Anda di halaman 1dari 100

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN

PENDAPATAN PEGADAIAN SYARIAH TERHADAP PENYALURAN


RAHN DI PEGADAIAN SYARIAH MELALUI ANALISIS DYNAMIC
PERIODE 2007 -2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Rangga Indwi Pratama


NIM : 11150860000005

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAH HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Rangga Indwi Pratama
2. Tempat, Tanggal Lahir : Taluk Kuantan, 21 Juli 1997
3. Alamat : Jl. SD Inpress no 99 Cirendeu, Ciputat
Timur
4. Telepon : 0878-8524-9863
5. E-mail : rangga.pratama15@mhs.uinjkt.ac.id

II. PENDIDIKAN FORMAL


1. SDN 02 Taluk Kuantan 2003-
2009
2. SMPN 01 Taluk Kuantan 2009-
2012
3. MAN 1 Model Kota Bengkulu 2012-
2015
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015-
2019

III. PENGALAMAN ORGANISASI


1. Anggota Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Jakarta bidang Hubungan antar Masyarakat tahun 2016
2. Anggota Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Jakarta bidang Kemahasiswaan tahun 2017
3. Kepala Bidang Tiga Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Jakarta tahun 2019

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA


1. Ayah : Indarmen Syukur
2. Ibu : Wirda Ningsih
3. Alamat : Jl. Sisingamangaraja no.79 Taluk
Kuantan
4. Anak Ke Dari : 1 dari 2 bersaudara

v
ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze internal factors of Islamic


pawnshops with macro factors on the financing of Rahn in Islamic
Pawnshops. non-bank financial institutions that are able to provide
financing with a system that is easier and faster but does not harm the
customers themselves, namely through the Syariah Pawnshop.
Data obtained from PT Pegadaian Persero in the period 2007 -
2017. This study uses a multiple regression analysis system followed by
dynamic analysis to see the effect of macroeconomic variables and sharia
pawnshops on Rahn Financing while seeing the trend of Rahn itself in the
future (Up or Down based on the graph). Based on the output obtained, the
macroeconomic variables and sharia pawnshop income have a significant
influence on the distribution of Rahn financing by sharia pawnshops in
Indonesia.

Keywords: Inflation Rate, Gold Price, Money Supply, Islamic Pawnshop


Income.

vi
ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor internal


Pegadaian Syariah dengan faktor makro terhadap pembiayan Rahn di
Pegadaian Syariah. lembaga keuangan non bank yang mampu memberikan
pembiayaan dengan sistem yang lebih mudah dan cepat namun tidak
merugikan nasabah itu sendiri yaitu melalui lembaga Pegadaian Syariah.
Data diperoleh dari PT Pegadaian Persero Dalam periode waktu
tahun 2007 - 2017 . Penelitian ini menggunakan sistem analisis regresi
berganda yang dilanjutkan ke analisis dynamic untuk melihat pengaruh
dari variable makro ekonomi dan pendapatan pegadaian syariah terhadap
Pembiayaan Rahn sekaligus melihat trend dari Rahn itu sendiri dimasa
yang akan datang (Naik atau Turun berdasarkan grafik). Berdasarkan
Output yang didapat, Variabel ekonomi makro dan pendapatan pegadaian
syariah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran
pembiayaan Rahn oleh pegadaian syariah di Indonesia.

Keywords : Tingkat Inflasi, Harga Emas, Jumlah Uang Beredar,


Pendapatan Pegadaian syariah.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah, karena atas rahmat dan karunianya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta
salam tak lupa penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW
yang telah menuntun umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman terang
benderang. Skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi
Makro dan Pendapatan Pegadaian Syariah terhadap Penyaluran Rahn di
Pegadaian Syariah Melalui Analisis Dynamic disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa adanya doa
dan dukungan dari keluarga, sahabat, dan kerabat dari orang orang disekitar
penulis. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya atas dukungan, semangat, serta doa yang diberikan selama
penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Secara khusus, penulis ingin berterimakasih kepada:
1. Ayahanda dan ibu, penulis yang tidak pernah lelah membimbing dan
mendoakan penulis dari kecil hingga saat ini. Karya ini adalah
pembuktian bahwa keterpurukan dalam suatu keadaan bukan
penghalang untuk meraih segalanya.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP.
selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengenyam Pendidikan di kampus tercinta ini.
3. Ibu RR Tini Angraeni ST, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Syariah atas dedikasinya terhadap jurusan ini serta sabar dalam
membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga skripsi ini ditulis.
viii
4. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochmad Aziz MM selaku Dosen
Pembimbing pertama yang telah sabar dan tulus dalam membimbing
penulis menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas ilmu, saran, dan
masukan dari bapak dari awal hingga akhir perkuliahan ini, semoga
ilmu yang bapak berikan kelak berguna dikemudian hari.
5. Seluruh Dosen Ekonomi Syariah yang banyak memberikan ilmu dan
pengalaman kepada penulis. Terimakasih atas dedikasinya kepada
jurusan, semoga ilmu yang diberikan senantiasa bermanfaat dan
berguna dikemudian hari.
6. Yulisnaeni Muyasiroh, orang yang dicintai dan selalu mendampingi,
menyemangati setiap harinya dalam perjelanan menyelesaikan
skripsi ini.
7. Keluarga Besar Ekonomi Syariah tahun angkatan 2015, baik kelas A
Maupun kelas B, kenangan selama empat tahun bersama kalian tidak
akan pernah bisa dilupakan. Baik belajar didalam kelas maupun
saling bertukar fikiran akan topic pembelajaran dikelas.
8. Kepengurusan DEMA FEB Tahun 2019, Semoga DEMA FEB tahun
2019 ini akan menjadi lebih baik dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan sehingga DEMA FEB UIN Jakarta bisa dikenal tingkat
nasional.
9. Sahabat/I PMII Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang
selama ini sudah memberikan banyak pelajaran mengenai organisasi
serta membantu dalam memberikan jalan pemecahan masalah akan
suatu topik.
10. Dan semua teman – teman terbaikku dikelas moneter ekonomi
syariah angkatan 2015 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Semoga apa yang kita impikan dan cita – citakan bisa tercapai.

ix
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini
akibat terbatasnya sumberdaya maupun pengalaman dari penulis. Maka dari
itu, penulis membuka segala bentuk saran, kritik, dan masukan untuk
kebaikan dari skripsi ini. Penulis memohon maaf apabila ada penyebutan
nama yang salah sehingga menyinggung pihak pihak tertentu. Pada
akhirnya, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfat bagi para
pembacanya.

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPS i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI iii

KEASLIAN KARYA ILMIAH iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP v

ABSTRACT vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR DIAGRAM xv
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 10
C. Tujuan Penelitian 11
D. Manfaat Penelitian 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13
A. Landasan Teori 13
1. Pegadaian Syariah 13
2. Ketentuan Hukum Syariah 14
3. Operasional Pegadaian Syariah 14
4. Dinamika Produk dan Akad Pegadaian Syariah 16
xi
5. Rahn 17
6. Landasan Hukum 19
7. Rukun Rahn dan Syarat Rahn 20
8. Rahn di Pegadaian Syariah 26
9. Inflasi 27
10. Pendapatan 28
11. Jumlah Uang Beredar 29
12. Harga Emas 30
13. Keterkaitan Antar Variabel 32
B. Penelitian Terdahulu 34

C. Kerangka Berpikir 36
D. Hipotesis Penelitian 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39
A. Ruang Lingkup Penelitian 39

B. Hasil Tinjauan Pustaka 39


C. Populasi Sampel 41
D. Metode Pengumpulan Data 41
E. Metode Analisis Data 41
1. Uji Asumsi Klasik 42
2. Uji Analisis Regresi Berganda 45
3. Uji Hipotesis 46
4. Uji System Dynamic 48
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59
A. Gambaran Umun Penelitian 59
1. Perkembangan Pegadaian Syariah 59
2. Produk Pegadaian Syariah 61
B. Pengujian dan Hasil Analisis Data 62
1. Pengujian Asumsi Klasik 62
2. Analisis Regresi Linier Berganda 63
3. Analisis Hipotesis 64
4. Uji Dynamic 67
xii
5. Analisis Ekonomi 68
BAB V Penutup 72
A. Kesimpulan 72
B. Saran 72
DAFTAR PUSTAKA 74
LAMPIRAN 78

xiii
DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan penyaluran pembiayaan pegadaian syariah 5
1.2 Perkembangan Inflasi, Pendapatan Usaha ,Harga Emas, 7
Jumlah Uang Rupiah Beredar dan Rahn PT Pegadaian
Syariah periode 2007-2017
2.1 Perbedaan Rahn dan Gadai Konvensional 23
2.2 Ketentuan Uang Pinjaman Pegadaian Syariah 25
4.1 Hasil Uji dari One – Sample Komolgorov - Smirnov Test 60
4.2 Hasil Uji Autokolerasi 61
4.3 Hasil Uji Multikolonieritas 61
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas 62
4.5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda 63
4.6 Hasil Uji T (Parsial) 65
4.7 Hasil Uji F (Simultan) 66
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi 66

4.9 Hasil Uji Dynamic 67

xiv
DAFTAR DIAGRAM

No Keterangan Halaman
4.1 Menunjukkan Peningkatan penyaluran Rahn 2017 - 2027 68

xix
DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman
2.1 Implementasi Akad Rahn 15

2.2 Kerangka Berfikir 36


4.1 Lambang dan Arti Powersim 52
DAFTAR LAMPIRAN

Keterangan Halaman
Hasil Uji SPSS yaitu Uji Asumsi Klasik 78
Hasil Uji SPSS yaitu Uji Regresi Linier Berganda 80
Hasil Uji SPSS yaitu Uji Hipotesis 80
Uji Dynamic 81

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Iklim perbankan didunia dikatakan tidak membaik sejak krisi moneter


yang dialami pada tahun 1997. Ini semua disebabkannya karna adanya
kesalahan dalam mengambil keputusan dan langkah yang dilakukan oleh
pemerintah dan manajemen perbankan itu sendiri. Sangat jelas ini
berdampak pada kekurangan suplay dana yang ada pada perbankan untuk
masyarakat. Maka dari itu, diperlukannya sebuah rancangan untuk
memperbaiki sektor rill dengan melakukan pembiayaan pada sektor selain
di perbankan itu sendiri. (Kasmir, 2013 : 1)
Alternatif dari pembiayaan tersebut dapat diselesaikan menggunakan
media yang sering di panggil lembaga pembiayaan. Indonesia sendiri
memiliki beraneka ragam lembaga pembiayaan, baik bersifat tradisional
maupun modern. Bahkan perkembangan lembaga pembiayaan di Indonesia
itu sendiri dapat digolongkan menggembirakan untuk mengatasi kekurangan
supply dana dari perbankan . (Kasmir,2013 : 1)
Uang merupakan sebuah kebutuhan yang sangat diperlukan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan seperti yang diketahui bahwa ada sebuah
masalah dimana kebutuhan manusia yang tak terbatas dengan uang yang ia
miliki terbatas. Sehingga mereka menjual harta benda yang mereka
memiliki untuk memenuhi kebutuhan mereka tersebut. Dengan resiko,
barang yang mereka jual, tentu saja akan susah untuk didapatkan kembali.
(Kasmir, 2013 : 230)
Dengan adanya peningkatan kebutuhan masyarakat akan uang ini,
berdampak pada pola fikir mereka terhadap mencari alternative lembaga
pembiayaan selain perbankan yaitu lembaga keuangan. Pada kondisi jelas
bahwa lembaga keuangan sangat memiliki peran aktif dalam membantu
masyarakat untuk mendapatkan modal. (Kasmir, 2013 : 231)
Untuk itu, langkah yang dapat diambil oleh masyarakat tanpa menjual

1
harta benda yang dimiliki, mereka bisa menjaminkan harta bendanya
tersebut kepada lembaga keuangan tertentu dimana barang tersebut bisa
ditebus asalkan sudah dilunasi oleh pihak yang mengajukan pembiayaan.
Kegiatan seperti ini, dengan kata lain menjaminkan barang berharga untuk
mendapatkan sejumlah uang dan dapat ditebus apabila sudah dilunasi
disebut dengan kegiatan gadai. maka dari itu masyarakat tidak perlu
khawatir untuk kehilangan barang berharganya serta jumlah uang yang
dibutuhkan dapat dipenuhi sesuai dengan harga barang yang dijaminkan.
Perusahaan yang menjalankan bisnis seperti ini di Indonesia adalah
perusahaan pegadaian. (Kasmir, 2013 : 232)

Pegadaian merupakan sebuah lembaga keuangan yang secara resmi


memberikan pembiayaan kepada masyarakat dengan system gadai sebagai
bentuk sarana alternative selain perbankan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Tugas utama dari pegadaian ini ialah memberikan pinjaman
atau pembiayaan kepada masyarakat dengan system gadai yang bertujuan
untuk masyarakat tidak rugi demi memenuhi hasrat kebutuhannya, baik
kebutuhan mendesak maupun kebutuhan yang bersifat pemenuh kepuasan
individu.Pembiayaan merupakan lembaga keuangan non – perbankan yang
menyediakan pinjaman dengan jaminan tertentu dimana besaran jaminan
akan memperngaruhi jumlah pinjaman yang akan disalurkan. (Hadiana,
2015:5)
Konsep gadai yang dilakukan oleh pegadaian ini diartikan sebagai
pemberian benda bergerak atau bernilai jual kepada pihak perbankan untuk
mendapatkan sejumlah uang sekaligus memberikan hak kepada pegadaian
untuk menjual barang tersebut atau disebut juga dengan lelang. Apabila si
penerima pinjaman tidak memenuhi kewajibannya pada batas waktu yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Dewasa ini, pegadaian sudah menerbitkan berbagai macam jenis
produk untuk dilelang. Baik menggunakan basis konvensional maupun basis
syariah. Jelas bahwa produk utama dari pegadaian adalah gadai barang,
walaupun dewasa ini bank syariah pun menerbitkan sebuah produk dengan
nama gadai emas syariah. Salah satu produk gadai pegadaian konvensional

2
adalah KCA merupakan pinjaman berdasarkan hukum gadai yang
menggunakan prosedur pelayanan yang mudah, aman dan cepat. Dengan
usaha ini, pemerintah secara langsung membantu masyarakat kecil untuk
membangun usahanya yang tidak terjangkau oleh perbankan dikarenkan
adanya permasalahan administrasi yang lama dan sukar. Produk lain dari
pegadaian syariah yaitu (Rahn), ini merupakan gadai yang dilakukan
pegadaian syariah menggunakan prinsip syariah dimana nasabah hanya
dibebankan biaya administrasi, biaya pemeliharaan barang (Ijarah) dan
biaya jasa simpanan. (Soemitra, : 2009:395)
Gadai syariah ini juga merupakan bagian utama dari perekonomian di
Indonesia yang sangat membantu dalam penyediaan supply keuangan.
Kerena pegadaian syariah secara resmi diberithukan bahwa tidak dizinkan
untuk menghimpun dana dari masyarakat namun diberikan izin untuk
memberikan pembiayaan kepada masyarakat dalam bentuk gadai syariah
.(Rais, 2010:117)
Meskipun pegadaian syariah bisa dibilang baru di Indonesia namun ini
merupakan sebuah mekanisme pengembangan system keuangan berbasis
islam yang sudah dilakukan sejak zaman rasulullah. Konsep operasi
pegadaian syariah ini berpedoman pada konsep administrasi modern dimana
didalamnya terdapat asas rasionalitas, efisiensi serta efektivitas yang sejalan
dengan ajaran islam. Fungsi operasi pegadaian syariah ini dijalankan oleh
beberapa kantor cabang pegadaian syariah atau yang disebut ULGS (Unit
Layanan Gadai Syariah). Unit tersebut merupakan binahan dari perum
pegadaian yang ada di Indonesia. (Mardani : 2015:189)

Ide pencetusan pegadaian ini dilandaskan atas keberhasilan dari


perbankan dan asuransi yang ada. Setelah adanya Bank, Asuransi, BMT
maupun BPR, dewasa ini pegadaian memiliki perhatian lebih dari kalangan
akademisi maupun praktisi untuk membentuk suatu lembaga sendiri.
Dengan adanya pegadaian syariah ini, produk yang dikenal Rahn ini sama
hal nya dengan yang diberikan oleh perbankan syariah, dimana pihak bank
menawarkan pembiayaan kepada masyarakat berbentuk pinjaman uang
untuk memenuhi kebutuhannya. (Mardani, 2015:190)

3
Dalam bisnis syariah terutama berkaitan tentang pegadaian syariah,
bunga sangat dilarang dikarenakan itu termasuk kedalam Riba. Hal ini
disebabkan uang dijadikan sebagai komoditas yang bisa diperdagangkan
untuk menjalankan bisnis jasa dengan system bagi hasil (Mudharabah).
Sedangkan didalam islam uang hanya dijadikan sebagai alat tukar saja.
Apabila kita lihat di zaman sekarang, pegadaian konvensional maupun
syariah memiliki kemajuan yang sangat pesat dikarenakan lembaga
keuangan ini terbukti mampu membantu masyarakat kecil untuk memenuhi
kebutuhan modal selain di perbankan. Dengan kata lain, dengan adanya
perkembangan yang baik dari pegadaian ini menunjukkan bahwa adanya
antusias yang tinggi dari nasabah sehingga akan berdampak pada
peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan dan juga akan membawa
dampak pada peningkatan laba usaha yang diterima.
Pegadaian syariah memiliki produk andalannya yaitu Rahn, Arrum dan
Mulia dimana Rahn memiliki pengertian gadai barang berharga
menggunakan prinsip syariah yang ditunjukan kepada nasabah dan nasabah
hanya perlu membayar kewajibannya ditambah biaya administrasi, biaya
jasa penyimpanan dan biaya barang jaminan (Ijarah). Arrum (Ar-Rahn
untuk usaha mikro) merupakan sebuah produk pinjaman yang diberikan
kepada nasabah untuk mengembangkan usaha mikro nasabah dengan
metode pinjaman dibayar secara berjangka. Konsep Arrum ini memiliki
jaminan, namun jaminanya masih bisa digunakan nasabah untuk keperluan
operasionalnya. Seperti contoh BPKB motor, yang dijadikan jaminan
hanyalah BPKB namun motornya masih tetap bisa digunakan untuk
keperluan usaha. Sedangkan Mulia adalah penjualan emas yang dilakukan
oleh pegadaian kepada nasabah, bisa dilakukan pembayaran secara tunai
maupun pembayaran secara berjangka. (Annual Report PT Pegadaian,
2013:60)
Berdasarkan data Annual Repot dari pegadaian syariah, dapat dilihat
bahwa penyaluran pembiayaan didominasi oleh penyaluran Rahn. Berikut
merupakan table tentang penyaluran yang telah disalurkan pegadaian
syariah kepada nasabah

4
Tabel 1.1
Perkembangan Penyaluran di pegadaian syariah (Juta Rupiah)
Tahun Rahn Arrum Mulia

2007 964.056 - -

2008 1.613.520 7.290 754

2009 2.689.541 45.453 47.546

2010 4.473.135 92.210 176.498

2011 7.822.599 102.900 986.597

2012 11.122.405 87.840 998.768

2013 11.535.454 133.837 1.289.693

2014 11.722.736 200.333 837.546

2015 13.077.842 339.403 594.007

2016 14.096.938 536.107 819.516

2017 15.001.153 1.071.146 408.913

Sumber: Annual Report PT Pegadaian, 2017


Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan perkembangan penyaluran
pembiayaan pegadaian berdasarkan laporan tahunan dari 2007-2017.
Berdasarkan laporan tahunan tersebut menunjukkan bahwa penyaluran
pembiayaan Arrum dan Mulia peningkatannya tidak sebanding atau tidak
lebih banyak jika dibandingkan dengan penyaluran Rahn. Dikarenakan
produk Arrum dan Mulia adalah produk baru. Jadi, masyarakat lebih banyak
menggunakan produk gadai syariah yang mengacu pada tarif ijara dan biaya
administrasi dan produk yang terlebih dahulu dikenal masyarakat. Oleh
karena itu untuk menganalisa bagaimana pengaruh dampak krisis yang
terjadi maka digunakan produk yang paling banyak digunakan pelaku usaha
dan masyarakat yaitu penyaluran Rahn.

