Anda di halaman 1dari 105

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“PENGKAJIAN SISTEM PERSYARAFAN DAN PENGKAJIAN SISTEM


GASTROINTESTINAL”

Dosen pengampu : Ns. Sumitro Adi Putra, S. Kep, M.Kes


Tingkat :2B
Kelompok :4
Anggota kelompok :
1. Gresella Monica
2. Indah Pratiwi
3. Indah Wahyuni
4. Krismonita Pratami Purba
5. Lala Pratiwi

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


DIII KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN 2018-2019

1
KATA PENGANTAR

          Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pengkajian Sistem Persyarafan dan
Pengkajian Sistem Gastrointestinal”.
          Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.

          Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul
guna penyempurnaan makalah ini. Dan semoga bermanfaat bagi seluruh pembaca
dan teman-teman.

Palembang,02 April 2018


Penulis

i 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................4
B. Rumusan masalah.................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN PENGKAJIAN SISTEM PERSYARAFAN
A. Pengkajian sistem persyarafan..............................................................7
B. Pengkajian neurologik berdasarkan 11 pola fungsi..............................9
C. Pengkajian fisik sistem persyarafan......................................................13
D. Pemeriksaan khusus sistem persyarafan...............................................23
E. Test diagnostik sistem persyarafan.......................................................24
F. Angiografi sistem persyarafan..............................................................28
G. Elektro encephalografi (eeg).................................................................29
H. Elektromyegrafi (emg)..........................................................................34
I. Computerized axial tomografi (ct scan)................................................36
BAB III PEMBAHASAN PENGKAJIAN SISTEM GASTROINTESTINAL
A. Pengkajian sistem gastrointestinal........................................................39
B. Pemeriksaan diagnostik sistem gastrointestinal....................................48
C. Pertimbangan genetik sistem gastrointestinal.......................................48
D. Wawancara pengkajian kesehatan sistem gastrointestinal....................49
E. Pengkajian fisik sistem gastrointestinal................................................51
F. Petunjuk pengkajian abdomen sistem gastrointestinal.........................92

BAB III PENUTUPAN


A. Kesimpulan...........................................................................................105
B. Saran ....................................................................................................106
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 107

3
BAB I
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat mulai dengan mengambil riwayat lengkap, memfokuskan pada gejala-
gejala umum disfungsi gastrointestinal. Gejala-gejala dimana pengkajian
difokuskan mencakup nyeri, kembung, bising usus, mual dan muntah,
hematemesis, perubahan kebiasaan defekasi serta karakteristik feses.
Nyeri sering merupakan gejala utama dari penyakit gastrointestinal. Kaji
lokasi, durasi, pola, frekwensi, distribusi penyebaran dan waktu nyeri
Indigesti. Indigesti dapat diakibatkan oleh gangguan control saraf lambung dan
bagian lain GI. Makanan berlemak cenderung menimbulkan ketidaknyamanan
karena lemak berada di lambung lebih lama Sendawa dan flatulensi. Akumulasi
gas di saluran GI dapat menimbulkan sendawa (pengeluaran gas melalui mulut
bila gas mencapai lambung) dan flatulensi (pengeluaran gas dari rektum). Keluhan
yang sering dirasakan : kembung, distensi atau merasa penuh. Mual dan muntah.
Muntah biasanya didahului oleh rasa mual yang dapat dicetuskankan oleh bau,
aktifitas, atau makanan yang masuk. Muntah dapat berupa partikel yang tidak
dapat dicerna atau darah (hematemesis). Diare dan konstipasi. Diare secara umum
terjadi bila isi saluran pencernaan bergerak terlalu cepat dan terdapat
ketidakadekwatan waktu untuk absorbsi. Konstipasi adalah reternsi atau
perlambatan pengeluaran feses dari rectum. Absorpsi berlebihan air dari bahan
fekal menghasilkan feses yang yang keras, kering dan volume yang lebih kecil
dari normal. Dikatakan konstipasi jika pada saat BAB sering mengejan, frekwensi
dua kali setiap minggu. Riwayat lain yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan
terdahulu, kesehatan keluarga dan riwayat psikososial
Tubuh manusia akan berada dalam kondisi sehat jika mampu berespon dengan
tepat terhadap perubahan-perubahan lingkungan secara terkoordinasi. Tubuh
memerlukan koordinasi yang baik . Salah satu sistem komunikasi dalam tubuh
adalah sistem saraf. Pengkajian system persarafan merupakan salah satu aspek

4
yang sangat penting untuk dilakukan dalam rangka menentukan diagnosa
keperawatan tepat dan melakukan tindakan perawatan yang sesuai.

Pemeriksaan persarafan terdiri dari dua tahapan penting yaitu pengkajian yang
berupa wawancara yang berhubungan dengan riwayat kesehatan klien yang
berhubungan dengan system persarafan seperti riwayat hiopertensi, stroke, radang
otak, atau selaput otak, penggunaan obat-obatan dan alcohol, dan penggunaan
obat yang diminum secara teratur. Tahapan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik
meliputi pemeriksaan status mental, pemeriksaan saraf cranial, pemeriksaan
motorik, pemeriksaan sensorik, dan pemeriksaan reflex. Dalam melakukan
pemeriksaan fisik diperhatikan prinsip-prinsip head to toe, chepalocaudal dan
proximodistal. Harus pula diperhatikan keamanan klien dan privacy klien.

B. Rumusan Masalah
1. Bagimana pengkajian sistem persyarafan?
2. Bagaimana pengkajian neurologik berdasarkan 11 pola fungsi?
3. Bagaimana pengkajian fisik sistem persyarafan?
4. Bagaiamana pemeriksaan khusus sistem persyarafan?
5. Apasaja test diagnostik dalam pengkajian sistem persyarafan?
6. Apa kegunaan angiografi dalam pengkajian sistem persyarafan?
7. Apa kegunaan elektro encephalografi (eeg) dalam pengkajian sistem
persyarafan?
8. Apa kegunaan elektromyegrafi (emg) dalam pengkajian sistem
persyarafan?
9. Apa kegunaan computerized axial tomografi (ct scan) dalam pengkajian
sistem persyarafan?
10. Bagimana pengkajian sistem gastrointestinal?
11. Bagaimana pemeriksaan diagnostik sistem gastrointestinal?
12. Bagaimana pertimbangan genetik sistem gastrointestinal?
13. Bagaimana wawancara pengkajian kesehatan sistem gastrointestinal?
14. Bagaimana pengkajian fisik sistem gastrointestinal?
15. Bagaimana petunjuk pengkajian abdomen sistem gastrointestinal?

5
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian sistem persyarafan


2. Untuk mengetahui pengkajian neurologik berdasarkan 11 pola fungsi
3. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian fisik sistem persyarafan
4. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan khusus sistem persyarafan
5. Untuk mengetahui bagaimana test diagnostik sistem persyarafan
6. Untuk mengetahui angiografi
7. Untuk mengetahui elektro encephalografi (eeg)
8. Untuk mengetahui elektromyegrafi (emg)
9. Untuk mengetahui computerized axial tomografi (ct scan)
10. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian sistem gastrointestinal
11. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik sistem
gastrointestinal
12. Untuk mengetahui pertimbangan genetik sistem gastrointestinal
13. Untuk mengetahui wawancara pengkajian kesehatan sistem
gastrointestinal
14. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian fisik sistem gastrointestinal
15. Untuk mengetahui petunjuk pengkajian abdomen sistem gastrointestinal

6
BAB II
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN SISTEM PERSYARAFAN

A. Pengkajian Sistem Persyarafan


Pengkajian merupakan salah satu urutan/bagian dari proses keperawatan yang
sangat menentukan keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan. Tanpa
pengkajian yang baik, maka rentetan proses selanjutnya tidak akan akurat,
demikian pula pada pasien dengan gangguan persarafan.
Gangguan persarafan dapat berentang dari sederhana sampai yang kompleks.
Beberapa gangguan persarafan menyebabkan gangguan/hambatan pada aktifitas
hidup sehari-hari bahkan berbahaya.
Komponen utama pengkajian persarafan adalah :
1. Riwayat kesehatan klien secara komprehensif
2. Pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan status persarafan
3. Diagnostik test yang berhubungan dengan persarafan baik bersifat spesifik
maupun bersifat umum.
1. Riwayat Kesehatan
Tujuan diperolehnya riwayat kesehatan klien adalah menentukan status
kesehatan saat ini dan masa lalu dan memperoleh gambaran kapan mulainya
penyakit yang diderita saat ini. Riwayat kesehatan ini meliputi : data biografi,
keluhan utama dan riwayat penyakit saat ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
keluarga, riwayat psikososial dan pemeriksaan sistem tubuh.

Data Biografi :
Termasuk diantaranya adalah identitas klien, sumber informasi (klien
sendiri atau orang terdekat/significant other).

7
Keluhan utama :
Perawat memperoleh gambaran secara detail pada kondisi yang utama
dialami klien. Memperoleh informasi tentang perkembangan, tanda-tanda dan
gejala-gejala : onset (mulainya), faktor pencetus dan lamanya. Perlu menentukan
kapan mulainya gejala tersebut serta perkembangannya.
2. Riwayat kesehatan masa lalu :
Mencakup penyakit yang pernah dialami sebelumnya, penyakit infeksi
yang dialami pada masa kanak-kanak, pengobatan, periode perinatal, tumbuh
kembang, riwayat keluarga, riwayat psikososial dan pola hidup. Penyakit saraf
sering mempengaruhi kemampuan fungsi-fungsi tubuh. Perawat perlu
menanyakan perubahan tingkat kesadaran, nyeri kepala, kejang-kejang, pusing,
vertigo, gerakan dan postur tubuh.
3. Masalah kesehatan utama dan hospitalisasi :
Berbagai penyakit yang berhubungan dengan perubahan akibat gangguan
persarafan misalnya diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kanker, berbagai
penyakit infeksi dan hipertensi. Penyakit hati dan ginjal yang menahun akan
mengakibatkan gangguan metabolisme misalnya gangguan keseimbangan cairan
elektrolit dan asam basa akan mempengaruhi fungsi mental.
Perawat juga akan memperoleh informasi mengapa klien dirawat di rumah
sakit, kecelakaan atau pembedahan sehubungan dengan sistem persarafan seperti
trauma kepala, kejang, stroke atau luka akibat kecelakaan.
Pengobatan :
Perawat akan memperoleh informasi sehubungan dengan obat-obatan yang
diperoleh klien. Banyak obat-obat anti alergi dan pilek yang bisa dikomsumsi
dapat mengakibatkan klien mengantuk.
Perawat harus mengkaji obat yang digunakan, jenis obat, efek terapinya, efek
samping yang ditimbulkan dan lamanya digunakan.
4. Riwayat keluarga :
Perawat akan menanyakan pada keluarga sehubungan dengan gangguan
persarafan guna menentukan faktor-faktor resiko / genetik yang ada. Misalnya
epilepsi, hipertensi, stroke, retardasi mental dan gangguan psikiatri.

8
5. Riwayat psikososial dan pola hidup :
Perawat mengajukan pertanyaan sehubungan faktor psikososial klien
seperti yang berhubungan dengan latar belakang pendidikan, tingkat penampilan
dan perubahan kepribadian. Perawat memperoleh informasi tentang aktifitas klien
sehari-hari. Juga menanyakan adanya perubahan pola tidur, aktifitas olahraga,
hobi dan rekreasi, pekerjaan, stressor yang dialami dan perhatian terhadap
kebutuhan seksual.

B. Pengkajian Neurologik Berdasarkan 11 Pola Fungsi : Ealth Perception –


Health Management
1. Apakah klien pernah mengalami ganguan neurologik,
terjatuh/trauma, atau pembedahan; termasuk kejang, stroke, trauma
kepala, trauma spinal; infeksi, tumor, meningitis atau enchepalitis
2. Apakah klien pernah mengalami masalah-masalah yang
berhubungan dengan kemampuan pergerakan bagian-bagian tubuhnya.
Uraikan
3. Apakah klien dapat berpikir dengan jelas. Uraikan
4. Apakah klien memiliki masalah yang berhubungan dengan
penglihatan, pendengaran, pengecapan, atau pembauan
5. Jika klien menjawab ya dari pertanyaan ini, bagaimana klien
melakukan/mengatasi permasalahan tersebut
6. Apakah klien pernah melakukan tes diagnostik terkait dengan
masalah neurologik, kapan dan untuk apa?
7. Apakah klien menjalani pengobatan kejang, sakit kepala, atau
gangguan neurologik lainnya, jenis apa dan dosisnya.
8. Apakah klien menggunakan tembakau atau minum alkohol,
jenisnya apa, seberapa banyak, sudah berapa lama?\

1. NUTRITIONAL - METABOLIC

9
a. Tanyakan tentang kebiasaan makan klien selama 24 jam. Apaka
klien makan makanan dari semua golongan makanan atau tidak adakag
makanan pantang bagi klien
b. Apakah klien memiliki kesukaran mengunyah atau menelan.

2. ELIMINATION
a. Apakah klien mengalami perubahan pada kebiasaan b a k atau b a
b
b. Apakah klien menggunakan laksatif, suppositoria, bantuan enema,
jenis apa dan seberapa sering.
c. Apakah klien mampu berjalan ke kamar mandi dengan bantuan
atau tanpa dibantu. Uraikan kebiasaan rutin klien

3. ACTIVITY – EXERCISE
a. Jelaskan jnis aktifitas kliens selama 24 jam
b. Apakah klien memiliki kesulitan terhadap keseimbangan,
koordinasi atau berjalan.
c. Apakah klien menggunakan alat bantu jalan
d. Apakah klien menaglami kelemahan pada lengan atau kaki
e. Apakah klien mampu menggerakkan seluruh bagian tubuhnya
f. Jika klien kejang, apakah klien mampu mengidentifikasi faktor
pencetusnya. Bagaimana perasaannya setelah kejang
g. Apakah klien memiliki pengalaman tremor/gemetar. Dimana
bagian mana?

4. SLEEP-REST
a. Apakah masalah kesehatan ini memiliki pengaruh terhadap kemampuan
tidur dan isitrahat. Jika demikian, bagaimana ?
b. Apakah klien pernah memilki nyeri yang timbul pada malam hari, Jelaskan

10
c. Uraikan tentang tingkat energi. Apakah tidur dan istirahat menyimpan
kekuatan dan energy.

5. COGNITIVE-PERCEPTUAL
a. Uraikan tentang pengalaman sakit kepala klien termasuk frekuensi, jenis,
lokasi dan faktor pencetusnya
b. Pernahkah klien merasakan pingsan atau pusing. Pernahkah klien
merasakan berada di ruangan pemintalan
c. Apakah klien pernah mengalami perasaan kebas, terbakar atau perasaan
geli. Dimana areanya dan kapan
d. Apakah klien pernah mengalami masalah visual seperti penglihatan ganda,
penglihatan seperti dibatasi embun
e. Apakah klien pernah mengalami masalah pendegaran
f. Apakah klien mengalami perubahan pada pengecapan dan pembauan
g. Apakah klien mneglami kesulitan mengingat

6. SELF PERCEPTION-SELF CONCEPT


a. Bagaimana masalah neurologik mempengaruhi perasaanmu tentang dirimu
b. Bagaimana masalah neurologik mempengaruhi perasaanmu tentang
hidupmu
c. Bagaimanaperasaannmu tentang kelemahan yang mungkin disebabkan
dari masalah neurologic.

7. ROLE-RELATIONSHIP
a. Adakah riwayat masalah neurologik keluarga seperti alzheimer disease,
tumor otak, epilepsi
b. Apakah klien sulit mengekspresikan dirinya.
c. Apakah masalah neurologik berpengaruh terhadap perannya dalam
keluarganya. Bagaimana

11
d. Apakah masalah neurologik berpengaruh terhadap interaksi dengan anggota
keluarga yang lain, dengan teman-temannya, pekerjaannya, dan aktifitas
sosialnya
e. Apakah maslah neurologik berpengaruh terhadap kemampuan kerjanya
8. SEXUALITY-REPRODUCTIVE
a. Apakah aktifitas sexual klien mengalami gangguan oleh adanya masalah
neurologik
b. Apakah klien pernah menerima informasi tentang cara lain dalam
mengekspresikan aktifitas sexual jika klien mengalami gangguan
neurologik
c. Uraikan bagaimana masalah neurologik membuat klien merasakan dirinya
laki–laki atau wanita

9. COPING-STRESS
a. Uraikan apa yang klien lakukan untuk mengatasi stress
b. Bagaimana gangguan neurologik mempengaruhi cara klien mengatasi
stress
c. Apakah dengan stres yang meningkat semakin memperburuk masalah
neurologik
d. Siapa dan apa yang dapat membantu klien dalam mengatasi stres dengan
masalah neurologik

10. VALUE-BELIEF
a. Siapa orang terdekat, praktisian, atau aktifitas apa yang dapat membantu
mengatasi stres dengan gangguan neurologik.
b. Apa yang dapat klien lihat yang dapat menjadi sumber kekuatan
terbesar saat ini.
c. Apa yang klien rasakan/percayai untuk waktu mendatang dengan
gangguan neurologik ini.

12
11. PHYSICAL ASSESMENT:
a. Abbreviated Neurological Assesment
b. Asses LOC (auditory and/tactile stimulus)
c. Obtain vital sign (BP, P, R)
d. Check pupillary response to light
e. Asses strength of hand grip and movement of extremities
f. Determine ability to sense touch/pain in ekstremities
C. Pengkajian Fisik Sistem Persyarafan
Pemeriksan fisik sehubungan dengan sistem persarafan untuk mendeteksi
gangguan fungsi persarafan. Dengan cara inspeksi, palpasi dan perkusi
menggunakan refleks hammer.
Pemeriksaan pada sistem persarafan secara menyeluruh meliputi : status
mental, komunikasi dan bahasa, pengkajian saraf kranial, respon motorik, respon
sensorik dan tanda-tanda vital.
Secara umum dalam pemeriksaan fisik klien gangguan sistem persarafan,
dilakukan pemeriksaan :

1. Status mental
Masalah persarafan sering berpengaruh pada status mental, kadang-kadang
perawat mengalami kesulitan memperoleh riwayat kesehatan yang akurat
langsung dari klien. Status mental, termasuk kemampuan berkomunikasi dan
berbahasa serta tingkat kesadaran dilakukan dengan pemeriksaan Glasgow Coma
Scale (GCS).

2. Orientasi
Tanyakan tentang tahun, musim, tanggal, hari dan bulan. Tanyakan “kita ada
dimana” seperti : nama rumah sakit yang ia tempati, negara, kota, asal daerah, dan
alamat rumah. Berikan point 1 untuk masing-masing jawaban yang benar.

3. Registration (memori)
Perlihatkan 3 benda yang berbeda dan sebutkan nama benda-benda tersebut
masing-masing dalam waktu 1 detik. Kemudian suruh orang coba untuk

13
mengulang nama-nama benda yang sudah diperlihatkan. Berikan point 1 untuk
masing-masing jawaban benar.

