Anda di halaman 1dari 29

Laporan Praktikum

Kimia Organik Dasar

ANALISIS SIFAT KARBOHIDRAT

NIKSIA TENRI OLLE

H031 20 1019

KELOMPOK III

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIT PELAKSANA MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS SIFAT KARBOHIDRAT

Disusun dan Diajukan Oleh:

NIKSIA TENRI OLLE

H031201019

Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Makassar, 11 Mei 2021


Asisten

Reky Asrudin
H31116301
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai salah satu bahan makanan sumber energi untuk tubuh, karbohidrat

cukup populer di alam, baik dalam jaringan hewan maupun dalam jaringan tanaman.

Melalui proses fotosintesis, bagian-bagian tanaman yang mengandung klorofil dapat

membentuk karbohidrat. Bahan baku biosintesis karbohidrat melalui proses

fotosintesis adalah karbon dioksida dari udara dan udara dari dalam tanah. Sekarang

ini, karbohidrat tidak saja sebagai sumber energi untuk tubuh, beberapa di antaranya

juga dapat dipakai sebagai bahan baku untuk senyawa senyawa baru yang berfungsi

khusus, yakni melalui elalui proses fermentasi, amilum atau zat tepung dapat diubah

menjadi etil alkohol dan karbon dioksida (Sumardjo, 2006).

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen, dan oksigen yang

terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH 2O.

Karbohidrat sebenarnya adalah polisakarida aldehid dan keton atau turunan mereka.

Klasifikasi karbohidrat terdiri dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida.

Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya

terdiri atas beberapa ato karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis

dalam kondisi lunak menjadi karbo lain. Monosakarida tidak berwarna, bentuk

kristalnya larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar. Monosakrida

digolongkan menurut jumlah karbon yang ada dan gugus fungsi karbonilnya yaitu

aldehid (aldosa) dan keton (ketosa). Glukosa, galaktosa, dan deoksiribosa semuanya

adalah aldosa. Monosakarida seperti fruktosa adalah ketosa (Fitri dan Fitriana, 2020).
Suatu disakarida adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari dua satuan

monosakarida yang dipersatukan oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1 dari

satu satuan ke suatu OH satuan lain. Suatu cara ikatan yang lazim ialah

suatu gubungan glikosida α atau β dari satuan pertama ke gugus 4-hidroksil dari

satuan kedua. Hubungan ini disebut suatu ikatan 1,4’-α atau 1,4’-β, tergantung

pada stereokimia pada karbon glikosida. Seperti halnya monosakarida, senyawa

ini larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, dan tidak larut dalam eter dan

pelarut oerganik nonpolar. Contoh dari disakarida adalah maltose, sukrosa,

dan laktosa (Sastroamidjojo dan Hardjono, 2005).

Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks

daripada mono dan oligosakarida. Molekul mnosakrida terdiri atas banyak molekul

monosakarida. Polisakarida yang terdiri dari satu macam monoksakarida disebut

homoolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut

heteropolisakarida ( Wardiana dan Santoso, 2011). Polisakarida tersusun dari banyak

unit monosakarida yang saling berhubungan melalui ikatan glikosida. Unit gula dapat

saling berhubungan membentuk polisakarida lurus, bercabang, atau melingkar.

Ikatan 1→4 dan 1→6 adalah yang paling banyak ditemui pada polisakarida alam

yang terdiri dari heksosa. Umumnya, polisakarida berupa senyawa berwarna putih

dan tidak berbentuk Kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat

mereduksi. Berat molekul polisakarida yang larut dalam air akan membentuk larutan

koloid. Beberapa polisakarida yang yang penting diantaranya adalah amilum,

glikogen, dekstrin, dan selulosa (Fessenden, 1990).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa percobaan mengenai

analisis sifat karbohidrat sangat penting untuk dilakukan, untuk dapat mengetahui

sifat golongan karbohidrat berdasarkan reaksi kimianya.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari sifat beberapa

karbohidrat berdasarkan reaksi kimia.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. mengidentifikasi monosakarida dengan mereaksikannya dengan larutan perak

beramoniak, larutan fehling A dan fehling B dan dengan uji benedict.

