DUALISME DALAM
HIKAYAT RAJA-RAJA PASAI
PENULIS :
I MADE SOREYANA
BAB I
PENDAHULUAN
karya sastra sejarah Melayu, masih banyak karya sastra sejarah lainnya. Genre
karya sastra ini tersimpan di berbagai tempat baik di institusi formal maupun di
koleksi pribadi. Di kedua lembaga itu karya sastra sejarah disimpan sangat rapi
dan dipelihara dengan baik. Beberapa karya sastra sejarah Melayu Klasik dapat
Banjar dan Kota Waringin, Salsilah Kutai, Hikayat Hang Tuah, dan lain-lain.
tempat (latar) dalam cerita ada secara geografis, (b) penyebutan nama-nama tokoh
menjelaskan tanggal dan tahun yang pasti. (Nama, 2014.1). Struktur sastra sejarah
dibangun menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah uraian yang bersifat mistis-
kerajaannya. Bagian kedua yang bersifat histori (Fang, 1975. 204; Blk. R.
1
3
kejadian yang terjadi antara tahun 1250-1350 yakni era Malikul Saleh, raja
Samudra Pasai, sampai Samudra Pasai ditaklukan oleh Majapahit (Fang, 1975.
206). Beberapa aspek karya sastra itu telah diungkapkan dan dipublikasikan
asli, historisitas karya sastra itu, tempat penulisan, penulisan dan penanggalan
(Roalvink, 1954). Dalam penelitian ini akan dibicarakan aspek dualisme yang
1.2 Masalah
mencintai dan melestarikan hasil karya sastra (klasik). Hasil penelitian juga
adalah penelitian karya sastra itu sendiri sebagai sebuah struktur yang terdiri atas
dan sedalam mungkin keterkaitan semua aspek karya sastra yang bersama-sama
sebuah kesatuan.
Teori semiorik tidak dapat dipisahkan dengan teori objek, karena karya
sistem semiotik tingkat pertama (Pradopo, 2003: 108). Karya sastra disebut
sebagai sistem semiotik tingkat keddua karena karya sastra dengan petandanya
seperti metafor, konotasi, dan ciri-ciri penafsiran lainnya bukanlah bahasa biasa,
tertulis menyangkut objek penelitian. Data yang diperoleh dicatat dalam kartu data
melalui kata-kata biasa. Hasil Penelitian ini disajikan dalam bentuk kata-kata
memahaminya.
6
BAB II
Kata Hikayat berasal dari bahasa Arab yaitu hakā yang berarti ‘becerita’,
sedangkan hikayat itu sendiri berasal dari kata hikayatun yang artnya ‘cerita’
(Hava, 1951: 136). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus
(1973: 307). Hikayat berarti karya sastra berisi cerita, baik sejarah maupun cerita
roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat perang, atau
mengatakan bahwa berbagai cerita dapat disebut hikayat, tetapi tidak tepat kalau
hikayat secara etimologi diartikan sebagai narrative, story, tale (1983: 69-70).
seperti, “inilah suatu hikayat cerita Jawa dipindahkan kepada bahasa Melayu
dipakai berurutan dengan kata cerita, seperti pada kutipan “...Sahibul hikayat
cerita zaman dahulu kala daripada sangat menanggung percintaan dan berahi yang
hikayat mempunyai ciri-ciri (1) hikayat termasuk sastra tulis dengan huruf Jawi,
(2) sebagai karya sastra tulis, hikayat berkembang secara luas + tahun 1500, (3)
hikayat pada umumnya bersifat anonim, (4) hikayat ditulis dalam bentuk prosa,
5
7
(5) hikayat adalah fiksi, dalam arti dibaca sebagai dunia dalam kata-kata tanpa
hubungan langsung dunia realita, dan (6) karena berulang kali disalin, teks dalam
tradisi tidak terikat hikayat seringkali mengalami perubahan (Sulastin, 1983: 75-
76).
