teknologi tekstil
Home About Me ▼
Mengetahui dan memahami pengklasifikasian sifat serat berdasarkan sifat kimia dengan
melakukan uji pelarutan.
II. TEORI DASAR
2.1 Pengertian Serat
Serat adalah suatu benda halus yang mempunyai perbandingan panjang dan diameter yang
sangat besar.
Identifikasi serat terutama didasarkan pada beberapa sifat khusus dari serat yaitu morfologi,
sifat kimia dan sifat fisika serat. Pengamatan dengan mikroskop meliputi pengamatan penampang
membujur dan melintang, dimensinya adanya lumen dan sebagainya.
Pengujian kimia dari serat dilakukan secara makro maupun diamati di bawah mikroskop,
pengujian ini meliputi :
- Uji pelarutan
- Uji pewarnaan
Selain uji kimia dan morfologi biasanya di tambah uji fisika yaitu :
- Uji pembakaran
- Berat jenis
Untuk dapat mengidentifikasi jenis serat tidak dapat dilakukan hanya satu cara uji saja, tetapi
dengan penggabungan berbagai cara uji, baru dapat ditentukan jenis serat yang di uji.
2.3 Uji Pelarutan
Uji pelarutan berhubungan dengan sifat kimia dari masing-masing serat. Uji ini sangat penting
terutama untuk serat-serat buatan yang mempunyai morfologi hampir sama. Dengan melihat
kelarutan serat-serat buatan pada berbagai pelarut dapat disimpulkan jenis seratnya. Prinsip
pengujiannya adalah melarutkan serat pada beberapa pelarut, kemudian diamati sifat kelarutannya.
· Asam sulfat 70 %, serat yang larut dalam pelarut ini adalah serat kapas, rayon viskosa, rayon asetat,
nylon dan sutera.
· NaOCl, serat wol dan sutera akan larut dalam larutan ini.
· NaOH 45 %, pada suhu mendidih larutan ini akan melarutkan poliester, wol dan sutera.
· Meta Cresol, larutan ini akan melarutkan serat rayon asetat dan poliamida.
· DMF, larutan ini akan melarutkan poliakrilat, poliamida dan rayon asetat.
· Asam nitrat, pada suhu kamar akan melarutkan rayon asetat, wol, poliakrilat dan nylon.
III. PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bermacam-macam serat :
1. Kapas
2. Rayon Viskosa
3. Rami
4. Sutera
5. Wol
6. Poliester
7. Poliakrilat
8. Poliamida/Nylon
Pereaksi :
6. NaOH 45 %
3.2 Alat-Alat
- Tabung reaksi
- Pengaduk
- Rak Tabung
- Pembakar bunsen
3.3 Cara Kerja
2. 5 ml pereaksi yang digunakan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan hati-hati
3. Beberapa helai serat yang akan di uji ( jangan terlampau banyak ) dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang telah berisi pereaksi
4. Serat yang berada di dalam larutan pereaksi diaduk-aduk dan diamati kelarutannya selama 5 menit
5. Jika setelah 5 menit ternyata tidak larut pereaksi dapat dipanaskan dengan hati-hati
6. Setelah 3 menit diamati kelarutannya dari masing-masing serat pada masing-masing pelarutnya.
IV. DISKUSI
Melalui data yang diperoleh dan dikompresikan dengan referensi yang ada maka dalam
percobaan “ Analisa Serat dengan Uji Pelarutan ” terdapat beberapa data yang melenceng
dari referensi, sehingga terdapat faktor – faktor yang menjadi penyebab dapat didiskusikan.
Dari beberapa contoh ketidaksesuaian data yang praktikan peroleh maka dapat diberikan
sedikit penjelasan, bahwa kesalahan tersebut dapat disebabkan antara lain oleh:
1. Terdapatnya beberapa serat yang rusak (ditandai dengan berubahnya warna larutan )
akibat terlalu pekatnya larutan atau keadaan awal serat yang memang telah rusak.
