Anda di halaman 1dari 9

Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Berdasarkan Sumber Daya

Manusia (SDM) Kesehatan Di Garut

Esa Risi Suazini1 (esarisi91@gmail.com)


Lina Humaeroh2 (linahumaeroh14@gmail.com)
1,2
STIKes Karsa Husada Garut, Prodi DIII Kebidanan

ABSTRAK

Rendahnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi yaitu rata-rata kurang


dari 30% dan prilaku seks pranikah meningkat 1-4% dalam 5 tahun, padahal cakupan program
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKPR) Jawa Barat 96,3%. Garut merupakan bagian
dari Jawa Barat yang telah melaksanakan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKPR)
dengan baik. Program Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKPR) di dalamnya telah
melibatkan Dinas Kesehatan dan Puskesmas, sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah yang
menetapkan kebijakan, pemberi pelayanan kesehatan reproduksi remaja dan menanajemen
program Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKPR). Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pelaksanaan program Pelayanan Kesehatan Produksi Remaja (PKPR) di Garut
berdasarkan standard Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan desain fenmenologi deskriptif. Teknik pengambilan data dilakukan
menggunakan data primer dengan angket dan wawancara dengam melibatkan 22 puskesmas.
Hasil dari penelitian pelaksanaan program pelayanan kesehatan reproduksi remaja di Kabupaten
Garut belum berjalan. Hal ini ditunjang dengan data yang diperoleh 90,9% telah terbentuk tim
PKPR menurut kepala puskesmas dan 77,3% menurut petugas PKPR. Namun tidak didukung
dengan data petugas kesehatan yang sudah terlatih PKPR dan sosialisasi PKPR. Petugas
kesehatan terlatih PKPR sebanyak 50% menurut kepala puskesmas dan 31,8% menurut petugas
PKPR. Sosialisasi mengenai PKPR menurut kepala puskesmas 58,3% dan petugas PKPR
sebanyak 54,5%.

Kata Kunci : Pelaksanaan PKPR, Garut

ABSTRACT

The low knowledge of adolescents about reproductive health that is on average less than
30% and premarital sex behavior increased by 1-4% in 5 years, whereas the coverage of West
Java's Reproductive Health Services (PKPR) program was 96.3%. Garut is part of West Java
that has implemented Youth Reproductive Health Services (PKPR) well. The Adolescent
Reproductive Health Service Program (PKPR) has involved the Health Office and Puskesmas, as
an extension of the government that sets policies, provides adolescent reproductive health
services and manages the Teen Reproductive Health Services (PKPR) program. The purpose of
this study was to determine the implementation of the Youth Production Health Services (PKPR)
program in Garut based on Health Human Resources (HR) standards. This research is a

22
qualitative research with a descriptive phenmenology design. Data collection techniques were
carried out using primary data with questionnaires and interviews involving 22 puskesmas. The
results of research into the implementation of adolescent reproductive health services programs
in Garut Regency have not been running. This is supported by data obtained by 90.9% of the
PKPR team formed according to the head of the puskesmas and 77.3% according to the PKPR
officer. But it is not supported by the data of PKPR trained health workers and PKPR
socialization. PKPR trained health workers were 50% according to the head of the puskesmas
and 31.8% according to PKPR officers. Socialization regarding PKPR according to the head of
the puskesmas 58.3% and PKPR officers 54.5%.

Keywords: Implementation of PKPR, Garut

Pendahuluan mengetahui bahwa penularan HIV-AIDS

Masa remaja merupakan salah satu dapat dikurangi dengan menggunakan

tahap dalam pertumbuhan dan kondom (Kemenkes 2014). Menjadi

perkembangan manusia. Remaja menjadi kekhawatiran kita bersama pengetahuan

masa antara dari anak-anak menuju dewasa. remaja mengenai kondom dapat digunakan

Pada masa ini terjadi perubahan fisik, mental untuk memperkecil terjadinya penularan

(psikologis), intelektual dan peran sosial. HIV-AIDS, namun tidak diimbangi dengan

