Anda di halaman 1dari 5

PERADILAN ADMINISTRASI DI BIDANG PAJAK

Agar suatu peradilan dapat merupakan suatu peradilan administrasi, maka harus
terpenuhi unsur-unsur sbb :

A. Dapat dikatakan peradilan biasa ;


1. Adanya suatu hukum abstrak yang mengikat umum yang dapat diterapkan pada
suatu persoalan
2. Adanya suatu perselisihan hukum
3. Sekurang-kurangnya terdiri dari atas 2 pihak
4. Adanya aparatur peradilan untuk memutuskan suatu perselisihan
B. Memenuhi unsur-unsur Peradilan Administrasi :
1. Bahwa salah 1 pihak yang berselisih harus administrasi yang menjadi terikat
karena perbuatan salah seorang pejabat dalam batas wewenangnya
2. Diberlakukannya hukum publik atau hukum administrasi terhadap persoalan
yang diajukan

Peradilan Administrasi terbagi atas ;

1. Peradilan Administrasi Murni


Ialah suatu peradilan administrasi yang memenuhi persyaratan pengadilan biasa
yang memiliki ciri khas yaitu adanya hubungan segi 3 antara para pihak dan
badan atau pejabat yang mengadili. Contoh peradilan pajak ditingkat banding
yang dilakukan oleh Badan Penyelesaian Sengketa Pajak.
2. Peradilan Administrasi Tak Murni
Ialah peradilan yang tidak sepenuhnya memenuhi persyaratan peradilan
administrasi murni karena tidak nyata terdapatnya suatu perselisihan atau
karena mengadakan peradilan atau penyelesaian perselisihan pajak atas
keberatan yang diajukan wajib pajak atas Surat Ketetapan Pajak yang
dikeluarkan oleh kepala inspeksi pajak berkenaan dengan besarnya jumlah pajak
yang harus dilunasi oleh wajib pajak dan dalam penyelesaian keberatan tersebut
maka Ditektur Jenderal Pajak lah yang berwenang memutuskan.

Langkah-langkah Peradilan Administrasi :

1. Pemasukan Surat keberatan


Surat keberatan ditujukan kepada Direktur Jenderal Pajak.misalnya terhadap
surat keberatan terhadap surat ketetapan pajak penghasilan tahun 1985 dan
tahun 1986 harus diajukan masing-masing dalam satu surat keberatan
2. Isi Surat Keberatan mencakup :
a. Pernyataan bahwa wajib pajak merasa keberatan terhadap ketetapan pajak
b. Jenis pajaknya
c. Tahun pajak
d. Nomor pokok wajib pajak
e. Nama ditanda tangan wajib pajak

Surat keberatan memuat alasan-alasan mengapa seorang wajib pajak keberatan


terhadap ketetapan pajak yang dikenakan padanya

3. Keputusan atas Surat keberatan


Dapat berupa keputusan Direktur jenderal Pajak yang menerima seluruh atau
sebgaian juga dapat menolak seluruh keberatan. Penolakan itu berarti wajib
pajak tidak dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak secara jabatan
yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal pajak dan bagi wajib pajak yang
tidak menerima keputusan dapat mengajukan banding Kepengadilan Pajak yang
berkedudukan di Jakarta.
4. Banding ke Pengadilan Pajak (Pasal 35 uu no 14 tahun 2002)
Banding diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal diterimanya
keputusan. Banding diajukan dengan disertai dengan alasan-alasan yang jelas
dan dicantumkan tanggal diterimanya surat keputusan yang dibanding,
berdasarkan Pasal 31 ayat (4) UU. No 14 tahun 2002 dan banding hanya dapat
diajukan apabila jumlah yang terutang telah dibayar sebesar 50%
A. Gugatan
Jangka waktu untuk mengajukan gugatan terhadap pelaksanaan penagihan
pajak adalah 14 hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan sedangkan jangka
waktu untuk mengajukan gugatan terhadap putusan selain gugatan terhadap
pelaksanaan penagihan pajak adalah 30 hari sejak diterima keputusan yang
digugat.
B. Persiapan dan Pemeriksaan di Muka Sidang
Sebelum persidangan dimulai, panitera pengadilan pajak meminta surat uraian
banding atau surat tanggapan atas surat banding atau surat gugatan kepada
terbanding atau tergugat dalam jangka waktu 14 hari sejak tanggal diterimanya
surat banding atau surat gugatan. Pada tahap pemeriksaan dapat dilakukan
dengan pemeriksaan dengan acara biasa (dilakukan majelis) dan pemeriksaan
dengan acara cepat (dilakukan oleh hakim tunggal)
C. Putusan Pengadilan Pajak
Putusan pengadilan pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan
hukum tetap. Putusan dapat berupa :
a. Menolak
b. Mengabulkan sebagian atau seluruhnya
c. Menambah pajak yang harus dibayar
d. Tidak dapat diterima
e. Membetulkan kesalahan tulis dan atau kesalahan hitung
f. membatalkan
5. Peninjauan Kembali

