Anda di halaman 1dari 92

PRINSIP PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

DI RUMAH SAKIT

Dra. Al fina Ria’nti, Apt., M Pharm.


Clinical Pharmacist
CURRICULUM VITAE
• Nama : Dra. Alfina Rianti, Apt., M Pharm.
• Jabatan : - Koordinator Pelayanan Kefarmasian (Farmasi Klinik)
Instalasi Farmasi, RSUP Fatmawati
- Koordinator Pembinaan & Optimalisasi Praktik Profesi
PC IAI Jakarta Selatan
• Pendidikan :
- S1, Apoteker – Universitas Indonesia
- S2 Clinical Pharmacy – Universiti Sains Malaysia
• Dosen :
- Farmasi Klinik ; Komunikasi, Informasi dan Edukasi di ISTN
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Universitas Pancasila
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Uhamka
- Interaksi Obat di UIN
- Farmasi Klinik di Akademi Farmasi Bhumi Husada
- Farmasi Rumah Sakit di Poltekkes
Definisi Penggunaan Obat Rasional
• Penggunaan obat dikatakan rasional
bila pasien menerima obat yang sesuai
dengan kebutuhan klinis untuk periode waktu
yang adekuat dengan biaya yang terendah
bagi pasien dan masyarakat
Deskripsi Penggunaan Obat Rasional
• Penggunaan obat dikatakan rasional (WHO 1985)
bila pasien menerima obat yang sesuai dengan
kebutuhannya, untuk periode waktu
yang adekuat dan dengan harga
yang paling murah untuk pasien dan masyarakat
Tujuan Penggunaan Obat Rasional
• Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
biaya pengobatan
• Mempermudah akses masyarakat
untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau
• Mencegah dampak penggunaan obat yang
tidak tepat yang dapat membahayakan pasien
• Meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien)
terhadap mutu pelayanan kesehatan
Indikator Penggunaan Obat Rasional (1)
1. Indikator Inti
Indikator Peresepan
• Rerata jumlah item dalam tiap resep
• Persentase peresepan dengan nama generik
• Persentase peresepan dengan antibiotik
• Persentase peresepan dengan suntikan
• Persentase peresepan yang sesuai dengan Daftar Obat Esensial
Indikator Pelayanan
• Rerata waktu konsultasi
• Rerata waktu penyerahan obat
• Persentase obat yang sesungguhnya diserahkan
• Persentase obat yang dilabel secara adekuat
Indikator Fasilitas
• Pengetahuan pasien mengenai dosis yang benar
• Ketersediaan Daftar Obat Esensial
• Ketersediaan key drugs
Indikator Penggunaan Obat Rasional (2)
2. Indikator Tambahan
• Persentase pasien yang diterapi tanpa obat
• Rerata biaya obat tiap peresepan
• Persentase biaya untuk suntikan
• Peresepan yang sesuai dengan
pedoman pengobatan
• Persentase pasien yang puas
dengan pelayanan yang diberikan
• Persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai
akses kepada informasi yang obyektif
Ciri-ciri Penggunaan Obat Yang Tidak Rasional

• Peresepan berlebih (overprescribing)


• Peresepan kurang (underprescribing)
• Peresepan majemuk (polifarmasi)
• Peresepan salah (incorrect prescribing)
Contoh Lain Ketidakrasionalan
Penggunaan Obat Dalam Praktek Sehari-hari
• Pemberian obat untuk penderita yang tidak memerlukan
terapi obat
• Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan indikasi penyakit
• Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan aturan
• Penggunaan obat yang memiliki potensi toksisitas lebih besar,
sementara obat lain dengan manfaat yang sama
tetapi jauh lebih aman tersedia
• Penggunaan obat yang harganya mahal, sementara obat sejenis
dengan mutu yang sama dan harga lebih murah tersedia
• Penggunaan obat yang belum terbukti secara ilmiah manfaat
dan keamanannya
• Penggunaan obat yang jelas-jelas akan mempengaruhi kebiasaan
atau persepsi yang keliru dari masyarakat
terhadap hasil pengobatan
Dampak Ketidakrasionalan Penggunaan Obat

• Dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan


• Dampak terhadap biaya pengobatan
• Dampak terhadap kemungkinan efek samping
dan efek lain yang tidak diharapkan
• Dampak terhadap mutu ketersediaan obat
• Dampak psikososial

SUTOTO.KARS 10
KARS
PERAN TENAGA KEFARMASIAN
PANITIA FARMASI & TERAPI
PEMILIHAN OBAT
DOKTER - MAN YANFAR - KOMED
DEPARTEMEN / UNIT MEDIK
PEMANTAUAN MANFAAT PERENCANAAN
& KEAMANAN PENGADAAN

PASIEN – APOTEKER/TTK
PEMAKAIAN PANITIA PENGADAAN
& INFORMASI OBAT
PENGADAAN

PERAWAT – APOTEKER
PEMBERIAN
& INFORMASI OBAT PANITIA PENERIMAAN

PENERIMAAN

APOTEKER/TTK MANAJER GUDANG

PERACIKAN
& INFORMASI OBAT
MANAJER DISTRIBUSI
DOKTER PENYALURAN
PENULISAN RESEP
& INFORMASI OBAT KOORDINATOR SATELITE 12
PENGELOLAAN OBAT

MANAJEMEN

HUKUM & KEBIJAKAN


Upaya Penggunaan Obat Rasional
• Kompetensi Inti (Unit Kompetensi 2.1) :
Mampu melakukan upaya penggunaan obat yang rasional berdasarkan pertimbangan ilmiah, pedoman
dan berbasis bukti
• Lulusan Apoteker mampu :
- Memberikan pertimbangan pemilihan / penggunaan obat
- Memberikan pertimbangan regimentasi
- Menerapkan patient care process dalam menyelesaikan masalah terkait penggunaan obat pasien
- Memanfaatkan mnemonics, klasifikasi DTPs dan parameter monitoring sesuai kondisi
dan kebutuhan pasien
- Melakukan asesmen pasien, riwayat penyakit, dan riwayat pengobatan pasien
dengan menunjukkan empati
- Menganalisis dan menetapkan masalah terkait penggunaan obat pasien
dengan mempertimbangkan kebutuhan, pedoman terapi, biaya dan ketentuan regulasi
- Merencanakan, menetapkan prioritas dan menyelesaikan masalah terkait obat
- Melakukan pengukuran parameter objektif dan subjektif untuk memonitor terapi obat pasien
dan memastikan proses monitoring terlaksana
- Mengevaluasi efektivitas, keamanan dan biaya obat
- Mendokumentasikan kegiatan dalam patient care process
- Memperoleh, merekonsiliasi, menelaah, memelihara & memperbaharui riwayat pengobatan pasien
serta gejala / keluhan pasien yang relevan
Kriteria Penggunaan Obat Rasional (1)
• Tepat diagnosis
• Tepat indikasi penyakit
• Tepat pemilihan obat
• Tepat dosis
• Tepat cara pemberian
• Tepat interval waktu pemberian
• Tepat lama pemberian
• Waspada terhadap efek samping
FASILITAS
KELAS SUB KELAS TERAPI /NAMA GENERIK / KESEHATAN PERESEPAN MAKSIMAL
TERAPI SEDIAAN / KEKUATAN TK 1 TK 2 TK 3
DAN RESTRIKSI PENGGUNAAN