2. Gumpalan serat yang terlalu besar sehingga untuk serat yang seharusnya larut menjadi
lama untuk larut akibatnya praktikan terlalu cepat menyimpulkan.
3. Lamanya pengadukan atau pemanasan sehingga dapat terjadi serat larut bukan karena
proses reaksi dengan larutan tersebut akan tetapi menjadi larut sebagian dikarenakan
proses mekanik dalam pengadukan tersebut.
Analisa serat dengan metode pelarutan praktikan dapat menentukan jenis serat secara pasti,
tetapi dalam pengerjaannya memerlukan pengulangan agar diperoleh hasil yang akurat, juga
memerlukan jaminan kehigienisan dari alat – alat dan bahannya.
V. KESIMPULAN
Pada uji pelarutan, dalam menganalisa serat harus seteliti mungkin, bila tidak teliti maka
analisa tentang serat tersebut akan salah. Bahan awal serat dan jenis serat yang menjadi bahan
dasarnya sangat berpengaruh dan dapat diketahui melalui pelarutan ini. Dan dari data percobaan
yang diperoleh maka dapat disimpulkan :
- Apabila serat tidak larut maka serat tidak berubah.
- Apabila serat larut maka serat akan bersatu dengan zat tersebut dan akan larut.
- Apabila serat rusak maka serat akan berubah warna menjadi kuning atau warna lain.
- Apabila serat larut sebagian maka serat akan hancur sebagian dan masih terdapat sisa.
1. Kapas
Metil Salisilat = tidak larut
NaOH 45 % = tidak larut NaOH 45 % = tidak larut
Aseton = tidak larut
Hasil pelarutan = serat ini sangat susah untuk dilarutkan dan sebagian larut.
2. Rayon viskosa
Asam Format = tidak larut
NaOH 10 % = tidak larut NaOH 10 % = tidak larut
Metil Salisilat = tidak larut
NaOH 45 % = tidak larut NaOH 45 % = tidak larut
Aseton = tidak larut
Hasil pelarutan = serat ini sangat susah untuk dilarutkan dan sebagian larut.
3. Rami
Metil Salisilat = tidak larut
NaOH 45 % = tidak larut NaOH 45 % = tidak larut
Aseton = tidak larut
Hasil pelarutan = serat ini sangat susah untuk dilarutkan dan sebagian larut.
4. Sutera
Metil Salisilat = tidak larut
NaOH 45 % = tidak larut NaOH 45 % = larut
Aseton = tidak larut
Hasil pelarutan = serat ini susah larut tetapi larut sebagian untuk dilarutkan.
5. Wool
H2SO4 70 % = tidak larut
H2SO4 60 % = tidak larut
HCl 1:1 = tidak larut
HNO3 pekat = tidak larut
6. Polyester
H2SO4 70 % = tidak larut
H2SO4 60 % = tidak larut
HCl 1:1 = tidak larut
HNO3 pekat = tidak larut
7. Poliakrilat
H2SO4 70 % = tidak larut
H2SO4 60 % = tidak larut
HCl 1:1 = tidak larut
HNO3 pekat = larut
Asam Format = tidak larut
NaOH 10 % = tidak larut NaOH 10 % = tidak larut
8. Polyamida / Nylon
9. Polyester kapas
10. Polyester rayon
11. Polyester wool
Pedoman Praktikum Idenfikasi Serat Tekstil. 2013. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung
ayu rahmawati di 09.54
Berbagi
komentar sobat sangat berarti bagi saya,jangan sungkan-sungkan untuk komentar. tapi
dilarang ngejunk ya..!!
›
Beranda
ayu rahmawati
bandung, jawa barat, Indonesia
NPM : 16020089
GROUP : K3
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk melakukan identifikasi serat cara pelarutan dengan mengamati ketahanan serat terhadap
pelarutan dan juga akan menjadi dasar dalam melakukan uji kuantitatif serat pada suatu bahan
tekstil.
