Anda di halaman 1dari 14

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Psikologi Umum Azkia Maulida M.pd

MAKALAH
“ INTELEGENSI ”

Di Susun Oleh :
Fika Sulistyana : 210101070831
Nor Anida : 210101070774

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

2021

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula saya kirimkan shalawat serta salam kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh
umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Psikologi Umum yang
berjudul Intelegensi, penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami
membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi
memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan saya dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relavan pada makalah-makalah selanjutnya.

Banjarmasin, 27 Oktober 2021

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II
A. Pengertian Intelegensi............................................................................................6
B. Jenis-jenis dan faktor Intelegensi...........................................................................7
BAB III
A. Kesimpulan..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Manusia adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT di bumi ini.
Diberinya daya cipta, rasa dan karsa yang memungkinkan manusia untuk berbuat lebih besar dari
pada otak mereka yang kecil. Kekuatan berpikir itulah yang sering disebut-sebut dengan intelegensi.
Manusia yang mempunyai intelegensi yang tinggi, tentulah mereka lebih unggul daripada manusia
yang memiliki intelegesi yang rendah. Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir,
bukan timbul secara tiba-tiba. Yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.
Intelegensi juga dapat dipahami sebagai kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan
penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.

4
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini tidak lari dari sub judul, ada baiknya penyusun merumuskan
masalah-masalah yang akan dibahas, antara lain:
a.       Pengertian intelegensi
b.      Macam-macam intelegensi
c.       Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi
d.      Hal-hal yang berhungan dengan intelegensi.

c. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusun menulis makalah ini antara lain :
a.       Untuk melengkapi tugas makalah psikologi umum;
b.      Mahasiswa memahami pengertian intelegensi;
c.       Mahasiswa mengerti macam-macam intelegensi;
d.      Mahasiswa mampu mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi;
e.       Mahasiswa mampu mengklasifikasi hal-hal yang berhubungan dengan intelegensi;

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Intelegensi

Intelegensi (kecerdasan pikiran), dengan intelegensi fungsi pikir dapat digunakan dengan cepat
dan tepat untuk mengatasi suatu situasi atau untuk memecahkan suatu masalah. Pada umumnya
intelegen ini dapat dilihat dari kesanggupannya bersikap dan berbuat cepat dengan situasi yang sedang
berubah, dengan keadaan diluar dirinya yang biasa maupun yang baru. Jadi perbuatan cerdas dicirikan
dengan adanya kesanggupan bereaksi terhadap situasi dengan kelakuan baru yang sesuai dengan
keadaan baru. 
Menurut W. Stem dalam Abu Ahmadidan Widodo Supriyono mengemukakan intelegensi adalah
suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di dalam situasi yang baru.
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir
secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional.
Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari
berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Menurut Wangmuba inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat
kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan
pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau
ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena
suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka
bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi. K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi
adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian. David Wechster (1986).
Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan
kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia
mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara
rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Beberapa pakar menyebutkan bahwa
intelegensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah.
Intelegensi merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak belajar
disekolah. Dengan kata lain, intelegensi dianggap sebagai faktor yang menentukan berhasil atau
tidaknya anak disekolah. Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni:
kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan
kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah
yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun
bertambah. Sternberg dalam Santrock mengatakan bahwa secara umum intelegensi dibedakan menjadi
3 diantaranya:

 Inteligensi Analitis

6
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses penilaian objektif dalam suatu pembelajaran
dalam setiap pelajaran, selalu mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap hasil ujian. Misalnya:
seorang individu dalam ujian disetiap pelajarannya selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata.

 Inteligensi Kreatif
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat yang unik, merancang hal-hal yang baru.
Misalnya: seorang peserta didik diinstrusikan untuk menuliskan kata “P O H O N” oleh gurunya,
tetapi jawaban seorang individu yang kreatif dengan menggambarkan sebuah pohon.

 Inteligensi Praktis
Yaitu kecerdasan yang berfokus pada kemampuan untuk menggunakan, menerapkan,
mengimplementasikan, dan mempraktikan. Misalnya: seorang individu mendapatkan skor rendah
dalam tes IQ tradisional, tetapi dengan cepat memahami masalah dalam kehidupan nyata, contohnya
dalam pembelajaran praktikum di laboratorium, akan cepat memahami karena dibantu dengan
berbagai peralatan dan media.

2. Jenis-Jenis IntelIgensi

Ada beberapa macam intelegensi, antara lain :

 Inteligensi keterampilan verbal

Yaitu kemampuan untuk berpikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengungkapkan
makna. Contohnya: seorang anak harus berpikir secara logis dan abstrak untuk menjawab sejumlah
pertanyaan tentang bagaimana beberapa hal bisa menjadi mirip. Contoh pertanyaannya “Apa
persamaan Singan dan Harimau”?. Cenderung arah profesinya menjadi: (penulis, jurnalis, pembicara).