Upaya hukum terakhir dapat ditempuh oleh pembanding atau penggugatdengan


cara mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung berdasarkan alasan-
alasan :

1. Apabila putusan pengadilan pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu
muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan
pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu
2. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang
apabila diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan
menghasilkan putusan yang berbeda
3. Apabila dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih daripada yang dituntut
kecuali yang diputus dengan mengabulkan sebagian atau seluruhnya dan atau
putusan yang menambah pajak yang harus dibayar
4. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebab
5. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PERADILAN PIDANA PAJAK
Tindak pidana dibidang pajak dapat dibedakan dalam :

1. pelanggaran : tindak pidana yang terjadi tidak dengan sengaja atau terjadi
karena kealpaan atau kekhilapan seperti karena kealpaan tidak menyampaikan
surat pemberitahuan (SPT) atau sudah mengisi SPT akan tetapi karena
kealpaan sehingga isinya tidak benar atau tidak lengkap
sanksi yang diancam terhadap pelanggaran di bidang pajak lebih ringan
daripada kejahatan.untuk pelanggaran seperti yang disebu diatas dikenakan
sanksi pidana kurungan paling lama satu tahun dana atau denda setinggi-
tinginya dua kali jumlah pajak yang terutang
2. Kejahatan ialah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja

Menurut Pasal 39 UU 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas uu no 6


tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang dapat
diklasifikasikan kejahatan dalam hukum pajak adalah :

a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan nomor pokok wajib pajak atau tidak
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak nomor pokok wajib pajak atau
pengukuhan pengusaha kena pajak
c. Tidak menyampaikan surat pemberitahuan
d. Menyampaikan surat pemberitahuan dan atau keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap
e. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 29
f. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-oleh benar atau tidak mengambarkan keadaan yang
sebenarnya
g. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku catatan atau dokumen lain
h. Tidak menyimpan buku catatan, atau dokumen yang menjadi dasr pembukuan
atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dan
pembukuan yang dikeloal secara elektronik atau diselenggarakan secara
program aplikasi online di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 28
ayat 11
i. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit
2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Disamping wajib Pajak pejabat pajakpun dapat dikenakan sanksi pidana

Langkah- langkah peradilan Pidana Pajak :

1. Penyidikan
Pejabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal pajak diberikan
wewenang sebagai penyidik untuk mengadakan penyidikan tindak pidana
perpajakan
2. Penuntutan
Dilakukan oleh penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dari penyidik
maka penuntut segera mempelajari berkas dalam waktu 7 hari wajib
memberitahu kepada penyidik apabila hasil penyidikan sudah lengkap dan
memenuhi persyaratan untuk dilimpahkan ke pengadilan disertai surat dakwaan.
3. Putusan Hakim
Setelah melalui tahapan-tahapan perkara disidangkan, terdakwa dipanggil untuk
hadir dalam sidang begitupun dengan saksi dilakukan pemanggilan, setelah itu
saksi disumpah dan hakim ketua mendengar keterangan saksi, kemudian
tahapan pemeriksaan alat bukti juga keterangan para ahli didengar maka
pengadilan dapat menjatuhkan putusan jika pengadilan berpendapat bahwa dari
hasil pemeriksaan terdakwa bersalah melakukan tindak pidana maka pengadilan
akan menjatuhkan pidana jika tidak maka terrdakwa akan diputus bebas.

Anda mungkin juga menyukai