BAB II
DASAR TEORI
Serat tekstil secara garis besar dapat dikelompokkan atas dua serat yaitu serat alam yang
berasal dari alam dan serat buatan merupakan serat yang halus dibuat terlebih dahulu karena belum
tersedia di alam dalam bentuk serat.
A. Serat Kapas
· Pengertian
Serat kapas mempunyai bentuk penampang melintang yang sangat bervariasi dari elips sampai
bulat. Tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Bentuk membujur serat kapas adalah pipih
seperti pita yang terpuntir.
· Sifat Kimia
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap asam kuat akan
menyebabkan kerusakan. Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang mengambil
tempat pada jembatan oksigen penghubung sehingga terjadi pemutusan rantai molekul
selulosa (hidroselulosa). Rantai molekul menjadi lebih pendek dan menyebabkan
penurunan kekuatan tarik selulosa.
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu rendah akan
menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi pada proses merserisasi,
sedangkan pada suhu didih air dan dengan adanya oksigen dalam udara akan
menyebabkan terjadinya oksiselulosa.
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila dipanaskan pada suhu
120OC selama 5 jam, tapi pada suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan
kekuatan. Serat kapas kekuatannya hampir hilang jika dipanaskan pada suhu 240 OC.
· Pengertian
Serat rayon viskosa merupakan jenis serat buatan yang bahan bakunya berasal dari alam, yakni dari
kayu dengan kadar selulosa tinggi. Selulosa merupakan unsur utama dalam serat rayon viskosa,
sehingga sifat kimia serat rayon viskosa hampir sama dengan sifat kimia dari serat selulosa lainnya
seperti kapas. Serat rayon viskosa berasal dari polimer selulosa dengan derajat polimerisasi minimal
1.000 yang diproses regenerasi menjadi polimer dengan derajat polimerisasi sekitar 350
· Sifat Kimia
Kerusakan kimia disebabkan oleh asam kuat, oksidator dan alkali pekat yang mengakibatkan
hidroselulosa dan oksiselulosa.
1) Asam
Asam seperti H2SO4 dapat menyebabkan kerusakan serat selulosa karena terjadi reaksi hidrolisa pada
jembatan glukosida sehingga terjadi pemutusan rantai molekul selulosa. Reaksi ini akan
mengakibatkan pendeknya rantai molekul sehingga terjadi penurunan kekuatan tarik. Pengaruh
asam pada konsentrasi dan suhu rendah tidak menimbulkan kerusakan asalkan segera dilakukan
proses penetralan setelah pengerjaan selesai.
2) Alkali
Pengerjaan dengan alkali lemah pada suhu tinggi akan mengakibatkan pemutusan rantai molekul
sehingga menurunkan kekuatan serat secara perlahan-lahan.
3) Oksidator
Reaksi oksiselulosa disebabkan adanya oksidasi oleh oksidator seperti NaOCl. Oksidasi dalam
suasana asam tidak mengakibatkan pemutusan rantai, namun terjadi pembukaan rantai cincin
glukosa sehingga penurunan kekuatan tarik tidak terlalu besar.
C. Serat Rami
· Pengertian
Analisa Frenderberg, Haworth dan Braun dalam buku Tekstil Fiber menunjukkkan bahwa
selulosa dibentuk oleh cindin glukosa, sehingga dapat disebutkan bahwa struktur serat
selulosa merupakan kesatuan dari anhydro glukosa yang dihubungkan satu dengan
yang lainnya oleh jembatan oksigen pada kedudukan 1 – 4
· Sifat Kimia
1) Pengaruh asam
Serat rami dapat turun kekuatannya atau rusak dalam beberapa kondisi Asam kuat. Adanya
asam akan menghidrolisa selulosa menghasilkan Hidroselulosa.
