Rangga Indwi Pratama-Feb
Rangga Indwi Pratama-Feb
Oleh :
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Rangga Indwi Pratama
2. Tempat, Tanggal Lahir : Taluk Kuantan, 21 Juli 1997
3. Alamat : Jl. SD Inpress no 99 Cirendeu, Ciputat
Timur
4. Telepon : 0878-8524-9863
5. E-mail : rangga.pratama15@mhs.uinjkt.ac.id
v
ABSTRACT
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, karena atas rahmat dan karunianya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta
salam tak lupa penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW
yang telah menuntun umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman terang
benderang. Skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi
Makro dan Pendapatan Pegadaian Syariah terhadap Penyaluran Rahn di
Pegadaian Syariah Melalui Analisis Dynamic disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa adanya doa
dan dukungan dari keluarga, sahabat, dan kerabat dari orang orang disekitar
penulis. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya atas dukungan, semangat, serta doa yang diberikan selama
penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Secara khusus, penulis ingin berterimakasih kepada:
1. Ayahanda dan ibu, penulis yang tidak pernah lelah membimbing dan
mendoakan penulis dari kecil hingga saat ini. Karya ini adalah
pembuktian bahwa keterpurukan dalam suatu keadaan bukan
penghalang untuk meraih segalanya.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP.
selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengenyam Pendidikan di kampus tercinta ini.
3. Ibu RR Tini Angraeni ST, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Syariah atas dedikasinya terhadap jurusan ini serta sabar dalam
membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga skripsi ini ditulis.
viii
4. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochmad Aziz MM selaku Dosen
Pembimbing pertama yang telah sabar dan tulus dalam membimbing
penulis menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas ilmu, saran, dan
masukan dari bapak dari awal hingga akhir perkuliahan ini, semoga
ilmu yang bapak berikan kelak berguna dikemudian hari.
5. Seluruh Dosen Ekonomi Syariah yang banyak memberikan ilmu dan
pengalaman kepada penulis. Terimakasih atas dedikasinya kepada
jurusan, semoga ilmu yang diberikan senantiasa bermanfaat dan
berguna dikemudian hari.
6. Yulisnaeni Muyasiroh, orang yang dicintai dan selalu mendampingi,
menyemangati setiap harinya dalam perjelanan menyelesaikan
skripsi ini.
7. Keluarga Besar Ekonomi Syariah tahun angkatan 2015, baik kelas A
Maupun kelas B, kenangan selama empat tahun bersama kalian tidak
akan pernah bisa dilupakan. Baik belajar didalam kelas maupun
saling bertukar fikiran akan topic pembelajaran dikelas.
8. Kepengurusan DEMA FEB Tahun 2019, Semoga DEMA FEB tahun
2019 ini akan menjadi lebih baik dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan sehingga DEMA FEB UIN Jakarta bisa dikenal tingkat
nasional.
9. Sahabat/I PMII Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang
selama ini sudah memberikan banyak pelajaran mengenai organisasi
serta membantu dalam memberikan jalan pemecahan masalah akan
suatu topik.
10. Dan semua teman – teman terbaikku dikelas moneter ekonomi
syariah angkatan 2015 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Semoga apa yang kita impikan dan cita – citakan bisa tercapai.
ix
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini
akibat terbatasnya sumberdaya maupun pengalaman dari penulis. Maka dari
itu, penulis membuka segala bentuk saran, kritik, dan masukan untuk
kebaikan dari skripsi ini. Penulis memohon maaf apabila ada penyebutan
nama yang salah sehingga menyinggung pihak pihak tertentu. Pada
akhirnya, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfat bagi para
pembacanya.
x
DAFTAR ISI
ABSTRACT vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI xi
DAFTAR DIAGRAM xv
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 10
C. Tujuan Penelitian 11
D. Manfaat Penelitian 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13
A. Landasan Teori 13
1. Pegadaian Syariah 13
2. Ketentuan Hukum Syariah 14
3. Operasional Pegadaian Syariah 14
4. Dinamika Produk dan Akad Pegadaian Syariah 16
xi
5. Rahn 17
6. Landasan Hukum 19
7. Rukun Rahn dan Syarat Rahn 20
8. Rahn di Pegadaian Syariah 26
9. Inflasi 27
10. Pendapatan 28
11. Jumlah Uang Beredar 29
12. Harga Emas 30
13. Keterkaitan Antar Variabel 32
B. Penelitian Terdahulu 34
C. Kerangka Berpikir 36
D. Hipotesis Penelitian 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39
A. Ruang Lingkup Penelitian 39
xiii
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan penyaluran pembiayaan pegadaian syariah 5
1.2 Perkembangan Inflasi, Pendapatan Usaha ,Harga Emas, 7
Jumlah Uang Rupiah Beredar dan Rahn PT Pegadaian
Syariah periode 2007-2017
2.1 Perbedaan Rahn dan Gadai Konvensional 23
2.2 Ketentuan Uang Pinjaman Pegadaian Syariah 25
4.1 Hasil Uji dari One – Sample Komolgorov - Smirnov Test 60
4.2 Hasil Uji Autokolerasi 61
4.3 Hasil Uji Multikolonieritas 61
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas 62
4.5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda 63
4.6 Hasil Uji T (Parsial) 65
4.7 Hasil Uji F (Simultan) 66
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi 66
xiv
DAFTAR DIAGRAM
No Keterangan Halaman
4.1 Menunjukkan Peningkatan penyaluran Rahn 2017 - 2027 68
xix
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Implementasi Akad Rahn 15
Keterangan Halaman
Hasil Uji SPSS yaitu Uji Asumsi Klasik 78
Hasil Uji SPSS yaitu Uji Regresi Linier Berganda 80
Hasil Uji SPSS yaitu Uji Hipotesis 80
Uji Dynamic 81
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
harta benda yang dimiliki, mereka bisa menjaminkan harta bendanya
tersebut kepada lembaga keuangan tertentu dimana barang tersebut bisa
ditebus asalkan sudah dilunasi oleh pihak yang mengajukan pembiayaan.
Kegiatan seperti ini, dengan kata lain menjaminkan barang berharga untuk
mendapatkan sejumlah uang dan dapat ditebus apabila sudah dilunasi
disebut dengan kegiatan gadai. maka dari itu masyarakat tidak perlu
khawatir untuk kehilangan barang berharganya serta jumlah uang yang
dibutuhkan dapat dipenuhi sesuai dengan harga barang yang dijaminkan.
Perusahaan yang menjalankan bisnis seperti ini di Indonesia adalah
perusahaan pegadaian. (Kasmir, 2013 : 232)
2
adalah KCA merupakan pinjaman berdasarkan hukum gadai yang
menggunakan prosedur pelayanan yang mudah, aman dan cepat. Dengan
usaha ini, pemerintah secara langsung membantu masyarakat kecil untuk
membangun usahanya yang tidak terjangkau oleh perbankan dikarenkan
adanya permasalahan administrasi yang lama dan sukar. Produk lain dari
pegadaian syariah yaitu (Rahn), ini merupakan gadai yang dilakukan
pegadaian syariah menggunakan prinsip syariah dimana nasabah hanya
dibebankan biaya administrasi, biaya pemeliharaan barang (Ijarah) dan
biaya jasa simpanan. (Soemitra, : 2009:395)
Gadai syariah ini juga merupakan bagian utama dari perekonomian di
Indonesia yang sangat membantu dalam penyediaan supply keuangan.
Kerena pegadaian syariah secara resmi diberithukan bahwa tidak dizinkan
untuk menghimpun dana dari masyarakat namun diberikan izin untuk
memberikan pembiayaan kepada masyarakat dalam bentuk gadai syariah
.(Rais, 2010:117)
Meskipun pegadaian syariah bisa dibilang baru di Indonesia namun ini
merupakan sebuah mekanisme pengembangan system keuangan berbasis
islam yang sudah dilakukan sejak zaman rasulullah. Konsep operasi
pegadaian syariah ini berpedoman pada konsep administrasi modern dimana
didalamnya terdapat asas rasionalitas, efisiensi serta efektivitas yang sejalan
dengan ajaran islam. Fungsi operasi pegadaian syariah ini dijalankan oleh
beberapa kantor cabang pegadaian syariah atau yang disebut ULGS (Unit
Layanan Gadai Syariah). Unit tersebut merupakan binahan dari perum
pegadaian yang ada di Indonesia. (Mardani : 2015:189)
3
Dalam bisnis syariah terutama berkaitan tentang pegadaian syariah,
bunga sangat dilarang dikarenakan itu termasuk kedalam Riba. Hal ini
disebabkan uang dijadikan sebagai komoditas yang bisa diperdagangkan
untuk menjalankan bisnis jasa dengan system bagi hasil (Mudharabah).
Sedangkan didalam islam uang hanya dijadikan sebagai alat tukar saja.
Apabila kita lihat di zaman sekarang, pegadaian konvensional maupun
syariah memiliki kemajuan yang sangat pesat dikarenakan lembaga
keuangan ini terbukti mampu membantu masyarakat kecil untuk memenuhi
kebutuhan modal selain di perbankan. Dengan kata lain, dengan adanya
perkembangan yang baik dari pegadaian ini menunjukkan bahwa adanya
antusias yang tinggi dari nasabah sehingga akan berdampak pada
peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan dan juga akan membawa
dampak pada peningkatan laba usaha yang diterima.