4. Perhatian dan perhitungan


Tanyakan angka mulai angka 100 dengan menghitung mundur. Contoh angka 100
selalu dikurangi 7. berhenti setelah langkah ke 5.

Untuk orang coba yang tidak bisa menghitung dapat menggunakan kata yang
dieja. Contoh kata JANDA, huruf ke 5, ke 4, ke 3 dst. berikan skor 1 unuk
masing-masing jawaban benar.

5. Daya ingat (recall)


Sebutkan tiga benda kemudian suruh Orang coba mengulangi nama benda
tersebut. Nilai 1 untuk masing-masing jawaban benar.

6. Bahasa :
Memberikan nama

Tunjukkan benda (pensil dan jam tangan) pada Orang coba, dan tanyakan nama
benda tersebut (2 point)

7. Pengulangan kata
Ucapkan sebuah kalimat kemudian Suruh Orang coba mengulang kalimat
tersebut. Contoh ‘saya akan pergi nonton di bioskop’ (skor 1)

8. Tiga perintah berurutan


Berikan Orang coba selembar kertas yang berisi 3 perintah yang berurutan dan
ikuti perintah tersebut seperti contoh. Ambil pensil itu dengan tangan kananmu,
lalu pindahkan ke tangan kirimu kemudian letakkan kembali dimeja. (skor tiga).

9. Membaca
Sediakan kertas yang berisi kalimat perintah contoh. (tutup matamu). Suruh
Orang coba membaca dan melakukan perintah tersebut (skor 1)

10. Menulis
Suruh Orang coba menulis sebuah kalimat pada kertas kosong (skor 1)

14
11. Mengkopi(menyalin)
Gambarlah suatu objek kemudian suruh orang coba meniru gambar tersebut
(nilai 1)

Skor maksimun pada test ini adalah 30, sedangkan rata-rata normal dengan
nilai 27.

Gangguan berbahasa (afasia) :


1. Afasia motorik, karena lesi di area Broca, klien tidak mampu menyatakan
pikiran dengan kata-kata, namun mengerti bahasa verbal dan visual serta
dapat melaksanakan sesuatu sesuai perintah.
2. Afasia sensorik / perseptif, karena lesi pada area Wernicke, ditandai
dengan hilangnya kemampuan untuk mengerti bahasa verbal dan visual
tapi memiliki kemampuan secara aktif mengucapkan kata-kata dan
menuliskannya. Apa yang diucapkan dan ditulis tidal mempunyai arti apa-
apa.
3. Disatria, gangguan pengucapan kata-kata secara jelas dan tegas karena lesi
pada upper motor neuron (UMN) lateral bersifat ringan dan lesi UMN
bilateral bersifat berat.
Tingkat kesadaran :
1. Alert : Composmentis / kesadaran penuh
Pasien berespon secara tepat terhadap stimulus minimal, tanpa stimuli
individu terjaga dan sadar terhadap diri dan lingkungan.
2. Lethargic : Kesadaran
a. Klien seperti tertidur jika tidak di stimuli, tampak seperti enggan
bicara.
b. Dengan sentuhan ringan, verbal, stimulus minimal, mungkin klien
dapat berespon dengan cepat.
c. Dengan pertanyaan kompleks akan tampak bingung.
3. Obtuned

15
Klien memerlukan rangsangan yang lebih besar agar dapat memberikan
respon misalnya rangsangan sakit, respon verbal dan kalimat
membingungkan.
4. Stuporus
a. Klien dengan rangsang kuat tidak akan memberikan rangsang verbal.
b. Pergerakan tidak berarti berhubungan dengan stimulus.

5. Koma
a. Tidak dapat memberikan respon walaupun dengan stimulus maksimal,
tanda vital mungkin tidak stabil.
b. Glasgow Coma Scale (GCS) :
1) Didasarkan pada respon dari membuka mata (eye open = E),
respon motorik (motorik response = M), dan respon verbal (verbal
response = V).
2) Dimana masing-masing mempunyai “scoring” tertentu mulai dari
yang paling baik (normal) sampai yang paling jelek. Jumlah “total
scoring” paling jelek adalah 3 (tiga) sedangkan paling baik
(normal) adalah 15.

Score : 3 – 4 : vegetatif, hanya organ otonom yang bekerja

<7 : koma

> 11 : moderate disability

15 : composmentis
Adapun scoring tersebut adalah :

RESPON SCORING

1. Membuka Mata = Eye open (E)


 Spontan membuka mata
4
 Terhadap suara membuka mata

16
 Terhadap nyeri membuka mata 3
 Tidak ada respon
2

2. Motorik = Motoric response (M)


 Menurut perintah
6
 Dapat melokalisir rangsangan sensorik di kulit (raba)
 Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak 5
 Menjauhi rangsangan nyeri (fleksi abnormal)/postur
4
dekortikasi
 Ekstensi abnormal/postur deserebrasi 3
 Tidak ada respon
2

3. Verbal = Verbal response (V)


 Berorientasi baik
5
 Bingung
 Kata-kata respon tidak tepat 4
 Respon suara tidak bermakna
3
 Tidak ada respon
2

Saraf kranial :
1. Test nervus I (Olfactory)
a. Fungsi penciuman
b. Test pemeriksaan, klien tutup mata dan minta klien mencium benda
yang baunya mudah dikenal seperti sabun, tembakau, kopi dan
sebagainya.
c. Bandingkan dengan hidung bagian kiri dan kanan.

17
2. Test nervus II ( Optikus)
a. Fungsi aktifitas visual dan lapang pandang
b. Test aktifitas visual, tutup satu mata klien kemudian suruh baca dua
baris di koran, ulangi untuk satunya.
c. Test lapang pandang, klien tutup mata kiri, pemeriksa di kanan, klien
memandang hidung pemeriksa yang memegang pena warna cerah,
gerakkan perlahan obyek tersebut, informasikan agar klien langsung
memberitahu klien melihat benda tersebut, ulangi mata kedua.
3. Test nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlear dan Abducens)
a. Fungsi koordinasi gerakan mata dan kontriksi pupil mata (N III).
b. Test N III (respon pupil terhadap cahaya), menyorotkan senter
kedalam tiap pupil mulai menyinari dari arah belakang dari sisi klien
dan sinari satu mata (jangan keduanya), perhatikan kontriksi pupil
kena sinar.
c. Test N IV, kepala tegak lurus, letakkan obyek kurang lebih 60 cm
sejajar mid line mata, gerakkan obyek kearah kanan. Observasi adanya
deviasi bola mata, diplopia, nistagmus.
d. Test N VI, minta klien untuk melihat kearah kiri dan kanan tanpa
menengok.
4. Test nervus V (Trigeminus)
a. Fungsi sensasi, caranya : dengan mengusap pilihan kapas pada kelopak
mata atas dan bawah.
Refleks kornea langsung maka gerakan mengedip ipsilateral.
Refleks kornea consensual maka gerakan mengedip kontralateral.
Usap pula dengan pilihan kapas pada maxilla dan mandibula dengan
mata klien tertutup. Perhatikan apakah klien merasakan adanya
sentuhan.
b. Fungsi motorik, caranya : klien disuruh mengunyah, pemeriksa
melakukan palpasi pada otot temporal dan masseter.
5. Test nervus VII (Facialis)

18
a. Fungsi sensasi, kaji sensasi rasa bagian anterior lidah, terhadap asam,
manis, asin pahit. Klien tutup mata, usapkan larutan berasa dengan
kapas/teteskan, klien tidak boleh menarik masuk lidahnya karena akan
merangsang pula sisi yang sehat.
b. Otonom, lakrimasi dan salivasi
c. Fungsi motorik, kontrol ekspresi muka dengancara meminta klien
untuk : tersenyum, mengerutkan dahi, menutup mata sementara
pemeriksa berusaha membukanya.

6. Test nervus VIII (Acustikus)


Fungsi sensoris :
a. Cochlear (mengkaji pendengaran), tutup satu telinga klien,
pemeriksa berbisik di satu telinga lain, atau menggesekkan jari
bergantian kanan-kiri.
b. Vestibulator (mengkaji keseimbangan), klien diminta berjalan
lurus, apakah dapat melakukan atau tidak.
7. Test nervus IX (Glossopharingeal) dan nervus X (Vagus)
a. N IX, mempersarafi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah, tapi
bagian ini sulit di test demikian pula dengan M.Stylopharingeus.
Bagian parasimpatik N IX mempersarafi M. Salivarius inferior.
b. N X, mempersarafi organ viseral dan thoracal, pergerakan ovula,
palatum lunak, sensasi pharynx, tonsil dan palatum lunak.
c. Test : inspeksi gerakan ovula (saat klien menguapkan “ah”) apakah
simetris dan tertarik keatas.
d. Refleks menelan : dengan cara menekan posterior dinding pharynx
dengan tong spatel, akan terlihat klien seperti menelan.
8. Test nervus XI (Accessorius)
a. Klien disuruh menoleh kesamping melawan tahanan. Apakah
Sternocledomastodeus dapat terlihat ? apakah atropi ? kemudian
palpasi kekuatannya.

19
b. Minta klien mengangkat bahu dan pemeriksa berusaha menahan ----
test otot trapezius.
9. Nervus XII (Hypoglosus)
a. Mengkaji gerakan lidah saat bicara dan menelan
b. Inspeksi posisi lidah (mormal, asimetris / deviasi)
c. Keluarkan lidah klien (oleh sendiri) dan memasukkan dengan cepat
dan minta untuk menggerakkan ke kiri dan ke kanan.
Fungsi sensorik :
Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit diantara
pemeriksaan sistem persarafan yang lain, karena sangat subyektif sekali. Oleh
sebab itu sebaiknya dilakukan paling akhir dan perlu diulang pada kesempatan
yang lain (tetapi ada yang menganjurkan dilakukan pada permulaan pemeriksaan
karena pasien belum lelah dan masih bisa konsentrasi dengan baik).
Gejala paresthesia (keluhan sensorik) oleh klien digambarkan sebagai perasaan
geli (tingling), mati rasa (numbless), rasa terbakar/panas (burning), rasa dingin
(coldness) atau perasaan-perasaan abnormal yang lain. Bahkan tidak jarang
keluhan motorik (kelemahan otot, twitching / kedutan, miotonia, cramp dan
sebagainya) disajikan oleh klien sebagai keluhan sensorik. Bahan yang dipakai
untuk pemeriksaan sensorik meliputi:
1. Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarum bundel atau jarum pada
perlengkapan refleks hammer), untuk rasa nyeri superfisial.
2. Kapas untuk rasa raba.
3. Botol berisi air hangat / panas dan air dingin, untuk rasa suhu.
4. Garpu tala, untuk rasa getar.
5. Lain-lain (untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif) seperti :
a. Jangka, untuk 2 (two) point tactile dyscrimination.
b. Benda-benda berbentuk (kunci, uang logam, botol, dan sebagainya),
untuk pemeriksaan stereognosis
c. Pen / pensil, untuk graphesthesia.
Sistem Motorik :

20
Sistem motorik sangat kompleks, berasal dari daerah motorik di corteks
cerebri, impuls berjalan ke kapsula interna, bersilangan di batang traktus
pyramidal medulla spinalis dan bersinaps dengan lower motor neuron.

Pemeriksaan motorik dilakukan dengan cara observasi dan pemeriksaan kekuatan.

1. Massa otot : hypertropi, normal dan atropi


2. Tonus otot : Dapat dikaji dengan jalan menggerakkan anggota gerak pada
berbagai persendian secara pasif. Bila tangan / tungkai klien ditekuk secara
berganti-ganti dan berulang dapat dirasakan oleh pemeriksa suatu tenaga yang
agak menahan pergerakan pasif sehingga tenaga itu mencerminkan tonus otot.
Bila tenaga itu terasa jelas maka tonus otot adalah tinggi. Keadaan otot disebut
kaku. Bila kekuatan otot klien tidak dapat berubah, melainkan tetap sama.
Pada tiap gerakan pasif dinamakan kekuatan spastis. Suatu kondisi dimana
kekuatan otot tidak tetap tapi bergelombang dalam melakukan fleksi dan
ekstensi extremitas klien.

Sementara penderita dalam keadaan rileks, lakukan test untuk menguji


tahanan terhadap fleksi pasif sendi siku, sendi lutut dan sendi pergelangan
tangan.
Normal, terhadap tahanan pasif yang ringan / minimal dan halus.

3. Kekuatan otot :
Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji. Klien secara aktif
menahan tenaga yang ditemukan oleh sipemeriksa. Otot yang diuji biasanya
dapat dilihat dan diraba. Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan
skala Lovett’s (memiliki nilai 0 – 5)

0 = tidak ada kontraksi sama sekali.

1 = gerakan kontraksi.

2 = kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau


melawan tahanan atau gravitasi.

21
3 = cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.

4 = cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.

5 = kekuatan kontraksi yang penuh.

Aktifitas refleks :
Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon menggunakan refleks
hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu :
0 =Tidak ada respon
1 =Hypoactive / penurunan respon, kelemahan ( + )
2 =Normal ( ++ )
3 =Lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap abnormal ( +++ )
4 =Hyperaktif, dengan klonus ( ++++).
Refleks-refleks yang diperiksa adalah :

1. Refleks patella
Pasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke atas sampai fleksi kurang lebih
300. Tendon patella (ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae) dipukul
dengan refleks hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps femoris
yaitu ekstensi dari lutut.

2. Refleks biceps
Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 , supinasi dan lengan
bawah ditopang pada alas tertentu (meja periksa). Jari pemeriksa ditempatkan
pada tendon m. biceps (diatas lipatan siku), kemudian dipukul dengan refleks
hammer.

Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi
sebagian dan gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjadi penyebaran
gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari atau sendi bahu.

3. Refleks triceps

22
Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900 ,tendon triceps diketok
dengan refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2 cm diatas
olekranon).

Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat bila
ekstensi ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebar keatas
sampai otot-otot bahu atau mungkin ada klonus yang sementara.

4. Refleks achilles
Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan refleks ini
kaki yang diperiksa bisa diletakkan / disilangkan diatas tungkai bawah
kontralateral.

Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa


gerakan plantar fleksi kaki.

5. Refleks abdominal
Dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus. Kalau
digores seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah yang
digores.

6. Refleks Babinski
Merupakan refleks yang paling penting . Ia hanya dijumpai pada penyakit
traktus kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat bagian
lateral telapak kaki dari tumit kearah jari kelingking dan kemudian melintasi
bagian jantung kaki. Respon Babinski timbul jika ibu jari kaki melakukan
dorsifleksi dan jari-jari lainnya tersebar. Respon yang normal adalah fleksi
plantar semua jari kaki.

D. Pemeriksaan Khusus Sistem Persyarafan


Untuk mengetahui rangsangan selaput otak (misalnya pada meningitis)
dilakukan pemeriksaan :

1. Kaku kuduk

23
Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat
menempel pada dada ---- kaku kuduk positif (+).

2. Tanda Brudzinski I
Letakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain
didada klien untuk mencegah badan tidak terangkat. Kemudian kepala
klien difleksikan kedada secara pasif. Brudzinski I positif (+) bila kedua
tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.

3. Tanda Brudzinski II
Tanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi panggul
secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul
dan lutut.

4. Tanda Kernig
Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah
pada sendi lutut. Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1350
terhadap tungkai atas.

Kernig + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap
hambatan.
5. Test Laseque
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri
sepanjang m. ischiadicus.

Mengkaji abnormal postur dengan mengobservasi :

a. Decorticate posturing, terjadi jika ada lesi pada traktus corticospinal.


Nampak kedua lengan atas menutup kesamping, kedua siku, kedua
pergelangan tangan dan jari fleksi, kedua kaki ekstensi dengan memutar
kedalam dan kaki plantar fleksi.
b. Decerebrate posturing, terjadi jika ada lesi pada midbrain, pons atau
diencephalon. Leher ekstensi, dengan rahang mengepal, kedua lengan

24
pronasi, ekstensi dan menutup kesamping, kedua kaki lurus keluar dan
kaki plantar fleksi.

E. Test Diagnostik Sistem Persyarafan


Lima Prosedur diagnostik yang lazim dilakukan yaitu Lumbal Pungsi,
Angiografi, Elekto Encephalografi, Elektromiografi, Computerized Axial
Tomografi Scan (CT Scan) Otak.

1. Lumbal Pungsi
a. Pengertian
Adalah suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal melalui pungsi pada
daerah lumbal.

b. Tujuan
Mengambil cauran cerebrospinaluntuk kepentingan
pemeriksaan/diagnostik maupun kepentingan therapi

c. Indikasi
1) Untuk diagnostik
2) kecurigaan meningitis
3) Kecurigaan perdarahan sub arachnoid
4) Pemberian media kontras pada pemeriksaan myelografi
5) Evaluasi hasil pengobatan
6) Untuk Therapi
7) Pemberian obat anti neoplastik atau anti mikroba intra tekal
8) Pemberian anesthesi spinal
9) Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF
d. Persiapan
1) Persiapan pasien
a) Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal
pungsi meliputi tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-

25
sensasi yang akan dialami dan hal-hal yang mungkin terjadi berikut
upaya yang diperlukan untuk mengurangi hal-hal tersebut
b) Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani formulir
kesediaan dilakukan tindakan lumbal pungsi.
c) Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2) Persiapan Alat
Bak streil berisi jarum lumbal, spuit dan jarum, sarung tangan, kassa dan
lidi kapas, botol kecil (bila akan dilakukan pemeriksaan bakteriologis),
dan duk bolong.

a) Tabung reaksi tiga buah


b) Bengkok
c) Pengalas
d) Desinfektan (jodium dan alkohol) pada tempatnya
e) Plester dan gunting
f) Manometer
g) Lidokain/Xilocain
h) Masker. Gaun, tutup kepala
e. Prosedur pelaksanaan
1) Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung di pinggir
tempat tidur. Lutut pada posisi fleksi menempel pada abdomen, leher
fleksi kedepan dagunya menepel pada dada (posisi knee chest)
2) Pilih lokasi pungsi. Tiap celah interspinosus vertebral dibawah L2
dapat digunakan pada orang dewasa, meskipun dianjurkan L4-L5 atau
L5-S1 (Krista iliaca berada dibidang prosessus spinosus L4). Beri
tanda pada celah interspinosus yang telah ditentukan.
3) Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan dan
gaun steril.
4) Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk lapangan steril
dengan duk penutup.