Hikayat mempunyai 4 (empat) ciri pokok struktur yang universal, yaitu (1)
kelompok tertentu, (2) dalam situasi tertentu, tokoh pusat selalu menonjol dalam
hal kebaikan dan keunggulan, (3) terjadinya perlawanan antara dua pihak yaitu
pihak yang baik yang hendak memantapkan keserasian hukum alam semesta yang
terancam oleh pihak yang jahat, (4) perlawanan antara kebaikan dan kejahatan
79).
Melayu yang penuh khayal. Isinya menceritakan kehidupan putra raja yang gagah
perkasa serta putri yang cantik. Biasanya cerita dimulai dari nenek moyang
mereka yang berasal dari kahyangan. Hikayat berfungsi sebagai hiburan dan
(1983: 83) merinci fungsi hikayat sebagai (1) untuk menumbuhkan jiwa
patriotisme, (2) bersifat didaktis, (3) sebagai hiburan, pelipur lara, (4) untuk
mengabadikan segala kejadian yang dialami oleh raja (bdk, Sulastin, 1982: 213).
8
tujuannyapun berbeda-beda.
adalah ilmuwan Prancis yang tertarik dan kemudian menerbitkan HRRP dalam
HRRP dalam huruf Arab (huruf naskah HRRP) berdasarkan manuskrip yang
Dalam konteks filologi, terbitan ini merupakan edisi penting dalam penelitian
HRRP. Sampai saat ini terbitan Dulaurier sangat sulit ditemukan (Alfian, Teuku
Pada tahun 1914, J.P. Mead menerbitkan HRRP dalam huruf Latin J.P.
Romanized Versions of the Hikayat Raja-raja Pasai” yang dimuat dalam majalah
yang mengamati HRRP dari segi bahasa dan sastra. Berdasarkan pengamatannya,
historis. Isinya berpusat pad tiga peristiwa, (1) permulaan tersebarnya agama
Islam, (2) tragedi dalam keluarga raja-raja Pasai, (3) serangan Majapahit terhadap
Malayan Branch Royal Asiatics Society (vol. 33, th. 1960) dengan judul
“Hikayat Raja-raja Pasai”. Teks yang dipakainya ialah teks terbitan J.P. Mead,
yaitu terbitan yang penuh kekeliruan dan kesalahan dalam transliterasi seperti
sejarah yang tertua dan kemudian diikuti modelnya oleh karya sastra yang lain
seperti Sejarah Melayu, Hikayat Aceh dan lain-lain. Teks HRRP terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu (1) pengislaman negeri Pasai, (2) pengembaraan dan
Pasai.
HRRP dalam huruf Latin dengan judul Kronika Pasai. Sebuah Tinjauan Sejarah.
kepengarangan HRRP, (3) fakta-fakta historis HRRP, (4) penutup, (5) suntingan
teks. Terbitan sejarawan ini patut untuk dikethaui baik dilihat dari segi metode,
teks kritis yang dihasilkan daan pembahasan fakta-fakta sejarah yang dapat
Bahiyah, makam Malik al-Saleh, makam Sultan Malik al-zahir. Selain makam
ditemukan pula koleksi uang kepeng deureuhem yang pada salah satu
1969), Liaw Yock Fang (1975), Moquette, Hhussen J.L. Moens, dll (alfian, 1973:
1-3).
HRRP bukan satu-satunya produk karya sastra sejarah. Banyak teks sastra
sejarah lainnya, seperti sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Aceh dan
sejumlah karya sastra lainnya. Karya sastra sejarah adalah bentuk karya sastra
dokumen sejarah, tetap dipandang karya kreatif, dunia dalam kata-kata menurut
BAB III
Diceritakan dua bersaudara menjadi raja di Pasai yaitu Raja Ahmad dan
menemui seorang perempuan dalam buluh betung, maka dinamai anak itu Putri
Betung. Raja Ahmad pun ketika berburu menemui seorang anak laki-laki yang
sedang duduk di kepala gajah, dinamai anak itu Merah Gajah. Merah Gajah dan
Putri Betung menikah dan lahirlah dua orang putra, Merah Silu dan Merah Hasum
namanya.
