Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“Hubungan Politik dan Hukum”


Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik
Dosen : Kaslam S.TP.,M.Si

Di Susun Oleh :
A.Tenri Wulang
Nim : 30800121081
Kelas : Hubungan Internasional 3

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT, DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
Kata Pengantar

puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya karena saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Adapun dalam penulisan makalah ini,
materi yang akan dibahas adalah “Hubungan Politik dan Hukum ”.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah ini banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan adanya ktitik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah yang
bersangkutan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
mengetahui bahwa pentingnya literasi tersebut serta dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Sinjai, 23 Oktober 2021

A.Tenri Wulang

DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................

Daftar Isi.........................................................................................................................

Bab I Pendahuluan .........................................................................................................

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................


B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................
D. Manfaat Penulisan...............................................................................................

Bab II Pembahasan ........................................................................................................

A. Politik..................................................................................................................
a. Pengertian Politik..........................................................................................
b. Fungsi-Fungsi dan Struktur Politik...............................................................
B. Hukum.................................................................................................................
a. Pengertian Hukum dan Unsur-Unsur Hukum...............................................
b. Tugas dan Tujuan Hukum.............................................................................
c. Fungsi Hukum...............................................................................................

C. Hubungan Politik dan Hukum............................................................................


D. Hukum Sebagai Produk Politik...........................................................................
E. Pengaruh Politik Terhadap Hukum di Indonesia Beserta Contohnya................
Bab III Penutup...............................................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu Negara yang menganut azas kedaulatan rakyat, disebut juga


sebagai Negara demokrasi. (M.Kusnardi dan Hermaily Ibrahim, 1983: 130).
Negara Indonesia juga menganut paham kedaulatan rakyat atau demokrasi.
Rakyat adalah pemilik kekuasaan tertinggi dalam negara. Kekuasaan yang
sesungguhnya adalah berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Kekuasaan bahkan diidealkan diselenggarakan bersama-sama dengan
rakyat. Pemisahan kekuasaan (separation of power) ke dalam tiga lembaga
yaitu legislatif, eksekuif, dan yudikatif yang sebenarnya adalah pelaksana
kekuasaan yang mengabdi kepada rakyat sebagai pemilik kedaulatan negara
yang sesungguhnya. Orang-orang yang duduk disana adalah sebagai pelayan
dan pengabdi yang bekerja demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Negara Indonesia sendiri juga merupakan negara yang menganut
hukum. Ini tertuang dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1954 (selanjutnya disebut UUD 1945) pasal 1 ayat (3) yang berbunyi
“Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Indonesia menganut sistem
hukum. Tetapi tidak ditekankan apakah civil law ataupun common law. Tetapi
didalam hal yang bersifat umum hukum tertulis merupakan primadona sebagai
sumber hukum utama. Hal ini ditandai dengan munculnya suatu gerakan
kodifikasi oleh aliran legisme. Aliran legisme dalam ilmu hukum dan
peradilan tidak mengakui hukum diluar undang-undang. Aliran ini
berpendapat bahwa hukum identik dengan undang-undang, sedangkan
kebiasaan dan ilmu pengetahuan hukum, diakui.sebagai hukum apabila
undang-undang menunjuknya. Sistem hukum negara kita sangat
mengedepankan pencapaian keadilan formal. Sistem ini cenderung menindas
pihak yang lemah, miskin dan termarginal baik secara ekonomi, sosial,
maupun politik.

B. Rumusan masalah

1. Apa itu Politik?


2. Apa itu Hukum?
3. Bagaimana Hubungan Politik dan Hukum?
4. Bagaimana Politik Berpengaruh Terhadap Hukum di Indonesia dan
Contohnya?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui, Apa Itu Politik

2. Untuk mengetahui, Apa itu Hukum

3. Untuk mengetahui, Bagaimana Hubungan Politik dan Hukum

4. Untuk mengetahui, Bagaimana Politik Berpengaruh Terhadap Hukum di


Indonesia dan Contohnya

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi pembaca, agar pembaca


2. Bagi penulis
3. Bagi lembaga
4. Bagi universitas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Politik

Politik pada dasarnya merupakan suatu fenomena yang berkaitan dengan


manusia yang selalu hidup bermasyarakat. Pada kodratnya ia adalah makhluk sosial
yang selalu hidup dinamis dan berkembang. Karena itulah politik selalu merupakan
gejala yang mewujudkan diri manusia dalam rangka proses perkembangannya.
Karena manusia adalah inti utama dari politik, maka apapun alasannya pengamatan
atau telaah politik tidak begitu saja meninggalkan faktor manusia. Dikemukanakan
Anton H. Djawamaku (1985:144) “bahwa pribadi seseorang manusia adalah unit
empiris analisa politik”.
Oleh karena itu kata “politik” yang berasal dari kata “politic” (Inggris)
menunjukkan sifat pribadi atau perbuatan. Secara leksikal, kata asal tersebut
diartikan “acting or judjing wisely, well judged, prudent.” (A.S. Hornby, 1974: 645).
Kata ini sejak dulu dikenal dalam bahasa atau kata Latin dengan “politicus” dan
bahasa Yunani (Greek) “politicus” yang diartikan: “relating to a citizen.” Kedua kata
ini berasal dari kata “polis” yang memiliki makna “city” yaitu kota.
Istilah politik berkembang sedemikian rupa sehingga diserap ke dalam bahasa
kita (Indonesia) dengan mempunyai 3 (tiga) arti (WJS Poerdanaminta 183:763)
segala urusan dan tindakan/kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai
pemerintahan sesuatu negara terhadap negara lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan
juga dipergunakan sebaneganama bagi sebuah disiplin ilmu pengetahuan yaitu
politik.
Dalam kehidupan masyarakat istilah politik pertamnya dikenal pada masa
Plato dalam bukunya yang berjudul “politeia” yang pula dengan istilah “Republik”
(Delier Noer 1982: 11-12) dan selanjutnya berkembang melalui karya Aristoteles,
yang dikenal dengan “politica”.
Karya Plato maupun Aristoteles ini dipandang sebagai titik pangkal pemikiran
politik dalam sejarah perkembangannya, di mana hal itu dapat diketahui bahwa
politik merupakan istilah yang dipergunakan sebagai konsep pengaturan masyarakat,
sebab dalam kedua karya itu membahas soal-soal yang berkaitan dengan masalah
bagaimana pemerintahan itu dijalankan agar dapat terwujud sebuah kelompok
masyarakat politik atau suatu organisasi negara yang baik.
Dengan demikian, dalam konsep tersebut terkandung berbagai unsur, seperti
lembaga yang menjalankan aktivitas pemerintahan, kelompok masyarakat sebagai
pihak berkepentingan, kebijaksanaan dan hukum-hukum yang menjadi sarana
pengaturan masyarakat serta cita-cita yang hendak dicapai. Meskipun para pemikir
dan ilmuwan politik tidak memiliki kesepakatan atau pembatasan tentang definisi
politik namun unsur-unsur sebagaimana disebut di atas dapat ditemukan secara
parsial atau pun implisit dalam definisi yang mereka kemukakan.
Secara etimologi Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa
Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα
πολιτικά (politika - yang berhubungan dengan negara) dengan akar
katanya πολίτης (polites - warga negara) dan πόλις (polis - negara kota).
Secara etimologi kata "politik" masih berhubungan dengan politis, kebijakan. Kata
"politis" berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata "politisi" berarti
orang-orang yang menekuni hal politik.
Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti kota atau negara kota.
Turunan dari kata tersebut yaitu:

 polites berarti warga negara.


 politikos berarti kewarganegaraan.
 politike tehne berarti kemahiran politik.
 politike episteme berarti ilmu politik.

Kata ini berpengaruh ke wilayah Romawi sehingga bangsa Romawi memiliki


istilah ars politica yang berarti kemahiran tentang masalah masalah kenegaraan.
Politik pun dikenal dalam bahasa Arab dengan kata siyasah yang berarti mengurus
kepentingan seseorang. Pengarang kamus al Muhith mengatakan bahwa sustu ar-
ra’iyata siyasatan berarti saya memerintahnya dan melarangnya.
Sedangkan politik secara terminologis dapat diartikan

1. Menunjuk kepada satu segi kehidupan manusia bersama dengan masyarakat.


Lebih mengarah pada politik sebagai usaha untuk memperoleh kekuasaan,
memperbesar atau memperluas serta mempertahankan kekuasaan (politics).
Misal: kejahatan politik, kegiatan politik, hak-hak politik.
2. Menujuk kepada “satu rangkaian tujuan yang hendak dicapai” atau “cara-cara
atau arah kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu”. Lebih mengarah
pada kebijakan (policy). Misal: politik luar negeri, politik dalam negeri,
politik keuangan.
3. Menunjuk pada pengaturan urusan masyarakat dalam segala aspek kehidupan.
Pemerintah mengatur urusan masyarakat, masyarakat melakukan koreksi
terhadap pemerintah dalam melaksanakan tugasnya (siyasah).

Di antara ketiga definisi tersebut, tentunya definisi pertama lebih memiliki


konotasi negatif dibandingkan definisi kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan orientasi
yang pertama adalah politik kekuasaan, untuk meraih dan mempertahankan
kekuasaan dapat dilakukan dalam jalan apapun entah baik entah buruk, dapat
menghalalkan segala cara dan lebih berorientasi pada kepentingan pemimpin atau elit
yang berkuasa. Sedangkan definisi politik yang kedua dan ketiga lebih berorientasi
pada politik pelayanan terhadap masyarakat, dimana posisi pemimpin merupakan
pelayan masyarakat bukan penguasa aset-aset strategis

a) Pengertian politik 

Politik berasal dari bahasa Yunani, politikos, yang berarti dari, untuk, atau
yang berkaitan dengan warga negara. Secara umum definisi politik adalah proses
pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud
proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda
mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan
ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
Pengertian politik secara umum adalah sebuah tahapan untuk membentuk atau
membangun posisi-posisi kekuasaan didalam masyarakat yang berguna sebagai
pengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan kondisi masyarakat.
Atau tindakan dari suatu kelompok individu mengenai suatu masalah dari masyarakat
atau negara.

Pengambilan keputusan (decisions making) mengenai apakah yang terjadi


menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif
dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu.
Jika ditinjau dari kepentingan penggunanya, maka ada dua definisi politik, yaitu
pengertian politik dalam arti kepentingan umum dan pengertian politik dalam arti
kebijaksanaan. Pengertian politik dalam arti kepentingan umum berarti segala usaha
demi kepentingan umum baik itu yang ada di bawah kekuasaan negara maupun pada
daerah.

Sedangkan pengertian politik secara singkat atau sederhana adalah teori,


metode atau teknik dalam memengaruhi orang sipil atau individu. Politik juga
merupakan tingkatan suatu kelompok atau individu yang membicarakan mengenai
hal-hal yang terjadi didalam masyarakat atau negara.

Karena itulah, bisa dikatakan bahwa definisi politik adalah sebuah perilaku
atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan  segala macam kebijakan
dalam tatanan negara agar dapat merealisasikan cita-cita dan tujuan
negara sesungguhnya, sehingga mampu membangun dan membentuk negara sesuai
aturan agar kebahagian bersama masyarakat dalam sebuah negara tersebut bisa atau
lebih mudah tercapai.
Jika membicarakan politik, maka erat kaitannya dengan negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijakan umum, hingga distribusi kemakmuran.

a. Pengertian Politik Secara Etimologi

Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang


masing-masing bersumber dari bahasa Yunani, politika, yang berhubungan dengan
negara, dengan akar katanya (polites – warga negara) dan (polis – negara kota).
Jadi secara etimologi kata “politik” masih berhubungan dengan polisi atau kebijakan.
Sedangkan kata “politis” berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Adapun
kata “politisi” berarti orang-orang yang bergelut di bidang politik.
Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti kota atau negara kota.
Turunan dari kata tersebut yaitu:
 polites berarti warga negara.
 politikos berarti kewarganegaraan.
 politike tehne berarti kemahiran politik.
 politike episteme berarti ilmu politik.
Kata ini berpengaruh ke wilayah Romawi sehingga bangsa Romawi memiliki
istilah ars politica yang berarti kemahiran tentang masalah masalah kenegaraan.
Politik pun juga dikenal dalam bahasa Arab dengan kata siyasah yang berarti
mengurus kepentingan seseorang.
Sedangkan politik secara terminologis dapat diartikan sebagai berikut:

 Menunjuk kepada satu segi kehidupan manusia bersama dengan


masyarakat. Lebih mengarah pada politik sebaga usaha untuk
memperoleh kekuasaan, memperbesar atau memperluas serta
mempertahankan kekuasaan (politics). Misal: kejahatan politik,
kegiatan politik, hak-hak politik.
 Menujuk kepada “satu rangkaian tujuan yang hendak dicapai” atau
“cara-cara atau arah kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu”.
Lebih mengarah pada kebijakan (policy). Misal: politik luar negeri,
politik dalam negeri, politik keuangan.
 Menunjuk pada pengaturan urusan masyarakat dalam segala aspek
kehidupan. Pemerintah mengatur urusan masyarakat, masyarakat
melakukan koreksi terhadap pemerintah dalam melaksanakan tugasnya
(siyasah).

Di antara ketiga definisi tersebut, tentunya definisi pertama lebih memiliki


konotasi negatif dibandingkan definisi kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan orientasi
yang pertama adalah politik kekuasaan, untuk meraih dan mempertahankan
kekuasaan dapat dilakukan dalam jalan apapun entah baik entah buruk, dapat
menghalalkan segala cara dan lebih berorientasi pada kepentingan pemimpin atau elit
yang berkuasa.

Sedangkan definisi politik yang kedua dan ketiga lebih berorientasi pada politik
pelayanan terhadap masyarakat, dimana posisi pemimpin merupakan pelayan
masyarakat bukan penguasa aset-aset strategis.

b. Pengertian Politik Menurut KBBI

Pengertian politik menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah,

 (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti


tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan).
 Segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya)
mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain
 Cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah);
kebijaksanaan

c. Pengertian Politik Menurut Para Ahli

Selain pengertian politik secara umum dan etimologi di atas, para ahli dan
pakar memiliki pandangan dan pendapat yang berbeda beda dalam mendefinisikan
apa itu politik yang sebenarnya. Untuk lebih jelasnya, simak berikut ini pengertian
politik menurut para ahli secara lengkap,

Menurut Aristoteles

Pengertian politik menurut Aristoteles adalah suatu upaya atau cara untuk
memperoleh sesuatu yang dikehendaki.

Menurut Joice Mitchel

Pengertian politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan


kebijaksanaan umum masyarakat seluruhnya.

Menurut Prof. Miriam Budhiarjo

Pengertian politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem


politik (negara) yang menyangkut proses menentukan dari tujuan-tujuan dari sistem
itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Dalam bahasa yang lebih mudah dipahami,
dapat dikatakan bahwa politik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
negara maupun proses pengambilan keputusan ketatanegaraan.

Menurut Johan Kaspar Blunchli

Politik adalah ilmu yang memerhatikan masalah kenegaraan, dengan


memperjuangkan pengertian dan pemahaman tentang negara dan keadaannya, sifat-
sifat dasarnya dalam berbagai bentuk atau manifestasi pembangunannya.

Menurutnya, politik juga membuat konsep-konsep pokok tentang negara


(state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision marking),
kebijaksanaan (policy of beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi
(allocation).

Menurut Roger F. Soltau

Definisi politik adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan-tujuan negara,


dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu.

Menurut W.A Robson

Politik adalah ilmu yang mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat
hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup dan hasil-hasil.

Menurut Robert

Definisi politik menurut Robert diartikan secara singkat sebagai sebuah seni
memerintah dan mengatur masyarakat manusia.

Menurut Hans Kelsen

Ia menjelaskan bahwa politik mempunyai dua arti, yaitu sebagai berikut.

 Politik sebagai etik, yakni berkenaan dengan tujuan manusia atau


individu agar tetap hidup secara sempurna.
 Politik sebagai teknik, yakni berkenaan dengan cara (teknik) manusia
atau individu untuk mencapai tujuan.

Menurut Paul Janet

Pengertian politik menurut Paul Janet adalah Ilmu yang mengatur


perkembangan negara begitu juga prinsip-prinsip pemerintahan.

Menurut Ibnu Aqil

Politik adalah hal-hal praktis yang mendekati kemaslahatan bagi manusia dan
lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh Rasulullah SAW.

Menurut Andrew Heywood


Ia membagi pengertian politik menjadi asumsi yaitu :

 Politik sebagai seni pemerintahan, yakni penerapan kendali di dalam


masyarakat lewat pembuatan dan pemberdayaan keputusan kolektif.
Asumsi ini adalah yang paling tua dan berkembanga sejak masa
Yunani Kuno.
 Pengertian politik sebagai hubungan publik, yakni politik sesuai
dengan kodrati manusia hanya dapat memperoleh kehidupan yang baik
lewat suatu komunitas politik, yang dilakukan pembedaan antara
lingkup ‘publik’ dan ‘privat’.
 Pengertian politik sebagai komponen kompromi dan konsensus,
dimana tidak ada pihak yang kepentingannya terselenggarakan 100%
dalam politik. Masing masing memoderasi tuntutan agar tercapai
persetujuan dengan pihak lain. Pengertian politik sebagai
kekuasaan, yakni kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk
mempengaruhi orang atau kelompok lain guna menuruti kehendaknya.
Dalam konteks politik, distribusi dan penggunaan sumber daya suatu
masyarakat. Dalam asumsi ini, politik dilihat sebagai penggunaan
kapital (yaitu kekuasaan) dalam konteks produksi, distribusi, dan
penggunaan sumber daya tersebut.