2. mengidentifikasi disakarida dengan mereaksikannya dengan larutan perak

beramoniak dan uji benedict.

3. mengidentifikasi polisakarida dengan mereaksikannya dengan larutan yodium

dan hidrolisis amilum.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip pada percobaan ini adalah mengidentifikasi sifat monosakarida

dengan larutan perak beramoniak, larutan fehling dan larutan benedict,

mengidentifikasi sifat disakarida dengan larutan perak beramoniak dan larutan

benedict serta mengidentifikasi sifat polisakrida dengan larutan yodium dan

hidrolisis amilum dengan penambahan HCl dan NaOH.


BAB II

METODE PERCOBAAN

2. 1 Alat Percobaan

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu tabung reaksi, rak

tabung, pipet tetes, gelas ukur, gelas kimia, kaki tiga, kasa, gegep, dan lampu

spiritus.

2. 2 Bahan Percobaan

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu larutan

glukosa 10%, larutan selulosa 10%, larutan amilum 2%, larutan amonium

hidroksida 1 M, larutan perak nitrat 0.1 M, larutan yodium 0,1 M,

larutan benedict, larutan fehling A dan B, NaOH 10%, asam klorida pekat

dan aquades.

2. 3 Prosedur Percobaan

2.3.1 Monosakarida

2.3.1.1 Reaksi Glukosa dengan Larutan Perak Beramoniak

Disiapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering serta diberi label.

Masing-masing tabung diisi dengan 2 mL larutan AgNO3 0,1 M. Tabung (1)

ditambahkan dengan 1 mL NH4OH 1 M lalu dikocok. Tabung (2) ditambahkan

dengan NH4OH 1 M berlebih hingga terdapat endapan lalu dikocok.

Kemudian dimasukkan 1 mL larutan glukosa 10% dan dikocok. Tabung reaksi

dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air panas (penangas) selama selama

beberapa menit. Kemudian diamati perubahan yang terjadi.


2.3.1.2 Reaksi Glukosa dengan Larutan Fehling

Disiapkan satu buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Lalu tabung diisi

dengan 1 mL larutan fehling A kemudian ditambahkan 1 mL larutan fehling B dan

dikocok. Ditambahkan 1 mL larutan glukosa 10% dan dikocok. Kemudian tabung

reaksi dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air panas (penangas) selama

1 menit. Diamati perubahan yang terjadi.

2.3.1.3 Uji Benedict

Disiapkan satu buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung reaksi

diisi dengan 2 mL larutan Benedict. Ditambahkan 1 mL larutan glukosa 10%.

Kemudian tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air panas

(penangas) selama 5 menit. Diamati perubahan yang terjadi. Kemudian setelah

didinginkan diamati kembali perubahan yang terjadi.

2.3.2 Disakarida

2.3.2.1 Reaksi Sukrosa dengan Larutan Perak Beramoniak

Disiapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering serta diberi

label. Masing-masing tabung reaksi diisi dengan 2 mL larutan AgNO3 0,1 M.

Tabung (1) ditambahkan dengan 1 mL NH4OH 1 M dan dikocok. Tabung (2)

ditambahkan dengan NH4OH 1 M secara berlebih, dikocok hingga nampak

gelembung di permukaannya. Kemudian dimasukkan 1 mL larutan sukrosa 10%

dan dikocok. Tabung reaksi dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi air

panas (penangas) selama beberapa menit. Kemudian diamati perubahan yang terjadi

pada larutan tersebut.


2.3.2.2 Uji Benedict

Disiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian tabung reaksi

diisi dengan 2 mL larutan Benedict. Ditambahkan 1 mL larutan sukrosa 10%.

