keterampilan sehingga menunjang dalam menjalankan perannya di

arena pelaksanaan Musrenbang Desa. Dalam menjalankan peranannya untuk

pelaksanaan Musrenbang aktor memiliki strategi, strategi ini digunakan oleh aktor

dengan tujuan agar dia sebagai aktor mampu berperan dengan baik dan mencapai

hasil sesuai yang ditargetkan oleh aktor serta sesuai dengan harapan masyarakat.

Adapun strategi yang dilakukan oleh para aktor ialah:

1. Modal sosial dalam pendekatan terhadap masyarakat.

Pengumpulan aspirasi masyarakat adalah bentuk strategi kedekatan aktor

dengan masyarakat, karena seperti diketahui bahwa para aktor merupakan

perwakilan individu atau masyarakat lainnya dalam mengusulkan rumusan

rencana pembangunan desa. Disisi lain aktor ingin mempertegas bahwa dirinya

akan menjadi perwakilan masyarakat dalam pelaksanaan musrenbang desa, lain

strategi ini merupakan bentuk modal sosial yang dilakukan aktor aktor untuk lebih

mendekatkan diri dengan masyarakat, penjaringan kepercayaan masyarakat

kepada aktor dan mendapat persetujuan dari masyarakat itu sendiri mengenai apa

saja hal yang akan disampaikan pada pelaksanaan Musrenbang Desa, serta

mendapat simpati dari masyarakat.

95
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang dilakukan oleh aktor yang berprofesi sebagai Kepala Dusun

dalam menjalankan strateginya dengan cara mengundang masyarakat secara

terbuka untuk hadir dikegiatan perwiritan/kegiatan terbuka sembari membicarakan

rumusan rencana pembangunan desa yang akan diusulkan pada pelaksanaan

Musrenbang desa. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Revi yang merupakan warga

Dusun III

“…..masing-masing kepala dusun punya cara untuk


mengajak masyarakat ikut dalam pelasanaan Musrenbang
Desa, rata-rata masyarakat disini orangnya percayaan apalagi
sama Kadus, Kades karena nganggepnya emang udah tugas
mereka untuk jadi perwakilan masyarakat jadi ya yang
diusulkan pasti baik. Tapi, Kadus disini melalui kegiatan
perwiritan jadi strategi dia juga untuk membahas usulan
perumusan pmbangunan desa karena kalau disuruh ngumpul
agak susah dibalik kesibukan pekerjaan nah kalau perwiritan
ini udah kegiatan rutinan tiap minggu otomatis warga
berkumpulkan jadi dimanfaatkanlah untuk diskusi sama
masyarakat. Masing-masing diminta mengusulkan
pendapatnya, disini posisi Kadus menurut saya dia punya
komunikasi yg baiklah dengan warga poin plus sudah dapat
kepercayaan dapat kepercayaan lagi. Jadi lebih leluasa
kadusnya untuk mengusulkan usulan…..” (Hasil wawancara 19
Juli 2017).

Sama halnya dengan yang dilakukan oleh Kadus IV yaitu Bapak Poniran, atau

aktor 3 yang menggunakan strategi menjaring ditegaskan oleh Kadus Dusun IV

yaitu Bapak Poniran dalam wawancara yang dilakukan dengan peneliti

“…..saya menjalankan tugas saya sebaik mungkin,


Musrenbang ini bukan pertama kali diadakan didesa ini, sudah
beberapa kali dan selalu masyarakat harus dilibatkan dalam
pelaksanaan, kalaupun tidak hadir tapi muncul ide-ide tentang
pembangunan atau rencana pembangunan dari masyarakat.
Warga ikut andil punya peran juga walaupun pada akhirnya
kan saya yang jadi perwakilan untuk Dusun IV, tapi
masyarakat juga harus tau harus menyampaikan pendapat.
Saya kumpulkan mereka itu waktu Wiritan disitu kita sekalian
undang mereka untuk hadir rembukanlah istilahnya. Mereka

96
Universitas Sumatera Utara
mengusulkan saya juga mengusulkan kita rembukan mana
yang ahirnya kita pilih untuk diajukan dipelaksanaan
Musrenbang Desa. Kalau tidak memanfaatkan waktu wirit
susah juga buat kumpul pada sibuk masing-masing. Jadi kita
manfaatkanlah setelah perwiritan kita bahas semua tau kan
akhirnya, kalau nanti dusun kita ini yang jadi usulan terus saya
juga minta ke meraka ya dikasih tau warga lainnya sambil
ngobrol sesama tetangga gitu dan saya akan usulkan sama
semaksimal mungkinlah supaya usulan bisa
terlaksana…..”(Hasil wawancara 20 Juli 2017).

Kondisi serupa juga dijelaskan oleh Pak Warjo yang merupakan Kadus

dusun V, pendekatan terhadap masyarakat sangat penting selain berupa sosialisasi

juga sebagai bentuk dari partisipasi masyarakat akan perencanaan pembangunan.

Pelaksanaan berjalan dengan baik dan sesuai dengan prinsipnya bahwa

pembanguan desa berasal dari desa.

“…..satelah sosialisasi dari desa kemudian saya sampaikan


pada warga di Dusun V untuk berkumpul dibarengi dengan
kegiatan perwiritan rutin di dusun. Saya sampaikan seberapa
pentingnya kehadirn warga, usulan warga terhadap
perkembangan pembanguanan desa nantinya. Terkadang warga
bukan tidak peduli hanya saja masing-masing kesibukan yang
membuat partisipasi warga rendah, tapi saya sampaikan kepada
warga kalau mau maju ya harus warganya juga ikut maju ikut
peduli tidak hanya mengandalkan perangkat desa saja. Dalam
musyawarah juga saya kasih pandangan seperti misalnya
ternak kambing nih itu bisa banyak manfaatnya selain
teranaknya kita juga bisa mengolah kotorannya menjadi pupuk,
kita juga bisa menyediakan pakan ternak untuk dijual. Jadi,
dalam satu usaha ada beberapa keterampilan dan keuntungan
yang bisa didapakan masyarakat. Pemahaman yang saya kasi
juga itu saya dapatkan dari penyuluhan pendampingan KUBE
waktu di Padang jadi sekalian saya juga memberi informasi
apa yang saya dapatkan karena itu tujuannya baik dan tidak
hanya bermanfaat untuk saya tapi untukmasyarakat……”
(Hasil wawancara 21 Juli 2017).

Strategi yang digunakan aktor bertujuan pada peranan yang akan dilakoni

pada pelaksanaan Musrenbang Desa. Dalam hal ini aktor menggunakan

keterampilan yang telah diperoleh dari penyuluhan yang pernah diikiti aktor.

97
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, aktor dalam berperan juga berdasarkan jabatan yang dimiliki aktor.