5
Dalam memberikan pembiayaan, pegadaian syariah pasti
dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internalnya
meliputi 5C yaitu (character, capacity, capital, collateral, dan condition of
economy) serta perkembangan pendapatan dari PT Pegadaian syariah itu
sendiri.

Masalah lain yang terus menerus mendapat perhatian pemerintah


adalah masalah inflasi. Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga
agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah.
Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah
karena ia adalah sukar untuk dicapai. Yang paling penting untuk diusahakan
adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah. (S.Sukirno, 2015 : 333)
Selain inflasi pegadaian (persero) juga harus memperhatikan kondisi
perekonomian seperti tingkat harga emas. Sehingga pegadaian diharapkan
lebih selektif dalam memberikan aliran dana pembiayaannya untuk
membantu masyarakat yang membutuhkan dana tunai secara cepat. Syarat
yang mudah dan prosedur tidak berbelit-belit.
Harga emas masuk kategori faktor eksternal religiusitas karena terkait
dengan nilai Islam bahwa dalam Islam sebuah alat tukar harus berbasis
emas atau memiliki underlying. Sedangkan untuk inflasi dan JUB masuk
kategori faktor eksternal makro. Karena ada beberapa indikator makro yang
dijadikan variabel dalam penelitian ini adalah inflasi dan JUB. Adalagi
faktor internal yang merupakan pendapatan dari pegadaian.

Faktor ekonomi makro yang perlu diperhatikan adalah inflasi dan


jumlah uang beredar. Sehingga pegadaian diharapkan lebih selektif di dalam
memberikan aliran dana kreditnya untuk membantu masyarakat yang
membutuhkan dana tunai secara cepat, syarat yang mudah dan prosedur
tidak berbelit – belit. Kondisi inflasi, pendapatan usaha, jumlah nasabah dan
tingkat jumlah uang beredar dapat dilihat di Tabel 1.2 berikut :

6
Tabel 1.2 Perkembangan Inflasi, Pendapatan Usaha ,Harga Emas,
Jumlah Uang Rupiah Beredar dan Rahn PT Pegadaian Syariah
periode 2007-2017

Pendapatan Harga Emas Rahn


Jumlah Uang
Tahun Inflasi Usaha (Miliar Rupiah)
(Rp/Gram) Beredar
(persen) (Miliar
(Juta Rupiah)
Rupiah)
2007 6.59 2,253,453 250.000 1,643,203,000 964,056,000
2008 11.0 2,930,594 300.000 1,883,851,000 1,613,520,000
2009 2.78 4,017,103 360.000 2,141,384,000 2,689,541,000
2010 6.96 5,378,293 432.000 2,469,399,000 4,473,135,000
2011 3.79 6,600,928 537.000 2,877,219,000 7,822,599,000
2012 4.3 7,724,567 545.000 3,304,644,000 11,122,405,000
2013 8.38 7,864,567 524.000 3,730,197,000 11,535,454,000
2014 8.36 7,800,894 520.000 4,173,326,000 11,722,736,000
2015 3.35 8,897,166 545.000 4,548,800,000 13,077,842,000
2016 3.02 9,708,058 588.000 5,004,976,000 14,894,349,000
2017 3.05 11.361.413 622.533 5,418,998,000 15,001,153,742

Sumber : Bank Indonesia dan Annual Report Pegadaian Syariah (2017)

Berdasarkan pada Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa tingkat


penyaluran Rahn oleh Pegadaian Syariah di Indonesia terus mengalami
peningkatan sejak tahun 2007 sampai tahun 2017. Pegadaian Syariah di
Indonesia memberikan kemudahan dalam penyaluran pembiayaannya
sehingga masyarakat yang tadinya tidak dapat dilayani oleh perbankan dan
memanfaatkan penyaluran kredit ilegal mulai beralih ke Pegadaian Syariah
di Indonesia.

Perkembangan Inflasi Indonesia dari tahun 2007-2017 sangat


fluktuatif. Perkembangan penyaluran Rahn yang disalurkan terus beranjak
naik, pada tahun 2015 Rahn yang disalurkan sebesar Rp 13 Miliar.

7
Sementara itu inflasi terus berfluktuasi hingga pada tahun 2015 laju inflasi
3,35 persen, pendapatan pegadaian sebesar Rp 8,8 Miliar dengan
peningkatan harga emas sebesar Rp. 545.000, dan jumlah uang rupiah
beredar sebesar 4,5 Triliun. Hal tersebut menunjukan bahwa fluktuasi inflasi
dan jumlah uang rupiah beredar mempengaruhi penyaluran Rahn,
sedangkan kenaikan pendapatan pegadaian dan harga emas setiap tahunnya
mampu meningkatkan jumlah penyaluran Rahn yang disalurkan.

Tingkat inflasi, pendapatan usaha, harga emas dan jumlah uang


rupiah beredar adalah indikator yang tepat untuk menganalis perkembangan
penyaluran gadai syariah (Rahn) pasca krisis 2008 karena dengan fluktuasi
tingkat inflasi berpengaruh kepada naiknya harga pokok dan menambah
masalah ekonomi yang melanda masyarakat Indonesia yang mengharuskan
untuk memenuhi kebutuhannya baik produktif maupun konsumtif.
Pendapatan pegadaian dapat menggambarkan profitabilitas Pegadaian dan
berperan penting dalam penyaluran Rahn.

Inflasi mempengaruhi besarnya penyaluran kredit. Pengaruh inflasi


ini melalui tingkat bunga nominal, dikarenakan tingkat bunga riil yang
terbentuk dari tingkat bunga nominal dikurangi inflasi. Apabila tingkat
inflasi tinggi maka tingkat bunga riil akan menurun, ini akan mengakibatkan
naiknya jumlah penyaluran kredit yang diakibatkan turunnya tingkat bunga
riil. Pengaruh perubahan inflasi pada penyaluran kredit terjadi tidak secara
langsung akan tetapi melalui tingkat bunga riil terlebih dahulu. Dengan
menggunakan asumsi suku bunga riil jika terjadi inflasi naik maka expected
profit akan mengalami kenaikan dan permintaan kredit turut juga
mengalami kenaikan, tetapi jika inflasi naik yang diakibatkan dengan
kenaikan nominal interest rate, sehingga permintaan kredit juga akan naik.
Dimana inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi (Cost Push
Inflation) adalah inflasi yang timbul karena berkurangnya penawaran akibat
kenaikan produksi. (Aziz, 2013:11)

Selain Inflasi, harga emas yang kiat meningkat disetiap tahunnya


akan berdampak pada peningkat omset dari pegadaian syariah sehingga ini

8
juga akan berdampak pada peningkatkan taksiran barang yang dijaminkan.
Tentu saja ini akan berdampak pada pinjaman golongan C dan juga
golongan lainnya. Pegadaian syariah menetapkan nilai taksiran emas
sebesar 98% dari harga pokok pembelian. Dan apabila ada penurunan harga
emas maka akan berdampak juga terhadap taksiran akan nominal barang
yang dijaminkan kepada pegadaian syariah. (Aziz, 2013:12)

Pendapatan pegadaian syariah merupakan gambaran dari hasil yang


didapat berdasarkan transaksi yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan
pegadaian syariah menandakan adanya perkembangan dari pegadaian
syariah tersebut. Ini juga berkaitan tentang manajemen internal dari
pegadaian syariah itu sendiri dalam pengambilan keputuesan untuk
penyaluran Rahn kepada nasabah. Maka dari itu, dengan tingginya
pendapatan pegadaian syariah tersebut akan berimbas pada peningkatan
penyaluran berbagai jenis transaksi yang tersedia, terkhusus pada Rahn
dimana Rahn ini merupakan akad utama pada pegadaian syariah. Sehingga
dengan adanya peningkatkan pendapatan ini dapat memicu pertambahan
jumlah penyaluran Rahn pada pegadaian syariah. (Karimah, 2017:6)

Seperti pada penelitian Yigit, Taner M. (2013:1) menyatakan bahwa


resiko eksternal seperti fluktuasi laju inflasi akan menyebabkan lembaga
keuangan bertindak untuk menghindari resiko. Untuk menghindari resiko
tersebut berdampak pada pasar kredit secara langsung dengan mengurangi
ketersediaan kredit dan tidak langsung akan menaikkan biaya pinjaman.

Selain itu faktor internal perusahaan juga dapat mempengaruhi


besarnya pembiayaan yang disalurkan. Faktor internal tersebut adalah
pendapatan usaha pegadaian. Pendapatan usaha pegadaian, yaitu pendapatan
yang diperoleh pegadaian dari pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah,
tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. (F.Denny, 2015)

Berdasarkan hasil penelitian Muhammad Ali Murthado yang


meneliti mengenai tingkat inflasi, pendapatan gadai, harga emas, dan pajak
penghasilan terhadap penyaluran kredit pegadaian syariah. Ditemukan
9
bahwa tingkat inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap penyaluran Rahn di
pegadaian syariah, selanjutnya pendapatan pegadaian syariah juga tidak
memiliki pengaruh terhadap penyaluran Rahn di pegadaian syariah. Namun
kedua hal tersebut tidak sesuai dengan data rill yang didapat peneliti,
dimana pada tahun 2007 – 2017 terlihat jelas adanya peningkatan
penyaluran Rahn pegadaian syariah melalui fluktuatif nilai dari tingkat
inflasi maupun pendapatan pegadaian syariah.

Selanjutnya Hasil penelitian yang dilakukan oleh Winona Dwi Putri


pada tahun 2017 menjelaskan bahwa, Jumlah uang beredar tidak memiliki
pengaruh terhadap penyaluran Rahn pegadaian syariah. Hal ini jelas
berbeda dengan data rill yang didapat. Dimana peningkatan jumlah uang
beredar tiap tahun jelas memiliki pengaruh terhadap perkembangan
penyaluran Rahn pegadaian syariah dari tahun ke tahun.
Berdasarkan Penelitian Nur Akhlaqul Karimah (2018) menjelaskan
bahwa jumlah uang beredar dan pendapatan usaha memiliki pengaruh
secara parsial terhadap penyaluran Rahn oleh PT Pegadaian syariah.
Namun untuk variable inflasi tidak memiliki pengaruh secara parsial
terhadap penyaluran Rahn. Apabila mengkaji dari hasil pengaruh secara
simultan, peneliti menemukan bahwa Inflasi, pendapatan dan jumlah uang
beredar memiliki pengaruh terhadap penyaluran Rahn di PT Pegadaian.
Berdasarkan latar belakang di atas yang memiliki perbedaan yang
menarik antara teori dan fakta data rill, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Pengaruh Variabel
Ekonomimakro dan Pendapatan PT Pegadaian terhadap Penyaluran Rahn di
PT Pegadaian Syariah Indonesia dengan Sistem Dynamics”.
B. Perumusan Masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap persepsi masalah
yang hendak ditulis dan agar permasalahan tidak meluas dalam
pembahasannya, penulis merasa perlu untuk memberikan batasan dan
perumusan masalah terhadap obyek yang dikaji. Tulisan ini akan dibatasi
hanya pada kajian seputar keadaan Inflasi, Harga Emas, Jumlah Uang
Beredar dan Pendapatan PT Pegadaian terhadap Rahn periode 2007-2017.

10
Sedangkan perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan
Pendapatan Pegadaian Syariah secara Parsial terhadap variable
Penyaluran Rahn oleh PT Pegadaian Syariah Periode 2007 -
2017
2. Bagaimana Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan
Pendapatan Pegadaian Syariah secara Simultan terhadap
variable Penyaluran Rahn oleh PT Pegadaian Syariah Periode
2007 – 2017
3. Bagaimana proyeksi Pergkembangan Penyaluran Rahn oleh -
Pegadaian Syariah dari tahun 2017 - 2027
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengukur atau Menganalisis Pengaruh Variable Ekonomi
Makro dan Pendapatan Pegadaian Syariah Secara Parsial Terhadap
Rahn Yang Disalurkan Oleh Pt Pegadaian Syariah Periode 2007 - 2017
2. Untuk Mengukur atau Menganalisis Pengaruh Variable Ekonomi
Makro dan Pendapatan Pegadaian Syariah Secara Simultan Terhadap
Rahn Yang Disalurkan Oleh Pt Pegadaian Syariah Periode 2007 –
2017
3. Untuk Menganalisis proyeksi Pergkembangan Penyaluran Rahn oleh -
Pegadaian Syariah dari tahun 2017 - 2027
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan skrispsi ini antara lain :
1. Bagi Penulis
Merupakan suatu pembelajaran yaitu usaha menganalisis suatu laporan
keuangan, sehingga penulis dapat mempraktekan teori yang didapat
selama perkuliahan dengan menganalisa dan memecahkan masalah.

2. Bagi Pegadaian Syariah


Diharapkan dapat berguna dalam pengambilan keputusan berdasarkan
informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu strategi baru, serta
peningkatan kinerja dari PT Pegadaian (Persero) khususnya produk
berbasis Syariah.

11
3. Bagi Pihak lain
Diharapkan dapat memberikan pemahaman dan informasi mengenai
keadaan keuangan PT Pegadaian (Persero) kepada para nasabahnya,
serta masyarakat umum yang tertarik terhadap Pegadaian Syariah dan
ingin menggunakan produk-produknya.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
2.1 Pegadaian Syariah
Pegadaian syariah merupakan lembaga yang dinaungin oleh PT
Pegadaian (Persero). Pegadaian syariah ini ada pada tahun 1990, namun bisa
dibilang bahwasanya pegadaian syariah cukup memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap perkembangan perekenomoian di Indonesia. Walaupun
jumlah kantor cabang pegadaian syariah tidak banyak di Indonesia untuk
ruang lingkup kabupaten, namun ini memberikan dampak yang cukup besar
terhadap perekonomian Indonesia.

Didalam pegadaian syariah, tidak dikenakan bunga dari pinjaman


yang disalurkan. Melainkan pegadaian syariah mendapatkan keuntungan
dari biaya jasa simpanan barang (Ijarah) dimana hal tersebut sudah diatur
oleh Dewan Syariah Nasional. Penetapan biaya tersebut ditentukan dari
nilai barang yang di jaminkan bukan dari jumlah pinjaman.

PT Pegadaian (Persero) dewasa ini merupakan sebuah lembaga


keuangan yang bersifat formal dan diberikan akses untuk melakukan
pembiayaan secara kredit atas dasar hukum gadai.

Dengan maraknya pekembangan produk syariah di Indonesia saat


ini, pegadaian juga ikut terlibat dalam pengembangan produknya. Sehingga
terbentuknya kerja sama antara pegadaian dengan bank syariah dalam
pengembangan suatu produk dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah.
Dan ada juga bank syariah yang melakukan kegiatan pegadaian sendiri
dengan basis syariah.

Pegadaian syariah dalam menjalankan fungsi operasional dan


tugasnya, tentu saja berpegang teguh pada prinsip syariah. Dimulai dari
tidak adanya bunga pada jumlah pinjaman karna itu dikategorikan riba,
menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas serta
melakukan bisnis dengan memperoleh imbalan atau jasa serta nisbah bagi
hasil. Payung hukum gadai syariah dalam hal pemenuhan prinsip- prinsip

13
syariah berpegang pada fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002
tanggal 26 juni 2002 tentang Rahn yang menyatakan bahwa pinjaman
dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk Rahn
diperbolehkan, dan DSN-MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai
emas. Sedangkan dalam aspek kelembagaan tetap menginduk kepada
Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990. (S. Andri,
2009 : 402)

a. Ketentuan Hukum Syariah


Transaksi gadai menurut syariah haruslah memenuhi rukun dan
syarat tertentu, yaitu :

1) Rukun Gadai : adanya Ijab dan Qabul; adanya pihak-pihak yang


berakad, yaitu pihak yang menggadaikan (Rahn) dan yang
menerima gadai (murtahin), adanya jaminan(marhun) berupa
barang atau harta;adanya utang (marhun bih)

2) Syarat Sah Gadai: rahin dan murtahin dengan syarat-syarat


kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan
transaksi pemilikan, setiap orang yang sah melakukan jual beli
sah melakukan gadai. Sighat dengan syarat tidak boleh terkait
dengan masa yang akan datang dan syarat-syarat tertentu. Utang
(marhun bih) dengan syarat harus merupakan hak yang wajib
diberikan atau diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan
pemanfaatannya bila sesuatu yang menjadi utang itu tidak
dimanfaatkan maka tidak sah, harus dikuantitatifkan atau dapat
dihitung jumlahnya bila tidak dapat diukur atau tidak
dikuantifikasikan, Rahn itu tidak sah. Barang (marhun) dengan
syarat harus diperjualbelikan, harus berupa harta yang bernilai,
marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah, harus diketahui
keadaan fisiknya, harus dimiliki oleh Rahn setidaknya harus
seizing pemiliknya. (A. Hasan, 2002 : 273)
b. Operasional Pegadaian Syariah
Jenis produk yang paling popular digunakan dalam pegadaian

14
syariah ada Rahn (Gadai Syariah). Ini disebabkan karna jasa layanan
pembiayaan dengan cara menjaminkan barang berharga menjadi sesuatu hal
yang tidak merugikan nasabah itu sendiri. Maka dari itu peran pegadaian
syariah sangat pas untuk masyarakat yang membutuhkan modal dengan cara
yang sederhana dan tidak seberat di perbankan. Adapun secara teknis,
implementasi akad Rahn dalam lembaga pegadaian adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Impelmentasi akad Rahn

Sumber : Wiyono (2012)

1) Rahin mendatangi murtahin untuk meminta fasilitas pembiayaan dengan


membawa marhun yang akan diserahkan kepada murtahin, lalu murtahim
melakukan pemeriksaan termasuk menaksir nilai barang jaminan tersebut.
2) Setelah semua persyaratan terpenuhi, maka murtahin dan rahin melakukan
akad Rahn.