2) Pengaruh Alkali
Serat rami tahan terhadap Alkali, larutan alkali encer tidak mempengaruhi serat meskipun
pada suhu mendidih apabila tidak ada udara. Oksigen dari udara dapat menyebabkan terjadinya
Oksiselulosa.
3) Pengaruh Panas
Serat rami mempunyai ketahanan yang baik terhadap panas. Warna serat akan berubah
kekuning-kuningan bila dipanaskan pada suhu 1200C selama ± 5 jam. Sedangkan dalam waktu
beberapa menit dengan suhu 2400C serat akan rusak.
D. Serat Sutera
· Pengertian
Sutera adalah serat yang diperoleh dari jenis serangga yang disebut Lepidoptera. Serat sutera
berbentuk filament, dihasilkan oleh larva ulat sutera waktu membentuk kepompong. Spesies utama
dari ulat sutera yang dipelihara untuk menghasilkan sutera adalah bombix mori.
· Sifat Kimia
Sutera tidak dirusak oleh larutan asam encer hangat, tetapi larut dan akan dirusak oleh asam
kuat. Disbanding dengan wol, sutera kurang tahan asam tetapi lebih tahan alkali meskipun dalam
konsentrasi rendah. Pada suhu tinggi akan terjadi kemunduran pada kekuatannya. Sutera tahan
terhadap semua pelarut organic, tetapi larut didalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilena
diamida.
Sutera kurang tahan terhadap zat-zat oksidator umpama kaporit dan simar matahari, tetapi lebih
tahan terhadap serangan secara biologi dibandingkan dengan serat-serat alam yang lain.
E. Serat Wool
· Pengertian
Wool berasal dari bulu biri-biri, kelinci angora, rambut kuda, atau domba. Wol selain
mengandung protein juga mengandung belerang. Wol telah mulai dipakai lebih kurang 4000 tahun
sebelum Masehi di Mesir. Serat wol dapat dibagi atas wol halus, wol sedang dan wol kasar atau wol
permadani.
· Sifat Kimia
1) Di dalam air serat wol menggelembung, tetapi setelah kering akan kembali ke bentuk semula.
2) Wol dapat bereaksi dengan asam kuat atau lemah, tetapi tidak larut.
4) Wol tahan terhadap jamur dan bakteri, tetapi bila wol telah dirusak oleh zat kimia, terutama alkali
maka wol mudah diserang serangga dan jamur, yaitu kekuatan menurun, warna berubah, dan serat
dimakan serangga.
5) Finising wol dengan formaldehida bertujuan melindungi serat terhadap alkali, kaustik soda, dan
sterilisasi.
6) Wol dapat dicelup dengan zat warna asam, direk, dan krom.
F. Serat Poliester
· Pengertian
Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan memiliki
keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai mampu saling berdekatan, sehingga
gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja membentuk struktur yang teratur. Poliester
merupakan serat sintetik yang bersifat hidrofob karena terjadi ikatan hidrogen antara gugus – OH
dan gugus – COOH dalam molekul tersebut, oleh karena itu serat poliester sulit didekati air atau zat
warna. Serat ini dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
· Sifat Kimia
Poliester tahan asam lemah meskipun pada suhu mendidih, dan tahan asam kuat dingin.
Poliester tahan basa lemah tapi kurang tahan basa kuat. Poliester tahan zat oksidator, alkohol,
keton, sabun, dan zat-zat untuk pencucian kering. Poliester larut dalam metakresol panas, asam
trifouro asetat-orto-cloro fenol.
G. Serat Poliakrilat
· Pengertian
Serat poliakrilat merupakan serat buatan yang terbentuk dari polimer sintetik yaitu vinil
sianida. Serat ini sangat kuat, hidrofob dan sukar dicelup. Penelitian mengenai serat poliakrilat
dimulai di Amerika pada tahun 1938 dan produk pertama yang dikomersialkan dengan nama dagang
Orlon pada tahun 1950 oleh Du Pont. Kemudian Chemstrand Corporation memperkenalkan Acrilan
pada tahun 1952, Dow Chemical mula mengkomersilkan produknya, Zefran pada tahun 1958, dan
American Cyanamid memperkenalkan Creslan pada tahun 1959.