Pegadaian syariah memiliki produk andalannya yaitu Rahn, Arrum dan
Mulia dimana Rahn memiliki pengertian gadai barang berharga
menggunakan prinsip syariah yang ditunjukan kepada nasabah dan nasabah
hanya perlu membayar kewajibannya ditambah biaya administrasi, biaya
jasa penyimpanan dan biaya barang jaminan (Ijarah). Arrum (Ar-Rahn
untuk usaha mikro) merupakan sebuah produk pinjaman yang diberikan
kepada nasabah untuk mengembangkan usaha mikro nasabah dengan
metode pinjaman dibayar secara berjangka. Konsep Arrum ini memiliki
jaminan, namun jaminanya masih bisa digunakan nasabah untuk keperluan
operasionalnya. Seperti contoh BPKB motor, yang dijadikan jaminan
hanyalah BPKB namun motornya masih tetap bisa digunakan untuk
keperluan usaha. Sedangkan Mulia adalah penjualan emas yang dilakukan
oleh pegadaian kepada nasabah, bisa dilakukan pembayaran secara tunai
maupun pembayaran secara berjangka. (Annual Report PT Pegadaian,
2013:60)
Berdasarkan data Annual Repot dari pegadaian syariah, dapat dilihat
bahwa penyaluran pembiayaan didominasi oleh penyaluran Rahn. Berikut
merupakan table tentang penyaluran yang telah disalurkan pegadaian
syariah kepada nasabah
4
Tabel 1.1
Perkembangan Penyaluran di pegadaian syariah (Juta Rupiah)
Tahun Rahn Arrum Mulia
2007 964.056 - -
5
Dalam memberikan pembiayaan, pegadaian syariah pasti
dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internalnya
meliputi 5C yaitu (character, capacity, capital, collateral, dan condition of
economy) serta perkembangan pendapatan dari PT Pegadaian syariah itu
sendiri.
6
Tabel 1.2 Perkembangan Inflasi, Pendapatan Usaha ,Harga Emas,
Jumlah Uang Rupiah Beredar dan Rahn PT Pegadaian Syariah
periode 2007-2017
7
Sementara itu inflasi terus berfluktuasi hingga pada tahun 2015 laju inflasi
3,35 persen, pendapatan pegadaian sebesar Rp 8,8 Miliar dengan
peningkatan harga emas sebesar Rp. 545.000, dan jumlah uang rupiah
beredar sebesar 4,5 Triliun. Hal tersebut menunjukan bahwa fluktuasi inflasi
dan jumlah uang rupiah beredar mempengaruhi penyaluran Rahn,
sedangkan kenaikan pendapatan pegadaian dan harga emas setiap tahunnya
mampu meningkatkan jumlah penyaluran Rahn yang disalurkan.
8
juga akan berdampak pada peningkatkan taksiran barang yang dijaminkan.
Tentu saja ini akan berdampak pada pinjaman golongan C dan juga
golongan lainnya. Pegadaian syariah menetapkan nilai taksiran emas
sebesar 98% dari harga pokok pembelian. Dan apabila ada penurunan harga
emas maka akan berdampak juga terhadap taksiran akan nominal barang
yang dijaminkan kepada pegadaian syariah. (Aziz, 2013:12)
10
Sedangkan perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan
Pendapatan Pegadaian Syariah secara Parsial terhadap variable
Penyaluran Rahn oleh PT Pegadaian Syariah Periode 2007 -
2017
2. Bagaimana Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan
Pendapatan Pegadaian Syariah secara Simultan terhadap
variable Penyaluran Rahn oleh PT Pegadaian Syariah Periode
2007 – 2017
3. Bagaimana proyeksi Pergkembangan Penyaluran Rahn oleh -
Pegadaian Syariah dari tahun 2017 - 2027
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengukur atau Menganalisis Pengaruh Variable Ekonomi
Makro dan Pendapatan Pegadaian Syariah Secara Parsial Terhadap
Rahn Yang Disalurkan Oleh Pt Pegadaian Syariah Periode 2007 - 2017
2. Untuk Mengukur atau Menganalisis Pengaruh Variable Ekonomi
Makro dan Pendapatan Pegadaian Syariah Secara Simultan Terhadap
Rahn Yang Disalurkan Oleh Pt Pegadaian Syariah Periode 2007 –
2017
3. Untuk Menganalisis proyeksi Pergkembangan Penyaluran Rahn oleh -
Pegadaian Syariah dari tahun 2017 - 2027
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan skrispsi ini antara lain :
1. Bagi Penulis
Merupakan suatu pembelajaran yaitu usaha menganalisis suatu laporan
keuangan, sehingga penulis dapat mempraktekan teori yang didapat
selama perkuliahan dengan menganalisa dan memecahkan masalah.
11
3. Bagi Pihak lain
Diharapkan dapat memberikan pemahaman dan informasi mengenai
keadaan keuangan PT Pegadaian (Persero) kepada para nasabahnya,
serta masyarakat umum yang tertarik terhadap Pegadaian Syariah dan
ingin menggunakan produk-produknya.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
2.1 Pegadaian Syariah
Pegadaian syariah merupakan lembaga yang dinaungin oleh PT
Pegadaian (Persero). Pegadaian syariah ini ada pada tahun 1990, namun bisa
dibilang bahwasanya pegadaian syariah cukup memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap perkembangan perekenomoian di Indonesia. Walaupun
jumlah kantor cabang pegadaian syariah tidak banyak di Indonesia untuk
ruang lingkup kabupaten, namun ini memberikan dampak yang cukup besar
terhadap perekonomian Indonesia.
13
syariah berpegang pada fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002
tanggal 26 juni 2002 tentang Rahn yang menyatakan bahwa pinjaman
dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk Rahn
diperbolehkan, dan DSN-MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai
emas. Sedangkan dalam aspek kelembagaan tetap menginduk kepada
Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990. (S. Andri,
2009 : 402)
14
syariah ada Rahn (Gadai Syariah). Ini disebabkan karna jasa layanan
pembiayaan dengan cara menjaminkan barang berharga menjadi sesuatu hal
yang tidak merugikan nasabah itu sendiri. Maka dari itu peran pegadaian
syariah sangat pas untuk masyarakat yang membutuhkan modal dengan cara
yang sederhana dan tidak seberat di perbankan. Adapun secara teknis,
implementasi akad Rahn dalam lembaga pegadaian adalah sebagai berikut :
15
berwenang, diantaranya :
16
digadaikan. Sehingga akan dikenakan biaya sewa saja atau ijarah.
Fatwa yang keempat berkenaan dengan pembiayaan yang disertai
dengan Rahn. Tentu saja dengan adanya beberapa fatwa diatas,
diharapkan akan mampu mengembangkan pegadaian syariah itu
sendiri.
2) Dinamika Pembangunan dan Aplikasi Akad
Apabila kita melihat prakteknya, barang yang bisa digadai
tidak semata – mata tentang barang berharga atau barang yang
bisa bergerak saja. Karena ada sesuatu mekanisme dimana pihak
berhutang bisa menjaminkan barangnya kepada pihak yang
berpiutang dengan kondisi barang jaminan tersebut masih bisa
digunakan oleh pihak yang berhutang. Melihat kondisi, dimana
barang jaminan tersebut dibutuhkan untuk operasional orang yang
berhutang.
Praktek gadai syariah atau Rahn ini juga dilakukan oleh
perbankan syariah, yaitu dengan produk Rahn Emas. Selanjutnya
emas ini juga akan dijadikan barang jaminan oleh pihak bank
untuk dilakukannya pembiayaan kepada nasabah. Hal ini tertuang
dalam fatwa DSN No. 92 Tahun 2014 tentang Pembiayaan yang
disertai Rahn (at-Tanwil al-Matsuq bi al-Rahn). Barang jaminan
(marhun) harus berupa harta berharga baik benda bergerak
maupun tidak bergerak yang boleh dan dapat diperjualbelikan.
17
ajukan. Rahn adalah produk ini berlandaskan pada prinsip syariah yang
diikuti dengan prosedur administrasi modern. Besar kredit yang diberikan
sama dengan Gadai Konvensional/KCA, namun untuk penetapan sewa
modal terdapat perbedaan. Gadai Syariah melakukan biaya administrasi
yang dibayar diawal, yaitu saat akad baru/akad perpanjangan serendah
rendahnya Rp. 2.000,- dan setinggi-tingginya Rp100.000,- untuk jumlah
pinjaman maksimum Rp. 200.000.000.-
Tarif Ijarah dikenakan sebesar Rp. 80,- sampai Rp. 90,- per sepuluh
hari masa penyimpanan untuk setiap kelipatan Rp. 10.000,- dari taksiran
barang jaminan yang dititipkan/diagunkan.
18
sebagai jaminan untuk mendapatkan utang (qardh). Qardh merupakan
peminjaman dana tanpa adanya imbalan dengan kewajiban pihak peminjan
untuk mengembalikkan pokok dari pinjaman secara sekaligus atau dengan
cara cicilan berjangka dalam waktu tertentu. (Darsono & A.Sakti, 2017 :
340)
2.2.1.1 Al-qur‟an
Dalil yang memperbolehkan gadai, seperti yang tercantum dalam
surat Al-Baqarah, ayat 283 yang artinya sebagai berikut :
Artinya:
“Dan apabila kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak
memperoleh seorang juru tulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (Qs. Al Baqarah:283)
Yang menjadi dasar hukum dari ayat diatas adalah kata “ada
barang tanggungan yang dipegang oleh orang yang berpiutang”
barang tanggungan disini biasa dikenal dengan barang jaminan.
2.2.1.2 Hadist
Riwayat Bukhari dan Muslim dari „Aisyah ra :
“Sesungguhnya Rasululah saw. pernah membeli makanan dengan
berutang dari seorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah
baju besi kepadanya.” Riwayat Al-Syafi‟i, Al-Daraquthni, dan
Ibnu Majah dari Abu Hurairah : “tidak terlepas kepemilikan barang
gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh
manfaat dan menanggung risikonya.
