Anda di halaman 1dari 12

KARYA TULIS

UJIAN PENYESUAIAN KENAIKAN PANGKAT (UPKP)

TINGKAT I

Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam Administrasi


Perkantoran

OLEH

1. NAMA : SUGIATI
2. NIP : 19790502 200701 2 014
3. Golongan : Pengatur Tk.I/II.d
4. Jabatan : Pengadministrasi Kecelakaan LLAJ

DINAS PERHUBUNGAN
KABUPATEN NATUNA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Indonesia sebagai salah satu lambang negara yang
menunjukkan identitas bangsa. Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling
efektif, mutlak diperlukan setiap bangsa. Tanpa bahasa, bangsa tidak akan
mungkin berkembang dan dapat menggambarkan dan menunjukkan dirinya
secara utuh dalam dunia pergaulan dengan bangsa lain. Fungsi bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan mengalami perkembangan menjadi
bahasa yang dipergunakan sebagai bahasa kenegaraan, bahasa dalam
hubungan yang bersifat formal baik dalam lembaga pemerintahan maupun
swasta, bahasa yang dipergunaan dalam sekolah-sekolah sebagai bahasa
formal dan penyampaian ilmu dan penyebaran pengetahuan. Keempat
dalam kaitan dengan penggunaan bahasa sebagai mana tersebut pada
bagian ketiga di atas fungsi bahasa dalam muncul secara bersama-sama
atau hanya sebagaian saja.
Dalam kaitannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia seharusnya
dipergunakan dalam administrasi kenegaraan, misalnya, dokumen-dokumen,
keputusan, surat-menyurat, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun
lembaga negara lainnya. Dasar hukum penggunaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi kenegaraan adalah UU Nomor 24 Tahun 2009 pasal
27 yang menyebutkan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam
dokumen resmi negara. Pasal tersebut secara gamblang tentang kewajiban
menggunakan bahasa Indonesia dalam dokumen resmi.
Dokumen-dokumen resmi sepatutnya disusun dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar serta tidak mengandung banyak kesalahan
berbahasa. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada
dokumen resmi kenegaraan sebagaimana yang diharapkan peraturan
perundangan-undangan tersebut ditunjang oleh adanya Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015
tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Permendikbud
ini secara rinci mengatur berbagai kaidah kebahasaan yang dapat dijadikan
rujukan dalam penggunaan bahasa Indonesia, khususnya ragam tulisan.
Serta Peraturan Presiden Nomor 63 tahun 2019 tentang Penggunaan
Bahasa Indonesia (bukan format asli).
Adanya aturan khusus mengenai penggunaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara ini seharusnya menjadi kewajiban lembaga negara
untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah yang telah
ditentukan, khususnya dalam bahasa tulisan. Namun, aturan ini tidak serta-
merta membuat lembaga pemerintahan menerapkan kaidah bahasa
Indonesia tersebut. Dalam penggunaannya, kesalahankesalahan berbahasa
dalam dokumen atau naskah dinas masih dijumpai.
Bentuk kesalahan berbahasa yang dapat ditemukan pada naskah-
naskah dinas sangat bervariasi, misalnya kesalahan dalam bidang morfologi,
kesalahan dalam bidang sintaksis, baik berupa kesalahan pada frasa
maupun kesalahan pada klausa, kesalahan dalam bidang semantik, dan
kesalahan dalam hal penggunaan ejaan. Semua bentuk kesalahan tersebut
harus diperbaiki sesuai kaidah, khususnya dalam naskah dinas lembaga-