10 sefaleksin
1. kaps 250 mg   10 hari
2. kaps 500 mg   10 hari
11 sefazolin
1. serb inj 1.000 mg   Selama 24 jam
Digunakan pada profilaksis bedah
untuk mencegah terjadinya infeksi luka operasi
12 sefepim
Antibiotik lini ketiga.
Dapat digunakan untuk demam neutropenia
atas persetujuan KFT/PPRA/pimpinan RS
1. serb inj 1.000 mg   3 g/hari
sampai ANC > 500/mm3
KELAS FASILITAS
TERAPI SUB KELAS TERAPI /NAMA GENERIK / SEDIAAN / KESEHATAN PERESEPAN
KEKUATAN DAN RESTRIKSI PENGGUNAAN TK 1 TK 2 TK 3 MAKSIMAL

19 seftriakson
1. serb inj 1.000 mg   2 g/hari selama 7 hari.
Untuk meningitis
4 g/hari
selama 14 hari
20 sefuroksim
1. tab sal selaput 250 mg   10 tab/kasus
2. tab sal selaput 500 mg   10 tab/kasus
3. serb inj 750 mg   3 g/kasus
Hanya untuk profilaksis bedah abdomen, toraks
(cardiac atau non cardiac)
6.2.2.7 LAIN-LAIN (1)
FASILITAS
KELAS SUB KELAS TERAPI /NAMA GENERIK / KESEHATAN PERESEPAN MAKSIMAL
TERAPI SEDIAAN / KEKUATAN DAN RESTRIKSI TK 1 TK 2 TK 3
PENGGUNAAN

1 meropenem
a) Hanya untuk terapi lini ketiga untuk
infeksi oleh kuman penghasil ESBL
b) Tidak untuk profilaksis bedah,
kecuali bedah jantung
1. serb inj 500 mg   - Febrile neutropenia : dosis 1-3 g/hari,
sampai ANC > 500 /mm3.
2. serb inj 1.000 mg   - Sepsis dan infeksi berat lainnya :
dosis 1-3 g/hari maks 7 hari.
- Penggunaan maks 7 hari/kasus.
- Setelah hasil kultur diperoleh,
maka digantikan dengan antibiotik
lini pertama atau spektrum sempit
yang masih sensitif .
- Meropenem dapat dilanjutkan
apabila hasil kultur menunjukan bahwa
meropenem adalah satu-satunya
antibiotik yang masih sensitif
untuk bakteri penyebab infeksi.
ALBUMIN
R/ Albumin 20 % 100 cc II Albumin normal :
3,4 – 4,8 g/dl
Pasien : Tn. MMSA
Umur : 49 tahun Dosis Albumin :
Berat badan : 60 kg (3,5 – 1,80) x 60 x 0,8 = 81,6 g

Albumin pasien = 1,80 g/dl 4 botol Albumin 20 % 100 cc


Rekonstitusi Antibiotik Untuk Pemberian Intravena (1)
Stabilitas Dalam
Penyimpanan
No Nama Obat Rute Rekonstitusi Keterangan
4 – 8 C 25 C

1 Amikasin inj lar IV drip IV infus : 500 mg diencerkan 60 hari 24 jam - Larutan dalam air dapat berwarna
250 mg/vial 2 ml dengan 100 – 200 ml lar infus gelap karena oksidasi,
500 mg, 1 g tapi tidak mempengaruhi
potensinya dan boleh digunakan
- Lama pemberian IV drip 1 - 2 jam
pada bayi
dan 30 - 60 menit pada anak
- Infus yang bisa digunakan :
NS, RL, D5 NS, D5 ½ NS
2 Amoksisilin IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj - 20 - Diberikan iv pelan 3 - 4 menit
clavulanat acid menit - Terjadi penurunan potensi
inj IV drip Dalam 50 ml NS diberikan pada penyimpanan,
(Co-amoxiclav) dalam waktu 30 – 40 menit sebaiknya segera digunakan
500 mg setelah direkonstitusi
1g IV Tambahkan 20 ml aqua pro inj - 20
menit
IV drip Dalam 100 ml NS diberikan
dalam waktu 30 – 40 menit
Rekonstitusi Antibiotik Untuk Pemberian Intravena (2)
Stabilitas Dalam
Penyimpanan
No Nama Obat Rute Rekonstitusi Keterangan
4 - 8 C 25 C

14 Meropenem inj IV pelan 3-5 menit


500 mg IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj 12 jam 2 jam atau drip 15-30 menit
Saran : 3 jam
1g IV Tambahkan 10 ml aqua pro inj 12 jam 2 jam

500 mg & 1 g IV drip Larutkan dalam 100 ml NS 18 jam 2 jam


Larutkan dalam 100 ml D5 8 jam 1 jam
15 Metronidazol IV drip - - s/d - Infus diberikan dalam waktu
(Flagyl) Tanggal lebih dari 1 jam
Lar infus btl kadaluarsa - Adanya cahaya
500 mg/100 ml yang berlebihan
dapat menyebabkan
perubahan warna
menjadi gelap, lindungi
dari sinar matahari langsung
16 Sulfaperazon IV Tambahkan 3,4 ml aqua - - - Injeksi iv diberikan
(Sefoperazon – pro inj (diluentnya) dalam waktu minimal 3 menit
Sulbactam) 1 g - IV drip :
(mengandung Encerkan dengan
0,5 g 20 ml infus NS, D5 diberikan
Sefoperazon + dalam waktu 15-60 menit
Sulbaktam 0,5 g)
Standar PKPO 4.1
Regulasi ditetapkan untuk menentukan pengertian dan syarat
kelengkapan resep atau pemesanan

Maksud dan Tujuan PKPO 4.1


Untuk menghindari keragaman dan menjaga keselamatan pasien maka rumah sakit
menetapkan persyaratan atau elemen penting kelengkapan suatu resep atau
permintaan obat dan instruksi pengobatan. Persyaratan atau elemen kelengkapan
paling sedikit meliputi a sampai dengan d pada maksud dan tujuan,
a) data identitas pasien secara akurat (dengan stiker)
b) elemen pokok di semua resep atau permintaan obat atau instruksi pengobatan
c) kapan diharuskan menggunakan nama dagang atau generik
d) kapan diperlukan penggunaan indikasi seperti pada PRN (pro re nata
atau “jika perlu”) atau instruksi pengobatan lain
e) jenis instruksi pengobatan yang berdasar atas berat badan
seperti untuk anak-anak, lansia yang rapuh, dan populasi khusus sejenis lainnya
f) kecepatan pemberian (jika berupa infus)
g) instruksi khusus, sebagai contoh : titrasi, tapering, rentang dosis
OBAT YANG DAPAT MENIMBULKAN MASALAH
BILA DIBERIKAN TERLALU CEPAT (1)

