Anda di halaman 1dari 13

Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latarbelakang penelitian, tujuan dan

tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang
diusulkan.
RINGKASAN
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif
merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan yang ada di masyarakat. ASI eksklusif adalah
pemberian ASI pada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa tambahan makanan lainnya (Sitopu,
2011). Menyusui adalah proses alami bagi seorang ibu untuk menghidupi dan mensejahterakan
anak pasca melahirkan. Dalam prosesnya, menyusui merupakan hal yang tidak mudah karena
dipengaruhi oleh interaksi faktor-faktor demografi, biologi, psikologi, dan sosial.Faktor-faktor ini
ada yang bersifat modificable dan unmodificable.Banyak literatur yang menampilkan hubungan
kausal beberapa faktor terhadap keberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif (Kurniawan, 2013).
Cakupan ASI eksklusif Tahun (2014) 47,6%, (2016) 39,0% yang merupakan peringkat ke 5
terendah cakupan ASI Eksklusif (Dinkes Kab.Kolaka, 2016). Cakupan ASI eksklusif di Puskesmas
Pomalaa (54,2%) dari 408 bayi hanya 221 yang ASI eksklusif. Di Kecamatan Pomalaa tahun 2016,
dari 661 jumlah bayi umur (0-6 bulan), yang diberi ASI eksklusif sebanyak 641 atau 78%, Capaian
ini cendrung menurun di tahun 2017dari 605 jumlah bayi umur (0-6 bulan), yang diberi ASI
eksklusif sebanyak 334 atau 25% (Profil Puskesmas Pomalaa,2017)
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi menggunakan pendekatan etnografi tentang
tradisi ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif di lingkungan pesisir pada wilayah kerja
Puskesmas Pomalaa Kabupaten Kolaka.Peneliti sebagai instrument utama dalam penelitian tradisi
ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif, yang berperan langsung dalam pengumpulan dan
analisis data serta penyajian informasi hasil penelitian.Pedoman wawancara adalah sebagai
instrumen pendukung peneliti yang digunakan untuk memperoleh informasi di lapangan. Ibu
menyusui adalah informan kunci atau key informan yang tinggal atau berada di lingkungan pesisir
wilayah kerja Puskesmas Pomalaa.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipresentasikan dan dipublikasikan pada jurnal
Jurnal Ilmiah Kesehatan Kesmas Indonesia ISSN Print: 2085-9929 E-ISSN: 2579-5414
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
……………………………… dst.