Adapun jabatan yang diduduki aktor dalam hal ini sebagai Kepala Dusun dan

akan menjadi perwakilan warga tiap dulun dalam pelaksanaan usrenbang Desa di

Desa Sei Alim Ulu pada 11 Januari 2017.

Adapun hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sumampow (2016)

tentang “Peran Kepala Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Di

Bidang Pembangunan (Studi di Desa Koha Timur Kecamatan Mandolang

Kabupaten Minahasa)” menjelaskan bahwa Kepala Desa memiliki Strategi dalam

mengajak masyrakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembanguna desa

dengan cara melakukan pembinanan terhadap masyarakat desa, pembinaan

merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses pemberdayaan

masyarkat. Pembinaan dilakukan oleh kepala desa melalui nilai-nilai kearifan

lokal yang memang sudah dari dulu dianut oleh masyarakat desa seperti semangat

gotong royong yang saat ini mulai terkikis dengan budaya luar yang hanya

mementingkan diri sendiri, dan itu patut untuk ditumbuhkan kembali.

Kepala Desa juga membina kehidupan masyarakatnya tida hanya melalui

kegiatan formal tetapi juga melalui kegiatan nonformal. Kepala desa harus lebih

sering mengajak warganya untuk berdialog dan berbincan-bincang secara terbuka.

Hampir setiap kegiatan pembangunan yang dilakukan di Desa Koha Timur

dilaksanakan melalui musyawarah. Kepala desa selalu melakukan koordinasi

dengan bawahannya, dan juga terhadap atasannya seperti camat dan pemimpin

daerah.

2. Musrenbang Desa sebagai arena menyatukan modal yang dimiliki aktor.

98
Universitas Sumatera Utara
Sebagai aktor dalam Musrenbang desa mereka telah memiliki pemahaman tentang

sebuah perencanaan pembangunan desa. Pemahaman tentang pembangunan desa

memudahkan aktor dalam memainkan perannya ketika pengajuan usulan rencana

pembangunan desa. Prinsip pada pembangunan desa dimana usulan tersebut

berasal dari masyarakat dan meliatkan masyarakat serta berkaitan dengan

kepentingan masyarakat. Hal ini dilakukan oleh aktor 1 yaitu Bapak Bowo yang

merupakan Kadus Dusun I

“…..sewaktu menyampaikan usulan yang sudah kita rembukan


saya juga menjelaskan kenapa saya mengusulkan hal tersebut
terus saya juga bilang usulan yang kita ranvanag ini siapa saja
nantinya yang akan menikmati manfaatnya selain berdampak
khusus bagi dusun kami juga akan berdampak pada masyarakat
yang di dusun lain…..” (Hasil wawancara 21 Juli 2017).

Pelaksanaan Musrenbang juga diwarnai dengan adu pendapat serta

mempertahankan pendapat, terjadi perbandingan yang dilakukan antar satu aktor

dengan aktor yang lainnya. Namun, tidak jarang juga antara usulan aktor satu

dengan aktor lainnya saling berkaitan, karena pada prinsipnya pembangunan desa

itu akan selalu berdampak pada seluruh masyarakat. Baik itu pada sejarah

perubahan terhadap kesejahteraan ataupun perubahan yang dirasakan dalam

pemanfaatan hasil pembangunan desa dari segi infrastruktur. Hal ini dikatakan

oleh Bapak Suroto yang merupakan Kepala Dusun VI,

“…..berdebat sih biasa namaya juga kita musyawarah


rembukan, tiap dusun mau yang terbaik hasilnya karena
masyrakat sudah percaya ke kita, tidak ada menang kalah kan
yang ada priorotas sangat dibutuhkan dan dibutuhkan. Usulkan
semua yang sudah dirembukan sebelumnya setelah itu ya kita
tinggal menunggu hasil saja karena kalau sebenarnya kan tidak
semua bisa terlaksana tahun ini, bisa juga dianggarkan atau
diusulkan lagi tahun depan. Terpenting usulan pembangunan
desa ini ya yang bisa dirasakan sama semua
masyarakatlah…..”(Hasil wawancara 21 Juli 2017).

99
Universitas Sumatera Utara
Menjalankan peran sebagai aktor Musrenbang meskipun bukan pertama kalinya

bagi aktor dan walaupun terkadang ada rasa ketidak puasan, tetapi para aktor tetap

melakoni perannya dengan baik hal ini dilakukan karena pembangunan desa akan

sangat berdampak bagi kemajuan masyarakat desa. Hal ini disampaikan oleh

Bapak Warjo selaku Kadus Dusun V

“…..terkadang ada rasa tidak percaya pada pelaksanaan


musrenbang karena mustahil semua bisa terpenuhi, belum lagi
kita harus adu argument seperti saya sering sekali protes
membahasa prioritas itu yang pas seperti apa. sebagai
perwakilan masyarakat ya saya harus optimis bagaimanapun
juga harapan masyarakat dusun ada ditangan saya jadi nanti
terlepas dari hasil saya tetap akan mengajukan
membandingkan merasionalkan usulan yang saya ajukan
dengan pertimbangan-pertimbangan yang memang layak
terpilih atau enggaknya yang jelas musrenbang ini berdampak
positiflah buat pembanguna desa, jelas Nampak
perubahannya…..”(Hasil wawancara 21 Juli 2017).

Aktor sebagai perwakilan masyarakat juga tidak hanya melakukan

tindakan kolektif saja dalam melakoni perannya untuk pembangunan desa. Aktor

tidak hanya terlihat berperan sebagai individu yang berjuang mengajukan usulan

rencana pembangunan desa sendiri dengan kemampuan, melainkan juga

melakukan tindakan kolaboratif secara kolektif dalam melakoni perannya bersama

dengan aktor lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Desa yaitu Bapak

Zuprizal Lubis

“…..kita tau yang hadir Musrebang Desa ini adalah perwakilan


dari tiap-tiap masyarakat di dusun yang berbeda-beda. Seperti
peran Kadus kita sudah taulah mereka pasti mengajukan untuk
kemajuan dusunnya, akan tetapi selain dari itu diusulkan para
kadus juga punya kerja sama atau bisa kita bilang konsultasi
gitu mereka juga tujar pendapat mencari masukan dari
beberapa KPMD atau juga anggota LPM. Seperti kita tahu
LPM dan KPMD sering mendapat pelatihan untuk
pembanguan desa, jadi mereka bisa sambil belajarlah dalam

100
Universitas Sumatera Utara
perumusan pembanguanan desa supaya usulannya tidak sia-sia
bukan sekedar asal usul saja. Jelasnya terjalin komunikasi yang
baik anatara perwakilan Musrenbang Desa dalam pengusulan
usulan rencana pembangunan desa…..(Hasil wawancara 24
Juli 2017).