Dan masih banyak lagi pengertian politik menurut para ahli yang belum
disebutkan. Dari berbagai defenisi yang ada, ditemukan 2 (dua) kecenderungan
tentang definisi politik, antaranya :

1. Pandangan yang menghubungkan politik dengan adanya negara, yaitu


urusan pemerintahan pusat dan daerah;
2. Pandangan yang menghubungkan dengan masalah kekuasaan, otoritas
dan atau dengan konflik.

b) Fungsi-Fungsi dan Struktur Politik

Fungsi-fungsi politik dimaksud adalah:


a. Sosialisasi Politik
Sosialisasi antara lain berarti proses sosial yang memungkinkan seseorang
menjadi anggota kelompoknya. Oleh karena itu ia mempelajari kebudayaan
kelompoknya dan peranan dalam kelompok. Jadi dengan demikian sosialisasi politik
adalah merupakan proses sosial yang menjadikan seseorang anggota masyarakat
memiliki budaya politik kelompoknya dan bersikap serta bertindak sesuai dengan
budaya politik tersebut. Dan sosialisasi dilakukan oleh semua unsur dalam
masyarakat, misalnya lingkungan pergaulan dan pekerjaan, media massa, keluarga
dan sekolah, juga instansi resmi. Dengan demikian kebudayaan politik dapat
berkembang dan terpelihara sampai pada generasi berikutnya.

b. Rekruitmen Politik

Rekruitmen politik dimaksudkan adalah proses seleksi warga masyarakat


untuk menduduki jabatan politik dan administrasi. Menurut Gabriel A. Almont setiap
sistem politik mempunyai cara tersendiri dalam merekrut warganya untuk menduduki
kedudukan politik dan administrasi.

c. Artikulasi Kepentingan

Fungsi ini merupakan suatu proses penentuan kepentingan yang dikehendaki


dari sistem politik. Hal ini rakyat menyatakan kepentingan mereka kepada lembaga-
lembaga politik dan pemerintahan dengan melalui kelompok kepentingan yang
dibentuk bersama dengan orang lain yang memiliki kepentingan yang sama, kadang-
kadang rakyat secara langsung menyatakan keinginannya kepada pejabat
pemerintahan.

d. Agresi Kepentingan
Fungsi ini adalah proses perumusan alternatif dengan jelas dengan jalan
penggabungan atau penyesuaian kepentingan yang telah diartikulasikan atau dengan
merekrut calon-calon pejabat yang menganut politik kebijaksanaan tertentu. Agresi
kepentingan dapat diselenggarakan oleh seluruh subsistem dari sistem politik seperti
lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, birokrasi, media komunikasi, partai-partai
politik dan kelompok kepentingan.

e. Komunikasi Politik

Fungsi ini merupakan alat untuk penyelenggaraan fungsi-fungsi lainnya.


Artinya pihak lain mengambil bagian dalam sosialisasi politik dengan menggunakan
komunikasi.
Fungsi-fungsi keluaran (output functions), meliputi fungsi-fungsi pembuatan
aturan, pelaksanaan aturan dan pengawasan azas pelaksanaan aturan-aturan. Ketiga
fungsi ini oleh Gabriel A. Almond sebagai fungsifungsi pemerintahan dan tidak
dibahas lebih lanjut karena pertimbangan ketidakpastian struktur formal
pemerintahan umumnya negara-negara non barat dan penyimpangan besar dalam
penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan dari konstitusi. Sehubungan dengan hal
di atas, di sini Almond mengemukakan bahwa ditinggalkannya fungsi-fungsi ini
disebabkan konsep yang diajukannya kekurangan unsur yang esensial sebab fungsi
pemerintahan tidak dapat dilepaskan dari pengertian politik. Dengan demikian, maka
konsepsi yang dikemukakannya tidak komprehensif seperti yang dikehendakinya
dengan menggunakan istilah sistem. Dimaksudkan dengan istilah sistem adalah
dipergunakan untuk menunjukkan seperangkat sifat khusus yang dimiliki oleh
interaksi politik, yaitu: (1) komprehensif, (2) kebebasan, dan (3) lingkungan. Sifat
komprehensif berarti bahwa sistem politik itu mencakup seluruh interaksi yang
berkenaan dengan input atau output yang mempengaruhi penggunaan kekerasan atau
ancaman kekerasan fisik.

B. Hukum

A. PENGERTIAN HUKUM DAN UNSUR-UNSUR HUKUM


Dalam hukum memang sulit ditemukan suatu definisi yang sungguhsungguh
dapat memadai kenyataan. Para sarjana hukum memberikan definisi tentang hukum
terdapat perbedaan pandangan, dan menurut seleranya masing-masing sesuai dengan
objek penelitiannya. Hal ini disebabkan masing-masing sarjana hukum terpaku pada
pandangannya sendiri. Tegasnya, para sarjana itu terikat pada alam sekitar dan
kebudayaan yang ada ataupun terikat pada situasi yang mengelilinginya.Singkatnya
bahwa kesukaran dalam membuat definisi hukum disebabkan:

1. karena luasnya lapangan hukum itu;


2. kemungkinan untuk meninjau hukum dari berbagai sudut (filsafat,
politik, sosiologi, sejarah, dan sebagainya) sehingga hasilnya akan
berlainan dan masing-masing definisi hanya memuat salah satu paket
dari hukum saja;
3. objek (sasaran) dari hukum adalah masyarakat, padahal masyarakat
senantiasa berubah dan berkembang, sehingga definisi dari hukum
juga akan berubah-ubah pula.

