ABSTRAK
ABSTRACT
The low knowledge of adolescents about reproductive health that is on average less than
30% and premarital sex behavior increased by 1-4% in 5 years, whereas the coverage of West
Java's Reproductive Health Services (PKPR) program was 96.3%. Garut is part of West Java
that has implemented Youth Reproductive Health Services (PKPR) well. The Adolescent
Reproductive Health Service Program (PKPR) has involved the Health Office and Puskesmas, as
an extension of the government that sets policies, provides adolescent reproductive health
services and manages the Teen Reproductive Health Services (PKPR) program. The purpose of
this study was to determine the implementation of the Youth Production Health Services (PKPR)
program in Garut based on Health Human Resources (HR) standards. This research is a
22
qualitative research with a descriptive phenmenology design. Data collection techniques were
carried out using primary data with questionnaires and interviews involving 22 puskesmas. The
results of research into the implementation of adolescent reproductive health services programs
in Garut Regency have not been running. This is supported by data obtained by 90.9% of the
PKPR team formed according to the head of the puskesmas and 77.3% according to the PKPR
officer. But it is not supported by the data of PKPR trained health workers and PKPR
socialization. PKPR trained health workers were 50% according to the head of the puskesmas
and 31.8% according to PKPR officers. Socialization regarding PKPR according to the head of
the puskesmas 58.3% and PKPR officers 54.5%.
masa antara dari anak-anak menuju dewasa. remaja mengenai kondom dapat digunakan
Pada masa ini terjadi perubahan fisik, mental untuk memperkecil terjadinya penularan
(psikologis), intelektual dan peran sosial. HIV-AIDS, namun tidak diimbangi dengan
masa remaja, perlu sinergisitas baik secara disalah artikan oleh remaja bahwa seks pra
fisik, mental dan sosial. (Wirakusumah, nikah aman hanya dengan menggunakan
kognisi atau intelektual serta dukungan preventif, kuratif dan rehabilitatif masalah
kesehatan reproduksi masih sangat rendah kemampuan remaja dalam Pendidikan dan
secara umum kurang dari 30%. Pengetahuan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS). Aplikasi
pengetahuan remaja putri lebih kecil yaitu program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
24
wawancara langsung dan menggunakan Beberapa pertanyaan mengenai
media sosial, yaitu mengirimkan form pengetahuan dan kompetensi Sumber Daya
google drive kepada puskesmas yang Manusia (SDM) Kesehatan sama antara
merespon format yang dibagikan. Analisis pimpinan puskesmas dengan petugas PKPR.
data univariabel menggunakan excel dan Walaupun pertanyaan sama, namun
google drive. pandangan mereka berbeda. Jawaban
pimpinan puskesmas lebih tinggi pada
Hasil pembentukan tim PKPR dan tenaga
Berdasarkan wawancara menggunakan kesehatan yang terlatih PKPR. Jawaban
format cheklis pimpinan puskesmas, petugas pimpinan puskesmas lebih rendah persentase
PKPR, Petugas Pendukung dan remaja yang jawaban ya dibandingkan dengan jawaban
merespon berjumlah 22 Puskesmas. petugas PKPR pada kegiatan pembagian
tugas, sosialisasi PKPR, pedoman PKPR
1. Jawaban Standar 1 Sumber Daya
dan penggunaan pedoman PKPR. Penilaian
Manusia (SDM) Kesehatan
petugas pendukung lebih rendah lagi
Standar 1 Sumber Daya Manusia
mengenai sosialisasi program PKPR, mereka
(SDM) Kesehatan, terdiri dari pengetahuan
hanya 50% yang mengetahui program
dan kompetensi petugas terdapat pada
PKPR.
gambar 1 serta pelayanan konseling terdapat
pada gambar 2. Berdasarkan jawaban responden, dapat
diketahui bahwa belum semua puskesmas
Gambar 1. Diagram Batang Jawaban Pimpinan
Puskesmas, Petugas PKPR, Petugas Pendukung dan melaksanakan program PKPR, pernyataan
Remaja mengenai Pembentukan Tim PKPR,
tersebut berbeda dengan jawaban Dinas
Pembagian Tugas dan Nakes terlatih PKPR
Kesehatan Kabupaten Garut, bahwa seluruh
100
80 Pimpinan puskesmas di Kabupaten Garut telah
60 melaksanakan PKPR. Pertanyaan tersebut
40 Petugas PKPR
20 disampaikan kepada Dinas Kesehatan
0
Petugas Kabupaten Garut pada saat studi
Pendukung
pendahuluan untuk menentukan sample
Remaja
penelitian.
