Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGAMA ISLAM

MANUSIA ALAM SEMESTA DAN AGAMA


Dosen Pengampu: ZARKASYI, SHI. MHI

Disusun oleh:

Alfina Damayanti (210130117)


Ibnu Sulaiman Matondang (210130107)
Reza Adrian Purnawan (210130110)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah TuhanYang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik, serta
kerjasama kelompok yang solid. Kepada Bapak Zarkasyi, SHI. MHI terimakasih atas kesedian bapak
memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami dapat belajar dari makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Agama, Penciptaan
Manusia Dan Alam Semesta Manusia Menurut Islam, yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai
sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Pandangan Islam Tentang Agama dan Manusia”. Walaupun
makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca..
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima
kasih.

Lhokseumawe, 25 September 2012

Kelompok 1
Daftar Isi

Kata pengantar………………………………………….......

Daftar isi………………………………………………........

Pendahuluan………………………………………………...

1. Latar belakang………………………………………………...
2. Rumusan masalah…………………………………………….

Pembahasan………………………………………………...

A. PENGERTIAN AGAMA...........................................................................
1. UNSUR UNSUR AGAMA........................................................................
2. FUNGSI AGAMA SECARA UMUM........................................................
3. TUJUAN AGAMA......................................................................................

B. PENCIPTAAN MANUSIA DAN ALAM SEMESTA MENURUT ISLAM.........


1. FASE FASE PENCIPTAAN MANUSIA...........................................................
2. UNTUK APA MANUSIA DI CIPTAKAN.............................................................
3. PENCIPTAAN ALAM SEMESTA..........................................................................
4. PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA..........................................................

Kesimpulan…………………………………………………

Daftar pustaka………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Alam semesta adalah fana. Pengertian dari alam semesta adalah ruang dimana di dalamnya
terdapat kehidupan biotik maupun abiotik serta segala macam peristiwa alam yang dapat diungkapkan
maupun yang belum dapat diungkapkan oleh manusia.
Ada penciptaan, proses dari ketia-daan menjadi ada, dan akhirnya hancur. Di antaranya ada
pen-ciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sana berlang-sung pula ribuan, bahkan jutaan
proses fisika, kimia, biologi dan proses-proses lain yang tak diketahui. Sebenarnya seluruh kejadian di
alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah
tertera di dalam Al Qur‟an. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan
mengekor pada segala yang tertuang dalam Al Qur‟an, apakah diketahui atau tidak tabir rahasianya
oleh manusia

2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah “Hubungan
Manusia, Alam semesta Dan Agama”. Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya
pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
1. Bagaimana Manusia dan Alam Semesta?
2. Apa Pandangan Islam tentang Alam?
3. Bagaimana Manusia menurut Agama Ialam?
4. Bagaimana Agama: Arti dan ruang lingkupnya?
5. Apa Hubungan Manusia dan Agama ?

3. Tujuan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan
khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Agama.
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Manusia dan Alam Semesta
2. Pandangan Islam tentang Alam
3. Manusia menurut Agama Ialam
4. Agama: Arti dan ruang lingkupnya
5. Hubungan Manusia dan Agama
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama

Menurut sejarahnya, masalah agama adalah masalah sosial, karena menyangkut


kehidupan masyarakat yang tidak bisa terlepas dari kajian ilmu-ilmu sosial. Oleh sebab
itu, ilmu-ilmu agama hakikatnya merupakan rumpun bagian dari ilmu Sosiologi,
Psikologi dan Antropologi. Sosiologi menjadi akar dari semua ilmu yang berkaitan
dengan masyarakat; maka lahirlah semacam ilmu sosiologi agama, sejarah agama,
filsafat agama, publikasi agama, dan lain-lain.
Secara etimologi, istilah agama banyak dikemukakan dalam berbagai bahasa,
antara lain Religion (Inggris), Religie (Belanda), Religio (Yunani), Ad-Din,4
Syari‟at, Hisab (ArabIslam) atau Dharma (Hindu).
Menurut Louis Ma‟luf dalam AlMunawar pengertian agama dalam Islam secara
spesifik berasal dari kata “ad-Din” (Jamak: “Al-Adyan” yang mengandung arti
“Al-Jaza wal Mukafah, Al-Qada, Al-Malik-al-Mulk, As-Sulton, At-Tadbir, Al-Hisab”).
Moenawar Cholil menafsirkan kata “AdDin sebagai mashdar dari kata kerja
“َ“ ‫ن َدا‬-‫ ن ْيدَ ِي‬yang mempunyai banyak arti, antara lain: cara atau adat kebiasaan,
peraturan, undang-undang, taat dan patuh, meng-Esa-kan Tuhan, pembalasan,
perhitungan, hari kiamat, nasihat, agama.