Kemudian Lemaire mengatakan, bahwa hukum yang banyak seginya serta


meliputi segala lapangan ini menyebabkan orang tidak mungkin membuat suatu
definisi apa hukum itu sebenarnya. Di samping itu, L.J. Van Apeldoorn pernah
mengatakan bahwa tidak mungkin memberikan definisi tentang hukum, yang
sungguh-sungguh dapat memadai kenyataan. Selanjutnya L.J. Van Apeldoorn
menjelaskan bahwa hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya, sehingga tidak
mungkin orang menyatukannya dalam suatu rumus secara memuaskan.
Penulis-penulis Ilmu Pengetahuan Hukum di Indonesia juga sependapat
dengan L.J.Van Apeldoorn, seperti Sudirman Kartohadiprodjo mengatakan, “...
jikalau kita menanyakan apakah yang dinamakan hukum, kita akan menjumpai tidak
adanya persesuaian pendapat. Berbagai perumusan yang dikemukakan”. Kemudian
Lili Rasyidi, mengemukakan bahwa hukum itu banyak seginya tidak mungkin dapat
dituangkan hanya ke dalam beberapa kalimat saja. Oleh karena itu, jika ada yang
mencoba merumuskan hukum, sudah dapat dipastikan definisi tersebut tidak
sempurna.
Sesungguhnya apabila diteliti benar-benar, akan sukar bagi kita untuk
memberi definisi tentang hukum, sebab seperti telah dijelaskan para sarjana hukum
itu sendiri belum dapat merumuskannya suatu definisi hukum yang memuaskan
semua pihak. Sebagai pedoman/pegangan apa yang dimaksud dengan hukum itu
adalah “semua peraturan yang berisi perintah dan larangan yang harus ditaati
masyarakat dan timbul sanksi jika peraturan itu dilanggar”. Sanksi di sini adalah
ganjaran ataupun suatu hukuman yang diberikan negara melalui petugas-petugasnya
memberikan hukuman pada si pelanggar.
Di bawah ini akan dikutip beberapa pendapat para ahli hukum tentang definisi
hukum sebagai berikut.
• Plato, hukum adalah sistem peraturan-peraturan yang teratur
dan tersusun baik yang mengikat masyarakat.
• Aristoteles, hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang
tidak hanya mengikat masyarakat tetapi juga hakim.
• Austin, hukum adalah peraturan yang diadakan untuk
memberi bimbingan kepada makhluk yang berakal oleh
makhluk yang berakal yang berkuasa atasnya.
• Bellfroid, hukum yang berlaku di suatu masyarakat mengatur
tata tertib masyarakat itu didasarkan atas kekuasaan yang ada
pada masyarakat.
• E.M. Meyers, hukum adalah semua peraturan yang
mengandung pertimbangan kesusilaan ditujukan pada tingkah
laku manusia dalam masyarakat dan menjadi pedoman
penguasa negara dalam melakukan tugasnya.
• Duguit, hukum adalah aturan tingkah laku para anggota
masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat
tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari
kepentingan bersama terhadap orang yang melanggar peraturan
itu.
• Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat yang dengan
ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan
dengan kehendak bebas dari orang lain memenuhi peraturan
hukum tentang kemerdekaan.
• Van Kant, hukum adalah serumpun peraturan yang bersifat
memaksa yang diadakan untuk mengatur dan melindungi
kepentingan orang dalam masyarakat.
• Van Apeldoorn, hukum adalah suatu gejala sosial; tidak ada
masyarakat yang tidak mengenal hukum maka hukum itu
menjadi suatu aspek dari kebudayaan seperti agama,
kesusilaan, adat istiadat, dan kebiasaan.
• S.M. Amin, hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri
atas norma dan sanksi-sanksi.

Dapatlah dikatakan bahwa pada umumnya setiap sarjana hukum melihat


hukum sebagai sejumlah peraturan, atau kumpulan peraturan atau kaidah mempunyai
isi yang bersifat umum dan normatif. Dalam hal ini umum karena berlaku bagi setiap
orang dan normatif karena menentukan apa yang seyogianya dilakukan, apa yang
tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya
melaksanakan kepatuhan pada kaidah tersebut.
Kaitannya dengan pengertian hukum itu, Zinsheimer membedakan hukum normatif,
hukum ideal, dan hukum wajar, sebagai berikut.

a. Hukum normatif
Ialah hukum yang tampak dan hukum yang tidak tertulis dalam
peraturan perundang-undangan tetapi diindahkan oleh masyarakat karena
keyakinan, peraturan hidup itu sudah sewajarnya wajib ditaati.

b. Hukum ideal
Ialah hukum yang dicita-citakan. Hukum ini pada hakikatnya berakar
pada perasaan murni manusia dari segala bangsa. Hukum inilah yang dapat
memenuhi perasaan keadilan semua bangsa di seluruh dunia. Hukum ini yang
benar-benar objektif.

c. Hukum wajar
Ialah hukum seperti yang terjadi dan tampak seharihari. Tidak jarang
hukum yang tampak sehari-hari menyimpang dari hukum normatif (tercantum
dalam perundang-undangan) karena tidak diambil oleh alat-alat kekuasaan
pemerintah, pelanggaran tersebut oleh masyarakat yang bersangkutan lambat
laun dianggap biasa (misalnya, kendaraan pada malam hari tanpa lampu,
mengendarai sepeda motor tanpa memakai helm pada malam hari)

Pengertian dan asas itu penting dipelajari karena masing-masing mempunyai


makna yang berbeda sebagaimana tampak dalam unsurunsur hukum (gegevens van
het recht) yang terdiri atas unsur ideal dan unsur riil.
Unsur ideal, karena sifatnya yang sangat abstrak yang tidak dapat diraba
dengan pancaindra, tetapi kehadirannya dapat dirasakan. Unsur ini bersumber pada
diri manusia itu sendiri yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Unsur cipta harus diasah,
yang dilandasi logika dari aspek kognitif, yakni mempunyai metodik, sistematik, dan
pengertian. Unsur ini menghasilkan ilmu tentang pengertian. Unsur karsa harus
diasuh, yang dilandasi etika dan beraspek konatif. Adapun unsur rasa harus diasih,
yang dilandasi estetika dan beraspek efektif.Karsa (etika) dan rasa (estetika)
menghasilkan nilai, asas, dan kaidah. Nilai dan asas menjadi objek kajian filsafat
hukum, sedangkan kaidah menjadi objek kajian ilmu tentang kaidah.
Di samping itu, unsur riil karena sifatnya yang konkret, bersumber pada
manusia, alam, dan kebudayaan yang akan melahirkan ilmu tentang kenyataan. Unsur
ini mencakup aspek ekstern sosial dalam pergaulan hidup dalam masyarakat.