3) Setelah itu, murtahin memberikan sejumlah pimjaman uang yang


jumlahnya dibawah nilai barang jaminan yang tekah ditaksir.
4) Lalu antara rahin dan murtahin melakukan akad yang baru apabila pada
saat jatuh tempo rahin ingin memperpanjang pinjamannya dengan syarat
yang telah ditentukan.

Ada banyak langkah yang dapat dilakukan untuk membuat


pegadaian syariah menjadi lebih berkembang dengan bantuan lembaga yang

15
berwenang, diantaranya :

1) Dengan membentuk lembaga pegadaian syariah secara terus


menerus yang bertujuan agar memperkenalkan praktek ekonomi
syariah dilingkungan masyarakat setempat. Terlebih untuk
masyarakat yang sangat sulit untuk mendapatkan pendanaan. Tentu
saja pengembangan ini tidak bisa semata – mata dilakukan oleh
pegadaian syariah itu sendiri, tentu saja butuh dorongan dari
pemerintah atau pihak yang berwenang untuk mengembangkannya.
2) Dengan sistem pegadaian yang lebih mudah dari pada perbankan, ini
menjadi alasan yang kuat mengapa pegadaian syariah sangat perlu
dikembangkan. Karna masyarakat akan lebih memilih suatu lembaga
keuangan yang prosedurnya mudah dan tidak memberatkan.
3) Pegadaian syariah tidaklah pesaing bagi lembaga keuangan lainnya,
melainkan adanya pegadaian syariah ini justru untuk mendukung
lembaga keuangan yang berbasis syariah di Indonesia.
4) Untuk menguatkan posisi pegadaian syariah di Indonesia, maka
diperlukan peran pemerintah dalam hal penetapan undang – undang
atau peraturan mengenai mekanisme kerja dan peraturan mengenai
prosedurnya dimana hal tersebut akan terpisah dari pegadaian
konvensional. Secara konsep dasarnya jelas berbeda dan
landasannya juga berbeda.
c. Dinamika Produk dan Akad Pegadaian Syariah
1) Akad yang digunakan
Produk yang sangat familiar tentang pegadaian syariah
adalah Rahn. Ada beberapa fatwa yang mendasari penggunaan
akad tersebut pada produk gadai syariah. Fatwa yang pertama
adalah fatwa DSN-MUI Nomor 25 Tahun 2002 tentang Rahn.

Fatwa yang kedua yaitu fatwa DSN-MUI Nomor 26 Tahun


2002 tentang Rahn Emas. Fatwa yang ketiga berkenaan dengan
gadai syariah adalah akad Rahn (gadai), juga terdapat akad lain
yang berkaitan dengan gadia yaitu akad ijarah (sewa). Akad ini
berkaitan tentang biaya penyimpanan barang yang sudah

16
digadaikan. Sehingga akan dikenakan biaya sewa saja atau ijarah.
Fatwa yang keempat berkenaan dengan pembiayaan yang disertai
dengan Rahn. Tentu saja dengan adanya beberapa fatwa diatas,
diharapkan akan mampu mengembangkan pegadaian syariah itu
sendiri.
2) Dinamika Pembangunan dan Aplikasi Akad
Apabila kita melihat prakteknya, barang yang bisa digadai
tidak semata – mata tentang barang berharga atau barang yang
bisa bergerak saja. Karena ada sesuatu mekanisme dimana pihak
berhutang bisa menjaminkan barangnya kepada pihak yang
berpiutang dengan kondisi barang jaminan tersebut masih bisa
digunakan oleh pihak yang berhutang. Melihat kondisi, dimana
barang jaminan tersebut dibutuhkan untuk operasional orang yang
berhutang.
Praktek gadai syariah atau Rahn ini juga dilakukan oleh
perbankan syariah, yaitu dengan produk Rahn Emas. Selanjutnya
emas ini juga akan dijadikan barang jaminan oleh pihak bank
untuk dilakukannya pembiayaan kepada nasabah. Hal ini tertuang
dalam fatwa DSN No. 92 Tahun 2014 tentang Pembiayaan yang
disertai Rahn (at-Tanwil al-Matsuq bi al-Rahn). Barang jaminan
(marhun) harus berupa harta berharga baik benda bergerak
maupun tidak bergerak yang boleh dan dapat diperjualbelikan.

3) Komparasi dengan Negara lain


Akad yang dilakukan pada pegadaian syariah di Indonesia
tidak jauh berbeda dari beberapa negara seperti Malaysia, Sudan,
dan inggris. Negara tersebut juga menggunakan Rahn sebagai
akad pada gadai syariah.
2.2 Rahn
Transaksi Rahn timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu
objek perikatan yang berbentuk uang kepada pihak lainnya disertai dengan
jaminan. Menurut Antonio (2001:25), Rahn merupakan menjadikan suatu
harta benda milik peminjam dana sebagai jaminan atas pinjaman yang ia

17
ajukan. Rahn adalah produk ini berlandaskan pada prinsip syariah yang
diikuti dengan prosedur administrasi modern. Besar kredit yang diberikan
sama dengan Gadai Konvensional/KCA, namun untuk penetapan sewa
modal terdapat perbedaan. Gadai Syariah melakukan biaya administrasi
yang dibayar diawal, yaitu saat akad baru/akad perpanjangan serendah
rendahnya Rp. 2.000,- dan setinggi-tingginya Rp100.000,- untuk jumlah
pinjaman maksimum Rp. 200.000.000.-

Tarif Ijarah dikenakan sebesar Rp. 80,- sampai Rp. 90,- per sepuluh
hari masa penyimpanan untuk setiap kelipatan Rp. 10.000,- dari taksiran
barang jaminan yang dititipkan/diagunkan.

Rahn merupakan memberikan hutan kepada nasabah dengan


memberikan barang jaminan oleh si penerima hutang. Rahn. Barang yang
dijadikan jaminan tersebut harus memiliki nilai ekonomis dan juga pihak
yang menahan barang jaminan mendapatkan kepastian mengenai perolehan
piutang dari si penerima hutang sebagian atau seluruhnya. Rahn juga yaitu
sebuah akad penyerahan perhiasan seperti emas, kendaraan atau barang
bergerak maupun barang berharga yang diserahkan kepada pegadaian
syariah di seluruh Indonesia dimana pegadaian syariah ini juga bekerja
sama dengan perum pegadaian dengan membentuk unit layanan gadai
syariah ( ULGS). (A. Rodoni, 2004: 110)

Selanjutnya pengertian Rahn menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam


Kitabal- Mughni adalah sebuah harta benda yang dijadikan kepercayaan
oleh si penghutang untuk hutangnya agar dipenuhi dari harganya, dan jika
sewaktu – waktu yang berhutang tidak sanggup membayar hutangnya
kepada si penerima piutang.. Sedangkan Imam Abu Zakaria al- Anshary
dalam kitabnya Fathul Wahab mendefinisikan Rahn sebagai menjadikan
harta benda tersebut sebagai barang yang dijadikan pembayar apabila
hutang tersebut tidak mampu dibayar oleh orang yang berhutang.

Gadai syariah (Rahn) adalah pemberian harta benda sebagai barang


jaminan untuk mendapatkan dana berdasarkan prinsip syariah. Rahn adalah
penyerahan barang dari nasabah (rahin) kepada pegadaian (murtahin)

18
sebagai jaminan untuk mendapatkan utang (qardh). Qardh merupakan
peminjaman dana tanpa adanya imbalan dengan kewajiban pihak peminjan
untuk mengembalikkan pokok dari pinjaman secara sekaligus atau dengan
cara cicilan berjangka dalam waktu tertentu. (Darsono & A.Sakti, 2017 :
340)

Dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa Rahn adalah


menjamin sebuah barang untuk hutang agar mampu menjadi pembayar
hutang tersebut atau nilai dari barang tersebut bisa menjamin utangnya.

2.2.1 Landasan Hukum


Seluruh aktifitas muamalat dalam Islam harus mempunyai landasan
hukum yang berasal dari Alquran maupun As-sunah, serta Ijma‟ dan
Qiyas. (Ikatan Bankir Indonesia, 2014:10-11)

2.2.1.1 Al-qur‟an
Dalil yang memperbolehkan gadai, seperti yang tercantum dalam
surat Al-Baqarah, ayat 283 yang artinya sebagai berikut :
Artinya:
“Dan apabila kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak
memperoleh seorang juru tulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (Qs. Al Baqarah:283)
Yang menjadi dasar hukum dari ayat diatas adalah kata “ada
barang tanggungan yang dipegang oleh orang yang berpiutang”
barang tanggungan disini biasa dikenal dengan barang jaminan.
2.2.1.2 Hadist
Riwayat Bukhari dan Muslim dari „Aisyah ra :
“Sesungguhnya Rasululah saw. pernah membeli makanan dengan
berutang dari seorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah
baju besi kepadanya.” Riwayat Al-Syafi‟i, Al-Daraquthni, dan
Ibnu Majah dari Abu Hurairah : “tidak terlepas kepemilikan barang
gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh
manfaat dan menanggung risikonya.

19
2.2.1.3 Ijtihad ulama
Perjanjian gadai yang diajarkan dalam Al-Qur‟an dan Hadits itu
dalam pengembangan selanjutnya dilakukan oleh para fuqaha
dengan jalan ijtihad, dengan kesepakatan para ulama bahwa gadai
diperbolehkan dan para ulama tidak pernah mempertentangkan
kebolehannya. Demikian juga dengan landasan hukumnya.
Namun demikian, perlu dilakukan pengkajian ulang yang lebih
mendalam bagaimana seharusnya pegadaian menurut landasan
hukumnya.
2.2.1.4 Fatwa DSN No.25/DSN-MUI/III/2002
Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan
hutang dalam bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan yang
ditetapkan.
2.2.2 Rukun Rahn
Dalam akad Rahn, Harus terpenuhi beberapa rukun gadai syariah
diantaranya :

1) Ar-Rahin (yang menggadaikan), syarat Rahin: orang yang telah


dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan memiliki barang yang akan
digadaikan.
2) Al-Murtahin (yang menerima gadai), orang yang dipercaya Rahin
untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang gadai.
3) Al-Marhun (barang yang digadaikan), barang yang digunakan Rahin
untuk dijadikan jaminan dalam mendapatkan uang.

4) Al-Marhun bih (utang), sejumlah dana yang diberikan murtahin


kepada Rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun.
5) Sighat, (ijab dan qabul), kesepakatan antara Rahin dan murtahin
dalam melakukan transaksi gadai.
2.2.3 Syarat Rahn
Sebelum dilakukan Rahn, terlebih dahulu harus diselesaikan
akadnya karna akad merupakan kesepakatan antara dua pihak berdasarkan
persetujuan masing – masing demi kemaslahanatan kedua belah pihak.
(S.Rais, 2004 : 30)

20
Sedangkan syarat Rahn, ulama fiqih telah mengemukakan beberapa
berdasarkan rukun dari Rahn itu sendiri, diantaranya terdiri dari:

1) Berkaitan tentang orang yang berakad, itu harus baligh dan berakal
dan cakap serta paham soal hukum. Namun menurut ulama
hanafiyah, mereka berpendapat cukup yang berakal saja. Ini
dikarenakan apabila ada sebuah anak kecil yang mummayiz (dapat
membedakan antara mana yang baik dan buruk) boleh melakukan
akad Rahn namun dengan syarat ada persetujuan dari walinya.
Sedangkan menurut Hendi Suhendi, syarat bagi yang ingin berakat
merupakan orang yang ahli tasharuf, artinya ia mampu
membelanjakan harta benda yang ia miliki serta memahami tentang
Rahn.
2) Syarat Sighat (lafadz). Ulama Hanafiyah mengatakan ketika akad
ingin berlangsung tidak diperkenangkan adanya syarat tertentu
untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Ini
dikarenakan akad Rahn sama dengan akad jual beli. Jadi, ketika
akad Rahn disamakan dengan sesuatu maka syaratnya akan menjadi
batal sedangkan akadnya tidak sah.

Misalnya, Rahin mensyaratkan apabila tenggang waktu marhun bih


telah habis dan marhun bih belum terbayar, maka Rahn itu
diperpanjang 1 bulan, mensyaratkan marhun itu boleh murtahin
manfaatkan.
3) Syarat marhun bih, adalah :
a) Merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada murtahin;
b) Marhun bih itu boleh dilunasi dengan marhun itu;
c) Marhun bih itu jelas/tetap dan tertentu.
4) Syarat marhun, menurut pakar fiqh, adalah:
a) Marhun itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan marhun
bih;
b) Marhun itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan (halal);
c) Marhun itu jelas dan tertentu;
d) Marhun itu milik sah Rahin;

21
e) Marhun itu tidak terkait dengan hak orang lain;
f) Marhun itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam
beberapa tempat;
g) Marhun itu boleh diserahkan, baik materinya maupun
manfaatnya.
Berdasarkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI No.
25/ DSN-MUI/III/2002, tanggal 22 Juni 2002, bahwa hampir semua barang
dapat diterima sebagai barang jaminan, namun untuk semua pegadaian
syariah di pekalongan memiliki pengkhususan barang yang tidak bisa
diterima sebagai jaminan, diantaranya :

1) Barang milik pemerintah


2) Mudah membusuk

3) Berbahaya dan mudah terbakar


4) Barang yang dilarang peredarannya oleh peraturan yang berlaku dan
atau hukum Islam.
5) Cara memperoleh barang tersebut dilarang oleh hukum Islam.
6) Serta ketentuan khusus sebagai berikut :
a) Barang yang disewa-belikan
b) Barang tersebut masih berupa hutang dan belum lnas
c) Barang tersebut dalam masalah
d) Berupa pakaian jadi
e) Pemakaiannya sangat terbatas
f) Hewan ternak
g) Barang yang kurang nilai Rahn-nya dibawah biaya invest gadai.
2.2.4 Gadai Konvensional
Pengertian gadai menurut pasal 1150 kitab Undang – Undang
Hukum perdata, Gadai adalah suatu hak yang didapat oleh berpiutang atas
suatu barang bergerak yang diberikan kepadanya oleh berhutang yang
memberikan kekuasaan pada orang berpiutang untuk mengambil pelunasan
dari barang itu secara didahulukan dari orang berpiutang lainnya.
Pengambilan keuntungan dari gadai ini berbasis akan bunga yang diberikan
berdasarkan jumlah pinjamannya.

22
2.2.5 Persamaan dan perbedaan Rahn dengan gadai
konvensional
Menurut Rais (2006:46) persamaan antara gadai dengan Rahn
sebagai berikut :

1) Hak gadai berlaku atas pinjaman uang.


2) Adanya barang sebagai jaminan hutang.
3) Tidak dibenarkan mengambil manfaat barang gadai.
4) Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai.
5) Bila tenggang waktu peminjaman uang telah habis, maka barang
yang digadaikan boleh dijual/ dilelang.

Selanjutnya perbedaan antara gadai dengan Rahn adalah :

Tabel 2.1 Perbedaan Rahn dan Gadai Konvensional


No Pegadaian Syariah Pegadaian Konvensional
1 Biaya administrasi berdasarkan Biaya administrasi berupa prosentase
barang yang dilandaskan pada golongan
barang
2 1 hari dihitung 5 hari 1 hari dihitung 15 hari
3 Jasa simpanan berdasarkan Sewa modal berdasarkan uang-
simpanan Pinjaman
4 Bila pinjaman tidak dilunasi Bila pinjaman tidak dilunasi, barang
barang jaminan akan dijual jaminan dilelang kepada masyarakat
kepada masyarakat
5 Uang pinjaman 90% dari Uang pinjaman untuk golongan A
taksiran 92% sedangkan untuk golongan B C D
88-86%
6 Maksimal jangka waktu 3 bulan Maksimal jangka waktu 4 bulan

7 Tidak Adanya Sistem Bunga, Adanya Sistem Bunga pada gadai


Pegadaian syariah hanya konvensional sebagai pendapatan
mengambil untuk berdasarkan pegadaian konvensional.
upah jasa pemeliharaan barang.

23
8 Rahn dalam hukum islam Gadai Konvensional menurut hukum
memiliki asas tolong menolong perdata selain memiliki asas tolong
tanpa mencari keuntungan menolong juga memiliki asas
pencarian keuntungan berbasis bunga.