Francisco Jose Moreno menegaskan bahwa:


“sejarah agama berumur setua sejarah manusia”.

Tingkatan dien (agama) itu ada tiga:


1. Islam, yaitu berserah diri kepada Allah Ta‟ala dengan mentauhidkan-Nya,
tunduk kepada-Nya dengan ketaatan serta berlepas didi dari syirik.
2. Iman yaitu percaya kepada Allah, Malaikay-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya
hari akhir dan takdirnya.
3. Ihsan, yaitu menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya.
Tidak ada suatu masyarakat manusia yang hidup tanpa suatu bentuk agama. Seluruh
agama merupakan perpaduan kepercayaan dan sejumlah upacara yang diselenggarakan
oleh masyarakat. Hal itu karena masalah agama adalah juga masalah
pribadi, yang menyangkut hak azasi setiap manusia dalam berhubungan dengan Tuhan.

James Freud dkk menegaskan bahwa :


“agama sebagai manifestasi perasaan dan pengalaman manusia secara individual ketika
berhubungan dengan zat yang dianggap Tuhan”

Maka kajian Psikologi turut andil mendukung lahirnya ilmu-ilmu agama, seperti
psikologi agama, pendidikan agama, akhlaq, tasawuf, dan sebagainya.Begitu pula
Antropologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia dan latar belakang budayanya,
baik kepercayaan, pengetahuan maupun norma dan nilai-nilai yang dianut manusia,
jelas menjadi sumber aspirasi bagi kelahiran ilmu-ilmu agama.
Agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan
yang dianut oleh sekelompok manusia dengan selalu mengadakan
interaksi dengan-Nya.

1. Unsur-unsur agama
o Unsur-unsur terpenting dalam agama antara lain:
 Kekuatan gaib: manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib
itu sebagai tempat meminta tolong. Oleh karena itu manusia merasa harus
mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik ini
dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatangaib itu.
 Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya didunia ini dan hidupnya diakhirat
tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud.
Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebehagiaan yang
dicariakan hilang juga.
 Respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon itu bisa mengambil bentuk
perasaan takut, seperti yang terdapat dalam agama-agama primitive, atau
perasaan cinta, seperti yangterdapat dalam agama-agama monoteisme.
Selanjutnya respon mengambil bentuk penyembahan yang terdapat dalam
agamaagama primitive, atau pemujaan yang terdapat dalam agamaagama
monoteisme. Lebih lanjut lagi respons itu mengambil bentuk cara hidup tertentu
bagi masyarakat yang bersangkutan.
 Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam
bentuk kitab yang mengandung ajaranajaran agama yang bersangkutan dan dalam
bentuk tempattempat tertentu.

2.Fungsi Agama Secara Umum


Kehadiran agama memiliki peran dan fungsi yang cukup banyak dalam kehidupan
manusia. Adapun beberapa fungsi agama adalah sebagai berikut:

a) Sebagai pedoman hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik secara


individu maupun kelompok.
b) Sebagai sumber aturan tata cara hubungan manusia dengan Tuhannya, dan juga
sesama manusia.
c) Sebagai pedoman bagi manusia dalam mengungkapkan rasa kebersamaan dengan
sesama manusia.
d) Sebagai pedoman perasaan keyakinan manusia terhadap sesuatu yang luar biasa
(supranatural) di luar dirinya.
e) Sebagai cara manusia mengungkapkan estetika/ keindahan alam semesta dan
segala isinya.
f) Sebagai cara untuk memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu
agama.
3.Tujuan Agama
Suatu agama tercipta karena manusia ingin mencapai tujuan tertentu di dalam
hidupnya, dan agama dianggap dapat membantu mencapai tujuan tersebut. Adapun
beberapa tujuan agama adalah sebagai berikut:
a) Untuk membimbing manusia dalam menjalani kehidupannya dengan cara lebih
baik melalui pengajaran dan aturan, dimana ajaran dan aturan tersebut dipercaya
berasal dari Tuhan.
b) Untuk menyampaikan firman Tuhan kepada umat beragama, berupa ajaran-ajaran
kebaikan dan aturan berperilaku bagi manusia.
c) Untuk membimbing manusia menjadi individu yang berakal baik dan dapat
menemukan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
d) Untuk membuka jalan bagi manusia yang ingin bertemu dengan penciptanya,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa, ketika mati kelak.