Penggabungan antara filsafat hukum, dogmatik hukum (ilmu tentang kaidah


dan ilmu tentang pengertian), dengan ilmu tentang kenyataan menghasilkan politik
hukum. Politik hukum tersebut merupakan disiplin hukum khusus (bersegi khusus),
yang mencakup teknologi hukum (keterampilan hukum) dan disiplin tata hukum yang
terdiri atas disiplin hukum tata negara, disiplin hukum administrasi negara, disiplin
hukum pribadi, disiplin hukum harta kekayaan, disiplin hukum keluarga, disiplin
hukum waris, disiplin hukum pidana, dan disiplin hukum acara.

B. TUGAS DAN TUJUAN HUKUM


Hukum merupakan bagian dari perangkat kerja sistem sosial. Fungsi sistem
sosial ini adalah untuk mengintegrasikan kepentingan anggota masyarakat, sehingga
tercipta suatu keadaan yang tertib. Hal ini mengakibatkan bahwa tugas hukum adalah
mencapai keadilan, yaitu keserasian antara nilai kepentingan hukum
(rechtszekerheid).

Tugas hukum ini merupakan konsepsi dwitunggal, yang biasanya terdapat


dalam perumusan kaidah hukum, misalnya Pasal 338 KUHP, dengan rumusannya,
"Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan ...," adalah memberikan nilai kepastian hukum. Dengan demikian, siapa
saja yang menghilangkan jiwa orang lain, akan dihukum. Rumusan Pasal 338 KUHP
selanjutnya bersambung dengan kalimat," ... dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun." Rumusan terakhir ini merupakan nilai kesebandingan hukum terhadap
diri pribadi yang berperikelakuan. Jadi, setiap orang yang melakukan pembunuhan
(menghilangkan jiwa orang lain), pidananya dapat saja bervariasi antara satu dengan
yang lainnya. Perbedaan tersebut terjadi tergantung kepada berat ringannya kesalahan
yang dilakukan. Di sinilah letaknya nilai kesebandingan hukum.
Selanjutnya, jika hukum itu dipandang secara fungsional, ia terpanggil untuk
melayani kebutuhan elementer bagi kelangsungan kehidupan sosial, misalnya
mempertahankan kedamaian, menyelesaikan sengketa, meniadakan penyimpangan.
Singkatnya hukum mempertahankan ketertiban dan melakukan kontrol. Dengan
demikian, tujuan hukum menurut Satjipto Rahardjo adalah menciptakan tata tertib di
dalam masyarakat.Kemudian Surojo Wignjodipuro pernah mengatakan, bahwa tujuan
hukum adalah menjamin kepastian dalam perhubungan kemasyarakatan.Hukum
diperlukan untuk penghidupan di dalam masyarakat demi kebaikan dan ketenteraman
bersama.Menurut Sudikno Mertokusumo, bahwa tujuan pokok hukum adalah
menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan
keseimbangan. Demikian juga Soejono mengatakan, bahwa hukum yang diadakan
atau dibentuk membawa misi tertentu, yaitu keinsafan masyarakat yang dituangkan
dalam hukum sebagai sarana pengendali dan pengubah agar terciptanya kedamaian
dan ketenteraman masyarakat. Adapun Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto
menjelaskan, bahwa tujuan hukum adalah kedamaian hidup antarpribadi yang
meliputi ketertiban ekstern antarpribadi dan ketenangan intern pribadi.
Konsepsi kedamaian berarti tidak ada gangguan ketertiban dan juga tidak ada
kekangan terhadap kebebasan (maksudnya, ada ketenteraman atau ketenangan
pribadi). Di dalam kehidupan bersama senantiasa menghendaki ketertiban.
Sebaliknya manusia secara individu, menginginkan adanya kebebasan yang mengarah
kepada ketenteraman atau ketenangan pribadi. Keadaan tenteram atau tenang
dianggap ada, jika dirasakan tidak ada ancaman dari luar dan tidak ada konflik dalam
diri pribadi.

C. FUNGSI HUKUM

Hukum bekerja dengan cara memancangi perbuatan seseorang atau hubungan


antara orang-orang dalam masyarakat. Untuk keperluan pemancangan maka hukum
menjabarkan pekerjaannya dalam berbagai fungsinya. Dengan demikian, fungsi
hukum adalah menertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat serta
menyelesaikan masalahmasalah yang timbul. Adapun fungsi hukum menurut
Lawrence M. Friedman, yaitu:
1. pengawasan atau pengendalian sosial (social control);
2. penyelesaian sengketa (dispute settlement);
3. rekayasa sosial (social engineering).

Mochtar Kusumaatmadja, seperti dikutip oleh Soerjono Soekanto,


mengajukan pula beberapa fungsi hukum sebagai berikut. Di Indonesia fungsi hukum
di dalam pembangunan sebagai sarana pembangunan masyarakat. Hal ini didasarkan
pada anggapan bahwa ketertiban dalam pembangunan merupakan suatu yang
dianggap penting dan sangat diperlukan. Di samping itu, hukum sebagai tata kaidah
dapat berfungsi untuk menyalurkan arah kegiatan warga masyarakat ke tujuan yang
dikehendaki oleh perubahan tersebut. Sudah tentu bahwa fungsi hukum di atas
seyogianya dilakukan, di samping fungsi hukum sebagai sistem pengendalian sosial.
Theo Huijbers, menyatakan bahwa fungsi hukum ialah memelihara
kepentingan umum dalam masyarakat, menjaga hak-hak manusia, mewujudkan
keadilan dalam hidup bersama. Peters sebagaimana dikutip oleh Ronny Hanitiyo
Soemitro, bahwa fungsi hukum itu terdapat tiga perspektif, yaitu:
Pertama, perspektif kontrol sosial daripada hukum. Tujuan ini disebut tujuan
dari sudut pandang seorang polisi terhadap hukum (the policemen view of the law).
Kedua, perspektif social engineering merupakan tinjauan yang dipergunakan
oleh para pejabat (the officials perspective of the law) dan karena pusat perhatiannya
adalah apa yang diperbuat oleh pejabat/penguasa dengan hukum.
Ketiga, perspektif emansipasi masyarakat daripada hukum. Perspektif ini
merupakan tinjauan dari bawah terhadap hukum (the bottom's up view of the law)
dan dapat pula disebut perspektif konsumen (the consumer's perspective of the law).
Berdasarkan uraian fungsi hukum oleh para pakar hukum di atas, dapat disusun
fungsi-fungsi hukum sebagai berikut:
C. Memberikan pedoman atau pengarahan pada warga masyarakat untuk
berperilaku.
D. Pengawasan atau pengendalian sosial (social control).
E. Penyelesaian sengketa (dispute settlement).
F. Rekayasa sosial (social engineering).
Fungsi hukum sebagai pedoman atau pengarah perilaku, kiranya tidak
memerlukan banyak keterangan, mengingat bahwa hukum telah disifatkan sebagai
kaidah, yaitu sebagai pedoman perilaku, yang menyiratkan perilaku yang seyogianya
atau diharapkan diwujudkan oleh masyarakat apabila warga masyarakat melakukan
suatu kegiatan yang diatur oleh hukum.
Hukum sebagai sarana pengendalian sosial, menurut A. Ross yang dikutip
oleh Soerjono Soekanto adalah mencakup semua kekuatan yang menciptakan serta
memelihara ikatan sosial. Ross menganut teori imperatif tentang fungsi hukum
dengan banyak menghubungkannya dengan hukum pidana.