19
2.2.1.3 Ijtihad ulama
Perjanjian gadai yang diajarkan dalam Al-Qur‟an dan Hadits itu
dalam pengembangan selanjutnya dilakukan oleh para fuqaha
dengan jalan ijtihad, dengan kesepakatan para ulama bahwa gadai
diperbolehkan dan para ulama tidak pernah mempertentangkan
kebolehannya. Demikian juga dengan landasan hukumnya.
Namun demikian, perlu dilakukan pengkajian ulang yang lebih
mendalam bagaimana seharusnya pegadaian menurut landasan
hukumnya.
2.2.1.4 Fatwa DSN No.25/DSN-MUI/III/2002
Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan
hutang dalam bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan yang
ditetapkan.
2.2.2 Rukun Rahn
Dalam akad Rahn, Harus terpenuhi beberapa rukun gadai syariah
diantaranya :
20
Sedangkan syarat Rahn, ulama fiqih telah mengemukakan beberapa
berdasarkan rukun dari Rahn itu sendiri, diantaranya terdiri dari:
1) Berkaitan tentang orang yang berakad, itu harus baligh dan berakal
dan cakap serta paham soal hukum. Namun menurut ulama
hanafiyah, mereka berpendapat cukup yang berakal saja. Ini
dikarenakan apabila ada sebuah anak kecil yang mummayiz (dapat
membedakan antara mana yang baik dan buruk) boleh melakukan
akad Rahn namun dengan syarat ada persetujuan dari walinya.
Sedangkan menurut Hendi Suhendi, syarat bagi yang ingin berakat
merupakan orang yang ahli tasharuf, artinya ia mampu
membelanjakan harta benda yang ia miliki serta memahami tentang
Rahn.
2) Syarat Sighat (lafadz). Ulama Hanafiyah mengatakan ketika akad
ingin berlangsung tidak diperkenangkan adanya syarat tertentu
untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Ini
dikarenakan akad Rahn sama dengan akad jual beli. Jadi, ketika
akad Rahn disamakan dengan sesuatu maka syaratnya akan menjadi
batal sedangkan akadnya tidak sah.
21
e) Marhun itu tidak terkait dengan hak orang lain;
f) Marhun itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam
beberapa tempat;
g) Marhun itu boleh diserahkan, baik materinya maupun
manfaatnya.
Berdasarkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI No.
25/ DSN-MUI/III/2002, tanggal 22 Juni 2002, bahwa hampir semua barang
dapat diterima sebagai barang jaminan, namun untuk semua pegadaian
syariah di pekalongan memiliki pengkhususan barang yang tidak bisa
diterima sebagai jaminan, diantaranya :
22
2.2.5 Persamaan dan perbedaan Rahn dengan gadai
konvensional
Menurut Rais (2006:46) persamaan antara gadai dengan Rahn
sebagai berikut :
23
8 Rahn dalam hukum islam Gadai Konvensional menurut hukum
memiliki asas tolong menolong perdata selain memiliki asas tolong
tanpa mencari keuntungan menolong juga memiliki asas
pencarian keuntungan berbasis bunga.
2.2.6 Praktek
Secara umum, praktek pegadaian syariah dibagi atas :
1) Akad Rahn, adalah akad yang akan membenarkan murhain untuk
memanfaatkan marfun atas izin dari Rahim bahkan untuk
memperoleh labar dari usahanya tapi ini tidak berarti murtahin dapat
mengambil semua hasil dari marhun tersebut karna hal dalam hal ini
barang tersebut bukan milik dia sepenuhnya. (S.Rais 2004 : 53)
2) Akad ijarah, adalah akad untuk memperbolehkan pemilikan manfaat
yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang disewa dengan
imbalan. (Rais, 2006:81)
Selain dari 2 akad tadi, ada tiga macam akad yang biasa digunakan
pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya :
24
membagi hasil dari pemanfaatan barang tersebut kepada
pegadaian. (Rais, 2004:68)
b) Akad Al-Mudharabah
Akad ini pun hampir sama dengan akad sebelumnya. Akad ini
ditujukan kepada nasabah yang ingin melakukan pembiayaan
untuk hal produktif seperti penambahan modal. Jadi nasabah
akan menggadaikan barangnya untuk menambah modal
kerjanya. Maka dari itu, akan ada bagi hasil berdasarkan
keuntungan yang diperoleh nasabah sesuai dengan waktu yang
telah disepakati sampai hutangnya lunas atau modal yang
diberikan pegadaian lunas. (Rais, 2006:95)
c) Akad Al-Qardhul Hasan
Akad ini ditujukan kepada nasabah yang menginginkan
pembiayaan untuk keperluan konsumtif saja. Dan barang
jaminan yang diberikan berupa barang yang tidak menghasilkan
(tidak dapat dimanfaatkan). Maka dari itu, Rahn akan
memberikan biaya kepada murtahin atas penjagaan barang dan
merawat barang jaminanya tersebut.
25
C2 10.100.000 - Rp60.000 120 hari
C3 15.100.000 - Rp80.000 120 hari
D 20.100.000 - Rp100.000 120 hari
Sumber : Annual Report PT Pegadaian (2017)
2.2.8 Rahn Pegadaian Syariah
Berdasarkan pengertian yang diberikan oleh perum pegadaian, Rahn
memiliki pengertian pemberian pembiayaan kepada nasabah dengan akad
gadai dan dengan persyaratan tertentu yang sudah ditetapkan oleh
perusahan. Nasabah harus menyelesaikan pinjamannya kepada perusahaan
sebagai pemberi pembiayaan sekaligus membayar pokok pinjaman
ditambah dengan sewa modalnya berdasarkan ketetapan yang sudah
disetujui. (Khasanah, 2014 : 12)
26
pemerintah untuk dana pembangunan sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah dan sebagian lainnya digunakan untuk
pengembangan usaha dan peningkatan sumber daya manusia. Dengan
prosedur yang mudah dari pegadaian ini, diharapakan akan mampu
melindungi masyarakat dari pinjaman liar yang malah merugikan
masyarakat itu sendiri terlebih dengan prosedur yang sederhana ini akan
lebih mudah untuk dipenuhi oleh masyarakat kecil. (Khasanah, 2014 : 18)
2.3 Inflasi
27
riwayat harga barang/komoditas dari tahun ketahun., sebagaimana terlihat
pada definisi inflasi yang dikemukakan sebagai berikut :
Inflation arises in the general, or average, level of price. The measure
of inflation is a price index. A price index measure changes in price level
from year to year. The best known measure is the Consumer Price Index
(CPI). Consumer Price Inex is a measure of the year increase in the price
level based on the cost of a representative market basket of consumer goods.
28
Maka dari itu, ketika semakin tinggi pendapatan yang didapat oleh
PT Pegadaian akan berpengaruh terhadap seberapa besar jumlah
pembiayaan yang akan disalurkan.
2.5 Jumlah Uang Beredar
29
swasta domestic dan sektor lainnya. Dari transaksi tersebut akan terlihat
jumlah uang beredar dari catatan neraca system moneter sehingga akan
terlihat jumlah uang yang beredar di Indonesia beserta faktor yang
mempengaruhinya.
2.7 Harga Emas
Emas merupakan sebuah logam padat yang lembut, berkilat dan juga
merupakan salah satu logam yang paling lentur diantara logam lainnya.
Berdasarkan pendapat dari Jack Weatherford “ dimanapun orang pasti ingin
menyentuhnya, mengenakkannya, bermain – main dengannya serta ingin
memilikinya. Ini dikarenakan emas sangat berbeda dari logam lainnya,
seperti tembaga akan berubah menjadi hijau, besi yang akan berkarat, dan
perak yang akan memudar namun emas murni akan tetap murni dan tidak
berubah sama sekali.” Maka dari itu, emas memiliki sifat sifat yang sangat
bernilai. (D. Febrian, 2015:60)
Emas juga merupakan sebuah logam mulia yang sangat lekat dengan
kehidupan masyarakat, bukan hanya untuk dijadikan sebagai perhiasan
namun juga dijadikan sebagai alternative dari kegiatan investasi. Dengan
emas ini, juga mampu mengukur tingkat kekayaan suatu individu maupun
bangsa. Harga emas juga dapat mencerminkan seputar ekspektasi dan
harapan berkaitan tentang inflasi karna emas akan dicari ketika nilai dari
uang kertas perlahan menurun. Karna inflasi hanya mengikis nilai dari uang
kertas namun tidak mengikis harga emas itu sendiri. Ini dibuktikan dengan
harga emas yang cenderun naik dan stabil dan sangat jarang mengalami
penurunan yang tajam. (D. Febrian, 2015:61)
Sejak pertama kali ditemukan, emas ini sangat memiliki nilai dan
peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tidak hanya digunakan
untuk memperindah diri, namun juga bisa digunakan sebagai investasi
maupun dikembangkan dengan beberapa inovasi yang saat ini sedang
berkembang. Yaitu berkaitan tentang penggabungan emas dengan industry
elektornik, computer, kedokteran serta penerbangan. Ini adalah beberapa
contoh dari pengembangan emas dengan produk produk lain.
30
Sedangkan didalam dunia keuangan dan investasi, emas dijadikan
sebagai asset yang memiliki nilai lebih dan tinggi. Karna emas ini juga
digunakan sebagai pelindung nilai dari suatu asset. (D. Febrian, 2015:61)
Dengan kondisi kenaikan tingkat harga inflasi yang cukup tinggi maka akan
menjadi sangat wajar jika harga emas diindonesia mengalami peningkatan
yang cukup pesat. Emas ini juga dikategorikan sebagai middle risk
investment yang mempunyai beban resiko kecil dengan keuntungan yang
jauh lebih besar dari pada investasi pada bank atau didepositokan..