Obat Masalah Hindari


Diazepam Penghentian Anak : < 1-2 mg/menit bolus.
pernafasan, Dewasa : maksimum
hipotensi kecepatan infus 5 mg/menit.
Maksimum konsentrasi
pemberian 5 mg/ml
Fenitoin Jika > 50 mg/menit, Kecepatan maksimum
aritmia, penghentian 50 mg/menit
pernafasan, dengan pemantauan EKG
penghentian
kerja jantung
Furosemid Ketulian Kecepatan maksimum
4 mg/menit
OBAT YANG DAPAT MENIMBULKAN MASALAH
BILA DIBERIKAN TERLALU CEPAT (2)

Obat Masalah Hindari


Lidokain Aritmia, cardiac arrest, Pantau dengan EKG.
Fitomenadion konvulsi. Berikan dengan
Bahan tambahan sangat perlahan-lahan
Kremofor < 1 mg/menit
dapat menyebabkan
reaksi alergi, hipotensi
Kalium klorida Aritmia, Maksimal 10 meq/jam.
penghentian Pantau dengan EKG
kerja jantung
Metilprednisolon Jika > 50 mg/menit, Kecepatan maksimum
kolaps kardiovaskuler 50 mg/menit
OBAT YANG DAPAT MENIMBULKAN MASALAH
BILA DIBERIKAN TERLALU CEPAT (3)

Obat Masalah Hindari


Ranitidin Bradikardia, Berikan dalam waktu lebih dari
penyumbatan 2 menit dalam 20 ml NaCl 0,9 %
jantung
Teofilin Aritmia, mual Berikan perlahan-lahan
< 20 mg/menit.
Loading dose selama 20-30 menit.
Lakukan pemantauan EKG,
jika resiko tinggi
Vankomisin Red Man Berikan 500 mg selama 60 menit
Syndrome atau 1 g dalam 100 menit
Maksud dan Tujuan PKPO 4.1
Ditetapkan proses untuk menangani atau mengelola hal-hal di bawah ini :
1) Resep atau permintaan obat dan instruksi pengobatan yang tidak benar,
tidak lengkap dan tidak terbaca
2) Resep atau permintaan obat dan instruksi pengobatan yang NORUM
(Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) atau LASA (Look Alike Sound Alike)
3) Jenis resep khusus, seperti emergensi, cito, berhenti otomatis
(automatic stop order), tapering, dan lainnya
4) Instruksi pengobatan secara lisan atau melalui telpon wajib dilakukan
tulis lengkap, baca ulang, dan meminta konfirmasi. (lihat juga SKP 2)

Standar ini berlaku untuk resep atau permintaan obat dan instruksi pengobatan
di semua unit pelayanan di rumah sakit.
Rumah sakit diminta memiliki proses untuk menjamin penulisan resep
atau permintaan obat dan instruksi pengobatan sesuai dengan kriteria
butir 1 sampai dengan 4 di atas.
Elemen Penilaian PKPO 4.1 Telusur Skor
1. Ada regulasi syarat elemen R Pedoman / panduan tentang syarat 10 TL
resep lengkap yang meliputi elemen kelengkapan resep 5 TS
butir a) sampai dengan g) sesuai butir a s/d g, dan langkah-langkah 0 TT
pada maksud dan tujuan untuk menghindari kesalahan
serta penetapan dan penerapan pengelolaan peresepan
langkah-langkah untuk pengelolaan sesuai Elemen Penilaian (EP)
peresepan / permintaan obat,
instruksi pengobatan yang tidak benar,
tidak lengkap, dan tidak terbaca
agar hal tersebut tidak terulang
kembali. (R)
2. Ada bukti pelaksanaan evaluasi D Bukti pelaksanaan evaluasi terhadap 10 TL
syarat elemen resep lengkap syarat elemen resep sesuai butir a s/d g 5 TS
yang meliputi butir a) 0 TT
sampai dengan g) W • Komite Farmasi dan Terapi
pada maksud dan tujuan. (D, W) • Dokter
• Perawat
• Kepala Instalasi Farmasi
• Apoteker
Elemen Penilaian PKPO 4.1 Telusur Skor
3. Ada bukti pelaksanaan proses D Bukti pengelolaan resep yang tidak benar 10 TL
pengelolaan resep yang tidak benar, 5 TS
tidak lengkap, dan tidak terbaca. W • Komite Farmasi dan Terapi 0 TT
(D, W) • Kepala Instalasi Farmasi
• Apoteker
• Staf farmasi
4. Ada bukti pelaksanaan proses D Bukti pelaksanaan pengelolaan 10 TL
untuk mengelola resep khusus, resep khusus 5 TS
seperti darurat, standing order, 0 TT
berhenti otomatis (automatic stop W • Kepala Instalasi Farmasi
order), tapering, dan lainnya. (D, W) • Apoteker
• Staf farmasi
FASILITAS
KELAS SUB KELAS TERAPI /NAMA GENERIK / SEDIAAN / KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI KEKUATAN DAN RESTRIKSI PENGGUNAAN TK 1 TK 2 TK 3 MAKSIMAL

13 sefiksim
Hanya untuk pasien rawat inap yang sebelumnya
mendapatkan antibiotik parenteral sefalosporin
generasi tiga atau sesuai hasil uji resistensi
1. tab sal selaput 100 mg   10 hari
2. tab sal selaput 200 mg   10 hari
3. sir 100 mg/5 mL   1 btl/kasus
14 sefoperazon
1. serb inj 1.000 mg   3 g/hari
selama 7 hari
Antibiotik lini ketiga dan dapat digunakan untuk
mengatasi infeksi pada pasien yang mengalami
penurunan fungsi ginjal
15 sefotaksim
1. serb inj 500 mg   10 hari
1. serb inj 1.000 mg   10 hari
KELAS FASILITAS
TERAPI SUB KELAS TERAPI /NAMA GENERIK / SEDIAAN / KESEHATAN PERESEPAN
KEKUATAN DAN RESTRIKSI PENGGUNAAN TK 1 TK 2 TK 3 MAKSIMAL

16 sefpirom
Antibiotik lini ketiga.   3 g/hari
Dapat digunakan untuk demam neutropenia sampai ANC >
atas persetujuan KFT/PPRA/pimpinan RS 500/mm3
1. serb inj 1.000 mg
17 sefpodoksim proksetil
1. tab sal selaput 100 mg   2 tab/hari
selama 7 hari
18 sefTAZidim
1. serb inj 1.000 mg   3 g/hari
selama 7 hari
a) Terapi lini ketiga sediaan injeksi / infus
b) Diberikan kepada pasien dengan infeksi
yang disebabkan oleh bakteri yang resisten dengan
antibiotik lain (dibuktikan dengan hasil tes resistensi)
ANTIMIKROBA LINI 3
GRAM NEGATIF GRAM POSITIF
• Cefepime (FEP), g4 • Cefepime (FEP)
• Cefixime (CEM) • Cefixime (CEM)
• CefTAZidime (CAZ), g3 • CefTAZidime (CAZ)
• Imipenem (IPM) • Imipenem (IPM)
• Meropenem (MEM) • Meropenem (MEM)
• Piperacillin / Tazobactam • Piperacillin / Tazobactam
(TZP) (TZP)
• Colistin (CT) • Tigecycline (TGC)
• Polimyxin B (PB) • Vancomycin (VA)
• Tigecycline (TGC)
Kriteria Penggunaan Obat Rasional (2)
• Tepat penilaian kondisi pasien
• Pemberian obat yang efektif, aman, mutu terjamin
serta tersedia setiap saat
dengan harga yang terjangkau
• Tepat informasi
• Tepat tindak lanjut (follow-up)
• Tepat penyerahan obat (dispensing)
• Pasien patuh terhadap perintah pengobatan
yang dibutuhkan
Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
Organisasi, Seleksi & Pengadaan, Penyimpanan