Ditambahkan oleh Bapak Bowo sebagai aktor 1 dan Kepala Dusun I

“…..terkadang dari kita yang mengusulkan ini juga adalah


kerjasamanya dalam arti apa kerja sama persetujuan
pembangunan jadi meskipun proses pembangunan seperti
pembangunan infrastruktur jalan dibangun di Dusun I tapi
beberapa dusun juga setuju untuk didahulukan
pembangunannya, nah kenapa demikian karena jalan dari
Dusun I kan dilalui oleh semua masyarakat nih kalau mau
menuju ke jalan besar kita biasanya juga kalau ada usaha rumah
tangga itu dikumpulkan di Dusun I baru dipasrkan nanatinya,
Jalan yang dibangun memang untuk Dusun I tapi manfaat dari
proses pembangunan itu dirasakan semua masyarakat desa
makanya bisa jadi prioritas sangat dibutuhkan, juga disetuji
sama oengusul yang lain. Ada kerjasama juga tidak semuanya
usulan itu berdiri sendiri dan hanya bermafaat bagi masyarakat
di satu dusun saja…..” (Hasil Wawancara 21 Juli 2017).

Relasi dan kapasitas yang dimiliki aktor dengan latar belakang yang sama

membuat mereka saling mengenal dan mengatahui karekter masing-masing aktor,

sehingga dapat dikatakan bahwa relasi antar aktor sudah terjalin jauh sebelum

pelaksanaan Musrenbang Desa tahun 2017 di Desa Sei Alim Ulu. Serta

kepercayaan terjalin diatara para aktor memungkinkan untuk mereka saling

berkolaborasi dan berkompetensi secara kolektif dalam pelaksanaan Musrenbang

Desa.

Jika dikaitkan dengan pemikiran Bourdieu dalam Agusta (2012) mengenai

arena bahwa struktur arena merupakan ruang posisi-posisi, tak lain adalah struktur

distribusi modal properti-properti spesifik yang mengatur keberhasilan di dalam

arena, pengalaman keragaman posisi yang pernah ditempati agensi dinamakan

101
Universitas Sumatera Utara
lintasan. Adapun hubungan antar agensi yang melibatkan kekuasaan yang inheren

disebut sebagai strategi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai peran aktor

dalam pelaksanaan Musrenbang Desa secara tidak langsung para aktor memiliki

strategi yang dilaksanakan secara tidak sadar dan bersifat jaringan. Strategi

dilakukan antar aktor dengan mempertimbangkan modal yang dimiliki, baik

berupa modal budaya yaitu kemampuan diri berbicara didepan publik, modal

sosial dalam hal ini jaringan, kepercayaan serta modal simbolik yang merupakan

status atau jabatan dari setiap aktor. Adapun strategi dalam pelaksanaan

Musrenbang Desa ialah dalam pengumpulan aspirasi masyarakat untuk

merumuskan rencana pembangunan desa dan peran aktor ketika Musrenbang Desa

berlangsung. Modal biasanya bersifat spesifik dalam suatu arena tertentu, dan

dengan modal tersebut aktor dapat bertahan dengan cara menegaskan

perbedaannya, membuat diri mereka diketahui dan diakui.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Capriati (2013) tentang

“Strategi Dan Perjuangan Pedagang Kaki Lima (Pkl) Di Kelurahan Pasar Pagi

Kota Samarinda “penelitian ini menggunakan teori Bourdieu yang membahas

strategi yang dilakukan pedagang kaki lima. Adapun ranah dalam penelitian

tersebut ialah Kelurahan Pasar Pagi merupakan ranah bisnis yang cukup strategis

di Kota Samarinda, ranah ini merupakan arena bagi para pelaku bisnis. Pedagang

kaki lima dikategorikan sebagai pemilik modal kecil yang bertaruh dalam

perjuangan mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Jumlah mereka

yang relatif banyak dan membuat persaingannya juga meningkat. Persaingan

sesama pemilik modal kecil tentunya ada pada tempat lokasi berdagang, produk,

102
Universitas Sumatera Utara
pelayanan dan penyusunan barang. Untuk tetap bertahan maka setiap pedagang

kaki lima dalam hal ini sebaga aktornya memiliki strategi agar dapat bertahan

dalam mengembangkan usaha ditengan banyaknya persaingan. Strategi tersebut

berkaitan dengan semakin dekat lokasi berdagang dan sering ditemui konsumen

maka dagangan akan semakin laris. Begitu juga dari segi pelayanan yang

dilakukan oleh para pemilik modal kecil ini, mereka harus ramah dalam melayani

konsumen. Strategi tersebut yang dijalankan oleh pedagang kaki lima dalam

mempertahankan eksistensinya melakukan kegiatan berbisnis di Kelurahan Pasar

Pagi.

4.4.3 Tindakan Aktor dalam Penyusunan Musrenbang Desa (Penjelasan


Atas Konsep Bourdieu)
Penelitian ini berjudul Peran Aktor Dalam Pelaksanaan Musrenbang Desa,

akan melihat sejauh mana aktor berperan dalam mengusulkan rencana

pembangunan desa yang diselenggarakan ketika pelaksanaan Musrenbang Desa.

Melalui penelitian ini akan melihat apa saja yang dilakakukan oleh aktor melalui

konsep Pierre Bourdieu mengenai peran aktor.

103
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5.
Skema Tindakan Aktor dalam Penyusunan Musrenbang Desa (Penjelasan
Atas Konsep Bourdieu)

Aktor Habitus
Habitus

Modal Modal

Aktor
Aktor

ARENA

Pelaksanaan
Musrenbag Desa Habitus
Habitus
Modal
Modal

Aktor
Aktor

Habitus Habitus

Modal Modal
Aktor

Keterangan:
Arena berjalan dengan adanya aktro yang berperan
Peran aktor dipengaruhi oleh habitus dan modal
Habitus dan modal mempengaruhi arena sebagai tempat
pertarungan.

Melalui penelitian akan dilihat pelaksanaan Musrenbang Desa yang didekati

dengan konsepi pemikiran Bourdieu mengenai peran aktor, maka pada table 4.14

akan menggambarkan unsur-unsur konsep Bourdieu yang ditemukan dalam

kenyataan di lapangan.

104
Universitas Sumatera Utara
1. Habitus

Menurut Bourdieu dalam Agusta (2012) Habitus yakni disposisi

berdasarkan peraturan yang akan melahirkan perilaku-perilaku berdasarkan

aturan dan teratur, habitus merupakan asal-usul berupa skema persepsi, pikiran

dan tindakan praktik maupun kolektif. Dapat dikatakan bahwa habitus

merupakan pengalaman serta keterampilan yang dimiliki oleh individu, ataupun

antar individu.