26
5) Anesthesi kulit dengan Lidokain atau Xylokain, infiltrasi jaringan
lebih dapam hingga ligamen longitudinal dan periosteum
6) Tusukkan jarum spinal dengan stilet didalamnya kedalam jaringan
subkutis. Jarum harus memasuki rongga interspinosus tegak lurus
terhadap aksis panjang vertebra.
7) Tusukkan jarum kedalam rongga subarachnoid dengan perlahan-lahan,
sampai terasa lepas. Ini pertanda ligamentum flavum telah ditembus.
Lepaskan stilet untuk memeriksa aliran cairan serebrospinal. Bila tidak
ada aliran cairan CSF putar jarumnya karena ujung jarum mungkin
tersumbat. Bila cairan tetap tidak keluar. Masukkan lagi stiletnya dan
tusukka jarum lebih dalam. Cabut stiletnya pada interval sekitar 2 mm
dan periksa untuk aliran cairan CSF. Ulangi cara ini sampai keluar
cairan.
8) Bila akan mengetahui tekananCSF, hubungkan jarum lumbal dengan
manometer pemantau tekanan, normalnya 60 – 180 mmHg dengan
posisi pasien berrbaring lateral recumbent. Sebelum mengukur
tekanan, tungkai dan kepala pasien harus diluruskan. Bantu pasien
meluruskan kakinya perlahan-lahan.
9) Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal, hindarkan mengedan.
10) Untuk mengetahui apakah rongga subarahnoid tersumbat atau tidak,
petugas dapat melakukan test queckenstedt dengan cara mengoklusi
salah satu vena jugularis selama I\10 detik. Bila terdapat obstruksi
medulla spinalis maka tekanan tersebut tidak naik tetapi apabila tidak
terdapat obstruksi pada medulla spinalis maka setelah 10 menit vena
jugularis ditekan, tekanan tersebut akan naik dan turun dalam waktu 30
detik.
11) Tampung cairan CSF untuk pemeriksaan. Masukkan cairan tesbut
dalam 3 tabung steril dan yang sudah berisi reagen, setiap tabung diisi
1 ml cairan CSF. Cairan ini digunakan untuk pemeriksaan hitung jenis
dan hitung sel, biakan dan pewarnaan gram, protein dan glukosa.
Untuk pemeriksaan none-apelt prinsipnya adalah globulin mengendap

27
dalam waktu 0,5 jam pada larutan asam sulfat. Cara pemeriksaanya
adalah kedalam tabung reaksi masukkan reagen 0,7 ml dengan
menggunakan pipet, kemudian masukkan cairan CSF 0,5 . diamkan
selama 2 – 3 menit perhatikan apakah terbentuk endapan putih. Cara
penilainnya adalah sebagai berikut:
a) ( - ) Cincin putih tidak dijumpai
b) ( + ) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar belakang
hitam dan bila dikocok tetap putih
c) ( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi
opolecement (berkabut)

d) ( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh
e) ( ++++ )Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi
sangat keruh
f) Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada
peningkatan globulin dan albumin, prinsipnya adalah protein
mengendap pada larutan jenuh fenol dalam air. cAranya adalah
isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc cairan reagen pandi kemudian
teteskan 1 tetes cairan CSF, perhatikan reaksi yang terjadi apakah
ada kekeruhan.
12) Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada
pasien dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan
adalah 100 cc.
13) Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali
stilet jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada
bekas tusukan.
f. Setelah Prosedur
1) Klien tidur terletang tanpa bantal selama 2 – 4 jam
2) Observasi tempat pungsi terhadap kemungkinan pengeluaran cairan
CSF

28
3) Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres es pada kepala, anjurkan
tekhnik relaksasi, bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit
kepala hilang.
g. Komplikasi
1) Herniasi Tonsiler
2) Meningitis dan empiema epidural atau sub dural
3) Sakit pinggang
4) Infeksi
5) Kista epidermoid intraspinal
6) Kerusakan diskus intervertebralis

F. Angiografi
1. Pengertian
Melihat secara langsung sistem pembuluh darah otak. Zat kontras dimasukkan
melalui arteri. Biasanya pada arteri carotis dan arteri vertebra, atau mungkin
juga pada arteri brchialis dan arteri femoralis
2. Angiografi dapat mendeteksi :
a. sumbatan pada pembuluh darah cerebral seperti pada stroke
b. Anomali congenital pembuluh darah
c. Pergeseran pembuluh darah yang mungkin mengindikasikan SOL (Space
Ocupaying Lession)
d. Malformasi vaskuler, seperti pada aneurisma atau angioma
3. Persiapan Pasien
Menciptakan rasa aman dan nyaman pada diri klien. Persiapan ini meliputi :

a. Menjelaskan prosedur pelaksanaan, sensasi yang terjadi (rasa terbakar saat


penyuntikan zat kontras yang lama kelamaan akan menghilang).
b. Hal yang perlu dilakukan setelah tindakan dilakukan.
c. Surat izin tindakan telah ditandatangani klien.

29
4. Komplikasi
a. Hematom pada daerah suntikan. Dapat dicegah dengan melakukan balut
tekan pada daerah suntikan.
b. Keracunan zat kontras. Dapat dicegah dengan pemberian anti alergi sesuai
program.
5. Setelah prosedur
a. observasi tanda-tanda vital setiap jam sampai kondisi stabil.
b. Kompres es pada daerah suntikan untuk menghilangkan rasa nyeri dan
mengurangi/mencegah hematom.
c. Klien tidur terlentang tanpa bantal selama 24 jam.
d. Jika penyuntikan dilakukan pada daerah femoralis, tungkai harus tetap
lurus selama 6-8 jam.
e. Catat perubahan-perubahan neurologi setelah tindakan angiografi.
G. Elektro Encephalografi (EEG)
1. Pengertian
Adalah suatu cara untuk merekam aktifitas listrik otak melalui tengkorak
yang utuh.

2. Prinsip Kerja
Dengan elektroda yang ditempelkan pada berbagai daerah tengkorak,
potensial permukaan otak direkam. Perekaman ini berlangsung terus
menerus untuk beberapa menit. Tegangan yang tercatat pada kertas yang
bergerak berupa gelombang-gelombang. Dengan memasang 16 elektroda
pada tengkorak aktivitas seluruh otak dapat di tekan dan diselidiki.
Tegangan otak sebesar 50 mikrovolt agar dapat direkam harus diperkuat
sampai 1 juta kali. Oleh karena itu aliran listrik dari sumber lain seperti
gerakan otot kepala atau generator listrik juga ikut tercatat (artefak)

Seluruh korteks serebri merupakan medan listrik yang diproduksi pada


ujung-ujung dendrit. Tegangan potensial neuron pada setiap waktu

30
berbeda sehingga potensial dendrit juga berubah-ubah. Fluktuasi ini yang
tercatat pada kertas EEG.

3. Macam-macam EEG
Seluruh korteks serebri merupakan medan listrik yang mencerminkan
adanya gaya listrik yang diproduksikan pada ujung-ujung dendrit, sebagai
fenomena potensial aksi neuron-neuron yang disalurkan kedndrit-
dendritnya dikorteks serebri. Potensial dendrit pada korteks selalu
berubah-ubah juga. Fluktuasi inilah yang tercatat pada kertas EEG. Dari
sekian banyak fluktuasi, maka dapat dibedakan menurut frekuensinya dan
menurut pada gelombangnya.

a. Empat gelombang menurut frekuensinya :


1) Gelombang Alfa, bersiklus 8 – 13 perdetik
2) Gelombang Beta, bersiklus lebih dari 13 perdetik
3) Gelombang teta, bersiklus 4 – 7 perdetik
4) Gelombang Delta, bersilus kurang dari 4 perdetik
b. Fluktuasi potensial otak menurut pola gelombang
1) gelombang lamda, muncul sebagai gelombang positif dekat lobus
oksipitalis terutama jika mata menatap sesuatu dengan penuh
perhatian.
2) Gelombang tidur, sekelompok gelombang dengan frekuensi 10 –
15 siklus perdetik yang hilang pada waktu tidur dangkal, berbentuk
“spindel”.
3) Kompleks K, pola gabungan yang terdiri dari satu atau beberapa
gelombang lambat berbaur dengan gelombang-gelombang
berfrekuensi cepat, timbul karena ada rangsangan sewaktu tidur
dangkal.

31
4) Gelombang verteks, pola gelombang berbentuk jam, bilateral
simetrik didaerah para sagital, antara daerah dan post sentral, sering
muncul bersama kompleks K pada waktu tidur dangkal.
c. Gelombang patologis
1) Gelombang runcing (Spike) yaitu gelombang yang runcing dan
berlalu cepat (kurang dari 60 milidetik) sering ia muncul secara
folifasik, yaitu dengan defleksi keatas kebawah secara berselingan.
2) Gelombang tajam (sharp wave) yaitu gelombang yang meruncing
tetapi berlalu lebih lama dari 60 milidetik. Juga gelombang tajam
timbul secara polifasik.
3) Gelombang runcing (spike wave)ialah kompleks yang terdiri dari
gelombang runcing yang langsung disusul oleh gelombang lambat.
Kompleks tersebut muncul dengan frekuensi 3 spd secara teratur,
sinkron bilateral dan hilang timbul secara tiba-tiba.
4) Gelombang runcing multipel ialah ledakan dari sejumlah
gelombang runcing yang bangkit sekali atau berkali-kali dan
biasanya disusul oleh gelombang lambat.
5) Hypsarithmia ialah kompleks yang terdiri dari gelombang lambat
yang bervoltase tinggi dan iramanya tidak teratur dimana berbaur
gelombang runcing dan tajam.
4. Indikasi Pemasangan
a. penderita dicurigai atau dengan epilepsi
b. Membedakan kelainan otak organik
c. Mengidentifikasi infark pembuluh darah atau adanya lesi (tumor,
hematom, abses)
d. Diagnosa retardasi mental atau over dosis obat
e. Menentukan kematian jaringan otak
5. Penatalaksanaan
a. Persiapan pasien
1) Penyuluhan kesehatan

32
a) Penderita diberitahu hal-hal yang akan dilakukan. EEG akan
dikerjakan diruangan yang aman (laboratory diagnostik) oleh
teknisian EEG. Didalam ruanga penderita akan dipasang
elektroda sebanyak 16-24 dengan pasta, elektroda yang kecil
tersebut akan dihubungkan dengan mesin EEG, tunjukkan
melalui gambar atau video cassate bila memungkinkan..
b) Menganjurkan pada pasien untuk membebaskan rasa gelisah
selama 45-60 menit, pemasangan alat bukan merupakan alat
yang berbahaya.
c) Melakukan pendekatan kepada pasien untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya stres, kecemasan atau gemetaran
akibat pemasangan elektroda.
d) Menjelaskan kepada pasien bahwa pada waktu pemeriksaan
harus dalam keadaan relaksasi sempurna, duduk atau tiduran
dengan tanpa gerakan sedikitpun sehingga mendapatkan hasil
yang baik.
e) Anjurkan pasien mengikuti perintah petugas selam proseur,
antara lain:
- hiperventilasi selam 3-5 menit
- usahakan untuk tetap dapat menutup mata
2) Fisik
a) Obat-obatan depresan susunan saraf pusat (alkohol atau
tranqualizer) atau stimulan tidak diberikan selama 24 jam
sebelum pemeriksaan dilakukan karena akan memberikan
pengaruh terhadap aktivitas listrik otak. Dokter akan memberikan
instruksi untuk pemberian anti konvulsi bila perlu 24 – 48 jam
sebelum tindakan.
b) Cairan yang mengandung caffein seperti kopi, cokelat dan the
tidak diberikan selama 24 jam sebelum tindakan dilakukan
c) Rambut harus bersih, bebas dari spray, minyak lotion dan hair
fastener.

33
d) Pasien harus makan pagi sebelum melakukan pemeruiksaan,
karen ahipoglikemia menyebabkan ketidak normalan potensial
listrik.
3) Pelaksanaan
a) Posisi pasien berbaring, ciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga nyaman bagi pasien
b) Petugas EEG menempelkan 14-16 elektroda pada lokasi yang
spesifik pada kulit kepala serta menghubungkannya. Melalui
kawat penghubung ke mesin/alat EEG.
c) Pencetakan garis dasar (gambar dasar) dihasilkan mengikuti 3
urutan pemeriksaan yaitu hiperventilasi, stimulasi “photic” dan
tidur.
Hiperventilasi :

Pasien dianjurkan untuk melakukan hiperventilasi dengan cara


mengambil nafas 30-40 nafas melalui mulut setiap menitnya selama
3-5 menit. Perlu diingat kenaikan PH serum kira-kira 7,8 akan
menaikkan rangsangan neuron dan akan menyebabkan serangan
aktivitas pada pasien epilepsi

Photic stimulasi :

Cahaya yang silau difokuskan kepasien dimana pasien dianjurkan


untuk menutup matanya . stimulasi ini akan menyebabkan aktivitas
serangan bagi pasien yang mempunyai kecenderungan mendapat
serangan

Tidur :

Pasien dianjurkan untuk tidur, jika pasien tidak bisa tidur dapat
diberikan hipnotik yang bekerjanya cepat. Hasil perekaman dari
aktifitas listrik tersebut diinterpretasikan oleh neurologi

4) Setelah tindakan

34
a) bersihkan dan cuci rambut pasien
b) ciptakan lingkungan yang tenang sehingga pasien dapat beristirahat
dengan tenang
c) berikan posisi tidur yang baik dan perhatikan pernafasan pasien
terutama yang menggunakan obat hipnotik
d) observasi aktivitas kejang bagi pasien yang cenderung untuk mendapat
serangan kejang.

H. Elektromyegrafi (EMG)
1. Pengertian
Adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengukur dan mencatat aliran
listrik yang ditimbulkan oleh otot-otot skeletal. Dalam keadaan istirahat
otot tidak melepaskan listrik, tetapi bila oto berkontraksi secara volunter
potensial aksi dapat direkam.

2. Tujuan
a. membantu membedakan antara gangguan otot primer seperti distrofi
otot dan gangguan sekunder
b. membantu menetukan penyakit degeneratif saraf sentral
c. membantu mendiagnosa gangguan neuromuskular seperti myestania
grafis
3. Penatalaksanaan
a. Persiapan pasien
1) Menginformasikan kepada pasien seluruh pemeriksaan prosedur
ini akan menyebabkan gangguan rasa nyaman sementara.
Khususnya bila pasien sendiri diberi rangsangan listrik.
2) Pastikan bahwa pasien tidak menggunakan obat-obat depresan atau
sedatif 24 jam sebelum prosedur.
3) Cegah terjadinya syok listrik
4) Mengurangi rasa sakit dan rasa takut

35
b. Prosedur
1) prosedur dapat dilakukan disamping tempat tidur atau diruang
tindakan khusus.
2) elektroda ditempatkan pada syaraf-syaraf yang akan diperiksa.
3) Dimulai dengan dosis kecil rangsangan listrik melalui elektorda
kesaraf dan otot, apabila konduksi pada saraf selesai maka otot
akan segera berkontraksi.
4) Untuk mengetahui potensial otot digunakan macam-macam jarum
elektroda dari nomor 1,3 – 7,7 cm.
5) Pasien mungkin dianjurkan untuk melakukan aktifitas untuk
menukur potensila otot selama kontraksi minimal dan maksimal
6) Derajat aktifitas saraf dan otot direkam pada osiloskop dan
akanmmemberikan gambaran grafik yang dapat dibaca.
7) Perawat berusaha memberikan rasa nyaman dan memantau daerah
penusukan tarhadap kemungkinan terjadinya hematoama.
c. Setelah tindakan
1) Berikan kompres es pada daerah hematoma untuk mengurangi rasa
nyeri.
2) Ciptakan lingkungan yang memudahkan klien untuk beristirahat.

I. Computerized Axial Tomografi (CT Scan)


1. Pengertian
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.

2. pemeriksaan ini mendeteksi :


a. gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses
b. perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan
infark
c. brain contusion, brain atrofi, hydrocephalus
d. inflamasi

36
3. Hal-hal yang diperhatikan sebelum pemeriksaan
- berat badan klien dibawah 145 Kg ( pertimbangan tingkat kekuatan
scanner)
- Kesanggupan klien untuk tidak mengadakan perubahan selama 20-45
meni (berkaitan dg lamanya pemeriksaan)
- Kaji kemungkinan klien alergi terhadap iodine, sebab akan disuntik
dg zat kontras berupa iodine based contras material sebanyak 30 ml.

4. Prinsip kerja
Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang
dapat mencatat semua sinar secara berdipensiasi. Pencatatan ini dilakukan
dengan mengkombinasikan tiga pesawat detektor, dua diantaranya
menerima sinar yang telah menmbus tubuh dan yang satunya berfungsi
sebagai detektor aferen yang mengukur intensitas sinar rontgen yang telah
menembus tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi dari tiga
titik, menurut posisi jam 12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5
menit.

5. Penatalaksanaan
Persiapan pasien

Pasien harus diberitahu sebaiknya dengan keluarga. Pasien diberi


gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu berikan gambaran
dengan menggunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk
memberikan pengertian pada pasien dengan demikian mengurangi stress
sebelum waktu prosedur dilaukuan. Test awal yang dilakukan meliputi:
kekuatan untuk diam ditempat (dimeja scanner) selama 45 detik;
melakukan pernafasan dengan aba-aba ( untuk keperluan bila ada
permintaan untuk melakukannya) saat dilakukan pemeriksaan.; mengikuti
aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras.

37
Penjelasan kepada klien bahwa setelah penyuntikan zat kontras wajah akan
nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan. Hal ini
merupakan hal yang normal dari reaksi obat tersebut. Perhatikan keadaan
klinik klien apakah pasien mengalami alergi terhadap iodine. Apabila
pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan bila pasien
merasa cemas dapat diberikan minor transqualizer. Bersihkan rambut
pasien dari jelli dan obat-obatan. Rambut tidak boleh dikelabang dan tidak
memakai wig.

6. Prosedur
a. Posisi terlentang dengan tangan terkendali
b. Meja elektronik masuk kedalam meja scanner
c. Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar
dari beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
d. Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45
menit
e. Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan
pengaturan komputer.
f. Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar
dengan memakai protektif lead approan.
g. Sesudah pengambilan gambarpasien dirapihkan.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikkan. Bila
terjadi alergi dapat diberikan benadryl 50 mg.
b. mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin akan kelelahan selama
prosedur berlangsung.
c. ukur intake dan output. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah
pemberian zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri
merupakan gejala gangguan fungsi ginjal. Memerlukan koreksi yang
cepat oleh seorang perawat dan dokter.

38
BAB III
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN SISTEM GASTROINTESTINAL

A. Mengkaji Sistem Gastrointestinal

Sistem GI terdisi atas mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, dan
usus besar. Organ pencernaan tambahan meliputi hati, kandung empedu, dan
pankreas (gambar 21-1).

1. Anatomi, Fisiologi, dan Fungsi Sistem GI


Sistem GI merupakan suatu saluran berbentuk slang berlekuk yang panjang, yang
memanjang dari mulut sampai anus. Begitu makanan masuk ke dalam mulut,
makanan menjadi objek dari bermacam-macam proses yang memindahkan
makanan dan memecahnya menjadi produk akhir yang dapat diabsorpsi dari
lumen usus halus ke dalam darah atau limfe. Proses pencernaan ini meliputi
makan makanan; pemindahan makanan dan zat sisa; sekresi mukus, air, dan
enzim; pencernaan mekanis dan kimiawi makanan; dan absorpsi makanan yang
sudah dicerna.
a) Mulut
Mulut, juga disebut rongga oral atau bukal, dilapisi membran mukosa dan ditutupi
oleh bibir, pipi, palatum (langit-langit) dan lidah (gambar 21-3).