Dimulai pada tahun 1968, patokan harga emas seluruh dunia adalah
harga emas berdasarkan harga standar pasar emas London. Ini dinamakan
dengan system London Gold Fixing yang memiliki arti suatu bentuk dari
prosedur yang menetapkan harga emas dua kali sehari jam kerja oleh lima
anggota pasar London Gold Fixing Ltd. Anggotanya terdiri dari Bank Of
Nova Scottia, Deutsche Bank, HSBC, Barclays Capital, Societe General.
(Rais, 2010 : 62)
Proses penetapan harga diawali dengan lelang yang dilakukan oleh
kelima member tersebut. Pada awal priode perdagangan, presiden dari
London Gold Fixing akan mengumumkan sebuah harga yang kemudia
kelima anggota akan menggambarkan harga tersebut kepada dealer. Dan
dealer ini yang berhubungan langsung dengan pembeli emas sebenarnya
untuk dilakukannya perdagangan.
Maka dari itu, dari sinilah harga emas akan terbentuk berdasarkan
dari Tarik menarik antara penawaran dan permintaan. Apabila permintaan
lebih besar daripada penawaran, maka secara otomatis harga emas juga akan
meningkat dan itu berlaku sebaliknya. Penetapan harga emas secara pasti
dan sampai pada titik keseimbangan diukur berdasarkan kurs dari Dollar
Amerika Serikat , Pondsterling dan Euro. (D. Febrian, 2015:64)
31
dinamakan LGF (London Gold Fixing) oleh lima anggota dari London Gold
Fixing yang terdiri dari :
32
2.9.2 Pengaruh Pendapatan Usaha Terhadap Penyaluran
Rahn
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia, 1998),
Pendapatan Usaha merupakan arus masuk bruto dari kegiatan
ekonomi berupa aktivitas normal dari suatu perusahaan selama suatu
periode bila arus modal masuk itu mengakibatkan adanya kenaikkan
ekuitas yang tidak datang dari kontribusi penanaman modal.
Hasil penelitian Danny Febrian (2015), menyatakan bahwa
pendapatan usaha memiliki pengaruh signifikan terhadap
pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian Syariah. Dan hasil penelitian
Vika Anggun (2017) menyatakan bahwa pendapatan usaha memiliki
pengaruh signifikan terhadap penyaluran Rahn pada PT Pegadaian
Syariah.
33
Berdasarkan data yang didapat hampir 90% barang gadaian
merupakan emas. Akibatnya flutiatif atau naik turunnya harga emas
ini akan sangat berpengaruh terhadap omset dari pegadaian itu
sendiri sehingga pegadaian menetapkan nilai taksiran emas sebesar
98% dari harga pokok pembeliannya. Ini juga berlaku sebaliknya,
apabila harga emas juga mengalami penurunan, maka akan sedikit
jumlah pinjaman pada setiap golongan sehingga penyaluran
pembiayaan pada setiap golongan akan mengalami penurunan.
(Aziz, 2013:12)
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa naik
turunnya ata fluktiasi dari harga emas ini akan memiliki pengaruh
terhadap jumlah Rahn yang akan disalurkan oleh PT Pegadaian
syariah khusunya pada golongan C. Semakin tinggi harga emas,
maka akan semakin tinggi pula jumlah pembiayaan yang akan
disalurkan pada masing – masing golongan, ini juga berlaku
sebaliknya.
B. Penelitian Terdahulu
1. Inflasi
Penelitian terdahulu yang mendukung serta menjadi landasan
penelitian ini dimulai dari penelitian Ade Purnomo (2009) yang
meneliti tentang pengaruh pendapatan pegadaian syariah, Jumlah
nasabah, tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit gadai di
pegadaian syariah cabang dewi sartika periode 2004 – 2008.
Penelitian terdahulu yang mendukung serta menjadi landasan
penelitian ini dimulai Amen Wahyu (2008) dengan judul Analisis
Penyaluran kredit perum pegadaian di provinsi daerah istimewa
yogyakarta periode 2002 – 2006
2. Jumlah Uang Beredar
Winona Dwinie Putri (2017) dengan judul Pengaruh Inflasi,
Tingkat Pendapatan usaha pegadaian dan jumlah uang beredar
terhadap pembiayaan gadai syariah Rahn pada pegadaian syariah
indonesia periode (2012 – 2016)
34
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nur Akhlaqul
Karimah dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi,
Pendapatan Usaha, Jumlah Nasabah, dan Jumlah Uang Rupiah
Beredar Terhadap Pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah di
Indonesia (Periode 2007-2016)
3. Harga Emas
Selanjutnya Mukhliz Arifin Aziz (2013) meneliti tentang
Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah Nasabah, Harga
Emas dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran KRedit Gadai
Golongan C (Studi PT. Pegadaian Cabang Probolinggo)
Danny Febrian (2015) meneliti tentang Analisis pengaruh
tingkat inflasi, pendapatan pegadaian dan harga emas terhadap
pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian Syariah (Periode 2005 –
2013).
4. Pendapatan Pegadaian Syariah
Vika Anggun (2017) dengan judul Pengaruh pendapatan
pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran
pembiayaan Rahn pada Pegadaian Syariah di Indonesia tahun 2005-
2015
Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, peneliti ingin
menganalisis kembali keterkaitan variabel ekonomi makro serta
pendapatan pegadaian syariah dalam mempengaruhi penyaluran
Rahn oleh pegadaian syariah periode 2007 – 2017.
35
C. Kerangka Berfikir
Variabel Independen :
Inflasi (X1)
Variabel Dependen :
Pembiayaan Rahn
(Y)
Uji Hipotesis
1. Uji t (Parsial)
2. Uji f (Simultan)
3. Uji Koefisien
Determinasi
36
D. Hipotesis
a. HO = Tidak Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel
Inflasi Terhadap Penyaluran Rahn di PT Pegadaian Syariah periode
2007 – 2017
HI = Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel Inflasi
Terhadap Penyaluran Rahn di PT Pegadaian Syariah periode 2007 –
2017
b. HO = Tidak Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel
Harga Emas Terhadap Penyaluran Rahn di PT Pegadaian Syariah
periode 2007 – 2017
HI = Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel Harga
Emas Terhadap Penyaluran Rahn di PT Pegadaian Syariah periode
2007 – 2017
c. HO = Tidak Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel
Jumlah Uang Beredar Terhadap Penyaluran Rahn di PT Pegadaian
Syariah periode 2007 – 2017
HI = Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel Jumlah
Uang Beredar Terhadap Penyaluran Rahn di PT Pegadaian Syariah
periode 2007 – 2017
d. HO = Tidak Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel
Pendapatan PT Pegadaian Terhadap Penyaluran Rahn di PT
Pegadaian Syariah periode 2007 – 2017
HI = Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel
Pendapatan PT Pegadaian Terhadap Penyaluran Rahn di PT
Pegadaian Syariah periode 2007 – 2017
e. HO = Tidak Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel
Ekonomi makro dan pendapatan PT Pegadaian Terhadap Penyaluran
Rahn di PT Pegadaian Syariah periode 2007 – 2017
HI = Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel Ekonomi
makro dan pendapatan PT Pegadaian Terhadap Penyaluran Rahn di
PT Pegadaian Syariah periode 2007 – 2017
37
f. HO = Pergerakan Penyaluran Rahn dari tahun 2017 – 2027
mengalami penurunan
HI = Pergerakan Penyaluran Rahn dari tahun 2017 – 2027
mengalami peningkatan
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
39
Nur Akhlaqul Karimah dengan hasil Inflasi tidak memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap penyaluran Rahn oleh pegadaian
syariah namun untuk variabel Jumlah Nasabah, Jumlah Uang Beredar
serta Pendapatan Pegadaian Syariah memiliki pengaruh secara parsial
terhadap penyaluran Rahn oleh pegadaian syariah.
3. Harga Emas
Mukhliz Arifin Aziz (2013) dengan hasil Pengaruh yang signifikan
terhadap penyaluran kredit yaitu jumlah nasabah, harga emas sedangkan
untuk variable inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap penyaluran
kredit.
Denny Febrian (2015) dengan hasil Berdasarkan hasil analisis
secara parsial tingkat inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kredit Rahn sedangkan pendapatan egadaian dan harga emas
keduanya masing- masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian Syariah.
4. Pendapatan Pegadaian Syariah
40
menggabungkan keempat variable tersebut untuk melihat hasil dan
dampaknya terhadap penyaluran Rahn oleh Pegadaian Syariah pada periode
2007 hingga 2017.
C. Populasi
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seorang
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga
disebut studi populasi atau studi sensus (Arikunto, 2006:130). Populasi
dalam penelitian ini adalah laporan keuangan kuartalan pegadaian syariah di
Indonesia.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang wajib dilakukan untuk
melakukan penyusunan penelitian sehingga memperoleh hasil yang sejalan
dengan tujuan dari penelitian ini. Periode data yang digunakan adalah data
sekunder dari 2007-2017 yang bersumber dari Bank Indonesia dan Annual
Report PT Pegadaian (Persero). Selanjutnya untuk mempermudah penulis
dalam mengambil data ini, dibantu melalui media teknologi internet dalam
publikasi laporan keuangan PT Pegadaian Syariah dan data dari Bank
Indonesia. Data yang diperlukan dalam penelitian adalah :
41
menuju hal yang lebih spesifik. Pemilihan alat analisis yaitu menggunakan
Ordinary Least Square (OLS) dan Uji Dynamics. Uji OLS digunakan untuk
melihat pengaruh variable independen terhadap variable dependen atau
sama dengan uji regresi berganda (Multiple Regression) (Nachrowi,
2006:9), sedangkan uji dynamic untuk melihat apakah akan ada
pertumbuhan yang naik stabil, stabil atau turun dalam perhitungan waktu
jangka panjang.
a. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah sebuah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak. Apabila data tersebut berdistribusi normal
maka akan dilanjutkan pada tahapan uji selanjutnya. Uji ini juga digunakan
untuk mengetahui data yang digunakan dalam variable penelitian. Untuk
melihat data tersebut berdistribusi normal, itu dilihat dari koefisien Jarque-
Bera dan Probabilitasnya. Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2),
maka data berdistribusi normal. Dan bila probabilitasnya lebih besar dari
5% (0,05) maka terdistribusi normal (Winarno, 2009: 5.24).