Lapor Lapor
Rekonsiliasi Penyiapan PFT TKPRS
obat obat
Telaah Telaah
resep obat MESO / PTO IKP
ROTD

Asuhan Pasien : Pelayanan Fokus Pasien : Pelayanan Kefarmasian & Penggunaan Obat

Skrining Rencana 5 TEPAT IKP OBAT Rencana


Asesmen Asuhan
& pulang
Awal
Registrasi

LAPOR
Resep TKPRS
Standar PKPO 4
Ada regulasi peresepan / permintaan obat dan instruksi pengobatan

Maksud dan Tujuan PKPO 4


Rumah sakit menetapkan staf medis yang kompeten dan berwenang
untuk melakukan peresepan / permintaan obat serta instruksi pengobatan.
Staf medis dilatih untuk peresepan / permintaan obat dan instruksi pengobatan
dengan benar. Peresepan / permintaan obat dan instruksi pengobatan
yang tidak benar, tidak terbaca, dan tidak lengkap dapat membahayakan pasien
serta menunda kegiatan asuhan pasien.
Rumah sakit memiliki regulasi peresepan / permintaan obat
serta instruksi pengobatan dengan benar, lengkap, dan terbaca tulisannya.

Rumah sakit menetapkan proses rekonsiliasi obat, yaitu proses membandingkan


daftar obat yang dipergunakan oleh pasien sebelum dirawat inap
dengan peresepan / permintaan obat dan instruksi pengobatan
yang dibuat pertama kali sejak pasien masuk, saat pemindahan pasien
antar unit pelayanan (transfer), dan sebelum pasien pulang.
Elemen Penilaian PKPO 4 Telusur Skor
1. Ada regulasi peresepan / permintaan obat R Pedoman tentang peresepan / permintaan obat 10 TL
dan instruksi pengobatan secara benar, lengkap dan instruksi pengobatan sesuai Elemen Penilaian 5 TS
dan terbaca, serta menetapkan staf medis (EP) 0 TT
yang kompeten dan berwenang untuk melakukan
peresepan / permintaan obat dan instruksi
pengobatan. (lihat juga PAP 2.2 EP 1 ; AP 3 EP 1 ;
dan SKP 2 EP 1). (R)
2. Ada bukti peresepan / permintaan obat D Bukti peresepan / permintaan obat 10 TL
dan instruksi pengobatan dilaksanakan dan instruksi pengobatan dilakukan oleh staf medis 5 TS
oleh staf medis yang kompeten serta berwenang. sesuai daftar 0 TT
(D, O, W)
O Ruang rawat inap, rawat jalan

W • Staf medis
• Perawat
• Apoteker
3. Ada bukti pelaksanaan Apoteker melakukan D Bukti pelaksanaan rekonsiliasi obat 10 TL
rekonsiliasi obat pada saat pasien masuk, sesuai Elemen Penilaian (EP) 5 TS
pindah unit pelayanan, dan sebelum pulang. 0 TT
(D, W) W • Perawat
• Kepala Instalasi Farmasi
• Apoteker
• Staf farmasi
4. Rekam medik memuat D Bukti catatan riwayat penggunaan obat
riwayat penggunaan obat pasien. (D, O) dalam rekam medik

O Lihat rekam medik di ruang rawat inap,


rekam medik rawat jalan
Standar PKPO 4.2
Rumah sakit menetapkan individu yang kompeten
yang diberi kewenangan untuk menulis resep / permintaan obat
atau instruksi pengobatan

Maksud dan Tujuan PKPO 4.2


Untuk memilih dan menentukan obat yang dibutuhkan pasien
diperlukan pengetahuan dan pengalaman spesifik.
Rumah sakit bertanggung jawab menentukan staf medis
dengan pengalaman cukup dan pengetahuan spesifik
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diberi izin
membuat / menulis resep atau membuat permintaan obat.
Elemen Penilaian PKPO 4.2 Telusur Skor
1. Ada daftar staf medis D Bukti tersedianya daftar staf medis yang 10 TL
yang kompeten dan berwenang kompeten dan berwenang menulis resep - -
membuat atau menulis resep 0 TT
yang tersedia di semua unit pelayanan.
(D)
2. Ada bukti pelaksanaan rumah sakit R Regulasi tentang 10 TL
menetapkan dan melaksanakan proses pembatasan jumlah resep atau - -
untuk membatasi jika diperlukan jumlah pemesanan obat oleh staf medis 0 TT
jumlah resep atau jumlah pemesanan yang mempunyai kewenangan
obat yang dapat dilakukan
oleh staf medis yang diberi
kewenangan. (lihat juga KKS 10 EP 1).
(R)
3. Ada bukti staf medis yang kompeten D Bukti daftar staf medis yang mempunyai 10 TL
dan berwenang membuat atau kewenangan ada di unit layanan farmasi 5 TS
menulis resep atau memesan obat 0 TT
dikenal dan diketahui oleh
unit layanan farmasi atau oleh lainnya
yang menyalurkan obat. (D)
Standar PKPO 4.3
Obat yang diresepkan dan diberikan tercatat di rekam medik pasien

Maksud dan Tujuan PKPO 4.3


Rekam medik pasien memuat daftar obat yang diinstruksikan
yang memuat identitas pasien, nama obat , dosis, rute pemberian,
waktu pemberian, nama dan tanda tangan dokter
serta keterangan bila perlu tapering off, titrasi, dan rentang dosis.