Pada suatu hari secara bersenda gurau, Merah Gajah mencabut rambut
istrinya Putri Betung, darah pun mengalir tak henti-hentinya dari kepala Putri
Betung. Putri Betung menghilang, Raja Muhamad marah, Merah Gajah pun
Kedua anaknya Merah Silu dan Merah Hasum berpisah mencari tempat tinggal
Diceritakan Merah Silu sangat kaya. Merah Silu berselisih paham dengan
saudaranya. Di suatu tempat Merah Silu bertemu Megat Iskandar yang sangat
menyayangi. Merah Silu pun diangkat menjadi raja di negeri itu. Saudara Megat
Iskandar, Sultan Malikul Nasar karena suatu hal menyerang Merah Silu. Sultan
10
12
Raja Merah Silu membuat istana di sebuah tempat, kerajaan Samudra asai
namanya. Samudra Pasai amat termasyur sampai ke negeri Mikah. Syarif Mekah
atas nama Nabi Muhamad mengutus nakhoda Syaikh Ismail bersama Raja
Muhamad dari Mengiri pergi ke Samudra Pasai. Merah Silu bermimpi bahwa
gelar Malaikat Saleh. Mimpi Merah Silu menjadi kenyataan. Merah Silu telah bisa
membaca kalimat syahdat dan membaca Al’quran. Merah Silu pun diberi gelar
putri Perlak bernama Putri Ganggang melahirkan seorang anak Sultan Malikul
Zahir namanya. Setelah besar Malikul Zahirpun dinobatkan menjadi raja. Sultan
Maikul Zahir mempunyai dua orang putra Sultan Malikul Mahmud dan Sultan
Kerajaan Pasai dan Samudra menjadi besar dan terkenal. Kerajaan Siam
menyerang Pasai dan Samudra. Pasai dan Samudra dapat mengalahkan Siam.
Sultan Mahmud mempunyai dua orang anak perempuan dan seorang anak
pergi bertamasya dan lewat di depan istana Malikul Mahmud. Dilihat oleh
Malikul Mansur seorang anak perempuan cantik dan dibawanya anak itu. Malikul
Sultan Ahmad mempunyai tiga puluh orang anak, diantaranya Tun Beraim
Bapa, Tun Abdul Jalil, Tun Abdul Fasil. Disebut Sultan Ahmad mencintai anak
Beraim Bapa yang mengetahui niat jahat itu memindahkan adiknya ke tempat
tingalnya di Tukas.
ada orang mampu mengusirnya. Sultan Ahmad meminta bantuan Tun Braim
istana. Peristiwa ini didengar oleh Raja Ahmad, Raja Ahmad pun marah dan
berniat membunuh Tun Beraim Bapa. Tun Beraim Bapa diajak bertamasya.
Berkali-kali Raja Ahmad ingin membunuh Tun Beraim Bapa tetapi sia-sia. Tun
Beraim Bapa akhirnya meninggal karena makanan yang diisi racun oleh Raja
Putri Gemerincing anak raja Majapahit jatuh cinta kepada Tun Abdul Jalil
setelah melihat gambarnya. Sultan Ahmad cemburu dan membunuh Tun Abdul
14
Jalil. Kapal-kapal Majapahit yang hendak menjemput Abdul Jalil tenggelam. Raja
lain. Utusan Majapahit pergi ke Pulau Perca untuk mengadu kerbau. Kerbau
orang Jawa dikalahkan oleh kerbau Minangkabau. Orang Jawa diundang untuk
Majapahit.