Perubahan-perubahan yang terjadi pada pengetahuan yang lain, sehingga dapat

masa remaja, perlu sinergisitas baik secara disalah artikan oleh remaja bahwa seks pra

fisik, mental dan sosial. (Wirakusumah, nikah aman hanya dengan menggunakan

2011) Ketika terjadi perubahan fisik, perlu kondom. (Kemenkes, 2014).

diimbangi dengan kematangan psikologis, Upaya pemerintah dalam promotif,

kognisi atau intelektual serta dukungan preventif, kuratif dan rehabilitatif masalah

sosial. Kematangan psikologis, dan kesehatan reproduksi remaja ialah dengan

intelektual tidak secepat pertumbuhan dan memberikan Pelayanan Kesehatan Peduli

perkembangan fisik. (WHO, 2018) Remaja (PKPR). Bentuk pelayanan tersebut

Pengetahuan remaja mengenai ialah konseling, dan peningkatan

kesehatan reproduksi masih sangat rendah kemampuan remaja dalam Pendidikan dan

secara umum kurang dari 30%. Pengetahuan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS). Aplikasi

remaja laki-laki rata-rata 26,5% sedangkan PKPR dilaksanakan bersamaan dengan

pengetahuan remaja putri lebih kecil yaitu program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

24,4%. Pengetahuan tertinggi 60,8%, yaitu Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia


mayoritas telah memiliki PKPR. Cakupan
23
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia Supportive evidence-informed policies.
Mampu Laksana PKPR tahun 2014 Strengthening services for adolescents.
sebanyak 81,69%. Cakupan Jawa Barat Strengthening collaboration with other
sudah mampu melaksanakan PKPR 96,3%. sectors. Di Indonesia, dikenal dengan
Angka Jawa Barat telah melebihi target program Pelayanan Kesehatan Peduli
tahun 2014 yaitu 90% (Kemenkes, 2014). Remaja (PKPR). Pelayanan Kesehatan
Pencapaian program PKPR yang sangat baik Peduli Remaja ialah program pemerintah
ini tidak sejalan dengan masih kurangnya yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan
pengetahuan remaja menjadi motivasi dalam menangani masalah kesehatan
peneliti untuk mengamati pelaksanaan reproduksi remaja. Tujuan Program ini
PKPR berdasarkan Sumber Daya Manusia mendorong Provider untuk memberikan
Kesehatan di Kabupaten Garut. (Perda layanan kesehatan kepada remaja yang
Kabupaten Garut, 2018) komprehensif, sesuai kebutuhan remaja.
Tujuan dari penelitian ini ialah Sasaran PKPR menurut Buku Pedoman
mengetahui pelaksanaan program PKPR PKPR ialah remaja usia 10-19 tahun.
berdasarkan sumber daya manusia kesehatan Standar Nasional PKPR terdiri dari 5
di Kabupaten Garut. Manfaat penelitian ini komponen, yaitu Sumber Daya Manusia
membantu pemerintah dalam monitoring (SDM) kesehatan, fasilitas kesehatan,
dan evaluasi program PKPR, meningkatkan remaja, jejaring dan manajemen kesehatan.
wawasan peneliti dalam kesehatan (Kirana, 2013)
reproduksi remaja dan hasil penelitian
sebagai sumber referensi yang bisa dijadikan Metode
rujukan teori kesehatan reproduksi remaja. Desain penelitian ini merupakan
Upaya promotif dan preventif penelitian kuantitatif dengan pendekatan
mengenai reproduksi remaja telah deskriptif. (Sugiono, Lokasi penelitian di 22
dilaksanakan oleh seluruh Negara di dunia. puskesmas yang ada di Kabupaten Garut.
World Health Organization (WHO) telah Informan kunci adalah pimpinan puskesmas,
mengembangkan 4 strategi dalam petugas PKPR, petugas pendukung dan
peningkatan kesehatan reproduksi remaja di remaja. Sampel diambil dengan teknik
Kawasan Asia Tenggara (WHO Searo, accidental. Pengumpulan data dalam
2018), yaitu: Strategic Information. penelitian ini dilakukan dengan cara