 Inteligensi keterampilan matematis

Yaitu kemampuan untuk menjalankan operasi matematis. Peserta didik dengan kecerdasan logical
mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka
sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari
setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung.
Cenderung profesinya menjadi: (ilmuwan, insinyur, akuntan)

 Inteligensi kemampuan ruang

Yaitu kemampuan untuk berpikir secara tiga dimensi. Cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya
dengan khayalan internal (Internal imagery) sehingga cenderung imaginaif dan kreatif. Contohnya
seorang anak harus menyusun serangkaian balok dan mewarnai agar sama dengan rancangan yang
ditunjukan penguji. Koordinasi visual-motorik, organisasi persepsi, dan kemampuan untuk
memvisualisasi dinilai secara terpisah. Cenderung menjadi profesi arsitek, seniman, pelaut.

 Inteligensi kemampuan musical

Yaitu kepekaan terhadap pola tangga nada, lagu, ritme, dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat
mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka
pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosa kata musical,
dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi music.

7
 Inteligensi Keterampilan kinestetik tubuh

Yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek dan mahir sebagai tenaga fisik. Senang bergerak dan
menyentuh. Mereka memiliki control pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan
dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya. Cenderung berprofesi menjadi
ahli bedah, seniman yang ahli, penari.

 Inteligensi Keterampilan intrapersonal

Yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dengan efektif mengarahkan hidup seseorang.
Memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan
mampu mengendalikan diri dalam konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang
tidak dapat dilakukan dalam lingkungan social. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta
bantuan saat memerlukan. Cenderung berprofesi menjadi teolog, psikolog.

 Inteligensi keterampilan interpersonal

Yaitu kemampuan untuk memahami dan secara efektif berinteraksi dengan orang lain. Pintar menjalin
hubungan social, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka
juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja
sama dengan orang lain.

 Inteligensi keterampilan naturalis

Yaitu kemampuan untuk mengamati pola di alam serta memahami system buatan manusia dan alam.
Menonjol ketertarikan yang sangat besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, diusia yang
sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam,
misalnya terjadinya awan, dan hujan, asal-usul binatang, peumbuhan tanaman, dan tata surya.

 Inteligensi emosional

Yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan emosi secara akurat dan adaftif (seperti
memahami persfektif orang lain).

Orang yang berjasa menemukan tes inteligensi pertama kali ialah seorang dokter bangsa Prancis
Alfred Binet dan pembantunya Simon. Tesnya terkenal dengan nama tes Tes Binet-Simon. Seri tes
dari Binet-Simon ini, pertamakali diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama : “Chelle Matrique
de l’inteligence” atau skala pengukur kecerdasan. Tes binet-simon terdiri dari sekumpulan
pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompok-kelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-
15 tahun). Pertanyaan-pertanyaaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak
berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Seperti mengulang kalimat, dengan tes semacam inilah usia
seseorang diukur atau ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu
sama dengan usia sebenarnya (usia kalender). Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya
perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentie Quotient) pada tiap-tiap orang/anak.

Dewasa ini perkembangan tes itu demikian majunya sehingga sekarang terdapat beratus-ratus macam
tes, baik yang berupa tes verbal maupun nonverbal. Juga dinegeri kita sudah mulai banyak
dipergunakan te, dalam lapangan pendidikan maupun dalam memilih jabatan-jabatan tertentu.
Klasifikasi IQ antara lain :

 Genius 140 ke atas

8
 Sangat Cerdas 130-139
 Cerdas (superior) 120-129
 Di atas rata-rata 110-119
 Rata-rata 90-109
 Di bawah rata-rata 80-89
 Garis Batas 70-79
 Moron 50-69
 Imbisil, Idiot 49 ke bawah

3. Faktor yang mempengaruhi Inteligensi

Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda.
Perbedaan intelegensi itu, dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Pengaruh faktor bawaan

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau
bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ) orang yang kembar ( + 0,90 )
yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya
( + 0,10 – +0,20 ).[6]

1. Pengaruh faktor lingkungan

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan
antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini
merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan
yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti
pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka). Ada
beberapa lingkungan yang berpengaruh terhadap intelegensi, antara lain :

 Lingkungan keluarga;
 Pengalaman pendidikan;

1. Stabilitas inteIigensi dan IQ

Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu,
sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai
kelompok dari intelegensi). Stabilitas intelegensi tergantung perkembangan organik otak.

1. Pengaruh faktor kematangan

Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik
maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan
fungsinya (berkaitan erat dengaan umur).

1. Pengaruh faktor pembentukan

Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti disekolah) dan pembentukan tidak
sengaja (pengaruh alam sekitar).

9
1. Minat dan pembawaan yang khas

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk
berinteraksi dengan dunia luar. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih
giat dan lebih baik.

1. Kebebasan

Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam
memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.

Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi atau
tidaknya seseorang, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut, karena
intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan
intelegensi seseorang.