3.2.1 Pengantar
sruktur terdiri atas dua bagian. Bagian pertama bagian bersifat mistis, legendaris
dan bagian kedua bersifat historis. Pada bagian pertama dilukiskan hal-hal yang
bersifat dongeng, seperti asal-usul raja dan kerajaan. Pada bagian yang historis
istana, penanggalan dan sebagainya. Karena karya sastra ini ditulis di istana untuk
kepentingan istana maka bagian ini menjadi penting. Kedua bagian ini merupakan
kerangka struktur sebuah hikayat dalam konnteks fungsinya sebagai eksistensi dan
legitimasi raja yang memerintah. Kedudukan raja sebagai pusat (sentrum) harus
diperkuat dengan menulis sebuah kisah (hikayat). Oleh karena itu dalam sastra
sejarah kerapkali kita jumpai deskripsi cerita-cerita yang mengkulturkan raja dan
15
keluarganya, nenek moyang raja berasal dari raja-raja besar, dan gagah perkasa
dan heroik.
Dilihat dari segi isinya, HRRP terdiri atas enam bagian, (1) cerita tentang
geneologi dan asal muasal raja, (2) kepergian Malikul Saleh berburu bersama
cerita putri Majapahit jatuh cinta kepada Abdul Jalil, (6) adu ketangkasan dan
Kisah ini dilukiskan pada awal cerita HRRP yakni Raja Ahmad dan Raja
Muhamad. Raja Ahmad ternyata lebih tua dari pada Raja Muhamad.
“Alkisah peri mengatakan cerita yang pertama masuk agama Islam ini
Pasai; maka ada diceritakan oleh orang yang empunya cerita ini negeri
yang di bawah angin ini Pasailah yang pertama membawa iman akan Allah
dan akan Rasul Allah.
Maka ada raja dua bersaudara seorang namanya Raja Ahmad dan seorang
namanya Raja Muhamad. Adapun yang tua Raja Ahmad” (1973: 37).
menemui seorang perempuan yang keluar dari buluh petung. Anak ini diberi nama
Putri Betung. Demikian juga Raja Muhamad, ketika pergi berburu di hutan, beliau
16
menemui seorang anak laki-laki yang dipelihara seekor gajah. Anak itupun
Kedua anak pungut itu dipelihara dengan penuh sayang oleh Raja
Muhamad. Anak itu menjadi besar dewasa ayu dan tampan. Setelah anak itu
Kisah ini merupakan sebab akibat dari insiden di atas. Setelah cukup
waktunya, perkawinan antara Putri Betung dengan Merah Gajah melahirkann dua
orang putra yang dinamai Merah Silu (yang tua) dan Meram Hasun (yang lebih
muda).
“Maka setelah genaplah bulannya maka Putri Betung pun beranak laki-
laki. Maka dinamainya anaknya Merah Silu. Maka kemudian daripada itu
hatta beberapa lamanya maka Putri Betungpun hamil pula. Setelah
genaplah bulannya maka ia pun beranaklah. Maka anaknya itupun laki-laki
juga. Maka dinamainya Merah Hasum” (1973: 41).
Setelah lahirnya Merah Silu dan Merah Hasum, terjadilah persitiwa tragis.
Ternyata perkawinan Purti Betung dan Merah Gajah tidak berumur lama. Putri
Betung meninggal dunia, karena sehelai rambut yang berwarna keemasan dicabut
oleh suaminya Merah Gajah walaupun beberapa kali dilarangnya (1973: 41). Raja
17
Muhamad yang mendengar kabar itu membunuh Merah Gajah (hal. 42).
Selanjutnya terjadi peperangan antara Raja Ahmad dan Raja Muhamad. Mereka
Setelah kematian kedua ibu bapa dan kakek Merah Silu dan Merah
Hasum, keduanya (Merah Silu dan Merah Hasum) mencari tempat baru dan
“Setelah sudah ia berbicara dua bersaudara demikian itu, maka pada ketika
yang baik, maka keluarlah ia dari dalam negeri itu mengikut jalan ke
matahari mati, daripada suatu perhentian. Maka dengan takdir Allah Ta’ala
sampailah ia kepada suatu negeri yang bernama Biruan. Maka duduklah ia
di sana seorang sebelah sungai dalam negeri itu bersaudara” (1973: 43).
telah menamai dua tempat (tanah tinggi) atau kerajaan. Yang pertama kerajaan
Samudra, karena si anjing melihat seekor semut besar seperti kucing. Itulah asal
nama Samudra (hal. 48). Yang kedua, kerajaan Pasai berasal dari nama anjing itu
sendiri Pasai. Anjing si Pasai itu mati di tempat itu pula (hal. 59).