39
Bibir dan pipi merupakan otot rangka yang ditutup dari luar oleh kulit.
Fungsi bibir dan pipi adalah menjaga makanan tetap dalam mulut selama
mengunyah. Palaatuum terdiri atas palatum durum dan palatum mole. Palatum
durum melindungi tulang di atas mulut dan menjadi permukaan yang keras bagi
lidah mendorong makanan. Palatum mole yang berbatasan dengan palatum durum
dan berakhir di belakang mulut sebagai suatu lipatan yang disebut uvula, dipenuhi
oleh otot. Ketika makanan ditelan, palatum mole meninggi sebgai refleks untuk
menutup orofaring.
Lidah, tersusun dari otot rangka dan jaringan ikat, mengandung mmukosa
dan kelenjar serosa, pucuk pengecap, dan papita. Lidah mencampur makanan
dengan saliva selama mengunyah, membentuk makanan menjadi bolus (massa),
dan memulai menelan. Beberapa papila memiliki permukaan yang kasar untuk
memfasilitasi penjilatan dan menggerakkan makanan, sedangkan papila lain
menaungi pucuk pengecap.
Saliva mengencerkan makanan sehingga makanan dapat dibentuk menjadi
bolus, yang melarutkan zat-zat kimia dalam makanan agar makanan tersebut dapat
dirasa. Selalin itu, saliva mengandung enzim (seperti amilase) yang memulai
pemecahan kimiawi dari polisakarida. Saliva diproduksi oleh kelenjar air liur
(parotid, submaksilaris, dan sublingual), yang sebagian besar terletak di atas atau
di bawah mulut dan mengaliri mulut. Gigi permanen orang dewasa berjumlah 32
buah. Gigi mengunyah (mastikasi) dan menggiling makanan serta memecahnya
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang dicampur dengan saliva.
b) Faring

40
Faring terdiri atas orofaring dan laringofaring. Kedua struktur tersebut
menjadi jalan masuk bagi makanan, cairan, dan udara. Faring tersusn dari otot
rangka dan dilapisi oleh membran mukosa. Otot rangka memindahkan makanan
ke esofagus melalui faring dengan cara peristaltis (gelombang kontraksi daan
relaksasi dari otot taksadar yang saling berganti). Mukosa faring mengandung
kelenjar penghasil mukosa yang menghasilkan cairan untuk memudahkan
pergerakan bolus makanan ketika ditelan.
c) Esofagus
Esofagus merupakan sebuah tuba berotot yang panjangnya sekitar 25 cm dan
menjadi saluran makanan dari faring ke lambung. Epiglotis, suatu katup tulang
rawan di atas laring, yang menjaga makanan masuk ke laring ketika menelan.
Esofagus memanjang turun ke rongga dada dan diafragma, lalu memasuki
lambung pada orifisium kardiak lambung. Sfingter gastroesofageal menyelubungi
orifisium ini. Bersama diafragma, sfingter ini menjaga orifisium tetap tertutup
ketika makanan tidak ditelan.
d) Lambung
Lambung terletak di sebelah kiri atas rongga abdomen dan terhubung pda
esofagus di ujung atas dan usus di ujung bawah (gambar 21-4). Lambung
normalnya memiliki panjang kira-kira 25 cm dan merupakan organ yang dapat
meregang yang mampu menampung sampai volume 4 liter makanan dan air.
Lambung dibagi menjadi regio kardiak lambung, fundus, korpus, dan pilorus.
Sfingter pilorus mengendalikan pengosongan lambung ke bagian duodenum dari
usus halus. Lambung adalah tempat menyimpan makanan yang kemudian dipecah
secara mekanis, memulai proses pencernaan protein, dan mencampur makanan
dengan asam lambung menjadi cairan kental yang dinamakan kimus.
Lambung dilapisi epitel kolumnar, yaitu sel-sel penghasil mukosa. Epitel
tersebut memiliki jutaan lubang keluar asam lambung sehingga kelenjar gastrik
dapat menghasilkan 4-5 liter asam lambung per hari. Kelenjar gastrik
mengandung berbagai sel-sel sekretorik yang menghasilkan substansi atau zat
untuk melindungi lambung dari tercerna oleh asam lambung, menyekresi asam
hidroklorat dan faktor intrinsik,dan membantu mengatur motilitas gastrik.

41
Sekresi asam lambung juga berada dalam pengendalian saraf dan endokrin
(hormon). Perangsangan saraf vagus (parasimpatis) meningkatkan aktivitas
sekresi; sebaliknya, perangsangan saraf simpatis menurunkan sekresi. Pencernaan
mekanis dicapai melalui gerakan peristaltik yang mengaduk dan mencampur
makanan dengan asam lambung untuk membentuk kimus. Setelah seseorang
makan makanan yang cukup kenyang, lambung benar-benar kosong setelah kira-
kira 4-6 jam. Pengosongan lambung bergantung pada volume, komposisi kimia,
dan tekanan osmotik dari isi lambung. Lambung mengosongkan sejumlah besar
isi cairan lebih cepat, sedangkan pengosongan lambung melambat karena
makanan yang padat dan lemak.
e) Usus Halus
Usus halus berawal dari sfingter pilorus dan berakhir pada taut ileosekal pada
jalan masuk dari usus besar. Usus halus memiliki panjang kira-kira 6 m, tetapi
diameternya hanya sekitar 2,5 cm. Slang panjang tersebut berkelok-kelok dan
menggantung dalam rongga abdomen, yang disangga oleh mesenterium dan
dikelilingi oleh usus besar. Usus halus memiliki tiga regio: duodenum, jejunum,
dan ileum. Duodenum bermula pada sfingter pilorus dan menyelubungi kaput
pankreas sekitar 25 cm. Baik enzim pankreas maupun empedu dari hati masuk ke
dalam usus halus pada duodenum. Jejunum terletak di tengah usus halus memiliki
panjang sekitar 2,4 m. Ileum merupakan ujung akhir dari usus halus dan memiliki
panjang 3,6 meter dan menyatu dengan usus besar di katup ileosekal.
Makanan dicerna secara kimiawi dan sebagian besar diserap (absorpsi) selama
bergerak melewati usus halus. Lipatan sirkular yang mengandung vili (struktur

42
seperti jari dari sel mukosa) dan mikrovili (struktur kecil dari sel mukosa),
meningkatkan area permukaan dari usus halus untuk mempercepat absorpsi
makanan, cairan, dan sekresi masuk ke dalam sistem GI setiap hari, hanya kurang
dari 1 liter yang mencapai usus besar.
Enzim pada usus halus memecah karbohidrat, protein, lipid/lemak, dan asam
nukleat. Amilase pankreas berperan dalam metabolisme polisakarida (zat tepung),
yang kemudian mengubahnya menjadi maltosa, dekstrim, dan oligsakarida.
Dekstrinase, glukoamilase, maltase, sukrase, dan laktase enzim usus lebih lanjut
memecah maltosa,dekstrin, dan oligosakarida menjadi monosakarida. Enzim
pankreas (tripsin dan kimotripsim) serta enzim usus terus memecah protein
menjadi peptida. Lipase pankreas mencerna lemak dalam usus halus. Trigliserida
memasuki globula lemak dan dilapisi oleh garam empedu dan diemulsifikasi.
Asam nukleat dihidrolisis oleh enzim pankreas dn kemudian dipecah oleh enzim
usus. Baik enzim pankreas maupun empedu disekresikan ke duodenum sebagai
respons terhadap sekresi sekretin dan kolesistokinin, hormon yang diproduksi oleh
sel mukosa usus ketika kimus memasuki usus halus.
Nutrien diabsorpsi melalui mmukosa vili usus ke dalam darah atau limfe
melalui transpor aktif, yang memfasilitasi pengukuran dan difusi pasif. Hampir
semua produk makanan dan air, serta vitamin dan kebanyakan elektrolit
diabsorpsi dalam usus halus, hanya menyisakan serat yang tak tercerna sebagian
air, dan bakteri untuk memasuki usus besar.
f) Usus besar
Usus besar (kolon) berawal pada katup ileosekal dan berujung pada anus
(gambar 21-5). Panjang usus besar adalah sekitar 1,5 meter dan mencakup sekum,
umbai cacing, kolon, rektum, dan kanal anus. Kolon dibagi menjadi kolon
asenden, tranversum, dan desenden. Rektum adalah suatu struktur selubung
berlapis mukosa dengan panjang sekitar 12 cm. (gambar 21-6). Rektum berujung
pada kanalis anus, yang berakhir di anus, suatu area yang tak berambut dan
berwarna gelap. Taut anorektal memisahkan rektum dari kanalis anus dan dapat
mengalami hemoroid internal (kumpulan vena yang berdilatasi pada jaringan anus
yang membengkak).

43
Fungsi utama usus besar adalah mengeluarkan sisa makanan yang tak tercerna
dari tubuh. Usus besar mengabsorpsi air, garam, dan vitamin yang dibentuk oleh
sisa makanan dan bakteri. Kimus semicair yang melewati katup ileosekal dibentuk
menjadi feses ketika bergerak melewati usus besar oleh peristaltis. Sel-sel goblet
yang terdapat pada dinding mukosa usus besar menyekresi mukus untuk
memfasilitasi pelumasan dan pengeluaran feses.
Refleks defekasi teerjadi ketika feses memasuki rektum dan meregangkan
dinding rektum. Refleks kkorda spinalis ini menyebabkan dinding kolon sigmoid
berkontraksi dan sfingter anus berelaksasi. Refleks ini dapat ditekan oleh kontrol
volume (sadar) dari sfingter eksternal. Penutupan glotis dan kontraksi diafragma
serta otot abdomen untuk meningkatkan tekanan intraabdomen atau disebut juga
manuver Valsava, memudahkan ekspulsi atau dorongan feses. Supresi defekasi
jangka panjang dapat menyebabkan melemahnya refleks yang kemudian
mengakibatkan konstipasi (pengeluaran feses yang keras, kering, dan tidak sering
serta nyeri). Konstipasi yang sering dapat menimbulkan hemoroid eksternal.

44
g) Organ Pencernaan Tambahan
Hati, kandung empedu, dan pankreas eksokrin adalah organ pencernaan
tambahan. Hati memproduksi empedu yang penting untuk pencernaan dan
absorpsi lemak, dan menyimpannya di kandung empedu. Hati juga menerima
nutrien yang diabsorpsi oleh usus halus dan memetabolisme atau menyintesis
nutrien ini sehingga nutrien dibentuk sedemikian rupa untuk digunakan oleh sel
tubuh. Pankreas eksokrin memproduksi enzim yang penting untuk mencerna
lemak, protein, dan karbohidrat.

1) Hati dan Kandung Empedu


Hati memiliki berat kira-kira 1,4 kg pada orang dewasa berukuran rata-rata.
Hati terletak pada sisi kanan abdomen, inferior terhadap diafragma, dan anterior
terhadap lambung. Ligamen mesentrik memisahkan lobus dekstra dan sinistra dan
menyangga hati pada diafragma dan dinding abdominal anterior. Hati dibungkus
dalam kapsula fibroelastis, yang disebut dengan kapsula glisson. Kapsula ini
berisi pembuluh darah, limfatik, dan saraf.
Jaringan hati terdiri atas unit-unit yang dinamakan lobulus, yang tersusun dari
lempeng-lempeng hepatosis (sel-sel hati). Cabang arteri hepatika, cabang dari
vena porta, dan duktus biliaris berhubungan dengan setiap lobulus, sinusoid,
ruang berisi darah dalam lobulus, dilapisi oleh sel-sel Kupffer. Sel fagositik ini
membersihkan debris dari darah.

45
Fungsi pencernaan utama dari hati adalah mengahsilkan empedu. Empedu
adalah suatu larutan encer berwarna kehijauan yang mengandung garam empedu,
kolesterol, bilirubin, elektrolit, air, dan fosfolipid. Zat-zat ini penting untuk
mengemulsifikasi dan meningkatkan absorpsi lemak. Sel-sel hati menghasilkan
700-1200 ml empedu setiap hari. Ketika empedu tidak dibutuhkan untuk
pencernaan, sfingter Oddi (yang terletak di pintu masuk empedu ke dalam
duodenum) menutup, dan empedu mengalir balik melalui duktus sistikus ke dalam
kandung empedu untuk disimpan. Empedu dipekatkan dan disimpan dalam
kandung empedu, suatu kantong kecil tertutup di permukaan bawah hati. Ketika
makanan yang mengandung lemak memasuki duodenum, hormon menstimulasi
kandung empedu untuk menyereksi empedu ke duktus sistikus. Duktus sistikus
bersambungan dengan duktus hepatikus untuk membentuk duktus biliaris
komunis, tempat empedu memasuki duodenum.
Fungsi pencernaan dan metabolik utama dari hati diringkas dalam kotak 21-1.
Fungsi ini memerlukan darah dalam jumlah besar, hati mendapat suplai darah baik
dari pembuluh darah vena maupun arteri. Arteri hepatika, yang bercabang dari
aorta abdominalis, menyuplai darah kaya oksigen dengan kecepatan 400-500
ml/menit. Vena porta hepatika menyuplai darah sebanyak 1000-1200 ml/menit ke
dalam hati dari vena mesenterika inferior dan superior dan vena splenika.

2) Pankreas Eksokrin
Pankreas, suatu kelenjar yang terletak di antara lambung dan usus halus,
adalah organ penghasil enzim yang utama dari sistem pencernaan. Pankreas
eksokrin dinamakan juga dengan kelenjar segi tiga, yang berlokasi disepanjang
abdomen, dengan ujungnya dekat limpa dan kaputnya dekat dengan duodenum.
Posisi korpus dan kauda adalah retroperitoneal, terletak di belakang kurvatura
mayor lambung. Pankreas sebenarnya dua organ yang menjadi satu,memiliki
struktur dan fungsi eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin pankreas, melalui unit
sekretorik yang disebut akini, meyekresikan getah pankreas basa yang
mengandung berbagai enzim yang berbeda. Akini, kumpulan sel sekretorik yang

46
mengelilingi duktus, mengalir ke duktus pankreas. Duktus pankreas tersambung
dengan duktus biliaris komunis.

Kotak 21- 1 Fungsi pencernaan dan metabolik utama hati

a. Menyekresi emedu
b. Menyimpan vitamin larut lemak (A,D,E dan K)
c. Memetabolisme bilirubin
d. Menyimpan daran dan melepaskan darah keperedaran umum ketika
perdarahan
e. Menyintesis protein prasma untuk mempertahankan tekanan onkontik
plasma
f. Menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein untuk digunakan sebagai
energi atau simpanan sebagai jaringan adiposa
g. Menyintesis fosfolipid dan kolesterol yang penting untuk produksi garam
empedu, hormon steroid, dan membran plasma.

h. Mengubah asam amino menjadi karbohidrat melalui deaminasi


i. Melepaskan glukosa pada waktu hipoglikemia
j. Mengambil glukosa pada waktu hiperglikemia dan menyimpan
sebagai glikogen atau mengubahnya menjadi lemak.
k. Mengubah bahan kimia, molekul asing, dan hormon menjadi tidk
begitu toksik.
l. Menyimpan besi sebagai feritin, yang dilepaskan ketika diperlukan
untuk produksi sel darah merah.

Sebelum memasuki duodenum (sehingga geta pankreas dan empedu dari hati
masuk usus halus bersama-sama). Pankreas memproduksi sebanyak 1-1,5 L getah
pankreas perhari. Getah pankreas bentuknya bening dan memiliki kandungan
bikarbonat yang tinggi. Cairan basa ini menetralkan kimus yang bersifat asam

47
seperti asam ketika memasuki duodenum, mengoptomalkan pH untuk aktivitas
enzim usus dan pankreas . sekresi getah pankreas dikendalikan oleh saraf vagus
dan hormon usus sekretin dan kolokistokinin. Geta pankreas mengandung enzim
yang membantu pencernaan semua jenis makanan : lipase meningkatkan
pemecahan dan absorbsi lemak : amilase menyempurnakan pencernaan
polisakarida : dan tripis, kimotripsin, dan kakrboksipeptidase yang bertanggung
jawab untuk sebagian dari semua protein yang dicerna. Nuklease memecah asam
nukleat.

h) Metabolisme
Setelah karbohidrat, lemak, dan protein dimakan, dicerna, diabsorbsi, dan
diangkut melewati membran sel. Maka harus dimetabolisme untuk menghasilkan
dan menyediakan energi untuk mempertahankan hidup. Metabolisme adalah
proses reaksi biokimia yang terjadi dalam sel tubuh. Protes metabolik meliputi
katabolok dan anabolik. Katabolisme melibatkan pemecahan struktur komplek
menadi bentuk lebih sederhana, sebagai contoh, pemecahan karbohidrat untuk
memproduksi ATP, suatu molekul energi yang menjadi bahan bakar untuk
aktivitas selular . dalam proses anabolisme , molekul lebih sederhana bergabung
menjadi struktur lebih kompleks : sebagai contoh, asam amino saling berikatan
membentuk protein.
Reaksi biokimia metaboisme menghasilkan air, karbon dioksida, dan ATP
nilai energi pada makanan diukur dalam kilokalori (kkal). Kilokalori
didefinisikan sebagai jumlah energi panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu
1 kg air sebesar 1 derajat celsius.

B. Pemeriksaan Diagnostik Sistem Gastrointestinal


Hasil pemeriksaan diagnostik status nutrisi dan fungsi GI digunakan untuk
mendukung diagnosis penyakit tertentu. Untuk menyediakan informasi untuk
mengidentifikasi atau memodifikasi medikasi atau terapi yang sesuai yang
digunakan untuk menangani penyakit, dan membantu pasien memantau respon
pasien terhadap terapi dan intervensi asuhan keperawatan. Pemeriksaan

48
diagnostik untuk mengkaji status nutrisi dan fungsi sistem GI dan organ tambahan
, termasuk pemeriksaan pemeriksaan diagnostik khusus.
Pada pemeriksaan diagnostik apa pun, perawat bertanggung jawab
menjelasakan prosedur dan persiapan yang diperlukan, memastikan informed
consent ditanda tangani, mendukung pasien selama pemeriksaan jika perlu,
mendokumentasikan prosedur, dan memantau hasil pemeriksaan. Perawat juga
bertanggung jawab untuk perawatan pasca-prosedr dan penyuluhan pasien tentang
perawatan diri di rumah.

C. Pertimbangan Genetik Sistem Gastrointestinal


Ketika melakukan wawancara pengkajian kesehatan dan pengkajian fisik,
perawat harus mempertimbangkan pengaruh genetik pada kesehatan orang
dewasa. Selama wawancara pengkajian kesehatan , tanyakan tentang anggota
keluarga dengan ketidak normalan yang diketahui hseperti penumpukan tembaga
dalam tubuh, hiper-kolesterolemia, metabolisme kolesterol atau lemak yang tidak
normal, obesitas, atau kanker pankreas, kolon, atau rektum. Selama pengkajian
fisik, kaji manifestasi yang dapat mengidentifikasi gangguan genetik. Jika data
yang ditemukan mengidentifikasikan faktor risiko atau gangguan genetik,
tanyakan tentang pemeriksaan fisik genetik daan rujukan ke konseling genetik dan
evaluasi yang tepat.