Kata kunci maksimal 5 kata


Tradisi ibu menyusui, ASI eksklusif
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan
uraian tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
LATAR BELAKANG
World Health Organization (WHO) secara aktif mempromosikan Air Susu Ibu (ASI)
sebagai makanan terbaik untuk bayi. Manfaat ASI eksklusif bagi tumbuh kembang bayi dan ibu tak
perlu diragukan lagi, mulai dari mencegah risiko kanker payudara, kanker rahim hingga penyakit
lain. ASI meningkatkan kecerdasan, meningkatkan harapan hidup, dan mengurangi resiko anak
terkena diabetes dan obesitas (Lancet, 2016).
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan ada 170 juta anak mengalami gizi
kurang di seluruh dunia. Sebanyak 3 juta anak diantaranya meninggal tiap tahun akibat kurang gizi
dan berdasarkan studi kedokteran yang dilakukan di salah satu negara maju di Eropa menunjukkan
angka kesakitan dan kematian bayi yang diberikan ASI lebih rendah daripada yang diberi susu
formula, dengan angka kematian mencapai 5 per 1.000 kelahiran hidup (Sitopu, 2011).
Kabupaten Kolaka memperlihatkan cakupan ASI eksklusif Tahun (2014) 47,6%, (2016)
39,0% yang merupakan peringkat ke 5 terendah cakupan ASI Eksklusif. Cakupan ASI eksklusif di
Puskesmas Pomalaa (54,2%) dari 408 bayi hanya 221 yang ASI eksklusif (Dinkes Kab. Kolaka,
2016).Angka cakupan tersebut mengindikasikan bahwa meskipun regulasi dan berbagai program
telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga atau komunitas pemerhati pemberian ASI secara
eksklusif, namun cakupan pemberian ASI eksklusif masih jauh dari target yang ditetapkan pada
tahun 2014 yakni 80% (Profil Puskesmas Pomalaa, 2017).
UNICEF Indonesia menyebutkan bahwa dari 5 juta anak yang lahir setiap tahun di
Indonesia, lebih dari setengahnya tidak mendapatkan ASI secara optimal pada tahun pertama
kehidupannya (UNICEF, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa ibu masih jarang melaksanakan ASI
eksklusif.Alasan yang biasanya terjadi pada ibu adalahadanya pengaruh budaya berkaitan dengan
ASI eksklusif (Yusrina & Devy,2016).
Di Kecamatan Pomalaa tahun 2016, dari 661 jumlah bayi umur (0-6 bulan), yang diberi
ASI eksklusif sebanyak 641 atau 78%, Capaian ini cenderung menurun pada tahun 2017 dari 605
jumlah bayi umur (0-6 bulan), yang diberi ASI eksklusif sebanyak 334 atau 25% (Puskesmas
Pomalaa, 2017).
Beberapa hal seperti pengetahuan, sosial budaya, psikologi, fisik, perilaku dan tenaga
kesehatan terbukti berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam memberikan ASI (Soetjiningsih,
2012). Sosial budaya menjadi faktor yangberperan dalam membentuk pola pikir masyasrakat.
Ludin (2008), menyatakan keputusan ibu dalam menyusui bayinya dipengaruhi oleh budaya
yangdianut.
Penelitian Rhokliana, et.al. (2011), diketahui adanya hubungan antara sosial budaya
masyarakat dengan keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya. Sosial budaya di dalam masyarakat
memunculkan beberapa tradisi serta kepercayaan yang mempengaruhi perilaku
masyarakattersebut.
Tradisi yang ada dalam keluarga membuat ibu mengikutinya meskipun sudah banyak
informasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan. Widodo (2006) menyatakan bahwa adanya
kepercayaan yang berkembang didalam masyarakat tentang menyusui bayi dapat membuat bentuk
payudara berubah, menjadi salah satu penyebab paling signifikan tidak berhasilnya pemberian ASI
secaraekslusif.
Berdasarkan studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Pomalaa, diketahui bahwa
masyarakat di lingkungan pesisir mayoritas suku Bajo memilih tinggal menetap yang masih
kental dengan beberapa budaya yang dipercayai oleh mereka.Untuk itu peneliti melakukan
penelitian eksplorasi menggunakan pendekatan etnografi tentang tradisi ibu menyusui dengan
pemberian ASI eksklusif di lingkungan pesisir pada wilayah kerja Puskesmas Pomalaa.

…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
………………………………… dst.

Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam
bidang yang diteliti. Bagan dapat dibuat dalam bentuk JPG/PNG yang kemudian disisipkan
dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang relevan dan dengan mengutamakan hasil
penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang terkini. Disarankan penggunaan sumber
pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA

Tradisi / Kepercayaan Ibu Menyusui


Koentjaraningrat (1990) mengemukakan bahwa sistem budaya merupakan komponen
kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan, konsep serta keyakinan.
Dengan demikian sistem kebudayaan merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa
Indonesia lebih lazim disebut adat istiadat. Dalam adat istiadat terdapat juga sistem norma dan salah
satu fungsi budaya adalah menata serta menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia.
Dalam sistem budaya ini terbentuk unsur-unsur yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya,
sehingga tercipta tata kelakuan manusia yang terwujud dalam unsur kebudayaan sebagai satu
kesatuan (Rahmadhanny, 2012).
Kepercayaan dan tradisi yang ada secara langsung maupun tidak langsung kurang
mendukung terhadap pelaksanaan ASI eksklusif.Ada berbagai macam keyakinan budaya terkait
menyusui, ada beberapa keyakinan yang mendukung namun ada juga yang tidak
mendukung.Standar budaya dan sosial yang ada di masyarakat berbeda-beda antar setiap tergantung
tiap masyarakat.Hal ini menunjukkan bahwa seharusnya kebijakan kesehatan masyarakat di seluruh
dunia harus mempertimbangkan dan mempelajari budaya masyarakat untuk menciptakan kondisi
yang mendukung terhadap praktik pemberian ASI.
Tradisi dan kepercayaan berkembang sebagai sesuatu yang akan menggiring perilaku
masyarakat untuk melakukan hal sesuai dengan tradisi dan kepercayaan yang ada di lingkungan
mereka. Seperti menurut Hatta (2010), mitos-mitos ataupun kepercayaan adalah hal yang
menghambat tindakan menyususi yang normal, beberapa mitos yang sering ada yaitu kolostrum
yang terdapat dalam ASI tidak bagus dan berbahaya untuk bayi, teh khusus atau cairan dibutuhkan
bayi sebelum menyusui dan bayi akan mengalami kekurangan nutrisi untuk pertumbuhannya apabila
hanya diberikan ASI saja. Dari beberapa kepercayaan tersebut tentu seorang ibu akan memberikan
beberapa makanan tambahan lain selain ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayinya.
Menurut penelitian Ramadhany (2016), ibu yang memiliki bayi dibawah usia 1tahun lebih
mempercayai dan meyakini nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat untuk menentukan
pandangannya terkait cara menyusui bayi. Begitu juga dengan yang dikemukan oleh Nuraeni (2008),
jika pemberian makanan prelakteal sejak dini merupakan kebiasaan keluarga dan masyarakat turun
temurun sambil menunggu ASI keluar, mereka beranggapan dengan memberi makanan sejak dini
membuat bayi tidak rewel, tidak cepat lapar, dan pertumbuhan bayi lebih cepat. Ibu yang baru
melahirkan lebih percaya pada kebiasaan keluarga atau orang tuanya yang dilakukan turun temurun
dari pada mengaplikasikan informasi dari petugas kesehatan.

B. ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi
berumur nol sampai enam bulan (6x30 hari). Hanya ASI satu-satunya makanan dan minuman
yang diperlukan oleh seorang bayi dalam enam bulan pertama. Tidak ada makanan atau
minuman lain, termasuk air putih, yang diperlukan selama periode ini. (Depkes RI, 2008).
1. Kandungan ASI
Komposisi zat dalam ASI antara lain 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa,
serta 0,2% zat lainnya berupa DHA, DAA, shpynogelin dan zat gizi lainnya (Prasetyono,
2009). ASI mengandung nutrisi dan zat protektif yang diperlukan bagi pertumbuhan bayi,
kandungan nutrisi yang terapat dalam ASI terdiri dari lemak yang merupakan sumber kalori
utama ASI. Karbohidrat atau Latose mempunyai manfaat lain yaitu mempertinggi absorsi
kalium dan merangsang pertumbuhan laktobasilus bifidus, karbohidrat sebagai sumber zat
tenaga. Selain itu ASI juga mengandung protein, garam dan mineral serta vitamin yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh bayi pada masa pertumbuhan (Roesli, 2005).
Menurut Matondang, dkk (2008), menyatakan bahwa Imunoglobulin ASI tidak diabsorbsi
bayi tapi berperan memperkuat sistem imun lokal usus. ASI juga meningkatkan IgA pada
mukosatraktus respiratorius dan kelenjar saliva bayi. Ini disebabkan faktor pertumbuhan dan
hormon sehingga dapat merangsang perkembangan sistem imun lokal bayi. Hal ini terlihat
dari lebih rendahnya bakteriemia, meningitis dan infeksi traktus uranius pada bayi yang
mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat PASI. K andungan protein ASI cukup tinggi
dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalm ASI
dalam susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri
dari protein whey yang mudah diserap usus bayi sedangkan susu sapi lebaih banyak
mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna usus bayi (Hendarto & Pringgadini,
2008).
2. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif
ASI yang diberikan secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin
tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain
nutrisi yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi
(Soetjiningsih, 1997).
Bagi ibu dan bayi, ASI eksklusif menyebabkan mudahnya terkalin ikatan kasih sayang
yang mesra antara ibu san bayi baru lahir. Hal ini merupakan awal dari keuntungan menyusui
secara eksklusif. Bagi bayi tidak ada yang lebih berharga selain ASI. Hanya seorang ibu yang
dapat memberikan makanan terbaik bagi bayinya. Selain dapat meningkatkan kesehatan dan
kepandaian secara optimal, ASI juga membuat anak potensial memiliki perkembangan sosial
yang baik.
Menurut Roesli (2005), manfaat ASI dapat dijelaskan sebagi berikut:
a. Manfaat ASI Bagi Bayi
ASI merupakan nutrisi terlengkap untuk bayi yang teridir dari proposrsi yang seimbang
dan cukup mengandung zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama. Menurut WHO,
menyusui mengurangi risiko infeksi pada periode perinatal, infeksi pernapasan akut
bagian bawah dan diare pada bayi di bawah 23 bulan. ASI mengandung antibodi
(terutama kolostrum) yang melindungi bayi terhadap penyakit terutama diare dan
gangguan pernapasan, mencegah alergi. ASI mengadung cairan yang cukup untuk
kebutuhan bayi dalam 6 bulan pertama (87% ASI adalah air), mudah dicerna dan zat gizi
mudah diserap. ASI memiliki kandungan asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan
otak sehingga bayi ASI eksklusif potensi lebih pandai. ASI dapat menunjang
perkembangan motorik, perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan
spiritual, dan hubungan sosial yang baik. Pemberian ASI akan meningkatkan jalinan kasih
sayang antara ibu dan bayi.
b. Manfaat ASI Bagi Ibu
Apabila ibu menyusui bayi segera setelah dilahirkan, maka dapat membantu
meningkatkan produksi ASI dan proses laktasi, serta mengurangi kemungkinan terjadinya
pendarahan setelah melahirkan (post patum). Pada ibu menyusui terjadi peningkatan
kadar oksitosin yang berguna juga untuk kontraksi atau penutupan
pembuluh darah, sehingga pendarahan akan lebih cepat berhenti. Memberikan ASI
eksklusif juga merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama
ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama
setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan. Pemberian
ASI membantu beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana saja,
ekonomis/murah, menurunkan resiko kanker payudara, serta memberi kepuasan bagi ibu.
2. Penggolongan ASI
Penggolongan ASI menurut Roesli (2005), dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelinndung yang kaya zat infeksi dan
berprotein tinggi. Volume kolostrum antara 150-300 ml/jam. Kolostrum mengandung sel
hidup yang menyerupai “sel darah putih” yang dapt membnuh kuman penyakit. Kolostrum
lebih banyak mengandung protein dibanding ASI matang, serta mengandung zat anti –
infeksi 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI matang. Kadar karbohidrat dan lemak lebih
rendah dibanding denga ASI matang. Total energi lebih rendah dibanding susu matang.
Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari
usus bayi baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan
yang akan datang.
b. ASI Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai menjadi ASI yang
matang. Pada masa ini, kadar protein ASI makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan
lemak makin meninggi dan volume akan makin meningkat.
c. ASI Matang (mature)
ASI matang merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya,
komposisi relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan
makanan satu-satunya paling baik dan cukup untuk bayi sampai 6 bulan
ROAD MAP PENELITIAN