Kemudian tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air panas

(penangas) selama 5 menit. Diamati perubahan yang terjadi. Kemudian setelah

didinginkan diamati kembali perubahan yang terjadi.

2.3.3 Polisakarida

2.3.3.1 Reaksi Amilum dengan Yodium

Disiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian tabung reaksi diisi

dengan 3 mL larutan amilum 2%. Kemudian ditambahkan 2 tetes larutan yodium

0,1 M dan dikocok. Diamati perubahan yang terjadi. Tabung reaksi dipanaskan

selama beberapa menit, kemudian diamati perubahan yag terjadi. Tabung reaksi

didinginkan dan diamati perubahan yang terjadi.

2.3.3.2 Hidrolisis Amilum

Disiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian tabung reaksi

diisi dengan 1 mL larutan amilum 2%. Kemudian ditambahkan 1 mL HCl pekat.

Tabung reaksi dipanaskan sampai larutan mendidih. Ditambahkan 2 mL larutan

NaOH 2 N ke dalam larutan tadi. Diambil larutan sebanyak 3 mL dan dimasukkan

kedalam tabung reaksi lain dan ditambahkan 2 mL larutan benedict. Dipanaskan di

atas air mendidih selama 5 menit. Diamati perubahan yang terjadi.


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

3.1.1 Monosakarida

Tabel 1. Hasil Percobaan Reaksi Glukosa dengan Larutan Perak Beramoniak


Warna Endapan/
Zat-zat yang direaksikan
Larutan
Endapan putih/ larutan
AgNO3 + NH4OH sedikit + glukosa
putih keruh
Endapan putih/ larutan
AgNO3 + NH4OH berlebih + glukosa
putih keruh
Endapan hitam/ larutan
AgNO3 + NH4OH sedikit + glukosa + pemanasan
coklat tua
Endapan hitam/ larutan
AgNO3 + NH4OH berlebih + glukosa + pemanasan
coklat muda

Tabel 2. Hasil Percobaan Reaksi Glukosa dengan Larutan Fehling


Warna Endapan/
Zat-zat yang direaksikan
Larutan

Fehling A + Fehling B Larutan biru tua

Fehling (A + B) + glukosa Larutan biru tua

Fehling (A + B) + glukosa + pemanasan Endapan merah bata

Tabel 3. Hasil Percobaan Uji Benedict


Warna Endapan/
Zat-zat yang direaksikan
Larutan

Bendict + glukosa Larutan biru muda

Benedict + glukosa + pemanasan Endapan merah bata


3.1.2 Disakarida

Table 4. Hasil Percobaan Reaksi Sukrosa dengan Larutan Perak Beramoniak


Warna Endapan/
Zat-zat yang direaksikan
Larutan

Endapan putih/larutan
AgNO3 + NH4OH sedikit + sukrosa putih

Endapan putih/larutan
AgNO3 + NH4OH berlebih + sukrosa putih keruh

Endapan hitam/larutan
AgNO3 + NH4OH sedikit + sukrosa + pemanasan keruh

Tidak ada endapan/


AgNO3 + NH4OH berlebih + sukrosa + pemanasan larutan sedikit keruh

Tabel 5. Hasil Percobaan Uji Benedict


Warna Endapan/
Zat-zat yang direaksikan
Larutan

Bendict + sukrosa Larutan biru tua

Endapan hijau/ larutan


Benedict + sukrosa + pemanasan
hijau kecokelatan

3.1.3 Polisakarida

Tabel 6. Hasil Percobaan Reaksi Amilum dengan Iodium


Warna Endapan/
Zat-zat yang direaksikan
Larutan
Larutan amilum Larutan putih

Amilum + I2 Larutan biru kehitaman

Amilum + I2 + pemanasan Larutan tak berwarna

Setelah didinginkan Larutan hitam


Tabel 7. Hasil Percobaan Hidrolisis Amilum
Warna Endapan/
Zat-zat yang direaksikan
Larutan
Larutan amilum Larutan putih