24
wawancara langsung dan menggunakan Beberapa pertanyaan mengenai
media sosial, yaitu mengirimkan form pengetahuan dan kompetensi Sumber Daya
google drive kepada puskesmas yang Manusia (SDM) Kesehatan sama antara
merespon format yang dibagikan. Analisis pimpinan puskesmas dengan petugas PKPR.
data univariabel menggunakan excel dan Walaupun pertanyaan sama, namun
google drive. pandangan mereka berbeda. Jawaban
pimpinan puskesmas lebih tinggi pada
Hasil pembentukan tim PKPR dan tenaga
Berdasarkan wawancara menggunakan kesehatan yang terlatih PKPR. Jawaban
format cheklis pimpinan puskesmas, petugas pimpinan puskesmas lebih rendah persentase
PKPR, Petugas Pendukung dan remaja yang jawaban ya dibandingkan dengan jawaban
merespon berjumlah 22 Puskesmas. petugas PKPR pada kegiatan pembagian
tugas, sosialisasi PKPR, pedoman PKPR
1. Jawaban Standar 1 Sumber Daya
dan penggunaan pedoman PKPR. Penilaian
Manusia (SDM) Kesehatan
petugas pendukung lebih rendah lagi
Standar 1 Sumber Daya Manusia
mengenai sosialisasi program PKPR, mereka
(SDM) Kesehatan, terdiri dari pengetahuan
hanya 50% yang mengetahui program
dan kompetensi petugas terdapat pada
PKPR.
gambar 1 serta pelayanan konseling terdapat
pada gambar 2. Berdasarkan jawaban responden, dapat
diketahui bahwa belum semua puskesmas
Gambar 1. Diagram Batang Jawaban Pimpinan
Puskesmas, Petugas PKPR, Petugas Pendukung dan melaksanakan program PKPR, pernyataan
Remaja mengenai Pembentukan Tim PKPR,
tersebut berbeda dengan jawaban Dinas
Pembagian Tugas dan Nakes terlatih PKPR
Kesehatan Kabupaten Garut, bahwa seluruh
100
80 Pimpinan puskesmas di Kabupaten Garut telah
60 melaksanakan PKPR. Pertanyaan tersebut
40 Petugas PKPR
20 disampaikan kepada Dinas Kesehatan
0
Petugas Kabupaten Garut pada saat studi
Pendukung
pendahuluan untuk menentukan sample
Remaja
penelitian.

25
Gambar 2. Diagram Batang Jawaban pedoman PKPR dibadingkan dengan
Pimpinan Puskesmas, Petugas PKPR, Petugas
Pendukung dan Remaja mengenai Sosialisasi petugas PKPR.
PKPR, Pedoman PKPR dan Penggunaan
Pedoman PKPR
Gambar 3. Diagram Batang Jawaban Pimpinan
Puskesmas, Petugas PKPR, Petugas Pendukung dan
90
80 Remaja mengenai pengetahuan petugas,
70 Pimpinan menyelesaikan masalah, menyenangkan dan puas
60 dengan layanan
50
40 Petugas PKPR
30 100
20 80 Pimpinan
10 Petugas 60
0 Pendukung 40
20 Petugas PKPR
Remaja 0
Petugas
Pendukung
Remaja

Sosialisasi program PKPR belum


optimal, pernyataan ini berdasarkan Pendapat remaja terhadap program
tanggapan petugas pendukung yang berada PKPR memberi tanggapan positif, lebih dari
di puskesmas. Petugas pendukung yang 70% menyelesaikan masalah kesehatan
dimaksud ialah petugas laboratorium, remaja dan menyenangkan serta lebih dari
petugas obat, petugas pendaftaran dan 80% pelayanan yang diberikan memuaskan
petugas lain. Situasi ini menggambarkan dan petugas dinilai berpengetahuan baik
tidak semua petugas di puskesmas
Beberapa pertanyaan mengenai
mengetahui program PKPR. Apabila petugas
pengetahuan dan kompetensi Sumber Daya
belum semua mengetahui program PKPR,
Manusia (SDM) Kesehatan sama antara
bagaimana bisa program ini diketahui oleh
pimpinan puskesmas dengan petugas PKPR.
masyarakat luas terutama remaja.
Walaupun pertanyaan sama, namun
Remaja merasa mendapatkan pandangan mereka berbeda. Jawaban
sosialisasi PKPR hanya 50%, angka ini pimpinan puskesmas lebih tinggi pada
sesuai dengan pernyataan petugas pembentukan tim PKPR dan tenaga
pendukung. Pimpinan puskesmas kesehatan yang terlatih PKPR. Jawaban
memberikan tanggapan yang lebih tinggi pimpinan puskesmas lebih rendah persentase
mengenai pedoman PKPR dan penggunaan jawaban ya dibandingkan dengan jawaban