Pencatatan juga termasuk obat yang diberikan “jika perlu” /


pro re nata. Pencatatan dibuat di formulir obat yang tersendiri
dan dimasukkan ke dalam berkas rekam medik serta disertakan
pada waktu pasien pulang dari rumah sakit atau dipindahkan.
(lihat juga PAP 2.2)
Elemen Penilaian PKPO 4.3 Telusur Skor
1. Ada bukti pelaksanaan obat D Bukti pelaksanaan pencatatan 10 TL
yang diberikan dicatat dalam satu daftar di rekam medik obat 5 TS
dalam satu daftar di rekam medik yang diberikan kepada pasien 0 TT
untuk setiap pasien berisi : sesuai Elemen Penilaian (EP)
identitas pasien, nama obat, dosis,
rute pemberian, waktu pemberian,
nama dokter dan keterangan
bila perlu, tapering off, titrasi,
dan rentang dosis. (D)
2. Ada bukti pelaksanaan D Bukti catatan daftar obat lengkap 10 TL
daftar tersebut di atas disimpan dalam rekam medik pasien 5 TS
dalam rekam medik pasien yang selalu menyertai pasien 0 TT
dan menyertai pasien
ketika pasien dipindahkan.
Salinan daftar resep obat pulang
kepada pasien. (D) (lihat ARK 4.2 EP 4)
KEBIJAKAN PERESEPAN
• Hanya yang berhak menulis dan memesan resep saja yang dilayani
(tersedia daftar staf medis yang berhak menulis resep /
daftar petugas yang berhak memesan resep di Instalasi Farmasi)
• Resep harus lengkap (tersedia contoh dan keterangan resep yang lengkap)

• Sebelum menulis resep harus melakukan penyelarasan obat (Medication Reconciliation).


Penyelarasan obat adalah membandingkan antara
daftar obat yang sedang digunakan pasien dan obat yang akan diresepkan
agar tidak terjadi duplikasi atau terhentinya terapi suatu obat

• Penulis resep harus memperhatikan 3 kemungkinan :


1. Kontraindikasi
2. Interaksi Obat
3. Reaksi Alergi.

• Tulisan harus jelas dan dapat dibaca


• Menggunakan istilah dan singkatan yang ditetapkan rumah sakit
dan tidak boleh menggunakan singkatan yang dilarang
(tersedia daftar singkatan yang digunakan di rumah sakit
dan daftar singkatan yang dilarang).
Contoh Petunjuk penulisan Resep
RESEP LENGKAP
1. Tanggal penulisan resep
RUANG / INSTALASI : ………………………… 2. Mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas lembar resep
TANGGAL : ………………………... manual atau secara elektronik dalam sistem informasi farmasi
ALERGI, TIDAK / YA : ……………………..… untuk memastikan ada tidaknya riwayat alergi obat

R/ Clopidogrel 75 mg tab No.III 1. Tanda R/ pada setiap sediaan


S 2 dd 1 2. Untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama generik.
Untuk obat kombinasi ditulis sesuai nama dalam Formularium,
R/ Paracetamol 500 mg tab No.VI dilengkapi dengan bentuk sediaan obat. (contoh : injeksi, kapsul, salep),
Ibuprofen 200 mg tab No. X serta kekuatannya (contoh : 500 mg, 1 gram).
Amitriptilin 25 mg tab No.II 3. Jumlah sediaan
Stesolid 2 mg tab No.II
4. Bila obat berupa racikan , dituliskan nama setiap jenis / bahan obat
mf. Caps d.t.d No.X dan jumlah bahan obat (untuk bahan padat : mikrogram, miligram, gram),
S 2 dd 1 dan untuk cairan: tetes, mililiter, liter .
5. Pencampuran beberapa obat jadi dalam satu sediaan tidak dianjurkan,
R/ WFI 25 cc Kolf No.III kecuali sediaan dalam bentuk campuran tersebut telah terbukti aman
S 2 dd 1 dan efektif.
6. Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan pakai jika
R/ Spuit 10 cc No.IV perlu atau prn (pro re nata), harus dituliskan dosis maksimal dalam sehari.
S 2 dd 1

1. Nama lengkap pasien


2. Nomor rekam medik
IDENTITAS PASIEN : ( STIKER ) 3. Tanggal lahir
BERAT BADAN : ……………………….. 4. Berat badan pasien (untuk pasien anak-anak)
NAMA DOKTER : ……………………….. 5. Nama dokter
Standar PKPO 5.1
Rumah sakit menetapkan regulasi yang mengatur semua resep /
permintaan obat dan instruksi pengobatan obat ditelaah ketepatannya

Maksud dan Tujuan PKPO 5.1


Setiap resep / permintaan obat / instruksi pengobatan
harus dilakukan dua pengkajian / telaah, yaitu :
• Pengkajian / telaah resep yang dilakukan sebelum obat disiapkan
untuk memastikan resep memenuhi syarat
secara administratif , farmasetik dan klinis
• Telaah obat yang dilakukan setelah obat selesai disiapkan
untuk memastikan bahwa obat yang disiapkan
sudah sesuai dengan resep / instruksi pengobatan
Maksud dan Tujuan PKPO 5.1
Pengkajian resep dilakukan oleh apoteker meliputi :
a) Ketepatan identitas pasien, obat, dosis, frekuensi, aturan minum / makan obat,
dan waktu pemberian ;
b) Duplikasi pengobatan ;
c) Potensi alergi atau sensitivitas ;
d) Interaksi antara obat dan obat lain atau dengan makanan ;
e) Variasi kriteria penggunaan dari rumah sakit
f) Berat badan pasien dan atau informasi fisiologik lainnya ;
g) Kontra indikasi.

Telaah obat dilakukan terhadap obat yang telah siap


dan telaah dilakukan meliputi 5 (lima) informasi, yaitu :
1) Identitas pasien
2) Ketepatan obat
3) Dosis
4) Rute pemberian
5) Waktu pemberian
Contoh Formulir Telaah Resep

NO. TELAAH RESEP YA TIDAK KETERANGAN/


TINDAK
LANJUT
1 KEJELASAN TULISAN RESEP
2 TEPAT OBAT
3 TEPAT DOSIS
4 TEPAT RUTE
5 TEPAT WAKTU
6 DUPLIKASI
7 ALERGI
8 INTERAKSI OBAT
9 BERAT BADAN (PASIEN ANAK)
10 KONTRA INDIKASI LAINNYA

NAMA DAN TANDA TANGAN PENELAAH


CONTOH : FORM TELAAH OBAT
Label identitas pasien

NO. TELAAH OBAT YA TIDAK KETERANGAN /


TINDAK
LANJUT

1 OBAT DENGAN RESEP / PESANAN

2 JUMLAH / DOSIS DENGAN RESEP /


PESANAN
3 RUTE DENGAN RESEP / PESANAN

4 WAKTU DAN FREKUENSI PEMBERIAN


DENGAN RESEP / PESANAN
Elemen Penilaian PKPO 5.1 Telusur Skor
1. Ada regulasi penetapan sistem R Regulasi tentang keseragaman sistem 10 TL
yang seragam untuk penyiapan penyiapan dan penyerahan obat 5 TS
dan penyerahan obat. (R) di rumah sakit 0 TT
2. Ada bukti pelaksanaan D Bukti pelaksanaan kajian resep 10 TL
proses pengkajian resep yang meliputi meliputi a s/d g 5 TS
butir a) sampai dengan g) 0 TT
pada maksud dan tujuan. (D, W) W • Kepala Instalasi Farmasi
• Apoteker / farmasi klinis
• Staf farmasi
3. Setelah obat disiapkan, D Bukti dilaksanakannya pelabelan obat 10 TL
obat diberi label meliputi yang sudah disiapkan 5 TS
identitas pasien, nama obat, dosis 0 TT
atau konsentrasi, cara pemakaian, O Lihat label obat pasien
waktu pemberian, tanggal disiapkan,
dan tanggal kadaluarsa. (D, O, W) W • Kepala Instalasi Farmasi
• Perawat rawat inap dan rawat jalan
• Apoteker
• Staf farmasi
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016

PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, PELAYANAN FARMASI KLINIK


ALAT KESEHATAN DAN
BAHAN MEDIS HABIS PAKAI • Pengkajian dan pelayanan resep
• Penelusuran riwayat penggunaan
• Pemilihan obat
• Perencanaan kebutuhan • Rekonsiliasi obat
• Pelayanan Informasi Obat (PIO)
• Pengadaan
• Konseling
• Penerimaan • Visite
• Penyimpanan • Pemantauan Terapi Obat (PTO)
• Monitoring Efek Samping Obat
• Pendistribusian (MESO)
• Pemusnahan dan penarikan • Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
• Pengendalian • Dispensing sediaan steril
• Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
• Administrasi (PKOD)
PENGKAJIAN / TELAAH RESEP
• Kajian administratif
• Kajian kesesuaian farmasetik
• Pertimbangan klinis
• Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian
dari hasil pengkajian, maka Apoteker
harus menghubungi dokter penulis resep
KAJIAN ADMINISTRATIF

• Nama pasien
• Umur
• Jenis kelamin
• Berat badan
• Tinggi badan

• Nama dokter
• Nomor Surat Izin Praktik (SIP)
• Alamat
• Nomor telepon
• Paraf dokter

• Tanggal penulisan resep


• Ruangan / unit asal resep
KAJIAN KESESUAIAN FARMASETIK
• Nama obat
• Bentuk dan kekuatan sediaan
• Dosis dan jumlah obat
• Stabilitas
• Kompatibilitas (ketercampuran obat)
• Aturan dan cara penggunaan
PERTIMBANGAN KLINIS
• Ketepatan indikasi dan dosis obat
• Aturan, cara dan lama penggunaan obat
• Duplikasi dan / atau polifarmasi
• Reaksi obat yang tidak diinginkan
(alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain)
• Kontra indikasi
• Interaksi obat
Standar MKE 10
• Edukasi pada pasien dan keluarga
termasuk topik berikut ini,
terkait dengan pelayanan pasien :
penggunaan obat yang aman,
penggunaan peralatan medis yang aman,
potensi interaksi antara obat dengan makanan,
pedoman nutrisi, manajemen nyeri,
dan teknik rehabilitasi
Maksud dan Tujuan MKE 10
• Rumah sakit menggunakan materi dan proses edukasi pasien
yang standar paling sedikit pada topik-topik tertera di bawah ini :
1) Penggunaan obat-obatan yang didapat pasien secara efektif
dan aman (bukan hanya obat yang diresepkan
untuk dibawa pulang), termasuk potensi efek samping obat
2) Penggunaan peralatan medis secara efektif dan aman
3) Potensi interaksi antara obat yang diresepkan dan obat lainnya
termasuk obat yang tidak diresepkan serta makanan
4) Diet dan nutrisi
5) Manajemen nyeri
6) Teknik rehabilitasi
7) Cara cuci tangan yang benar
MKE 10
Elemen Penilaian MKE 10 Telusur Skor
1. Pemberian edukasi kepada pasien D Bukti pelaksanaan pemberian edukasi 10 TL
dan keluarga terkait dengan asuhan tentang : 5 TS
yang diberikan meliputi penggunaan 1) penggunaan obat-obatan 0 TT
obat-obatan secara efektif dan aman, secara efektif dan aman
potensi efek samping obat, 2) potensi efek samping obat
potensi interaksi obat antar obat 3) potensi interaksi antar obat
konvensional, obat bebas konvensional, obat bebas,
serta suplemen atau makanan. (D, W) serta suplemen atau makanan
(regulasi lihat MKE 1 EP 1)

W • Apoteker
• Pasien / keluarga
METODE PTO (SOAP)
S : Subjective
– Data subyektif adalah gejala yang dikeluhkan oleh pasien.
– Contoh : pusing, mual, nyeri, sesak nafas.
O : Objective
– Data obyektif adalah tanda / gejala yang terukur
oleh tenaga kesehatan. Tanda-tanda obyektif mencakup
tanda vital (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi,
kecepatan pernafasan), hasil pemeriksaan laboratorium
dan diagnostik.
A : Assessment
– Berdasarkan data subyektif dan obyektif dilakukan
analisis terkait obat (Drug Related Problem)
P : Plans
– Setelah dilakukan SOA maka langkah berikutnya adalah
menyusun rencana yang dapat dilakukan
untuk menyelesaikan masalah.
IDENTIFIKASI MASALAH TERKAIT OBAT
Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis untuk identifikasi
adanya masalah terkait obat. (Hepler dan Strand)
1. Ada indikasi tetapi tidak di terapi.
Pasien yang diagnosisnya telah ditegakkan dan membutuhkan terapi obat
tetapi tidak diresepkan.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua keluhan / gejala klinik
harus diterapi dengan obat.
2. Pemberian obat tanpa indikasi.
Pasien mendapatkan obat yang tidak diperlukan.
3. Pemilihan obat yang tidak tepat.
Pasien mendapatkan obat yang bukan pilihan terbaik untuk kondisinya
(bukan merupakan pilihan pertama, obat yang tidak cost effective,
kontra indikasi)
4. Dosis terlalu tinggi
5. Dosis terlalu rendah
6. Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
7. Interaksi obat
8. Pasien tidak minum obat (kepatuhan)
INTERAKSI OBAT
• INTERAKSI OBAT – OBAT
• INTERAKSI OBAT – MAKANAN / MINUMAN
• INTERAKSI OBAT – PENYAKIT
• INTERAKSI OBAT – UJI LABORATORIUM
• INTERAKSI OBAT – HERBAL
Comparison of the Infection Diseases Society of America (IDSA)
and American Thoracic Society (ATS) Guidelines for the Treatment of
Community-Acquired Pneumonia
Patient Type IDSA ATS
Low-risk, ambulatory care Doxycycline, macrolide, or No risk factors : macrolide or
antipneumococcal doxycycline
fluoroquinolone (FQ) Risk factors : beta-lactam +
macrolide or doxycycline ;
FQ monotherapy
Moderate risk, hospitalized Cephalosporin + macrolide No risk factors : Azithromycin
monotherapy ; beta-lactam +
doxycycline ; FQ
Risk factors : beta-lactam +
macrolide or doxycycline ; FQ
High risk, ICU admission Cephalosporin + macrolide No Pseudomonas :
Cephalosporin + FQ Cephalosporin + macrolide
Pseudomonas :
antipseudomonal
cephalosporin + ciprofloxacin
TOP TEN DANGEROUS DRUG INTERACTION
IN LONG TERM CARE
Dangerous drug interaction
between ACE Inhibitors and Potassium Suplements
Dangerous drug interaction between
Digoxin and Amiodarone
Dangerous drug interaction
between Theophylline and Quinolones
Elemen Penilaian PKPO 5.1 Telusur Skor
4. Ada bukti pelaksanaan telaah obat D Bukti dilaksanakannya telaah obat 10 TL
meliputi butir 1) sampai dengan 5) meliputi 1) s/d 5) 5 TS
pada maksud dan tujuan. (D, W) 0 TT
W • Kepala Instalasi Farmasi
• Apoteker
• Staf farmasi
5. Ada bukti pelaksanaan D Bukti pemberian obat 10 TL
penyerahan obat dalam bentuk dalam bentuk yang siap diberikan / - -
yang siap diberikan. (D, W) Unit Dose Dispensing (UDD) 0 TT