2.2.6 Praktek
Secara umum, praktek pegadaian syariah dibagi atas :
1) Akad Rahn, adalah akad yang akan membenarkan murhain untuk
memanfaatkan marfun atas izin dari Rahim bahkan untuk
memperoleh labar dari usahanya tapi ini tidak berarti murtahin dapat
mengambil semua hasil dari marhun tersebut karna hal dalam hal ini
barang tersebut bukan milik dia sepenuhnya. (S.Rais 2004 : 53)
2) Akad ijarah, adalah akad untuk memperbolehkan pemilikan manfaat
yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang disewa dengan
imbalan. (Rais, 2006:81)
Selain dari 2 akad tadi, ada tiga macam akad yang biasa digunakan
pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya :

a) Akad Bai’ Al-Muqayadah


Akad Bai‟ Al-Muqayadah dapat diterapkan pada nasabah
yang memerlukan tambahan modal dari pegadaian. Lalu ia akan
menggadaikan barang berharganya kepada pegadaian untuk
mendapatkan modal tersebut. Mengenai barang jaminan tersebut,
barang tersebut dapat dimanfaatkan ataupun tidak oleh Rahn ataupun
murtahin. Mekanismenya adalah rahin akan membelikan barang yang
sesuai dengan keinginan murtahin dan pihak pegadaian akan
memberikan Mark up kepada murtahin. Mark up ini tentunya akan
sesuai dengan akad yang telah disepakati kedua belah pihak sesuai
dengan waktu yang telah disepakati. Ada konsenkuensi dari akad
ini, yaitu akan adanya timbul akad baru berupa perizinan dari
pihak pegadaian kepada pemilik barang jaminan untuk
menggunakan barang jaminan tersebut, namun apabila izin itu
tidak berikan. Maka pemilik barang harus bersedia untuk

24
membagi hasil dari pemanfaatan barang tersebut kepada
pegadaian. (Rais, 2004:68)
b) Akad Al-Mudharabah
Akad ini pun hampir sama dengan akad sebelumnya. Akad ini
ditujukan kepada nasabah yang ingin melakukan pembiayaan
untuk hal produktif seperti penambahan modal. Jadi nasabah
akan menggadaikan barangnya untuk menambah modal
kerjanya. Maka dari itu, akan ada bagi hasil berdasarkan
keuntungan yang diperoleh nasabah sesuai dengan waktu yang
telah disepakati sampai hutangnya lunas atau modal yang
diberikan pegadaian lunas. (Rais, 2006:95)
c) Akad Al-Qardhul Hasan
Akad ini ditujukan kepada nasabah yang menginginkan
pembiayaan untuk keperluan konsumtif saja. Dan barang
jaminan yang diberikan berupa barang yang tidak menghasilkan
(tidak dapat dimanfaatkan). Maka dari itu, Rahn akan
memberikan biaya kepada murtahin atas penjagaan barang dan
merawat barang jaminanya tersebut.

Kelima akad tersebut diterapkan pegadaian syariah untuk


mendapatkan laba perusahaan agar dapat terus berkembang dan mampu
tumbuh seiring berjalannya waktu.

2.2.7 Penggolongan peminjaman


Tabel 2.2 Ketentuan Uang Pinjaman Pegadaian Syariah

Golongan Rahn Marhun Bih Tarif Administrasi Jangka


Waktu
A 50.000 - 150.000 Rp2.000 120 hari
B1 550.000 - 1.000.000 Rp8.000 120 hari
B2 1.050.000 - Rp15.000 120 hari
B3 2.550.000 - Rp25.000 120 hari
C1 5.100.000 - Rp40.000 120 hari

25
C2 10.100.000 - Rp60.000 120 hari
C3 15.100.000 - Rp80.000 120 hari
D 20.100.000 - Rp100.000 120 hari
Sumber : Annual Report PT Pegadaian (2017)
2.2.8 Rahn Pegadaian Syariah
Berdasarkan pengertian yang diberikan oleh perum pegadaian, Rahn
memiliki pengertian pemberian pembiayaan kepada nasabah dengan akad
gadai dan dengan persyaratan tertentu yang sudah ditetapkan oleh
perusahan. Nasabah harus menyelesaikan pinjamannya kepada perusahaan
sebagai pemberi pembiayaan sekaligus membayar pokok pinjaman
ditambah dengan sewa modalnya berdasarkan ketetapan yang sudah
disetujui. (Khasanah, 2014 : 12)

Pegadaian memliki tugas memberikan sejumlah pinjaman kepada


masyarakat dengan jaminan gadai. Selanjutnya pegadaian juga diharapkan
untuk mampu meningkatkan pengelolaan bisnisnya, efektivitas serta
produktifitasnya secara professional dan tidak melupakan business
orientednya yang memiliki ciri khusus misalnya pemberian pembiayaan
kepada masyarakat kecil dengan unsur gadai dengan cara yang mudah,
cepat, aman dan hemat. Hal ini seharusnya sejalan dengan motto dari
pegadaian itu sendiri, yaitu “ Megatasi Masalah Tanpa Masalah”. Pegadaian
sendiri tidak hanya menyediakan produk gadai, namun juga menyediakan
poduk jasa taksiran, jasa titipan, galeri 24 dan koin emas, unit produksi
emas serta balai lelang dll. Tujuan PT Pegadaian itu sendiri merupakan
membantu masyarakat untuk pemberian pembiayaan agar masyarakat
tersebut memiliki laba dari hasil produksi yang ia lakukan. Kebanyakan
masyarakat Indonesia terhadap disektor permodalan yang panjang dan
memerlukan waktu yang lama. Maka dari itu pegadaian hadir untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Pendapatan dari PT Pegadaian sendiri bisa
dilihat dari keuntungan bunga jika itu pegadaian konvensional, sedangkan
pegadaian syariah dapat dilihat dari jenis akad apa yang digunakan.
Keuntungan dari pegadaian ini sebagian besar akan disetorkan kepada

26
pemerintah untuk dana pembangunan sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah dan sebagian lainnya digunakan untuk
pengembangan usaha dan peningkatan sumber daya manusia. Dengan
prosedur yang mudah dari pegadaian ini, diharapakan akan mampu
melindungi masyarakat dari pinjaman liar yang malah merugikan
masyarakat itu sendiri terlebih dengan prosedur yang sederhana ini akan
lebih mudah untuk dipenuhi oleh masyarakat kecil. (Khasanah, 2014 : 18)
2.3 Inflasi

Pengertian inflasi secara umum yaitu adanya peningkatan harga


barang/komoditas pada waktu tertentu. Inflasi juga dapat diartikan sebagai
penurunan nilai unit dari perhitungan moneter terhadap suatu barang
komoditas. Sedangkan pengertian menurut ahli ekonomi, inflasi ialah
peningkatan harga (jumlah uang yang harus dibayarkan) terhadap suatu
barang/ komoditas dan jasa. Dan sebaliknya, pengertian dari penurunan
suatu nilai dari unit moneter ini diartikan sebagai deflasi.
Umumnya, otoritas yang bertanggung jawab dalam mencatat
statistik perekonomian suatu Negara menggunakan consumer price index
dan producer price index sebagai pengukur tingkat inflasi. (A.Karim, 2007 :
120)

Pengertian dari inflasi ini sangat banyak dijumpai dikarenakan


adanya kanekaragaman dari pengaruh inflasi terhadap sektor ekonomi.
Hubungan yang erat serta luas antara inflasi dan perekonomian inilah yang
menyebabkan para ahli ekonomi memberikan pengertian yang beragam.
Dengan adanya beragam pengertian inflasi ini tentu saja akan berdampak
pada penetapan kebijakan inflasi beserta solusinya yang harus ditempuh
oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Maka dari itu, inflasi memberi
pengertian tentang melemahnya daya beli yang diikuti dengan melemahnya
nilai mata uang rill dari suatu negara.

Ryan C. Amacher dan Holley H. Ulbrich dalam bukunya Principle


of Microeconomic (1989:101-102) menjelaskan bahwa inflasi ini terjadi
akibat adanya peningkatan harga diatas rata – rata yang diukur berdasarkan

27
riwayat harga barang/komoditas dari tahun ketahun., sebagaimana terlihat
pada definisi inflasi yang dikemukakan sebagai berikut :
Inflation arises in the general, or average, level of price. The measure
of inflation is a price index. A price index measure changes in price level
from year to year. The best known measure is the Consumer Price Index
(CPI). Consumer Price Inex is a measure of the year increase in the price
level based on the cost of a representative market basket of consumer goods.

Jadi inflasi merupakan suatu kondisi dimana adanya kenaikkan harga


barang/komoditas yang terjadi terus menerus dalam waktu yang lama atau
jangka panjang. (Tajul, 2000: 40)
2.4 Pendapatan
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus
masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal (Undang-Undang Republik Indonesia, 1998).
Menurut UU RI Nomor 10 tahun 1998.

Sumber-sumber pendapatan dapat dikelompokan menjadi 2 sumber


pendapatan yaitu :

a. Pendapatan operasional, yaitu pendapatan yang didapatkan dari aktivitas


utama perusahaan disesuaikan dengan jenis usaha yang dijalankan secara
terus menerus dari satu period eke periode selanjutnya.

b. Pendapatan bukan operasional, yaitu pendapatan yang didapatkan dari


penjualan yang tidak berulang – ulang dimana transaksi ini tidak secara
langsung berhubungan dengan aktivitas perusahaan. Seperti contoh
penjualan aktiva perusahan kepada pihak lain.

PT Pegadaian ini, selain untuk mencari laba, juga memiliki tujuan


untuk melayani kepentingan umum dengan meningkat fasilitas yang
diberikan agar nasabah tetap bertahan dengan kenyamanan yang diberikan
oleh PT Pegadaian. Maka ini akan diproyeksikan untuk meningkatkan
pendapatan berasal dari bunga pinjaman, bunga barang yang dilelang, uang
kelebihan kadaluarsa, jasa taksiran, jasa titipan dan lain sebagainya.

28
Maka dari itu, ketika semakin tinggi pendapatan yang didapat oleh
PT Pegadaian akan berpengaruh terhadap seberapa besar jumlah
pembiayaan yang akan disalurkan.
2.5 Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar dimasyarakat dikategorikan menjadi dua


macam, yaitu dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas
(M2). M1 ini terdiri dari uang kartal yang berada dimasyarakat namun tidak
termasuk uang kartal yang berada dibank dan ditambah dengan uang giral.
Sedangkan M2 merupakan jumlah dari M1 ditambah dengan tabungan dan
deposito berjangka. (Dahlan, 2005: 79)

2.6 Jumlah Uang Beredar Menurut Ekonomi Islam


Dalam ekonomi Islam, uang hanya didefinisikan sebagai sesuatu
yang bernilai yang bertujuan untuk mengukur harga suatu barang. (Hidayat,
2009:254).apabila uang atau nilai tukar ini tidak ada didunia, maka semua
jenis transaksi didunia akan sangat sulit untuk dilakukan. Hal yang pasti
akan terjadi adalah transaksi barter. Maka dari itu, para ahli ekonomi islam
berpendapat bahwa uang merupakan sebagai media alat tukar bukan sebagai
komoditas. Dengan adanya uang ini, akan mempermudah transaksi antar
manusia sehingga akan mampu mengurangi ketidakadilan dan kezaliman
dalam ekonomi pada tempo dulu (Barter). Karena ketimpangan atau
ketidakadilan dalam ekonomi barter ini dapat dikategorikan sebagai riba
fadhl.

Merujuk pada Al-Qur‟an, al-Ghazali sangat mengecam siapapun


yang melakukan penimbunan uang. Karna penimbunan uang ini akan
berdampak pada perlambatan perputaran uang yang berarti juga
memperkecil jumlah transaksi yang terjadi sehingga perekonomian menjadi
lesu atau lambat. “Dalam ekonomi Islam, jumlah uang beredar ditentukan
berdasarkan banyaknya pemintaan uang di sektor rill atau ditentukan oleh
variable endogen.” (D. Febrian, 2015 : 60)

Siamat (20005:93) mengatakan bahwa , jumlah uang beredar di


Indonesia dipengaruh oleh kegiatan luar negri, sektor pemerintah, sektor

29
swasta domestic dan sektor lainnya. Dari transaksi tersebut akan terlihat
jumlah uang beredar dari catatan neraca system moneter sehingga akan
terlihat jumlah uang yang beredar di Indonesia beserta faktor yang
mempengaruhinya.
2.7 Harga Emas

Emas merupakan sebuah logam padat yang lembut, berkilat dan juga
merupakan salah satu logam yang paling lentur diantara logam lainnya.
Berdasarkan pendapat dari Jack Weatherford “ dimanapun orang pasti ingin
menyentuhnya, mengenakkannya, bermain – main dengannya serta ingin
memilikinya. Ini dikarenakan emas sangat berbeda dari logam lainnya,
seperti tembaga akan berubah menjadi hijau, besi yang akan berkarat, dan
perak yang akan memudar namun emas murni akan tetap murni dan tidak
berubah sama sekali.” Maka dari itu, emas memiliki sifat sifat yang sangat
bernilai. (D. Febrian, 2015:60)
Emas juga merupakan sebuah logam mulia yang sangat lekat dengan
kehidupan masyarakat, bukan hanya untuk dijadikan sebagai perhiasan
namun juga dijadikan sebagai alternative dari kegiatan investasi. Dengan
emas ini, juga mampu mengukur tingkat kekayaan suatu individu maupun
bangsa. Harga emas juga dapat mencerminkan seputar ekspektasi dan
harapan berkaitan tentang inflasi karna emas akan dicari ketika nilai dari
uang kertas perlahan menurun. Karna inflasi hanya mengikis nilai dari uang
kertas namun tidak mengikis harga emas itu sendiri. Ini dibuktikan dengan
harga emas yang cenderun naik dan stabil dan sangat jarang mengalami
penurunan yang tajam. (D. Febrian, 2015:61)
Sejak pertama kali ditemukan, emas ini sangat memiliki nilai dan
peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tidak hanya digunakan
untuk memperindah diri, namun juga bisa digunakan sebagai investasi
maupun dikembangkan dengan beberapa inovasi yang saat ini sedang
berkembang. Yaitu berkaitan tentang penggabungan emas dengan industry
elektornik, computer, kedokteran serta penerbangan. Ini adalah beberapa
contoh dari pengembangan emas dengan produk produk lain.

30
Sedangkan didalam dunia keuangan dan investasi, emas dijadikan
sebagai asset yang memiliki nilai lebih dan tinggi. Karna emas ini juga
digunakan sebagai pelindung nilai dari suatu asset. (D. Febrian, 2015:61)
Dengan kondisi kenaikan tingkat harga inflasi yang cukup tinggi maka akan
menjadi sangat wajar jika harga emas diindonesia mengalami peningkatan
yang cukup pesat. Emas ini juga dikategorikan sebagai middle risk
investment yang mempunyai beban resiko kecil dengan keuntungan yang
jauh lebih besar dari pada investasi pada bank atau didepositokan..
Dimulai pada tahun 1968, patokan harga emas seluruh dunia adalah
harga emas berdasarkan harga standar pasar emas London. Ini dinamakan
dengan system London Gold Fixing yang memiliki arti suatu bentuk dari
prosedur yang menetapkan harga emas dua kali sehari jam kerja oleh lima
anggota pasar London Gold Fixing Ltd. Anggotanya terdiri dari Bank Of
Nova Scottia, Deutsche Bank, HSBC, Barclays Capital, Societe General.
(Rais, 2010 : 62)
Proses penetapan harga diawali dengan lelang yang dilakukan oleh
kelima member tersebut. Pada awal priode perdagangan, presiden dari
London Gold Fixing akan mengumumkan sebuah harga yang kemudia
kelima anggota akan menggambarkan harga tersebut kepada dealer. Dan
dealer ini yang berhubungan langsung dengan pembeli emas sebenarnya
untuk dilakukannya perdagangan.
Maka dari itu, dari sinilah harga emas akan terbentuk berdasarkan
dari Tarik menarik antara penawaran dan permintaan. Apabila permintaan
lebih besar daripada penawaran, maka secara otomatis harga emas juga akan
meningkat dan itu berlaku sebaliknya. Penetapan harga emas secara pasti
dan sampai pada titik keseimbangan diukur berdasarkan kurs dari Dollar
Amerika Serikat , Pondsterling dan Euro. (D. Febrian, 2015:64)

2.8 Indikator Harga emas


Harga emas ini dapat diukur dari jumlah permintaan dan penawaran
yang ada. Apabila permintaan lebih besar dari pada penawaran maka harga
emas akan meningkat, ini juga berlaku sebaliknya. Dan juga harga emas
ditentukan berdasarkan standar harga pada pasar emas London yang

31
dinamakan LGF (London Gold Fixing) oleh lima anggota dari London Gold
Fixing yang terdiri dari :

a) Bank of Nova Scottia


b) Barclays Capital
c) Deutsche Bank
d) HSBC
e) Societe General
Proses penetapan harga diawali dengan lelang yang dilakukan oleh
kelima member tersebut. Pada awal priode perdagangan, presiden dari
London Gold Fixing akan mengumumkan sebuah harga yang kemudia
kelima anggota akan menggambarkan harga tersebut kepada dealer. Dan
dealer ini yang berhubungan langsung dengan pembeli emas sebenarnya
untuk dilakukannya perdagangan penetapan harga terakhir dari setiap dealer
kepada anggota LGF ini merupakan posisi bersih dari perhitungan antara
jumlah penawaran dan pemintaan yang ada.

2.9 Keterkaitan Antar Variabel


2.9.1 Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Rahn
Menurut Adiwarman Karim (2015:135), Inflasi adalah
kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa
selama suatu periode tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai
fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit
penghitungan moneter terhadap suatu komoditas.

Hasil penelitian Ade Purnomo (2009), menyatakan bahwa


tingkat Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan
Rahn pada PT Pegadaian Syariah. Tetapi pada penelitian
Wahyuningsih Dondo (2013) menyatakan bahwa tingkat inflasi
berpengaruh signifikan terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja
pada bank umum di Indonesia.

32
2.9.2 Pengaruh Pendapatan Usaha Terhadap Penyaluran
Rahn
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia, 1998),
Pendapatan Usaha merupakan arus masuk bruto dari kegiatan
ekonomi berupa aktivitas normal dari suatu perusahaan selama suatu
periode bila arus modal masuk itu mengakibatkan adanya kenaikkan
ekuitas yang tidak datang dari kontribusi penanaman modal.
Hasil penelitian Danny Febrian (2015), menyatakan bahwa
pendapatan usaha memiliki pengaruh signifikan terhadap
pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian Syariah. Dan hasil penelitian
Vika Anggun (2017) menyatakan bahwa pendapatan usaha memiliki
pengaruh signifikan terhadap penyaluran Rahn pada PT Pegadaian
Syariah.

2.9.3 Pengaruh Jumlah Uang Rupiah Beredar Terhadap


Penyaluran Rahn

Siamat (2005:93) mengatakan bahwa , jumlah uang beredar


di Indonesia dipengaruh oleh kegiatan luar negri, sektor pemerintah,
sektor swasta domestic dan sektor lainnya. Dari transaksi tersebut
akan terlihat jumlah uang beredar dari catatan neraca system
moneter sehingga akan terlihat jumlah uang yang beredar di
Indonesia beserta faktor yang mempengaruhinya.
Hasil penelitian William Lie dan Mariana Ing (2015),
menyatakan bahwa jumlah uang beredar memiliki pengaruh
signifikan terhadap kredit perbankan di Indonesia.