· Sifat Kimia
Serat poliakrilat pada umumnya memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap asam-asam
mineral dan pelarut, minyak, lemak dan garam netral. Serat poliakrilat tahan terhadap alkali lemah
tetapi dalam larutan alkali kuat panas akan rusak dengan cepat.
Serat poliakrilat memiliki sifat tahan panas yang baik. Serat poliakrilat tahan pada pemanasan
150oC selama dua hari tanpa menunjukkan penurunan kekuatan tarik. Serat dapat mengalami
perubahan warna menjadi kuning, coklat, dan hitam apabila pemanasan diteruskan. Setelah
pemanasan 60 jam pada suhu 200oC, meskipun serat berwarna hitam, kekuatan tarik lebih dari
setengah kekuatan awal. Selain itu serat menjadi sangat stabil terhadap pemanasan lebih lanjut
meskipun dibakar dalam Bunsen.
Serat poliakrilat yang dipanaskan dalam keadaan kering tidak akan membuat membuat
rantai-rantai molekul putus, namun pada kondisi tersebut dapat menyebabkan penyusunan kembali
molekul-molekul menjadi senyawa lingkar, warna berubah, ikatan hydrogen lepas, dan timbul gugus-
gugus basa. Dari pembentukan molekul baru juga membuat serat tidak larut dalam pelarut-pelarut
yang biasa digunakan untuk melarutkan serat poliakrilat.
· Pengertian
Poliamida adalah polimer yang terdiri dari monomer amida yang tergabung dengan ikatan
peptida. Poliamida dapat terbentuk secara alami ataupun buatan. Salah satu bentuk poliamida alami
yaitu protein, seperti wol dan sutra. Poliamida dapat dibuat secara artifisial melalui polimerisasi atau
sintesis (fase padat). Contoh poliamida buatan diantaranya nilon, aramid dan sodium poly(aspartat).
Poliamida biasanya digunakan dalam industri tekstil, otomotif, karpet dan pakaian olahraga karena
memiliki sifat kuat dan daya tahan yang ekstrim.
· Sifat Kimia
Serat poliamida tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan serangga. Serat ini
juga sangat tahan basa, rusak dalam asam kuat.dan dapat dicelup dengan zat warna
dispersi asam dan basa.
Rayon Asetat terdiri dari senyawa selulosa asetat yang diidentifikasi sebagai
selulosa – garam selulosa. Oleh karena asetat memiliki kualitas yang berbeda
dibandingkan dengan rayon.
Rayon Asetat adalah termoplastik dan dapat dibentuk menjadi bentuk apa pun dengan
aplikasi tekanan yang dikombinasikan dengan panas. Serat asetat memiliki retensi
kondisi yang baik.
Rayon asetat digunakan untuk bahan kain tenun dan pakaian wanita (baju daster).
Karena pegangannya lembut dan hangat, rayon asetat juga digunakan untuk bahan leher
baju kemeja. Rayon asetat digunakan pula untuk tekstil rumah tangga, seperti isolasi
listrik dan penyaring pada rokok.
· Sifat Kimia
· Pengertian
Serat rayon cupramonium adalah selulosa yang diregenerasi, maka sifatnya dalam banyak hal
sama dengan rayon viskosa. Perbedaan sifat-sifatnya antara rayon kupramonium sangat halus, rata-
rata 1,2 lenier per filamen, kekuatan rayon kupramonium berkurang dalam keadaan basah, lebih
mulur diwaktu basah dari pada waktu kering, dan rayon kupramonium dapat terbakar, pada suhu
1800C rusak, dan kekuatannya berkurang oleh sinar matahari. Dalam pembakaran akan
meninggalkan abu yang mengandung sedikit sekali tembaga. Rayon kupramonium terutama
digunakan untuk pakaian, kaos kaki wanita, pakaian dalam dan kebanyakan untuk kain kain dengan
mutu baik. Kehalusan filamennya memberikan sifat lemas dan drape yang baik (sifat gelombang
yang baik).