Menetapkan informan Mengumpulkan data tentang Mengumpulkan data tentang Mengumpulkan data tentang
tradisi menyusui melalui tradisi menyusui melalui tradisi menyusui melalui
wawancara mendalam pengamatan dengan peran- wawancara studi
(indepth interview) serta (participant dokumentasi.

Tradisi Ibu Menyusui Pemberian ASI eksklusif

Membuat daftar kategori yang Memberi label terhadap Membuat kesimpulan-


menonjol sesuai dengan tujuan kategori-kategori yang muncul kesimpulan hasil-hasil penelitian
penelitian yang terdapat dalam
data-data hasil pengumpulan
data (hasil observasi,
wawancara, dokumen, dan
rekaman audio dan video)

Table of Contents
No table of contents entries found.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………… dst.

Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah
dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir
dapat berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang
jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan.
Di bagian ini harus juga mengisi tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan
penelitian yang diusulkan.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Etnografiberfokus pada seluruh kelompok budaya melalui proses pengamatan yang luas
dengan memasuki secara dalam pada kehidupan sehari-hari untuk mengamati dan mewawancarai kelompok tersebut (Creswell, 2007). Kelompok dalam penelitian ini adalah
ibu menyusui di lingkungan pesisir wilayah kerja Puskesmas Pomalaa, Kabupaten Kolaka.
Pengumpulan data pada penelitian ini dengan wawancara mendalam (indepth interview), pengamatan dengan peran-serta (participant observation) dan studi
dokumentasi. Penentuan lokasi pengambilan data primer ditentukan oleh ibu menyusui yang menjadi informan kunci melalui informasi yang diberikan dinas kesehatan dalam
hal ini petugas kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pomalaa.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara primer dan sekunder. Data ini diambil menggunakan metode wawancara mendalam
(indepth interview).Wawancara mendalam dilakukan untuk menggali informasi tentang tradisi ibu dalam memberikan ASI
eksklusif.Melalui wawancara mendalam informan dapat dengan sangat nyaman dan leluasa menceritakan hal-hal yang sangat pribadi,
terutama ketika mendiskusikan tentang pemberian ASI Eksklusif mereka.Melalui pengamatan/observasi terhadap kelompok ibu terkait
tradisi ibu dalam memberikan ASI ekslusif.Data Sekunder diperoleh dari instansi terkait baik mengenai kependudukan, dan data-data
pendukung, serta dari puskesmas dimana informan berada.

