Disusun Oleh :
Tondi Amirsyah Putera, ST, MT
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik 1
Vn = 0,6.Fy.Aw.Cv
Dimana, Aw = d.tw adalah luas total pelat badan. Adapun koefisien geser pelat
badan, Cv pada dasarnya adalah faktor reduksi untuk mengantisipasi terjadinya
tekuk di pelat badan, sebagai berikut:
a). Pelat badan profil-I hot-rolled jika h/tw ≤ 2,24(E/Fy)1/2 maka:
ϕv = 1.0 dan Cv = 1.0
b). Profil yang tidak memenuhi persyaratan di atas, tapi simetri ganda atau
tunggal maka c ditentukan dari kelangsingan pelat badan atau rasio h/t w dalam
tiga kategori.
Jika h/tw ≤ 1.10 (kvE/Fy)1/2 maka kuat geser nominal dibatasi adanya leleh
pada pelat badan, tidak ada pengaruh tekuk.
Cv = 1.0
Jika 1.10 (kvE/Fy)1/2 < h/tw ≤ 1,37(kvE/Fy)1/2 maka kuat geser nominal mulai
dipengaruhi oleh tekuk yang terjadi pada pelat badan.
Cv = 1.10 (kvE/Fy)1/2 / h/tw
Jika h/tw > 1.37 (KvE/Fy)1/2 maka kuat geser nominal ditentukan oleh terjadinya
tekuk elastis pada pelat badan.
( ⁄ )
Adapun h adalah jarak bersih antara pelat-pelat sayap dari profil-I built-up, jika
profil-I hot-rolled dikurangi lagi dengan tebal fillet.
2
Koefisien tekuk pelat, kv untuk profil-I tanpa pelat pengaku tegak dan
kelangsingan pelat badannya h/tw < 260 , maka kv = 5.0 . Jika ada pelat
pengaku tegak untuk tiap jarak a dengan syarat a/h ≤ 3, maka koefisien tekuk
pelat menjadi :
( )
Khusus untuk profil Tee dengan sayap satu sisi saja, maka tahanan pelat
badan terhadap tekuk berkurang sehingga K=1,2
Untuk h/tw , 2.46 (E/Fy), atau jika Vn (kuat geser nominal) dengan kv=5 telah mencukupi,
yaitu (Vu < ϕVn), maka tidak diperlukan pemanasan pelat pengaku tegak.
Jika persyaratan tidak terpenuhi, khususnya jika pelat badannya relatif langsing, kuat
geser nominal dapat ditingkatkan memakai pelat pengaku tegak dengan jarak a, dan a/h
≤ 3 agar nilai kv > 5, sehingga nilai Cv akan meningkat pula. Meskipun demikian pelat
pengaku tegak tidak boleh sembarangan, harus punya kekuatan atau momen inersia
minimum agar efektif kerjanya, yaitu :
Ist ≥ btw3j
Dimana:
( )
Notasinya
b adalah nilai terkecil dari jarak pelat pengaku, a atau tinggi bersih pelat badan, h
Ist adalah momen inersia pelat pengaku. Jika dua sisi (ganda) dihitung terhadap
sumbu tengah pelat badan, jika satu sisi (tunggal) dihitung pada bidang kontak
terhadap pelat badan.
Pelat pengaku tegak (transverse stiffener) dipasang pada titik-titik di antara tumpuan,
disebut juga intermediate transverse stiffener. Bentuk detail pelat pengaku tegak usulan
Kulak – Gronding (2002) seperti pada Gambar 1. Untuk pelat pengaku yang tepat di
atas tumpuan, meskipun bentuk mirip tetapi berbeda prinsip kerjanya. Oleh karena itu
perlu dibahas secara tersendiri.