2.9.4 Pengaruh Harga Emas terhadap Penyaluran Rahn


Dengan meningkatnya harga emas dari waktu ke waktu, ini
akan berdampak pada peningkat omset yang didapat oleh PT
Pegadaian. Ini juga diiringi dengan peningkatan harga taksiran dari
barang jaminan. Akibatnya jumlah pinjaman pada setiap golongan
akan mengalami peningkatan, khususnya golongan C dan juga akan
mempengaruhi jumlah pembiayaan pada golongan lainnya.

33
Berdasarkan data yang didapat hampir 90% barang gadaian
merupakan emas. Akibatnya flutiatif atau naik turunnya harga emas
ini akan sangat berpengaruh terhadap omset dari pegadaian itu
sendiri sehingga pegadaian menetapkan nilai taksiran emas sebesar
98% dari harga pokok pembeliannya. Ini juga berlaku sebaliknya,
apabila harga emas juga mengalami penurunan, maka akan sedikit
jumlah pinjaman pada setiap golongan sehingga penyaluran
pembiayaan pada setiap golongan akan mengalami penurunan.
(Aziz, 2013:12)
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa naik
turunnya ata fluktiasi dari harga emas ini akan memiliki pengaruh
terhadap jumlah Rahn yang akan disalurkan oleh PT Pegadaian
syariah khusunya pada golongan C. Semakin tinggi harga emas,
maka akan semakin tinggi pula jumlah pembiayaan yang akan
disalurkan pada masing – masing golongan, ini juga berlaku
sebaliknya.
B. Penelitian Terdahulu
1. Inflasi
Penelitian terdahulu yang mendukung serta menjadi landasan
penelitian ini dimulai dari penelitian Ade Purnomo (2009) yang
meneliti tentang pengaruh pendapatan pegadaian syariah, Jumlah
nasabah, tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit gadai di
pegadaian syariah cabang dewi sartika periode 2004 – 2008.
Penelitian terdahulu yang mendukung serta menjadi landasan
penelitian ini dimulai Amen Wahyu (2008) dengan judul Analisis
Penyaluran kredit perum pegadaian di provinsi daerah istimewa
yogyakarta periode 2002 – 2006
2. Jumlah Uang Beredar
Winona Dwinie Putri (2017) dengan judul Pengaruh Inflasi,
Tingkat Pendapatan usaha pegadaian dan jumlah uang beredar
terhadap pembiayaan gadai syariah Rahn pada pegadaian syariah
indonesia periode (2012 – 2016)

34
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nur Akhlaqul
Karimah dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi,
Pendapatan Usaha, Jumlah Nasabah, dan Jumlah Uang Rupiah
Beredar Terhadap Pembiayaan Rahn PT Pegadaian Syariah di
Indonesia (Periode 2007-2016)
3. Harga Emas
Selanjutnya Mukhliz Arifin Aziz (2013) meneliti tentang
Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah Nasabah, Harga
Emas dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran KRedit Gadai
Golongan C (Studi PT. Pegadaian Cabang Probolinggo)
Danny Febrian (2015) meneliti tentang Analisis pengaruh
tingkat inflasi, pendapatan pegadaian dan harga emas terhadap
pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian Syariah (Periode 2005 –
2013).
4. Pendapatan Pegadaian Syariah
Vika Anggun (2017) dengan judul Pengaruh pendapatan
pegadaian, harga emas, dan tingkat inflasi terhadap penyaluran
pembiayaan Rahn pada Pegadaian Syariah di Indonesia tahun 2005-
2015
Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, peneliti ingin
menganalisis kembali keterkaitan variabel ekonomi makro serta
pendapatan pegadaian syariah dalam mempengaruhi penyaluran
Rahn oleh pegadaian syariah periode 2007 – 2017.

35
C. Kerangka Berfikir

Variabel Independen :
Inflasi (X1)

Pendapatan Pegadaian (X2)

Harga Emas (X3)

Jumlah Uang Beredar (X4)

Variabel Dependen :
Pembiayaan Rahn
(Y)

Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas
2. Uji Autokorelasi
3. Uji Multikolinieritas
4. Uji Heteroskedastisitas

Model Regresi : Linier Berganda

Uji Hipotesis
1. Uji t (Parsial)
2. Uji f (Simultan)
3. Uji Koefisien
Determinasi

Interpretasi dan Kesimpulan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:


Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

36
D. Hipotesis
a. HO = Tidak Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel
Inflasi Terhadap Penyaluran Rahn di PT Pegadaian Syariah periode
2007 – 2017
HI = Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel Inflasi
Terhadap Penyaluran Rahn di PT Pegadaian Syariah periode 2007 –
2017
b. HO = Tidak Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel
Harga Emas Terhadap Penyaluran Rahn di PT Pegadaian Syariah
periode 2007 – 2017
HI = Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel Harga
Emas Terhadap Penyaluran Rahn di PT Pegadaian Syariah periode
2007 – 2017
c. HO = Tidak Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel
Jumlah Uang Beredar Terhadap Penyaluran Rahn di PT Pegadaian
Syariah periode 2007 – 2017
HI = Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel Jumlah
Uang Beredar Terhadap Penyaluran Rahn di PT Pegadaian Syariah
periode 2007 – 2017
d. HO = Tidak Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel
Pendapatan PT Pegadaian Terhadap Penyaluran Rahn di PT
Pegadaian Syariah periode 2007 – 2017
HI = Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel
Pendapatan PT Pegadaian Terhadap Penyaluran Rahn di PT
Pegadaian Syariah periode 2007 – 2017
e. HO = Tidak Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel
Ekonomi makro dan pendapatan PT Pegadaian Terhadap Penyaluran
Rahn di PT Pegadaian Syariah periode 2007 – 2017
HI = Terdapat Pengaruh yang Signifikan antara Variabel Ekonomi
makro dan pendapatan PT Pegadaian Terhadap Penyaluran Rahn di
PT Pegadaian Syariah periode 2007 – 2017

37
f. HO = Pergerakan Penyaluran Rahn dari tahun 2017 – 2027
mengalami penurunan
HI = Pergerakan Penyaluran Rahn dari tahun 2017 – 2027
mengalami peningkatan

38
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


Model dalam penelitian ini merupakan hasil penggabungan dari
kerangka teoritis beberapa pakar lembaga keuangan yang melihat pengaruh
ataupun hubungan dari konstruk-konstruk yang diuji dalam penelitian ini,
yaitu : inflasi, pendapatan usaha, Harga Emas dan Jumlah Uang Beredar
terhadap Penyaluran Rahn. Data yang digunakan merupakan data angka-
angka (kuantitatif) kuartalan periode kuartal 1 tahun 2007 sampai kuartal 4
tahun 2017. Disini penulis ingin mengetahui bagaimana variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat dan dengan mengunakan pendekatan
deskriptif dimana penulis ingin menggambarkan secara menyeluruh tentang
keadaan PT Pegadaian Syariah, terutama dari sisi penyaluran gadai syariah
(Rahn).
B. Hasil Tinjauan Pustaka
1. Inflasi
Berdasarkan penelitian terdahulu, yaitu Amen Wahyu (2008)
dengan hasil Berdasarkan uji parsial Variabel pendapatan, jumlah
nasabah dan inflasi memiliki pengaruh terhadap penyaluran kredit perum
pegadaian syariah di Yogyakart aBerdasarkan uji simultan, semua
variable memiliki pengaruh terhadap penyaluran kredit perum pegadaian.
Ade Purnomo (2009) ditemukan hasil bahwa Hasil menunjukkan
bahwa variable Pendapatan Pegadaian dan jumlah nasabah berpengaruh
terhadap pembiayaan kredit untuk variable inflasi tidak memiliki
pengaruh terhadap penyaluran kredit di Perum Pegadaian Syariah Cabang
Dewi Sartika.
2. Jumlah Uang Beredar
Winona Dwinie Putri (2017) dengan hasil Inflasi tidak memiliki
pengaruh terhadap pembiayaan Rahn, Pendapatan usaha memiliki
pengaruh terhadap pembiayaan Rahn dan jumlah uang beredar tidak
memiliki pengaruh terhadap pembiayaan Rahn.Secara simultan, semua
variable memiliki pengaruh terhadap pembiayaan Rahn.

39
Nur Akhlaqul Karimah dengan hasil Inflasi tidak memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap penyaluran Rahn oleh pegadaian
syariah namun untuk variabel Jumlah Nasabah, Jumlah Uang Beredar
serta Pendapatan Pegadaian Syariah memiliki pengaruh secara parsial
terhadap penyaluran Rahn oleh pegadaian syariah.
3. Harga Emas
Mukhliz Arifin Aziz (2013) dengan hasil Pengaruh yang signifikan
terhadap penyaluran kredit yaitu jumlah nasabah, harga emas sedangkan
untuk variable inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap penyaluran
kredit.
Denny Febrian (2015) dengan hasil Berdasarkan hasil analisis
secara parsial tingkat inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kredit Rahn sedangkan pendapatan egadaian dan harga emas
keduanya masing- masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian Syariah.
4. Pendapatan Pegadaian Syariah

Vika Anggun (2017) dengan hasil Berdasarkan hasil analisis secara


parsial tingkat inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kredit Rahn sedangkan pendapatan egadaian dan harga emas keduanya
masing- masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan
Rahn pada PT Pegadaian Syariah. Dan Winona Dwinie Putri (2017) dengan
hasil Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap pembiayaan Rahn,
Pendapatan usaha memiliki pengaruh terhadap pembiayaan Rahn dan
jumlah uang beredar tidak memiliki pengaruh terhadap pembiayaan
Rahn.Secara simultan, semua variable memiliki pengaruh terhadap
pembiayaan Rahn.

Dengan adanya hasil dari tinjauan pustaka ini, peneliti


menyimpulkan bahwa ada dua variabel yang kuat dalam mempengaruhi
penyaluran Rahn oleh pegadaian syariah yaitu Harga Emas dan Pendapatan
Pegadaian Syariah dan dua variabel yang tidak selalu mempengaruhi
penyaluran Rahn oleh pegadaian syariah yaitu Tingkat Inflasi dan Jumlah
Uang Beredar. Maka dari itu peneliti ingin menganalisis kembali sekaligus

40
menggabungkan keempat variable tersebut untuk melihat hasil dan
dampaknya terhadap penyaluran Rahn oleh Pegadaian Syariah pada periode
2007 hingga 2017.

C. Populasi
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seorang
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga
disebut studi populasi atau studi sensus (Arikunto, 2006:130). Populasi
dalam penelitian ini adalah laporan keuangan kuartalan pegadaian syariah di
Indonesia.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang wajib dilakukan untuk
melakukan penyusunan penelitian sehingga memperoleh hasil yang sejalan
dengan tujuan dari penelitian ini. Periode data yang digunakan adalah data
sekunder dari 2007-2017 yang bersumber dari Bank Indonesia dan Annual
Report PT Pegadaian (Persero). Selanjutnya untuk mempermudah penulis
dalam mengambil data ini, dibantu melalui media teknologi internet dalam
publikasi laporan keuangan PT Pegadaian Syariah dan data dari Bank
Indonesia. Data yang diperlukan dalam penelitian adalah :

1. Rahn PT Pegadaian Syariah tahun 2007-2017.


2. Tingkat Inflasi tahun 2007-2017.
3. Pendapatan PT Pegadaian (Persero) tahun 2007-2017.
4. Harga Emas Indonesia tahum 2007-2017.
5. Jumlah Uang Rupiah Beredar PT Pegadaian Syariah tahum 2007-2017.
C. Metode Analisis
Dalam penelitian ini untuk mengetahui analisis pengaruh tingkat
inflasi, pendapatan usaha, Harga Emas dan jumlah uang rupiah beredar
terhadap Rahn PT Pegadaian Syariah periode 2007-2017, metode yang
digunakan merupakan metode kuantitatif dimana jenis data yang didapat
merupakan penelitian berbentuk angka. Dalam penelitian ini menggunakan
jenis kuantitatif dan format deduktif dimana dimulai dari hal yang umum

41
menuju hal yang lebih spesifik. Pemilihan alat analisis yaitu menggunakan
Ordinary Least Square (OLS) dan Uji Dynamics. Uji OLS digunakan untuk
melihat pengaruh variable independen terhadap variable dependen atau
sama dengan uji regresi berganda (Multiple Regression) (Nachrowi,
2006:9), sedangkan uji dynamic untuk melihat apakah akan ada
pertumbuhan yang naik stabil, stabil atau turun dalam perhitungan waktu
jangka panjang.

1. Uji Asumsi Klasik


Model regresi yang baik adalah model regresi yang mengahsilkan
estimasi linier tidak bias (Best Liniear Unbias Estimator/BLUE). Kondisi
ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi yang disebut dengan asumsi
klasik. Asumsi klasik selengkapnya adalah sebagai berikut :

a. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah sebuah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak. Apabila data tersebut berdistribusi normal
maka akan dilanjutkan pada tahapan uji selanjutnya. Uji ini juga digunakan
untuk mengetahui data yang digunakan dalam variable penelitian. Untuk
melihat data tersebut berdistribusi normal, itu dilihat dari koefisien Jarque-
Bera dan Probabilitasnya. Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2),
maka data berdistribusi normal. Dan bila probabilitasnya lebih besar dari
5% (0,05) maka terdistribusi normal (Winarno, 2009: 5.24).

Salah satu asumsi dalam analisis statistik adalah data harus


berdistribusi normal. Dalam analisis multivariate, para peneliti
menggunakan sebuah landasan dimana jika tiap variabel terdiri dari 30 data,
maka data sudah berdistribusi normal. Apabila terdapat 3 variabel, maka
diperlukan 3 x 30 = 90 (Ajija, 2011:42).

b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya adanya hubungan yang signifikan diantara
dua atau lebih variabel. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas dalam model persamaan penelitian ini, penulis
menggunakan matriks korelasi (Correlaion Matriks). Masalah awal pada

42
multikolinearitas dengan adanya standard eror yang besar dan nilai statistic t
yang rendah (Widarjono, 2009:113). ini disebabkan, karena melibatkan
beberapa variable independen. Maka dari itu, multikolineriatritas tidak akan
terjadi apabila persamaan regresinya sederhana atau hanya terdapat satu
variable dependen dan satu variable independen (Winarno, 2011:51).

Menurut Widarjono ada dua macam langkah yang dapat diambil


dalam mengatasi masalah multikoloniearitas yaitu dengan mengubah model
supaya terbebas dari multikolinearitas atau membiarkan model tersebut
mengandung multikolinearitas. Apabila penulis membiarkan hal ini, maka
akan sangat sulit untuk mendapatkan estimator dengan standart eror yang
rendah. (Winarno, 2011:52)

Masalah multikolinearitas timbul karena jumlah observasi yang


sedikit. Maka dari itu ada berbagai cara untuk menghilangkan masalah ini
yaitu dengan cara menghilangkan salah satu variable independent yang
memiliki hubungan linier kuat, mentransformasi variable serta
menambahkan jumlah data. (Widarjono, 2009:120)

Apabila pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan


correlation matrix, jika hasilnya ada yang melebihi dari 0,8 itu menandakan
telah terjadi multikolineritas yang serius. Jika terjadi hal demikian, maka ini
akan berdampak buruk karena akan berdampak pada kesalahan standart
estimator yang tinggi. (Gujarti, 2006:68).

Apabila terjadi Multikolineritas menurutdisarankan untuk


mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : (Widiarjono,
2009:54)

a) Adanya informasi sebelumnya (information apriori)


b) Menghubungkan data cross sectional dan data urutan waktu, yang
dikenal sebagai penggabungan data (pooling the data).
c) Mengeluarkan satu variabel atau lebih.
d) Transformasi variabel serta penambahan variabel baru.
e) Selanjutnya bisa dengan mentransformasikan salah satu (atau

43
beberapa) variabel dengan melakukan diferensiasi. diferensiasi
berguna untuk melakukan penurunan data yang membuat nilai
estimasi sekecil mungkin, sehingga terbebas dari penyakit atau
melanggar uji asumsi klasik

c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam uji
regresi ini terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan
dengan pengamatan yang lain.

Asumsi dalam model regresi adalah:


1) Residual memiliki nilai rata-rata nol.
2) Residual memiliki varian yang konstan.

3) Residual suatu observasi tidak saling berhubungan dengan residual


observasi lainnya atau cov = 0, sehingga menghasilkan estimate BLUE

Ada beberapa pendekatan heterokedastisitas yaitu Uji Park,


Goldfield- Quant Test dan Uji White. Pada penelitian penelian dari uji
heterokesdastisitas dilakukan dengan Uji White. Apabila probabilitas Obs*
lebih besar dari 5% (0,05) maka model tersebut terbebas heterokedastisitas.
Apabila probabilitas Obs* lebih kecil dari 5% (0,05) maka model tersebut
memiliki heterokedastisitas. Jadi model tersebut harus perbaiki melalui
transformasi logaritma natural dengan cara membagi persamaan regresi
dengan variabel independen yang mengandung heterokedastisitas.

d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada dalam sebuah
model regresi linier sebuah korelasi antara kesalahan sebuah pengganggu di
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Model
regresi yang baik adalah model yang terbebas dari uji autokorelasi. (Gujarti,
2006:112)

44
Apabila nilai yang diharapkan dari koefisien korelasi sederhana pada
setiap dua pengamatan error term merupakan tidak sama dengan nol, maka
dapat dikatakan memiliki otokorelasi tanpa sifat perubahanatau otokorelasi
murni. (Hamja, 2012:25).

Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model

tersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R2 lebih


kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi.

Jika sebuah data terdapat autokorelasi, maka itu harus diperbaiki


terlebh dahulu sebelum dilanjutkan pada tahapan selanjutnya. Untuk
mengatasi masalah tersebut, diperlukan estimasi diffrensiasi tingkat satu.

Autokorelasi (atau otokorelasi) menandakan korelasi di antara


serangkaian anggota observasi yang di urutkan menurut waktu atau ruang.
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, yaitu memperhatikan t- statistik, R-
Square, uji F, dan Durbin Watson (DW) atau melakukan uji LM (Metode
Bruesch godfrey). (Ajija, 2011:35).