· Sifat Kimia
Sifat kimia rayon kupramonium sama dengan rayon viskosa. Rusak oleh alkali, kuat, tetapi
tahan alkali lemah dan zat-zat oksidator. Pemutihan dapat dilakukan dengan larutan hipoklorit
dalam suasana sedikit basah atau dengan hydrogen peroksida. Pencelupan rayon kupramonium
sama dengan pencelupan rayon viskosa. Rayon cuproamonium larut dalam asam kuat.
2.2 2.2 UJI PELARUTAN
Uji pelarutan berhubungan erat dengan sifat kimia dari masing-masing serat. Uji ini sangat
penting terutama untuk serat-serat buatan yang mempunyai morfologi hampir sama. Pada serat
buatan yang memiliki struktur molekul berbeda satu sama lain akan memiliki sifat kelarutan yang
berbeda pula terhadap pelarut kimia. Dengan melihat kelarutan serat pada berbagai pelarut, dapat
disimpulkan jenis seratnya. Prinsip pengujiannya adalah melarutkan serat pada bermacam-macam
pelarut kemudian diamati sifat kelarutannya, apakah serat tersebut tahan atau hancur/larut
terhadap macam-macam pelarut. Cara pelarutan ini dapat dilakukan dalam kaca arloji atau tabung
reaksi yang mengandung pelarut. Untuk memeriksa kelarutan serat sebaiknya digunakan pengaduk
kaca dan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas bisa dilakukan di bawah mikroskop.
Larutan ini dibuat dari asam khlorida dengan berat jenis 1,19 (37,5%) diencerkan dengan air dalam
jumlah yang sama. Larutan ini melarutkan nylon pada suhu kamar dalam waktu 10 menit, tetapi
tidak melarutkan serat lain.
Asam sulfat 59,5 % biasa dipergunakan untuk melarutkan serat rayon viskosa pada suhu kamar
selama 20 menit. Selain itu dapat melarutkan serat nylon, sutera dan melarutkan sebagian serat
kapas (tidak seluruh bagian kapas larut).
Pada suhu kamar selama 5 menit akan melarutkan serat wol, poliakrilat dan nylon.
Asam formiat akan melarutkan serat nylon dengan sempurna pada suhu kamar selama 5 menit.
· Aseton
Pelarut ini dipergunakan untuk membedakan serat rayon viskosa dan serat rayon asetat, sebab
hanya akan melarutkan serat rayon asetat.
Serat protein akan larut sempurna dalam pelarut ini pada suhu kamar dalam waktu 20 menit.
DMF pada suhu 90oC selama 10 menit, biasa dipergunakan untuk melarutkan serat poliakrilat.
· Metil salisilat
· Meta Cresol
Pada suhu mendidih 139oC selama 5 menit, akan melarutkan serat poliester.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
· Tabung reaksi
· Penjepit kayu
· Penangas air
· KOH 10%
· NaOH 10%
· NaOH 45%
· HCl 1:1
· H2SO4 59,5%
· H2SO4 70%
· HNO3
· HCOOH
· Aseton
· NaOCL
· Metil Salisilat
· Bermacam-macam serat:
· Serat kapas
· Serat rami
· Serat wool
· Serat sutera
· Serat poliester
· Serat poliakrilat
3.2 CARA KERJA
§ mL pelarut yang digunakan, dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan hati-hati.
§ Beberapa helai serat yang akan diuji digulung-gulung membentuk gumpalan (jangan terlalu banyak),
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi pelarut.
§ Serat yang berada di dalam pelarut diaduk-aduk dan diamati kelarutannya selama 10 menit.
Pengerjaan ini dilakukan sebanyak 3x atau selama 30 menit.
