Anda di halaman 1dari 5

Disertasi

AGRIANTI KOMALASARI, SE, M.SI, AKT, Pof. Dr. Zaki Baridwan, M.Sc.; Prof. Dr. Indra Wijaya
Kusuma, MBA.; Dr. Sony Warsono, MAFIS

ANALISIS PENERAPAN INTERNATIONAL FINANCIAL


REPORTING STANDARDS ( IFRS ) SEBAGAI VARIABEL
PEMODERASI HUBUNGAN CORPORATE GOVERNANCE
DAN KUALITAS AUDITOR DENGAN MANAJEMEN LABA

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang analisis
penerapan IFRS sebagai variabel pemoderasi hubungan corporate governance dan kualitas auditor
dengan manajemen laba. Secara khusus terdapat tiga tujuan dalam penelitian ini yang pertama
adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai analisis penerapan IFRS sebagai variabel
pemoderasi hubungan antara proporsi komisaris independen terhadap dewan komisaris dengan
manajemen laba. Tujuan kedua adalah menganalisis penerapan IFRS sebagai variabel pemoderasi
hubungan antara rangkap jabatan anggota komite audit dengan manajemen laba. Tujuan yang
ketiga adalah menganalisis penerapan IFRS sebagai variabel pemoderasi hubungan antara kualitas
auditor dengan manajemen laba. Penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur
yang terdaftar di bursa efek Jerman, Denmark, Perancis, Belanda dan Jepang. Periode penelitian
adalah 2002-2013. Teori utama yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori agensi. Variabel
utama yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penerapan IFRS, corporate governance
khususnya proporsi komisaris independen terhadap dewan komisaris, rangkap jabatan anggota
komite audit, kualitas auditor dan manajemen laba. Beberapa kesimpulan yang diambil dari hasil
pengujian dalam penelitian ini adalah pada pengujian model manajemen laba akrual dengan sampel
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jerman, Perancis, Belanda dan Denmark
diperoleh hasil pengujian yang menyatakan penerapan IFRS memperkuat hubungan negatif antara
proporsi komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris dengan manajemen laba akrual
dalam Hipotesis 1 tidak dapat diterima. Hipotesis 2 yang menyatakan penerapan IFRS memperkuat
hubungan negatif antara proporsi komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris dengan
manajemen laba riil dapat diterima Hipotesis 3 yang menyatakan penerapan IFRS memperkuat
hubungan negatif antara rangkap jabatan anggota komite audit dengan manajemen laba akrual
dapat diterima. Hipotesis 4 yang menyatakan penerapan IFRS memperkuat hubungan negatif
antara rangkap jabatan anggota komite audit dengan manajemen laba riil dapat diterima. Hasil
penelitian ini berbeda dengan hasil pengujian untuk manajemen laba akrual. yang menyatakan
bahwa penerapan IFRS tidak memperkuat hubungan negatif antara rangkap jabatan anggota komite
audit dengan manajemen laba akrual. Perbedaan hasil penelitian ini diduga karena pada
manajemen laba riil anggota komite audit lebih peduli untuk mengurangi tingkat manajemen laba
riilnya dibandingkan dengan manajemen laba akrual. Hipotesis 5 yang menyatakan penerapan IFRS
memperkuat hubungan negatif antara kualitas auditor spesialisasi industri dengan manajemen laba
akrual dapat diterima. Hipotesis 6 yang menyatakan penerapan IFRS memperkuat hubungan negatif
antara kualitas auditor spesialisasi industri dengan manajemen laba riil dapat diterima.

