Agar suatu peradilan dapat merupakan suatu peradilan administrasi, maka harus
terpenuhi unsur-unsur sbb :
1. Apabila putusan pengadilan pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu
muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan
pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu
2. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang
apabila diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan
menghasilkan putusan yang berbeda
3. Apabila dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih daripada yang dituntut
kecuali yang diputus dengan mengabulkan sebagian atau seluruhnya dan atau
putusan yang menambah pajak yang harus dibayar
4. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebab
5. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PERADILAN PIDANA PAJAK
Tindak pidana dibidang pajak dapat dibedakan dalam :
1. pelanggaran : tindak pidana yang terjadi tidak dengan sengaja atau terjadi
karena kealpaan atau kekhilapan seperti karena kealpaan tidak menyampaikan
surat pemberitahuan (SPT) atau sudah mengisi SPT akan tetapi karena
kealpaan sehingga isinya tidak benar atau tidak lengkap
sanksi yang diancam terhadap pelanggaran di bidang pajak lebih ringan
daripada kejahatan.untuk pelanggaran seperti yang disebu diatas dikenakan
sanksi pidana kurungan paling lama satu tahun dana atau denda setinggi-
tinginya dua kali jumlah pajak yang terutang
2. Kejahatan ialah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan nomor pokok wajib pajak atau tidak
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak nomor pokok wajib pajak atau
pengukuhan pengusaha kena pajak
c. Tidak menyampaikan surat pemberitahuan
d. Menyampaikan surat pemberitahuan dan atau keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap
e. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 29
f. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-oleh benar atau tidak mengambarkan keadaan yang
sebenarnya
g. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku catatan atau dokumen lain
h. Tidak menyimpan buku catatan, atau dokumen yang menjadi dasr pembukuan
atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dan
pembukuan yang dikeloal secara elektronik atau diselenggarakan secara
program aplikasi online di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 28
ayat 11
i. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit
2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
1. Penyidikan
Pejabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal pajak diberikan
wewenang sebagai penyidik untuk mengadakan penyidikan tindak pidana
perpajakan
2. Penuntutan
Dilakukan oleh penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dari penyidik
maka penuntut segera mempelajari berkas dalam waktu 7 hari wajib
memberitahu kepada penyidik apabila hasil penyidikan sudah lengkap dan
memenuhi persyaratan untuk dilimpahkan ke pengadilan disertai surat dakwaan.
3. Putusan Hakim
Setelah melalui tahapan-tahapan perkara disidangkan, terdakwa dipanggil untuk
hadir dalam sidang begitupun dengan saksi dilakukan pemanggilan, setelah itu
saksi disumpah dan hakim ketua mendengar keterangan saksi, kemudian
tahapan pemeriksaan alat bukti juga keterangan para ahli didengar maka
pengadilan dapat menjatuhkan putusan jika pengadilan berpendapat bahwa dari
hasil pemeriksaan terdakwa bersalah melakukan tindak pidana maka pengadilan
akan menjatuhkan pidana jika tidak maka terrdakwa akan diputus bebas.