Amilum + HCl pekat Larutan tak berwarna

Amilum + HCl + NaOH Larutan tak berwarna

Penambahan larutan Benedict + pemanasan Enapan coklat

3.2 Reaksi

3.2.1 Monosakarida

3.2.1.1 Reaksi Glukosa dengan Larutan Perak Beramoniak

3.2.1.2 Reaksi Glukosa dengan Larutan Fehling

3.2.1.3 Reaksi Glukosa dengan Benedict


3.2.2 Disakarida

3.2.2.1 Reaksi Sukrosa dengan Larutan Perak Beramoniak

3.2.2.2 Reaksi Sukrosa dengan Benedict


3.2.3 Polisakarida

3.2.3.1 Reaksi Amilum dengan Larutan Iodium


3.2.3.2 Reaksi Hidrolisis Amilum
3.3 Pembahasan

3.3.1 Uji Perak Beramoniak

Pada percobaan uji perak beramoniak, glukosa dan sukrosa masing-masing

direaksikan dengan AgNO3 dan NH4OH. Tujuan dari penambahan larutan perak

beramoniak ini adalah untuk mengetahui adanya gugus aldehid atau gugus keton

pada karbohidrat yang di uji. Di percobaan monosakarida (glukosa) direaksikan

dengan AgNO3 dan NH4OH sedikit dan AgNO3 dan NH4OH berlebih, dimana reaksi

dengan amonia sedikit tidak menghasilkan endapan cermin perak tetapi endapan

hitam ketika dipanaskan dan begitupun pada amonia berlebih. Di percobaan

disakarida (sukrosa) dilakukan dengan perlakuan yang sama yaitu direaksikan

dengan AgNO3 dan NH4OH sedikit dan AgNO3 dan NH4OH berlebih, dimana reaksi

dengan amonia sedikit tidak menghasilkan endapan cermin perak tetapi endapan

hitam ketika dipanaskan dan pada amonia berlebih tidak menghasilkan endapan

(larutan sedikit keruh). Hal ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya jika

glukosa dan sukrosa direaksikan dengan larutan perak beramoniak akan

menghasilkan cermin perak pada dinding tabung reaksi setelah dipanaskan. Larutan

sukrosa yang direaksikan dengan larutan perak beramoniak akan membutuhkan

waktu yang lama untuk menunjukkan hasil reaksi karena larutan sukrosa tersebut

mengalami hidrolisis menjadi monosakarida dan selanjutnya hasil hidrolisis tersebut

dalam hal ini yaitu glukosa yang beraksi dengan larutan perak beramoniak

membentuk cermin perak. Di percobaan ini penambahan NH4OH berlebih

membentuk larutan kompleks. Dari sini dapat terlihat bahwa pada tabung reaksi

kedua endapan yang terbentuk lebih banyak dan warna larutan lebih keruh

dibandingkan dengan tabung reaksi pertama. Menurut Fessenden (1986), bahwa


aldehida dapat dioksidasi oleh zat-pengoksidasi seperti Ag+ dari pereaksi suatu

larutan basa dari ion komppleks perak-amonia, dimana ion Ag+ direduksi menjadi

logam Ag, ditandai hasil positif terbentuknya cermin perak pada dinding dalam

tabung reaksi.

3.3.2 Uji Fehling

Pada saat glukosa direaksikan dengan larutan Fehling A dan Fehling B,

menghasilkan larutan berwarna biru tua. Larutan berubah warna menjadi endapan

merah bata setelah dilakukan pemanasan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam larutan

terjadi reaksi redoks antara glukosa dengan larutan Fehling dimana CuO mengalami

reduksi membentuk Cu2O yang berwarna khas merah bata, dimana dapat dinyatakan

bahwa golongan karbohidrat monosakarida positif mereduksi larutan fehling dan

sebagai gula pereduksi. Menurut Fitri dan Fitriana (2020), bahwa uji Fehling

digunakan untuk menunjukkan sifat khusus karbohidrat dengan adanya karbohidrat

pereduksi. Pereaksi fehling dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai sifat

mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Larutan Fehling A yang terdiri

dari campuran kupri sulfat dan larutan Fehling B terdiri dari Na-kalium tatrat dan

NaOH dengan gula reduksi yang dipanaskan akan membentuk endapan yang

berwarna hijau, kuning orange atau merah, tergantung dari konsentrasi gula

pereduksi. Percobaan telah sesuai dengan teori.

