KATA KUNCI
Abstrak keberlangsungan biaya yang hemat dan dijalankan secara isokratik
menggunakan kolom C-18 (250 mm x 4,6 mm, 5 µm) berdasarkan HPLC telah
digunakan untuk memisahkan dan memperkirakan obat, asam tranexamat
dalam formulasi sediaan farmasi. Asam traneksamat tidak mengandung p-
elektron untuk bertindak sebagai fluofor atau kromofor maka derivatisasi
pra-kolom dilakukan dengan menambah benzena sulfonil klorida dalam
media berair pada suhu kamar. Obat diderivatisasi kemudian diukur
menggunakan kolom C-18 dengan perbandingan pelarut asetonitril dan 0,1
M amonium Acetate (pH 5.0) 25:75 (v / v) dan digunakan sebagai fase gerak.
Laju aliran fase gerak adalah 1 mL / menit dan deteksi dilakukan pada
panjang gelombang 232 nm menggunakan detektor UV. Waktu retensi asam
traneksamat adalah 4.42min. Metode ini dihitung persamaan regresi linear
pada rentang konsentrasi 1- 100 lg / mL dengan korelasi sebesar 0,9994.
Batas deteksi dan batas kuantisasi masing-masing 0,3 dan 1 lg / mL. Deviasi
standar relative dan range recovery untuk asam traneksamat didapatkan
hasil 0,11-2,47% dan 97,60-103,25% .Metode ini sangat sensitif dan mungkin
memiliki potensi untuk digunakan sebagai deteksi asam traneksamat dalam
formulasi obat.
1. Pendahuluan
Asam traneksamat (Gbr. 1) memiliki nama kimia trans-4- (aminomethyl) asam
siklohexana adalah sintetis amino, mirip dengan lisin, biasa digunakan untuk
menyembuhkan perdarahan abnormal dalam berbagai penyakit (Boylan et al.,
1996; Nilsson, 1980). Obat ini hidrofilik dan memiliki khasiat sebagai
antifibrinolytic serta obat hemostatik (Furtmuller et al., 2002)
Asam traneksamat melakukan aktivitas antifibrolistik- sebagai blok kompetitif
situs-situs dari protein plasmin, plasminogen, plasminogen activator yang
mengikat lisin sehingga interaksi lisin dengan fibrin dicegah. sehingga
plasminogen tidak dapat dikonversi menjadi plasmin dan dengan cara ini
aktivitas proteolitik dicegah.
Asam traneksamat tidak memiliki p-elektron sehingga tidak dapat
bertindak sebagai fluorophore atau kromofor dan karenanya tidak dapat
diukur melalui spektroskopi UV. Oleh karena itu penting untuk derivatisasi
senyawa ini sehingga dapat mengukur aktif derivative UV melalui HPLC-UV.
Banyak makalah yang menjelaskan derivatisasi obat ini dengan berbagai
reagen diikuti dengan pengukuran HPLC mereka. Beberapa metode yang
digunakan yaitu ninhidrin metanol (Natesan et al., 2011), phenylisothiocynate
(Hadad et al., 2007), 2-hidroksida naphthaldehyde dalam etanol-air
(Khuhawar dan Rind, 2001) dan natrium picrylsulfonate (Nojiri et al., 1995)
diikuti oleh penentuan mereka melalui HPLC-UV. Selain ini, metode LC-
fluoresensi memanfaatkan naftalena-2,3-dicarboxaldehyde ditambah sianida
(Huertas-Perez et al., 2007), phthalaldehyde o- (Elworthy et al., 1985), metode
elektrokimia (Shih et al., 2008), metode LC-MS (Chang et al., 2004) dan UPLC-
MS / MS (Abou-Diwan et al., 2011) juga terbukti untuk penentuan asam
traneksamat. Sebuah metode RP-HPLC untuk penentuan asam traneksamat
bersama dengan zat terkait dan metode GC juga sudah di lakukan. Semua
metode tersebut menggunakan prosedur yang kompleks untuk derivatisasi
dan kuantifikasi nya. Dalam metode kami hanya menggunakan metode yang
sederhana, benzena sulfonil klorida digunakan sebagai reagen derivatisasi
dan reaksi berlangsung pada aquadest pada pH dasar. Produk diderivatisasi
kemudian diukur menggunakan HPLC deteksi UV dengan total waktu analisa
kurang dari lima menit. Metode yang dikembangkan dapat digunakan untuk
asam traneksamat dan sejenis nya dalam formulasi farmasi.
2. Eksperimental
2.1. Bahan kimia dan reagen
Asam traneksamat murni yang diklaim mempunyai kemurnian 99,65%
didapat dari dari Munawwar Pharma (Lahore, Pakistan). Asetonitril dengan
standar HPLC grade, sedangkan bahan kimia lain denfan standar reagen
analitis yang dibeli dari MS Pedagang (Agen dari Fluka di Pakistan).