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya adanya hubungan yang signifikan diantara
dua atau lebih variabel. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas dalam model persamaan penelitian ini, penulis
menggunakan matriks korelasi (Correlaion Matriks). Masalah awal pada
42
multikolinearitas dengan adanya standard eror yang besar dan nilai statistic t
yang rendah (Widarjono, 2009:113). ini disebabkan, karena melibatkan
beberapa variable independen. Maka dari itu, multikolineriatritas tidak akan
terjadi apabila persamaan regresinya sederhana atau hanya terdapat satu
variable dependen dan satu variable independen (Winarno, 2011:51).
43
beberapa) variabel dengan melakukan diferensiasi. diferensiasi
berguna untuk melakukan penurunan data yang membuat nilai
estimasi sekecil mungkin, sehingga terbebas dari penyakit atau
melanggar uji asumsi klasik
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam uji
regresi ini terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan
dengan pengamatan yang lain.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada dalam sebuah
model regresi linier sebuah korelasi antara kesalahan sebuah pengganggu di
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Model
regresi yang baik adalah model yang terbebas dari uji autokorelasi. (Gujarti,
2006:112)
44
Apabila nilai yang diharapkan dari koefisien korelasi sederhana pada
setiap dua pengamatan error term merupakan tidak sama dengan nol, maka
dapat dikatakan memiliki otokorelasi tanpa sifat perubahanatau otokorelasi
murni. (Hamja, 2012:25).
Apabila D-W berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut
tidak terdapat autokolerasi. Sebaliknya, jika DW tidak berada diantara 1,54
hingga 2,46 maka model tersebut terdapat autokolerasi. (Winarno,
2009:5.27)
45
Y = α + βX1 + βX2 +βX3 + βX4 + ε
Sedangkan model ekonometrika ditulis
Keterangan :
Y : Penyaluran Rahn
α : Constanta
β1, β2, β3, β4 : Koefisien regresi
X1 : Inflasi
X2 : Pendapatan Usaha
X3 : Harga Emas
X4 : Jumlah Uang Rupiah Beredar
ε : error terms (variabel diluar model tetapi tidak ikut
perpengaruh terhadap variabel terikat)
3. Uji Hipotesis
Uji yang dilakukan untuk mengertahui dari hasil penelitian, apakah
dari output penelitian ini ditemukan jawaban yang sesuai dengan unsur yang
ingin diteliti oleh si peneliti. Data yang digunakan untuk mengetahui
hubungan dari variabel-variabel yang akan diteliti. Pengolahan data
menggunakan SPSS dan Uji Dynamics.
b. Uji F (Simultan)
Uji Fisher (Uji-F) bertujuan untuk melihat apakah seluruh variable
bebas (Independen) memiliki pengaruh terhadap variable terikat (Dependet)
46
pada tingkat nilai signifikansi sebesar 5% (0,05)
47
kompleksitas sistem dan untuk mendukung proses berpikir intuitif-dialogis,
sedangkan pendekatan berpikir sistem kuantitatif digunakan untuk m proses
berpikir secara rasional. Dalam proses pemanfaatan pendekatan berpikir
sistem kuantitatif-kualitatif, dua pendekatan ini dilakukan berdasarkan
kebutuhan, substansi serta konteks dari analisi yang dilakukan.
Pendekatan kuantitatif juga digunakan untuk menganalisis data yang
dikumpulkan pada satu saat dengan menggunakan data time series. Data
time series dimaksudkan untuk mengetahui trend dari suatu kondisi dan
juga untuk mengetahui sebab akibat pada simulasi pola dinamis. Data yang
dikumpulkan dapat juga digunakan untuk mengetahui kecendrungan
perilaku tertentu. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengambil suatu
kesimpulan dari analisis sistem yang akan dilakukan.
a. Problem Identification and Definition
Pada fase pertama proses pembuatan model ini, terdapat beberapa
aktivitas diantaranya mengetahui dan mendefinisikan permasalahan yang
akan dikaji dan di analisis secara sistem. Pada tahap awal ini pengumpulan
informasi historis sangat penting untuk menggambarkan perilaku persoalan.
Pola historis akan menjadi reference mode yang diwakili oleh pola perilaku
suatu kumpulan variabel yang mencakup beberapa aspek yang berhubungan
dengan perilaku persoalan.
b. System Conceptualization
Tahap kedua dalam pembangunan model adalah menyusun unsur
unsur yang dianggap berpengaruh di dalam sistem. Pada tahap ini tercakup
langkah-langkah untuk mengenali sistem (system identification) antara lain,
penentuan batas sistem (system boundary), struktur umpan balik (feedback
structure), struktur informasi (information structure), rancangan untuk
menguji validasi model (experiment design for validity) dan rancangan
untuk melakukan ekplorasi pengujian kebijakan (experiment design for
policy exploration). Sistem dapat digambarkan dalam beberapa cara dan
yang paling lazim adalah dengan diagram causal loop, menentukan variabel
tertentu terhadap waktu dan menggambarkan diagram alir.
48
Dalam melakukan identifikasi dan deskripsi tentang apa yang ada
dalam boundary sistem, dilakukan dengan bantuan sign diagraph berupa
penghubung dalam causal loop dan melambangkan arah feedback. Sign
diagraph ini menyatakan bagaimana suatu elemen mempengaruhi dan
berinteraksi dengan elemen lainnya.
Ada dua umpan balik yang mungkin dijumpai dalam suatu sistem,
yaitu umpan balik positif yang menghasilkan pola pertumbuhan dan lingkar
umpan balik negatif yang akan menghasilkan pola pencapaian tujuan (goal
seeking). Gabungan lingkar yang sejenis ataupun kombinasinya akan
menghasilkan berbagai macam perilaku.
c. Model Formulation
Penggambaran model merupakan proses untuk mengubah konsep
sistem yang telah disusun ke dalam bentuk persamaan atau bahasa
komputer. Persamaan dimaksud dilambangkan dalam bahasa matematis.
d. Simulation and Validation of Model
Pada fase ini sejumlah pengujian akan dilakukan terhadap model guna
mengevaluasi kualitas dan validitasnya. Pengujian tersebut beragam
bentuknya, mulai dari memeriksa konsistensi logikanya, mencocokkan
keluaran model dengan data yang berhasil dikumpulkan dalam suatu
rangkaian waktu, hingga melakukan uji statistik berbagai parameter yang
digunakan dalam simulasi. Jika ditemukan adanya perbedaan yang
signifikan dengan pola rujukan (reference mode), maka struktur dan atau
parameter model dapat ditinjau kembali atau dimodifikasi seperlunya. Jika
tercapai kesesuaian antara struktur model dengan informasi teoritis dan
empiris mengenai perilaku sistem tersebut, model dapat diterima sebagai
suatu representasi yang valid mengenai sistem tersebut.
Hal ini senada dengan pendapat Coyle, 167 cara awal untuk
mengamati dan memetakan permasalahan dalam suatu sistem dapat
digunakan soft systems analysis. Metode ini biasa digunakan untuk
perencanaan dan perubahan kebijakan yang telah berlaku dan akan berlaku.
Sistem dinamis digunakan melakukan pengujian validasi dan simulasi
terhadap skenario yang digunakan dalam kebijakan.
49
e. Policy Analysis and Improvement
Maksud utama pemodelan dan mempelajari sistem adalah untuk
merancang kebijakan yang lebih baik yang dapat memperbaiki perilaku
sistem. Rancangan kebijakan berdasarkan pemahaman yang diperoleh dari
pemodelan. Kebijakan-kebijakan baru dirancang secara intuitif dan diuji
melalui model yang dibuat.
f. Policy Implementation
Model system dynamics dapat digunakan untuk mempelajari dinamika
implementasi kebijakan-kebijakan baru. Kunci utama keberhasilan
implementasi adalah keterlibatan pemilik sistem di semua tahap
pengembangan model dan analisis sehingga mempermudah menyakinkan
validitas dan kegunaan model.
Untuk melakukan perubahan perilaku dunia nyata melalui suatu model
simulasi menurut Tasrif (2004) dapat dilakukan dengan cara; a). Mengubah
paramater, atau b). mengubah strukturnya. Perubahan parameter ialah
dimana parameter-parameter kebijakan yang sensitif dalam suatu model
mengindikasikan titik-titik pengungkit (leverage points) dalam sistem nyata,
tempat suatu perubahan dapat dilakukan dalam sistem nyata yang akan
mengubah (memperbaiki) perilaku sistem. Perubahan struktur (kaidah
keputusan) adalah perubahan struktur dalam model (menambah dan atau
mengurangi lingkar umpan balik atau feedback loop) yang sensitif
mengindikasikan adanya perubahan kaidah keputusan (decision rule),
sebagai bentuk yang baru dalam memanipulasi informasi untuk membuat
suatu keputusan dalam sistem nyata yang akan memperbaiki perilaku
sistem.
Alat yang digunakan dalam melakukan simulasi model yang dibuat
dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer dengan software
Powersim Constructor 2.7. Penggunaan alat bantu software dimaksudkan
untuk melacak kebijakan-kebijakan yang dapat memberikan efek perubahan
perilaku sistem sesuai dengan yang diinginkan yaitu memperbaiki perilaku
sistem yang tidak diinginkan atau mewujudkan perilaku sistem yang
diinginkan.