25
Gambar 2. Diagram Batang Jawaban pedoman PKPR dibadingkan dengan
Pimpinan Puskesmas, Petugas PKPR, Petugas
Pendukung dan Remaja mengenai Sosialisasi petugas PKPR.
PKPR, Pedoman PKPR dan Penggunaan
Pedoman PKPR
Gambar 3. Diagram Batang Jawaban Pimpinan
Puskesmas, Petugas PKPR, Petugas Pendukung dan
90
80 Remaja mengenai pengetahuan petugas,
70 Pimpinan menyelesaikan masalah, menyenangkan dan puas
60 dengan layanan
50
40 Petugas PKPR
30 100
20 80 Pimpinan
10 Petugas 60
0 Pendukung 40
20 Petugas PKPR
Remaja 0
Petugas
Pendukung
Remaja
26
petugas PKPR pada kegiatan pembagian Remaja merasa mendapatkan
tugas, sosialisasi PKPR, pedoman PKPR sosialisasi PKPR hanya 50%, angka ini
dan penggunaan pedoman PKPR. Penilaian sesuai dengan pernyataan petugas
petugas pendukung lebih rendah lagi pendukung. Pendapat remaja terhadap
mengenai sosialisasi program PKPR, mereka program PKPR memberi tanggapan positif,
hanya 50% yang mengetahui program lebih dari 70% menyelesaikan masalah
PKPR. kesehatan remaja dan menyenangkan serta
lebih dari 80% pelayanan yang diberikan
Berdasarkan jawaban responden, dapat
memuaskan dan petugas dinilai
diketahui bahwa belum semua puskesmas
berpengetahuan baik.
melaksanakan program PKPR, pernyataan
tersebut berbeda dengan jawaban Dinas Gambar 4 Diagram Batang Jawaban Pimpinan
Puskesmas, Petugas PKPR Mengenai Petugas PKPR
Kesehatan Kabupaten Garut, bahwa seluruh
Terlatih
puskesmas di Kabupaten Garut telah
melaksanakan PKPR. Pertanyaan tersebut 80
disampaikan kepada Dinas Kesehatan 70
60
Kabupaten Garut pada saat studi 50
pendahuluan untuk menentukan sample 40
30 Pimpinan
penelitian. 20
Petugas PKPR
10
Sosialisasi program PKPR belum 0
Apakah ada tenaga
optimal, pernyataan ini berdasarkan
kesehatan di PKM yang
tanggapan petugas pendukung yang berada terlatih konseling
remaja
di puskesmas. Petugas pendukung yang
dimaksud ialah petugas laboratorium,
Dari Gambar 4. Pimpinan Puskesmas
petugas obat, petugas pendaftaran dan
berpendapat bahwa lebih dari 60% telah
petugas lain. Situasi ini menggambarkan
mengikuti kegiatan pelatihan konseling
tidak semua petugas di puskesmas
remaja, namun pendapat petugas berbeda,
mengetahui program PKPR. Apabila petugas
sebagian besar belum mengikuti pelatihan
belum semua mengetahui program PKPR,
konseling remaja. Perbedaan pendapat
bagaimana bisa program ini diketahui oleh
antara petugas dengan pimpinan yaitu
masyarakat luas terutama remaja.
kegiatan PKPR merupakan kegiatan baru di
27
Puskesmas, adapun pelatihan yang Gambar 6. Diagram Batang Jawaban Pimpinan
Puskesmas, Petugas PKPR dan Remaja Mengenai
dilaksanakan bukan pelatihan PKPR Pelayanan Konseling PKPR di Luar Gedung
melainkan pelatihan konseling remaja.