§ Pada pelarut KOH 10%, NaOH 45%, jika setelah 10 menit ternyata serat tidak larut, maka pelarut yang
berisi serat dapat dipanaskan dan amati kelarutannya selama 10 menit dalam keadaan panas.
§ Catat semua sifat kelarutan serat pada masing-masing jenis pelarut pada lembar hasil pemeriksaan.
§ Khusus untuk pelarut metil salisilat, praktikum dilakukan langsung melakukan pelarutan serat pada
suhu pelarut yang mendidih.
BAB IV
HASIL
(terlampir)
BAB V
PEMBAHASAN
Pada identifikasi serat dengan cara uji pelarutan, serat yang larut dalam pelarut akan hancur
dan menyatu atau homogen dengan pelarut, namun tidak semua serat yang larut langsung hancur,
ada beberapa serat yang harus menunggu beberapa menit agar dapat larut ke dalam pelarut setelah
dilakukan pengadukan dan ada juga serat yang tidak larut, hal ini tentu saja sifat ketahanan serat
terhadap pelarut sangat berpengaruh. Serat yang tidak larut dalam uji pelarutan adalah serat yang
secara visual bentuknya tetap dan tidak hancur meski telah dimasukkan ke dalam pelarut selama
beberapa menit dan telah dilakukan pengadukan. Serat yang larut ke dalam pelarut berarti serat
tersebut tidak tahan terhadap sifat kimia dari pelarut tersebut misalnya serat kapas yang larut dalam
H2SO4 70% hal ini berarti serat kapas tidak tahan terhadap sifat kimia asam sulfat yaitu asam sulfat
sebagai asam kuat, pelarut atau pereaksi asam formiat melarutkan serat rayon asetat dan poliamida
(Nylon). Serat yang tidak larut ke dalam pelarut artinya serat tersebut tahan terhadap sifat kimia dari
pelarut tersebut, misalnya rayon viskosa tidak larut ke dalam HNO3 hal ini berarti rayon viskosa
tahan terhadap sifat kimia HNO3 yaitu sebagai basa kuat.
Pada pengujian ini dilakukan pengadukan. Pengadukan dilakukan bertujuan agar serat yang
dimasukkan ke dalam pelarut dapat larut sempurna, kemudian ada juga beberapa serat yang larut ke
dalam pelarut namun dalam jangka waktu yang lama sehingga dibutuhkan bantuan dari luar yaitu
dengan cara diaduk sehingga akan mempercepat serat larut ke dalam pelarut. Jadi, tujuan
dilakaukannya pengadukan adalah mempercepat serat larut ke dalam pelarut.
Pada uji pelarutan dilakukan penambahan suhu untuk beberapa pelarut karena ada beberapa
jenis serat yang larut ke dalam pelarut tertentu namun pelarut tersebut harus dalam suasana panas.
Contohnya adalah poliester yang larut dalam basa kuat yaitu NaOH namun NaOH dalam suasana
panas. Jadi, tujuan dilakukannya penambahan suhu adalah untuk membantu serat agar dapat larut
ke dalam suatu pelarut.
Pada percobaan dilakukan 3x dalam 10 menit artinya dilakukan selama 30 menit. Ada yang
melalui proses tanpa pemanasan dan ada yang tidak. Ada hal yang menarik pada saat melakukan
pengujian yaitu pada saat menggunakan pelarut Aseton, pelarut Aseton hanya dapat melarutkan
Rayon Asetat. Dan pada saat pengujian menggunakan pereaksi Metil Salisilat dimana pada saat
pengujian tanpa proses pemanasan, metil salisilat tidak melarutkan serat apapun, sedangkan dalam
proses pemanasan metil salisilat melarutkan rayon asetat dan poliester.