Alat bantu yang digunakan adalah audio recorder (alat perekam suara), pedoman wawancara dan alat tulis untuk membuat catatan lapangan serta
kamera sebagai alat dokumentasi visual dalam proses wawancara
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………… dst.
Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.

JADWAL

Bulan
No Nama Kegiatan 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 11 2
1 Pengurusan izin penelitian

2 Konsultasi ke Puskesmas Pomalaa

3 Persiapan alat dan bahan untuk penelitian

4 Penentuan partisipan yang akan diteliti


Melakukan wawancara tak terstruktur
5
(unstructure interview)
6 Analisa data
Penyusunan laporan Deseminasi hasil
7 penelitian

8 Publikasi penyerahan laporan penelitian


Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA
1. Astuti I. (2013). Determinan Pada Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui Jurnal Health Quality, 4(1):1-76
2. Creswell, J.W. (2007). Qualitative inquiry and research design: Choosing among five approaches Sage Publications,
Inc.California
3. Dinkes Propinsi Sultra, 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara.Kendari
4. Dinkes Kab. Kolaka, 2016. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka.Kolaka
5. Fadjriah R, dkk (2014). Peran keluarga Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Jeneponto, Makassar
UniversitasHasanuddin
6. Ginting R (2013). Pengaruh Karakteristik Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di wilayah
Kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo Universiats SumateraUtara
7. Hatta, G.R. 2011. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta:UI-Press
8. Kristiyanasari W (2011). ASI, Menyusui & SADARI Yogyakarta NuhaMedika
9. Kurniawan B (2013) Determinan Keberhasilan Pemebrian Air Susu Ibu Eksklusif. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 27(4).73-77
10. Kemenkes RI, 2018. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu
IbuEkslusif
11. Lancet. 2016. Breastfeeding: achieving the new normal. The Lancet, 387,404
12. Ludin, H.B. (2009). Pengaruh Sosial Budaya masyarakat terahadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif di wilayah Kerja
PuskesmasKecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru. Tesis. Universitas SumatraUtara
13. Nugraheni E, Nasution A, & Lestari N (2012). Pengaruh Karakteristik Ibu dan Sosial Budaya Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif Pada bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Pekik Nyaring Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah
UniversitasBengkulu
14. Nuraeni. (2008). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sossa Kabupaten Padang
Lawas. Skripsi. Universitas SumateraUtara
15. Palmer L. (2012). Severe Breastfeeding Diffisulties Existential Lostness as Mother- Women’s Lived Experinces of Initiating
Breastfeeding Under Severe Difficulties Int J Qualitative Sud health Well-being, 7(10)34-40
16. Puskesmas Pomalaa (2017). Profil Puskesmas Pomalaa KabupatenKolaka
17. Rahmadhanny R (2012) Faktor Penyebab Putusnya ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di Puskesmas Rumbai Kecamatan
Rumbai Pesisir Tahun 2011 (Tesis) Depok Universitas Indonesia
18. Ramadhany, T. (2016.) Hubungan Sosial Budaya terhadap Pemberian Asi Eksklusif pada Bayi di Kecamatan Medan Amplas.
Skripsi. Universitas SumateraUtara
19. Rachmaniah N (2014) Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI dan Tindakan ASI Eksklusif (Tesis) Surakarta
Universitas Muhammadiyah Surakarta
20. Rhokliana, Aisyah, S., Chandradewi, A.A.S.P.2011. Hubungan Sosial Budaya dengan Pemberian Asi pada Bayi di Wilayah
Kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Kesehatan Prima, [e-journal] 5 (2): pp.765–777
21. Sitopu S D (2011). Perilaku Ibu Menyusui tentang Pemberian ASI Eksklusif di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang Jurnal Darma Agung, 23 56- 63
22. Setyaningsih, F.T.E &Farapti. Hubungan Kepercayaan Dan Tradisi Keluarga Pada Ibu Menyusui Dengan Pemberian Asi
Eksklusif Di Kelurahan Sidotopo, Semampir, Jawa Timur.Jurnal Biometrika dan Kependudukan,7(2):pp.160-167
23. Soetjiningsih. 2012. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Buku KedokteranEGC
24. Wahyuningsih D & Mahmudah (2011). Dukungan Suami Dalam Pemberian ASI Eksklusif Semarang Universitas
Muhammadiayahsemarang
25. Yusrina, A., Devy, S.R. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Niat Ibu Memberikan Asi Eksklusif di Kelurahan Magersari,
Sidoarjo. Jurnal Promosi dan Pendidikan Kesehatan Indonesia, [e-journal] 4 (1): pp.11–21.

Anda mungkin juga menyukai