Apabila D-W berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut
tidak terdapat autokolerasi. Sebaliknya, jika DW tidak berada diantara 1,54
hingga 2,46 maka model tersebut terdapat autokolerasi. (Winarno,
2009:5.27)

2. Analisis Regresi Berganda


Secara garis besar, penelitian ini menganalisis tentang pengaruh
tingkat inflasi, pendapatan usaha, jumlah nasabah dan jumlah uang rupiah
beredar terhadap pembiyaan Rahn PT Pegadaian Syariah periode 2007-
2017.

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan


dan pengaruh dari beberapa variabel bebas (independent variabel) terhadap
variabel terikat (dependent variabel). Bentuk persamaan regresi dngan 4
variabel independen adalah:

45
Y = α + βX1 + βX2 +βX3 + βX4 + ε
Sedangkan model ekonometrika ditulis

Keterangan :
Y : Penyaluran Rahn
α : Constanta
β1, β2, β3, β4 : Koefisien regresi

X1 : Inflasi
X2 : Pendapatan Usaha
X3 : Harga Emas
X4 : Jumlah Uang Rupiah Beredar
ε : error terms (variabel diluar model tetapi tidak ikut
perpengaruh terhadap variabel terikat)
3. Uji Hipotesis
Uji yang dilakukan untuk mengertahui dari hasil penelitian, apakah
dari output penelitian ini ditemukan jawaban yang sesuai dengan unsur yang
ingin diteliti oleh si peneliti. Data yang digunakan untuk mengetahui
hubungan dari variabel-variabel yang akan diteliti. Pengolahan data
menggunakan SPSS dan Uji Dynamics.

Dalam pengujian hipotesis analisis dilakukan melalui:

a. Uji t Statistik (Uji Parsial)


Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah variable independen
secara parsial atau sendiri – sendiri memiliki pengaruh terhadap variebel
dependen. Untuk mengetahui hasilnya, dapat dilakukan dengan cara melihat
nilai t-statisti yang dibandingkan dengan nilai t-tabel pada signifikan α =
5%. Jika nilai probabilitas besar dari α = 5% maka H₀ diterima Hₐ ditolak.
Namun jika nilai probabilitas kecil dari α = 5% maka H₀ ditolak Hₐ
diterima

b. Uji F (Simultan)
Uji Fisher (Uji-F) bertujuan untuk melihat apakah seluruh variable
bebas (Independen) memiliki pengaruh terhadap variable terikat (Dependet)

46
pada tingkat nilai signifikansi sebesar 5% (0,05)

Bila probabilitas besar dari α = 5% maka variabel bebas tidak


signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Bila
probabilitas kecil dari α = 5% maka variabel bebas signifikan atau
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.

c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Menurut Ajija Uji koefisien determinasi koefisien (R2) koefisien


determinasi bertujuan untuk melihat sebesarapa besar hubungan kedekatan

antara variable bebas dalam menjelaskan variable terikat. Nilai R2 berkisar


antara 0 sampai 1. Apabila nilai tersebut mendekati 1 maka itu berarti
variable bebas dalam menjelaskan variable terikat sangat baik.
4. System Dynamics
Menurut Muhammadi dkk (1995) pemilihan Metode System Dynamics
ini didasari untuk mempertimbangkan keterkaitan serta saling
ketergantungan antara satu variable dengan variable lainnya dan juga
menggambarkan interaksi dari masing – masing variable. Selanjutnya,
analisis ini juga melihat prilaku sebuah system apabila diberikan suatu
intervensi terhadap system yang dilakukan. Dalam menguji keakuratan
pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan sebuah model dengan
kondisi nyata maupun empiris.
Model simulasi dengan System Dynamics mengacu pada pendekatan
kualitatif-kuantitatif. Penggunaan pendekatan berpikir sistem kualitatif (soft
system methodology) dalam proses operasionalnya difasilitasi dengan
penggunaan program komputer (software powersim constructor) sebagai
alat bantu pengungkapan gagasan (cognitive mapping) atau
memformulasikan model sebagai pendekatan berpikir sistem kuantitatif
(system dynamics).
Pendekatan berpikir sistem kualitatif digunakan untuk menciptakan
struktur, sedangkan pendekatan berpikir sistem kuantitatif digunakan untuk
mensimulasikan suatu struktur menjadi suatu perilaku. Penggunaan
pendekatan berpikir sistem kualitatif digunakan untuk memahami

47
kompleksitas sistem dan untuk mendukung proses berpikir intuitif-dialogis,
sedangkan pendekatan berpikir sistem kuantitatif digunakan untuk m proses
berpikir secara rasional. Dalam proses pemanfaatan pendekatan berpikir
sistem kuantitatif-kualitatif, dua pendekatan ini dilakukan berdasarkan
kebutuhan, substansi serta konteks dari analisi yang dilakukan.
Pendekatan kuantitatif juga digunakan untuk menganalisis data yang
dikumpulkan pada satu saat dengan menggunakan data time series. Data
time series dimaksudkan untuk mengetahui trend dari suatu kondisi dan
juga untuk mengetahui sebab akibat pada simulasi pola dinamis. Data yang
dikumpulkan dapat juga digunakan untuk mengetahui kecendrungan
perilaku tertentu. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengambil suatu
kesimpulan dari analisis sistem yang akan dilakukan.
a. Problem Identification and Definition
Pada fase pertama proses pembuatan model ini, terdapat beberapa
aktivitas diantaranya mengetahui dan mendefinisikan permasalahan yang
akan dikaji dan di analisis secara sistem. Pada tahap awal ini pengumpulan
informasi historis sangat penting untuk menggambarkan perilaku persoalan.
Pola historis akan menjadi reference mode yang diwakili oleh pola perilaku
suatu kumpulan variabel yang mencakup beberapa aspek yang berhubungan
dengan perilaku persoalan.
b. System Conceptualization
Tahap kedua dalam pembangunan model adalah menyusun unsur
unsur yang dianggap berpengaruh di dalam sistem. Pada tahap ini tercakup
langkah-langkah untuk mengenali sistem (system identification) antara lain,
penentuan batas sistem (system boundary), struktur umpan balik (feedback
structure), struktur informasi (information structure), rancangan untuk
menguji validasi model (experiment design for validity) dan rancangan
untuk melakukan ekplorasi pengujian kebijakan (experiment design for
policy exploration). Sistem dapat digambarkan dalam beberapa cara dan
yang paling lazim adalah dengan diagram causal loop, menentukan variabel
tertentu terhadap waktu dan menggambarkan diagram alir.

48
Dalam melakukan identifikasi dan deskripsi tentang apa yang ada
dalam boundary sistem, dilakukan dengan bantuan sign diagraph berupa
penghubung dalam causal loop dan melambangkan arah feedback. Sign
diagraph ini menyatakan bagaimana suatu elemen mempengaruhi dan
berinteraksi dengan elemen lainnya.
Ada dua umpan balik yang mungkin dijumpai dalam suatu sistem,
yaitu umpan balik positif yang menghasilkan pola pertumbuhan dan lingkar
umpan balik negatif yang akan menghasilkan pola pencapaian tujuan (goal
seeking). Gabungan lingkar yang sejenis ataupun kombinasinya akan
menghasilkan berbagai macam perilaku.
c. Model Formulation
Penggambaran model merupakan proses untuk mengubah konsep
sistem yang telah disusun ke dalam bentuk persamaan atau bahasa
komputer. Persamaan dimaksud dilambangkan dalam bahasa matematis.
d. Simulation and Validation of Model
Pada fase ini sejumlah pengujian akan dilakukan terhadap model guna
mengevaluasi kualitas dan validitasnya. Pengujian tersebut beragam
bentuknya, mulai dari memeriksa konsistensi logikanya, mencocokkan
keluaran model dengan data yang berhasil dikumpulkan dalam suatu
rangkaian waktu, hingga melakukan uji statistik berbagai parameter yang
digunakan dalam simulasi. Jika ditemukan adanya perbedaan yang
signifikan dengan pola rujukan (reference mode), maka struktur dan atau
parameter model dapat ditinjau kembali atau dimodifikasi seperlunya. Jika
tercapai kesesuaian antara struktur model dengan informasi teoritis dan
empiris mengenai perilaku sistem tersebut, model dapat diterima sebagai
suatu representasi yang valid mengenai sistem tersebut.
Hal ini senada dengan pendapat Coyle, 167 cara awal untuk
mengamati dan memetakan permasalahan dalam suatu sistem dapat
digunakan soft systems analysis. Metode ini biasa digunakan untuk
perencanaan dan perubahan kebijakan yang telah berlaku dan akan berlaku.
Sistem dinamis digunakan melakukan pengujian validasi dan simulasi
terhadap skenario yang digunakan dalam kebijakan.

49
e. Policy Analysis and Improvement
Maksud utama pemodelan dan mempelajari sistem adalah untuk
merancang kebijakan yang lebih baik yang dapat memperbaiki perilaku
sistem. Rancangan kebijakan berdasarkan pemahaman yang diperoleh dari
pemodelan. Kebijakan-kebijakan baru dirancang secara intuitif dan diuji
melalui model yang dibuat.
f. Policy Implementation
Model system dynamics dapat digunakan untuk mempelajari dinamika
implementasi kebijakan-kebijakan baru. Kunci utama keberhasilan
implementasi adalah keterlibatan pemilik sistem di semua tahap
pengembangan model dan analisis sehingga mempermudah menyakinkan
validitas dan kegunaan model.
Untuk melakukan perubahan perilaku dunia nyata melalui suatu model
simulasi menurut Tasrif (2004) dapat dilakukan dengan cara; a). Mengubah
paramater, atau b). mengubah strukturnya. Perubahan parameter ialah
dimana parameter-parameter kebijakan yang sensitif dalam suatu model
mengindikasikan titik-titik pengungkit (leverage points) dalam sistem nyata,
tempat suatu perubahan dapat dilakukan dalam sistem nyata yang akan
mengubah (memperbaiki) perilaku sistem. Perubahan struktur (kaidah
keputusan) adalah perubahan struktur dalam model (menambah dan atau
mengurangi lingkar umpan balik atau feedback loop) yang sensitif
mengindikasikan adanya perubahan kaidah keputusan (decision rule),
sebagai bentuk yang baru dalam memanipulasi informasi untuk membuat
suatu keputusan dalam sistem nyata yang akan memperbaiki perilaku
sistem.
Alat yang digunakan dalam melakukan simulasi model yang dibuat
dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer dengan software
Powersim Constructor 2.7. Penggunaan alat bantu software dimaksudkan
untuk melacak kebijakan-kebijakan yang dapat memberikan efek perubahan
perilaku sistem sesuai dengan yang diinginkan yaitu memperbaiki perilaku
sistem yang tidak diinginkan atau mewujudkan perilaku sistem yang
diinginkan.

50
4.1 Software System Dynamics
Pada sub bab ini akan disinggung software yang digunakan dalam
penelitian ini. Software ini banyak digunakan karena sifatnya yang
komprehensif dan mampu merepresentasikan dari metode penelitian dengan
pendekatan System Dynamics ini.
Perkembangan dari keilmuan System Dynamics ini diterima oleh
akademisi dengan mulai merambahnya pengembang-pengembang software,
yang kemudian tidak lagi berpusat di Amerika Serikat, tetapi sudah
merambah ke negara di bagian Eropa. Pengembang aplikasi Powersim
berkantor pusat di negara Norwegia. Dalam keterangannya, pengembang
software ini dimotori oleh pemerintah setempat, yaitu dari negara Norwegia.
Dalam metode System Dynamics terdapat beberapa simbol yang diperlukan
untuk menghubungkan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
Lambang ini dapat ditemukan dalam software komputer yang menggunakan
metode System Dynamics ini.
Software yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah software
Powersim versi 2.5d, yang kemudian diperbaharui dengan versi yang lebih
baik yaitu Powersim versi 2007. Simbol yang digunakan dalam versi 2.5d
maupun yang versi 2007 adalah sama. Secara umum simbol yang ada dalam
software Powersim tidak jauh berbeda dengan software lainnya yang
memakai metode System Dynamics, seperti yang terlihat pada tabel. Dalam
aplikasinya simbol dalam Powersim yang digunakan untuk menggambarkan
Stock Flow Diagram (SFD) terdiri dari empat bagian, yaitu constan,
auxiliary, level, dan rate.

51
Gambar 4.1 Lambang Dan Arti Dalam Aplikasi Powersim
4.2 UJI STATISTIK
Dalam sub bab ini akan dipaparkan uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini.
1. Pengujian Abosolute Error
Menurut Robert A. Yaffe (2000) metode uji statistik abosolute error
adalah uji statistik untuk melihat penyimpangan antara hasil simulasi
dengan data empirik, yaitu dengan menghitung Absolute Variation Error
(AVE) dan Abosolute Means Error (AME). AVE adalah melakukan
pengujian dengan melihat penyimpangan nilai variasi hasil simulasi
terhadap data empirik.
Dengan rumus sebagai berikut:

52
AVE = (Vs-Ve) / Ve x 100% .................................... (1)

Bahwa Vs adalah varians hasil simulasi dan Ve adalah varians dari


data empirik. Sedangkan AME adalah melakukan pengujian untuk melihat
penyimpangan antara nilai rata-rata hasil simulasi terhadap data empirik
atau data aktual. Dengan rumus:

AME = (Xs –Xe) / Xe x 100% .................................... (2)

Bahwa Xs adalah means hasil simulasi dan Xe adalah means data


empirik.
2. Pengujian Root Means Square Error
Yaffe (2000) mengatakan bahwa Root Means Square Error (RMSE)
mengukur akar rataan kuadrat persentase perbedaan antara nilai yang
disimulasikan dengan nilai yang sebenarnya. Besarnya RMSE ditentukan
dengan rumus:

RMSE = ....................................... (3)

Keterangan :
RMSE = Akar rataan kuadrat persentase kesalahan
St = Nilai simulasi pada waktu t
At = Nilai aktual pada waktu t
n = Jumlah pengamatan (t=1,2,...n).
Statistik ketidaksamaan Theil membagi rataan kuadrat kesalahan
(Mean Square Error, MSE) ke dalam komponen yang mengukur bagian-
bagian kesalahan yang disebabkan oleh bias (Inequality bias proportion),
ketidaksamaan varian (Inequality variance proportion), dan ketidaksamaan
kovarian (Inequality covarian proportion). Bias terjadi karena adanya
perbedaan rata-rata nilai yang disimulasikan dengan nilai rata-rata aktual.

53
Untuk mengukur besarnya bagian kesalahan karena bias digunakan
hubungan berikut:

Um = .......................................... (4)

Keterangan:
Um = Bagian MSE karena bias (inequality bias proportion)
S = Rata-rata nilai simulasi
A = Rata-rata nilai aktual
St = Nilai aktual pada waktu t
N = Jumlah pengamatan
3. Proses Uji Statistik
Adapun proses memilih uji statistik dengan AVE, AME, dan RSME
sebagai uji validasi adalah sebagai berikut:
a. AVE merupakan pengujian statistik yang diperoleh dari
mengkuadratkan penyimpangan data dari nilai rata-ratanya. Selanjutnya,
nilai varians dihitung dengan menjumlahkan hasil pengkuadratan selisih
nilai data observasi. Hasil AVE masih agak sulit untuk diinterpretasikan
karena nilainya cukup besar yaitu dari hasil pengkuadratan. Oleh karena
itu, perlu dicari ukuran varians yang sama dengan data aslinya dengan
cara menarik akar varians.
b. AME digunakan hanya untuk menyatakan berapa besar penyimpangan
rata-rata dari data yang dihasilkan berdasarkan hasil simulasi terhadap
rata-rata data referensi. Hasil yang diperoleh masih dianggap terlalu
kasar berdasarkan analisis statistik.
c. RMSE merupakan pengujian dalam statistik dengan ukuran varians yang
dihasilkan mempunyai unit pengukuran yang sama dengan data asli.
D. Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel independen (variabel bebas) yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah Inflasi, Pendapatan Usaha, Harga Emas
dan Jumlah Uang Beredar. Sedangkan variabel dependen (variabel terikat)

54
adalah penyaluran Rahn.

Menurut Rais , Gadai Syariah (Rahn) adalah menahan salah satu


harta milik nasabah atau rahin sebagai barang jaminan atas pinjaman atau
marhun atas hutang/pinjaman atau marhun bih yang diterimanya, dan
barang/marhun tersebut memiliki nilai ekonomis.

Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang dengan barang yang


kita miliki di mana uang dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau dari
hasil penjualannya. Rahn juga bisa diartikan menahan salah satu harta
benda milik si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Barang yang dijamin tersebut memiliki nilai ekonomis dan pihak yang
menahan itu memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh
atau sebagian piutangnya. Rahn juga yaitu perjanjian penyerahan barang
atau harta Anda sebagai jaminan berdasarkan hukum gadai berupa emas,
perhiasan, kendaraan, atau barang bergerak lainnya yang terbentuknya
Pegadaian Syariah di Indonesia, yaitu yang bekerjasama dengan Perum
Pegadaian yang membentuk Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) Rahn.

Data penyaluran Rahn dari diperoleh dari Laporan Tahunan (Annual


Report) PT Pegadaian (Persero). Data yang digunakan adalah data
pembiyaan Rahn yang disalurkan berupa data kuartalan selama periode
pengamatan antara kuartal 1 Tahun 2007 sampai kuartal 4 Tahun 2017.

Variabel independen (X) pada penelitian ini terdiri dari :


1. Inflasi
Menurut Karim (2015:135) Inflasi adalah kenaikan tingkat harga
secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu
tertentu. Data tentang inflasi adalah data tentang laju inflasi dalam persen
yang terjadi di Indonesia. Data operasional yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik
Indonesia berdasarkan perhitungan kuartalan, yaitu dari kuartal 1 Tahun
2007 sampai kuartal 4 Tahun 2017 dan dinyatakan dalam bentuk persentase.

55
2. Pendapatan Pegadaian
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus
masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal (Undang-Undang Republik Indonesia, 1998).

Data Pendapatan diambil dari Laporan Tahunan PT Pegadaian


(Persero). Data yang digunakan adalah data Pendapatan kuartalan selama
periode pengamatan antara kuartal 1 Tahun 2007 sampai kuartal 4 Tahun
2017.

3. Harga Emas
Harga emas adalah sejumlah uang yang dikorbankan atau dibayarkan
untuk memperoleh komoditi atau produk berupa emas selain itu juga harga
emas ini digunakan karna sebagian besar media yang digunakan dalam Rahn
adalah emas. Maka dari itu peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh
harga emas ini terhadap penyaluran Rahn yang akan diberikan.