C. Hubungan Politik dan Hukum

Membicarakan korelasi antara hukum dan politik merupakan kajian yang


menarik di kalangan ahli hukum dan politik. Kajian ini menarik karena dua topik ini
memiliki ranah yang berbeda. Hukum merupakan ranah yang nyata yang melihat
sesuatu itu berdasarkan norma hukum yang mempunyai sifat pemaksaan.
Hukum adalah wilayah “hitam putih” dimana yang salah harus dihukum dan
yang benar harus dibebaskan bahkan mendapat penghargaan (reward). Sedangkan
politik adalah ranah “kepentingan” sebagai corestone-nya, “politic is a goal
attainment” politik adalah alat untuk mencapai tujuan. Politik menggunakan segala
cara untuk mencapai tujuan, tak peduli legal atau illegal sepanjang cara itu bisa
mewujudkan tujuannya maka cara itulah yang ditempuh. Yang menarik justru antara
kedua topik yang berbeda itu ternyata mempunyai sifat yang saling mempengaruhi.
Pada tataran realitas kedua topik tersebut kadang-kadang menunjukkan bahwa hukum
dapat mempengaruhi politik atau sebaliknya politik dapat mempengaruhi hukum.
Terdapat tiga macam jawaban untuk melihat hubungan antara hukum dan
politik. Pertama yaitu hukum merupakan determinan politik, kegiatan politik harus
tunduk pada hukum, kedua adalah pandangan yang melihat bahwa politik determinan
atas hukum karena sesungguhnya hukum adalah produk politik yang sarat dengan
kepentingan dan konfigurasi politik, dan ketiga merupakan pandangan yang melihat
bahwa hukum dan politik merupakan dua elemen subsistem kemasyarakatan yang
seimbang, karena walaupun hukum merupakan produk politik maka ketika ada
hukum yang mengatur aktivitas politik maka politikpun harus tunduk pada hukum.
Ketiga macam jawaban di atas adalah bangunan teori yang dibangun
berdasarkan realitas relasi antara dua sistem tersebut. sesungguhnya politik
determinan atas hukum, hukum yang lahir merupakan cerminan konfigurasi politik.
Dalam hubungan tarik menarik antara hukum dan politik maka sesungguhnya
politik mempunyai energi yang cukup kuat untuk mempengaruhi hukum. Asumsi
dasar tadi memperlihatkan bahwa dalam konfigurasi politik yang demokratis maka
yang lahir adalah produk hukum yang responsif/populistik, sedangkan konfigurasi
politik yang otoriter melahirkan produk hukum yang konservatif /ortodoks dan
elitis.Isu lain yang menarik dikaji dalam hubungan antara hukum dan politik adalah
pengaruh politik terhadap penegakan hukum. Kedua topik ini kadangkala mempunyai
hubungan yang saling mempengaruhi. Politik merupakan ranah kekuasaan, kekuasaan
itu bersumber dari wewenang formal yang diberikan oleh hukum.
Hukum adalah norma sosial yang mempunyai sifat mendasar yaitu sifatnya
yang memaksa yang membedakanya dengan norma sosial yang lain (agama,
kesopanan dan susila). Karena sifatnya yang harus dipaksakan berlakunya maka
hukum memerlukan kekuasaan (politik) untuk dapat berlaku dengan efektif.
Hukum memerlukan kekuasaan bagi pelaksanaanya sebaliknya kekuasaan itu
sendiri ditentukan batas-batasnya oleh hukum. Bahkan dalam slogan umum
menggambarkan bahwa Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan
tanpa hukum adalah sebuah kelaliman. Penegakkan hukum merupakan konkritisi
norma hukum dalam kasus nyata.
Empat elemen penting yang harus terlibat. Pertama, hukum atau aturan itu
sendiri, Kedua Mental aparat hukum, ketiga fasilitas pelaksanaan hukum, serta
kesadaran dan kepatuhan perilaku masyarakat.
Dalam kaitannya dengan penegakkan hukum Negara dengan sistem politik
yang demokratis cenderung melahirkan sistem penegakkan hukum yang efektif
sedangkan, Negara dengan sistem politik yang otoriter akan melahirkan sistem
penegakkan hukum yang tersendat. Bahwa dengan politiklah yang akan memberi arah
penegakkan hukum. Jika pemerintah memiliki kemauan politik (political will) yang
baik dalam menegakkan hukum maka hukum dapat ditegakkan dengan baik. Jika
penguasa tidak memiliki kemauan politik.