B.Penciptaan manusia dan alam semesta menurut islam


Manusia adalah makhluk yang lain dari yang lain. Memang kalau kita hanya
sekedar memandang sistem pernafasan, peredaran darah, serta bagaimana ia makan dan
mengolah makanan tersebut lalu membuang sisanya, dapat dikatakan bahwa makhluk
ini sejenis hewan.
Aristoteles, memandang manusia seperti yang dikemukakan di atas. Hanya
saja ditambahkan olehnya bahwa ada faktor lain yang merupakan nilai hakiki
yang mengistimewakan makhluk ini dari hewan-hewan lain. Keistimewaan
tersebut adalah pikirannya. Oleh karena itu, ia mendefinisikan manusia sebagai
hewan yang berpikir (thinking animal). Sebagian antropolog berpendapat bahwa
cirikhas manusia adalah kesadaran dan kemauannya untuk berteknik, membuat
sesuatu yang baru dari sesuatu yang telah ada, kemudian mengolahnya untuk
kemaslahatan dan perbaikan status hidupnya. Dengan demikian manusia adalah
makhluk berteknik.
Menurut Muhammad Quthub, manusia adalah khalifah Allah di bumi “ ‫خلیفة االرض‬
‫ فى جاعل إنى‬. “ Kata “‫“ خلیفة‬merupakan sebuah kata yang mengandung makna yang sangat
luas, yaitu bentuk manusia merupakan bentuk yang memiliki kemampuan yang sangat
hebat dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah yang lain, dan dia memiliki
kepentingan dalam kehidupan ini, yaitu perannya selaku khalifah Allah di muka bumi.
Oleh karena itu manusia telah dibekali dengan berbagai sarana kekhalifahan. Kalau
tidak demikian berarti tidak ada makna dan nilai kekhalifahannya.
Manusia memiliki spesifikasi-spesifikasinya, yaitu :
 Manusia merupakan makhluk Allah yang berbeda dengan makhluk- makhluk
lain. Penafsiran yang menghubungkan ciptaan manusia dengan makhluk lain
merupakan penafsiran yang salah.
 Manusia makhluk yang dibekali dengan daya, di antaranya daya pengetahuan,
daya kemauan, kemampuan menghadap kepada Allah dan menerima wahyu-Nya
dan mengikuti hidayah-Nya.
 Manusia memiliki kelunakan-kelunakan di antaranya cinta kepada syahwat, lupa
kepada janji dan petunjuk Allah dan ingkar kepada ayat-ayat Allah.
 Manusia makhluk yang memiliki tabiat yang berlawanan, di antaranya memiliki
kemampuan untuk mengangkat nilai dirinya ke tingkat yang paling tinggi dan
memiliki kemampuan untuk menjatuhkan martabat dirinya ke tingkat yang
paling rendah.