4. Jumlah Uang Beredar


Dalam membahas mengenai uang yang terdapat dalam
perekonomian sangat penting untuk membedakan diantara mata uang dalam
peredaran dan uang beredar. Mata uang dalam peredaran adalah seluruh
jumlah uang yang telah dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank Sentral. Mata
uang tersebut terdiri dari dua jenis yaitu uang logam dan uang kertas.
Dengan demikian mata uang dalam peredaran sama denga uang kartal.
Sedangkan uang beredar adalah semua jenis uang yang ada di dalam
perekonomian yaitu jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah
dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang beredar atau money
supply dibedakan menjadi dua pengertian yaitu dalam arti sempit dan arti
luas.

56
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
a. Perkembangan Pegadaian Syariah di Indonesia
Landasan dasar dari pegadaian syariah ini terletak pada
terbitnya PP/10 pada tanggal 1 April 1990 yang menjelaskan
tentang pelarangan praktek riba dikarenakan ini sebuah tugas
yang diemban oleh pegadaian syariah pada masa itu. Hal itu juga
tidak mengalami perubahan hingga terbitnya PP103/2000 yang
menjadikan landasan tugas dari pegadaian hingga sekarang.
(Pegadaiansyariah.co.id)
Pegadaian syariah ini sebenarnya ini dibentuk diawali
dengan beberapa dari General Manager dari pegadaian
melakukan studi banding ke Malaysia untuk mengambil konsep
syariah yang ada dinegara tersebut. Selanjutnya General Manager
tersebut mulai membuat rancangan untuk membentuk Pegadaian
Syariah di Indonesia. Namun hal tersebut belum terealisasi
disebabkan adanya masalah internal yang terjadi.
(Pegadaiansyariah.co.id)
Pada tahun 2000, mulailah terbentuk sebuah bank berbasis
syariah pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia
dimana bank tersebut menawarkan kerja sama serta membantu
dalam hal pembiayaan. Dan pada tahun 2002, dimulainya
penerapan konsep pegadaian syariah sehingga pada tahun 2003
pegadaian syariah resmi dioperasikan. Cabang pegadaian yang
menerapkan konsep pegadaian syariah terletak pada cabang Dewi
Sartika. (Pegadaiansyariah.co.id)
Diluar ekspektasi, menurut survey BMI menunjukkan
bahwa respown masyarakat terhadap pegadaian syariah ini
mengalami peningkatan yang luar biasa. Ini dilihat dari target
operasional yang ditetapkan oleh BMI untuk pegadaian syariah

57
pada tahun 2003. Target yang ditetapkan yaitu 1,55 Miliyar
namun yang didapat oleh pegadaian cabang dewi sartika
mencapai target 5 miliyar rupiah. (Pegadaiansyariah.co.id)
Keuntungan yang didapat oleh pegadaian syariah ini tidak
didapat berdasarkan bunga. Melainkan dari hasil yang sudah
ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional yaitu memberlakukan
biaya pemeliharaan dari barang yang digadaikan. Biaya itu
dihitung dari nilai barang yang digadaikan bukan dari jumlah
pinjaman. Ini jelas berbeda dengan konsep dari pegadaian
konvensional yang menerapkan system bunga.
(Pegadaiansyariah.co.id)
Dengan semakin berkembangnya pegadaian syariah ini,
tentu juga akan berdampak pada omsetnya. Pada tahun 2006
ditargetkan akan mendapatkan omset sebesar Rp. 323 Miliyar
namun pada bulan september 2006 pegadaian syariah sudah
mendapatkan Rp. 420 miliyar. Hal tersebut sudah melampui
jangkauan yang diharapkan dari pegadaian syariah sekaligus
menandakan bahwa masyarakat memiliki ketertarikan dan
menerima sambutan positif dari masyarakat setempat.
(Pegadaiansyariah.co.id)
Selanjutnya mengenai penyaluran kredit, ini juga
mengalami peningkatan sesuai dengan target yang diharapkan.
Dibuktikan pada pegadaian syariah yang ada di Semarang
dimulai dari Rp. 525 juta pada tahun 2003 hingga Rp. 5,1 miliyar
pada tahun 2004 dan pada tahun 2006 mencapai 18,4 miliyar. Ini
berarti, berapapun permintaan nasabah asalkan barang
jaminannya ada maka pencairan akan dilakukan pada saat itu juga
berdasarkan taksiran dari barang yang digadaikan. Maka dari itu,
pegadaian syariah memiliki masa depan yang sangat cerah.
(Pegadaiansyariah.co.id)

58
b. Produk Pegadaian Syariah
1. Rahn
Rahn memiliki pengertian memberikan pinjaman
dengan system gadai berlandaskan pada prinsip syariah. Pada
system ini nasabah tidak dikenakan biaya sewa modal
melainkan dikenakkan biayah ujrah yang dihitung dari
taksiran barang jaminan yang diberikan.
Besaran ujrah ini maksimal 0,71% (dari taksiran barang
jaminan) dan per 10 hari dengan jangka waktu paling lama 4
bulan namun ini dapat diperpanjang dengan cara mengangsur
serta dapat dilunasi kapanpun dengan perhitungan ujrah
secara proporsional selama masa pinjaman berlangsung.
2. Arrum
Layanan pembiayaan yang diberikan oleh pegadaian
syariah untuk jenis usaha kecil dan mikro yang diperuntukkan
untuk nasabah tidak memilika usaha atau jaminan emas.
Nasabah bisa menjaminkan BPKB sebagai barang jaminan
untuk mendapatkan modal dari pegadaian syariah ini.
Pengembalian pinjaman ini dimulai dari 12 bulan hingga 36
bulan dan dapat dilunasi kapanpun.
3. Amanah
Pemberian pembiayaan untuk pembelian kendaraan
bermotor kepada para karyawan yang memiliki pekerjaan
tetap atau para pengusaha mikro kecil. Dasar pemberian
pinjaman ini dihitung berdasarkan kemampuan pembayaran
nasabah yang dilihat dari gaji bagi karyawan tetap serta
kelayakan usaha bagi pelaku usaha mikro kecil.
B. Pengujian dan Hasil Analisis Data
a. Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas ini digunakan untuk melihat apakah
dalam model regresi, variable pengganggu atau residual

59
memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011:160). Pengujian
Normalitas ini dilihat dari nilai Asymp. Sig. pada hasil uji
normalitas dengan menggunakan One Sampel Kolmogorov –
Smirnov Test. Penetapan sebuah model tersebut berdistribusi
normal atau tidak, dapat dilihat dari nilai probabilitas
Kolmogorov – Smirnov lebih besar dari pada (0,05)
(Djarwanto, 2003:50) Hasil yang didapat adalah
Tabel 4.1
Hasil Uji dari One – Sample Komolgorov - Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual

N 44
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .06456431
Absolute .094
Most Extreme Differences Positive .094
Negative -.077
Kolmogorov-Smirnov Z .621
Asymp. Sig. (2-tailed) .836

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Berdasarkan uji One – Sample Komolgorov - Smirnov


Test dari table 4.1 dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
yaitu 0.836 > 0.05 yang berarti model penelitian ini
berdistribusi secara normal.

2. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi ini bertujuan untuk melihat apakah model
regresi linier ini ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka ini jelas terjadi
problem Autokorelasi (Ghozali, 2011:110). Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah

60
model yang terbebas dari unsur Autokorelasi.
Untuk mengetahui adanya autokorelasi atau tidak ini dilihat
dari nilai Durbin –Watson, yaitu :
Tabel 4.2
Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson
Estimate

1
B.987a .974 .971 .06779 1.669
e (Constant), JUB, Inflasi, Pendapatan, Emas
a. Predictors:
r Variable: Rahn
b. Dependent

dasarkan hasil data diatas, dapat dilihat bahwa nilai Durbin –


Watson sebesar 1,669 dan angkat ini berada diantara -2
sampai +2 yang memiliki arti bahwa tidak ada masalah
autokorelasi dalam penelitian ini.
3. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas
(Independen) (Ghozali, 2011:105). Ini dilihat dari output
yang diteliti berdasarkan nilai VIF, yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel VIF Keterangan
Inflasi 1.326 Tidak terdapat masalah
Multikolonieritas
Pendapatan 2.906 Tidak terdapat masalah
Multikolonieritas
Harga Emas 9.978 Tidak terdapat masalah
Multikolonieritas
Jumlah Uang Beredar 8.204 Tidak terdapat masalah
Multikolonieritas

Dari table 4.3 ini, dapat dilihat bahwa semua variable


bebas nilai VIF nya lebih kecil dari 10, sehingga dapat

61
disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat
masalah multikolonieritas yang memiliki arti tidak ada
korelasi antar variable bebas yang diteliti.
4. Uji Heteroskedasitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ini terjadi ketidaksamaan variance dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap atau sama ini dinamakan homoskedastisitas, sedangkan
apabila mengalami perbedaan maka ini dinamakan sebagai
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model
regresi yang terbebas dari heteroskedastisitas atau adanya
homoskedastisitas (Ghozali, 2001:77).
Uji heteroskedastisitas ini dapat dilihat dari nilai
signifikan setelah dilakukannya regresi dengan absolut
residual pada variable dependen, dapat dilihat dari table
berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig Keterangan
Inflasi 0,536 Tidak terdapat masalah
Heteroskedastisitas
Pendapatan 0,673 Tidak terdapat masalah
Heteroskedastisitas

Harga Emas 0,409 Tidak terdapat masalah


Heteroskedastisitas
Jumlah Uang Beredar 0,836 Tidak terdapat masalah
Heteroskedastisitas
Dapat dilihat dari hasil table 4.4 menunjukkan bahwa
semua variable yang terdiri dari Inflasi, Pendapatan, Harga
Emas dan Jumlah Uang Beredar > 0,05 yang memiliki arti
terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

62
b. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi merupakan studi mengenai pengaruh antara
suatu variable bebas terhadap variable terikat (Ghozali, 2011:95).
Model regresi linier berganda kali ini digunakan untuk melihat
pengaruh variable ekonomi makro (Inflasi, Harga Emas dan Jumlah
Uang Beredar) dan pendapatan pegadaian syariah terhadap
penyaluran penyaluran Rahn di pegadaian syariah dari tahun 2007 –
2017. Hasil dari regresi linier berganda adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B
B Std. Error Beta
e
(Constant) -9.068 .614 -14.769 .000
r Inflasi .153 .067 .068 2.278 .028

1 d Pendapatan .157 .065 .106 2.404 .021

a Emas 2.357 .257 .752 9.187 .000

s JUB .410 .165 .185 2.491 .017

a. Dependent Variable: Rahn


a
berdasarkan table 4.5 diatas, dapat dibuat sebuah persamaan regresi
linier berganda yang terdiri dari :
Y = - 9,068 + 0,153 X1 + 0,157 X2 + 2,357 X3 + 0,410 X4 + e
Berdasarkan Persamaan tersebut dapat di interprentasikan
diantaranya :
1. Konstanta bernilai negatif sebesar 9,068. Ini menunjukkan bahwa
apabila nilai konstan = 0 pada variable Inflasi, Pendapatan
Pegadaian syariah, Harga Emas dan Jumlah Uang Beredar maka
nilai penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di
tahun 2007 – 2017 sebesar 9,068.
2. Koefisien regresi dari variable inflasi bernilai positif sebesar
0,153. Hal ini berarti bahwa jika inflasi (X1) ditingkatkan satu
satuan dengan kondisi semua variable bebas lainnya konstan,

63
maka ini akan meningkatkan nilai penyaluran pembiayaan Rahn
pada tahun 2007 – 2017 sebesar 0,153.
3. Koefisien regresi dari variable pendapatan pegadaian syariah
(X2) bernilai positif sebesar 0,157. Hal ini berarti bahwa jika
pendapatan pegadaian syariah ditingkatkan satu satuan dengan
kondisi semua variable bebas lainnya konstan, maka ini akan
meningkatkan nilai penyaluran pembiayaan Rahn pada tahun
2007 – 2017 sebesar 0,157.
4. Koefisien regresi dari variable harga emas (X3) bernilai positif
sebesar 2,357. Hal ini berarti bahwa jika harga emas ditingkatkan
satu satuan dengan kondisi semua variable bebas lainnya
konstan, maka ini akan meningkatkan nilai penyaluran
pembiayaan Rahn pada tahun 2007 – 2017 sebesar 2,357.
5. Koefisien regresi dari variable Jumlah uang beredar (X4) bernilai
positif sebesar 0,410. Hal ini berarti bahwa jika jumlah uang
beredar ditingkatkan satu satuan dengan kondisi semua variable
bebas lainnya konstan, maka ini akan meningkatkan nilai
penyaluran pembiayaan Rahn pada tahun 2007 – 2017 sebesar
0,410.
Berdasarkan keempat variabel diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa harga emas memiliki nilai konstantan yang
paling besar sehingga harga emas memiliki pengaruh dominan
terhadap penyaluran Rahn oleh pegadaian syariah pada periode
2007 – 2017 dengan nilai konstanta 2.357
c. Analisis Hipotesis
1. Uji Signifikasi Parameter Individual ( Uji – t )
Uji T digunakan untuk melihat pengaruh signifikan dari masing
– masing variable independen terhadap variable dependen
(Djarawnto & Pengestu, 1996:307) . Hasil dari uji t merupakan
sebagai berikut :

64
Tabel 4.6
Hasil Uji T
B
Coefficientsa
e
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
r Coefficients
d B Std. Error Beta

a (Constant) -9.068 .614 -14.769 .000

s Inflasi .153 .067 .068 2.278 .028

1 Pendapatan .157 .065 .106 2.404 .021


a
Emas 2.357 .257 .752 9.187 .000
r
JUB .410 .165 .185 2.491 .017
k
a. Dependent Variable: Rahn
an table 4.6 diatas dapat dilihat hasil uji t dari nilai signifikasinya.
Apabila sig (0,05) lebih kecil dari nilai signifikasi variable maka
menolak HO dan menerima H1 yang berarti variable independen
memiliki pengaruh terhadap variable dependen secara parsial
 Variabel Inflasi (X1) memiliki nilai signifikasi sebesar 0,028 <
0,05 yang berarti bahwa Inflasi berpengaruh terhadap penyaluran
Rahn pada pegadaian syariah ditahun 2007 – 2017.
 Variabel Pendapatan Pegadaian Syariah (X2) memiliki nilai
signifikasi sebesar 0,021 < 0,05 yang berarti bahwa Pendapatan
Pegadaian Syariah berpengaruh terhadap penyaluran Rahn pada
pegadaian syariah ditahun 2007 – 2017.
 Variabel Harga Emas (X3) memiliki nilai signifikasi sebesar 0,0
< 0,05 yang berarti bahwa Harga Emas berpengaruh terhadap
penyaluran Rahn pada pegadaian syariah ditahun 2007 – 2017.
 Variabel Jumlah Uang Beredar (X4) memiliki nilai signifikasi
sebesar 0,017 < 0,05 yang berarti bahwa Jumlah Uang Beredar
berpengaruh terhadap penyaluran Rahn pada pegadaian syariah
ditahun 2007 – 2017.

65
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji F ini digunakan untuk melihat apakah semua variable
independen memiliki pengaruh terhadap variable dependen
(Djarawnto & Pengestu, 1996:268). Hasil dari Uji F adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.7
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 6.667 4 1.667 362.620 .000b

1 Residual .179 39 .005

Total 6.846 43
a. Dependent Variable: Rahn
b. Predictors: (Constant), JUB, Inflasi, Pendapatan, Emas

Berdasarkan table 4.7, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi dari


semua variable independen sebesar 0,00 yang lebih kecil dari 0,05.
Ini memiliki arti bahwa menolak HO dan menerima H1 sehingga
Terdapat Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan Pendapatan
Pegadaian Syariah terhadap Penyaluran Rahn oleh Pegadaian
Syariah di tahun 2007 – 2017.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji ini menjelaskan sebesarapa besar proporsi dari variable
independen dalam menjelaskan variable dependen (Widarjono,
2013:70). Hasil dari perhitungan untuk nilai R Square (R2) dengan
output dari SPSS yaitu :
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate

1 .987a .974 .971 .06779

a. Predictors: (Constant), JUB, Inflasi, Pendapatan, Emas

66
Berdasarkan table 4.8 diatas, dapat dilihat nilai R Square adalah
sebesar 0,974 yang berarti 97% kemampuan dari variable
independen dalam menjelaskan variaben dependen. Sisanya yaitu
3% dijelaskan oleh variable lain diluar variable yang diteliti ini.
d. Uji Dynamic
Uji Dynamic ini digunakan untuk melihat prospek
perkembangan dari pembiayaan Rahn dimasa depan. Untuk itu, hasil
yang didapat melalui aplikasi Powersim Studio adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.9
Hasil Uji Dynamic

Time Rahn
01 Jan 2017 15.001.153.742,00
01 Jan 2018 15.751.211.429,10
01 Jan 2019 16.538.772.000,56
01 Jan 2020 17.365.710.600,58
01 Jan 2021 18.233.996.130,61
01 Jan 2022 19.145.695.937,14
01 Jan 2023 20.102.980.734,00
01 Jan 2024 21.108.129.770,70
01 Jan 2025 22.163.536.259,23
01 Jan 2026 23.271.713.072,20
01 Jan 2027 24.435.298.725,81

Berdasarkan Tabel 4.9 dari hasil uji Dynamic ini, dapat dilihat
bahwa perkembangan penyaluran pembiayaan Rahn akan menjadi
dua kali lipat dari tahun 2017 menuju tahun 2027. Nilai awal
penyaluran Rahn adalah sebesar Rp. 15.001.153.742 juta Rupiah
menjadi Rp. 24.435.298.725 juta rupiah di tahun 2027. Variabel
yang memiliki pengaruh peling dominan terhadap peningkatan
penyaluran Rahn ini adalah Pendapatan Pegadaian Syariah dilihat
berdasarkan persentase pertumbuhan nominal secara kuartal pada
data historical tahun sebelumnya.