In general, this research is aimed at providing empirical evidence concerning the analysis
of the adoption of IFRS as a moderating variable in the relation of corporate governance and quality
of auditor with earnings management. In particular, there are three objectives in this research, first,
to provide empirical evidence concerning the analysis of the adoption of IFRS as a moderating
variable in the relation between the independent of commissioners to the number of board of
commissioners and earnings management; second, to analyze the adoption of IFRS as a
moderating variable in the relation between the dual position audit committee members and
earnings management; third, to analyze the adoption of IFRS as a moderating variable in the
relation between quality of auditor and earnings management. The research was conducted on
companies listed on the Stock Exchanges of Germany, Denmark, France, the Netherlands and
Japan from 2002 to 2013. It primarily employed agency theory. Moreover, it employed primary
variables including adoption of IFRS, corporate governance, in particular the proportion of
independent commissioners to the board of commissioners, dual positions of audit committee
members, quality of audit and earnings management. The test results in this research conclude that:
the results of testing of the model of accrual earnings management with the samples of companies
listed on the stock exchanges of Germany, France, the Netherlands and Denmark indicated that the
adoption of IFRS strengthened negative relation of the proportion of independent commissioners to
the number of board of commissioners with accruals earnings management, so that the hypothesis
1 was unacceptable. The hypothesis 2 stating the adoption of IFRS strengthened negative relation
of the proportion of independent commissioners to the number of board of commissioners with riel
earnings management was acceptable The hypothesis 3 stating the adoption of IFRS strengthen
negative relation between the dual position of audit committee members and accrual earnings
management was acceptable. The hypothesis 4 stating the adoption of IFRS strengthen negative
relation between the dual position of audit committee members and riel earnings management was
acceptable. The hypothesis 5 stating that the adoption of IFRS strengthens negative relation
between the quality of industry-specialized auditor and accrual earnings management was
acceptable. The hypothesis 6 stating that the adoption of IFRS strengthens negative relation
between the quality of industry-specialized auditor and riel earnings management was acceptable.
The argument was that the quality of auditor was no longer dominant at the time of the adoption of
IFRS in the countries with strong protection system such as Germany, the Netherlands, Denmark
and France because the corporate governance mechanism for shareholders and other investors
was very good.

Kata Kunci : Dewan Komisaris, Komisaris Independen, Audit Komite, Kualitas Auditor,
Penerapan IFRS, Manajemen Laba Akrual, Manajemen Laba Riil.
Pengungkapan wajib dan kualitas akuntansi: Analisis
Perkembanngan standar akuntansi keuangan indonesia
Yossi Diantimala (Adv.: Prof. Dr. Zaki baridwan; Prof.Dr. Indra Wijaya Kusuma, MBA.;
Dr. Supriyadi, , Prof. Dr. Zaki baridwan; Prof.Dr. Indra Wijaya Kusuma, MBA.; Dr.
Supriyadi, M.Sc
Riset ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengungkapan wajib terhadap kualitas
akuntansi setelah periode harmonisasi IAS berakhir pada tahun 2006, selama periode konvergensi
SAK ke IFRSs diwakili oleh tahun 2010, dan selama periode implementasi IFRSs diwakili oleh tahun
2012. Penelitian ini dimotivasi oleh dua aliran penelitian yang telah berkembang selama ini, yaitu
penelitian yang menguji kualitas akuntansi setelah pengadosian wajib IFRSs dan penelitian yang
menguji kepatuhan perusahaan pada pengungkapan wajib. Penelitian yang menguji pengaruh
pengungkapan wajib terhadap kualitas akuntansi belum pernah dilakukan. Penelitian ini bermaksud
memberi kontribusi di bidang ini dengan mengisi kekosongan ini. Peningkatan pengungkapan wajib
mencerminkan peningkatan kuantitas dan kualitas pengungkapan wajib. Kuantitas pengungkapan
menunjukkan jumlah item pengungkapan sebagaimana diatur oleh SAK. Kualitas pengungkapan
menunjukkan kedalaman, kelengkapan, dan kerincian pengungkapan informasi keuangan yang
seharusnya disampaikan oleh perusahaan ke publik. Kualitas pengungkapan tercermin pada
kepatuhan perusahaan pada pengungkapan wajib. Semakin tinggi tingkat kepatuhan perusahaan
pada pengungkapan wajib berarti semakin dalam, semakin lengkap, dan semakin rinci informasi
keuangan yang disampaikan oleh perusahaan. Hal ini akan mengurangi insentif manajemen untuk
manajemen laba, mendorong pengakuan kerugian tepat waktu, dan meningkatkan relevansi nilai
informasi akuntansi. Riset ini menggunakan sampel 58 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia untuk tahun pengamatan 2006, 2010, dan 2012. Pengungkapan wajib diukur
dengan kepatuhan perusahaan pada pengungkapan wajib. Kepatuhan perusahaan diukur dengan
indeks pengungkapan yang diukur dengan banyaknya item-item pengungkapan wajib yang
disampaikan oleh perusahaan melalui laporan tahunan perusahaan. Instrumen pengukur indeks
pengungkapan dikembangkan sendiri berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku efektif di setiap tahun pengamatan. Kualitas akuntansi diukur dengan metrik kualitas
akuntansi yang terdiri dari metrik manajemen laba, pengakuan kerugian tepat waktu, dan relevansi
nilai. Kualitas akuntansi yang tinggi ditunjukkan oleh manajemen laba yang rendah, pengakuan
kerugian tepat waktu yang tinggi, dan relevansi nilai yang tinggi. Uji beda dua rerata digunakan
untuk menguji hipotesis pertama dan kedua serta Uji Chow digunakan untuk menguji hipotesis
ketiga. Hasil penelitian ini menunjukkan rerata pengungkapan wajib perusahaan manufaktur di
Indonesia masih rendah, namun cenderung semakin meningkat yang konsisten dengan hipotesis
pertama. Kualitas akuntansi semakin menurun dari tahun ke tahun. Hasil ini menunjukkan hipotesis
kedua tidak diterima. Pengaruh pengungkapan wajib terhadap kualitas akuntansi semakin
meningkat, namun hubungan pengaruh pengungkapan wajib terhadap kualitas akuntansi tidak
konsisten dengan prediksi. Hasil ini menunjukkan hipotesis ketiga diterima.