Jika dilihat pada peran aktor dalam pelaksanaan Musrenbang Desa sama

halnya dengan yang dikonsepkan oleh pemikiran Bourdieu mengenai habitus

bersumber pada keterampilan yang dimiliki oleh aktor. Adapun habitus dalam

pelaksaan Musrenbang Desa berdasarkan aktor dalam memainkan peranya

adalah:

Gambar 4.6.
Habitus yang Dimiliki Aktor

1. Pengalaman dari pelatihan yang Aktor 1


diikuti
2. Memiliki pengalaman bersama Aktor 2
dalam pelaksanaan Musrenbang
Desa
3 Pengalaman yang diperoleh aktor Aktor 3
mengenai pelaksanaan
Musrenbang Desa yang ideal dan Aktor 4
berdasarkan tahapan memenuhi
aturan berlaku. Aktor 5
sember: hasil lapangan
Aktor 6
Aktor 7

Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Listysni (2016) tentang

“Praktik Sosial Pemberdayaan Masyarakat Miskin Idiot Melalui Model Kerajian

Di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo” dalam

penelitian ini terdapat habitus yaitu pertama, terlebih dahulu menginformasikan

105
Universitas Sumatera Utara
atau mensosialisasikan pada tuna grahita untuk ikut pada pemberdayaan, kedua

menggunakan konsep penyemangat dengan memberikan bantuan pada tuna

grahita agar mereka mau datang dan mengikuti pelatihan. Ketiga, pemberian kode

warna untuk kerajinan yang diproduksi, keempat motivasi dan pendampingan

serta yang kelima metode pemberdayaan aktif dengan menyisipkan pembelajaan

komunikatif. Jadi habitus yang terbentuk merupakan kunci dari keberhasilan

pemberdayaan masyarakat miskin idiot melalui model kerajinan di Desa

Karangpatih Kecamatan Balong Kebupaten Ponorogo.

2. Modal

Menurut Bourdieu dalam Haryamoko (2003) terdapat reproduksi tindakan

sosial individu ataupun kelompok, hubungan antar individu, maupun antar

kelompok, tergantung pada kepemilikan sumber daya. Dalam pelaksanaan

Musrenbang Desa, peran yang dimainkan aktor secara individu ataupun secara

kolektif berasal pada modal yang aktor miliki dan mampu untuk dimanfaatkan

oleh para aktor. Terlihat dalam pelaksanaan Musrenbang Desa ada beberapa

modal yang dimiliki oleh aktor, diantaranya adalah:

a. Modal simbolik

Modal simbolik menurut Bourdieu dalam Krisdianto (2014) adalah jenis

sumber daya yang dioptimalkan dalam meraih kekuasaan simbolik. Modal

simbolik pada mengacu pada derajat akumulasi prestise, kehormatan, dan

dibangun diatas dialektika pengetahuan dan pengalaman. Menurut Bourdieu

dalam Jenkins (2004) modal simbolik yang tidak lepas dari kekuasaan simbolik

yang memungkinkan mendapatkan setara dengan apa yang diperoleh melalui

106
Universitas Sumatera Utara
kekuasaan fisik dan ekonomi, berakibat khusus pada mobilisasi. Modal simbolik

ini merupakan kekhasan bagi para aktor.

Pada penelitian ini terlihat bawa modal simbolik yang dimiliki aktor dapat

mempengaruhi penilaian dan pandangan masyarakat terhadap aktor bahwa aktor

tersebut memiliki kelayakan dan menjadi perwakilan bagi masyarakat utnuk ikut

pada pelaksanaan Musrenbang Desa. Dalam pelaksanaan Musrenbang Desa,

adapun modal simbolik yang dimilik para aktor adalah

Gambar 4.7
Modal Simbolik yang Dimiliki Aktor

Aktor 1 Aktor 2 Aktor 3


(Bapak Bowo) (Bapak Herry) (Bapak
1.Kadus 1.kadus Poniran )
2. Ketua 2. Pedagang 1.Kadus
Kelompok Tani 2. Anggota
3. Anggota Kel. Kelompok Tani
Bumdes

Aktor 4 (Bapak
Warjo)
1.kadus
2. Wiraswatawan

Aktor 5 (Bapak Aktor 7 (Bapak


Suroto) Syahrizal)
1.Kadus 1.Ketua KPMD
2. Anggota Aktor 6 (Bapak 2. Kepala
Kelompok Tani Poniman) Sekolah
1.Ketua LPM
2. Karyawan
BUMN

Sumber: Data hasil lapangan

b. Modal Budaya

Modal kultural atau budaya adalah keseluruhan kualifikasi intelektual

yang bisa diproduksi melalui pendidikan formal maupun warisan keluarga, seperti

107
Universitas Sumatera Utara
kemampuan menampilkan diri di depan publik, kepemilikan benda-benda budaya

bernilai tinggi, pengetahuan dan keahlian tertentu hasil pendidikan formal,

sertifikat (termasuk gelar sarjana). Contoh lain modal kultural adalah kemampuan

menulis, cara pembawaan dan cara bergaul yang berperan dalam penentukan

kedudukan sosial. Dengan demikian modal kultural merupakan representasi

kemampuan intelektual yang berkaitan dengan aspek logika, etika, maupun

estetika, atau dalam bahasa lainnya disebut sebagai modal yang berdasar pada

pengetahuan yang dilegitimasi. Adapun modal budaya yang dimiliki para aktor

dapat dilihat pada gambar 4.7.

108
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8.
Modal Budaya yang Dimiliki Aktor

Modal Budaya:
Keterampilan yang dimiliki
aktor:
1. Pelatihan dan penyuluhan
pertanian
2. Pelatihan pengurusan Aktor 1
pensahan kelompok tani
3. Pelatihan pemberdayaan Bapak Bowo
4. Pelatihan Bumdes
Panitia penyusunan
5. Pelatihan penyusunan
RRPJMDes

Modal Budaya: Aktor 2


Keterampilan yang dimiliki Bapak Herry
aktor:
1. Pelatihan dan penyuluhan Aktor 3
pertanian dan perikanan Bapak Poniman
2. Pelatihan pemberdayaan
3. Pelatihan penyusunan Aktor 5
RRPJMDes Bapak Suroto
Modal Budaya:
Keterampilan yang dimiliki Aktor 6
aktor: Bapak Poniman
1. Pelatihan program desa
(LAPPIM)
2. Pelatihan BUMDes
3. Penyuluhan pertanian dan
perikanan
Modal Budaya:
Keterampilan yang dimiliki aktor:
1. Pelatihan dan penyuluhan Aktor 4
pertanian dan perikanan Bapak Warjo
2. Pelatihan pemberdayaan
3. Pelatihan penyusunan
RRPJMDes
4. Pelatihan, Pndampingan KUBE
Modal Budaya:
Keterampilan yang dimiliki
aktor: Aktor 7
1. Pelatihan perubahan UU Bapak Syahrizal
tentang desa
C. 2. Pelatihan
Social BUMDes
Capital merupakan sumber daya yang dipandang sebagai investasi
3. Pelatihan dan
penyuluhan dana desa
untuk mendapatkan sumber daya baru. Sumber daya yang digunakan untuk

investasi, disebut dengan modal. Modal sosial cukup luas dan kompleks. Modal

109
Universitas Sumatera Utara
sosial disini tidak diartikan dengan materi, tetapi merupakan modal sosial yang

terdapat pada seseorang. Misalnya pada kelompok institusi keluarga, organisasi,

dan semua hal yang dapat mengarah pada kerjasama. Modal sosial lebih

menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antar individu dalam

suatu kelompok dan antar kelompok, dengan ruang perhatian pada kepercayaan,

jaringan, norma dan nilai yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma

kelompok. Adapun modal sosial yang dimiliki aktor dalam penelitian pelaksanaan

Musrenbang Desa di Desa Sei Alim Ulu dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.9.
Modal Sosial yang Dimiliki Aktor