D. Wawancara Pengkajian Kesehatan Sistem Gastrointestinal


Wawancara pengkajian kesehatan untuk menentukan masalah dengan nutrisi
dan fungsi GI dapat dilakukan pada waktu skrining (penapisan) kesehatan, dapat
berfokuus pada keluahan utama (seperti mual atau penurunan berat badan yang
tidak jelas) atau dapat menjadi bagian pengkajian kesehatan total. Jika pasien
memiliki masalah kesehatan yang melibatkan sistem GI, analis awitan,
karakteristik dan jalannya, keparahan, faktor pencetus dan pereda, dan gejala
terkait, catat waktu dan keadaan terjadinya. Misalnya, perawat bertanya kepada
pasien tentang hal berikut

49
a. Apakah anda pernah mengalami episode salah pencernaann (indigesti),
mual, muntah, diare, atau konstipasi? Jika iya, jelaskan tampilan tentang
apa yang dimutahkan atau feses dan apapun yang menambahkan masalah
ini menjadi lebih berat. Beberapa lama anda sudah menderita masalah?
b. Apa pola asuhan makanan harian anda selama 24 jam?
c. Apakah anda pernah mengalami perdarahan dari rektum anda? Jika iya,
jelaskan jumlah dan warna dari darah tersebut (misalnya, apakah merah
segar atau merah tua?).
Ketika mengumpulkan informasi tentang status kesehatan pasien saat ini,
tanyakan tentang apakah ada perubahan berat badan, selera makan, dan
kemampuan untuk mengecap, mengunyah, atau menelan. Apa persepsi pasien
tentang peran nutrisi dalam pemeliharan kesehatan? Siapa yang berbelanja dan
menyiapkan makanan? Apa obat-obatan yang pasien minum saat ini?. Apakah
pasien megkonsumsi vitamin, suplemen herbal, atau jenis makanan sehat lainnya?
Apakah pasien mengkonsumsi alkohol? Jika pasien mengalami mual dan muntah,
tanyakan apakah muntah darah merah segar, merah tua, empedu atau bagian feses.
Jika pasien sangat kurus atau mengungkapkan keprihatinan tentang ukuran tubuh
tidak sesuai dengan rasio berat badan dan tinggi badan, tanyakan apakah pasien
memicu muntah atau menggunakan laktasif untuk mengontrol berat badan.
Tanyakan apakah pasien memakai kawat gigi, penyangga gigi, atau gigi palsu,
dan bagaimana cara perawatan mandirinya, juga praktik higiene mulut dan
frekuensi ke dokter gigi. Tanyakan apakah ada kondisi medis yang memengaruhi
pola eliminasi defikasi pasien, seperti stroke atau gangguan korda spinalis,
penyakit inflamasi GI, gangguan endokrin, dan alergi. Catat apakah pasien
melakukan perjalanan ke luar negeri akhir-akhir ini. Kaji gaya hidp pasien untuk
pola stress atau depresi. Yang dapat mengganggu pola defekasi. Depresi dapat
dikaitkan dengan konstipasi, sedangkan diare dapat terjadi pada situasi stress dan
ansietas yang tinggi. Gali aktivitas harian pasien (ADL). Termasuk olahraga, pola
tidur istirahat, dan asupan makanan dan cairan. Minta pasien untuk menjelaskan
frekuensi defekasi dan karakter feses. Tanyakan tentang riwayat diare, konstipasi,
atau perdarahan dari rektum , dan dapatkan informasi tentang penggunaan

50
medikasi, laktasif, supostoria, enema. Obat-obatan anti kolinergik, antihistamin,
ttransquilizer, atau narkotika dapat menyebabkan konstipasi.
Tentukan apakah pasien mengalami nyeri abdomen bagian bawah atau nyeri
rektum. Nyeri kolik dan kram terjadi bersama diare atau konstipasi. Awitan
mendadaak kram abdomen bagian bawah sisi kiri dikaitkan dengan divertikulitis.
Nyeri rektum dapat terjadmemilikii bersama retensi feses atau hemoroid.
Jika pasien ostomi (lubang kedalam usus besar yang dibuat melalui
pembedahan), tanyakan tentang masalah keperawatan kulit, konsistensi feses,
makanan yang dapat menyebabkan masalah dengan diare atau flatus ( gas usus),
beberapa kali perhari pasien mengosongkan kantong ostomi, dan kebiasaan
irigasi. Juga penting untuk menggali perasaan pasien pasien tentang pemakaian
kantong ostomi.
Gali riwayat keluarga tentang kanker kolon, kolitis, penyakit kandung
empedu, atau sindrom malabsorpsi, seperti intoleransi laktosa dan sariawan
keliak. Kaji faktor resiko untuk mengalami kanker, termasuk usia lebih dari 50
tahun : anggota keluarga mengalami kanker kolon; riwayat kanker endometrium,
ovarium, atau payudara : dan diagnosis inflamasi kolon, polips, atau kanker
sebelumnya.
Minta pasien menjelaskan apakah ada nyeri ulu hati, indigesti, ketidak
nyamanan abdomen, waktu terjadinya, makanan yang memperbarat atau
meredakan, dan bagaimana cara meredakannya. Sebagai contoh, pasien dengan
penyakit hati dapat mengalami nyeri pada bahu kanan. Nyeri apigastrium dialami
pada kasus gastritis akut, obstruksi usus.
Halus, dan pankreatitis akut.nyeri pada kuadran kanan atas dikaitkan dengan
kolesistisis. Nyeri pada kuadran kiri atas dapat dikaitkan dengan ulkus lambung.
Riwayat kesehatan harus meliputi pertanyaan tentang apakah ada pembedahan
sebelumnya ata trauma sistem GI. Gali riwayat masa lalu tentang kondisi medis
yang dapat memengaruhi ingesti, dingesti, daan metabolisme pasien. Hal lain
signifikan untuk pengkajian adalah alergi makanan dan riwwayat keluarga yang
dapat memberikan petunjuk peningkatan risiko terhadap masalah kesehatan.

51
Selain faktor lain yang dikaji dalam riwayat kesehatan, budaya dan etnik
merupakan komponen penting pada status nutrisi dan kesehatan GI. Keberagaman
nutrisi merupakan hal yang umum pada kelompok etnik dan budaya, dan
pertanyaan yang harus diajukan untuk mengidentifikasi adat tertentu, makanan
yang disukai dan tidak disukai, dan cara penyimpanan dan penyajian makanan.
Sebagai contoh, pada beberapa kelompok etnik, zat makanan yang digunakan
untuk melindungi kesehatan, seperti makan bawang putih atau bawang mereh
mentah. Pada budaya lain, keseimbangan makanan diyakini diperlukan untuk
menjaga tubuh tetap seimbang atau harmoni. Perawat harus mengetahui budaya
tertentu terkain praktik dan nilai nutrisi, dan mengajukan pertanyaan untuk
mengidentifikasi masalah tertentu terkait kesehatan terhadap asuhan makanan
individual.

E. Pengkajian Fisik Sistem Gastrointestinal


Pengkajian fisik sistem GI dapat dilakukan sebagai bagian pengkajian
kesehatan total, sebagian pengkajian terfokus pasien dengan masalah kesehatan
yang sudah diketahui atau baru diduga, dikombinasikan dengan pengkajian sistem
perkemihan dan reproduksi, atau sendiri pada pasien dengan masalah kesehatan
yang diketahui atau baru diduga. Teknik inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi
digunakan.
Dapatkan data objektif dengan melakukan pengukuran antropometrik dan
dengan memeriksa dan obdomen. Sebelum pemeriksaan, ambil semua peralatan
yang diperlukan dan jelaskan teknik pemeriksaan kepada pasien untuk
mengurangi ansietas. Minta pasien untuk berkemih.
Pasien boleh duduk selama pengkajian mulut, tetapi posisi supin selama
pengkajian abdomen. Minta pasien untuk miring kekiri sims untuk pemeriksa
rektum.
Pada pasien lansia atau pasien dengan mobilisasi terbatas mungkin
memerlukan bantuan dalam melakukan posisi ini. Pasien harus berdiri untuk
mengkaji hernia inguinal.

52
1. Wawancara Pola Kesehatan Status Nutrisi Dan Sistem
Gastrointestianal
Pertanyaan wawancara dan
Pola kesehatan fungsional
pertanyaan petunjuk
Penatalaksanaan kesehatan- a. Apakah anda pernah mengalami
persepsi kesehatan penyakit atau pembedahan yang
memengaruhi nutrisi, pencernaan, atau
eliminasi usus anda? Jika iya,
bagaimana pengobatannya?
b. Jelaskan masalah anda saat ini:
beberapa lama sudah berlangsung : apa
yang sudah anda lakukan untuk
mengatasinya?
c. Apakah anda melakukan skrining untuk
kanker pada kolon anda? Kapan
terakhir melakukannya?
d. Obat-obatan apa yang anda minum?
apakah anda minum antasida? Apakah
anda minum laktasif atau menggunakan
enema? Jika iya, mengapa anda
melakukan dan seberapa sering anda
melakukannya?
e. Apakah anda memiliki alergi makanan?
Apa saja dan bagaimana reaksi anda?
f. Apakah anda memiliki nyeri gigi atau
gusi yang mengganggu kemampuan
anda untuk makan? Kapan terakhir
anda melakukan pemeriksaan kedokter
gigi? Jelaskan apa yang anda lakukan
setiap hari untuk merawat gigi anda.
g. Apakah anda menggunakan terapi

53
untuk hemoroid? Jelaskan.
Nutrisi-Metabolik a. Ceritakan makanan keseharian anda
dan seberapa banyak minuman yang
anda konsumsi setiap hari
b. Gambar jenis suplemen herbal, vitamin,
dan diet yang saat ini anda konsumsi.
c. Apakah anda pernah merasa ada
perubahan pada nafsu makan anda?
Jelaskan
d. Berapa BB anda sekarang? Menurut
anda, berapa ideal BB anda? Pernahkan
BB anda melonjak naik atau turun ?
jelaskan
e. Bila pasien memiliki ostomi: apa jenis
makanan yang menyebabkan gas atau
diare? Jelaskan. Gambarkan kondisi
kulit disekitar stoma.
f. Apakah anda memiliki masalah
berikut : gangguan digesti, bersendawa,
mual, muntah, sulit menelan? Jika ya,
apa penyebabnya dan bagaimana cara
anda mengatasinya?
g. Apakah anda minum berakholol? Jika
ya, apa jenisnya? Berapa bayak anda
minum minuman tersebut setiap hari?
h. Tanyakan secara khusus tentang
budaya dan kelompok etnik pasien
yang akan dimasukkan kedalam aspek
pola kesehtan keseharian fungsional,
seperti apakah jenis makanan yang
diskai atau dipandang, apakah jenis

54
makanan yang tidak pernah dimakan
secarra bersamaan, dan apakah jenis
makanan yang dimakan untuk tetap
sehat.
Eliminasi a. Seberapa serinng anda ingin BAB ?
apakah BAB anda dipengaruhi oleh
makanan yang anda makan?
b. Pernahkah anda merasa ada perubahan
warna pada feses anda? Jelakan .
pernahkah anda mendapayi keluarnya
darah segar saat BAB?
c. Pernahkah anda menggunakan laktasif
atau sengaja memuntahkan makanan
untuk mengendalikan BB anda?
Jelaskan.
Aktivitas-Latihan a. Ceritakan jenis aktivitas anda pada
hari-hari tertentu
b. Apa jenis latihan atau olahraga yang
anda lakukan dan berapa sering?
c. Apakah anda merokok? Jika ya, apa
jenis rokok yang diisap dan beberapa
batang sehari?
Tidur – Istirahat a. Apakah anda terbangun karena merasa
lapar pada malam hari?
b. Apakah anda pernah mengalami nyeri
abdomen, kram perut, muat, atau diare
yang mengganggu tidur anda? Jelaskan
Kognitif-Perspsi a. Gambarkan dan jenis makanan yang
anda harus makan setiap hari
b. Nilai kemampuan anda dalam
mengecap rasa dan mehidu makanan
antara 1-10

55
c. Gambarkan setiap nyeri yang pernah
anda alami pada mulut, lambung,
abdomen, atau rektum anda. Sebutkan
tipe nyeri yang anda rasakan tersebut?
Apa yang anda lakukan untuk
meredakannya?

2. Wawancara Pola Kesehatan Fungsional Status Nutrisi dan Sistem


Gastrointestinal
Pertanyaan Wawancara dan
Pola Kesehatan Fungsional
Pertanyaan Petunjuk
Persepsi Diri-Konsepsi Diri a. Apakah anda puas dengan
penampilan anda terkait BB? Jika
tidak, sebutkan alasannya.
b. Pernahkah anda berhasil
menaikkan BB atau menurunkan
BB ?
c. Bagaimana perasaan anada tentang
diri anda dengan kondisi demikian?
Peran-Hubungan a. Bagaimana kondisi ini
memengaruhi hubungan anda
dengan orang lain?
b. Apakah anda makan bersama orang
lain secara rutin? Jika ya, dengan
siapa?
Seksualitas-Reproduksi a. Apakah kondisi ini mengganggu
aktivitas seksual anda?
Koping-Stress-Toleransi a. Pernahkah anda mengalami jenis
stress apa pun yang dapat
memperburuk kondisi saat ini ?
b. Apakah kondisi ini menyebabkan
stress bagi anda?

56
c. Jelaskan apa yang anda lakukan
ketika mengalami stress
Nilai-Keyakinan a. Ceritakan bagaimana hubungan
atau aktivitas tertentu membantu
koping anda terhadap masalah ini.
b. Jelaskan keyakinan atau praktik
kebudayaan tertentu yang
memengaruhi cara anda merawat
atau merasa tentang kondisi ini.
c. Apakah ada yang menunggu
keyakinan, kebutuhan, atau praktik
spiritual anda ketika sakit? Apa
yang dapat saya atau pemberian
asuhan lainnya lakukan untuk
membantu anda dengan kebutuhan
spiritual anda?
d. Apakah ada terapi khusus yang
tidak akan anda gunakan untuk
mengatasi kondisi ini?

3. Pemeriksaan Diagnostik Sisten Gastrointestinal Esofagus dan


Lambung
NAMA TUJUAN & INTERVENSI KEPERAWATAN
PEMERIKSAAN PENJELASAN TERKAIT
Menelan barium Pemeriksaan ini Instruksi pasien untuk tidak makan
(Barium swallow) dilakukan untuk atau minum cairan ata merokok
atau serial GI mendiagnosis selama 8-12 jam sebelum
bagian atas varises esofagus, pemeriksaan. Beri tahu pasien
(Upper GI Series) inflamasi, ulserasi, untuk tidak mengkonsumsi
hernia hiatus narkotika atau obat antikolinergik
esofagus, benda selama 24 jam sebelum
asing, polips pemeriksaan dan untuk tidak

57
divertikula, dan minum obat tersebut selama 8 jam
tumor pada sebelum pemeriksaan. Setelah
esofagus, lambung pemeriksaan, pastikan pasien
dan bulbs mengeleminasi barium dengan
duodenum. Pasien minum laktasif dan mendorong
minum12-20 ons cairam secara tepat.
cairan seperti-
kapur sebelum
pemeriksaan. Studi
radiologis ini
dilakukan dengan
mengobservasi
pergerakan pada
media kontras
dengan fluoroskop.

Keasaman Keasaman Anjurkan pasie untuk puasa dan


esofagus, esofaagus adalah menghindari asupan alkohol selama
manometri cara mendiagnosis 8-12 jam sebelum pemeriksaan.
esofagus, perfusi masalah pada Kaji medikasi: hasil pemeriksaan
asam, sfingter esofagus dapat dipengaruhi oleh antasida,
(pemeriksaaan bawah dan refluks antikolinergik, dan obat seperti
bernstein) esofagiti kronik, simetidin, dengan peningkatan pH,
katetter dengan menurunkan keasaman, dan
elektroda pH menyebabkan hasil pemeriksaan
dimasukkan ke palsu.
esofagus melewati
mulut. Cara ini

58
bisa satu waktu,
atau selama
periode 24 jam.
Manometri
esofagus dilakukan
untuk mengukur
tekanan sfingter
esofagus dan
kontraksi
peristaltik untuk
diagnosis masalah
motilitas esofagus,
seperti akalasia.
Kateter
manometrik
dengan transuder
tekanan
dimasukkan ke
esofagus melalui
mulut dan tekanan
esofagus diukur
sebelum dan
setelah menelan.
Perfusi asam
dilakukan untuk
membedakan
antara refluks
asam lambung dan
keterlibatan
kardiak. Kateter
dimasukkan

59
melalui hidung ke
esofagus. Larutan
saline, diikuti
larutan HCL, di
drip ke kateter dan
pasien diminta
untuk
memberitahu jika
merasa nyeri. pH
esofagus normal
adalah 5-6.
Analisis gastrik Pemeriksaan ini Instruksikan pasien untuk tidak
Nilai normal : digunakan untuk merokok, makan, atau minum
Puasa: 1,0-0,5 mengevaluasi cairan selama 8-12 jam sebelum
mEq/L/jam sekresi lambung pemeriksaan. Kaji medikasi dan
Stimulasi: untuk peningkatan asupan cairan : antikolinergik,
10-25 mEq/L/jam atau penurunan kolinergik, penyekat adrenergik,
sam hidrolik bebas antasid, steroid, alkohol, dan kopi
dengan dapat mengubah hasil. Lepaskan
memasukkan slang gigi yang goyah. Masukkan slang
masogastrik nasogastrik, aspirasi isi lambung
kelambung dan dengan interval 15-20 menit sesuai
mengaspirasi instruksi.
cairan lambung.
Analisis stimulasi
gastrik dapat
dilakukan
setelahnya, dengan
perangsang gastrik
(Seperti histalog
atau pentagastrin)

60
diberikan dan
beberapa sampel
gastrik diaspirasi.
Studi Untuk Jelaskan kepada pasien bahwa zat
pengosongan mengevaluasi tersebut hanya mengandung sedikit
gastrik (gastrik kemampuan radio aktif dan tidak berbahahaya.
emptyping lambung
studies) mengosongkan
cairan atau solid.
Dalam studi
pencitraan nuklir
ini, pasien diminta
untuk makan telur
matang yang
mengandung Tc-99m
(solid) atau minum
jus jeruk dengan
Tc 99m (cairan).
Pencitraan
percontohan
direkam dengan
kamera gamma
setiap 2 menit
selama satu jam.
Pencitraan MRI lambung Informaiskan pasien pentingnya
resonansi dapat dilakukan mempertahankan posisi telentang
magnetik / MRI untuk selama pemeriksaan. Kaji setiap
Lambung mengidentifikasi logam yang ditanam dalam tubuh .
sumber perdarahan jika ada, beri tahu dokter yang
lambung, melakukan pencitraan. Lepaskan
semua patch setelah prosedur.