50
4.1 Software System Dynamics
Pada sub bab ini akan disinggung software yang digunakan dalam
penelitian ini. Software ini banyak digunakan karena sifatnya yang
komprehensif dan mampu merepresentasikan dari metode penelitian dengan
pendekatan System Dynamics ini.
Perkembangan dari keilmuan System Dynamics ini diterima oleh
akademisi dengan mulai merambahnya pengembang-pengembang software,
yang kemudian tidak lagi berpusat di Amerika Serikat, tetapi sudah
merambah ke negara di bagian Eropa. Pengembang aplikasi Powersim
berkantor pusat di negara Norwegia. Dalam keterangannya, pengembang
software ini dimotori oleh pemerintah setempat, yaitu dari negara Norwegia.
Dalam metode System Dynamics terdapat beberapa simbol yang diperlukan
untuk menghubungkan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
Lambang ini dapat ditemukan dalam software komputer yang menggunakan
metode System Dynamics ini.
Software yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah software
Powersim versi 2.5d, yang kemudian diperbaharui dengan versi yang lebih
baik yaitu Powersim versi 2007. Simbol yang digunakan dalam versi 2.5d
maupun yang versi 2007 adalah sama. Secara umum simbol yang ada dalam
software Powersim tidak jauh berbeda dengan software lainnya yang
memakai metode System Dynamics, seperti yang terlihat pada tabel. Dalam
aplikasinya simbol dalam Powersim yang digunakan untuk menggambarkan
Stock Flow Diagram (SFD) terdiri dari empat bagian, yaitu constan,
auxiliary, level, dan rate.
51
Gambar 4.1 Lambang Dan Arti Dalam Aplikasi Powersim
4.2 UJI STATISTIK
Dalam sub bab ini akan dipaparkan uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini.
1. Pengujian Abosolute Error
Menurut Robert A. Yaffe (2000) metode uji statistik abosolute error
adalah uji statistik untuk melihat penyimpangan antara hasil simulasi
dengan data empirik, yaitu dengan menghitung Absolute Variation Error
(AVE) dan Abosolute Means Error (AME). AVE adalah melakukan
pengujian dengan melihat penyimpangan nilai variasi hasil simulasi
terhadap data empirik.
Dengan rumus sebagai berikut:
52
AVE = (Vs-Ve) / Ve x 100% .................................... (1)
Keterangan :
RMSE = Akar rataan kuadrat persentase kesalahan
St = Nilai simulasi pada waktu t
At = Nilai aktual pada waktu t
n = Jumlah pengamatan (t=1,2,...n).
Statistik ketidaksamaan Theil membagi rataan kuadrat kesalahan
(Mean Square Error, MSE) ke dalam komponen yang mengukur bagian-
bagian kesalahan yang disebabkan oleh bias (Inequality bias proportion),
ketidaksamaan varian (Inequality variance proportion), dan ketidaksamaan
kovarian (Inequality covarian proportion). Bias terjadi karena adanya
perbedaan rata-rata nilai yang disimulasikan dengan nilai rata-rata aktual.
53
Untuk mengukur besarnya bagian kesalahan karena bias digunakan
hubungan berikut:
Um = .......................................... (4)
Keterangan:
Um = Bagian MSE karena bias (inequality bias proportion)
S = Rata-rata nilai simulasi
A = Rata-rata nilai aktual
St = Nilai aktual pada waktu t
N = Jumlah pengamatan
3. Proses Uji Statistik
Adapun proses memilih uji statistik dengan AVE, AME, dan RSME
sebagai uji validasi adalah sebagai berikut:
a. AVE merupakan pengujian statistik yang diperoleh dari
mengkuadratkan penyimpangan data dari nilai rata-ratanya. Selanjutnya,
nilai varians dihitung dengan menjumlahkan hasil pengkuadratan selisih
nilai data observasi. Hasil AVE masih agak sulit untuk diinterpretasikan
karena nilainya cukup besar yaitu dari hasil pengkuadratan. Oleh karena
itu, perlu dicari ukuran varians yang sama dengan data aslinya dengan
cara menarik akar varians.
b. AME digunakan hanya untuk menyatakan berapa besar penyimpangan
rata-rata dari data yang dihasilkan berdasarkan hasil simulasi terhadap
rata-rata data referensi. Hasil yang diperoleh masih dianggap terlalu
kasar berdasarkan analisis statistik.
c. RMSE merupakan pengujian dalam statistik dengan ukuran varians yang
dihasilkan mempunyai unit pengukuran yang sama dengan data asli.
D. Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel independen (variabel bebas) yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah Inflasi, Pendapatan Usaha, Harga Emas
dan Jumlah Uang Beredar. Sedangkan variabel dependen (variabel terikat)
54
adalah penyaluran Rahn.
55
2. Pendapatan Pegadaian
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus
masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal (Undang-Undang Republik Indonesia, 1998).
3. Harga Emas
Harga emas adalah sejumlah uang yang dikorbankan atau dibayarkan
untuk memperoleh komoditi atau produk berupa emas selain itu juga harga
emas ini digunakan karna sebagian besar media yang digunakan dalam Rahn
adalah emas. Maka dari itu peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh
harga emas ini terhadap penyaluran Rahn yang akan diberikan.
56
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
a. Perkembangan Pegadaian Syariah di Indonesia
Landasan dasar dari pegadaian syariah ini terletak pada
terbitnya PP/10 pada tanggal 1 April 1990 yang menjelaskan
tentang pelarangan praktek riba dikarenakan ini sebuah tugas
yang diemban oleh pegadaian syariah pada masa itu. Hal itu juga
tidak mengalami perubahan hingga terbitnya PP103/2000 yang
menjadikan landasan tugas dari pegadaian hingga sekarang.
(Pegadaiansyariah.co.id)
Pegadaian syariah ini sebenarnya ini dibentuk diawali
dengan beberapa dari General Manager dari pegadaian
melakukan studi banding ke Malaysia untuk mengambil konsep
syariah yang ada dinegara tersebut. Selanjutnya General Manager
tersebut mulai membuat rancangan untuk membentuk Pegadaian
Syariah di Indonesia. Namun hal tersebut belum terealisasi
disebabkan adanya masalah internal yang terjadi.
(Pegadaiansyariah.co.id)
Pada tahun 2000, mulailah terbentuk sebuah bank berbasis
syariah pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia
dimana bank tersebut menawarkan kerja sama serta membantu
dalam hal pembiayaan. Dan pada tahun 2002, dimulainya
penerapan konsep pegadaian syariah sehingga pada tahun 2003
pegadaian syariah resmi dioperasikan. Cabang pegadaian yang
menerapkan konsep pegadaian syariah terletak pada cabang Dewi
Sartika. (Pegadaiansyariah.co.id)
Diluar ekspektasi, menurut survey BMI menunjukkan
bahwa respown masyarakat terhadap pegadaian syariah ini
mengalami peningkatan yang luar biasa. Ini dilihat dari target
operasional yang ditetapkan oleh BMI untuk pegadaian syariah
57
pada tahun 2003. Target yang ditetapkan yaitu 1,55 Miliyar
namun yang didapat oleh pegadaian cabang dewi sartika
mencapai target 5 miliyar rupiah. (Pegadaiansyariah.co.id)
Keuntungan yang didapat oleh pegadaian syariah ini tidak
didapat berdasarkan bunga. Melainkan dari hasil yang sudah
ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional yaitu memberlakukan
biaya pemeliharaan dari barang yang digadaikan. Biaya itu
dihitung dari nilai barang yang digadaikan bukan dari jumlah
pinjaman. Ini jelas berbeda dengan konsep dari pegadaian
konvensional yang menerapkan system bunga.
(Pegadaiansyariah.co.id)
Dengan semakin berkembangnya pegadaian syariah ini,
tentu juga akan berdampak pada omsetnya. Pada tahun 2006
ditargetkan akan mendapatkan omset sebesar Rp. 323 Miliyar
namun pada bulan september 2006 pegadaian syariah sudah
mendapatkan Rp. 420 miliyar. Hal tersebut sudah melampui
jangkauan yang diharapkan dari pegadaian syariah sekaligus
menandakan bahwa masyarakat memiliki ketertarikan dan
menerima sambutan positif dari masyarakat setempat.
(Pegadaiansyariah.co.id)
Selanjutnya mengenai penyaluran kredit, ini juga
mengalami peningkatan sesuai dengan target yang diharapkan.
Dibuktikan pada pegadaian syariah yang ada di Semarang
dimulai dari Rp. 525 juta pada tahun 2003 hingga Rp. 5,1 miliyar
pada tahun 2004 dan pada tahun 2006 mencapai 18,4 miliyar. Ini
berarti, berapapun permintaan nasabah asalkan barang
jaminannya ada maka pencairan akan dilakukan pada saat itu juga
berdasarkan taksiran dari barang yang digadaikan. Maka dari itu,
pegadaian syariah memiliki masa depan yang sangat cerah.
(Pegadaiansyariah.co.id)
58
b. Produk Pegadaian Syariah
1. Rahn
Rahn memiliki pengertian memberikan pinjaman
dengan system gadai berlandaskan pada prinsip syariah. Pada
system ini nasabah tidak dikenakan biaya sewa modal
melainkan dikenakkan biayah ujrah yang dihitung dari
taksiran barang jaminan yang diberikan.
Besaran ujrah ini maksimal 0,71% (dari taksiran barang
jaminan) dan per 10 hari dengan jangka waktu paling lama 4
bulan namun ini dapat diperpanjang dengan cara mengangsur
serta dapat dilunasi kapanpun dengan perhitungan ujrah
secara proporsional selama masa pinjaman berlangsung.
2. Arrum
Layanan pembiayaan yang diberikan oleh pegadaian
syariah untuk jenis usaha kecil dan mikro yang diperuntukkan
untuk nasabah tidak memilika usaha atau jaminan emas.
Nasabah bisa menjaminkan BPKB sebagai barang jaminan
untuk mendapatkan modal dari pegadaian syariah ini.
Pengembalian pinjaman ini dimulai dari 12 bulan hingga 36
bulan dan dapat dilunasi kapanpun.
3. Amanah
Pemberian pembiayaan untuk pembelian kendaraan
bermotor kepada para karyawan yang memiliki pekerjaan
tetap atau para pengusaha mikro kecil. Dasar pemberian
pinjaman ini dihitung berdasarkan kemampuan pembayaran
nasabah yang dilihat dari gaji bagi karyawan tetap serta
kelayakan usaha bagi pelaku usaha mikro kecil.
B. Pengujian dan Hasil Analisis Data
a. Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas ini digunakan untuk melihat apakah
dalam model regresi, variable pengganggu atau residual
59
memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011:160). Pengujian
Normalitas ini dilihat dari nilai Asymp. Sig. pada hasil uji
normalitas dengan menggunakan One Sampel Kolmogorov –
Smirnov Test. Penetapan sebuah model tersebut berdistribusi
normal atau tidak, dapat dilihat dari nilai probabilitas
Kolmogorov – Smirnov lebih besar dari pada (0,05)
(Djarwanto, 2003:50) Hasil yang didapat adalah
Tabel 4.1
Hasil Uji dari One – Sample Komolgorov - Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 44
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .06456431
Absolute .094
Most Extreme Differences Positive .094
Negative -.077
Kolmogorov-Smirnov Z .621
Asymp. Sig. (2-tailed) .836
2. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi ini bertujuan untuk melihat apakah model
regresi linier ini ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka ini jelas terjadi
problem Autokorelasi (Ghozali, 2011:110). Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah
60
model yang terbebas dari unsur Autokorelasi.
Untuk mengetahui adanya autokorelasi atau tidak ini dilihat
dari nilai Durbin –Watson, yaitu :
Tabel 4.2
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson
Estimate
1
B.987a .974 .971 .06779 1.669
e (Constant), JUB, Inflasi, Pendapatan, Emas
a. Predictors:
r Variable: Rahn
b. Dependent
61
disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat
masalah multikolonieritas yang memiliki arti tidak ada
korelasi antar variable bebas yang diteliti.
4. Uji Heteroskedasitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ini terjadi ketidaksamaan variance dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap atau sama ini dinamakan homoskedastisitas, sedangkan
apabila mengalami perbedaan maka ini dinamakan sebagai
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model
regresi yang terbebas dari heteroskedastisitas atau adanya
homoskedastisitas (Ghozali, 2001:77).
Uji heteroskedastisitas ini dapat dilihat dari nilai
signifikan setelah dilakukannya regresi dengan absolut
residual pada variable dependen, dapat dilihat dari table
berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig Keterangan
Inflasi 0,536 Tidak terdapat masalah
Heteroskedastisitas
Pendapatan 0,673 Tidak terdapat masalah
Heteroskedastisitas
62
b. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi merupakan studi mengenai pengaruh antara
suatu variable bebas terhadap variable terikat (Ghozali, 2011:95).
Model regresi linier berganda kali ini digunakan untuk melihat
pengaruh variable ekonomi makro (Inflasi, Harga Emas dan Jumlah
Uang Beredar) dan pendapatan pegadaian syariah terhadap
penyaluran penyaluran Rahn di pegadaian syariah dari tahun 2007 –
2017. Hasil dari regresi linier berganda adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B
B Std. Error Beta
e
(Constant) -9.068 .614 -14.769 .000
r Inflasi .153 .067 .068 2.278 .028
63
maka ini akan meningkatkan nilai penyaluran pembiayaan Rahn
pada tahun 2007 – 2017 sebesar 0,153.
3. Koefisien regresi dari variable pendapatan pegadaian syariah
(X2) bernilai positif sebesar 0,157. Hal ini berarti bahwa jika
pendapatan pegadaian syariah ditingkatkan satu satuan dengan
kondisi semua variable bebas lainnya konstan, maka ini akan
meningkatkan nilai penyaluran pembiayaan Rahn pada tahun
2007 – 2017 sebesar 0,157.
4. Koefisien regresi dari variable harga emas (X3) bernilai positif
sebesar 2,357. Hal ini berarti bahwa jika harga emas ditingkatkan
satu satuan dengan kondisi semua variable bebas lainnya
konstan, maka ini akan meningkatkan nilai penyaluran
pembiayaan Rahn pada tahun 2007 – 2017 sebesar 2,357.
5. Koefisien regresi dari variable Jumlah uang beredar (X4) bernilai
positif sebesar 0,410. Hal ini berarti bahwa jika jumlah uang
beredar ditingkatkan satu satuan dengan kondisi semua variable
bebas lainnya konstan, maka ini akan meningkatkan nilai
penyaluran pembiayaan Rahn pada tahun 2007 – 2017 sebesar
0,410.
Berdasarkan keempat variabel diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa harga emas memiliki nilai konstantan yang
paling besar sehingga harga emas memiliki pengaruh dominan
terhadap penyaluran Rahn oleh pegadaian syariah pada periode
2007 – 2017 dengan nilai konstanta 2.357
c. Analisis Hipotesis
1. Uji Signifikasi Parameter Individual ( Uji – t )
Uji T digunakan untuk melihat pengaruh signifikan dari masing
– masing variable independen terhadap variable dependen
(Djarawnto & Pengestu, 1996:307) . Hasil dari uji t merupakan
sebagai berikut :
64
Tabel 4.6
Hasil Uji T
B
Coefficientsa
e
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
r Coefficients
d B Std. Error Beta
65
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji F ini digunakan untuk melihat apakah semua variable
independen memiliki pengaruh terhadap variable dependen
(Djarawnto & Pengestu, 1996:268). Hasil dari Uji F adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.7
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Total 6.846 43
a. Dependent Variable: Rahn
b. Predictors: (Constant), JUB, Inflasi, Pendapatan, Emas
66
Berdasarkan table 4.8 diatas, dapat dilihat nilai R Square adalah
sebesar 0,974 yang berarti 97% kemampuan dari variable
independen dalam menjelaskan variaben dependen. Sisanya yaitu
3% dijelaskan oleh variable lain diluar variable yang diteliti ini.
d. Uji Dynamic
Uji Dynamic ini digunakan untuk melihat prospek
perkembangan dari pembiayaan Rahn dimasa depan. Untuk itu, hasil
yang didapat melalui aplikasi Powersim Studio adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.9
Hasil Uji Dynamic
Time Rahn
01 Jan 2017 15.001.153.742,00
01 Jan 2018 15.751.211.429,10
01 Jan 2019 16.538.772.000,56
01 Jan 2020 17.365.710.600,58
01 Jan 2021 18.233.996.130,61
01 Jan 2022 19.145.695.937,14
01 Jan 2023 20.102.980.734,00
01 Jan 2024 21.108.129.770,70
01 Jan 2025 22.163.536.259,23
01 Jan 2026 23.271.713.072,20
01 Jan 2027 24.435.298.725,81
Berdasarkan Tabel 4.9 dari hasil uji Dynamic ini, dapat dilihat
bahwa perkembangan penyaluran pembiayaan Rahn akan menjadi
dua kali lipat dari tahun 2017 menuju tahun 2027. Nilai awal
penyaluran Rahn adalah sebesar Rp. 15.001.153.742 juta Rupiah
menjadi Rp. 24.435.298.725 juta rupiah di tahun 2027. Variabel
yang memiliki pengaruh peling dominan terhadap peningkatan
penyaluran Rahn ini adalah Pendapatan Pegadaian Syariah dilihat
berdasarkan persentase pertumbuhan nominal secara kuartal pada
data historical tahun sebelumnya.
67
Grafik 4.1
Menunjukkan Peningkatan Penyaluran Rahn dari tahun 2007 –
2027
24.000.000.000
22.000.000.000
Rahn
20.000.000.000
18.000.000.000
16.000.000.000
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
68
perum pegadaian di provinsi daerah Yogyakarta. Dan penelitian dari
Dahlan (2015) mengatakan hal yang sama yaitu inflasi memiliki
pengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan. Ini selaras dengan
hasil yang ditemukan oleh peneliti mengenai pengaruh inflasi yang
signifikan terhadap pembiayaan rahn dari pegadaian syariah di
Indonesia. Jadi dengan adanya peningkatan harga barang atau
komoditas dipasar, maka itu akan berdampak pada peningkatan
modal masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehingga lembaga
keuangan akan mengalami peningkatan pula untuk sektor
pembiayaannya.
b. Jumlah Uang Beredar yang semakin Meningkat
Variabel jumlah uang yang beredar ini adalah uang yang
berada ditangan masyarakat, baik itu berupa uang kartal,
giral,deposito dll. Peningkatan jumlah uang beredar ini tentu saja
memiliki pengaruh terhadap penyaluran Rahn ini dikarenakan
apabila Jumlah uang yang beredar banyak, otomatis semua harga
komoditaspun akan ikut meningkat. Disisi lain, dengan adanya
peningkatan jumlah uang beredar ini juga akan berdampak pada
tingkat suku bunga yang akan diberikan bank Indonesia terhadap
bank lainnya yang akan diberikan kepada nasabah. Sehingga secara
langsung ini akan berdampak secara signifikan terhadap pembiayaan
yang akan disalurkan.
