Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam.

Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah hewan yang berakal. Ada

pula yang menyatakan manusia adalah makhluk yang hina dan rendah

karena diciptakan dari tanah. Ini semua menandakan bahwa manusia

adalah makhluk misterius (masalah manusia yang multikompleks), dan

manusia umumnya tidak mampu mengetahui hakikat manusia secara utuh

(Asmadi, 2008).

Kesehatan jiwa, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

mendefinisikan kesehatan sebagai “keadaan sehat fisik, mental, dan

sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit”. Orang yang

memiliki kesejahteraan emosional, fisik, dan sosial dapat memenuhi

tanggung jawab kehidupan, berfungsi dengan efektif dalam kehidupan

sehari-hari, dan puas dengan hubungan interpersonal dan diri mereka

sendiri (Videbeck, 2008).

Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, kesehatan jiwa

adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,

1
emosional secara optimal dari seseorang, dan perkembangan ini berjalan

selaras dengan orang lain (Direja, 2011).

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang profesional

yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan

pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial

dan spiritual. Praktik keperawatan yang bersifat humanistik dan

berorientasi pada kepentingan klien adalah penerapan dari ilmu

pengetahuan, prinsip dan kiat keperawatan (Azizah, 2011).

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya

meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada

fungsi yang terintegrasi sistem pasien atau klien dapat berupa individu,

keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American nurse

Association mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu

bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku

manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai

kiatnya (Stuart, 2007).

Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan

keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan

kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk

mencapai tingkat kesehatan yang optimal, Pelayanan keperawatan

sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan keperawatan adalah

salah satu bentuk “pelayanan profesional sebagai integral dari pelayanan

kesehatan berbentuk pelayanan biologis, psikologi sosial, dan spiritual


secara komprehensif diajukan kepada individu, keluarga dan masyarakat

sehat maupun sakit, mencakup siklus hidup manusia”

( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).

Berdasarkan definisi diatas fokus pertama pada klien

keperawatan jiwa adalah promotif dan preventif. Hal ini penting

mengingat kekambuhan klien gangguan jiwa tetap tinggi sekitar 15-

20%. Perawatan klien yang sudah menderita gangguan jiwa sangat lama

antara 1-10 tahun. Hal itu memerlukan biaya yang sangat tinggi dan

sumber daya yang sangat banyak. Berdasarkan hal tersebut maka

promotif dan maintenance kesehatan jiwa sangat penting. Misalnya

dengan cara mengadakan krisis senter, konsultasi remaja, konsultasi

pranikah, padat karya bagi pengangguaran, promosi kesehatan jiwa,

gerakan anti NAPZA, dan sebagainya. Menurut stuart sundeen tiga area

praktik keperawatan mental yaitu perawatan langsung, komunikasi dan

management menjadi tugas perawat jiwa (Yosep, 2007).

Akhir-akhir ini semakin sering dijumpai orang-orang yang

mengalami stres atau depresi akibat tekanan hidup yang

berkepanjangan, hal ini perlu diwaspadai akan timbulnya masalah baru

yang lebih buruk, yaitu terjadinya “Anomali Jiwa”, penyimpangan jiwa

kearah yang negatif. Sebagai contoh karena tuntunan hidup atau

profesinya, seperti artis, penyanyi, pejabat, dan sebagainya. Keadaan

dengan pola hidup yang cenderung memaksa karena ingin mengikuti

gaya hidup yang tidak sesuai dengan keyakinan batin seseorang juga
berpotensi memperbesar penyimpangan jiwa seseorang. Kita mengenal

penyimpangan jiwa klasik, yang dikenal luas, khususnya oleh kalangan

medis, seperti depresi, stres, skizofrenia, dan lain sebagainya. Namun

ada banyak penyimpangan jiwa lain yang akhir-akhir ini muncul,

sebagai contoh seperti egoisme, jenis kelamin banci, gay, lesbian. Ada

juga kasus seseorang karena pengalaman masa lalunya pernah

diperlakukan buruk atau mempunyai trauma dimasa kehidupannya dapat

berdampak pada gangguan kejiwaan. Akibat perubahan zaman, dewasa

ini hilangnya rasa kemanusiaan akan semakin tinggi dalam kehidupan

masyarakat modern. Hal tersebut mungkin merupakan suatu

penyimpangan jiwa akibat egoisme yang semakin tinggi ditengah-

tengah kehidupan setiap individu maupun kelompok (Junaidi, 2012).

Skizofrenia merupakan suatu penyakit dimana kepribadian

mengalami keretakan, alam pikir perasaan, dan perbuatan individu

terganggu. Pada orang normal, alam pikiran, perasaan, dan perbuatan

ada kaitannya atau searah, tetapi pada pasien Skizofrenia ketiga alam itu

terputus, baik satu atau semuanya (Simanjuntak, 2008).