60
Gambar 5. Diagram Batang Jawaban Pimpinan 50
Puskesmas, Petugas PKPR dan Remaja Mengenai 40
30 Pimpinan
Pelayanan Konseling PKPR di dalam Gedung
20
10
70 Petugas
0
60 PKPR
50 Remaja
40
30
20
Pimpinan
10
0 Petugas PKPR
Remaja Berbeda dengan pernyataan
sebelumnya pimpinan puskesmas
berpendapat kurang baik mengenai
pelaksanaan konseling remaja di luar
gedung, semua angka kurang dari 51%. Dan
pelaksanaan konseling di luar gedung lebih
Pimpinan puskesmas berpendapat kecil lagi menurut petugas PKPR semua
pelayanan konseling bagi remaja telah kegiatan di luar gedung kurang dari 20%.
difasilitasi lebih baik dibandingkan dengan Terlebih jika konseling dilakukan mendadak
pendapat petugas PKPR dan remaja. dan diluar jadwal. Petugas PKPR dan remaja
Pimpinan puskesmas telah menyediakan memiliki jawaban yang hampir sama
tenaga terlatih konseling, tempat konseling mengenai kegiatan konseling ini belum
di dalam gedung puskesmas dan jadwal optimal.
konseling, yaitu jadwal tetap, baik dengan
melakukan kontrak waktu atau mendadak,
petugas siap melayani remaja.
28
Gambar 7. Diagram Batang Jawaban Pimpinan Saran
Puskesmas, Petugas PKPR dan Remaja mengenai
Alat Bantu dan Pedoman PKPR Saran dari penelitian ini perlu dilakukan
upaya tindak lanjut dari pembentukan tim
80
PKPR di setiap Puskesmas yang ada di
70
60 wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
50 Garut. Dinas Kesehatan perlu
40
30 menyelenggarakan pelatihan PKPR bagi
20 Pimpinan petugas di puskesmas. Saran berikutnya
10 Petugas PKPR
perlu sosialisasi program PKPR oleh Dinas
0
Remaja
Kesehatan kepada seluruh puskesmas,
kemudian Puskesmas perlu melakukan
sosialisasi kepada seluruh petugas yang ada
di puskesmas, terutama petugas PKPR dan
sasaran PKPR yaitu remaja dan seluruh
masyarakat.
Sekitar 50% menjawab alat bantu
konseling memadai. Penggunaan alat bantu Daftar Pustaka
yang ada saat konseling, pedoman konseling
1. Kemenkes (2014). Infodatin Situasi
dan penerapan konseling berdasarkan Kesehatan Reproduksi Remaja.
Diunduh dari
pedoman telah dilaksanakan oleh petugas
http://www.depkes.go.id/resources/do
PKPR dan dibenarkan oleh remaja. Hampir wnload/pusdatin/infodatin/infodatin%
20reproduksi%20remaja-ed.pdf.1
semua responden remaja menilai kegiatan
Agustus 2017 pukul 10.00 WIB.
konseling sesuai dengan harapan mereka, 2. Pedoman Standar Nasional PKPR
diunduh 22 Agustus 2018 pukul 02.40
dan menyenangkan, namun kemudahan
WIB
konseling kurang dari 60% http://kesga.kemkes.go.id/images/pedo
man/PEDOMAN%20STANDAR%20N
Simpulan ASIONAL%20PKPR.pdf
3. Perda Kabupaten Garut Tentang
Kesehatan diunduh 22 Agustus 2018
Pelaksanaan program PKPR di Kabupaten
pukul 02.40 WIB
Garut belum berjalan dengan optimall http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id
/files/KAB_GARUT_2_2013.pdf
4. Pritasari Kirana (2013). Buku
Pedoman Standar Nasional
29
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Diunduh 20 Agustus 2018. Pukul 12.14.
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedo WIB.
man/PEDOMAN%20STANDAR%20N 7. WHO (2014). The Republic of the
ASIONAL%20PKPR.pdf.Diunduh 22 union of Myanmar Health System
Agustus 2018 pukul 02.40 WIB Review. Regional Health Forum WHO
5. Sugiyono (2014). Methode Penelitian South. Eas Asia Region (Volume 4
Kombinasi (Mixed Methode). Nomber 3. 2014) Asia Pasific
Bandung: Alfabeta Observatory on Health System and
6. WHO (2018). Child Adolescent. Policies
http://www.searo.who.int/entity/child_a 8. Wirakusumah at all (2011). Obstetri
dolescent/topics/adolescent_health/en/. Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.
Edisi 2. Jakarta: EGC
30