26
petugas PKPR pada kegiatan pembagian Remaja merasa mendapatkan
tugas, sosialisasi PKPR, pedoman PKPR sosialisasi PKPR hanya 50%, angka ini
dan penggunaan pedoman PKPR. Penilaian sesuai dengan pernyataan petugas
petugas pendukung lebih rendah lagi pendukung. Pendapat remaja terhadap
mengenai sosialisasi program PKPR, mereka program PKPR memberi tanggapan positif,
hanya 50% yang mengetahui program lebih dari 70% menyelesaikan masalah
PKPR. kesehatan remaja dan menyenangkan serta
lebih dari 80% pelayanan yang diberikan
Berdasarkan jawaban responden, dapat
memuaskan dan petugas dinilai
diketahui bahwa belum semua puskesmas
berpengetahuan baik.
melaksanakan program PKPR, pernyataan
tersebut berbeda dengan jawaban Dinas Gambar 4 Diagram Batang Jawaban Pimpinan
Puskesmas, Petugas PKPR Mengenai Petugas PKPR
Kesehatan Kabupaten Garut, bahwa seluruh
Terlatih
puskesmas di Kabupaten Garut telah
melaksanakan PKPR. Pertanyaan tersebut 80
disampaikan kepada Dinas Kesehatan 70
60
Kabupaten Garut pada saat studi 50
pendahuluan untuk menentukan sample 40
30 Pimpinan
penelitian. 20
Petugas PKPR
10
Sosialisasi program PKPR belum 0
Apakah ada tenaga
optimal, pernyataan ini berdasarkan
kesehatan di PKM yang
tanggapan petugas pendukung yang berada terlatih konseling
remaja
di puskesmas. Petugas pendukung yang
dimaksud ialah petugas laboratorium,
Dari Gambar 4. Pimpinan Puskesmas
petugas obat, petugas pendaftaran dan
berpendapat bahwa lebih dari 60% telah
petugas lain. Situasi ini menggambarkan
mengikuti kegiatan pelatihan konseling
tidak semua petugas di puskesmas
remaja, namun pendapat petugas berbeda,
mengetahui program PKPR. Apabila petugas
sebagian besar belum mengikuti pelatihan
belum semua mengetahui program PKPR,
konseling remaja. Perbedaan pendapat
bagaimana bisa program ini diketahui oleh
antara petugas dengan pimpinan yaitu
masyarakat luas terutama remaja.
kegiatan PKPR merupakan kegiatan baru di

27
Puskesmas, adapun pelatihan yang Gambar 6. Diagram Batang Jawaban Pimpinan
Puskesmas, Petugas PKPR dan Remaja Mengenai
dilaksanakan bukan pelatihan PKPR Pelayanan Konseling PKPR di Luar Gedung
melainkan pelatihan konseling remaja.
60
Gambar 5. Diagram Batang Jawaban Pimpinan 50
Puskesmas, Petugas PKPR dan Remaja Mengenai 40
30 Pimpinan
Pelayanan Konseling PKPR di dalam Gedung
20
10
70 Petugas
0
60 PKPR
50 Remaja
40
30
20
Pimpinan
10
0 Petugas PKPR
Remaja Berbeda dengan pernyataan
sebelumnya pimpinan puskesmas
berpendapat kurang baik mengenai
pelaksanaan konseling remaja di luar
gedung, semua angka kurang dari 51%. Dan
pelaksanaan konseling di luar gedung lebih
Pimpinan puskesmas berpendapat kecil lagi menurut petugas PKPR semua
pelayanan konseling bagi remaja telah kegiatan di luar gedung kurang dari 20%.
difasilitasi lebih baik dibandingkan dengan Terlebih jika konseling dilakukan mendadak
pendapat petugas PKPR dan remaja. dan diluar jadwal. Petugas PKPR dan remaja
Pimpinan puskesmas telah menyediakan memiliki jawaban yang hampir sama
tenaga terlatih konseling, tempat konseling mengenai kegiatan konseling ini belum
di dalam gedung puskesmas dan jadwal optimal.
konseling, yaitu jadwal tetap, baik dengan
melakukan kontrak waktu atau mendadak,
petugas siap melayani remaja.