D. Hukum sebagai Produk Politik

Dikalangan ahli hukum minimal ada dua pendapat mengenai hubungan


kausalitas antara politik dan hukum. Kaum idealis yang lebih berdiri pada sudut Das
Sollen mengatakan bahwa hukum harus mampu mengendalikan dan merekayasa
perkembangan masyarakat, termasuk kehidupan politiknya. Meletakkan hukum
sebagai penentu arah perjalanan masyarakat karena dengan itu fungsi hukum untuk
menjamin ketertiban dan melindungi kepentingan masyaraktanya akan menjadi lebih
relevan.Pengaruh politik terhadap hukum dapat berlaku terhadap penegakkan
hukumnya dan karakteristik produk-produk serta proses pembuatannya. Bahwa
keadaan politik tertentu dapat mempengaruhi produk hukum, untuk kasus Indonesia,
kita dapat melihat contoh pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Meskipun kedua Undang-undang itu lahir pada era Orde Baru, tetapi hubungan
politik antara pemerintah dan umat Islam atau hubungan antara Negara dan Agama
yang melatarbelakangi keduanya berada dalam suasana yang berbeda. Undang-
Undang No,or 1 Tahun 1974 lahir dalam keadaan politik konflik dan saling curiga,
sedangkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama lahir
ketika hubungan pemerintah dan umat Islam sedang melakukan akomodasi.
Satjipto Rahardjo, mengatakan bahwa kalau kita melihat hubungan antara
subsistem politik dan subsistem hukum, tampak bahwa politik memiliki konsentrasi
energi yang lebih besar sehingga hukum selalu berada pada posisi yang lemah.
Artinya banyak sekali praktik politik yang secara substansif hal-hal diatas
dimaksudkan untuk menegaskan bahwa di dalam kenyataan empiric politik sanagat
menentukan bekerjanya hukum. Dengan demikian menjadi jelas bahwa pengakuan
hukum disini sangat tergantung pada keadaan politiknya.

E. Pengaruh Politik Terhadap Hukum di Indonesia beserta contohnya

Negara Indonesia adalah Negara Hukum, disamping itu terdapat pula politik
yang disebut-sebut memiliki hubungan erat dengan hukum. Politik penting bagi
Hukum. Hukum penting bagi Politik.

Hukum dapat terbentuk karena adanya politik, dapat dikatakan bahwa politik
memiliki pengaruh dalam pembentukan hukum yang ada di Indonesia. Politik
mempunyai pengaruh penting terhadap hukum, Hukum dan Politik mempunyai
hubungan timbal-balik. Jika Hukum berada diatas Politik, maka hukum positip
mecakup semua standar dimana kesepakatan dalam masyarakat dicapai melalui
proses yang konstitusional.

Pada umumnya Hukum berfungsi untuk melakukan social control, dispuet


settlement, dan social enginerring, dan Politik berfungsi untuk melakukan
pemeliharaan sistem dan, adaptasi, konvensi, serta fungsi kapasitas. Hubungan Politik
dan Hukum dapat dilihat dari :

1. Hukum merupakan Determinan Politik, kegiatan Politik harus tunduk pada


Hukum,

2. Politik Determinan atas Hukum karena sesungguhnya hukum adalah produk


politik yang sarat dengan kepentingan konfigurasi politik,

3. Hukum dan Politik merupakan dua elemen subsistem kemasyarakatan yang


seimbang.

Pengaruh Politik terhadap Hukum dapat berlaku terhadap penegakkan hukum dan
karakteristik prosedur-prosedur serta proses pembentukannya. Bahwa keadaan Politik
tertentu dapat mempengaruhi produk hukum. Salah satu contoh kasus yang ada di
Indonesia ada pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Meskipun kedua merupakan Undang-Undang yang lahir pada era Orde Baru,
tetapi hubungan politik antara Pemerintah dan Umat Islam atau Hubungan antara
Negara dan Agama yang melatarbelakangi keduanya berada dalam suasana yang
berbeda. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 lahir dalam keadaan Politik konflik
dan saling curiga, sedangkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 lahir ketika
hubungan pemerintah dan Umat Islam sedang melakukan akomodasi.

Guru besar emeritus dalam bidang hukum Satjipto Raharjo, mengatakan bahwa
jika kita ingin melihat hubungan antara subsistem Politik dan subsistem Hukum,
tampak bahwa Politik memiliki konsentrasi energi yang lebih besar sehingga hukum
selalu berada pada posisi yang lemah. Artinya banyak praktik Politik yang secara
substansi yang menegaskan bahwa di dalam kenyataan empiric Politik sangat
menentukan bekerjanta Hukum. Dengan demikian menjadi jelas bahwa Hukum
sangat bergantung dengan keadaan Politiknya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional
maupun nonkonstitusional. politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk
mewujudkan kebaikan bersama (Teori Klasik Aristoteles).Politik adalah hal yang
berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara. Sedangkan
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan
untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah
terjadinya kekacauan.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran dan
kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami
ini.
Daftar Pustaka

Zakky, zona referensi 2021 "Pengertian Politik Menurut Para Ahli dan Secara Umum
[Lengkap] https://www.zonareferensi.com/pengertian-politik/ (diakses pada tanggal
23 oktober 2021)
Abdulkadir B. Nambo dan Muhamad Rusdiyanto Puluhuluwa. MEMAHAMI
TENTANG BEBERAPA KONSEP POLITIK (Suatu Telaah dari Sistem Politik)
2005. Volume XXI No. 2 April Juni 2005 : 262 - 285 (diakses pada tanggal 23
oktober 2021)
Ishaq. Haji Dasar-dasar ilmu hukum/ishaq: editor, Yunasril Ali. Edisi revisi Cetakan
ke-2.Jakarta: Sinar Grafika, 2018. xii, 326 hlm.; 23 cm. (Diakses pada tanggal 23
oktober 2021)
Kurniawan puji. PENGARUH POLITIK TERHADAP HUKUM Nomor 1 Edisi
Januari – Juni 2018 Volume 4, (diakses pada tanggal 23 oktober 2021)
Riska dwi ananda, kumparan.com 2020 "Politik Membawa Pengaruh Penting Bagi
politik Indonesia" https://m.kumparan.com/riska1900024086/politik-membawa-
pengaruh-penting-terhadap-hukum-di-indonesia-1uqhXZjQvVz/full (diakses pada
tanggal 23 oktober 2021)

Anda mungkin juga menyukai