W • Kepala Instalasi Farmasi


• Apoteker
• Staf farmasi
6. Ada bukti penyerahan obat D Bukti catatan dalam rekam medik 10 TL
tepat waktu. (D, O, W) pemberian tepat waktu 5 TS
0 TT
O Lihat ruang rawat inap

W • Perawat
• Apoteker
SOAL UNIT DOSE DISPENSING (UDD)
1. Bagaimana cara menyiapkan obat secara unit dose
untuk resep berikut ini :
R/ Captopril tab 12,5 mg 2 x 1
R/ Diazepam tab 2 mg 1 x 1
R/ Furosemid amp 1 x 1
R/ Nifedipin tab 3 x 1
R/ Simvastatin tab 10 mg 1 x 1

2. Pada hari berikutnya ada resep tambahan untuk pasien tersebut :


R/ Amlodipin tab 1 x 1
R/ Furosemid tab 1 x 1
Bagaimana cara menyiapkan obat-obat ini secara unit dose
selanjutnya ?
JAWABAN UNIT DOSE DISPENSING (UDD) (1)
N NAMA OBAT PAGI SIANG SORE MALAM
O. SBL SSDH SBL SSDH SBL SSDH SBL SSDH

1. Captopril tab 12,5 mg 2 x 1 1 tab 1 tab


1 jam 1 jam
2. Furosemid amp 1 x 1 1 amp
3. Nifedipin tab 3 x1 1 tab 1 tab 1 tab
4. Diazepam tab 2 mg 1 x 1 1 tab
5. Simvastatin tab 10 mg 1 x 1 1 tab
JAWABAN UNIT DOSE DISPENSING (UDD) (2)
N NAMA OBAT PAGI SIANG SORE MALAM
O. SBL SSDH SBL SSDH SBL SSDH SBL SSDH

1. Captopril tab 12,5 mg 2 x 1 1 tab 1 tab


1 jam 1 jam
2. Amlodipin tab 1 x 1 1 tab
3. Furosemid tab 1 x1 1 tab
4. Diazepam tab 2 mg 1 x 1 1 tab
5. Simvastatin tab 10 mg 1 x 1 1 tab
Standar PKPO 5
Obat disiapkan dan diserahkan di dalam lingkungan aman dan bersih
Maksud dan Tujuan PKPO 5
Untuk menjamin keamanan, mutu, manfaat, dan khasiat obat yang disiapkan
dan diserahkan pada pasien maka rumah sakit diminta menyiapkan
dan menyerahkan obat dalam lingkungan yang aman bagi pasien, petugas,
dan lingkungan serta untuk mencegah kontaminasi tempat penyiapan obat
harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan praktik profesi seperti :
• Pencampuran obat kemoterapi harus dilakukan di dalam ruang yang bersih
(clean room) yang dilengkapi dengan cytotoxic handling drug safety cabinet
dengan petugas sudah terlatih dengan teknik aseptik
serta menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
• Pencampuran obat intravena, epidural, dan nutrisi parenteral
serta pengemasan kembali obat suntik harus dilakukan dalam ruang yang bersih
(clean room) yang dilengkapi dengan laminary airflow cabinet
dan petugas yang sudah terlatih dengan teknik aseptik
serta menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.
• Staf yang menyiapkan produk steril terlatih dengan prinsip penyiapan obat
PKPO 5
Elemen Penilaian PKPO 5 Telusur Skor
1. Ada regulasi penyiapan R Pedoman tentang penyiapan 10 TL
dan penyerahan obat yang sesuai dan penyerahan obat 5 TS
dengan peraturan perundang- 0 TT
undangan dan praktik profesi. (R)

2. Ada bukti pelaksanaan staf D Bukti sertifikat pelatihan 10 TL


yang menyiapkan produk steril dilatih, prinsip penyiapan obat 5 TS
memahami, serta mempraktikan dan tehnik aseptik, yang dimiliki staf 0 TT
prinsip penyiapan obat
dan teknik aseptik (lihat juga PPI). W • Kepala Instalasi Farmasi
(D, W) • Apoteker
• Staf Instalasi Farmasi

4. Ada bukti pencampuran O Lihat ruang pencampuran 10 TL


obat intravena, epidural obat intravena, epidural - -
dan nutrisi parenteral W dan nutrisi parenteral 0 TT
serta pengemasan kembali obat suntik
dilakukan sesuai dengan praktik profesi • Apoteker
PEDOMAN SUATU CAMPURAN
DAPAT DIGUNAKAN ATAU TIDAK (1)
• Mengecek pedoman dari pabrik, Trissel’s
Handbook on Injectable Drugs dan sumber lain.
Dicek juga informasi untuk obat serupa,
misal tidak ada Dobutamin – cek ada Dopamin.
• Coba untuk menggunakan rute lain
untuk sebanyak mungkin obat.
• Coba pisahkan obat dengan
mengatur waktu pemberian obat.
PEDOMAN SUATU CAMPURAN
DAPAT DIGUNAKAN ATAU TIDAK (2)
• Ganti obat dengan obat-obat yang dapat bercampur
atau yang dapat diberikan dengan rute yang lain.
• Jangan tambahkan obat ke dalam larutan obat
yang berkonsentrasi tinggi atau pada produk darah.
• Jangan ada banyak obat dalam satu larutan.
• Jangan mencampur obat yang perbedaan pHnya besar.

pH DOBUTamin 3,5 – 4
pH DOPamin 2,5 – 4
PEDOMAN SUATU CAMPURAN
DAPAT DIGUNAKAN ATAU TIDAK (3)
• Jangan mencampur obat, jika salah satu obat
tidak stabil, atau mempunyai waktu paruh
yang pendek, atau obat tersebut peka
akan reaksi hidrolisis atau fotolisis.
• Jika suatu obat mengandung ko-solven.
Hal itu berarti mungkin obat tersebut kurang larut,
oleh karena itu jangan dicampur dengan obat lain.
• Hindari mencampur obat yang dapat berinteraksi
dengan wadah.
MEMINIMALKAN JUMLAH OBAT
YANG TERIKAT PADA PLASTIK
SELAMA PEMBERIAN INFUS