61
Beritahu pasien untuk
menginformasikan staf mengenai
patch ketika membuat jadwal
pemeriksaan dan ketika mengisi
data saat pendaftaran. Tanyakan
apakah pasien hamil dan jika hamil
pemeriksaan ini tidak dilakukan .
tanyakan apakah pasien mengalami
klaustrofobia. Jika kondisi tersebut
dialami pasien, sarankan pasien
untuk meminta obat yang
menimbulkan efek relaksasi
sebelum menjalankan MRI.
Endoskopis GI Pemeriksaan ini Jadwalkan pemeriksaan ini
atas, gastroskopis secara langsung minimum 2 hari setelah
memvisualisasi pemeriksaan menelan barium atau
membran mukosa serial GI atas. Lepaskan gigi palsu
yang melapisi dan kacamata. Beri tahu pasien
esofagus, untuk tidak makan dan minum
lambung, dan selama 6-8 jam sebelum prosedur.
duodenum. Informasikan pasien bahwa
Endoskop serat prosedur ini membutuhkan waktu
optik yang 20-30 menit ansietas lokal dan
fleksibel diberikan pada kerongkongan untuk
digunakan untuk membantu mencegah ketidak
memvisualisasi nyamanan. Setelah prosedur, pasien
peradangan, diizinkan untuk makan dan minum
ulserasi, tumor, segera setelah pasien dapat menelan
varises, dan dengan aman. Rasa kembung,
pencitraan video bersendawa, dan flatulens dapat
dapat terjadi setelah prosedur. Beritahu

62
menggambarkan pasien untuk menghubungi dokter
motilitas gastrik. setelah menjalani pemeriksaan jika
Pemeriksaan ini terjadi kesulitan menelan seperti
dapat juga nyeri epigastrik,substernal, atau
dikombinasikan bahu : demam: batuk darah: atau
dengan feses hita,.
pemeriksaan
ultrasound dengan
menyambungkan
transduser
ultrasound ke
endoskop.

4. Usus
INTERVENSI
NAMA TUJUAN DAN
KEPERAWATAN
PEMERIKSAAN PENJELASAN
TERKAIT

Ultrasound Pemeriksaan ini digunakan Beritahu pasien untuk


Abdomen untuk mengidentifikasi masa tidak makan, minum,
abdomen, asites, dan merokok atau
gangguan apendiks. Gel mengunyah permen
pelumas dioleskan pada kulit karet selama 6 jam
dan trasduser dipasangkan sebelum pemeriksaan
diarea yang akan diperiksa. danmakan makanan
Gelombang suara bebas lemak pada sore
berfrekuensi tinggi menjalar hari sebelum
melalui struktur tubuh dan pemeriksaan. Pastikan
dicatat sesuai refleksinya. bahwa pasien tidak
dijadwalkan untuk
pemeriksaan lainnya

63
yang dapat mengganggu
hasil pemeriksaan,
seperti serangkaian
pemeriksaan GI atas.

Enema barium Barium enema dilakukan Beri tahu pasien untuk


(Ba Enema) untuk mengidentifikasi mengikuti program dari
kelainan struktur rektum atau cairan benng selama 24
kolon. Pemeriksaan kolon jam dan kemudian tidak
secara radiologik dan makan atau minum
fluroskopik dilakukan dengan cairan selama 8 jam
memasukkan medium kontras sebelum prosedur.
secara rektum. Studi kontras Instruksikan pemberian
ganda atau kontras udara laktasif, supostoria pada
dapat dilakukan dengan cara sore hari sebelum
menginfuskan udara setelah prosedur. Setelah
barium dievakuasi. menjalani prosedur,
pasien harus
meningkatkan asupan
cairan dan minuman
laktasif, jika diresepkan.
Feses dapat berwarna
putih sampai menua
barium dikeluarkan.

Kolosnokopi Pemeriksaan visual dari Beru tahu pasien untuk


keseluruhan kolon sampai mengikuti instruksi
katup ileosekal yang dokter yang memeriksa
dilakukan untuk untuk persiapan, yang
mengidentifikasi tumor, dapat meliputi diet pada
polip, dan penyakit radang hari sebelum

64
usus, dan untuk mendilatasi pemeriksaan, tetap
striktur. Suatu endoskop puasa selama 8 jam
fleksibel dimasukkan sebelum prosedur, dan
kedalam usus dan didorong persiapan defekasi,
melalui kolon. Polip di angkat sebagai contoh dengan
selama prosedur untuk sitrat magnesia, laktasif,
mencegah keganasan di masa atau polietilin glikol.
yang akan datang. Jelaskan bahwa sedasi
biasanya diberikan
sedasi selama prosedur
dan bahwa polip akan
diangkta. Instruksikan
pasien untuk menahan
diri makan yang kaya
olestra: zat kimia dalam
makanan tersebut dapat
menutupi lesi jaringan
dan juga membentuk
plak yang lengket pada
instrumen kolosnokopi.
Beri tahu pasien bahwa
setelah prosedur, pasien
akan sering flaktus, dan
untuk melaporkan
kepada penyedia
layanan kesehatan
mengenai nyeri
abdomen, menggigil,
demam perdarahan
rektum, atau rabas
mukopurulen yang

65
dialami. Jika polip
diangkat, pasien harus
menghindari makanan
yang kaya serat
selama1-2 hari dan
mengangkat beban yang
berat selama 7 hari.

Pemeriksaan darah Pada pemeriksaan ini, feses ketika pemeriksaan


samar guaiaic diperiksa untuk mengetahui darah samar dengan
darah samar. Pemeriksaan ini menggunakan alat yang
sering dilakukann sebagai dijual bebas, tempatkan
pemeriksaan penapisasan apusan feses pada area
pada kanker kolon. Spesimen yang ditentukan dan
feses dikirim ke laboratorium diteskan pada area
dengann alat yang dijual tersebut . warna biru
bebas sepertu hemoccult II yang muncul sebagai
atAu occultest. respon terhadap reagen
mengidentifikasi adanya
darah, jika pemeriksaan
dilakukan dirumah, beri
tahu pasien untuk
menghindari minum
aaspirin . NSAID,
antikoagulan, daging
merah, ikan brokoli dan
sayuran tinggi serat,
jamur suplemen vitamin
c, dan suplemen Fe
selama 3 hari sebelum
pengambilan feses.

66
Pemeriksaan darah I-FOBT adalah suatau Tidak perlu khusus.
samar pemeriksaan yang digunakan Sample diperoleh dan
imunokkimiawi untuk menguji adanya darah dikirimkan ke
dalam feses dan dinaggap laboratorim.
lebih efektif dalam
mendeteksi kanker kolon
deibandingkan dengan
pemeriksaan darah samar
guaic. Sebuah sikat
digunakan untuk
mengumpulkan tetesan air
disekitar permukaan fesese
ketika feses masih berada
didalam toilet. Sampel
tersebut kemudian dikirim
keraboratorium untuk
dianalisis.

Pencitraan MRI abdomen dilakukan Lihat informasi


resonansi– untuk mengidentifikasi sebelumnya mengenai
abdomen sember perdarahan GI dan MRI lambung.
sigmoidoskopi untuk mengklafikasikan
derajat kanker kolon.

Sigmoidoskop adalah suatu Instruksikan pasien


pemeriksaan visual terhadap untuk ,akan cairan
anus,rektum, dan kolon bening atau diet ringan
sigmoid untuk pada sore hari selama
mengidentifikasikan tumor, prosedur dilakukan dan
polip, infeksi, peradangan, minum laktasif sesuai

67
hemoroid, fan fisura. resep.
Pemeriksaan ini dilakukan Supostoria rektal atau
dengan menggunakan enema mungkin
sigmoidoskop manual. diperlukan pada padi
Spesimen diammbil dan polip hari prosedur dilakukan.
diangkat selama prosedur Jelaskan kepada pasien
tersebut. setelah prosedur, pasien
akan lebih sering flatus
jika udara dimasukkan
kedalam usus, dan
laporkan setiap nyeri
abdomen, demam, atu
perdarahan rektal
kepada penyedia
layanan kesehatn. Jika
polip diangkat pasien
sebaiknya menghindari
pengangkatan berat
selama 7 hari, dan tidak
makan makanan tinggi
serat elama 1-2 hari.

Serial pemeriksaan Pemriksaan radiologik ini Beri tahu pasien bahwa


usus halus dilakukan untuk harus diet rendah residu
mendiagnosis kelainan usus dilakukan sesuai anjuran
halus. pasien minum medium dokter , dan untuk tidak
kontras dan film radiologik makan selama 8jam atau
diambil selama 20 menit minnum cairan selama 4
sampai medium ileum jam sebelum
terminal. Prosedur ini juga pemeriksaan. Beri tahu
dilakukan dengan psien mengenai

68
pemeriksaan menelan barium prosedur yang akan
atau serangkain pemeriksaan dilakukan seperti
GI. pelaksanaan prosedur
dapat menghabiskan
waktu beberapa jam,
dan barium dapat
diminum kemudian
masuk kedalam usus
melalui endoskop, atau
setelah prosedur, pasien
sebaiknya minum cairan
yang banyak dan minum
laktsif sesuai resep
untuk memudahkan
mengeluarkan barium.
Feses dapat berwarna
putih 72 jam setelah
pemeriksaan : warna
feses akan keambali
normal ketika semua
berium telah
dikeluarkan.

Spesimen feses, Sampai didapatkan untuk Minta pasien untuk


biaka feses pemeriksaan kasar dan mengambil fesen yang
mikroskopik, serta memriksa segar. Wadah steril
bentuk, konsisten, dan warna sebaiknya digunakan
feses. Pemeriksaan kasar untuk mengumpulkan
meliputi volume dan sample feses untuk
kandungn air, dan adanya dibiakan. Tanyakan
darah, pus , mukus , atau wanita yang dalam usia

69
kelebihan lemak. subur apakah
Pemeriksaan mikroskopik mengalami haid atau
mengidentifikasi adanya sel tidak: jika sedang haid,
darah putih, lemak yang catat hal ini pada format
diabsorbsi, dan parasit. laboratorium.
Ketika patogen enterik
dicurigai, biakkan feses
dilakukan.

5. Pemeriksaan Diagnostik Sistem Gastrointestinal (lanjutan)

USUS

NAMA PEMERIKSAAN INTERVENSI


TUJUAN &
KEPERAWATAN
PENJELASAN
TERKAIT
Pemeriksaan DNA Feses Pemeriksaan ini melibatkan Tidak perlu
(stool DNA test, sDNA) pemeriksaan sampel feses persiapan khusus,
untuk mengetahui jelaskan prosedur
perubahan DNA. Polip kepada pasien.
premalignant dan lesi
maligna sel-sel mukosa
usus yang telah
diidentifikasi sebagai
penanda DNA untuk
kanker usus dan rectum.
Pasien menggunakan alat
yang berisi valok es (yang
harus membeku selama
beberapa jam sebelum
digunakan), usahakan BAB
di wadah khusus, kemudian

70
kirim atau bawa wadah
dengan balok es dalam
kotak dan dikirim ke
laboratorium.
Kolonoskopi Virtual (KV) KV digunakan untuk Jelaskan kepada pasien
mendiagnosis polip, bahwa laksatif atau
divertikulosis, kanker. agens oral lain
Sinar-X dan computer diminum pada hari
digunakan untuk sebelum
menghasilkan gambaran prosedurdan
dua dan tiga dimensi dari supositoria rectal
kolon pada layar monitor. digunakan pada
Jika ditemukan kelainan, pagi harisaat
kolonoskopi konvensional dilakukan prosedur.
diperlukan (seperti Beritahu pasien
mengangkat polip atau bahwa slang akan
melakukan biopsy). dimasukkan ke
dalam rectum, udara
kemudian
dimasukkan untuk
mengembungkankol
on, dan dilakukan
skan (pemindaian).

6. Kandung Empedu Pankreas

INTERVENSI
TUJUAN &
NAMA PEMERIKSAAN KEPERAWATAN
PENJELASAN
TERKAIT

Ultrasound Abdomen, Ultrasound abdomen Beri tahu pasien untuk


digunakan untuk tetap puasa selama

71
Ultrasound Hepatobilier, mendeteksi tumor, kista, 8-12 jam sebelum
dan asites abdomen. pemeriksaan.
Ultrasound Kandung Empedu
Ultrasound hepatobilier
digunakan untuk
memvisualisasikan duktus
biliaris, dan untuk
mendeteksi abses
subfrenik, kista, tumor, dan
sirosis hati. Ultrasound
kandung empedu
digunakan untuk
mendeteksi batu empedu.
Prosedur nonivasif ini
merekam gelombang
ultrasound yang
mencerminkan struktur
tubuuh. Gel konduktif
dioleskan pada kulit da
transduser diletakkan di
area yang akan diperiksa,.

Kolangiografi PTC dilakukan untuk Kaji alergi terhadap


mengevaluasi pengisian iodin, makanan laut,
 Kolangiogram
duktus hepatic dan biliaris. atau zat kontras
Transhepatik
Dengan menggunakan pewarna (dye) sinar-
Perkutan
anastesi local, hati dan X (banyak yang
(percutaneous
duktus biliaris dimasuki berisis iodine). Kaji
transhepatic
jarum panjang medikasi: Agens
cholangiogram,
(menggunakan hipoglikemik oral
PTC)
fluoroskopi), empedu dikontraindikasikan

72
 Kolangiogram ditarik dan medium kontras untuk penggunaan
Bedah diinjeksikan dalam duktus dengan kontras
biliaris. Selama yang berisi iodine.
kolangiogram bedah Pantau kebocoran
dengan anastesi umum, empedu atau
medium kontras perdarahan selama
diinjeksikan ke dalam pemeriksaan
duktus biliaris komunis dilakukan.
untuk mengevaluasi
pengisian duktus.

7. Kandung Empedu Dan Pankreas

INTERVENSI
TUJUAN &
NAMA PEMERIKSAAN KEPERAWATAN
PENJELASAN
TERKAIT

Kolesistografi (Oral) Pemeriksaan ini digunakan Jika pasien juga


untuk mendeteksi batu menjalani
(Sosial Kandung Empedu)
kandung empedu, pemeriksaan
peradangan atau tumor, dan radiologi dengan
obstruksi duktus kista. barium,
Tablet radiopak (misalnya, pemeriksaan
asam iopanoat [Telepaque], kandung empedu
sodium ipodate sebaiknya dilakukan
[Oragrafin], asam lebih dulu, karena
iodoalfionat [Priodax], atau barium dapat
meglumina iodipamida mengganggu
[Cholografin]) diberikan pemeriksaan ini.
pada sore hari sebelum Instruksikan pasien
pemeriksaan; ronsen untuk makan sesuai

73
dilakukan pada pagi hari diet bebas lemak 24
berikutnya. Makanan tinggi jam sebelum
lemakdapat diberikan pemeriksaan. Tanpa
setelah ronsen puasa makan atau minum,
dilakukan dan ronsen lebih kecuali menyesap
lanjut dilakukan untuk air (sedikit demi
menentukan seberapa cepat sedikit) sebaiknya
serial kandung empedu dilakukan 12 jam
dapat memancarkan sebelum
pewarna. pemeriksaan. Tablet
radiopaq diminum 2
jam setelah makan
malam. Kaji
medikasi: agens
hipoglikemik oral
dikontraindikasikan
penggunaannya
dengan kontras
iodine.

Tomografi Terkomputerisasi Pemeriksaan ini adalah Tidak diperlukan


(computed Tomography, prosedur noninvasif dengan persiapan khusus.
CT) menggunakan gelombang
frekuensi radio dan lapang
magnetic yang digunakan
untuk mengevaluasi
gangguan pada kandung
empedu, pancreas, dan hati.

Kolangiopankreatografi ERCP dilakukan untuk secara Beri tahu pasien


Retrograd Endoskopik langsung memvisualisasi untuk tidak

74
(Endoscopic Retrograde struktur GI, dan untuk minum dan
Cholangiopancreatograph mengambil batu empedu makan selama 8
y, ERCP) dari duktus biliaris jam sebelum
komunis, mendilatasi pemeriksaan.
struktur, dan biopsy tumor. Kaji pasien
Endoskop serat optic apakah alergi
dimasukkan melalui mulut, terhadap iodine,
esofagus, lambung, dan makanan laut,
duodenum desendens, serta atau pewarna
duktus biliariskomunis dan sinar-X 9banyak
duktus prankreatikus. mengandung
Medium kontras iodine). Kaji
diinjeksikan ke dalam medikasi: agens
duktus dan struktur hipoglikemik oral
divisualisasi. dikontraindikasik
an untuk
penggunaan
dengan kontras
beriodin. Kaji
reflex menelan
sebelum member
makanan atau
minuman. Jika
atropikotin
diberikan, kaji
manifestasi untuk
retensi urin.
Beritahu pasien
bahwa nyeri
tenggorokkan

75
dapat terjadi
selama beberapa
hari setelah
pemeriksaan;
sarankan untuk
berkumur salin
hangat untuk
meredakan
ketidaknyamanan

Kolangiopankreatografi Studi MRI noninvasif Lihat informasi


Resonans Magnetik dilakukan sebelumnya
(Magnetic Resonance untukmengevaluasi duktus mengenai MRI
Cholangiopancreatograhp biliaris dan duktus lambung.
hy, MRCP) prankreatikus.

Amylase Serum Pemeriksaan darah ini Tidak perlu


digunakan untuk mengukur persiapan khusus.
Nilai normal: 0-130 Unit/L
sekresi amylase oleh
pancreas. Pemeriksaan ini
digunakan untuk
mendiagnosis pankreatikus
akut, ketika kadar amylase
memuncak dalam 24 jam
dan kemudian menurun ke
nilai normal dalam 48-72
jam.

Lipase Serum Pemeriksaan darah ini Tidak perlu persiapan


digunakan untuk mengukur khusus.
Nilai normal: 0-160 Unit/L
sekresi lipase oleh

76
pancreas.

8. Hati

INTERVENSI
TUJUAN DAN
NAMA PEMERIKSAAN KEPERAWATAN
PENJELASAN
TERKAIT

Biopsi Hati Biopsy hati dilakukan Beri tahu pasien


untuk menegaskan adanya untuk memberitahu
kanker metastatic atau dokter tentang obat
untuk mendeteksi kista antikoagulan yang
atau sirosis hati. Prosedur diminum, dan untuk
ini dianggap sebagai menghentikan
pembedahan minor, dan sementara
dilakukan dirumah sakit. aspirindan
Dengan menggunakan ibuprofen selama
ultrasound, jarum biopsy seminggu sebelum
dimasukkan ke dalam hati prosedur. Makanan
dan diarahkan pada tempat dan cairan ditahan
yang patologik. Lihat selama 4-6 jam
Gambar 21-8. sebelum prosedur,
kaji dan catat tanda-
tanda vital dasar,
dan tinjau waktu
protombin dan
hitung trombosit.
Berikan vitamin K
sesuai resep. Minta
pasien untuk
berkemih segera

77
sebelum prosedur.
Setelahn jarum
ditarik, tekanan
diberikan; posisikan
psien pada sisi
kanan selama 1 atau
2 jam untuk
mempertahankan
tekanan pada sisi
penusukan. Jelaskan
pada pasien bahwa
nyeri dapat
dirasakan di bahu
kanan sebagai efek
hilangnya anestesi
local, bahwa balutan
akn sering dikaji,
bahwa amkanan dan
cairan ditahan
selama 2 jam stelah
biopsy, dan bahwa
batuk, mengangkat,
atau mengenjan
harus dihindari
selama 1-2 minggu.
Pasien tidak
diizinkan
mengendarai mobil
ketika pulang dari
rumah sakit, dan

78
harus langsung
beristirahat
ditempat tidur
selama 8 sampai 10
jam (atau
diintruksikan oleh
dokter).