Modal Sosial:
Aktor 1
1. Kepercayaan dari Bapak Bowo
masyarakat Aktor 4
2. Kedekatan dengan Bapak Warjo
sesama aktor
3. Jaringan dengan anggota Aktor 6
DPRD sebagai tim Bapak Poniman
delegasi kabupaten
untuk Musrenbang
Kecamatan Aktor 7
Bapak Syahrizal

Modal Sosial: Aktor 2


Bapak Herry
1. Kepercayaan dari
Aktor 3
masyarakat
Bapak Poniran
2. Kedekatan dengan
sesama aktor
Aktor 5
Bapak Suroto.

Penelitian terdahulu dengan judul yang berbeda namun menggunakan

perspektif yang sama yaitu pemkiran Bourdieu yang dilakukan oleh Putra (2013)

dengan judul “Pemberdayaan Sosial Masyarakat Studi Diskriptif Perubahan

110
Universitas Sumatera Utara
Perilaku Pengelolaan Sampah Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Pada

Warga Kmapung Margorukun” hasil penelitian menunjukan bahwa warga

Kampung Margorukun menggunakan modal sosial dalam membantu dan

membangun warga . Modal sosial yang digunakan oleh masyaralat adalah dengan

modal-modal yang dimiliki oleh warga kampung Margorukun yang difungsikan

kembali dengan upaya pemberdayaan masyarakat ini memberikan wilayah

tersendiri bagi warga yang tinggal di sana untuk dapat berpartisipasi dalam segala

kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Sehingga jelas bahwa modal sosial yang

dimiliki warga kampung Margorukun harus digali kembali agar potensinya dapat

digunakan untuk kebaikan masyarakat. Modal sosial pada warga kampung

Margorukun terbentuk atas dasar metode pemberdayaan masyarakat yang telah

merubah perilaku mereka yang berkaitan dengan perilaku hidup bersihnya.

Metode pemberdayaan masyarakat yang diterapkan di sana memiliki beberapa

manfaat untuk warga Kampung Margorukun itu sendiri.

Penelitian ini sejalan dengan pemikiran Bourdieu bahwasannya terdapat

modal yang akan mempengaruhi keberhasilan dan cara bertindak yang dilakukan

oleh aktor. Menurut Bourdieu dalam Jenkins (2004) modal merupakan sebuah

konsentrasi kekuatan, memiliki modal khusus agar dapat bertahan dan hidup

didalamnya. Konsep modal menurut Bourdieu mencakup berbagai hal yang

sangat luas dari hal materi (yang memiliki nilai simbolik), serta atribut yang tidak

tersentuh (prastise, otoritas, status), dan modal budaya (yang berkaitan dengan

selera budaya dan pola-pola konsumsi). Aktor dalam menjalankan perannya

dalam pelaksanaan Musrenbang Desa menggunakan modal ssimbolik berupa

jabatan atau statusnya, modal budaya berupa hasil dari penyuluhan menajdikan

111
Universitas Sumatera Utara
aktor berpengetahuan dan mampu menjalin serta membangun komunikasi yang

baik dengan masyarakat, dan yang ketiga yaitu modal sosial dimana aktor

mendapatkan kepercayaan dari masyarakat serta memiliki jaringan yang

digunakan untuk memperkuat status dan kedudukan sebagai aktor dalam

bertindak dan merumuskan usulan rencana pembanguna desa.

3. Arena

Peran aktor dalam pelaksanaan Musrenbang Desa tidak bisa terlepas dari

konsep Bourdieu yaitu arena. Arena meruapakan tempat atau medan dimana

berlangsungnya perjuangan yang dilakukan oleh aktor dalam menjalankan

perannya. Seperti telah dibahas sebelumya bahwa penelitian ini menempatkan

arena aktor menjalankan perannya yaitu pada pelaksanaan Musrenbang desa akan

tetapi arena perjuangan aktor tidak hanya ketika pelaksanaan Musrenbang Desa

ada strategi yang digunakan aktor ketika mengumpulkan usulan rencana

pembangunan desa, pertemuan dengan masyarakat dusun menjadi awal mula

arena yang terbangun oleh aktor.

Jika dilihat berdasarkan pandangan Bourdieu dalam Jenkins (2004) arena

merupakan ruang untuk mempertarungkan posisi-posisi untuk saling menguatkan

ataupun menjatuhkan antar individu atau kelompok dengan berbagai modal yang

tersebar. Posisi berbagai agen di dalam medan ditentukan oleh jumlah bobot

relative modal yang mereka miliki. Struktur medan itulah yang menunjang dan

menuntun strategi apa yang digunakan untuk melindungi atau meningkatkan

posisi mereka. Medan digambarkan sebagai pasar terbuka yang di dalamnya

terdapat berbagai jenis modal yang disebarkan (Ritze, 2015).

112
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pandangan Bourdieu mengenai arena tersebut, terlihat dalam

penelitian ini bahwa ketika pelaksanaan Musrenbang Desa yang juga merupakan

arena para aktor untuk memainkan peranannya dalam menyampaikan usulan

rencana pembangunan desa, serta mempertahankan pendapat hingga usulan yang

diajukan menjadi prioritas salam usulan Musrenbang Desa. Ketika memainkan

peranannya atau tindakan yang, dimainkan atau dilakoni oleh para aktor

dipengaruhi dengan adanya modal yang dimiliki para aktor. Modal yang dimiliki

oleh para aktor seperti modal sosial berupa jaringan dan kepercayaan, modal

budaya berupa tatakrama dan kesopanan yang dimiliki aktor, serta simbolik atau

jabatan yang dimliki aktor ini dijadikan sebuah strategi oleh tiap aktor dalam

menjalankan peranannya. Modal sebagai penguat identitas aktor sementara

strategi adalah cara atau jalana aktoir untuk meraih tujuannya.