3.3.3 Uji Benedict

Pada percobaan Uji Benedict dilakukan pada dua sampel yaitu monosakarida

(glukosa) dan disakarida (sukrosa). Percobaan monosakarida, mereaksikan glukosa

10% dengan larutan Benedict memberi warna biru pada larutan dan ketika

dipanaskan membentuk endapan merah bata dan begitu juga di percobaan disakarida,
mereaksikan sukrosa dengan larutan Benedict memberi warna biru pada larutan dan

ketika dipanaskan membentuk endapan hijau kecoklatan, dimana hal tersebut sesuai

dengan teori. Menurut Elzagheid (2018), bahwa tes Benedict digunakan untuk

menunjukkan adanya monosakarida dan gula pereduksi. Monosakarida dan gula

pereduksi dapat bereaksi dengan larutan benedict karena keduanya mengandung

aldehida ataupun keton bebas dan menurut Yusuf (2018), bahwa dengan adanya

gugus aldehida atau gugus keton yang bebas menyebabkan adanya sifat pereduksi

dari gula, sehingga dapat mereduksi ion-ion logam seperti tembaga (Cu) dan perak

(Ag) dalam larutan basa. Dalam mereduksi Benedict yang terbuat dari campuran

CuSO4, NaOH, dan Na-sitrat, gula tersebut akan mereduksi CU2+ yang berupa

Cu(OH)2 menjadi CU+ sebagai CuOH, selanjutnya menjadi Cu2O yang tidak larut,

berwarna merah bata/coklat. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna

larutan menjadi hijau, kuning, jingga, atau merah bata dan muncul endapan hijau,

kuning, jingga, atau merah bata.

3.3.4 Uji Yodium

Pada percobaan uji Iodin, mereaksikan amilum dengan I 2 memberi warna

larutan menjadi biru kehitaman. Larutan kemudian dipanaskan, selama proses

pemanasan larutan berubah warna menjadi tidak berwarna dan setelah proses

pendinginan larutan kembali menjadi warna biru tua, disebabkan karena ketika

sampel dipanaskan maka amilum akan memanjang sehingga iod mudah lepas. Ketika

proses pendinginan larutan kembali ke warna semula karena rantai amilum kembali

mengerut. Hal ini disebabkan karena rantai amilum kembali mengerut. Hal ini sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa ikatan antara iod dan amilum merupakan

ikatan semu, sehingga mudah berubah tergantung perlakuan yang diberi. Hasil

percobaan tersebut sesuai dengan teori, dimana menurut Fitri dan Fitiana (2020),

bahwa karbohidrat dengan golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan


larutan Iodium dan memberikan warna biru kehitaman yang menunjukkan adanya

amilum (pati) pada sampel. Uji iodin digunakan untuk mendeteksi adanya pati

(polisakarida). Warna biru kehitaman yang terjadi disebabkan karena dalam larutan

pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan

dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat

membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya,

sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Uji pati-iodium

berdasarkan pada penambahan iodium pada suatu polisakarida yang menyebabkan

terbentuknya kompleks adsorpsi berwarna spesifik. Amilum atau pati dengan iodium

menghasilkan warna biru, dekstran menghasilkan warna merah anggur, glikogen dan

sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium membentuk warna merah

coklat.