lembaga pemerintahan sebagai wujud pelaksanaan aturan fungsi bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara. Selain itu, ditegaskan pula dalam pasa 30
yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam
pelayanan administrasi publik di instansi pemerintahan. Kewajiban
penggunaan bahasa Indonesia pada dokumen dan administrasi publik di
instansi pemerintahan ini diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015
tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Permendikbud ini diharapkan menjadi acuan dalam penggunaan
bahasa Indonesia terutama dalam ragam tulisan karena peraturan tersebut
telah mengatur secara detail penggunaan unsur-unsur kebahasaan.
Penggunaan bahasa Indonesia pada dokumen resmi ini juga diatur oleh
peraturan perundang-undangan lain yaitu Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan
Pelindungan Bahasa dan Sastra, Serta Peningkatan Fungsi Bahasa
Indonesia. Selain itu ada pula Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi
Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara Lainnya. Semua
aturan perundangundangan ini menegaskan pentingnya penggunaan bahasa
Indonesia pada forum resmi kenegaraan serta pelayanan administrasi publik
lainnya. Ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam berbagai forum
dan administrasi tersebut tentunya harus menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah berbahasa indonesia yang baik dan benar?
2. Mengapa bahasa yang baik dan benar sudah jarang sekali
digunakan?
3. Apa yang menjadi penyebab bahasa indonesia yang baik dan benar
jarang digunakan?
4. Bagaimanakah solusi pemecahan agar bahasa indonesia yang baik
dan benar digunakan dalam berkomunikasi?
Batasan Masalah
Mengetahui penyebab mengapa berbahasa indonesia yang baik dan
benar sudah jarang digunakan dalam berkomunikasi dan solusi dalam
mengatasi masalah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Sesungguhnya dalam ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan
benar terkandung dua pengertian yang berkaitan satu sama lain. Pengertian
pertama berkaitan dengan ungkapan “bahasa Indonesia yang baik”. Sebutan
baik atau tepat di sini berkaitan dengan soal keserasian atau kesesuaian
yaitu serasi atau sesuai dengan situasi pemakai. Pengertian kedua berkaitan
dengan istilah “bahasa Indonesia yang benar”. Sebutan benar atau betul di
sini berhubungan dengan soal keserasian dengan kaidah. Penggunaan
bahasa Indonesia yang benar adalah penggunaan bahasa indonesia yang
menaati kaidah tata bahasa. Sedang maksud kaidah di sini adalah kaidah
bahasa Indonesia baku atau yang dianggap baku. Maksudnya adalah
bahasa yang telah distandardisasikan berdasarkan hukum berupa keputusan
pejabat pemerintah atau sudah diterima berdasarkan kesepakatan umum
yang wujudnya ada pada praktik pelajaran bahasa pada khayalak.
Dengan penjelasan ini tampak bahwa bahasa yang kita gunakan, agar
mengenai sasarannya, tidak selalu beragam baku. Dalam tawar-menawar di
pasar dan di warung, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan
kegelian, keanehan, keheranan, bahkan kecurigaan. Jadi pada asasnya, kita
menggunakan bahasa yang baik, artinya yang tepat tetapi tidak termasuk
bahasa yang benar. Sebaliknya, kita mungkin berbahasa yang benar tetapi
tidak baik penerapannya karena suasanya mensyaratkan ragam bahasa
yang lain. (Menurut Hasan Alwi,2003:Hal 6)
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-
turut sesuai derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.

1. Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan


sangat sedikit memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab
suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi
seperti pada pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.\
3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam
pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran
informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi
dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling
kenal dengan akrab.
5. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang
memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa
baku lisan. Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan
penerapan pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami
ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan
bukan cantik banget; uang dan bukan duit; serta tidak
mudah dan bukan nggak gampang.
3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini
berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang
disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan
ini.
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga
saat ini belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara
umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang
bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah.
Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/;
serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum
yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele,
bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif:
pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar
atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.

Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan republik


kita. Dengan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, berarti
kita telah menjunjung tinggi bahasa persatuan seperti yang diikrarkan dalam
sumpah pemuda.
2.1.1 Bahasa Indonesia yang baik
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai
dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai
dan akrab, seperti di warung kopi, pasar, di tempat arisan, dan di lapangan
sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat
pada patokan. Dalam situasi formal seperti administrasi perkantoran
hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal yang selalu
memperhatikan norma bahasa.

2.1.2 Bahasa Indonesia yang benar


Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku. Kaidah bahasa itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata,
kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah
penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah
pembentukan kata ditaati secara konsisten, pemakaian bahasa dikatakan
benar. Sebaliknya jika kaidah-kaidah bahasa kurang ditaati, pemakaian
bahasa tersebut dianggap tidak benar atau tidak baku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa indonesia yang baik dan benar
itu adalah pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di
samping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar.

2.2 Fungsi Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Berbahasa Indonesia yang baik dan benar memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam bahasa dengan
mengatasi batas-batas kedaerahan sehingga mampu
membangkitkan kesetiaan orang terhadap bahasa itu.
2. Fungsi penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa
dalam pergaulan dengan bangsa lain.
3. Fungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan yang
terpelajar.
4. Fungsi sebagai kerangka acuan tentang tepat tidaknya dan betul
tidaknya pemakaian bahasa sehingga memberikan kesadaran
orang akan adanya aturan yang baku dan layak dipatuhi agar ia
tidak mendapat sanksi sosial.
2.3 Penyebab Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Kurang Diaplikasikan
Saat ini, banyak orang yang tidak mengetahui bagaimana bahasa
indonesia yang baik dan benar. Banyak orang yang tidak tahu bagaimana
kaidah bahasa dan dimana saja bahasa itu dapat digunakan. Adapun
beberapa penyebab mengapa orang sudah jarang menggunakan bahasa
indonesia yang baik dan benar adalah sebagai berikut:
1. Terjadinya Dwibahasa
Bahasa daerah masih menjadi topik utama dalam komunikasi resmi
sehingga rasa cinta terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar harus
terkalahkan oleh bahasa daerah. Tidak jarang orang menyelipkan bahasa
daerahnya dalam situasi formal, misalnya dalam sebuah presentasi.
2. Terjadinya Globalisasi
Dengan adanya bahasa inggris sebagai bahasa global menyebabkan
banyak orang menyelipkan bahasa inggris dalam berbahasa. Pemakaian
bahasa inggris dalam berbahasa juga dikarenakan pandangan sosial
ekonomi dan bisnis. Penguasaan bahasa Inggris yang baik menjanjikan
kedudukan dan taraf sosial ekonomi yang jauh lebih baik daripada hanya
menguasai bahasa Indonesia. Jika orang menggunakan bahasa inggris
dalam pembicaraannya mereka akan lebih merasa bangga, karena mereka
mampu menguasai bahasa lain, sehingga bahasa indonesia yang baik dan
benar terpinggirkan. Di tempat-tempat umum juga sudah jarang sekali
ditemukan plang yang berbahasa indonesia, hampir semuanya lebih memilih
menggunakan bahasa inggris. Misalnya, open untuk buka, closed untuk
tutup, welcome untuk selamat datang, push untuk dorong dan masih banyak
lagi.
2.4 Solusi Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar di
dalam adminitrasi perkantoran
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar bahasa indonesia
yang baik dan benar dapat digunakan dalam berkomunikasi di lingkungan
masyarakat/ pemerintahan. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagaia
berikut:
1. Perlunya pemahaman terhadap bahasa Indonesia yang baik dan
yang benar. Kurangnya pemahaman terhadap variasi pemakaian
bahasa berimbas pada kesalahan penerapan berbahasa. Secara
umum dan nyata perlu adanya kesesuaian antara bahasa yang
dipakai dengan tempat berbahasa. Oleh karena itu pemahaman
dalam berbahasa sangat diperlukan agar orang mengetahui
bagaimana berbahasa indonesia yang baik dan benar.
2. Diperlukan adanya undang-undang kebahasaan. Masih teringat
pada benak kita beberapa tahun lalu pemerintah mencanangkan
undang-undang tentang penggunaan bahasa Indonesia yang
mengharamkan penggunaan bahasa asing di ruang umum. Hal
tersebut menggambarkan kerja pemerintah yang dinilai masih
setengah-setengah terhadap bahasa bangsa sendiri.Dengan adanya
undang-undang penggunaan bahasa diarapkan masyarakat
Indonesia mampu menaati kaidahnya agar tidak mencintai bahasa
negara lain di negeri sendiri. Sebagai contoh nyata, banyak orang
asing yang belajar bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka
berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa
yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang
Indonesia berbicara dengan bahasa informal dan gaul.
3. Peran variasi bahasa dan penggunaannya. Variasi bahasa terjadi
akibat adanya keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat
luas. Penggunaan variasi bahasa harus disesuaikan dengan
tempatnya, yaitu antara bahasa resmi atau bahasa tidak resmi.
a. Variasi bahasa tinggi (resmi) digunakan dalam situasi resmi seperti,
pidato kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, khotbah, suat
menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus
dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah.
b. Variasi bahasa rendah digunakan dalam situasi yang tidak formal,
seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi dan
catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa ini dipelajari secara
langsung dalam masyarakat umum, dan tidak pernah dalam
pendidikan formal.
c. Menjunjung tinggi bahasa Indonesia di negeri sendiri
d. Sebenarnya apabila kita mendalami bahasa menurut fungsinya yaitu
sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia
merupakan bahasa pertama dan utama di negara Republik Indonesia.
Aturan perundang-undangan secara jelas dan tegas
menyatakan kewajiban penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar pada berbagai bidang, salah satunya pada dokumen resmi
kenegaraan. Kewajiban ini ditegaskan dalam UU Nomor 24 Tahun
2009 pasal 27 yang menyebutkan bahwa bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam dokumen resmi negara. Selain itu, ditegaskan pula
dalam pasa 30 yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam pelayanan administrasi publik di instansi
pemerintahan.
Kewajiban penggunaan bahasa Indonesia pada dokumen dan
administrasi publik di instansi pemerintahan ini diperkuat dengan
adanya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia. Permendikbud ini diharapkan menjadi acuan
dalam penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam ragam tulisan
karena peraturan tersebut telah mengatur secara detail penggunaan
unsur-unsur kebahasaan. Penggunaan bahasa Indonesia pada
dokumen resmi ini juga diatur oleh peraturan perundang-undangan
lain yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun
2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa
dan Sastra, Serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia. Selain itu
ada pula Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi
Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara Lainnya.
Semua aturan perundangundangan ini menegaskan pentingnya
penggunaan bahasa Indonesia pada forum resmi kenegaraan serta
pelayanan administrasi publik lainnya. Ragam bahasa Indonesia yang
digunakan dalam berbagai forum dan administrasi tersebut tentunya
harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Berbahasa Indonesia yang baik dan benar dewasa ini sudah jarang
sekali digunakan di kalangan masyarakat. Hal itu terjadi disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya, terjadinya dwibahasa yaitu pencampuran bahasa
antara bahasa Indonesia dengan bahasa daerah, terjadinya globalisasi yaitu
dengan adanya bahasa inggris sebagai bahasa global, munculnya bahasa
gaul dan masih banyak lahi
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar bahasa Indonesia
yang baik dan benar digunakan oleh masyarakat dalam berkomunikasi
diantaranya, menjadikan lembaga pendidikan sebagai basis pembinaan
bahaasa, perlunya pemahaman terhadap bahasa Indonesia yang baik dan
benar, diperlukan adanya undang-undang kebahasaan, peran variasi bahasa
dan penggunaannya dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia di negeri
sendiri.
Jika hal-hal di atas dapat dilaksanakan, bukan tidak mungkin bahwa
bahasa Indonesia yang baik dan benar akan lebih banyak digunakan di
kalangan masyarakat dalam berkomunikasi.

3.2. Saran

Setelah kami membahas mengenai penggunaan bahasa Indonesia


yang sudah jarang digunakan di masyarakat. Kami memberikan solusi agar
bahasa Indonesia tetap digunakan dan intensitas penggunaannya
bertambah yaitu sebagai berikut:
a. Perlunya pemahaman terhadap bahasa Indonesia yang baik dan yang
benar
b. Adanya Undang-Undang kebahasaaan tentang penggunaan bahasa
Indonesia
c. Peran variasi bahasa dan penggunaannya.benar

Anda mungkin juga menyukai