Gambar 21-8
Bioppsi hati. A,
pasien
mengembuskan
napas dengan
penuh, dan
kemudian menahan
napasnya untuk
mengangkat hati
dan diagfragma ke
posisi yang paling
tinggi. B, jarum
biopsy dimasukkan
ke dalam hati.
C,sekita 1 mL saline
diinjeksikan untuk
membilas jarum
yang berisi darah
dan jaringan. D,
jarum ditusukkan
kedalam, dan
sampel jaringan
diaspirasi. Tekanan

79
diberikan pada
tempat yang
patologik segera
setelah jarum
ditarik. Specimen
kemudian dikirm ke
laboratorium untuk
dianalisis.

Jelaskan apa yang terjadi selama pemeriksaan, dan dorongan pasien untuk
menarik napas secara teratur dan dalam meningkatkan relaksasi. Jelaskan bahwa
selama pemeriksaan rectum, pasien akan merasa seperti mau bab dan terkadang
terjadi flaktus . yakin pasien bahwa kondisi tersebut merupakan hal yang normal.
Jamin privasi area pemeriksaan dan pasien ditutupi dengan baik untuk mencegah
area terbuka yang tidak semestinya.

Pengkajian fisik pada system muskuloskletal, system kardiovaskular, dan


system pernafasan dapat mencerminkan status nutrisi pasien table 21-4 meringkas
hasil pengkajin nutrisi yang abnormal terkait dnrgn system tubuh ini. Hasil
tersebut terkait usia normal untuk lansia diulas di asuhan keperawatan untuk
lansia.

TABEL 21.4 hasil pengkajian akibat malnutrisi

System tubuh Hasil pengkajian

Kuku Lunak dan berbentuk sendok pada


defisiensi zat besi. Perdarahan dari
pecahan kuku pada difesiensi vitamin
c

Rambut Kering tumpul, dan tidak rata pada

80
difesiensi zink, protein, dan asam
linoleat.

Kulit Rapus dan kering pada difesiensi


vitamin , vitamin B , dan asam
linoleat .retak dan hiperpigmentasi
pada difesiansi niasin. Memar pada
difesiensi vitamin c atau vitamin k.

Mata Mata menjadi kering dan lunak desiring


divesiensi vitamin A. Konjungtiva
pucat pada difesiensi zat besi dan
merah pada difisiensi riboflavin.

System persyarafan Reflex menurun dan pasiendapat


menglami neuropati perifer dan
difensiesi tiamin. Pasien dapat mudah
tersinggung dan disorientasi pada
difesiensi tiamin.

System muskuloskletal Layuh otot tampak pada difesiensi


metabolisme protein, karbohidrat dan
lemak. Nyeri betis tejadi pada
difesiensi tiamin. Nyeri sendi dapat
ditemukan pada divesiensi vitamin c.

System kardiovaskular Ukuran jantung dan frekuensi denyut


jantung dapat meningkat pada
difesiensi tiamin . tekanan darah
diastolic dapat meningkatkan akibat

81
tingginya asupan lemak. curah
jantung yang menurun dan tekanan
darah yang menurundapat terjadi pada
difesiensi kalori dalam waktuyang
lama.

System pencernaan Keilosis (nyeri pada sudut bibir mulut)


tamapak difesiensi vitamn b
kompleks, khususnya riboflavin.
Stomatis dan gusi berdarah serta
berlubang dapat juga terlihat pada
malnutrisi.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA Perubahan GI terkaait usia

PERUBAHAN TERKAIT USIA SIGNIFIKANSI

Geligi : meningkatnya jumlah rongga Peningkatan penyakit periodontal dan


akar gigi dan rongg disekitar kerja lepasnya geligi
gigi yang ada: anamel gigi keras dan
Peningkatan fraktur gigi (patah gigi)
lebih rapuh : dentin dan lebih berserat
: sudut gigi mengalami pendataran : Peningkatan insidens gigi palsu
akar pulpa gigi menyusut :
meningkatnya penurunan tulang yang
menanjung geligi.

Gusi : retraksi gingival Peningkatan penyakit periodontal

Rasa : tidak begitu akut pada atrofi lidah,


Bumbu yang berlebihan digunakan untuk

82
khususnya sensasi untuk rasa manis. makan

Saliva : menurunnya jumlah yang Penurunan kemampuan untuk memecahkan


dihasilkan (1/3 nya dihasilkan pada tepung menelan dapat berlangsung
usia muda ) lama

Motilitas esofagus : menurunnya Ketidak nyamanan saat menelan makanan


intensitas gelombang propulsive dan peningkatan risiko aspirasi
penurunan waktu pengosongan
eofagus, melemahnya refleksi
menelan

Lambung : atrofi mukosa, menurunnya Peningkatan insiden iritasi gastric


produksi asam hidrokolat dan pepsin
yang menyebabkan pH lebih tinggi
pada lamsung

Hati : kurang efisensi dalam mengatasi Peningkatan insiden batu empedu


kolesterol

Usus halus : menurunnya jumlah sel a. Peningkatan kemampuan untuk


pengabsorpsi pada dinding usus, mengabsorpsi vitamin A,D,E,K
memperlambat absorpsi lemak, b. Peningkatan risiko osteoporosis
kegagalan absorpasi vitamin b, dan fraktur ( menurunnya
vitamin lemak, kalsium, dan zat besi kalsiem dan vitamin D)
c. Peningkatan risiko anemia dan
difesiensi zat besi ( kelemahan,
lassitude, pucat) ( menurunnya
zat besi)
d. Peningkatan risiko anemia
pernisosa ( kelemahan ,
dispenia, glositis, kebas,

83
demensia, depr7esi)
( menurunnya vitamin B12)

Usus besar : menurunnya jumlah sel Peningkatan kecenderungan terjadinya


pengabsorpsi pada dindidng usus, konstipasi
memperlambat absorpsi lemak,
kegagalan absorpsi vitamin B12,
vitamin D, kalsiem, dan zat besi

Pengkajian Gastrointestinal

Teknik / temuan normal Temuan abnormal


Pengkajian antropometrik a. Berat badan 10% hingga 20 %
Timbang pasien dan ukur tinggi badan kurang dari berat badan ideal
pasien. Bandingkan berat Badan mengindikasikan malnutrisi.
actual pasien dengan berat badan b. Berat badan 10% lebih dari
idealnya ( ideal body weight, IWW ) ( berat badan ideal dianggap
table 21-5). Berat badan harus sesuai sebagai berat badan berlebih
dengan tinggi badan sesuai table overweight
standard berat badan dan tinggi c. Berat badan 20% lebih dari
badan beriku berat badan ideal dianggap
gemuk ( obese) .

Table 21-5 contoh table dari tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan Berat badan (pound)
Kaki Inci Tubuh kecil Tubuh sedang Tubuh besar
Pria (usia5 2 128-134 131-134 138-150
5 3 130-136 133-143 140-153
25-29
5 4 132-138 135-145 142-156
tahun) 5 5 134-140 137-148 144-160
5 6 136-142 139-151 146-164
5 7 138-145 142-154 149-168
5 8 140-148 148-157 152-172
5 9 142-151 145-160 155-176

84
5 10 144-154 151-163 158-180
5 11 146-157 154-166 161-184
6 0 149-160 157-174 164-188
6 1 152-164 160-178 168-192
6 2 155-168 164-178 172-197
6 3 158-172 167-182 176-202
6 4 162-176 171-187 181-207
Wanita 4 10 102-111 109-121 118-131
4 11 103-113 111-123 120-134
(usia 25-29
5 0 104-115 113-126 122-137
tahun ) 5 1 106-118 115-129 125-140
5 2 108-121 118-132 128-143
5 3 111-124 121-135 131-147
5 4 114-127 124-138 134-151
5 5 117-130 127-141 137-155
5 6 120-133 130-144 140-159
5 7 123-136 133-147 143-163
5 8 126-139 136-150 146-167
5 9 129-142 139-153 149-170
5 10 132-145 142-156 152-173
5 11 135-148 145-159 155-176
6 0 138-151 148-162 158-179

Teknik / temuan normal Temuan abnormal


Hitungan atau persentase berat IBW sehat adalah 19-25. Berat badan kurang
badan ideal pasien (% IBW). termasuk dalam nilai dibawah 18, 25-29
Untuk menghitung IBW , (1) termasuk berat badan berlebihan dan lebih dari
tentukan tinggi dan berat 30 dianggap gemuk
badan pasien,(@) tinggi Catatn : ini adalah satu dari beberapa cara untuk
badan kali 2 (3) bagi berat menghitung IBW
badan dengan hasil yang
diperoleh pada langkah 2,
dan selanjutnya (4) kalikan
jawaban dari langkah 3
dengan 703. Hasilnya adalah
IBW pasien.
Berat badan ideal sebaliknya
dalam kisaran normal (19-

85
25)
Ukur indeks massa tubuh (IMT). a. IMT25-29,9 kg/m2 mengindikasikan
Tentukan IMT dengan kelebihan berat badan
menggunakan satu dari b. IMT 30 kg/m2 menunjukkan obesias
rumus berikut. IMT harus Berat badan dalam kilogram = IMT
berada antara 20 dan 25.

a. Hasil pengukuran triseps 10% atau lebih


Ukuran ketebalan lipatan kulit
dibawah standard pada malnutrisi dan 10%
triseps (triceps skinfold
atau lebih diatas standard pada obesitas atau
thicnkness, TSF). Temukan
kelebihan nutrisi.
titik tengah antara olekranon
dan prosesus akromion
pasien. Raba kulit dan
lemamk, dan cubit dari otot.
Pasang kaliper lipatan kulit
selama 3 detik, dan catat
hasil pembacaan (Gambar
21-9). Ulangi pengukuran
Gambar 21-9 pengukuran ketebalan lipatan
sebanyak tiga kali, dan ambil
kulit dengan kaliper.
rata-rata hasil dari tiga
pengukuran. Bandingkan
hasil pengukuran pasien
dengan nilai standard yang
ditunjukkan pada Tabel 21-6.
TSF harus dalam kisaran
normal ketika dibandingkan

86
dengan nilai standard.

a. MAC menurun pada malnutrisi atau gizi


Ukur lingkar lengan tengah
buruk dan meningkat pada obesitas.
(midarm circumference,
**gambar**
MAC). Temukan titik tengah
antara olekranon dan
prosesus akromion pasien.
Lingkarkan pita ukur di
sekeliling lengan (Gambar
21-10). Bandingkan hasil
pengkuran pasien dengan
nilai standard pada Tabel 21-
6. MAC harus dikisaran
normal ketika dibandingkan
dengan nilai satndar.

Gambar 21-10 pengukuran MAC dengan pita ukur.

TABEL 21-6 nilai untuk pengukuran


antropometrik
NILAI STANDAR
PENGUKURAN
PRIA WANITA
Ketebalan 12,5 mm 16,5 mm
Lipatan Kulit
Lingkar Lengan29,3 cm 28,5 mm
Tengah
lingkar otot
25,3 cm 23,2 mm
lengan
tengah
Temuan Abnormal
Teknik/Temuan Normal

87
Pada malnutrisi ringan, MAMC sebesar 90% dari
Hitung lingkar otot lengan
standard pada malnutrisi sedang, 60%-90%.
tengah (midarm muscle
Pada malnutrisi berat (layak otot), MAMC
circumference, MAMC).
kurang dari 60%.
Gunakan hasil pengukuran
lipatan kulit triseps pasien
MAMC = MAC – (0,314 x TB)
dan lingkar lengan tengah
untuk menghitung MAMC
pasien.

Bandingkan hasil pengukuran


dengan nilai standard yang di
tunjukkan pada Tabel 21-6.
MAMC harus dalam kisaran
normal ketika dibandingkan
dengan nilai standard.

Tentukan ratio pinggang-


Wanita dengan ratio lebih besar dari 0,80 dan pria
pinggul. Dengan pasien
dengan ratio lebih besar dari 1,0 memiliki tiga
berdiri, ukur pinggang dan
hinggal lima kali resiko lebih besar untuk
kemudian ukur bagian
mengalami serangan jantung atau stroke (Wiber
tengah pinggul antara Krista
l, kelley, 2009).
iliaka dan trokanter mayor.
Gunakan rumus berikut
untuk menghitung ratio
pinggang-pinggul. Hasil
normal: wanita, ratio
pinggang kurang dari atau
sama dengan 0,80; pria,
ratio pinggang kurang dari
atau sama dengan 1,0.

88
Pengkajian Mulut
a. Keilosis (lesi yang nyeri disudut mulut)
Inspeksi dan palpasi bibir.
dijumpai pada defisiensi riboflavin dan/atau
Bibir seharusnya berwarna
niasin.
normal sesuai ras tanpa
b. Nyeri yang membuat menggigil atau vesikel
lesi.
yang jernih dengan dasar kemarahan dijumpai
pada herpes simpleks 1.
a. Glositis lembut atrofik dicirikan dengan lidah
Inspeksi dan palpasi lidah.
merah terang. Kondisi ini dijumpai pada
Lidah seharusnya merah
defisiensi vitamin B12, asam folat, dan besi.
muda, lembut dan turgor
b. Fisura vertikal dijumpai pada dehidrasi.
baik.
c. Lidah yang berambut dan berwarna gelap
terjadi karena terapi antibiotik.
a. Leukoplakia (bercak putih kecil) dapat
Inspeksi dan palpasi mukosa
menjadi tanda kondisi pramalignan.
bukal. Mukosa seharusnya
b. Mukosa yang bengkak, kering, dan
lembap tanpa lesi dengan
kemerahan dapat dijumpai pada stomatitis.
warna yang sesuai.
c. Kandidiasis (bercak kuning keju yang
berdarah jika dikerok) dapat dijumpai pada
pasien yang mengalami imunosupresi akibat
antibiotik atau kemoterapi dan pada pasien
yang sakit terminal.
a. Rongga dan plak yang berlebihan dijumpai
Inspeksi dan palpasi gigi. Gigi
pada status nutrisi buruk dan/atau higiene
harus dalam kondisi hygiene
oral yang buruk.
yang baik tanpa karies.

a. Gusi yang bengkak dan kemerahan yang


Inspeksi dan palpasi gusi. Gusi
mudah berdarah (gingivitis) dijumpai pada
harus berwarna normal
penyakit periodontal, defesiensi vitamin C,
tanpa pembengkakan.
atau perubahan hormonal.
a. Pada infeksii akut tonsil berwarnah merah
Inspeksi tenggorokan dan
dan bengkak serta dapat ditemukan bintik
tonsil. Tonsil (jika ada)
putih

89
harus berwarna dan
berukuran normal.

a. Nafas yang beraroma manis seperti buah


Perhatikan nafas pasien .
merupakan tanda ketoasidosis diabetes
nafas pasien harus tidak
b. Nafas aseton dapat menunjukkan uremia
berbau secara tidak lazim
c. Bau menyengat pada nafas dapat
menunjukkan penyakit hati, infeksi
pernafasan, figiene mulut yang buruk.
Pengkajian Abdomen

Kuadrat kanan atas Kuadrat kiri atas


Hati dan kandungan empeduLobus kiri hati
Pylorus Limpa
Suodenum Lambung
Kaput pancreas Trunkus pancreas
Kelenjar adarenal kanan Kelenjar adrenal kiri
Bagian dari ginjal kanan Bagian dari ginjal kiri
Fleksura hepatica kolon Fleksura limpa kolon
Bagian kolon asendens dan Bagian kolon transversum
transversum dan desendens
F. Petunjuk Kuadran kanan bawah Kuadran kiri bawah

Pengkajian Titik bawah ginjal kanan Titik bawah ginjal kiri

Abdomen SistemSekum dan umbai cacing Kolon sigmoid

Gastrointestinal Bagian kolom asendens Bagian kolon asendens


Kandung kemih(jika kandung kemih (jika
Minta pasien mengalami distensi) mengalami distensi)
untuk mengosongkanOvarium kanan dan tuba Ovarium kiri dan tuba
kandung kemih fallopi fallopi
sebelum memulaiKorda spermatikus kanan Uterus ( jika membesar)
pengkajian. BantuUreter kanan Korda spermatikus kiri
pasien ke posisi Ureter kiri

90
telentang (dorsal), dengan bantal kecil di bawah kepala, bantal di bawah lutut (jika
diinginkan), dan lengan berada di sisi tubuh. Minta pasien untuk menunjuk area
yang terasa nyeri, dan jelaskan bahwa area tersebut akan diperiksa terakhir. Buka
pakaian area abdomen dari area sebelah bawah dada (payudara) ke simfisis pubis,
dan tutupi area dada dan area genital dengan duk. Ketika mendokumentasikan
hasil pengkajian, tentukan lokasi sesuai kuadran abdomen.

Petunjuk umum pengkajian abdomen adalah sebagai berikut:

1. Inspeksi abdomen dengan pencahayaan yang baik dalam menyinari


seluruh abdomen. Duduk di samping kanan, dan catat simetrisitas, adanya
distensi, massa, peristalsis yang tampak, dan gerakan pernapasan. Jika
terdeteksi adanya massa, minta pasien untuk bernapas dalam, yang
menurunkan ukuran rongga abdomen sehingga kelainan yang terdeteksi
menjadi lebih dapat terlihat.
2. Auskultasi masing-masing kuadran abdomen, dengan menggunakan
diafragma stetoskop. Dengarkan adanya bising usus, desiran (bruit)
arterial, dentuman vena, dan suara gesekan kasar (friction rub).
3. Perkusi beberapa area pada masing-masing abdomen, dengan
menggunakan alur sister (Sebagai contoh, selalu mulai pada kuadran kiri
kemudian berlanjut ke kuadran kanan bawah, kuadran kanan atas, dan
kuadran kiri atas, begitu seterusnya). Bunyi perkusi yang pradominan di
seluruh abdomen adalah timpani dan pekak. Timpani terdengar pada area
usus yang dipenuhi gas. Pekak terdengar pada hati, limpa, dan ginjal yang
membesar, atau lambung yang penuh. Perkusi juga adanya cairan, distensi
gas, dan massa.
4. Palpasi masing-masing kuadran abdomen untuk mengetahui bentuk,
posisi, mobilitas, ukuran, konsistensi, dan nyeri tekan (tenderness) pada
organ abdomen utama. Mulai pengkajian ini dengan palpasi ringan, dan
tambah kedalaman palpasi untuk mengetahui adanya tenderness atau untuk
mengidentifikasi ukuran dan bentuk organ dengan lebih baik. Palpasi
dalam sebaiknya dilakukan hanya oleh perawat yang berpengalaman. Ingat

91
bahwa palpasi pada area tenderness dilakukan terakhir dan gunakan
tekanan yang lembut. Palpasi dapat sulit atau bahkan tidak mungkin
dilakukan jika pasien mengencangkan otot sebagai respons terhadap nyeri
atau mudah geli. Kandung empedu dan limpa dalam kondisi normal tidak
dapat dipalpasi.

