Anda di halaman 1dari 1

3 contoh kasus Gender di lingkungan sekitar

1. Kata kata yang sering di keluarkan oleh wanita yang lagi kesal dengan pasangan lawan jenis
dan mengeluarkan kata kata stigma gender ( cowok itu sama aja )
Tetapi ketika cowok nya bilang : kalau cowok itu sama aja berarti saya mirip jefri nich dong
atau kek artis oppa oppa korea
Seketika ceweknya menentang ucapan laki laki . disini lah kami kaum laki laki mau
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai sifat sifat karakteristik yang berbeda

2. Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar, ada orang tua, terutama ayah, yang
menghardik dan melarang anak laki-lakinya yang tengah menangis. Bukan cuma orangtua, di
lingkungan sekitar tempat tinggal juga demikian, mengolok anak laki-laki yang menangis dan
memanggil si anak yang menangis dengan sebutan “cengeng, banci, payah” dan lainnya
dengan maksud memberi pesan bahwa menangis bagi anak laki-laki adalah sesuatu yang
tidak pantas dan dianggap sebagai pribadi yang lemah.
Tetapi karena konstruksi sosial yang tradisional membangun peran gender laki-laki dengan
sosok yang kuat dan tangguh, sementara perempuan dikonstruksi sebagai individu yang
lemah, maka konsekuensinya laki-laki harus mengekspresikan sifat maskulin, dan itulah
mengapa menangis dianggap perilaku yang memalukan bagi laki-laki walau ia
tengah down sekalipun. Padahal menangis adalah salah satu cara mengekspresikan emosi
yang sehat karena dapat menurunkan tekanan psikologis. Jadi, menangis tidak ada kaitannya
dengan seseorang lemah atau tidak.

3. Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar ada orang tua yang marah kalau ada anak laki
lakinya berperilaku seperti perempuan ( pandai memasak , membersihkan rumah , dsb ) dan
ada juga orang tua yang marah melihat perilaku anak perempuannya yang bersifat jantan /
Tomboy dan itu semua sudah termasuk stigma penyimpangan gender
karena kalau dipelajari dari asal muasal mengapa dia akhirnya suka memasak padahal dia
laki laki atau kenapa dia jadi perpenampilan layaknya laki laki padahal dia berkelamin
perempuan, nah di ranah kebidanan pada pelajaran neonatus (bayi) dimana seorang anak
dari ia bayi itu sudah di lakukan observasi apa itu kesukaan dia, apa itu yang akan menjadi
hoby nya, motorik apa yang digunakan untuk merangsang pertumbuhan nya, dan terkadang
orang tua ini gak menggunakan itu malah membuat penyimpangan, yg seharusnya bayi tau
balita laki lakinya diberi mobil mobilan malah dikasi masak masak supaya dia anteng, balita
cewek yg seharusnya berpakaian feminim malah dikasi pakaian laki laki dengan alasan
kenyamanan, padahal itu sebuah titik awal KESALAHAN Dimana akan menjadi sebuah
kebiasaan, sudah jelas kalau dipandang dari sudut kebudayaan pasti nya akan ditentang
keras.

Anda mungkin juga menyukai