Hasil yang sama juga terjadi pada penelitian terdahulu yang mengkaji

tentang “Distribusi Arena Polisi Cepek (Studi mengenai Habitus, Modal, dan

Arena pada Praktik Sosial Polisi Cepek di Ketintang Selatan)” yang dilakukan

oleh Patniawati (2015) mengambarkan bahwa posisi arena dalam penelitian

tersebut adalah ruang dan waktu tertentu yang disini ruang dan waktu meraka

adalah ketika berada dalam kelompok pekerja polisi cepek dan mejadi bagian di

dalamya. Praktik sosial polisi cepek sendiri terdapat pada saat dimana mereka

melakukan pekerjaan sebagai polisi cepek dengan mengatur lalu lintas yang ada

sesuai waktu yang telah ditentukan. Dikarenakan jam saat mereka menjadi polisi

cepek merupakan pembentukan struktur yang telah disepakati oleh semua anggota

kelompok polisi cepek (khususnya para pioner) melalui jadwal jam berjaga,

masing-masing polisi cepek di setiap jamnya cenderung berjaga dengan sesama

113
Universitas Sumatera Utara
rekannya polisi cepek. Kekhawatiran akan kelalaian jika berjaga sendirian jika ada

kereta melintas, dan juga kondisi jalanan yang semakin ramai khususnya ketika

jam pulang sekolah, jam pulang dan berangkat kerja, serta jam istirahat membuat

kebijakan berjaga lebih dari satu orang disepakati dan diberlakukan oleh mereka.

114
Universitas Sumatera Utara
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam sebuah penelitian yang cakupan pembahasaanya cukup banyak,

sehingga perlu ada bagian yang dapat memberi penjelasan singkat dan padat yaitu

melalui kesimpulan. Adapun kesimpulan dalam penelitian mengenai peran aktor

dalam pelaksanaan Musrenbang Desa di Desa Sei Alim Ulu Kecamatan Air Batu

Kabupaten Asahan adalah:

1. Peran aktor dalam pelaksanaan Musrenbang Desa bertugas seabagai

perwakilan masyarakat dengan mengajukan usulan rencana pembangunan desa.

Terdapat 7 aktor yang berperan penting dalam pengajuan usulan, 5 diantaranya

adalah Kadus yang mewakili wilayah dusun masing-masing. Dari kelima Kadus

tersebut hanya ada 3 dusun yang mengusulkan usulan terbanyak dan menjadi

prioritas sangat dibutuhkan dalam pembangunan desa.

2. Rendahnya presentase kehadiran warga pada proses rembukan dusun untuk

mengumpulkan aspirasi masyrakat terhadap rencana pembangunan desa,

dikarenakan sebagian warga berhalangan hadir dengan alasan beristirahat

sepulang bekerja, selain itu baiknya komunikasi dan tingkat kepercayan bahwa

Kadus sangat tinggi mereka beranggapan Kadus lebih mengetahui kondisi dusun

dan pembanguann untuk desa. Lamanya masa jabatan yang diduduki oleh Kadus

menggambarkan bahwa masyarakat memiliki kepercayaan serta komunikasi yang

baik dengan para Kadus.

3. Arena dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Musrenbang Desa sebagai

wadah atau ranah pertarungan bagi aktor dalam menjalankan perannya. Aktor

115
Universitas Sumatera Utara
tidak terlepas dari habitus yang merupakan hasil keterampilan dari pelatihan dan

penyuluhan yang diikuti oleh aktor selama menduduki jabatannya. Untuk lebih

memperkuat peran yang dimainkan, aktor memiliki 3 modal yaitu modal simbolik

berupa jabatan sebagai Kadus, dan LPM serta KPMD, modal sosial berupa relasi

dengans sesama aktor maupun relasi dari anggotan DPRD kabupaten, modal

budaya berupa cara berfikir dan bertindak yang didapatkan dari hasil pelatihan

dan keterampilan yang dimiliki aktor. Modal sosial meruapakan kepercayaan yang

diberikan masyarakat kepada aktor.

5.2. Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penulis terhadap peran aktor dalam

pelaksanaan Musrenbang Desa di Desa SeiAlim Ulu, Kecamatan Air Batu,

Kabupaten Asahan, yaitu;

1. Diharapkan aktor mampu untuk mengajukan usulan rencana pembangunan

sebanyak mungkin karena melalui usulan Musrenbang Desa bisa dijadikan

evaluasi dari keluhan masyrakat mengenai pembangunan desa, dan melalui proses

Musrenbang Desa dapat terlihat dusun mana yang menonjol dalam pembangunan

desa.

2. Peran Kepala Desa dibutuhkan untuk meningkkan presentasi kehadiran atau

partisipasi masyrakat dalam rembukan dusun. Pelaksanaan Musrenbang Desa

hanya dilaksanakan satu tahun sekali. Kehadiran kepala desa akan menambah

nilai dari pelaksanaan rembukan dusun sehingga warga berkenaan untuk hadir

pada rembukan dusun, dan menggambarkan bahwa Kades memiliki rasa

bertanggung jawab pada rembukan dusun.

116
Universitas Sumatera Utara
3. Semakin banyak aktor mengikuti pelatihan akan meningkatkan nilai kreatifitas

dan keterampilan pada aktor sehingga mengguatkan posisi aktor, melalui

pengalaman yang ada akan mempengaruhi cara aktor berperan dan menjadikan

nilai tambah bagi aktor untuk memperoleh nilai tambah pada penilaian usulan

yang diajukan.

117
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Abe, Alexander. 2005. Perencanaan Daerah Partisipatif. Yogyakarta : Pustaka


Jogja Mandiri.

Adib, Mohammad. 2012. Agen dan Struktur dalam Pandangan Pierre Bourdieu.
Jurnal Biokultur. Vol. I/No. 2/Juli-Desember. 2012: 91-110. Diakses 20 Juli 2017

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Agusta, Ivanovich. 2012. Diskursus, Kekuasaan Dan Praktik Kemiskinan Di


Pedesaan. Disertasi Institut Pertanian Bogor. Diakses pada 27 Agustus
2017.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group .

Capriati, Rossy. 2013. Strategi Dan Perjuangan Pedagang Kaki Lima (Pkl) Di
Kelurahan Pasar Pagi Kota Samarinda. eJournal Sosiatri-Sosiologi,
Volume 1, Nomor 2, 2013: 36-50. Diakses pada 20 Agustus 2017.

Cristian, Harry. 2015. Studi Tentang Pelaksanaan Rencana Kerja Pembangunan


Desa (Rkpdes) Tahun 2013 Di Desa Loa Janan Ulu Kecamatan Loa
Janan Kabupaten Kutai Kartanegara. E-Journal Pemerintahan Integratif,
Volume 3, Nomor 1 , 2015. Diakses pada tanggal 2 February 2017

Dewi, Utami. 2012. Perencanaan Pembangunan Desa: Pendekatan Community


Learning And Participatory Process (Clapp). Universitas Negeri
Yogyakarta. Diakses pada 19 Agustus 2017

Djohan, Rianingsih. 2008. Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan


Pembangunan Desa. Asia Foundation.

Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Bumi Aksara

Guty, Fredy. 2014. Peran Aktor Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Desa (RPJMDES) di Desa Polobogo Tahun 2010-
2015 Dengan Pendekatan Kosnep Bourdieu. Skripsi Universitas Kristen
Satya Wacana. Diakses pada 16 Maret 2017

118
Universitas Sumatera Utara
Hamidi. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press.

Haeruman. 20011. Kemitraan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal. Jakarta :


Penerbit Yayasan Mitra Pembangunan Desa-Kota dan Busines Inovation Centre
Indonesia.

Huraerah, Abu. 2011. Pengorganisasin Dan Pengenmbangan Masyarakat,


Bandung: Humaniora.

Haryatmoko. 2003. Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa. Yogyakarta:


Majalah BASIS Nomor 11-12, Tahun Ke-52.

Jenkins, Richard. 2004. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Kreasi


Wacana

Krisdianto, Nanang. 2014. Pierre Bourdieu Sang Juru Damai. Jakarta : Kanal

Kusumanegara, Soahuddin. 2010. Model dan Aktor Dalam Proses Kebijakan


Publik. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Libut, Nopel. 2015. Peran Kepala Desa dalam Mengaglang Partisipasi


Masyarakat Desalong Nawang Dalam Pembangunan Fisik di Desa Long
Nawang Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten Malinau. E-jurnla Ilmu
Pemerintahan Volume 3, Nomor 2. Diakses pada 3 Oktober 2017

Listyani, Refti dan Munawaroh. 2016. Praktik Sosial Pemberdayaan Masyarakat


Miskin Idiot Melalui Model Kerajian Di Desa Karangpatihan
Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Volume 04, Nomor 02, 2016.
Diakses pada 27 Agustus 2017.

Mardikanto. 2012. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan


Publik. Bandung: CV Alfabeta.

Meleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.

Midgley, James. 2005. Pembangunan Sosial, Perspektif Pembangunan Dalam


Kesejahteraan Sosial. Jakarta : Ditperta Islam.

Mudrad, Kuncoro. 2010. Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika


Pembangunan. Jakarta: Erlangga.

119
Universitas Sumatera Utara
Muljana, B.S. 2011. Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta: Universitas
Indonesia-Press.

Patniawati, Heby dan Imron. 2015. Distribusi Arena Polisi Cepek (Studi
mengenai Habitus, Modal, Dan Arena Pada Praktik Sosial Polisi Cepek
Di Ketintang Selatan). Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015. Diakses pada
21 September 2017.

Pinanti, Hari. 2017. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Musyawarah


Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) Di Desa Sidomukti
Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara. Volume 5,
Nomor 2 , 2017: 5718 - 5729 5720. Diakses pada 24 September 2017

Putra, Hardani. 2013. Pemberdayaan Sosial Masyarakat Studi Diskriptif


Perubahan Perilaku Pengelolaan Sampah Dalam Upaya Pemberdayaan
Masyarakat Pada Warga Kampung Margorukun. Vol. 2 / No. 1 /
Published : 2013-02. Diakses Pada 27 Agustus 2017.

Pramana, Gilang. 2013. Pembangunan Fisik Dan Non Fisik Pembangunan Fisik
Dan Non Fisik Di Desa Badak Mekar Kecamatan Muara Badak
KabupatennKutai Kartanegara. Ejurnal Administrasi Negara,Volume 1
Nomor 2 Tahun 2013. Diakses pada 2 April 2017

Prayitno, Ujianto Singgih. 2009. Tantangan Pembangunan Sosial di Indonesia.


Jakarta: Pusat Pengkajian Data dan Informasi (P3DI).

Ritzer, George. 2015. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenadamedia Group

Salam, Dharma Setyawan. 2002. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarta:


Djambatan.
Saragih, Bintan. 2008. Ilmu Negara. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Satria, Ase. 2015. Ciri Pembangunan Desa Menurut Para Ahli. (online),
(http://www.materibelajar.id/2015/12/inilah-ciri-ciri-dan-prinsip.html,
diakses 20 April 2017).

Siagian, Sondang. 2008. Administrasi Pembangunan, Konsep Dimensi dan


Strateginya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukirno. 2001. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada

120
Universitas Sumatera Utara
Sumampow, Sartika. 2016. Peran Kepala Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat di Bidang Pembangunan (Studi Di Desa Koha Timur
Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa). Volume 1 Nomor
Diakses Pada 27 September 2017.

Surjono, dan Nugroho. 2007. Paradigma, Model, Pendekatan Pembangunan dan


Pemberdayaan Masyarakat di Era Otoda. Malang: Lembaga Penerbitan
dan Dokumentasi FIA-Unibraw

Sutinah, Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Altenatif


Pendekatan. Jakarta : Prenada Media.

Turner, Bryan. 2006. The Cambridge Dictionary of Sosiology. New York:


Cambridge University Press

Wirawan, Mardiyono, dan Nurpratiwi. 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam


Perencanaan Pembangunan Daerah. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik ISSN. 2442-6962 Vol. 4, No. 2. Diakses pada tanggal 16 Februari
2017

Wresniwiro. 2012. Membangun Republik Desa. Jakarta: Visimedia.

Sumber Internet:

http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2014_6.pdf dikuti pada tanggal 1


desember 2016
http://bappenas.go.id dikutip pada tanggal 11 desember 2016

http://kawasan.bappenas.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=
118&Itemid=112 dikutip pada tanggal 31 januari 2017
http://medan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/10/Perda-No.-6-Tahun-2014
Tentang-Musyarawah-Perencanaan-Pembangunan-Daerah.pdf dikutip
pada tanggal 08 februari 2017

121
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA

A. Daftar wawancarauntuk rumusan masalah ke-1

“Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan Musrenbang di Desa Sei Alim Ulu?

Wawancara dengan :
1. Perangkat Desa Sei Alim Ulu sebagai pelaksana Musrenbang Desa
2. Mayarakat yang berada di Desa Sei Alim Ulu sebagai calon peserta dalam
Musrenbang Desa

Pertanyaan kepada perangkat desa atau pelaksanan Musrenbang Desa dan


masyarakat sebagai peserta Musrenbang Desa
Data informan
Nama :
Usia :
Pendidikan terahir :
Pekerjaan :
Pendidikan terahir :
Pendapatan :
Alamat :
Hari/tanggal wawancara :

- Pertanyaan untuk Perangkat Desa


1. Sejak kapan Musrenbang Desa di DESA Sei Alim Ulu berlansung?
2. Bagaimana kontribusi desa dalam mensosialisaikan kegiatan musrenbang?
3. Siapa saja yang menjadi sasaran dalam mensosialiasikan Musrenbang
Desa?
4. Bagaimana presentasi kehadiran peserta Musrenbang Desa di Desa Sei
Alim Ulu tiap tahunnya?
5. Berapa lama waktu/durasi pelaksanaan Musrenbang Desa

122
Universitas Sumatera Utara
- Pertanyaa untuk masyarakat dalam proses pelaksanaan Musrenbang Desa
1. Apakah masyarakat mengetahui apa itu Musrenbang Desa dan tujuan
dari pelaksanaan Musrenbang Desa?
2. Apakah masyarakat mengetahui kapan pelaksanaan Musrenbang Desa
berlangsung?
3. Apakah ada sosialisasi yang dilakukan petugas desa atau pelaksana
Musrenbang Desa dalam mensosialisasikan Musrenbang desa?
4. Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai pelaksanaan Musrenbang
Desa ditahun 2017?