3
Gambar 26:Alternatif detail pelat pengaku tegak
Pengaku pelat tegak dapat dipasang pada satu sisi atau keduanya. Adapun momen
inersianya dihitung pada sumbu netral berbeda. Pelat pengaku satu sisi umum dipilh jika
akan dipasang pengaku memanjang (longtudinal stiffener), yang menerus (tak
terpotong) seperti pelat sayap, tetapi itu tidak ada ketentuan di AISC (2010), bahkan
AASHTO (2010) juga telah mengabaikannya (White 2012).
Pemasangan pelat pengaku umumnya memakai las, yang relatif praktis dan ekonomis,
dibandingkan buat. Tetapi penggunaan las mempunyai dampak negatif jika tidak
dilakukan kontrol seksama dan ketat. Panas yang diakibatkan menimbulkan resiko fatig,
yaitu timbulnya fraktur pada tegangan yang relatif rendah ketika dibebani siklik, suatu
hal yang umum pada kontruksi jembatan. Ditelaah lebih lanjut, fatig terjadi pada daerah
dengan tegangan tarik transien. Itu alasannya, mengapa detail pelat pengaku tegak
diberi jarak terhadap pelat sayap tarik (Kulak-Gronding 2002).
4
Gamabr 27: Balok dengan pelat pengaku tegak
Pemasangan pelat pengaku tegak pada balok umumnya digunakan juga sebagai pelat
sambung untuk sistem pertambatan lateralnya. Jadi banyaknya lubang-lubang pada
Gambar 6.61 adalah untuk itu.
Persyaratan khusus agar ketentuan ini berlaku adalah tersedianya “bingkai” pada pelat
badan, yaitu sisi horizontal oleh pengaku tegak. Tetapi tetap tidak boleh diterapkan jika
ketentuan berikut terjadi, yaitu :
Panel-panel ujung elemen batang dengan pelat pengaku tegak.
Jika a/h > 3 atau a/h > [260/(h/tw)]2
Jika 2Aw / [Afc=Aft] > 2.5 atau
Jika h/bfc atau h/bft > 6.0 atau
Dimana
Afc = luas pelat sayap tekan ; Aft = luas pelat sayap tarik
bfc = lebar pelat sayap tekan ; bft = lebar pelat sayap tarik
Balok yang dapat memanfaatkan fenomena pascA tekuk tension field action, maka
pengalihan beban ke tumpuan mekanismenya ekuivalen dengan struktur rangka batang
(truss). Pelat pengaku bekerja sebagai batang tekan, dan diagonal tension field action
menjadi batang tariknya, seperti terlihat pada gambar berikut.
5
Gambar 28: Mekanismie kerja tension field action
Ingat mekanisme tension field action baru akan bekerja jika pelat badan mengalami
tekuk. Jika pelat relatif kaku dan tidak terjadi tekuk, maka kondisi batas material yang
menentukan (leleh). Oleh karena itu, batas atas kuat geser nominal pelat badan profil-I
dengan tambahan pelat pengaku, adalah sama dan tidak lebih besar dari kuat geser
nominal profil-I, tanpa pelat pengaku.
Pelat badan relatif kaku, jika h/tw < 1.10 (kvE/Fy)1/2 maka kuat geser nominal dibatasi
oleh adanya leleh pelat badan, tidak ada tekuk :
Vn = 0,6.FyAw
Jika langsing h/tw > 1.10 (kvE/Fy)1/2 maka pengaruh tekuk dominan sehingga mekanisme
tension field action timbul dan dimanfaatkan.
√ ( )
( )
Nilai Cv diambil sama seperti pada sub bab kuat geser-normal dimana untuk kondisi
1.10 (kvE/Fy)1/2 < h/tw ≤ 1.37(kvE/Fy)1/2 maka
6
Sedangkan untuk h/tw > 1.37(kvE/Fy)1/2 maka
( )
Pelat pengaku tegak pada mekanisme tension field action, harus memenuhi syarat
terhadap batasan kelangsingan dan kekakuan. Itu terjadi karena pelat akan menerima
gaya tekan, yang berisiko terjadi tekuk.
(b/tw)st ≤ 0,56√ ⁄
Ist ≥ ( )* +
Dimana :