3.3.5 Uji Hidrolisis Amilum

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan amilum kemudian

ditambahkan HCl pekat dan NaOH. Selanjutnya diteteskan dengan larutan Benedict,

lalu dipanaskan selama 5 menit. Hasil yang diperoleh adalah penambahan HCl dan

NaOH ke dalam larutan amilum menghasilkan larutan tidak berwarna, hal ini terjadi

karena penambahan konsentrasi substrat asam akan menghasilkan gula pereduksi dan

total gula yang tinggi sehingga kejernihan larutan meningkat. Ketika ditetesi dengan

Benedict kemudian dipanaskan menghasilkan endapan cokelat, hal ini menunjukan

adanya gula pereduksi yang terbentuk di dalam larutan tersebut. Hidrolisis amilum

merupakan proses pemecahan molekul amilum menjadi komponen sederhana

penyusunnya seperti dekstrin, maltotriosa, maltosa dan glukosa. Proses hidrolisis

dapat dilakukan secara enzimatis dan asam. Menurut Dewi dkk. (2018), penambahan

asam HCl dengan suhu hidrolisis menyebabkan tingkat degradasi pati terhidrolisis
lebih tinggi sehingga gula reduksi meningkat, karena asam kuat HCl dapat merusak

ikatan polisakarida dengan memotong molekul pati secara acak menjadi bagian yang

lebih kecil. Pada larutan hidrolisis perlu dinetralkan terlebih dahulu disebabkan

karena larutan hidrolisis adalah larutan yang bersifat asam oleh karena itu perlu

dinetralkan dengan NaOH yang bersifat basa agar terjadi reaksi yang sempurna. Cara

mengetahui bahwa hidrolisis amilum telah sempurna apabila hasil hidrolisis bereaksi

positif dengan pereaksi benedict Berdasarkan teori tersebut hasil percobaan yang

diperoleh sesuai dengan teori, hidrolisis amilum dengan asam akan memutuskan

ikatan glikosidik pada amilum dan menghasilkan glukosa yang merupakan gula

sederhana.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini , yaitu:

1. Pada uji monosakatrida, reaksi glukosa dengan larutan perak berammoniak

menghasilkan uji positif dengan terbentuknya endapan cermin perak pada

larutan ketika dipanaskan, reaksi glukosa dengan larutan Fehling dan uji

Benedict menghasilkan uji positif dengan terbentuknya endapan merah bata.

2. Pada uji disakarida, reaksi sukrosa dengan perak beramoniak menghasilkan

uji negatif yang ditandai dengan tidak terbentuknya endapan pada larutan dan

reaksi sukrosa dengan Benedict menghasilkan uji positif yang ditandai

dengan terbentuknya endapan hijau dan larutan berwarna hijau kecokelatan.

3. Pada uji disakarida, reaksi amilum dengan larutan iodium menghasilkan uji

positif dengan adanya perubahan warna larutan menjadi hitam. Hasil

hidrolisis amilum dengan menggunakan HCl pekan, NaOH, dan Benedict

menunjukan bahwa amilum terhidrolisis menjadi gula sederhana yaitu

glukosa dan maltose serta endapan merah bata ketika dipanaskan.

4.2 Saran

Adapun saran untuk percobaan ini yaitu diharapkan agar volume dalam video

percobaan lebih diperjelas lagi sertavideo yang ditampilkan tidak terlalu cepat dan

hasil percobaan ditampilkan dengan jelas agar praktikan lebih mudah untuk

memahami video percobaan.


DAFTAR PUSTAKA

Dewi, N.K.A., Hartati, A., dan Admadi, B.H., 2018, Pengaruh Suhu dan Jenis Asam
Pada Hidrolisis Pati Ubi Talas (Colocasia esculenta L. Schott) Terhadap
Karakteristik Glukosa, Jurnal Rekayasa dan Manejemen Agroindustri,
6, (4);307-315.

Elzagheid, M.I., 2018, Laboratory Activities to Introduce Carbohydrates Qualitative


Analysis to College Students, Chemical Education, 6, (2); 82-86.

Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1986, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1,
Erlangga, Jakarta.