Teknik/Temuan Normal Temuan Abnormal

Inspeksi kontur abdomen, 1. Distensi abdomen menyeluruh dijumpai pada


integritas kulit, pola vena, retensi gas atau obesitas.
dan denyutan aortik. 2. Distensi abdomen bagian bawah dijumpai
Abdomen seharusnya pada distensi-kandung kemih, kehamilan, atau
sedikit cekung atau bundar adanya massa pada ovarium.
dengan kulit utuh. 3. Distensi menyeluruh dan umbilikus yang
Seharusnya vena tidak terbalik dijumpai pada asites dan/atau tumor.
mengalami distensi atau 4. Abdomen skafoid (sangat cekung) tampak
tidak ditemukan denyutan pada malnutrisi atau ketika lemak digantikan
aortik yang jelas. oleh otot.
5. Striae (tanda regang perak-keputihan)
Auskultasi keempat
dijumpai pada obesitas dan selama atau setelah
kuadran abdomen dengan
kehamilan.
diafragma stetoskop
6. Angioma laba-laba dapat dijumpai pada
(gambar 21-12). Mulai
penyakit hati.
pada kuadran kanan bawah
7. Dilatasi vena tampak mencolok pada sirosis
karena pada area ini bising
hati, asites, hipertensi portal, atau obstruksi
usus selalu terdengar. Jika
venokaval.
bising usus tidak
8. Denyutan meningkat pada aneurisma aorta.
terdengar, minta rekan
anda untuk memeriksa
hasil temuan anda. Bising
usus normal(denguk atau
clicking) muncul setiap 5-

92
15 detik. Dengarkan bising
usus setidaknya 5 menit
pada masing-masing
kuadran untuk
menegaskan ada tidaknya
bising usus.

Borborigmus
1. Borborigmus(bising usus yang bernada tinggi
dan hiperaktif suaranay menderu,
gemerincing, atau menggeram) terdengar pada
diare atau pada awitan obstruksi usus.
2. Bising usus mungkin selanjutnya akan hilang
pada obstruksi usus, disertai peradangan
peritoneum, dan atau setelah pembedahan
abdomen.
Auskultasi abdomen untuk
mengetahuai suara vakular
dengan menggunakan
bagian bel pada
stetoskop(Gambar 21-13).
Tidak terdengar
bising(bruit, suara gumam
dari vena atau friction rub)
1.
dari bising usus yang
Bruit(suara meniup akibat sumbatan aliran
diauskultasi.
darah dalam pembuluh) dapat terdengar pada
arteri berkontriksi. Bruit pada area dapat
terdengar pada kasus karsinoma hepatik.

93
2. Gumam vena(suara bernada sedang yang
terus-menerus) dapat tedengar pada sirosis
hati.
3. Friction rub(suara gesekan kasar) dapat
terdengar pada hati atau limpa yang
mengalami peradangan.
Perkusis keempat kuadran
abdomen(Gambar 21-14).
Normalnya timpani
terdengar pada area
lambung dan usus yang
berisi gas.

Pekak terdengar ketika usus terisi cairan atau tumor


atau terisi massa feses.
Perkusi hati (lihat kotak 21-3 Pada sirosis dan/atau hepatitis, hati berukuran lebih
untuk petunjuk perkusi dari 6-10 cm pada garis
dan palpasi hati, lihat midklavikula(midclavicula line, MCL) dan lebih
Gambar 21-15 untuk titik- dari 4-8 cm pada garis midsternum (midsternal
titik pemeriksaan). line, MSL).
Batasan pekak hati terletak
pada margin kosta sampai
1-2 cm di bawahnya.

Petunjung untuk Melakukan Perkusi dan


palpasi Hati
Ukuran hati dapat dutentukan dengan perkusi dan

94
palpasi, sebagai berikut:
1. Perkusi dilakukan pada garis midklavikula
(MCL) yang dimulai di bawah umbilikus (lihat
Gambar 21-15). Maulai lakukan perkusi pada
region timpani, dan bergerak ke atas. Suara
pekak pertama saat perkusi pada area
resonansi paru(MCL) dan perkusi ke bawah ke
suara pekak pertama, biasanya pada interkosta
ke 5-7. Tanda masing-masing lokasi tersebut
dan ukur jarak satu tanda dengan tanda lain
untuk menentukan ukuran hati. Ukuran hati
normalnya adalah 6-12 cm pada MCL. Akan
tetapi, ukuran hati pada pria lebih besar
daripada wanita.
2. Lakukan palpasi bimanual pada hati dengan
meletakkan tangan kiri pemeriksa di bawah
tubuh pasien pada area kost ke-11 dan ke-12,
lalu beri tekanan ke atas. Letakkan tangan
kanan pemeriksa di bawah margin kostae,
minta pasien untuk bernapas dlam, dan palpasi
batas hati. Hati normalnya tidak dapat teraba
pada orang dewasa yang sehat meskipun orang
tersebut sangat kurus.
Perkusi limpa untuk
Area pekak yang melebar sampai garis aksila anterior
mengetahui adanya pekak kiri saat inpirasi dikaitkan dengan pembesaran
pada bagian posterior limpa dan dapat dikaitkan dengan trauma, infeksi,
terhadap garis midaksila atau mononukleosis.
setingkat kost ke-6 hingga
11 (Gambar 21-16). Limpa
diperkusi untuk
mengetahui area pekak

95
yang berbentuk oval kira-
kira 7 cm dekat kost ke-10
sebelah kiri dan agak
posterior terhadap garis
midaksila.

Perkusi adanya pergeseran


pekak (gambar 21-17).
Bila tidak ada asites, batas
antara timpani dan pekak
relatif tetap konstan meski
pasien berubah posisi.

Pada pasien dengan asites, derajat kepekakan


dapat meningkat ketika pasien miring ke samping.
Palpasi keempat kuadran
abdomen(Gambar 21-18)
Jika pasien
mengencangkan otot
abdomennya(berada pada
posisi melindungi badan),
menekuk lutut dapat
membuat otot pasien
relaks. Seharusnya tidak
teraba massa atau nyeri
saat dilakukan palpasi. 1. Pada kasus peradangan peritoneum, palpasi
Lakukan gerakan dapat menyebabkan nyeri abdomen dan
melingkar saat spasme otot taksadar.

96
mempalpasi dinding 2. Massa abdomen meliputi aneurisma aortik,
abdomen untuk mengkaji tumor neoplastik pada kolon atau uterus, dan
struktur di dalamnya, distensi kandung kemih atau distensi usus
rasakan adanya massa dan karena obstruksi.
perhatikan tenderness atau 3. Abdomen yang kaku dan seperti dapat
nyeri yang pasien alami dipalpasi ketika pasien menderita ulkus
selama pemeriksaan ini. duodenum yang disertai perforasi.
Palpasi ringan awalnya
dilakukan sedalam(1-12,5 Kewaspadaan praktik
cm) kemudian palpasi
Pasien yang mengalami nyeri abdoemn tidak
dalam (3,5-5 cm) secara
dapat menoleransi tingkatan apa pun dari
hati-hati. Jika teraba
palpasi yang dilakukan. Hindari pengunaan
adanya massa, minta
palpasi dalam pada pasien yang dirasakan
pasien untuk mengangkat
adanya massa abdomen yang berdenyut
kepala dan bahu. Massa
transplan
dalam abdomen dapat
menjadi lebih jelas teraba
dengan manuver ini,
demikian juga dengan
hernia dinding abdomen
ventral. Jika massa tidak
lagi teraba, letaknya lebih
dalam di abdomen.
Normalnya, tidak terasa
nyeri atau teraba massa
saat pemeriksaan.

97
Palpasi adanya nyeri tekan
balik dari abdomen
(rebound tenderness).
Tekankan jemari pada
abdomen secara perlahan
lalu lepas tekanan dengan
cepat. Saat melepaskan
tekanan, pasien seharusnya
tidak mengalami nyeri 1. Pada peradangan peritoneum, nyeri terjadi saat
atau meningkatkan nyeri jemari dilepaskan dengan cepat dari
Palpasi hati. Kotak 21-3 permukaan atau dinding abdoemn.
menyajikan panduan untuk 2. Nyeri pada kauadran kanan atas terjadi pada
pengkajian hati (lihat kolesistitis akut.
Gambar 21-19). 3. Nyeri abdomen tengah atas menandakan
Perhatikan apakah pasien pankreatitis akut.
melindungi abdomen 4. Nyeri pada kaudran kanan bawah terjadi pada
dengan membungkukkan apendisitis akut.
badan atau melaporkan 5. Nyeri kuadran kiri bawah dijumpai pada
adanya nyeri tajam, divertikulitis akut.
terutama saat menarik 6. Pembesaran hati disertai tepi hati yang lunak
napas(inspirasi). Abdomen dan teraba nyeri mengindikasikan hepatitis
sebaiknya nontender dan atau kongesti vena.
hati biasanya tidak dapat 7. Pembesaran hati dan nontender dapat diraba
diraba. pada kondisi malignan.
8. Pasien yang mengalami peradangan kandung
empedu merasakan nyeri tajam pada saat
menarik napas dan berhenti menarik napas.
Kondisi tersebut dinamakan tanda Murphy.

Pengkajian Area Inguinal


Teknik/ Temuan Normal Temuan Abnormal

98
Inspeksi area inguinal 1. Penonjolan isi lambung yang tampak pada
dilakukan untuk area inguinal ketika pasien mengejan dapat
mengetahui adanya mengindikasi Hernia(defek pada dinding
penonjolan isi abdomen yang memungkinkan keluar).
lambung(bulges) setelah 2. Penonjolan atau massa dapat mengindikasi
meminta pasien untuk adanya hernia.
mengejan. Area inguinal
normalnya tidak
mengalami penonjolan.
Palpasi area inguinal dengan
tangan yang bersarung
tangan. Minta pasien untuk
memiringkan badan ke kiri
sehingga area inguinal
dapat dipalpasi, lalu
sebaliknya(ke arah kanan).
Tempatkan jari telunjuk
kanan pemeriksaan secara
tegak lurus ke dalam area
inguinal dan minta pasien
untuk mengejan atau
batuk. Penonjolan isi
lambung atau massa
normalnya tidak teraba.
Pengkajian Perianal

Teknik/ Temuan Normal Temuan Abnormal

99
Inspeksi area perianal.
Kenakan sarung tangan,
lebarkan bokong pasien.
Amati area perianal, dan
minta pasien mengejan
seperti akan mulai BAB.
Area perianal seharusnya
utuh, tanpa ada lesi.
Palpasi anus dan rektum,
palpasi jari telunjuk yang 1. Sayatan mendatar, nyeri, dan bengkak pada
bersarung tangan dan tampak pada pasien dengan fisura anus(fisura
minta pasien untuk tersebut disebabkan oleh pengeluaran feses
mengejan. Sentuhkan yang keras dan besar atau diare).
ujung jari telunjuk tangan 2. Vena anus yang berdilatasi tampak pada
pemeriksaan pada lubang hemoroid.
anus pasien. Tekuk jari 3. Massa bewarna mera dapat tampak pada
telunjuk dan dengan prolaps hemoroid internal.
perlahan masukkan ke 4. Jaringan kemerahan berbentuk seperti donat
dalam anus, sampai ujung pada area anus dapat muncul pada prolaps
jari telunjuk mengarah rektum.
pada umbilikus(gambar
21-20). Putar jari tangan
untuk mempalpasi setiap
lesi ataupuan massa.
Normalnya, tidak terdapat
massa yang teraba pada
atau rektum.

Pengkajian Feses
Teknik/ Temuan Normal Temuan Abnormal
Inspeksi feses pasien. Setelah 1. Tes darah samar positif memerlukan tes lebih

100
melakukan palpasi pada lanjut terhadap adanya kanker kolon atau
rektum, tarik jari pendarahan GI karena ulkus peptikum, kolitis
pemeriksaan secara ulseratif, atau divertikulosis.
perlahan. Inspeksi feses 2. Bau feses yang menyengat dapat memicu pada
yang menempel pada feses yang mengandung darah tau lemak
sarung tangan. Catat waktu ekstra atau pada kasus kanker kolon.
dan/atau adanya darah.
Gunakan jari-jari yang Mengkaji Karakter Feses
bersarung tangan untuk Inspeksi feses untuk mengetahui warna, bau, dan
mengetahui konsistensi konsistensinya setelah pemeriksaan rektum atau
feses. Feses seharusnya setelah defekasi. Kedua tangan mengenakan
lunak tanpa ada darah. sarung tangan.
Lakukan tes darah samar padaWarna
feses. Gunakan alat tes 1. Darah pada feses berasal dari pendarahan
seperti Occultest atau kolon sigmoid, anus, atau rektum. Darah
Hemoccult II. Seharusnya dalam feses mengindikasikan pendarahan
tidak ditemukan darah dari kolon karena kolitis ulseratif,
samar pada feses. divertikulosis, atau tumor. Fases yang
Perhatikan bau feses. hitam dan berbentuk seperti tar disebut
Seharusnya feses tidak melena. Melena ditemukan pada
berbau. pendarahan GI atas. Besi yang diminum
per oral dapat menyebabkan warna feses
menjadi gelap dan mengasatkan melena
2. Feses yang keabu-abuan atau keputih-
putihan dapat disebabkan oleh obstruksi
empedu karena rendahnya empedu dalam
feses.
3. Fees yang kasar, berbuih, dan kuning
disebut steatorea, dapat ditemukan pada
kondisi malabsorpsi lemak.

101
Bau
Bau yang menyengat dan busuk dapat diidentifikasi
pada fases yang mengandung darah atau ekstra
lemak atau pada kasus kanker kolon.
Konsistensi
1. Feses yang keras atau panjang dan data
dapat disebabkan oleh kolon spastik atau
obstruksi usus karena tumor atau
hemoroid. Feses yang keras dapat juga
diakibatkan oleh ingesti besi peroral
2. Feses yang berlendir dan lembek dapat
mengindikasi peradangan dan sindroma
usus yang teriritasi(irritable bowel
syndrome).
3. Feses yang cair dan diare dapat ditemukan
pada masalah malabsorpsi, sindrome usus
yang teriritasi, stres emosional atau
psikologik, ingesti dari makanan basi, atau
intoleransi laktosa.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian Sistem Persyarafan


Pengkajian merupakan salah satu urutan/bagian dari proses keperawatan yang
sangat menentukan keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan. Tanpa
pengkajian yang baik, maka rentetan proses selanjutnya tidak akan akurat,
demikian pula pada pasien dengan gangguan persarafan.

102
Gangguan persarafan dapat berentang dari sederhana sampai yang kompleks.
Beberapa gangguan persarafan menyebabkan gangguan/hambatan pada aktifitas
hidup sehari-hari bahkan berbahaya.
Komponen utama pengkajian persarafan adalah :
a. Riwayat kesehatan klien secara komprehensif
b. Pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan status persarafan
c. Diagnostik test yang berhubungan dengan persarafan baik bersifat spesifik
maupun bersifat umum.
a. Riwayat Kesehatan
Tujuan diperolehnya riwayat kesehatan klien adalah menentukan status
kesehatan saat ini dan masa lalu dan memperoleh gambaran kapan mulainya
penyakit yang diderita saat ini. Riwayat kesehatan ini meliputi : data biografi,
keluhan utama dan riwayat penyakit saat ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
keluarga, riwayat psikososial dan pemeriksaan sistem tubuh.

b. Pengkajian Neurologik Berdasarkan 11 Pola Fungsi : Ealth Perception –


Health Management
1) Apakah klien pernah mengalami ganguan neurologik, terjatuh/trauma, atau
pembedahan; termasuk kejang, stroke, trauma kepala, trauma spinal;
infeksi, tumor, meningitis atau enchepalitis
2) Apakah klien pernah mengalami masalah-masalah yang berhubungan
dengan kemampuan pergerakan bagian-bagian tubuhnya. Uraikan
3) Apakah klien dapat berpikir dengan jelas. Uraikan
4) Apakah klien memiliki masalah yang berhubungan dengan penglihatan,
pendengaran, pengecapan, atau pembauan.
c. Pengkajian Fisik dan Test Diagnostik
Pemeriksan fisik sehubungan dengan sistem persarafan untuk mendeteksi
gangguan fungsi persarafan. Dengan cara inspeksi, palpasi dan perkusi
menggunakan refleks hammer. Pemeriksaan pada sistem persarafan secara
menyeluruh meliputi : status mental, komunikasi dan bahasa, pengkajian saraf
kranial, respon motorik, respon sensorik dan tanda-tanda vital.

103
2. Pengkajian sistem gastrointestinal
Pengkajian fisik sistem GI dapat dilakukan sebagai bagian pengkajian
kesehatan total, sebagian pengkajian terfokus pasien dengan masalah kesehatan
yang sudah diketahui atau baru diduga, dikombinasikan dengan pengkajian sistem
perkemihan dan reproduksi, atau sendiri pada pasien dengan masalah kesehatan
yang diketahui atau baru diduga. Teknik inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi
digunakan. Dapatkan data objektif dengan melakukan pengukuran antropometrik
dan dengan memeriksa dan obdomen. Sebelum pemeriksaan, ambil semua
peralatan yang diperlukan dan jelaskan teknik pemeriksaan kepada pasien untuk
mengurangi ansietas. Minta pasien untuk berkemih. Pasien boleh duduk selama
pengkajian mulut, tetapi posisi supin selama pengkajian abdomen. Minta pasien
untuk miring kekiri sims untuk pemeriksa rektum. Pada pasien lansia atau pasien
dengan mobilisasi terbatas mungkin memerlukan bantuan dalam melakukan posisi
ini. Pasien harus berdiri untuk mengkaji hernia inguinal.

B. Saran
1. Kepada tenaga kesehatan agar dapat mengkaji dengan tepat dan benar pada
pasien yang mengalami gangguan sistem persayarafan dan sistem
gastrointeritis, sehingga tidak terjadi komplikasi yang berlanjut.
2. Kepada pembaca agar memahami bagaimana pengakajian sistem
persayarafan dan sistem gastrointeritis sehingga pembaca dapat
menerapkan prinsip preventif sebelum kuratif.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8


vol.3.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

C.Pearce, Evelyn. 2002 .Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT


Gramedia Pustaka Utama.

104
Fransisca B. Bateteicaca, 2008. Asuhan keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem persarafan. Jakarta: Salemba medika.

Guyton anda Hall, 2007. Buku aar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Akarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan


Medikal-Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC

Sylvia A. Price& Lorraine M. Wilson.2002. Patofisiologi edisi 6 vol. 2. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

105

Anda mungkin juga menyukai