Waham adalah suatu kepercayaan keyakinan atau ide yang salah

dan bertentangan dengan suatu kenyataan yang tidak ada kaitannya

dengan latar belakang budaya (Direja, 2011).

Menurut Stuart Gail W ( 2007 ), akibat bila waham tidak diatasi

adalah: klien dengan waham dapat berakibat terjadinya risiko

mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Risiko mencederai


merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai /

membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

Wakil Direktur Pelayanan Medik Retno Dewi Susilo

menyatakan, berdasarkan World Health Organization (WHO ) ada satu

dari empat orang yang menderita gangguan jiwa. “Untuk Jawa Tengah

sendiri, ada sekitar 33.000-90.000 orang mengalami gangguan jiwa dari

jumlah penduduk sekitar eka setiawan34 juta-an jiwa,”.

Hasil penghitungan data jumlah pasien pada tahun 2010 di

rumah sakit jiwa dr. Aminogondohutomo Semarang dengan jumlah

diagnosa gangguan jiwa x 100% sebanyak (3914) yaitu terdiri dari:

Perilaku kekerasan yaitu 1534 sebanyak (39,2%), Halusinasi: 1606

sebanyak (41%), Isolasi sosial: 457 sebanyak (11,7%), Waham: 111

sebanyak (2,8%), Harga diri rendah: 82 sebanyak (2,1%), Depresi: 662

sebanyak (16,9%), Bunuh Diri: 116 sebanyak (2,3%).

(http://www.scribd.com/doc/60449648/Data-Rsj-Semarang-2010 ).

Hasil laporan data jumlah pasien di rumah sakit jiwa dr. Amino

gondohutomo pada bulan November 2011, pasien yang dirawat di ruang

I Arimbi yaitu sebanyak (42), diantaranya : Halusinasi 7, Perilaku

kekerasan 6, Harga diri rendah 5, Isolasi sosial 6, Defisit perawatan diri

5, kambuh 9, waham 4. Dari data jumlah pasien di ruang I arimbi

semuanya berjenis kelamin perempuan.

Dengan hasil perhitungan data yang ditemukan, jumlah data

pasien di rumah sakit jiwa dr. Amino gondohutomo semaranng pada


tahun 2010 dan hasil laporan pasien yang dirawat di ruang I Arimbi

paling rendah yaitu pasien dengan diagnosa: Waham.

Dengan fenomena –fenomena diatas maka penulis tertarik untuk

membuat karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Klien

Dengan “Waham Curiga” di Ruang I Arimbi Rumah Sakit Jiwa Daerah

Dr.Amino Gondo hutomo Semarang.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai

berikut :

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan Asuhan Keperawatan secara nyata pada klien

dengan Waham Curiga.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan

Waham Curiga

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada klien dengan

Waham curiga

c. Merencanakan intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah

Waham Curiga

d. Mendiskripsikan implementasi pada klien dengan Waham Curiga

e. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan.


f. Untuk mengatasi faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan Waham

Curiga.

C. Metode Penulisan

Adapun teknik yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

dengan cara:

1. Wawancara

Yaitu teknik pengambilan data dengan mengadakan tanya jawab

secara langsung dengan klien dan keluarga atau dengan orang

terdekat klien serta dengan tim kesehatan lain yang ikut merawat

dan wawancara itu dilakukan selama melakukan tindakan asuhan

keperawatan.

2. Observasi

Yaitu teknik pengambilan data dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap klien selama melakukan asuhan keperawatan.

3. Studi Kepustakaan

Yaitu teknik pengambilan data dengan mempelajari referensi

berupa buku-buku yang berhubungan dengan judul karya tulis

ilmiah ini.
4. Studi Dokumentasi

Yaitu suatu teknik pengambilan data yang diperoleh dari catatan

medik dan cacatan keperawatan selama melakukan tindakan asuhan

keperawatan.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini disusun dengan sistematika lima

bab yaitu:

Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan,

metode penulisan, serta sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Konsep dan teori berisi tentang pengertian, etiologi,

rentang respon neurologik, manifestasi klinik, pohon masalah, diagnosa

keperawatan, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.

Bab III tinjauan Konsep berisi tentang pengkajian, analisa data, daftar

pustaka, pohon masalah, diagnosa keperawatan, rencana tindakan,

implementasi dan evaluasi.

Bab IV Pembahasan berisi tentang pembahasan masalah mulai dari

pengkajian diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi serta,

evaluasi yang muncul antara teori dan kenyataan yang ada pada klien.

Bab V Penutup berisi Kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai