H031 20 1019
KELOMPOK III
H031201019
Reky Asrudin
H31116301
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu bahan makanan sumber energi untuk tubuh, karbohidrat
cukup populer di alam, baik dalam jaringan hewan maupun dalam jaringan tanaman.
fotosintesis adalah karbon dioksida dari udara dan udara dari dalam tanah. Sekarang
ini, karbohidrat tidak saja sebagai sumber energi untuk tubuh, beberapa di antaranya
juga dapat dipakai sebagai bahan baku untuk senyawa senyawa baru yang berfungsi
khusus, yakni melalui elalui proses fermentasi, amilum atau zat tepung dapat diubah
Karbohidrat sebenarnya adalah polisakarida aldehid dan keton atau turunan mereka.
terdiri atas beberapa ato karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis
dalam kondisi lunak menjadi karbo lain. Monosakarida tidak berwarna, bentuk
kristalnya larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar. Monosakrida
digolongkan menurut jumlah karbon yang ada dan gugus fungsi karbonilnya yaitu
aldehid (aldosa) dan keton (ketosa). Glukosa, galaktosa, dan deoksiribosa semuanya
adalah aldosa. Monosakarida seperti fruktosa adalah ketosa (Fitri dan Fitriana, 2020).
Suatu disakarida adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari dua satuan
monosakarida yang dipersatukan oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1 dari
satu satuan ke suatu OH satuan lain. Suatu cara ikatan yang lazim ialah
suatu gubungan glikosida α atau β dari satuan pertama ke gugus 4-hidroksil dari
satuan kedua. Hubungan ini disebut suatu ikatan 1,4’-α atau 1,4’-β, tergantung
ini larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, dan tidak larut dalam eter dan
daripada mono dan oligosakarida. Molekul mnosakrida terdiri atas banyak molekul
unit monosakarida yang saling berhubungan melalui ikatan glikosida. Unit gula dapat
Ikatan 1→4 dan 1→6 adalah yang paling banyak ditemui pada polisakarida alam
yang terdiri dari heksosa. Umumnya, polisakarida berupa senyawa berwarna putih
dan tidak berbentuk Kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat
mereduksi. Berat molekul polisakarida yang larut dalam air akan membentuk larutan
analisis sifat karbohidrat sangat penting untuk dilakukan, untuk dapat mengetahui
METODE PERCOBAAN
2. 1 Alat Percobaan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu tabung reaksi, rak
tabung, pipet tetes, gelas ukur, gelas kimia, kaki tiga, kasa, gegep, dan lampu
spiritus.
2. 2 Bahan Percobaan
glukosa 10%, larutan selulosa 10%, larutan amilum 2%, larutan amonium
larutan benedict, larutan fehling A dan B, NaOH 10%, asam klorida pekat
dan aquades.
2. 3 Prosedur Percobaan
2.3.1 Monosakarida
Disiapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering serta diberi label.
dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air panas (penangas) selama selama
Disiapkan satu buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Lalu tabung diisi
reaksi dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air panas (penangas) selama
Disiapkan satu buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung reaksi
Kemudian tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air panas
2.3.2 Disakarida
Disiapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering serta diberi
dan dikocok. Tabung reaksi dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air
panas (penangas) selama beberapa menit. Kemudian diamati perubahan yang terjadi
Disiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian tabung reaksi
Kemudian tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air panas
2.3.3 Polisakarida
Disiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian tabung reaksi diisi
0,1 M dan dikocok. Diamati perubahan yang terjadi. Tabung reaksi dipanaskan
selama beberapa menit, kemudian diamati perubahan yag terjadi. Tabung reaksi
Disiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian tabung reaksi
3.1.1 Monosakarida
Endapan putih/larutan
AgNO3 + NH4OH sedikit + sukrosa putih
Endapan putih/larutan
AgNO3 + NH4OH berlebih + sukrosa putih keruh
Endapan hitam/larutan
AgNO3 + NH4OH sedikit + sukrosa + pemanasan keruh
3.1.3 Polisakarida
3.2 Reaksi
3.2.1 Monosakarida
direaksikan dengan AgNO3 dan NH4OH. Tujuan dari penambahan larutan perak
beramoniak ini adalah untuk mengetahui adanya gugus aldehid atau gugus keton
dengan AgNO3 dan NH4OH sedikit dan AgNO3 dan NH4OH berlebih, dimana reaksi
dengan amonia sedikit tidak menghasilkan endapan cermin perak tetapi endapan
dengan AgNO3 dan NH4OH sedikit dan AgNO3 dan NH4OH berlebih, dimana reaksi
dengan amonia sedikit tidak menghasilkan endapan cermin perak tetapi endapan
hitam ketika dipanaskan dan pada amonia berlebih tidak menghasilkan endapan
(larutan sedikit keruh). Hal ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya jika
menghasilkan cermin perak pada dinding tabung reaksi setelah dipanaskan. Larutan
waktu yang lama untuk menunjukkan hasil reaksi karena larutan sukrosa tersebut
dalam hal ini yaitu glukosa yang beraksi dengan larutan perak beramoniak
membentuk larutan kompleks. Dari sini dapat terlihat bahwa pada tabung reaksi
kedua endapan yang terbentuk lebih banyak dan warna larutan lebih keruh
larutan basa dari ion komppleks perak-amonia, dimana ion Ag+ direduksi menjadi
logam Ag, ditandai hasil positif terbentuknya cermin perak pada dinding dalam
tabung reaksi.
menghasilkan larutan berwarna biru tua. Larutan berubah warna menjadi endapan
merah bata setelah dilakukan pemanasan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam larutan
terjadi reaksi redoks antara glukosa dengan larutan Fehling dimana CuO mengalami
reduksi membentuk Cu2O yang berwarna khas merah bata, dimana dapat dinyatakan
sebagai gula pereduksi. Menurut Fitri dan Fitriana (2020), bahwa uji Fehling
pereduksi. Pereaksi fehling dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai sifat
mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Larutan Fehling A yang terdiri
dari campuran kupri sulfat dan larutan Fehling B terdiri dari Na-kalium tatrat dan
NaOH dengan gula reduksi yang dipanaskan akan membentuk endapan yang
berwarna hijau, kuning orange atau merah, tergantung dari konsentrasi gula
Pada percobaan Uji Benedict dilakukan pada dua sampel yaitu monosakarida
10% dengan larutan Benedict memberi warna biru pada larutan dan ketika
dipanaskan membentuk endapan merah bata dan begitu juga di percobaan disakarida,
mereaksikan sukrosa dengan larutan Benedict memberi warna biru pada larutan dan
ketika dipanaskan membentuk endapan hijau kecoklatan, dimana hal tersebut sesuai
dengan teori. Menurut Elzagheid (2018), bahwa tes Benedict digunakan untuk
aldehida ataupun keton bebas dan menurut Yusuf (2018), bahwa dengan adanya
gugus aldehida atau gugus keton yang bebas menyebabkan adanya sifat pereduksi
dari gula, sehingga dapat mereduksi ion-ion logam seperti tembaga (Cu) dan perak
(Ag) dalam larutan basa. Dalam mereduksi Benedict yang terbuat dari campuran
CuSO4, NaOH, dan Na-sitrat, gula tersebut akan mereduksi CU2+ yang berupa
Cu(OH)2 menjadi CU+ sebagai CuOH, selanjutnya menjadi Cu2O yang tidak larut,
larutan menjadi hijau, kuning, jingga, atau merah bata dan muncul endapan hijau,
pemanasan larutan berubah warna menjadi tidak berwarna dan setelah proses
pendinginan larutan kembali menjadi warna biru tua, disebabkan karena ketika
sampel dipanaskan maka amilum akan memanjang sehingga iod mudah lepas. Ketika
proses pendinginan larutan kembali ke warna semula karena rantai amilum kembali
mengerut. Hal ini disebabkan karena rantai amilum kembali mengerut. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa ikatan antara iod dan amilum merupakan
ikatan semu, sehingga mudah berubah tergantung perlakuan yang diberi. Hasil
percobaan tersebut sesuai dengan teori, dimana menurut Fitri dan Fitiana (2020),
amilum (pati) pada sampel. Uji iodin digunakan untuk mendeteksi adanya pati
(polisakarida). Warna biru kehitaman yang terjadi disebabkan karena dalam larutan
pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan
dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat
membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya,
sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Uji pati-iodium
terbentuknya kompleks adsorpsi berwarna spesifik. Amilum atau pati dengan iodium
menghasilkan warna biru, dekstran menghasilkan warna merah anggur, glikogen dan
sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium membentuk warna merah
coklat.
ditambahkan HCl pekat dan NaOH. Selanjutnya diteteskan dengan larutan Benedict,
lalu dipanaskan selama 5 menit. Hasil yang diperoleh adalah penambahan HCl dan
NaOH ke dalam larutan amilum menghasilkan larutan tidak berwarna, hal ini terjadi
karena penambahan konsentrasi substrat asam akan menghasilkan gula pereduksi dan
total gula yang tinggi sehingga kejernihan larutan meningkat. Ketika ditetesi dengan
adanya gula pereduksi yang terbentuk di dalam larutan tersebut. Hidrolisis amilum
dapat dilakukan secara enzimatis dan asam. Menurut Dewi dkk. (2018), penambahan
asam HCl dengan suhu hidrolisis menyebabkan tingkat degradasi pati terhidrolisis
lebih tinggi sehingga gula reduksi meningkat, karena asam kuat HCl dapat merusak
ikatan polisakarida dengan memotong molekul pati secara acak menjadi bagian yang
lebih kecil. Pada larutan hidrolisis perlu dinetralkan terlebih dahulu disebabkan
karena larutan hidrolisis adalah larutan yang bersifat asam oleh karena itu perlu
dinetralkan dengan NaOH yang bersifat basa agar terjadi reaksi yang sempurna. Cara
mengetahui bahwa hidrolisis amilum telah sempurna apabila hasil hidrolisis bereaksi
positif dengan pereaksi benedict Berdasarkan teori tersebut hasil percobaan yang
diperoleh sesuai dengan teori, hidrolisis amilum dengan asam akan memutuskan
ikatan glikosidik pada amilum dan menghasilkan glukosa yang merupakan gula
sederhana.
BAB IV
4.1 Kesimpulan
larutan ketika dipanaskan, reaksi glukosa dengan larutan Fehling dan uji
uji negatif yang ditandai dengan tidak terbentuknya endapan pada larutan dan
3. Pada uji disakarida, reaksi amilum dengan larutan iodium menghasilkan uji
4.2 Saran
Adapun saran untuk percobaan ini yaitu diharapkan agar volume dalam video
percobaan lebih diperjelas lagi sertavideo yang ditampilkan tidak terlalu cepat dan
hasil percobaan ditampilkan dengan jelas agar praktikan lebih mudah untuk
Dewi, N.K.A., Hartati, A., dan Admadi, B.H., 2018, Pengaruh Suhu dan Jenis Asam
Pada Hidrolisis Pati Ubi Talas (Colocasia esculenta L. Schott) Terhadap
Karakteristik Glukosa, Jurnal Rekayasa dan Manejemen Agroindustri,
6, (4);307-315.
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1986, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1,
Erlangga, Jakarta.
Fitri, S.A. dan Fitriana, Y.A.N., 2020, Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat,
SAINTEKS, 17, (1); 45-52.
Wardiana, A., dan Santoso, A., 2011, Purification and Carbohydrate Analysis of
Recombinant Human Erythropoietin Expressed Iin Yeast System Pichia
Pastoris, Makara, 15(1):75-78
Yusuf, Y., 2018, Kimia Pangan dan Gizi, EduCenter Indonesia, Jakarta.
Lampiran 1. Bagan Kerja
Hasil
Glukosa 10%
Fehling B
Hasil
3. Reaksi Karbohidrat dengan Benedict
(glukosa/sukrosa 10%)
5 menit
Hasil
Amilum 2%
terjadi
Hasil
5. Reaksi Hidrolisis Amilum
Amilum 2%
tabung
yang lain
Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan
A. Monosakarida
C. Polisakarida
2. Hidrolisis Amilum 2%