Obat Jenis Makna Hindari dengan


plastik
Absorpsi
Diazepam PVC ++ Hindari kantung dan
perangkat PVC. Gunakan
perangkat sambungan
polietilen dan alat
pemompa (kehilangan
sedikit pada pemompa;
ganti pemompa
setiap 12 – 24 jam)
PEDOMAN SUATU CAMPURAN
DAPAT DIGUNAKAN ATAU TIDAK (4)
• Situasi berikut ini beresiko,
yang pertama disebut beresiko paling besar :
1. Mencampur obat-obat berkonsentrasi tinggi
pada satu alat suntik yang sama
untuk jangka waktu yang lama.
2. Mencampur obat-obat berkonsentrasi rendah
dalam satu wadah / botol
untuk jangka waktu yang lama.
PEDOMAN SUATU CAMPURAN
DAPAT DIGUNAKAN ATAU TIDAK (5)
3. Menambahkan suatu obat ke dalam jalur infus
yang mengandung obat lain, dekat dengan botolnya.
4. Menambahkan suatu obat ke dalam jalur infus
yang mengandung obat lain, dekat dengan pasiennya.
5. Memberikan obat-obat melalui lumen yang berbeda
pada kateter yang sama.
6. Memberikan obat pada tempat injeksi yang berbeda.
7. Memberikan obat pada waktu yang berbeda.
ANTIBIOTIK YANG HARUS DIMINUM
SATU JAM SEBELUM MAKAN
ATAU DUA JAM SESUDAH MAKAN

• Ampicillin • Doxycycline
• Azithromycin • Erythromycin
• Cefaclor • Isoniazid (INH)
• Cephalexin • Lincomycin
• Cephradine • Ofloxacin
• Chloramphenicol • Rifampicin
• Dicloxacillin • Tetracycline
OBAT YANG HARUS DIMINUM
½ JAM SEBELUM MAKAN

• Cholestiramine resin
• Domperidon
• Gemfibrozil
• Glibenclamide
• Metoclopramide
• Omeprazole
INTERAKSI OBAT – TEH, KOPI, COLA

• Amiodarone (jangan minum kopi)


• Ciprofloxacin (jangan minum teh, kopi)
• Fluphenazine (jangan minum teh, kopi, cola)
• Pseudoephedrine (jangan minum teh, kopi, cola)
• Theophylline (jangan minum teh, kopi, cola)
OBAT-OBAT YANG HARUS DIHINDARI
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HATI
• Sedatif (Benzodiazepin, Opiat)
• Obat-obat yang menginduksi gangguan elektrolit
(Diuretika)
• Obat-obat yang terkait dengan perdarahan atau
perubahan fungsi platelet (AINS, Warfarin, Aspirin)
• Obat-obat yang mempengaruhi enzim hati
- Penginduksi enzim
(Karbamazepin, Fenitoin, Rifampisin)
- Penghambat enzim
(Simetidin, Eritromisin, Isoniazid)
• Obat-obat hepatotoksik
(Parasetamol dosis tinggi, Halotan, Isoniazid)
GANGGUAN GINJAL
Tingkat LFG Kreatinin
Serum
Ringan 20 – 50 150 – 300
ml/menit mikromol/L
Sedang 10 – 20 300 – 700
ml/menit mikromol/L
Berat < 10 > 700
ml/menit mikromol/L
RUMUS COCKROFT DAN GAULT
• Pria
Klkr = (140 - usia) x BB___
72 x Kreatinin serum

• Wanita
Klkr = (140 - usia) x BB___ x 0,85
72 x Kreatinin serum
BERAT BADAN IDEAL (BBI)
• Pria
T > 152,4 cm, BBI = 50 + [(T - 152,4) x 0,89]
T < 152,4 cm, BBI = 50 - [(152,4 - T) x 0,89]

• Wanita
T > 152,4 cm, BBI = 45,4 + [(T-152,4) x 0,89]
T < 152,4 cm, BBI = 45,4 - [(152,4-T) x 0,89]
Traub – Johnson Equation
• This equation is for use in ages 1 to 18 years

• CrCl = (0,48 x Height (cm)) mL/minute/1,73 m2


Creatinine (mg/dL)
Schwartz Equation
• This equation may not provide an accurate estimation of creatinine clearance
for infants < 6 months of age or for patient with severe starvation
or muscle wasting

• eGFR = (k x Height (cm))__ mL/minute/1,73 m2


Creatinine (mg/dL)

k = constant of proportionality that is age-specific :


< 1 year preterm : 0,33
< 1 year full-term : 0,45
1 to 12 years : 0,55
> 12 years female : 0,55
> 12 years male : 0,7
ANTIBIOTIK (1)
R/ CefTAZidim 1 g No. X Diagnosis : batu buli
S2x1g dengan ILO

Pasien : Tn. AKZ Bahan : Pus


Umur : 17 – 7 – 1949 Biakan : Escherichia coli
Berat Badan : 60 kg CefTAZidim sensitif
Ruang bedah
Serum Creatinin : 2,8
Ureum : 90
ANTIBIOTIK (2)
Cr Cl = (140 – 65) x 60 = 22,3 ml/menit
72 x 2,8

Cr Cl 10 – 30 ml/menit : berikan CefTAZidim setiap 24 jam

Dosis CefTAZidim untuk infeksi berat : 2 g setiap 8 jam

Saran :
CefTAZidim dapat diberikan dengan dosis 1 x 2 g
OBAT YANG DAPAT MENGGANGGU
HASIL TEST GULA DARAH
DAN HARUS PAKAI CLINISTIX / TEST TAPE

• Amoxicillin + Clavulanate Potassium


• Cefadroxil
• Cephalexin
• Diazepam
• Isoniazid (INH)
• Loratadine
• Nalidixic Acid
KIMIA DARAH, SERUM, PLASMA
TEST OBAT
Glucose (S) (2) Menurun oleh Acetaminophen
(P), Alcohol (P), β-bloker
nonselektif (P), Disopiramid (P),
Gemfibrozil (P), Salisilat (toksik
akut dan kronis) (P)
Potassium (S) (1) Meningkat oleh ACE inhibitor
(P), obat sitostatika (P),
Diuretik hemat kalium (P),
Isoniazid (P), Litium (P),
Manitol (P), obat Nefrotoksik (P).
LAGU 5 O
• Ini namanya Ibu Jari. Ibu Jari. (2 x)
Apa kata Ibu Jari, sayang, minum obat sesuai Indikasi.
• Ini namanya Jari Telunjuk. Jari Telunjuk. (2 x)
Apa kata Jari Telunjuk, sayang, minum obat sesuai Petunjuk.
• Ini namanya Jari Tengah. Jari Tengah. (2 x)
Apa kata Jari Tengah, sayang, minum obat caranya Jangan Salah.
• Ini namanya Jari Manis. Jari Manis. (2 x)
Apa kata Jari Manis, sayang, minum obat sesuai Dosis.
• Ini namanya Jari Kelingking. Jari Kelingking. (2 x)
Apa kata Jari Kelingking, sayang, minum obat Waspada Efek Samping
TERIMA KASIH
7 (TUJUH) BENAR

• Benar Obat
• Benar Dosis
• Benar Waktu
dan frekwensi pemberian
• Benar Rute pemberian
• Benar identitas Pasien
• Benar Informasi /
Tidak ada Interaksi obat
• Benar Dokumentasi /
Tidak ada Duplikasi terapi

Anda mungkin juga menyukai