B. Daftar wawancara untuk rumusan masalah ke-2


“Bagaimana aktor menjalankan perannya dalam pelaksanaan Musrenbang Desa?

Pertanyaan kepada aktor-aktor Musrenbang Desa dan masyarakat sebagai


peserta Musrenbang Desa
Data informan
Nama :
Usia :
Pendidikan terahir :
Pekerjaan :
Pendidikan terahir :
Pendapatan :
Alamat :
Hari/tanggal wawancara :

- Pertanyaan diajukan kepada aktor dalam Musrenbang Desa sebagai


penyusun perencanaan pembangunan desa
1. Adakah jabatan yang dimiliki aktor di Desa Sei Alim Ulu?
2. Bagaimana latar belakang, pengalaman dan keterampilan yang
dimiliki aktor yang berperan dalam pembangunan desa di pelaksanaan
Musrenbang Desa?

123
Universitas Sumatera Utara
3. Apa yang menyebabkan aktor menjadi perwakilan dalam penyusuanan
perencanaan pembangunan desa?
4. Apakah aktor tiap tahunnya mengkuti pelaksanaan Musrenbang Desa?
5. Apa saja rumusan perencanaan pembangunan yang diajukan aktor?
6. Apa alasan aktor mengajukan rumusan tersebut?
7. Apakah aktor melibatkan orang/ organisasi lain dalam penyusunan
rumusan perencanaan pembangunan desa?
8. Bagaimana cara atau upaya aktor meyakinkan rumusan perencanaan
desa yang diajukannya adalah yang terpenting bagi pembangunan
desa?
9. Adakah yang dikenal aktor dalam kepanitian/SKPD pelaksanaan
Musrenbang Desa?
10. Apa permasalahan yang dihadapi aktor saat pengajuan usulan
pembangunan desa dalam Musrenbang Desa.
11. Adakah pengaruh antara jabatan yang dimiliki aktor dengan
keberhasilan dalam diterimanya usulan perencanaan pembangunan
desa?
12. Bagaimana pandangan aktor terhadap aktor lain mengenai usulan
rencana pembangunan desa?
13. Apakah terjadi sentimen di tiap aktor dalam pengajuan usulan
pembangunan desa?
14. Apakah ada pengaruh siapa yang mengusulkan perencanaan
pembangunan desa dengan terpilih menjadi prioritas pembangunan
desa?
15. Apakah aktor yang mewakili lemabaga dalam pengusulan tiap
tahunnya sama atau berbeda aktornya?
16. Seberapa besar peluang yang dimiliki aktor dalam upaya pengusulan
perencanaan desa diterima menjadi prioritas pembangunan desa?
17. Apa harapan aktor dalam proses pelaksanaan Musrenbang Desa
terhadap pembangunan desa?

124
Universitas Sumatera Utara
- Pertanyaan untuk masyarakat menaggapi peran aktor dalam penyusunan
Musrenbang Desa
1. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap aktor yang menjadi
perwakilan dalam pengusulan perencanaan pembangunan desa?
2. Apakah masyarakat setuju mereka menjadi perwakilan dalam
Musrenbang Desa?
3. Apakah ada keterlibatan masyarakat dengan lembaga yang diwakilkan
dalam penyusunan usulan perencanaan pembangunan desa?
4. Bagaimana tanggapan masyarakat ketika aktor tersebut berhasil atau
tidak berhasil dalam meyakinkan bahwa usulan perencanaan
pembangunan desa yang diajukan adalah yang yang pantas menjadi
prioritas pembangunan?
5. Bagaiamna mana pandangan masyarakat terhadap kepentingan yang
dibawa aktor dalam pengusulan perencanaan pembanguan desa?
6. Apakah masyarakat merasa adanya keterwakilan dalam pelaksanaan
Musrenbang Desa?

- Pertanyaan untuk masyarakat mengenai Musrenbang Desa secara


menyeluruh
1. Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai Mussrenbang Desa?
2. Adakah perbedaan yang dirasakan masyarakat setelah atau sebelum
adanya Musrenbang Desa terhadap pembangunan desa?
3. Apakah masyarakat setuju dengan pelaksanaan Musrenbang Desa di
Desa Sei Alim Ulu?
4. Apa harapan masyarakat dengan adanya Musrenbang Desa terhadap
pembanguan di Desa Sei Alim Ulu ?
5. Apakah seluruh masyarakat ikut berkontribusi dalam Musrenbang
Desa?
6. Adakah penimgkatan secara ekonomi dan sosial yang dirasakan
masyarakat setelah adanya Musrenbang Desa?

125
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2

DOKUMENTASI KEGIATAN

Gambar 1. Kantor Desa Sei Alim Ulu

Gambar 2. Pembukaan pelaksanaan kegiatan Musrenbang Desa Sei Alim Ulu

126
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Unsur Pimpinan Rapat dan Narasumber Musrenbang Desa

Gambar 4. Kapolsek Air Batu menyampaikan harapan


terkait pelaksanaan Musrenbang Desa

Gambar 5. Peserta Musrenbang Desa mengajukan usulan rencana pembangunan desa

127
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Perwakilan PKK dan Kadus II mengajukan usulan rencana pembangunan desa
pada Musrenbang Desa.

Gambar 7. Camat Air Batu memberikan masukan dan arahan atas usulan
yang diajukan peserta Musrenbang Desa.

128
Universitas Sumatera Utara
Gambar 8. Peserta pelaksanaan Musrenbang Desa Sei Alim Ulu 2017

Gambar 9. Rapat penetuan tim delegasi Musrenbang Kecamatan

129
Universitas Sumatera Utara
Gambar 10. Wawancara dengan Ketua KPMD sebagai informan penelitian

Gambar 11. Wawancara dengan Ketua LPM sebagai informan penelitian

Gambar 12. Wawancara dengan Kadus Dusun I sebagai informan penelian

130
Universitas Sumatera Utara
Gambar 13. Wawancara dengan Kadus Dusun V sebagai informan dalam penelitian

Gambar 14. Kepala Desa memberikan sovenir pelaksanaan Musrenbang Desa


kepada Kadus Dusun IV

131
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai