Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL

PENGARUH MOTIVASI DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP


PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS
WATUNOHU KECAMATAN WATUNOHU
KABUPATEN KOLAKA UTARA

OLEH :
AYUS
BK. 2010251

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN
MAKASSAR
2021
2

LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini diajukan oleh

Nama : Ayus

NIM : BK. 2010251

Program Studi : Diploma IV Kebidanan

Judul : Pengaruh Motivasi Dan Dukungan Suami Terhadap


Pemilihan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas
Watunohu Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka
Utara.

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Dipertahankan Pada

Sidang Proposal Di Hadapan Dewan Penguji.

Ditetapkan di : Makassar

Tanggal : Oktober 2021

Pembimbing :

Hasrida, S.Tr, Keb., M.Keb


3

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................. i

DAFTAR ISI .................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana ................ 7

B. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi ............................. 14

C. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi Implant ................ 20

D. Tinjauan Umum Tentang Motivasi ................................... 25

E. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Suami ..................... 28

F. Penelitian Terkait ............................................................ 29

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ........................................................... 32

B. Hipotesis ......................................................................... 32

C. Definisi Operasional ......................................................... 33

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................... 35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 35


4

C. Populasi .......................................................................... 35

D. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ....................... 36

E. Instrumen Peneltiian ....................................................... 36

F. Pengolahan Data ............................................................ 37

G. Analisa Data ................................................................... 38

H. Etika Penelitian ............................................................... 38

I. Alur Penelitian ................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Lembar Informed Consent

Lampiran II : Kuesioner Penelitian

Lampiran III : Surat Rekomendasi Pengambilan Data Awal


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa

Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu

atau pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan dan kelahiran

yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang di

inginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah

anak dalam keluarga. Visi keluarga berkualitas adalah target dari

pemerintah untuk mencapai keberhasilan pembangunan keluarga

sejahtera yaitu mewujudkan penduduk yang berkualitas dimana

keluarga menjadi maju, mandiri, sejahtera dalam kehidupan yang

serasi, selaras, dan seimbang dengan daya dukung dan daya tampung

lingkungan melalui keluarga kecil sebagai bagian yang mutlak untuk

peningkatan kualitas sumber daya manusia yang potensial bagi

pembangunan nasional. (Hartanto, 2016).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2018

prevalensi pemakaian alat kontrasepsi mencapai 57,8%. Sedangkan

tahun 2019 pemakaian alat kontrasepsi mencapai 63,4% dan tahun

2020 pemakaian alat kontrasepsi mencapai 68,6%. Untuk Negara

ASEAN khususnya di Philipina mencapai 72,5% (WHO, 2020)

1
2

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2020 tingkat prevalensi pemakaian alat kontrasepsi atau Contraceptive

Prevalence Rate (CPR), yang menunjukkan tingkat kesertaan ber-KB di

antara pasangan usia subur (PUS) mencapai 61,9%. Bila dirinci lebih

lanjut proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntik (27,9%), diikuti

oleh pil (14,2%), Intra Uterine Devices (7,2%), implant atau susuk

(4,3%), sterilisasi wanita (3,4%), kondom (0,9%), sterilisasi pria (0,3%),

MAL (Metode Amenore Laktasi) (0,1%), dan sisanya merupakan

peserta KB tradisional masing menggunakan cara KB tradisional,

Pantang berkala (1,6%), maupun senggama terputus (1,5%), dan cara

lain (0,5%).

Berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN tahun 2019 di

Sulawesi Tenggara jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak

417.836 orang dan yang berpartisipasi menggunakan kontrasepsi

sebanyak 367.111 orang (87,86%). Sedangkan tahun 2020 jumlah

pasangan usia subur (PUS) sebanyak 420.921 orang dan yang

berpartisipasi menggunakan kontrasepsi sebanyak 387.345 orang

(92,03%) yang artinya dari tahun 2018 ke tahun 2019 partisipasi PUS

menggunakan KB meningkat sekitar 5%. Kepala Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan dari 61,4%

penggunaan metode kontrasepsi, sebanyak 31,6% menggunakan

suntik, sedangkan pil hanya 13,2% intra uterin device (IUD) atau spiral
3

4,8%, implant 2,8%, kondom 1,3% sisanya vasektomi dan tubektomi

(BKKBN, 2020)

Sedangkan di Kabupaten Kolaka Utara tahun 2019 jumlah

pasangan usia subur sebanyak 23.782 orang dan menggunakan

menggunakan kontrasepsi sebanyak 8.672 orang (36,46%). Sedangkan

tahun 2020 jumlah pasangan usia subur sebanyak 24.376 orang

(38,43%) dan yang menggunakan kontrasepsi sebanyak 9.369 orang

(BKKBN, 2020).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Watunohu

Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara tahun 2019 jumlah

pengguna KB Aktif sebanyak 889 orang dan yang menggunakan KB

implant sebanyak 87 orang. Sedangkan tahun 2020 jumlah pengguna

KB Aktif sebanyak 938 orang dan yang menggunakan KB implant

sebanyak 114 orang dan pada bulan Januari s/d September 2021

jumlah pengguna KB Aktif sebanyak 940 orang dan yang menggunakan

KB implant sebanyak 87 orang (Rekam Medik, 2021).

Motivasi atau dukungan kepada ibu menjadi satu faktor penting

yang mempengaruhi ibu menggunakan kontrasepsi. Seorang ibu yang

punya pikiran positif tentu saja akan senang menggunakan kontrasepsi.

Keadaan tenang ini didapat ibu jika adanya motifasi dari lingkungan

sekitar ibu untuk menggunakan kontrasepsi. Karena itu, ibu

memerlukan motivasi yang kuat agar dapat menggunakan kontrasepsi.

Motivasi ini didapat oleh ibu dari 3 pihak yaitu, suami, keluarga, dan
4

tenaga kesehatan. Tetapi pengaruh motivasi yang paling besar adalah

dukungan dari suami. Hal ini dikarenakan suami merupakan keluarga

inti dari dan orang yang paling dekat dengan ibu. Walaupun setiap alat

kontrasepsi memiliki kelebihan dan keterbatasan masing-masing

(Suryani, 2016).

Salah satu alasan peneliti mengangkat judul ini khususnya di

Puskesmas Watunohu Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara

dikarenakan masih maraknya persepsi di masyarakat khususnya para

suami ketika istrinya menggunakan kontrasepsi yaitu ketika

berhubungan suami istri ada yang merasa kurang nyaman khususnya

para suami, mereka beranggapan bahwa ketika istri menggunakan

kontrasepsi libido menurun dan juga efek samping lain seperti kenaikan

berat badan. Oleh karena itu diperlukan sinergi antara suami maupuan

akseptor dalam hal ini istri untuk memberikan pemahaman kepada

suaminya bahwa menggunakan kontrasepsi adalah cara paling aman

untuk menjarangkan kehamilannya.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian ini dengan judul “Pengaruh Motivasi Dan Dukungan Suami

Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas Watunohu

Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara”

B. Rumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah di atas maka rumusan

masalah dalam rencana penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh


5

motivasi dan dukungan suami terhadap pemilihan alat kontrasepsi

implant di Puskesmas Watunohu Kecamatan Watunohu Kabupaten

Kolaka Utara?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh motivasi dan dukungan suami

terhadap pemilihan alat kontrasepsi implant di Puskesmas

Watunohu Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap pemilihan alat

kontrasepsi implant di Puskesmas Watunohu Kecamatan

Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

b. Untuk mengetahui pengaruh dukungan suami terhadap

pemilihan alat kontrasepsi implant di Puskesmas Watunohu

Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

c. Untuk mengetahui pengaruh motivasi dan dukungan suami

terhadap pemilihan alat kontrasepsi implant di Puskesmas

Watunohu Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

a. Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan

pelaksanaan program Puskesmas Watunohu Kecamatan

Watunohu Kabupaten Kolaka Utara untuk bahan pertimbangan


6

mengenai motivasi dan dukungan suami terhadap pemilihan alat

kontrasepsi.

b. Menambah wawasan pengetahuan yang berhubungan dengan

motivasi dan dukungan suami terhadap pemilihan alat

kontrasepsi.

2. Manfaat Pengembangan Ilmu Pengetahuan

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti terutama

untuk menambah wawasan dalam hal mengetahui hubungan

pendampingan suami dengan kelancaran proses persalinan serta

menjadi suatu kesempatan yang berharga bagi peneliti untuk

dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama

masa kuliah

b. Sebagai bahan tambahan referensi untuk melanjutkan penelitian

berikutnya, khususnya tentang motivasi dan dukungan suami

terhadap pemilihan alat kontrasepsi implant.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana

Keluarga Berencana program adalah menurut UU no 10 tahun

tentang perkembangan penduduk dan pembangunan keluarga

sejahtera adalah upaya meningkatkan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan

keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Handayani, 2016).

Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan

jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka

dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun

menunda kehamilan (Manuaba, 2016).

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan

atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai

alat kontrasepsi. Keluarga Berencana yaitu membatasi jumlah anak

dimana dalam satu keluarga hanya diperbolehkan memiliki dua atau

tiga anak saja. Keluarga berencana yang diperbolehkan adalah suatu

usaha pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan

kehamilan sementara atas kesepakatan suami istri karena situasi dan

kondisi tertentu untuk kepentingan keluarga, masyarakat, maupun

negara (Glasier, 2018).

7
8

Tujuan dari program keluarga berencana adalah untuk

membangun manusia Indonesia sebagai obyek dan subyek

pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan

keluarga. Selain itu program KB juga ditujukan untuk menurunkan

angka kelahiran dengan menggunakan salah satu jenis kontrasepsi

secara sukarela yang didasari keinginan dan tanggung jawab seluruh

masyarakat (BKKBN, 2018).

Dengan demikian KB disini mempunyai dengan pengaturan

keturunan. Penggunaan istilah keluarga berencana juga sama artinya

dengan istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni family

planning atau planned parenthood, sepert yang digunakan oleh

International Planned Parenthood Federation (IPPF) nama sebuah

organisasi KB internasional yang berkedudukan di London. KB juga

berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk

mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran

dan menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuan serta sesuai

dengan situasi masyarakat dan negara (BKKBN, 2018).

Dengan demikian KB berbeda dengan birth control yang artinya

pembatasan atau penghapusan kelahiran. Istilah birth control dapat

berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi atau sterilisasi

(pemandulan). Perencanaan keluarga merujuk kepada pengguanaan

metode-metode kontrasepsi oleh suami istri atas persetujuan bersama

diantara mereka, untuk mengatur kesuburan mereka dengan tujuan


9

untuk menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan dan ekonomi

dan untuk memungkinkan mereka memikul tanggung jawab terhadap

anak-anaknya dan masyarakat.

Program keluarga berencana tersebut dapat memberikan

keuntungan ekonomi dan kesehatan Keluarga Berencana memberikan

keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan

masyarakat Dengan demikian, program KB menjadi salah satu program

pokok dalam meningkatkan status kesehatan dan kelangsungan hidup

ibu, bayi, dan anak. Program KB menentukan kualitas keluarga, karena

program ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta

meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah

kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran mengurangi

risiko kematian bayi (Pinem, 2017).

Selain memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri,

keluarga dan masyarakat, KB juga membantu remaja mangambil

keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih balk dengan

merencanakan proses reproduksinya. Usaha pemerintah dalam

menghadapi kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana.

Visi program keluarga berencana nasional telah di ubah mewujudkan

keluarga yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas

adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah

anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis

(Saifuddin, AB. 2016).


10

Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu

program dalam rangka menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah

satu pokok dalam program Keluarga Berencana Nasional adalah

menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk

berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan Norma

Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dalam rangka meningkatkan mutu

sumber daya manusia Indonesia. Cara yang digunakan untuk

mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera yaitu mengatur

jarak kelahiran anak dengan menggunakan alat kontrasepi

(Wiknjosastro, 2017).

Kurangnya peran pemerintah dalam menggalakkan program KB

mengakibatkan tingginya pertambahan pendudukan yang akan

meningkatnya tingginya pertambahan penduduk yang akan

menyebabkan meningkatnya kebutuhan pelayanan kesehatan,

pendidikan, lapangan pekerjaan yang cukup, berdampak pada naiknya

angka pengangguran dan kemiskinan. Cara yang baik dalam pemilihan

alat kontrasepsi yaitu ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang

cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar.

Untuk itu dalam memutuskan suatu cara konstrasepsi sebaiknya

mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan

efisien (Prawirohardjo, S. 2016).

KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk

menunda kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak


11

(spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai

dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase

kesuburan (ferundity). Penyuluhan kesehatan merupakan aspek

penting dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi karena selain membantu klien untuk memilih dan

memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai pilihannya,

juga membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama

sehingga klien lebih puas dan pada akhirnya dapat meningkatkan

keberhasilan program KB. (Manuaba, 2016)

Berbicara tentang partisipasi masyarakat Indonesia terhadap

pelaksanaan KB, pastinya terdapat kelebihan serta kekurangan dalam

partisipasinya. Partisipasi bersentuhan langsung dengan peran serta

masyarakat, baik dalam mengikuti program tersebut ataupun sebagai

aktor pendukung program Keluarga Berencana. Untuk itu kita akan

berbicara mengenai kedua hal tersebut, serta bagaimana seharusnya

kita berperan dalam mendukung kesuksesan KB juga akan sedikit kita

bahas. Pertama, berbicara terkait partisipasi masyarakat terhadap

pelaksanaan KB yang ternyata kenaikannya hanya sedikit bahkan bisa

juga disebut dengan stagnan (BKKBN, 2018).

Terbatasnya dana untuk program KB dan kependudukan menjadi

penyebab utamanya. "BKKBN menargetkan angka ketergantungan 44

persen dapat dicapai pada 2020. Dengan demikian, jika hasilnya tidak

tercapai, masih ada waktu perbaikan menuju 2030," tambahnya. Ketua


12

Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Nurdadi Saleh

mengatakan, jika jumlah penduduk tak dikendalikan, persoalan fasilitas

pendidikan dan fasilitas kesehatan yang berkualitas dan penyediaan

lapangan kerja akan terus menjadi masalah (BKKBN, 2018).

Angka kenaikan yang cukup stagnan ini tentunya menjadi sebuah

pertanyaan besar, sebenarnya apa yang menjadi permasalahan

sehingga partisipasi masyarakat untuk ikut KB sangat minim. Kita

sudah tahu permasalahan yang akan muncul ketika laju pertumbuhan

penduduk tidak dapat dibendung, mulai dari masalah kemiskinan, SDM

rendah dan lain sebagainya. Kalau kita lihat proses sosialisasi KB

sendiri masih menemui banyak kendala, mulai dari masyarakat yang

tidak atau kurang peduli dengan program tersebut sampai pada

pelaksanaan program KB tersebut. Saat ini peran Petugas Lapangan

Keluarga Berencana (PLKB) masih minim dalam menjalankan tugasnya

(Pinem, 2016).

Hal ini juga ada kaitannya dengan jumlah petugas yang hanya

sedikit, sampai-sampai satu orang harus menghandle 3-4 desa dengan

jumlah penduduk yang mencapai ratusan bahkan ribuan. Seharusnya

ada peran dari masyarakat, missal Ibu-ibu PKK dalam mendukung

terwujudnya program ini. Ada pula indikasi bahwa metode KB yang

diterapkan saat ini kurang tepat, sehingga tidak berjalan maksimal

(Suratun, 2018).
13

Untuk mengatasi permasalahan KB tersebut perlu peran dari

semua lapisan kehidupan, baik pemerintah (dari pusat-kota) hingga

masyarakat itu sendiri. Kepedulian akan tujuan bersama harus

ditingkatkan. Perlu juga pelaksanaan KB yang aman dengan sosialisasi

yang baik dari satu keluarga ke keluarga lain. Penyediaan tempat untuk

informasi dan layanan KB yang baik. Pemberian reward and

punishment juga perlu dijalankan dengan baik, agar peraturan yang ada

tidak dilanggar dengan seenaknya saja. Akan tetapi yang paling penting

adalah kesadaran masyarakat itu sendiri dalam melaksanakan program

KB bagi dirinya, keluarga, serta masyarakat. Sebenarnya ada beberapa

faktor yang dapat mendorong terlaksananya program KB dengan baik,

diantaranya faktor ideology, penyediaan alat kontrasepsi, faktor

ekonomi, faktor lokasi sosialisasi program KB, dan faktor kebijakan

negara (Saifuddin, 2016).

Kedua, kita akan berbicara terkait partisipasi masyarakat terhadap

program KB sebagaimana mereka bertindak sebagai aktor pendukung.

Aktor pendukung bisa berasal dari kalangan mahasiswa, akademisi,

medis, sampai aparat pemrintah (kota sampai desa). Partisipasi mereka

dalam meyerukan program KB demi menekan laju pertumbuhan

penduduk serta masalah lain yang mungkin timbul masih belum

maksimal. Seharusnya bekal pendidikan juga bisa dimaksimalkan untuk

sosialisasi, demi partisipasi aktif berbagai elemen dalam mendukung

pelaksanaan program Keluarga Berencana. Sedangkan peran yang


14

perlu kita lakukan dalam mendukung peningkatan partisipasi

masyarakat dalam program KB diantaranya ; Peran kita dalam

mensosialisasikan program KB mulai dari keluarga sendiri, sampai

tetangga kita. Memaksimalkan organisasi masyarakat seperti Karang

Taruna dan PKK untuk mendukung sosialisasi KB di masyarakat dan

terakhir kita perlu membangun jaringan kuat yang mampu berinergi

mendukung program KB agar terlaksana dengan efektif dan efisien

(Saifuddin, 2016).

B. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi

1. Pengertian Kontrasepsi

a. Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahnya sel telur oleh sel

sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang

telah di buahi ke dinding rahim (Saifuddin, AB. 2016).

b. Kontrasepsi merupakan salah satu metode yang mempunyai

efektivitas tinggi. Hormone yang terkandung dalam kontrasepsi ini

adalah hormone sintetik estrogen dan progesteron (Niken, M.

2018).

c. Kontrasepsi merupakan suatu cara atau metode yang bertujuan

untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan

(Hartanto, H. 2016).

d. Kontrasepsi suatu usaha untuk menjarangkan kehamilan atau

merencanakan jumlah dan jarak waktu kelahiran dengan cara


15

untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat

atau obat abatan (Manuaba, 2016).

e. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan

baik yang bersifat sementara maupun yang bersifat permanen

atau menetap dapat dilakukan secara mekanis menggunakan alat

tanpa menggunakan alat atau dengan operasi (Glasier, A. 2018).

2. Macam-macam Kontrasepsi

a. Metode Sederhana Tanpa Alat

1) Kontrasepsi Alamiah

a) Metode Pantang Berkala

Metode kalender menggunakan prinsip pantang berkala

yaitu tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur

sang istri yaitu denagn menghindari koitus minimal tiga hari

(72 jam) atau 48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam sesudah

ovulasi.

b) Metode Suhu Basal

Menjelang ovulasi , suhu basal tubuh akan turun dan kurang

lebih 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi

sampai lebih tinggi daripada sebelum ovulasi.

c) Metode Lendir Serviks

Perubahan lendir serviks pada saat siklus menstruasi adalah

pengaruh estrogen. Pola yang tidak subur dapat dideteksi

pada fase praovulasi dan pasca ovulasi siklus menstruasi.


16

Saat kedua ovarium barada dalam keadaan diam akan

terlihat jumlah estrogen dan progesteron menurun, hasilnya

adalah sensasi atau lendir pada vulva yang tidak muncul.

d) Koitus Interputus/senggama terputus

Coitus interuptus yaitu dengan cara pria mengeluarkan alat

kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi

sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina sehingga

tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum (Sugeng, J.

2019)

b. Metode Sederhana Dengan Alat

1) Metode Barier/ Mekanisme

a) Kondom

Adalah selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari

berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil),

atau bahan alami dipasangkan pada penis saat hubungan

seksual.

b) Diafragma

Adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks

yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan

seksual dan menutup serviks (Hartanto, 2016).

2) Metode Kimiawi

Metode kontasepsi kimiawi merupakan metode kontrasepsi

yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9) yaitu


17

Spermisida. Spermisida dapat berfungsi menyebabkan sel

selaput sel sperma pecah, mempercepat mortalitas sperma,

dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

Spermisida dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan

hubungan seksual untuk mencegah kehamilan (Jannah, N.

2017)

c. Metode Kontrasepsi Modern

1) Metode Kontrasepsi Hormonal

a)Pil KB

Pil terbagi 3 yaitu :

(1) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P)

dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa

hormone aktif.

(2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengadung hormone aktif estrogen / progestin (E/P)

dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa

hormone aktif.

(3) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormone aktif estrogen/progestin (E/P)

dengan tiga dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa

hormone aktif.
18

b)Suntikan KB

Tersedia 3 jenis kontrasepsi suntikan, yaitu :

(1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera),

mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3

bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah

bokong)

(2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristeron), yang

mengandung 200 mg Noretindrom enantat, diberikan

setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskuler.

(3) Cyclofem (Suntikan 1 bulan) Mengandung hormon

estrogen disyntikkan dibokong secara intramuskuler

(Handayani, 2016)

c) Implant

Implant atau disebut juga Alat Kontrasepsi Bawah Kulit

(AKBK) adalah salah satu metode kontrasepsi yang cukup

ampuh untuk menangkal kehamilan. Satu atau enam kapsul

9seperti korek api) dimasukkan kebawah kulit lengan atas

secara perlahan, dan kapsul tersebut kemudian melepaskan

hormon levonorgesrel selama 3 atau 5 tahun. Implant

bekerja untuk menyebabkan lendir serviks menjadi kental,

mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga

sulit untuk implantasi, mengurangi transportasi sperma dan

menekan ovulasi (Jannah, N. 2017)


19

Implant terbagi 3 jenis :

(1) Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga

dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2.4 mm, yang

diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5

tahun.

(2) Implanon. Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan

panjang kira - kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang

diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogetrel dan lama kerjanya

tiga tahun.

(3) Jadena dan indoplan. Terdiri dari 2 batang yang diisi

dengan 75 mg levonorgestrel lama kerjanya 3 tahun

(Handayani,2016)

2) Metode Kontrasepsi Non Hormonal

Yaitu alat kontrasepsi yang tidak mengandung hormon

contohnya Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim atau biasa disingkat dengan AKDR

(Intra Uterin Device/ IUD) merupakan bahan inert sintetik

dengan atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektivitas

dalam berbagai bentuk yang dipasangkan ke dalam rongga

rahim untuk menghasilkan efek kontrasepsi. AKDR adalah alat

kontrasepsi yang disisipkan ke dalam rahim, terbuat dari

sejenis plastik berwarna putih. Adapula IUD yang sebagian


20

plastiknya ditutupi tembaga danbentuknya bermacam-macam

(Jannah, N. 2017)

d. Kontrasepsi Mantap

1) Tubektomi

Adalah prosedur bedah sukarela menghentikan fertilisasi pada

seorang wanita.

2) Vasektomi

Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas

reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deveresia

sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses

fertilisasi (pengatuan dengan ovum) tidak terjadi (Handayani,

2016).

C. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi Implant

1. Mekanisme Kerja

Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 gr Levonogestrel yang

akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 gr. Konsep mekanisme

kerjanya sebagai progesterone dapat menghalangi pengeluaran

lendir serviks, menghalangi migrasi spermatozoa dan menyebabkan

situasi endometrium tidak siap menjadi tempat nidasi (Saifuddin,

2016).
21

2. Jenis Implant

a. Norplant

Norplant adalah suatu alat kontrasepsi hormonal jangka

panjang yang melindungi pemakai selama 5 tahun. Terdiri dari 6

batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan

diameter 2,4 mm Setiap kapsul mengandung 36 mg levonogestrel.

Kapsul pembungkus yang digunakan pada norplant adalah

polydimethylsiloxane silastic diproduksi oleh Dow Corning Midland

Michigan USA.

Gambar 1. Jenis Norplant


b. Implanon

Implanon adalah suatu alat kontasepsi hormonal jangka

panjang yang dapat melindungi pemakasi selama 3 tahun. terdiri

dari satu batang putih lentur dan panjang kira – kira 40 mm dan

diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg ketodesogestrel.


22

Gambar 2. Jenis Implanon

c. Jadena dan Indoplant

Jadena dan indoplant adalah suatu alat kontrasepsi

hormonal yang melindungi pemakai sampai 3 tahun. Jadena dan

Indoplant ini terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg

levonogestrel

Gambar 3. Jenis Jadena dan Indoplant

3. Indikasi dan Kontra Indikasi KB implant

a. Indikasi metode KB implant

Setiap ibu sehat dan tidak ingin hamil dalam waktu 1-5 tahun.
23

b. Kontra indikasi metode KB implant

1) Kehamilan atau diduga hamil

2) Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui

penyebabynya

3) Trombofeblitis aktif atau penyulit trombo emboli

4) Penyakit hati akut

5) Tumor hati jinak atau ganas

6) Karsinoma payudara atau tersangka karsinoma payudara

7) Tumor atau neoplasma ginekologik

8) Penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus (Hanafi

Hartanto, 2016).

4. Keuntungan dan Kerugian KB Implant

a. Keuntungan Metode KB implan yaitu :

1) Efektivitas tinggi

2) Setelah dipasang tidak melakukan apa – apa lagi sampai saat

pengeluaran implannya

3) System 6 kapsul memberikan perlindungan selama 5 tahun

4) Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak mengandung

efek samping yang disebabkan oleh estrogen

5) Efek kontrasepsinya segera berakhir setelah implantnya

dikeluarkan.
24

b. Kerugian Metode KB implant

1) Insersi dan pengeluaran harus segera dilakukan oleh petugas

yang terlatih.

2) Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi

dan pengangkatan implant.

3) Lebih mahal.

4) Sering timbul perubahan pola haid

5) Akseptor tidak dapat menentukan implant sekehendak sendiri.

6) Implant kadang – kadang bisa terlihat oleh orang lain (Hartanto,

2016).

5. Waktu Pemasangan KB implant

Waktu terbaik untuk insersi atau pemasangan KB implant

adalah pada saat haid atau jangan melebihi 5 – 7 hari setelah haid.

6. Efek Samping KB implant

a. Pengertian efek samping

Efek samping adalah suatu kelainan yang terjadi akibat

suatu pemakaian alat kontrasepsi atau obat kontrasepsi. Jadi

yang dimaksud dengan efek samping KB implant adalah semua

kelainan yang terjadi akibat pemakaian alat kontrasepsi KB

implant.

b. Bentuk efek samping

Efek samping paling sering ditimbulkan adalah gangguan

menstruasi dan gangguan pola haid, terutama selama 3-6 bulan


25

pertama dari pemakaian terjadi kira-kira 60% akseptor dalam

tahun pertama setelah insersi.

Yang paling sering terjadi karena efek samping KB implant

ini adalah :

1) Bertambahan hari-hari perdarahan dalam 1 siklus.

2) Perdarahan bercak (spotting).

3) Berkurangnya panjang siklus haid.

4) Amenore, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan

perdarahan lama atau perdarahan bercak.

Umumnya perubahan-perubahan haid tidak mempunyai efek

yang membahayakan akseptor, meskipun terjadi perdarahan lebih

sering daripada biasanya. Volume darah yang hilang tetap tidak

berubah, perdarahan hebat jarang terjadi, dan efek samping

lainnya dari pemakaian ini adalah sedikit peningkatan berat badan

(Hartanto, 2016).

D. Tinjauan Umum Tentang Motivasi

Motif sering kali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau

tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi

motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan

manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatannya itu

mempunyai tujuan tertentu. Menurut Moenir (2016) motivasi adalah

rangsangan dari luar dalam bentuk benda atau bukan benda yang

dapat menumbuhkan dorongan pada orang untuk memiliki, menikmati,


26

menguasai, atau mencapai benda/bukan benda tersebut. Motivasi

adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang

ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan

(Estiwidani, D. 2018)

Pentingnya peranan motivasi dalam proses kerja perlu dipahami

oleh pimpinan sebagai motivator agar dapat melakukan berbagai

bentuk tindakan atau bantuan kepada akseptor. Motivasi dirumuskan

sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar

akseptor, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi/memuaskan

suatu kebutuhan. Dengan demikian motivasi dapat diartikan suatu sikap

(attitude) akseptor terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan

organisasinya, mereka yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya

akan menunjukkan motivasi kerja tinggi, sebaliknya jika mereka

bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi

kerja yang rendah, situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain

hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola

kepemimpinan kerja dan kondisi kerja (Manuaba. 2016)

Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang diharapkan

organisasi dapat memberikan andil positif terhadap semua kegiatan

perusahaan dalam mencapai tujuannya, setiap akseptor diharapkan

memiliki motivasi tinggi yang diharapkan nantinya akan meningkatkan

disiplin kerja yang tinggi. Motivasi merupakan hal yang sangat penting

untuk diperhatikan oleh pihak manajemen bila mereka menginginkan


27

setiap akseptor dapat memberikan kontribusi positif terhadap

pencapaian tujuan perusahaan, karena dengan motivasi, seorang

akseptor akan memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan

tugas yang dibebankan kepadanya. Tanpa motivasi, seorang akseptor

tidak dapat memenuhi tugasnya sesuai standar atau bahkan

melampaui standar karena apa yang menjadi motif dan motivasinya

dalam bekerja tidak terpenuhi. Sekalipun seorang akseptor memiliki

kemampuan operasional yang baik bila tidak memiliki motivasi dalam

bekerja, hasil akhir dari pekerjaannya tidak akan memuaskan (Niken.

2018)

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai

contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang

menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk

dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang

dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan

motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di

dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkrit, seorang

siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat

pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah

lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. “intrinsik

motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs


28

and purposes”. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan

sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan

diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara

mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan

bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala

sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran (Manuaba. 2016)

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

karena adanya perangsangan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu

belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan

mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya, atau

temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui

sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat

hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya,

tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya

itu (Manuaba. 2016)

E. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Suami

Dukungan suami didefinisi dari dukungan sosial. Definisi

dukungan sosial sampai saat ini masih diperdebatkan bahkan

menimbulkan kontradiksi. Dukungan sosial sering dikenal dengan istilah

lain yaitu dukungan emosi yang berupa simpati, yang merupakan bukti

kasih sayang, perhatian, dan keinginan untuk mendengarkan keluh

kesah orang lain. Sejumlah orang lain yang potensial memberikan


29

dukungan tersebut disebut sebagai significant other, misalnya sebagai

seorang istri significant other nya adalah suami (Manuaba, 2016).

Kebutuhan, kemampuan, dan sumber dukungan mengalami

perubahan sepanjang kehidupan seseorang. Keluarga merupakan

lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses

sosialisasinya. Dukungan suami merupakan bantuan yang dapat

diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan

nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan merasa di

sayang, dihargai, dan tentram khususnya mengenai penggunaan

kontrasepsi IUD (Winkjosastro. 2017)

F. Penelitian Terkait

Nama Tempat
No Judul Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
1 Wardani Hubungan Puskesmas Hasil penelitian
(2017) Motivasi dan Banyuasin menunjukkan
Dukungan bahwa dari 56
Suami
orang yang
Dengan
Penggunaan dijadikan sebagai
Kontrasepsi sampel, dominan
bidan memberikan
dukungan
khususnya pada
ibu menggunakan
kontrasepsi
dengan nilai
p=0,001 yang
berarti Ho ditolak
dan Ha diterima
2 Mustainah, Hubungan RSUD Hasil penelitian
(2016) Motivasi dan Datoe menunjukkan
Dukungan Binangkang bahwa dari 42
Suami orang yang
Dengan dijadikan sebagai
30

Penggunaan sampel, dominan


Kontrasepsi bidan memberikan
dukungan
khususnya pada
ibu yang
menggunakan
kontrasepsi
dengan nilai
p=0,034 yang
berarti Ho ditolak
dan Ha diterima
3 Rahmadina Hubungan RS. Bina Hasil penelitian
(2017) Motivasi dan Kasih menunjukkan
Dukungan Palembang bahwa dari 39
Suami orang yang
Dengan dijadikan sebagai
Penggunaan sampel, dominan
Kontrasepsi memberikan
dukungan
khususnya pada
ibu yang
menggunakan
kontrasepsi
dengan nilai
p=0,018 yang
berarti Ho ditolak
dan Ha diterima
4 Oktarini Hubungan Puskesmas Hasil penelitian
(2016) Motivasi dan Kota menunjukkan
Dukungan Waringin bahwa dari 68
Suami orang yang
Dengan dijadikan sebagai
Penggunaan sampel, dominan
Kontrasepsi bidan memberikan
dukungan
khususnya pada
ibu yang
menggunakan
kontrasepsi
dengan nilai
p=0,034 yang
berarti Ho ditolak
dan Ha diterima
5 Irnawati Hubungan UPTD Hasil penelitian
(2017) Motivasi dan Puskesmas menunjukkan
Dukungan Kota bahwa dari 59
31

Suami Sidomulyo orang yang


Dengan dijadikan sebagai
Penggunaan sampel, dominan
Kontrasepsi bidan memberikan
dukungan
khususnya pada
ibu yang
menggunakan
kontrasepsi
dengan nilai
p=0,034 yang
berarti Ho ditolak
dan Ha diterima
32

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

1. Bagan Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka kerangka konsep

dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Motivasi
Pemilihan Alat
Kontrasepsi
Dukungan Suami

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel Diteliti

B. Hipotesis

1. Hipotesis Null (Ho)

a. Tidak ada pengaruh motivasi terhadap pemilihan alat kontrasepsi

implant di Puskesmas Watunohu Kecamatan Watunohu

Kabupaten Kolaka Utara.

b. Tidak ada pengaruh dukungan suami terhadap pemilihan alat

kontrasepsi implant di Puskesmas Watunohu Kecamatan

Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

32
33

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada pengaruh motivasi terhadap pemilihan alat kontrasepsi

implant di Puskesmas Watunohu Kecamatan Watunohu

Kabupaten Kolaka Utara.

b. Ada pengaruh dukungan suami terhadap pemilihan alat

kontrasepsi implant di Puskesmas Watunohu Kecamatan

Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

C. Definisi Operasional

Definisi Kriteria Skala


Variabel Alat Ukur
Operasional Objektif Ukur
Motivasi Motivasi adalah Kuesioner Baik : Jika Nominal
suatu mendapatkan
perubahan skor ≥50%
energi dalam
diri (pribadi) Kurang : Jika
seseorang yang mendapatkan
ditandai dengan skor <50%
timbulnya
perasaan atau
reaksi dalam
penggunaan

Dukungan Dukungan Kuesioner Baik : Jika Nominal


Suami suami adalah mendapatkan
persetujuan skor ≥50%
suami terhadap
istri dan saling Kurang : Jika
mendukung mendapatkan
mengambil skor <50%
keputusan
dalam
penggunaan
alat kontrasepsi
Pemilihan Pemilihan alat Kuesioner Ya : Jika Nominal
Alat kontrasepsi akseptor
Kontrasepsi implant menggunakan
Implant merupakan
kontrasepsi
pilihan klien
34

untuk implant.
menggunakan Tidak : Jika
alat kontrasepsi akseptor tidak
kontrasepsi
implant
35

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan ruang lingkup permasalahan dan tujuan penelitian

maka penelitian ini menggunakan desain penelitian Descriptive Analitik

dengan pendekatan Cross Sectional Study yaitu jenis penelitian yang

menekankan pengukuran observasi variable independen dan dependen

dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Rancangan ini berupaya

mengungkapkan hubungan (korelatif) antara variabel (Budiarto, 2016).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini rencana dilaksanakan di Puskesmas Watunohu

Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

2. Waktu

Penelitian ini rencana dilaksanakan bulan November 2021

C. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB yang berada di

Puskesmas Watunohu Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara.

35
36

D. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti. Dalam

penelitian ini sampel yang diambil adalah sebagian akseptor KB

yang berada di Puskesmas Watunohu Kecamatan Watunohu

Kabupaten Kolaka Utara.

2. Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel secara Purposive Sampling yaitu

pengambilan sampel dengan mengambil kasus atau responden

dengan membatasi kriteria yang ditetapkan.

a. Kriteria inklusi

1) Semua akseptor KB berada di Puskesmas Watunohu

Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara

2) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi :

1) Akseptor KB drop out

2) Tidak bersedia menjadi responden

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan melalui observasi dan wawancara tidak terstruktur dengan

menggunakan lembar instrument penelitian yang telah tersedia serta

mengambil data awal di Puskesmas Watunohu Kecamatan Watunohu

Kabupaten Kolaka Utara


37

F. Pengolahan Data

1. Penyunting data (editing)

Setelah data terkumpul, peneliti akan mengadakan seleksi

dan editing yakni memeriksa setiap kuesioner yang telah diisi

mengenai kebenaran data yang sesuai dengan variabel.

2. Pengkodean (coding)

Untuk memudahkan pengolahan data maka semua jawaban

atau data diberi kode, pengkodean ini dilakukan dengan

memberikan symbol dari setiap jawaban responden

3. Entri data

Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master table atau database komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga

dengan membuat tabel kontigensi.

4. Tabulasi (Tabulating)

Untuk memudahkan tabulasi data maka dibuat table untuk

menganalisa data tersebut menurut sifat yang dimiliki sesuai tujuan

penelitian (Hidayat, A. 2016).


38

G. Analisis Data

Setelah seluruh data yang diperoleh, maka diadakan proses

analisa dengan dua cara yaitu :

1. Analisis univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran

umum dengan cara mendeskripsikan tiap variabel dalam penelitian

yaitu dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan narasi

(Budiman, 2016)

2. Analisis bivariat

Data yang dikumpulkan dalam penelitian diproses secara

analitik dengan Uji Chi Square (x2) dengan menggunakan tabel

kontigensi 2x2. Selanjutnya, hasil tersebut akan diolah untuk

menentukan adanya hubungan antara kedua variabel independen

dan variabel dependen yang dihubungkan dengan menggunakan uji

Chi Square (Hidayat. 2016)

H. Etika Penelitian

Etika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menurut (Hidayat, A. 2016).

1. Informed consent

Peneliti perlu mempertimbangkan hak subjek penelitian untuk

mendapatkan ninformasi tentang tujuan peneliti melakukan

penelitian tersebut. Selain itu, peneliti juga memberikan kebebasan

kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan


39

informasi (berpartisipasi), sebagai ungkapan, peneliti menghormati

harkat dan martabat subjek penelitian.

2. Anonymity

Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode.

3. Confidentiality

Setiap orang mempunyai hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang

berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada

orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan

informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek.


40

I. Alur Penelitian

Gambar 4.1

Pengumpulan Data Awal : di Poli KB Puskesmas Watunohu


Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara

Menentukan Populasi : Semua akseptor dan sampel : akseptor KB


Implant berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

Hipotesis

Pengumpulan Data Kuesioner

Variabel

Independen Dependen

Analisis Data

Penyajian Data
41

DAFTAR PUSTAKA

Budiman. 2016. Metodologi Penelitian. Jakarta : EGC

Budiarto, 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC.

BKKBN. 2018. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasiona

Estiwidani, Dwana., et al. 2018. Konsep Kebidanan. Fitramaya: Yogyakarta

Glasier, A & Gebbie. 2018. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi.


Jakarta : EGC.

Handayani, S, 2016. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.


Yogyakarta : Pustaka Rihanna.

Hartanto. H. 2016. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta :


Pustaka Sinar Harapan.

Hidayat, A. 2016. Prosedur penelitian dan analisa teknik data. Yogyakarta


: Pustaka Rihanna.

Jannah, N. 2017. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.


Jakarta : EGC.

Manuaba, I.B.G. 2016. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan


Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Niken, M. 2018. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Fitramaya

Notoatmodjo. 2016. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Pinem, S, 2017. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans


Info Media.

Prawirohardjo, 2016. Ilmu Kebidanan Cetakan IV. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, A.B. dkk, 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Suratun. dkk, 2018. Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan


Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Medika.
42

Sugeng, J. 2019. Keluarga Berencana (KB) Dalam Perspektif Bidan.


Yogyakarta : Pustaka Baru.

Suryani, 2016. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC

Wiknjosastro. 2017. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
43

LAMPIRAN I

LEMBAR INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Alamat :

Bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh:

Nama : Ayus

Nim : BK. 2010251

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian ini saya

mengerti bahwa segala informasi akan dirahasiakan dan hanya digunakan

untuk kepentingan penelitian. Maka saya bersedia dengan suka rela dan

tanpa ada unsur paksaan dari siapapun untuk menjadi responden

penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Motivasi Dan Dukungan Suami

Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas Watunohu

Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka Utara” Dengan ini menyatakan

bersedia menjadi responden.

Kolaka Utara, Oktober 2021

Responden
44

LAMPIRAN II

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH MOTIVASI DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP


PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS
WATUNOHU KECAMATAN WATUNOHU
KABUPATEN KOLAKA UTARA

No. Reg :

Tgl. Kunjungan :

Tgl. Pengkajian :

Pengkaji :

A. Identitas Ibu

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan :

5. Paritas :

6. Alamat :

B. Kuesioner Motivasi

Berikan tanda (√) dari pertanyaan di bawah ini.

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda termotivasi menggunakan
kontrasepsi?
2 Apakah petugas menggunakan alat peraga /
booklet dalam memberi informasi tentang
jenis-jenis kontrasepsi?
3 Apakah petugas memberikan pelayanan KB
dengan terampil?
4 Apakah petugas memberikan pelayanan KB
45

dengan cepat dan tepat?


5 Apakah petugas memberitahukan kapan dan
dimana ibu dapat memperoleh persediaan
kontrasepsi?
6 Apakah petugas menjelaskan apa yang harus
dilakukan ibu jika mendapat masalah dalam
pemakaian alat KB yang dipilih?
7 Apakah penjelasan petugas seputar masalah
KB mudah dimengerti oleh ibu?
8 Apakah petugas memberikan waktu konsultasi
KB yang cukup pada ibu?
9 Apakah petugas memberikan kesempatan
yang cukup pada ibu untuk bertanya?
10 Apakah petugas memberikan jawaban yang
memuaskan pada ibu?
Sumber : (Arniati, K. 2018).

C. Kuesioner Dukungan Suami

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah ibu mendapatkan dukungan dari suami
dalam penggunaan kontrasepsi?
2 apakah suami mengantar ibu ke pelayanan
KB?
3 Apakah suami memberi motivasi dalam
penggunaan kontrasepsi?
4 Apakah suami memberikan arahan dan
masukan mengenai kontrasepsi?
5 Apakah suami membuat anda termotivasi
menggunakan kontrasepsi?
6 Apakah suami menguraikan dan menawarkan
informasi umum mengenai penggunaan
kontrasepsi?
7 Apakah suami membantu mengambil
keputusan dalam menggunakan kontrasepsi?
8 Apakah suami anda siap siaga dalam
pelayanan kontrasepsi?
9 Apakah suami anda mendukung kontrasepsi
apapun yang digunakan
10 Apakah suami mengijinkan anda
menggunakan kontrasepsi
Sumber : (Arniati, K. 2018).
46

D. Pemilihan Alat Kontrasepsi Implant

1. Ya

2. Tidak
47

STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR


Jl. Perintis Kemerdekaan Makassar 90142, (0411) 878936

Fax. (0411) 878936

LEMBAR KONSUL
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR

Nama : Ayus
Nim : BK. 2010251
Pembimbing : Hasrida, S.Tr, Keb., M.Keb
Judul : Pengaruh Motivasi Dan Dukungan Suami Terhadap
Pemilihan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas
Watunohu Kecamatan Watunohu Kabupaten Kolaka
Utara

NO Hari/Tanggal Materi Saran Tanda Tangan

Pembimbing

Hasrida, S.Tr, Keb., M.Keb

Anda mungkin juga menyukai