Sepanjang analisis, air suling ganda digunakan. Untuk tahap filtrasi mobile,
0.45 lm filter nilon yang digunakan (Millipore, USA).
2.2. Peralatan dan kondisi kromatografi
HPLC Shimadzu LC-20A (Kyoto, Jepang), dilengkapi dengan detektor UV-
Visible dan auto sampler. Jumlah sampel yang diinjeksikan sebanyak 20
mikroliter tiap percobaan. Kondisi kromatografi yang dioptimalkan digunakan
kolom C18 (250 × 4,6 mm, 5 mikroliter) dan digunakan fase gerak campuran
asetonitril dan 0,1 M amonium asetat (pH 5.0) dengan rasio (25:75, v / v).
Disetting flow rate fase gerak dengan 1,0 mL / menit dan temperature pada
suhu ruang (25 ± 2 ° C).
2.3. Derivatisasi asam traneksamat
Asam traneksamat sebanyak 2 g dilarutkan dengan 15-20 mL air suling dalam
bekker gelas. Larutan natrium karbonat (2-3%) diteteskan sampai semua
asam traneksamat dapat larut dan pH mencapai antara 8 dan 9. pH larutan ini
dipertahankan antara 8Dan 9. Equimolar benzena sulfonil klorida (1,904 mL)
ditambahkan ke dalam larutan kemudian diaduk dengan pengaduk magnetik
pada temperature tertentu. PH campuran dijaga 8-9 dengan menambahkan
beberapa tetes Na2CO3, setiap kali pH diturunkan. Pengadukan dilanjutkan
sampai reaksi selesai. Pada pH tahap ini larutan akan berhenti menurunkan
pH dan akan tetap konstan. Setelah itu,ditambahkan 2-3 M HCl setetes demi
setetes ke dalam larutan sampai terbentuknya endapan putih. Endapan
terbentuk disaring, dicuci dengan aquadest kemudian dikeringkan. Produk ini
selanjutnya digunakan untuk membuat larutan standar.
2.4. Persiapan stock dan larutan standar
Larutan stok asam traneksamat (1000 lg / mL) disiapkan dengan melarutkan
produk yang setara asam traneksamat 100 mg dalam fase gerak 100 mL. Dari
larutan stok ini, beberapa larutan standar dari berbagai konsentrasi disiapkan
dengan cara membuat pengenceran.
2.5. Persiapan larutan sampel
Dua puluh tablet ditimbang dan digerus halus dengan mortar dan stamfer.
Kemudian ditimbang seksama 200mg asam traneksamat dicampur dengan
0,19 mL benzena sulfonil klorida dalam 10-15 mL aquadest kemudian
dilanjutkan seperti yang dijelaskan dalam prosedur derivatisasi. Seluruh
produk yang diperoleh dilarutkan dalam fase gerak dan kemudian diencerkan
untuk mendapatkan konsentrasi setara dengan 10 lg / mL.
2.6. Linearitas
Untuk menguji linearitas, lima larutan 100, 50, 10, 5 dan 1 lg / mL dalam
kisaran 1-100 lg / mL disiapkan dan kemudian dianalisis. Setiap konsentrasi
disuntikkan tiga kali dan luas puncak dicatat.
2.7. Akurasi
Teknik untuk mencari keakuratan data adalah "Teknik standar adisi ''.
Disiapkan tiga larutan dengan konsentrasi yang berbeda 10, 25 dan 50
mikrogram / mL dimasukin dalam labu takar 25mL diadkan dengan air
sampai tanda. Hasilnya dibandingkan dengan yang diperoleh dengan larutan
standar awal yang sudah disiapkan.
2.8. Presisi
Hal ini dinyatakan dalam hal standar deviasi relatif. Ketepatan dilakukan
dengan menggunakan 3 konsentrasi yang berbeda dari larutan. Setiap
konsentrasi disuntikkan pada kolom, pada selang waktu satu jam, dalam
rentang tiga jam dalam sehari.antar-hari presisi diakses dengan
menyuntikkan tiga konsentrasi berbeda--beda dari larutan berturut-turut
selama tiga hari.
2.9. Selektivitas
Untuk melanjutkan selektivitas, campuran sintetis asam traneksamat dengan
pati, laktosa, magnesium stearat dan mikro selulosa kristal yang umumnya
digunakan sebagai eksipien disiapkan. Campuran sintetis ini kemudian
dilanjutkan seperti yang dijelaskan dalam persiapan sampel dan kemudian
dianalisis dengan metode yang diusulkan untuk memeriksa setiap jenis
gangguan yang mungkin disebabkan oleh kontaminan.