This study is aimed to examine the effect of mandatory disclosure on accounting quality
after the period of harmonization of International Accounting Standards ended in 2006, during the
period of convergence process of Financial Accounting Standards to IFRSs represented by the year
2010, and IFRSs implementation represented by the year 2012. This research is motivated by two
streams of researches which are well explained. The first stream is the research which tests
accounting quality around mandatory IFRSs adoptions. The second stream is the research which
investigates compliance with mandatory disclosure around mandatory IFRSs adoptions. The
research which examines the effect of mandatory disclosure on accounting quality has not been
done. This research is intended to provide a big contribution on filling this gap. The increase of
mandatory disclosure reveals the increase of quantity and quality of mandatory disclosure. The
quantity of mandatory disclosure reflects the amount of disclosure should be met by the firm as
regulated by accounting standards. The quality of mandatory disclosure exhibits deepen, complete,
and detail financial information disclosure should be provided by the firm to public. Disclosure quality
is reflected on firms compliance with mandatory disclosure. Getting higher firms compliance with
mandatory disclosure, more comprehensive, complete, and more detail financial information
provided by the firm to public. The quantity and quality of mandatory disclosure affect the accounting
quality. Higher quantity and quality of mandatory disclosure, earnings management reduce, more
timely loss recognition, and higher value relevance. This research uses 58 manufacturing firms
listed in the Indonesia Stock Exchange for the three accounting periods, 2006, 2010, and 2012.
Mandatory disclosure is measured by firms compliance with mandatory disclosure of Financial
Accounting Standards Statement of Indonesia. Firms compliance is measured by disclosure index
which is developed based on mandatory disclosure items. Accounting quality is measured by
accounting quality metrics, these are, earnings management, timely loss recognition, and value
relevance. Higher accounting quality is exhibited by less earnings management, more timely loss
recognition, and higher value relevance. Paired Sample T-Test is used to examine the first and the
second hypotheses and Chow Test is used to

test the third hypothesis. The results indicate that mean of disclosure index is low, but getting higher
year

by year. Accounting quality is getting smaller year by year. These findings consistent with hypothesis
one but they contradict with hypothesis two. The last finding suggests that the effect of mandatory
disclosure on accounting quality increase year by year. Its consistent with hypothesis three.

Kata Kunci : pengungkapan wajib, Indeks Pengungkapan Wajib, kepatuhan pada


pengungkapan wajib, kualitas akuntansi, manajemen laba, pengakuan kerugian tepat waktu,
relevansi nilai, Standar Akuntansi Keuangan, IFRSs, mandatory disclosure, mandatory
disclosure index, com

Anda mungkin juga menyukai