1. Fase-Fase Penciptaan Manusia


Menurut Al-Qur‟an manusia diciptakan oleh Allah swt melalui delapan
fase, yaitu :
 Pertama, tanah sebagai proses awal, persoalan ini masih dipertanyakan
masyarakat masa lalu. Namun, perlu diketahui bahwa manusia dikatakan berasal
dari tanah, disebabkan oleh dua hal: (1) Manusia merupakan keturunan nabi
Adam as, sedangkan Adam sendiri diciptakan dari tanah, (2) Sperma dan ovum
yang menjadi cikal bakal manusia justru bersumber dari saripati makanan yang
dimakan oleh manusia sedangkan saripati makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan hewan pemakan rerumputan. Adapun tumbuhan-tumbuhan dan rumputrumputan itu
tumbuh dari tanah. Jadi tepatlah pernyataan al-Qur‟an bahwa
manusia berasal dari tanah.
 Kedua, proses yang berasal dari air mani (nuthfah) setelah manusia
memakan berbagai macam makanan yang bersumber dari tanah, akhirnya berbuah
sperma dan ovum, sperma dan ovum inilah yang disebut dengan nuthfah.
 Ketiga, proses yang melekat („alaqah), konsekuensi dari senggama
(coitus) antara suami-isteri, mengeluarkan sperma dan ovum, kemudian keduanya
bercampur dan menetap di rahim setelah berubah menjadi embrio („alaqah).
 Keempat, proses menjadi segumpal daging (mudlghah), segumpal daging
ini merupakan proses yang berasal dari „alaqah. Segumpal daging yang sempurna
(mudlghah mughallaqah) itulah yang kelak berproses menjadi bayi yang
sempurna panca indranya. Sedangkan segumpal daging yang tidak sempurna
(mudlghah ghairu mughallaqah) itulah yang nantinya berproses menjadi bayi
yang tidak sempurna panca indranya.
 Kelima, proses menjadi tulang belulang (izam). Izam merupakan proses
kelima penciptaan manusia menurut al-Qur‟an. Proses ini merupakan proses
lanjutan mudlghah. Dalam hal ini bentuk embrio sudah mengeras dan menguat
sedikit demi sedikit sampai berubah menjadi tulang belulang.
 Keenam, proses menjadi daging (lahmah). Lahmah merupakan fase
embrio sesudah izam (tulang belulang). Fase ini merupakan sebuah fase dimana
tulang belulang manusia sudah terbungkus oleh daging, sehingga embrio sudah
menyerupai ekor yang perutnya buncit, dan merupakan fase terakhir dari embrio.
 Ketujuh, proses peniupan roh. Fase peniupan roh adalah fase kehidupan
mulai bergerak, setelah dilengkapi pendengaran, penglihatan dan hati. Pada fase
ini embrio sudah berubah menjadi bayi, mulailah ia begerak.

2. Untuk Apa Manusia Diciptakan


Manusia diciptakan Tuhan mempunyai tujuan yang sangat mulia, setiap makhluk
yang diciptakan Tuhan sudah barang tentu mempunyai tujuan dan hikmah bagi Allah
yang tidak diketahui oleh manusia, karena Allah tidak akan menciptakan sesuatu dengan
sia-sia.
Sesungguhnya manusia diciptakan untuk mengenal Allah dan menyembahNya,
dan dijadikan sebagai khalifahNya di bumi. Dia juga diciptakan untuk membawa
amanah yang sangat besar dalam kehidupan yang singkat ini yaitu, amanah Taklif dan
tanggung jawab dan untuk diuji dengan bermacam- macam ujian untuk menghadapi hari
esok (akhirat/yang kekal abadi.12 Manusia diciptakan bukan untuk dirinya sendiri, akan
tetapi untuk menyembah penciptaNya. Allah berfirman dalam surat Adh-Dhariyat ayat
56:

3. Penciptaan alam semesta


penciptaan alam semesta adalah sebuah konsep yang diabaikan oleh para ahli
astronomi. Alasannya adalah penerimaan umum atas gagasan bahwa alam ini telah ada
sejak waktu tak terbatas. Dalam mengkaji alam semesta, ilmuan beranggapan bahwa
jagat raya hanyalah akumulasi materi dan tidak memepunyai awal. Tidak ada momen
penciptaan, yakni momen ketika alam semesta dan segala isinya muncul. Fakta
menunjukkan bahwa fenomena radiasi (pancaran sinar matahari) merupakan pukulan
pertama pada teori keazalian materi. Sebab selama matahari dan seluruh bintang lainnya
bercahaya dan memancarkan sinar, maka ia pasti memiliki permulaan, sebaab jikalau ia
azali (tidak permulaan), maka bahan bakarnya pasti sudah habis sejak miliyaran tahun
lalu.
Teori penciptaan merupakan pemikiran ahli teologi terutama para ahli dalam aliran
Asy‟ariyah. Aliran ini berpendapat bahwa Allah menjadikan alam melalui sifatNya
seperti „ilm, iradah, qudrah dan sebagainya. Dalam kajian teologi, pembahasan terhadap
kejadian alam menjurus kepada kajian sifat-sifat Allah dan kesan-kesan dari sifat-sifat
tersebut. Menurut aliran ini, alam ini mempunyai dua unsur yaitu unsur jauhar dan
unsur „aradh (substansi dan accidents). Demikian juga dengan teori emanasi yang
merupakan pemikiran para filosof Islam. Mereka mengolah pemikiran para ahli teologi
terutama tentang sifat af‟al Allah dalam konteks keberadaan alam. Para filosof Islam
berpendapat bahwa penciptaan (al-khalq/creation) sebenarnya adalah suatu proses yang
lahir daripada konsep akibat yang semestinya, melalui tindakan berfikir yang dilakukan
oleh pencipta maka alam sebagai objek pikiran Pencipta wujud yang semestinya. Teori
emanasi ini menjelaskan bahwa alam ini abadi (qadim/eternal).

4.Proses penciptaan alam semesta


Teori-teori ilmiah yang sesuai dengan al-Qur‟an:
 Pertama, sebelum dijadikan langit dan bumi, hanya terdapat zarrah-zarrah yang
menyerupai kabut dan air yang menjadi unsur pokok terjadinya alam ini.
 Kedua, langit dan bumi mulanya adalah suatu paduan, kemudian Allah
memisahkannya. Lalu Allah menjadikan udara di antara keduanya yang
menghilangkan panas bumi agar manusia dapat hidup di atasnya. Udara yang
bergerak dan terus berpindah-pindah itulah yang menyebabkan turunnya hujan
yang membentuk laut dan sungai.
 Ketiga, yang dinamakan langit bukanlah planet, tetapi ruang yang tidak terbatas
dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya dan ruang itulah yang menjadi
tempat beredarnya seluruh bintang-bintang. Dapat dikatakan bahwa yang
dikehendaki dengan tujuh petala langit ialah “tujuh kelompok gugusan bintang”
yang masing-masing beredar menurut garis edarnya.

Masih menurut QS. Fushshilat/41: 9-12, bumi diciptakan dalam dua hari, selama
empat hari lagi Allah menciptakan hiasan-hiasannya seperti disebutkan di atas,
menciptakan segala bahan makanan, bahan pakaian dan sebagainya yang sangat
dibutuhkan oleh seluruh makhluk-Nya. Al-Maraghi menjelaskan bahwa Allah
menciptakan bumi dan segala isinya dalam empat tahapan, “Satu tahap untuk
memadatkan materi bumi setelah asalnya berupa gas, setahap lagi untuk
menyempurnakan lapisan-lapisan bumi selebihnya, termasuk di antaranya bahan-bahan
mineral yang ada padanya, setahap lagi untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan serta
tahap terakhir untuk pembentukan binatang.
BAB 3
KESIMPULAN

Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang
diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai kewenangan
dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban
oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhlukNya yang
patut diberi amanat itu, yaitu MANUSIA. Dan oleh karenanya manusia adalah makhluk Allah yang
dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu kekuatan fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi
dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini adalah amanat Allah yang kelak akan minta
pertanggungjawaban dari seluruh manusia yang selama hidupnya di dunia ini pasti terlibat dalam
amanat itu.

Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara otomatis dan langsung, akan tetapi melalui proses
panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah tidak mampu atau tidak
kuasa menciptakannya sekaligus. Akan tetapi justru karena ada proses itulah maka tercipta dan muncul
apa yang disebut “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang juga diberi
hidup oleh Allah, yakni flora dan fauna.

Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan seimbang
yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya utamanaya flora dan fauna, dalam suatu
“tata nilai” maupun “tatanan” yang disebut ekosistem. Tata nilai dan tatanan itulah yang disebut pula
“moral dan etika kehidupan alam” yang sering dipengaruhi oleh paradigma dinamis yang berkembang
dalam komunitas masyarakat disamping pengaruh ajaran agama yang menjadi sumber inspirasi moral
dan etika itu.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abd. Lathif, Pelajaran TauhidJudul asli, Muqarrarut tauhid kitab Ta‟limilin
nasyi‟ah, (Jakarta: Darul Haq, 1998), p. 19

2 Yusuf Qardhawi, Al Iman Wa al Hayah, (Beirut : Muassasah al Risalah, 1987), hlm. 66. 3 M. Quraisy Shihab,
Membumikan Al-Qur‟an, (Bandung : Mizan, 1999), hlm. 227.

10 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Waqaf, 1992),

Yusuf Ahmad, Mawsu`ah al-I`jaz al-I`lmi fi al-Qur`an al-Karim wa Sunnah Mutahharah, Terj. Kamran Arsyad
Irsyadi, (Jakarta Selatan: Grafindo Khazanah Ilmu, 2006),

17Madjid Ali Khan, Islam dan Evolusi Kehidupan (Yogyakarta: PLP2, 1987), 93

18HG. Sarwar, Filsafat al-Qur‟an (Rajawali: Jakarta, 1990), 99

19Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur‟an al-Majid (Jakarta: PT. Pustaka Rezki Putra Semarang,1995), IV: 1809

7Faruq Sherif, al-Qur‟an menurut al-Qur‟an (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001), I: 41

Anda mungkin juga menyukai