28
Gambar 7. Diagram Batang Jawaban Pimpinan Saran
Puskesmas, Petugas PKPR dan Remaja mengenai
Alat Bantu dan Pedoman PKPR Saran dari penelitian ini perlu dilakukan
upaya tindak lanjut dari pembentukan tim
80
PKPR di setiap Puskesmas yang ada di
70
60 wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
50 Garut. Dinas Kesehatan perlu
40
30 menyelenggarakan pelatihan PKPR bagi
20 Pimpinan petugas di puskesmas. Saran berikutnya
10 Petugas PKPR
perlu sosialisasi program PKPR oleh Dinas
0
Remaja
Kesehatan kepada seluruh puskesmas,
kemudian Puskesmas perlu melakukan
sosialisasi kepada seluruh petugas yang ada
di puskesmas, terutama petugas PKPR dan
sasaran PKPR yaitu remaja dan seluruh
masyarakat.
Sekitar 50% menjawab alat bantu
konseling memadai. Penggunaan alat bantu Daftar Pustaka
yang ada saat konseling, pedoman konseling
1. Kemenkes (2014). Infodatin Situasi
dan penerapan konseling berdasarkan Kesehatan Reproduksi Remaja.
Diunduh dari
pedoman telah dilaksanakan oleh petugas
http://www.depkes.go.id/resources/do
PKPR dan dibenarkan oleh remaja. Hampir wnload/pusdatin/infodatin/infodatin%
20reproduksi%20remaja-ed.pdf.1
semua responden remaja menilai kegiatan
Agustus 2017 pukul 10.00 WIB.
konseling sesuai dengan harapan mereka, 2. Pedoman Standar Nasional PKPR
diunduh 22 Agustus 2018 pukul 02.40
dan menyenangkan, namun kemudahan
WIB
konseling kurang dari 60% http://kesga.kemkes.go.id/images/pedo
man/PEDOMAN%20STANDAR%20N
Simpulan ASIONAL%20PKPR.pdf
3. Perda Kabupaten Garut Tentang
Kesehatan diunduh 22 Agustus 2018
Pelaksanaan program PKPR di Kabupaten
pukul 02.40 WIB
Garut belum berjalan dengan optimall http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id
/files/KAB_GARUT_2_2013.pdf
4. Pritasari Kirana (2013). Buku
Pedoman Standar Nasional

29
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Diunduh 20 Agustus 2018. Pukul 12.14.
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedo WIB.
man/PEDOMAN%20STANDAR%20N 7. WHO (2014). The Republic of the
ASIONAL%20PKPR.pdf.Diunduh 22 union of Myanmar Health System
Agustus 2018 pukul 02.40 WIB Review. Regional Health Forum WHO
5. Sugiyono (2014). Methode Penelitian South. Eas Asia Region (Volume 4
Kombinasi (Mixed Methode). Nomber 3. 2014) Asia Pasific
Bandung: Alfabeta Observatory on Health System and
6. WHO (2018). Child Adolescent. Policies
http://www.searo.who.int/entity/child_a 8. Wirakusumah at all (2011). Obstetri
dolescent/topics/adolescent_health/en/. Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.
Edisi 2. Jakarta: EGC

30

Anda mungkin juga menyukai