Pada saat melakukan perbandingan hasil antara hasil praktikum pengujian pelarutdan dengan
hasil literatur terdapat beberapa perbedaan yaitu pada pereaksi HNO3 seharusnya wool larut, namun
pada saat praktikum dilakukan wool tidak larut dalam HNO3 , berdasarkan hasil praktikum rayon
viskosa larut dalam NaOH 10% dan NaOH 45% namun secara literatur tidak larut. Pada perekasi
HNO3 rayon asetat dan cuproamonium seharusnya tidak larut namun berdasarkan hasil praktikum
larut. Dan pada serat campuran terdapat larut sebagian seharusnya tidak larut karena jika dikatakan
larut sebagian maka harus dilakukan pengujian berat awal dan berat akhir sedangkan pada
praktikum tidak dilakukan pengujian berat pada serat tersebut sehingga dinyatakan tidak larut.
Berdasarkan data hasil percobaan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa masih ada yang tidak sesuai
dengan teori yang ada. Hal ini disebabkan karena :
1. Jumlah serat yang dimasukkan kedalam tabung reaksi untuk diuji terlalu banyak, sehingga
serat yang seharusnya sudah larut menjadi belum larut atau hanya larut sebagian.
2. Lamanya proses pengadukan dan pemanasan sehingga terjadi serat larut, namun bukan
karena pereaksi namun karena proses mekanik pengadukan tersebut.
BAB VI
KESIMPULAN
1. Larutan H2SO4 60% dapat melarutkan serat Rayon Viskosa, sutera, poliamida, rayon
asetat dan rayon cuproamonium.
5. Larutan Asam Formiat dapat melarutkan serat Poliamida / Nylon dan rayon asetat.
6. Larutan KOH 10% dapat melarutkan serat wool dan sutera baik keadaan suhu kamar
maupun keadaan panas.
7. Larutan NaOH 10% dalam suhu kamar dapat melarutkan sutera dan wool, dalam
keadaan panas melarutkan sutera, wool, dan poliester. Terdapat kesalahan yaitu rayon
viskosa larut namun dalam literatur tidak larut.
8. Larutan NaOH 45% dalam suhu kamar dapat melarutkan sutera dan wool, dalam
keadaan panas melarutkan sutera, wool, dan poliester. Terdapat kesalahan yaitu rayon
viskosa larut namun dalam literatur tidak larut.
10. Larutan Metil salisilat hanya dapat melarutkan serat Poliester dan rayon asetat dalam
keadaan mendidih. Dalam keadaan suhu kamar tidak dapat melarutkan serat apapun.
DAFTAR PUSTAKA
Bahan ajar praktikum serat tekstil, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil 2013
Comments
Popular posts from this blog
Ebook Textile, Chemistry etc
- April 27, 2020
Halo teman-teman, pada postingan kali ini saya akan berbagi buku elektronik tekstil,
kimia dan sebagainya. 1. Absorbent Technology edited by P.K. Chatterjee ( Download )
2. Advances in Textile Biotechnology edited by V.A Nierstrasz and A.Cavaco-Paulo
( Download ) 3. All of Statistics: A Concise Course in Statistical Inference by Larry
Wasserman ( Download ) 4. An Introduction to Statistical Methods & Data Analysis
seventh edition by R.Lyman Ott and Michael Longnecker ( Download ) 5. Analytical
Electrochemistry in Textile by P. Westbrock, G.Priniotakis and P.Kiekens ( Download ) 6.
Basic Prinsiples of Textile Coloration ( Download ) 7. Biofunctionalization of Polymers
and their Applications by Gibson etc ( Download ) 8. Biologically Inspired Textiles edited
by A.Abbott and M.Ellison ( Download ) 9. Buku Teks Pengantar Kimia by Yashito
Takeuchi (Basic Chemistry versi Indonesia) ( Download ) 10. Chemical Finishing of
Textile by W. D. Schindler and P.J.Hauser, Woodhead Pu
READ MORE
READ MORE
Powered by Blogger
NOVIA
VISIT PROFILE
Archive
Report Abuse
Catatan Novia Nurfajrianty