Berdasarkan output yang didapat oleh peneliti, jumlah uang
yang beredar ini memiliki pengaruh terhadap pembiayaan Rahn yang
disalurkan oleh pegadaian syariah. Ini diselaras dengan hasil
penelitian sebelumnya yaitu, Nur Akhlaqul Karimah (2018) yang
menyatakan bahwa jumlah uang beredar memiliki pengaruh terhadap
pembiayaan Rahn yang akan disalurkan. Selanjutnya penelitian dari
Sesy Rizkiyanti Oktavia (2010) mengatakan bahwa jumlah uang
beredar juga memiliki pengaruh terhadap penyaluran kredit. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan sebuah langkah yang akan diambil oleh
pemerintah untuk memajukan sektor rill sehingga sektor rill di
69
Indonesia berkembang.
c. Emas Sebagai Investasi Dan Juga Modal Usaha
Emas merupakan suatu logam yang memiliki nilai intrinsik
meningkat dari tahun ke tahun dimana nilainya akan terus meningkat
seiring degan lamanya zaman. Emas ini juga bisa dijadikan sebuah
bentuk investasi atau harta yang bisa dijaminkan untuk mendapatkan
modal usaha melalui akad Rahn dari pegadaian syariah. Dengan
meningkatnya harga emas dari tahun ke tahun membuat banyak
masyarakat yang ingin menggadaikan emasnya untuk mendapatkan
modal, baik modal yang bersifat konsumtif maupun produktif.
Hasil yang ditemukan oleh peneliti, bahwa harga emas
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran pembiayaan
Rahn oleh pegadaian syariah di Indonesia. Hal ini juga didukung
oleh penelitian terdahulu yaitu Danny Febrian (2015) mengatakan
bahwa harga emas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penyaluran Rahn oleh pegadaian syariah. Selanjutnya Vika Anggun
Ratna Pratiwi (2016) juga mengatakan hal yang sama yaitu harga
emas memiliki pengaruh positif terhadap pembiayaan Rahn yang
akan disalurkan oleh pegadaian syariah. Hal ini menunjukkan
bahwa, dengan adanya peningkatan harga emas tiap tahun maka
akan semakin banyak orang yang ingin mengadaikan emasnya untuk
mendapatkan modal konsumtif maupun produktif sehingga
penyaluran Rahn di pegadaian syariah juga ikut meningkat.
d. Pendapatan Pegadaian Syariah untuk Masyarakat Mikro
Kecil
Pendapatan pegadaian syariah adalah suatu hasil keuntungan
yang didapat oleh pegadaian syariah berdasarkan transaksi yang
dilakukannya. Semakin tinggi pendapatan suatu perusahaan, maka
akan semakin besar juga uang yang akan disalurkan kepada nasabah
yang berarti akan ada peningkatan pembiayaan yang disalurkan
ketika pendapatan juga mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil yang diterima oleh peneliti, menunjukkan
70
bahwa peningkatan pendapatan akan mengalami peningkatan
penyaluran Rahn oleh pegadaian syariah. Hal ini juga didukung
penelitian terdahulu, yaitu Titi Widiarti dan Sinarti (2013) yang
mengatakan bahwa pendapatan perum pegadaian memiliki pengaruh
terhadap penyaluran kredit oleh perum pegadaian. Selanjutnya
penelitian dari Purnomo, Danny Febrian (2015) & Vika Anggun
(2016) juga menemukan hasil yang sama dari penelitiannya yaitu
pendapatan Pegadaian syariah memiliki pengaruh yang positif
terhadap penyaluran pembiayaan Rahn oleh pegadaian syariah di
Indonesia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar
pendapatan yang diterima oleh pegadaian syariah, maka akan
semakin besar pula jumlah pembiayaan Rahn yang akan disalurkan.
Ini disebabkan agar uang yang diterima dapat diputar kembali
sehingga dapat meningkatkan omset perusahaan pegadaian syariah
dan pada akhirnya pegadaian syariah akan mengalami perkembangan
yang pesat dari tahun ke tahun.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Penelitian mengenai analisis pengaruh variable
ekonomi makro dan pendapatan pegadaian syariah terhadap penyaluran
pembiayaan Rahn oleh pegadaian syariah pada tahun 2007 – 2017, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji t atau uji secara parsial, menunjukkan bahwa
variabel inflasi, Harga emas, Jumlah Uang Beredar dan Pendapatan
Pegadaian Syariah memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial
terhadap penyaluran Rahn oleh pegadaian syariah ditahun 2007 –
2017
2. Berdasarkan hasil uji F atau uji secara simultan, menunjukkan bahwa
variabel Ekonomi Makro dan Pendapatan Pegadaian Syariah memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran Rahn oleh pegadaian
syariah ditahun 2007 – 2017
3. Berdasarkan Hasil dari System Dynamic menggambarkan bahwa
adanya peningkatan penyaluran Rahn dari tahun 2017 – 2027.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat mengajukan saran
berdasarkan penelitian ini, yaitu :
1. Bagi Perusahaan Pegadaian Syariah
a. Dengan adanya hasil dari penelitian ini, diharapkan pegadaian
syariah agar lebih memperhatikan untuk indicator eksternal dari
pegadaian syariah itu sendiri yaitu terdiri dari Inflasi, Harga Emas
serta Jumlah uang yang beredar. Dengan harapan akan semakin
berkembang serta stabilnya kondisi dari pegadaian syariah dalam
membantu masyarakat sekitar
b. Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan pegadaian syariah
juga memperhatikan aspek internal dari pegadaian syariah itu
sendiri yaitu Pendapatan Pegadaian syariah agar tidak terjadinya
kegagalan pegadaian syariah yang dikhawatirkan akan
72
menimbulkan kerugian yang cukup berpengaruh terhadap
perkembangan pegadaian syariah di Indonesia.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Variabel yang baik adalah variabel yang memiliki pengaruh
terhadap objek utama penelitian seperti penelitian ini yaitu ada
inflasi, harga emas, jumlah uang yang beredar serta pendapatan
pegadaian syariah. Variabel ini bisa digunakan sebagai referensi
tambahan dalam mencari pengaruh dalam perkembangan
pembiayaan Rahn di Indonesia.
3. Bagi Pihak Lain
a. Untuk pemerintah, sudah saatnya untuk mulai mengembangkan
lembaga keuangan syariah baik bank maupun non – bank
dikarenakan banyaknya minat dari masyarakat terhadap prinsip
syariah ini di Indonesia.
b. Diharapkan pemerintah mendukung pembaharuan dan
pengembangan produk syariah di pegadaian syariah khususnys
agar mampu mengembangan pegadaian syariah itu sendiri
sekaligus menambah kesejahteraan masyarakat mikro dan kecil di
Indonesia.
73
Daftar Pustaka
Ajija R, Shochrul dan Dyah W, Sri, dkk, “Cara Cerdas Menguasai Eviews”,
Salemba Empat, 2011.
Anggun, Vika, “Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Harga Emas dan Tingkat
Inflasi terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn pada Pegadaian
Syariah di Indonesia tahun 2005-2015”, Jurnal Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2017.
Annual Report PT Pegadaian (Persero), 2006 s/d 2016, dikutip tanggal 26
Juli 2017.
Arikunto, Suharsimi, “Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek”,
Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
Aziz, Mukhlish Arifin, “Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah
Nasabah, dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Gadai
Golongan C (Studi pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo)”, Jurnal
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, 2013.
Darsono, dan Ali Sakti, “Dinamika Produk dan Akad Keuangan Syariah di
Indonesia”,Edisi Pertama, Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset,
2017.
Del, Yeni, “Pengaruh Tingkat Inflasi dan Pendapatan Pegadaian terhadap
Penyaluran kredit Rahn pada PT Pegadaian Syariah tahun
74
Gujarti, Damodar, “Dasar-Dasar Ekonometrika jilid 2”, Erlangga, Jakarta,
2006. Hamid, Abdul “Pedoman Penulisan Skripsi”, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis,
75
Rozalinda, “Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas
Ekonomi”, Edisi Kedua, Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset,
2015.
Samuelson, PA dan Nordhaus WD, “Ilmu Makroekonomi”, Edisi Tujuh
Belas, Diterjemahkan oleh Gretta, Theresa Tanoto, BoscoCarvallo,
dan Anna
76
Jakarta: Mitra Wacana media, 2013.
Yigit, Taner M, “Effect of Inflation Uncertainty On Credit Market:
Disequilibrium Approach”, Jurnal Internasional, St, Louis
University, 2013.
Yuliadi, “Ekonomi Moneter”, Jakarta: PT. Ideks, 2004.
77
Lampiran 1 : Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
N 44
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .06456431
Absolute .094
Most Extreme Differences Positive .094
Negative -.077
Kolmogorov-Smirnov Z .621
Asymp. Sig. (2-tailed) .836
b. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson
Estimate
a
1 .987 .974 .971 .06779 1.669
78
Coefficientsa
c. Uji Multikolonieritas
d. Uji Heteroskedesitas
Correlations
Inflasi Pendapata Emas JUB Unstandard
n ized
Residual
Correlation
1.000 -.452** -.417** -.363* .096
Coefficient
Inflasi
Sig. (2-tailed) . .002 .005 .015 .536
N 44 44 44 44 44
Correlation
-.452** 1.000 .841** .879** -.065
Coefficient
Pendapatan
Spearman's Sig. (2-tailed) .002 . .000 .000 .673
rho N 44 44 44 44 44
Correlation
-.417** .841** 1.000 .945** -.128
Coefficient
Emas
Sig. (2-tailed) .005 .000 . .000 .409
N 44 44 44 44 44
Correlation
JUB -.363* .879** .945** 1.000 -.032
Coefficient
79
Sig. (2-tailed) .015 .000 .000 . .836
N 44 44 44 44 44
Correlation
.096 -.065 -.128 -.032 1.000
Unstandardized Coefficient
N 44 44 44 44 44
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
2. U Coefficientsa
Model j Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
i Coefficients
80
2. Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Total 6.846 43
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson
Estimate
81
B. Proyeksi Rahn 2017 – 2027 berbentuk Grafik
24.000.000.000
22.000.000.000
Rahn
20.000.000.000
18.000.000.000
16.000.000.000
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
82