18
Ada dua nama yang disebut yaitu penjala dan pengail ikan. Nama ini
dipakai secara bergantian dalam satu insiden. Insiden itu ialah ketika sebuah kapal
asing sampai pada sebuah tempat yang tidak diketahui namanya. Mereka bertanya
tentang nama tempat itu dan berlangsung tanpa dialog. Hal itu tampak pada
kutipan berikut.
Terdapat dua kali pemberian wasiat oleh dua orang raja, sementara pada
tokoh lain tidak ada. Pertama, Raja Sultan Malikul Salem memberi wasiat kepada
cucu, dua menyeri dan rakyatnya, “Maka ada sekira tiga hari sudah tabal itu maka
Sultan Malikul Salehpun berwasiatlah kepada...” (hal. 60). Kedua Sultan Mahmud
memberi wasiat kepada anaknya Sultan Ahmad. Katanya, “Hai, anakku cahaya
mataku dan buah hatiku, baik-baik engkau memeliharakan dalam kerajaan ini
Dalam HRRP dijumpi dua orang utusan Sultan Ahmad yakni Bermanat
Pantai dan Medan Pantai. Dua orang utusan ini sering ditugaskan unntuk
menyampaikan hasrat Sulltan Ahmad atau meninjau suatu tempat atau hal.
19
Misalnya kedua tokoh ini diutus supaya ke Tukas meminta bantuan Tuan Beraim
Bapa karena Sultan kedatangan empat pendekar Keling (hal. 73), melihat
mengapa genderang perang berbunyi di Tukas (hal, 77). Selanjutnya kedua utusan
ditugaskan memanggil Tun Perpatih Tulus Agung Sokara dan Bapa Mentuah dan
pimpinan Talak Sojang untuk meminta upeti. Dalam perang ini Pasai di bawah
Dijumpai dua kali deskripsi tentang Abdul Jalil dalam insiden yang
berbeda. Lukisan itu terdapat dalam halaman yang berbeda pula. Yang
“...jika ia memakai cara Jawa serupa Jawa dan jika ia memakai cara Siam
serupa Siam dan jika ia memakai cara Keling serupa Keling dan jika ia
memakai cara Arab serupa Arab” (hal. 72 dan 83).
Kedua, karena menyesalkan kematian Tuan Beraim Bapa yang gagah tidak
di Jambu Air. Demikian pula Putri Gemerincing membunuh diri dan mayatnyapun
Bapa yang sedang menderita sakit, bersama pengikutnya telah sampai di simpang
“Maka apabila sampailah baginda kepada simpang jalan, maka kata Malik
Akasan: Ya tuanku, bahwa jalan ini dua simpangnya, suatu simpang ini
dua hari perjalanan, dan suatu simpang ini sehari perjalanan sampailah kita
ke bukit Fazullah, tetapi....”(hal. 91).
22
BAB IV
4.1 Simpulan
berikut.
3) Ada persoalan yang dilupakan yang belum terungkap yakni peristiwa atau
4.2 Saran
cenderung belum tuntas. HRRP masih terbuka untuk diamati melalui kajian yang
berbeda.
21
23
DAFTAR PUSTAKA
Robson, S.O, 1969. Hikayat Andekan Penurat. The Haque: Martinnus Nijhoff.
Sulastin Sutrisno. 1983. Hikayat Hang Tuah. Analisa Struktur dan Fungsi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Teew, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Pengantar Teori Sastra. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Tim Penyusun Kkamus. 1993. Kamus Bbesar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
22
24
KATA PENGANTAR
dari berbagai pihak semua hambatan dapat diatasi. Pada kesempatan ini penulis
Ibu sekalian.
Peneliti
ii
25
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ ii
iii
26
iv