Fessenden, R. J., 1990, Kima Organik, Erlangga, Jakarta

Fitri, S.A. dan Fitriana, Y.A.N., 2020, Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat,
SAINTEKS, 17, (1); 45-52.

Sastroamidjojo dan Hardjono, 2005, Kima Organik Stereokimia, Karbohidrat,


Lemak, dan Protein, Gadjah Mada University Press, Jakarta

Sumardjo, D., 2006, Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta

Wardiana, A., dan Santoso, A., 2011, Purification and Carbohydrate Analysis of
Recombinant Human Erythropoietin Expressed Iin Yeast System Pichia
Pastoris, Makara, 15(1):75-78

Yusuf, Y., 2018, Kimia Pangan dan Gizi, EduCenter Indonesia, Jakarta.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Reaksi Karbohidrat dengan Larutan Perak Beramoniak

Glukosa 10% Sukrosa 10%

− diisi tabung reaksi dengan 2 mL AgNO3 0,1 M

− ditambahkan 1 mL NH4OH 1 M ke Tabung (1)

− ditambahkan NH4OH 1 M berlebihan ke Tabung (2)

− ditambahkan senyawa karbohidrat (Glukosa/sukrosa

10%) ke dalam tabung

− dipanaskan selama beberapa menit di atas penangas air

− diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

Hasil

2. Reaksi Karbohidrat dengan Pereaksi Fehling

Glukosa 10%

− diisi tabung reaksi dengan 1 mL pereaksi Fehling A dan

Fehling B

− dimasukkan glukosa 10% ke dalan tabung, lalu dikocok

− dipanaskan tabung reaksi di atas penangas air selama 5 menit

− diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

Hasil
3. Reaksi Karbohidrat dengan Benedict

Glukosa 10% Glukosa 10%

− diisi tabung reaksi dengan 2 mL larutan Benedict

− ditambahkan 1 mL senyawa karbohidrat

(glukosa/sukrosa 10%)

− dipanaskan tabung di atas penangas air selama

5 menit

Hasil

4. Reaksi Amilum dengan Larutan Yodium (I2)

Amilum 2%

− diisi tabung reaksi dengan 3 mL amilum 2%

− ditambahkan 2 tetes larutan yodium

− dipanaskan tabung di atas penangas air selama beberapa menit

− selanjutnya didinginkan, lalu diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi

Hasil
5. Reaksi Hidrolisis Amilum

Amilum 2%

− dimasukkan 1 mL amilum 2% ke dalam tabung reaksi

− ditambahkan 1 mL HCl pekat dan 2 mL NaOH 2 N ke dalam

tabung

− diambil 3 mL larutan lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi

yang lain

− diteteskan 2 mL larutan Benedict ke dalam tabung

− dipanaskan di atas penangas air selama 5 menit

− diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan

A. Monosakarida

1. Reaksi Glukosa 10% dengan Perak Beramoniak

Gambar 1. Hasil uji glukosa dengan perak beramoniak

2. Reaksi Glukosa 10% dengan Larutan Fehling

Gambar 2. Hasil uji glukosa dengan Fehling A dan B

3. Reaksi Glukosa 10% dengan Larutan Benedict

Gambar 3. Hasil uji glukosa dengan larutan Benedict


B. Disakarida

1. Reaksi Sukrosa 10% dengan Perak Beramoniak

Gambar 4. Hasil uji sukrosa dengan perak beramoniak

2. Reaksi Sukrosa 10% dengan Larutan Benedict

Gambar 5. Hasil uji sukrosa dengan larutan Benedict

C. Polisakarida

1. Reaksi Amilum 2% dengan larutan Yodium (I2)

Gambar 6. Hasil uji amilum dengan yodium saat dipanasakan


Gambar 7. Hasil uji amilum dengan yodium saat didinginkan

2. Hidrolisis Amilum 2%

Gambar 8. Hasil hidrolisis amilum


Lampiran 3. Sumber

Anda mungkin juga menyukai