67
Grafik 4.1
Menunjukkan Peningkatan Penyaluran Rahn dari tahun 2007 –
2027

24.000.000.000

22.000.000.000

Rahn
20.000.000.000

18.000.000.000

16.000.000.000

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Dari Grafik ini pun dapat dilihat simulasi dari peningkatan


pembiayaan Rahn ditahun 2017 menuju tahun 2027 yang akan
datang.
e. Analisis Ekonomi
a. Gejolak Inflasi di Indonesia
Inflasi memiliki pengertian adanya peningkatan harga secara
umum yang berkelanjutan, hal ini disebabkan dikarenakan konsumsi
masyarakat yang meningkat, terjadinya likuiditas dipasar yang
berlebihan dan juga tidak lancarnya pendistribusian barang. Ini juga
akan berdampak pada penaikan harga akan barang komoditas
tersebut. Dengan adanya peningkatan harga tersebut, secara langsung
akan berdampak pada peningkatan masyarakat terhadap modal untuk
memenuhi kebutuhan konsumtif maupun produktifnya. Ini berarti
bahwa inflasi secara langsung akan memiliki dampak pada
pembiayaan yang diberikan oleh pegadaian syariah.
Hal ini diperkuat dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian
dari Wahyuningsih Dondo (2013) mengatakan bahwa inflasi
memiliki pengaruh positif terhadap alokasi kredit yang akan
disalurkan. Selanjutnya penelitian Amen Wahyudi (2008) juga
mengatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh penyaluran kredit

68
perum pegadaian di provinsi daerah Yogyakarta. Dan penelitian dari
Dahlan (2015) mengatakan hal yang sama yaitu inflasi memiliki
pengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan. Ini selaras dengan
hasil yang ditemukan oleh peneliti mengenai pengaruh inflasi yang
signifikan terhadap pembiayaan rahn dari pegadaian syariah di
Indonesia. Jadi dengan adanya peningkatan harga barang atau
komoditas dipasar, maka itu akan berdampak pada peningkatan
modal masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehingga lembaga
keuangan akan mengalami peningkatan pula untuk sektor
pembiayaannya.
b. Jumlah Uang Beredar yang semakin Meningkat
Variabel jumlah uang yang beredar ini adalah uang yang
berada ditangan masyarakat, baik itu berupa uang kartal,
giral,deposito dll. Peningkatan jumlah uang beredar ini tentu saja
memiliki pengaruh terhadap penyaluran Rahn ini dikarenakan
apabila Jumlah uang yang beredar banyak, otomatis semua harga
komoditaspun akan ikut meningkat. Disisi lain, dengan adanya
peningkatan jumlah uang beredar ini juga akan berdampak pada
tingkat suku bunga yang akan diberikan bank Indonesia terhadap
bank lainnya yang akan diberikan kepada nasabah. Sehingga secara
langsung ini akan berdampak secara signifikan terhadap pembiayaan
yang akan disalurkan.
Berdasarkan output yang didapat oleh peneliti, jumlah uang
yang beredar ini memiliki pengaruh terhadap pembiayaan Rahn yang
disalurkan oleh pegadaian syariah. Ini diselaras dengan hasil
penelitian sebelumnya yaitu, Nur Akhlaqul Karimah (2018) yang
menyatakan bahwa jumlah uang beredar memiliki pengaruh terhadap
pembiayaan Rahn yang akan disalurkan. Selanjutnya penelitian dari
Sesy Rizkiyanti Oktavia (2010) mengatakan bahwa jumlah uang
beredar juga memiliki pengaruh terhadap penyaluran kredit. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan sebuah langkah yang akan diambil oleh
pemerintah untuk memajukan sektor rill sehingga sektor rill di

69
Indonesia berkembang.
c. Emas Sebagai Investasi Dan Juga Modal Usaha
Emas merupakan suatu logam yang memiliki nilai intrinsik
meningkat dari tahun ke tahun dimana nilainya akan terus meningkat
seiring degan lamanya zaman. Emas ini juga bisa dijadikan sebuah
bentuk investasi atau harta yang bisa dijaminkan untuk mendapatkan
modal usaha melalui akad Rahn dari pegadaian syariah. Dengan
meningkatnya harga emas dari tahun ke tahun membuat banyak
masyarakat yang ingin menggadaikan emasnya untuk mendapatkan
modal, baik modal yang bersifat konsumtif maupun produktif.
Hasil yang ditemukan oleh peneliti, bahwa harga emas
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran pembiayaan
Rahn oleh pegadaian syariah di Indonesia. Hal ini juga didukung
oleh penelitian terdahulu yaitu Danny Febrian (2015) mengatakan
bahwa harga emas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penyaluran Rahn oleh pegadaian syariah. Selanjutnya Vika Anggun
Ratna Pratiwi (2016) juga mengatakan hal yang sama yaitu harga
emas memiliki pengaruh positif terhadap pembiayaan Rahn yang
akan disalurkan oleh pegadaian syariah. Hal ini menunjukkan
bahwa, dengan adanya peningkatan harga emas tiap tahun maka
akan semakin banyak orang yang ingin mengadaikan emasnya untuk
mendapatkan modal konsumtif maupun produktif sehingga
penyaluran Rahn di pegadaian syariah juga ikut meningkat.
d. Pendapatan Pegadaian Syariah untuk Masyarakat Mikro
Kecil
Pendapatan pegadaian syariah adalah suatu hasil keuntungan
yang didapat oleh pegadaian syariah berdasarkan transaksi yang
dilakukannya. Semakin tinggi pendapatan suatu perusahaan, maka
akan semakin besar juga uang yang akan disalurkan kepada nasabah
yang berarti akan ada peningkatan pembiayaan yang disalurkan
ketika pendapatan juga mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil yang diterima oleh peneliti, menunjukkan

70
bahwa peningkatan pendapatan akan mengalami peningkatan
penyaluran Rahn oleh pegadaian syariah. Hal ini juga didukung
penelitian terdahulu, yaitu Titi Widiarti dan Sinarti (2013) yang
mengatakan bahwa pendapatan perum pegadaian memiliki pengaruh
terhadap penyaluran kredit oleh perum pegadaian. Selanjutnya
penelitian dari Purnomo, Danny Febrian (2015) & Vika Anggun
(2016) juga menemukan hasil yang sama dari penelitiannya yaitu
pendapatan Pegadaian syariah memiliki pengaruh yang positif
terhadap penyaluran pembiayaan Rahn oleh pegadaian syariah di
Indonesia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar
pendapatan yang diterima oleh pegadaian syariah, maka akan
semakin besar pula jumlah pembiayaan Rahn yang akan disalurkan.
Ini disebabkan agar uang yang diterima dapat diputar kembali
sehingga dapat meningkatkan omset perusahaan pegadaian syariah
dan pada akhirnya pegadaian syariah akan mengalami perkembangan
yang pesat dari tahun ke tahun.

71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Penelitian mengenai analisis pengaruh variable
ekonomi makro dan pendapatan pegadaian syariah terhadap penyaluran
pembiayaan Rahn oleh pegadaian syariah pada tahun 2007 – 2017, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji t atau uji secara parsial, menunjukkan bahwa
variabel inflasi, Harga emas, Jumlah Uang Beredar dan Pendapatan
Pegadaian Syariah memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial
terhadap penyaluran Rahn oleh pegadaian syariah ditahun 2007 –
2017
2. Berdasarkan hasil uji F atau uji secara simultan, menunjukkan bahwa
variabel Ekonomi Makro dan Pendapatan Pegadaian Syariah memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran Rahn oleh pegadaian
syariah ditahun 2007 – 2017
3. Berdasarkan Hasil dari System Dynamic menggambarkan bahwa
adanya peningkatan penyaluran Rahn dari tahun 2017 – 2027.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat mengajukan saran
berdasarkan penelitian ini, yaitu :
1. Bagi Perusahaan Pegadaian Syariah
a. Dengan adanya hasil dari penelitian ini, diharapkan pegadaian
syariah agar lebih memperhatikan untuk indicator eksternal dari
pegadaian syariah itu sendiri yaitu terdiri dari Inflasi, Harga Emas
serta Jumlah uang yang beredar. Dengan harapan akan semakin
berkembang serta stabilnya kondisi dari pegadaian syariah dalam
membantu masyarakat sekitar
b. Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan pegadaian syariah
juga memperhatikan aspek internal dari pegadaian syariah itu
sendiri yaitu Pendapatan Pegadaian syariah agar tidak terjadinya
kegagalan pegadaian syariah yang dikhawatirkan akan

72
menimbulkan kerugian yang cukup berpengaruh terhadap
perkembangan pegadaian syariah di Indonesia.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Variabel yang baik adalah variabel yang memiliki pengaruh
terhadap objek utama penelitian seperti penelitian ini yaitu ada
inflasi, harga emas, jumlah uang yang beredar serta pendapatan
pegadaian syariah. Variabel ini bisa digunakan sebagai referensi
tambahan dalam mencari pengaruh dalam perkembangan
pembiayaan Rahn di Indonesia.
3. Bagi Pihak Lain
a. Untuk pemerintah, sudah saatnya untuk mulai mengembangkan
lembaga keuangan syariah baik bank maupun non – bank
dikarenakan banyaknya minat dari masyarakat terhadap prinsip
syariah ini di Indonesia.
b. Diharapkan pemerintah mendukung pembaharuan dan
pengembangan produk syariah di pegadaian syariah khususnys
agar mampu mengembangan pegadaian syariah itu sendiri
sekaligus menambah kesejahteraan masyarakat mikro dan kecil di
Indonesia.

73
Daftar Pustaka

Ajija R, Shochrul dan Dyah W, Sri, dkk, “Cara Cerdas Menguasai Eviews”,
Salemba Empat, 2011.
Anggun, Vika, “Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Harga Emas dan Tingkat
Inflasi terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn pada Pegadaian
Syariah di Indonesia tahun 2005-2015”, Jurnal Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2017.
Annual Report PT Pegadaian (Persero), 2006 s/d 2016, dikutip tanggal 26
Juli 2017.
Arikunto, Suharsimi, “Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek”,
Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
Aziz, Mukhlish Arifin, “Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah
Nasabah, dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Gadai
Golongan C (Studi pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo)”, Jurnal
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, 2013.
Darsono, dan Ali Sakti, “Dinamika Produk dan Akad Keuangan Syariah di
Indonesia”,Edisi Pertama, Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset,
2017.
Del, Yeni, “Pengaruh Tingkat Inflasi dan Pendapatan Pegadaian terhadap
Penyaluran kredit Rahn pada PT Pegadaian Syariah tahun

Dondo, Wahyuningsih, “Modal Kerja dan Tingkat Inflasi terhadap Jumlah


Alokasi Kredit Modal Kerja Bank Umum di Indonesia”, Jurnal
Ekonomi Pembangunan Universitas Sam Ratulangi, Manado, 2013.
Fahmi, “Teori dan Teknik Pengambilan Keputusan: Kualitatif dan
Kuantitatif”, Edisi Pertama, PT Raja Graffindo Persada, 2016.

Febrian, Danny, “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Pegadaian,


dan Harga Emas terhadap Pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian
Syariah di Indonesia (Periode 2005-2013), Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015

74
Gujarti, Damodar, “Dasar-Dasar Ekonometrika jilid 2”, Erlangga, Jakarta,
2006. Hamid, Abdul “Pedoman Penulisan Skripsi”, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis,

Hamja, Yahya, “Modul Ekonometrik”, Jakarta, 2012.

Harga Emas terhadap Pembiayaan Rahn pada PT Pegadaian Syariah di


Indonesia (Periode 2005-2013), Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015

Hasan, Ali, “Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam”, Jakarta: Raja


Graffindo Persada, 2002.
IKAPI, “Memahami Bisnis Bank Syariah”, IKAPI, Jakarta, 2014.

Karim, Adiwarman A, “Ekonomi Makro Islami”, Edisi Ketujuh, Jakarta:


Kharisma

Kasmir, “Manajemen Perbankan”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.


Khasanah, Ika Umiatul dkk “Evaluasi Pengendalian Atas Pemberian
Kredit Gadai
Martono, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Cetakan ke empat,
Yogyakarta: Ekonisia, 2010.
Najaf, Rabia, “Analysis of Macroeconomic Determinants of Exchange Rate
Volatility in India”, Jurnal International Business & Management
Science, 2016.
Purnomo, Ade, “Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Jumlah Nasabah dan
Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit pada Perum Pegadaian
Syariah Cabang Dewi Sartika Periode 2004-2008”, Jurnal Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma, 2009.
Putong, Iskandar, “Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro”, Edisi Kelima,
Jakarta:Mitra Wacana Media, 2013.
Rais, Sasli, “Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional”, Jakarta:
UI Press, 2004.

Rodoni, Ahmad, “Lembaga Keuangan Syariah, Cetakan pertama, Jakarta:


Zikrul Hakim, 2004.

75
Rozalinda, “Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas
Ekonomi”, Edisi Kedua, Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset,
2015.
Samuelson, PA dan Nordhaus WD, “Ilmu Makroekonomi”, Edisi Tujuh
Belas, Diterjemahkan oleh Gretta, Theresa Tanoto, BoscoCarvallo,
dan Anna

Sholikul Hadi dan Muhammad, “Pegadaian Syariah”, Edisi Pertama,


Jakarta: Salemba Diniyah, 2003.
Siamat, Dahlan, “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi Kelima, Jakarta:
Lembaga Penerbit Universitas Indonesia, 2005.
Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Jakarta: Kencana,
2009. Sugiyono, “Metodologi Penelitian Administrasi”, Bandung :
Alfabeta, 2005.
Syafi‟I Antonio, Muhammad, “Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik”,
Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
Wayan, Sariasih, “Pengaruh DPK, NPL, dan Inflasi terhadap Kredit yang
disalurkan oleh LPD Kabupaten Bandung Periode Tahun 208-
2012”,

Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”, Edisi Ketiga,


Yogyakarta: EKONESIA, 2009.
Widiarti, Titi dan Sinarti, “Pengaruh Pendapatan, Jumlah Nasabah dan
Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit pada Peru Pegadaian
Cabang Batam Periode 2008-2012”, Jurnal Jurusan Managemen
Politeknik Negeri Batam, 2013.
Winarno, W.W, “Analisis Ekonometrika dan Statistia dengan Eviews”,
Cetakan Pertama, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,
Yogyakarta, 2011.
Winarno, Wing Wahyu, “Analisis Ekonometrika dan Statistia dengan
Eviews”, Edisi Ketiga, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,
Yogyakarta, 2009.

Wiyono, Slamet, “Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia”, Edisi Asli,

76
Jakarta: Mitra Wacana media, 2013.
Yigit, Taner M, “Effect of Inflation Uncertainty On Credit Market:
Disequilibrium Approach”, Jurnal Internasional, St, Louis
University, 2013.
Yuliadi, “Ekonomi Moneter”, Jakarta: PT. Ideks, 2004.

77
Lampiran 1 : Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual

N 44
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .06456431
Absolute .094
Most Extreme Differences Positive .094
Negative -.077
Kolmogorov-Smirnov Z .621
Asymp. Sig. (2-tailed) .836

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

b. Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson
Estimate
a
1 .987 .974 .971 .06779 1.669

a. Predictors: (Constant), JUB, Inflasi, Pendapatan, Emas


b. Dependent Variable: Rahn

78
Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) -9.068 .614 -14.769 .000

Inflasi .153 .067 .068 2.278 .028 .754 1.326

1 Pendapatan .157 .065 .106 2.404 .021 .344 2.906

Emas 2.357 .257 .752 9.187 .000 .100 9.978

JUB .410 .165 .185 2.491 .017 .122 8.204

a. Dependent Variable: Rahn

c. Uji Multikolonieritas

d. Uji Heteroskedesitas

Correlations
Inflasi Pendapata Emas JUB Unstandard
n ized
Residual

Correlation
1.000 -.452** -.417** -.363* .096
Coefficient
Inflasi
Sig. (2-tailed) . .002 .005 .015 .536

N 44 44 44 44 44

Correlation
-.452** 1.000 .841** .879** -.065
Coefficient
Pendapatan
Spearman's Sig. (2-tailed) .002 . .000 .000 .673
rho N 44 44 44 44 44

Correlation
-.417** .841** 1.000 .945** -.128
Coefficient
Emas
Sig. (2-tailed) .005 .000 . .000 .409

N 44 44 44 44 44
Correlation
JUB -.363* .879** .945** 1.000 -.032
Coefficient

79
Sig. (2-tailed) .015 .000 .000 . .836

N 44 44 44 44 44

Correlation
.096 -.065 -.128 -.032 1.000
Unstandardized Coefficient

Residual Sig. (2-tailed) .536 .673 .409 .836 .

N 44 44 44 44 44

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

LAMPIRAN 2 : Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -9.068 .614 -14.769 .000

Inflasi .153 .067 .068 2.278 .028

1 Pendapatan .157 .065 .106 2.404 .021

Emas 2.357 .257 .752 9.187 .000


L
JUB .410 .165 .185 2.491 .017
A
a. Dependent Variable: Rahn
M
PIRAN 3 : Uji Hipotesis
1. Uji Parsial (Uji T)

2. U Coefficientsa
Model j Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
i Coefficients

S B Std. Error Beta


i (Constant) -9.068 .614 -14.769 .000
mInflasi .153 .067 .068 2.278 .028
u
1
l Pendapatan .157 .065 .106 2.404 .021

tEmas 2.357 .257 .752 9.187 .000


aJUB .410 .165 .185 2.491 .017
n
a. Dependent Variable: Rahn
2

80
2. Uji Simultan (Uji F)

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 6.667 4 1.667 362.620 .000b

1 Residual .179 39 .005

Total 6.846 43

a. Dependent Variable: Rahn


b. Predictors: (Constant), JUB, Inflasi, Pendapatan, Emas

3. Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson
Estimate

1 .987a .974 .971 .06779 1.669

a. Predictors: (Constant), JUB, Inflasi, Pendapatan, Emas


b. Dependent Variable: Rahn

LAMPIRAN 4 : UJI DYNAMIC


A. Proyeksi Rahn 2017 – 2027 Berbentuk Tabel
Time Rahn
01 Jan 2017 15.001.153.742,00
01 Jan 2018 15.751.211.429,10
01 Jan 2019 16.538.772.000,56
01 Jan 2020 17.365.710.600,58
01 Jan 2021 18.233.996.130,61
01 Jan 2022 19.145.695.937,14
01 Jan 2023 20.102.980.734,00
01 Jan 2024 21.108.129.770,70
01 Jan 2025 22.163.536.259,23
01 Jan 2026 23.271.713.072,20
01 Jan 2027 24.435.298.725,81

81
B. Proyeksi Rahn 2017 – 2027 berbentuk Grafik
24.000.000.000

22.000.000.000

Rahn
20.000.000.000

18.000.000.000

16.000.000.000

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

82

Anda mungkin juga menyukai