2.4 Beberapa hal yang berhubungan dengan Inteligensi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah intelegensi, antara lain :

1. Inteligensi Dengan Bakat

Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kamampuan umum individu dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Dalam kemampuan yang umum ini terdapat keampuan-kemampuan yang amat
spesifik. Kemampuan ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya
pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut
bakat atau aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang khusus untuk menyingkap
kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dengan segera diketahui lewat tes inteligensi.
Demikian juga, karena rangsang lingkungan dengan tidak sadar selalu diarahkan pada kemampuan-
kemampuan khusus ini maka bakat tidak selalu dengan sendirinya menampakkan diri.

Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut aptitude test atau tes bakat.
Karena sifatnya khusus, maka tes ini dirancang khusus untuk mengungkap kemampuan yang amat
spesifik.

1. Inteligensi dan Kreativitas

Kreatifitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena keativitas juga merupakan
manifestsi dari suatu proses kognitif, meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dengan
inteligensi tidak selalu menunjukkan keselarasannya. Walaupun ada anggapan kreatifitas mempunyai
hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tetapi bukti-bukti yang diperoleh dari
berbagai penelitian tidak mendukung pendapat itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti tingkat
kreativitas yang rendah, namun semakin tinggi skor IQ tidak selalu diikuti oleh tingkat keativitas yang
tinggi. Sampai pada skor IQ tertentu, masih dapat korelasi yang cukup berarti.

Permasalahan diatas menimbulkan banyak pertanyaan mengapa ini terjadi. Salah satu jawabannya
diberikan oleh J. P. Guilfrod. Ia menjelaskan bahwa kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang
bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan alternatif jawaban berdasarkan informasi yang

10
diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berfikir yang bersifat
konvergen, yakni kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis
berdasarkan informasi yang diberikan

1. Hubungan inteligensi dengan kehidupan

Memang kecerdasan/intelegensi seseorang memainkan peranan yang penting dalam kehidupannya.


Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks, intelegensi bukan satu-satunya faktor yang
menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang lain, seperti faktor
kesehatan dan ada tidaknya kesempatan. Orang yang sakit-sakitan saja meskipun intelegensinya tinggi
dapat gagal dalam usaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun
cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirirnya dapat gagal pula.

Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak di antara orang-
orang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan
dalam kehidupannya. Ini disebabkan/karena misalnya, kekurangan-mampuan bergaul dengan orang-
orang lain dalam masyarakat,atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi, sehingga tidak/kurang adanya
usaha untuk mencapainya.

Sebaliknya, ada pula seorang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang sedang saja, dapat lebih
maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya dan tidak banyak
faktor-faktor yang menggagu atau yang merintanginya. Akan tetapi intelejensi yang rendah
menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang, meskipun orang itu ulet dan bertekun
dalam usahanya. Sebagai kesimpulan dapat kita katakan: Kecerdasan atau intelejensi seseorang
memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai
di mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta
kesempatan yang ada. Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan
intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang.

11
BAB III

PENUTUP

3. Kesimpulan

Dalam pembahasan Intelegensi memang harus benar-benar dipahami secara teliti biar kita semua bisa
tau apa Intelegensi itu sendiri. Yang lebih penting lagi yang harus dipahami secara detail dalam
pembagian kecerdasan/tingkat kecerdasan, dengan memahami tingkat kecerdasan itu kita bisa tahu
bahwa dalam diri kita ini ada kecerdasan yang tidak pernah kita sadari meski dalam sekolah-sekolah
kita tidak pernah mendapatkan rangking, orang selalu menganggap bahwa orang yang cerdas adalah
orang yang dapat rangking kelas dan yang bisa jawab soal ujian, namun orang yang mampu dalam
menghias, main musik tidak dianggap kecerdasan. Dari itu, sangat perlulah kita memahami
intelegensi dan tingkat intelegensi biar tidak ada kesalah pahaman dalam mengartikan intelegensi itu
sendiri.

Intelegensi juga mempunyai hubungan dan perbedaan dengan bakat maupun kreativitas, tapi yang
perlu kita ketahui, bakat dan kreativitas adalah hasil yang didapat dari intelegensi itu sendiri.

3.2 Kritik & Saran

Berdasarkan kenyataan dilapangan, kita dapat menemukan beberapa pengajar yang masih kurang
memperhatikan dalam pengembangan intelegensi anak didiknya, maka dari itu kita sebagai calon-
calon pendidik masa depan harus mempersiapkan sejak dini rencana-rencana pengajaran yang
merujuk pada pengembangan intelegensi sehingga kreativitas anak-anak didik mengalami kemajuan
dimasa yang akan datang.

Dari hasil makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua
umumnya kami pribadi. Dan segala yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari
diri saya. Penyusun sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan
dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan
karya ilmiah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

John, W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2011


Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2011
Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Fakultas Tarbiyah : IAIN SU, 2011
http://yogieaffandi.blogspot.com/2011/09/pengertian-intelegensi.html, 17-11-2012
[1] John, W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2011, cet-4, hal : 134
[2] Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991, hal : 32

13
14

Anda mungkin juga menyukai