Penanggulangan Bencana Tanah Longsor
Penanggulangan Bencana Tanah Longsor
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam merupakan kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor
alam seperti geologis, morfologis, klimatologis, dan hidrologis. Bencana alam
memiliki dampak yang dapat merusak suatu kawasan baik dalam skala kecil
maupun besar dalam bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat dari total bencana hidro-meteorologi
yang paling sering terjadi di Indonesia adalah bencana banjir dan longsor.
Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),
kecenderungan bencana alam tanah longsor di Indonesia dari tahun 2005 hingga
tahun 2015 semakin meningkat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) mencatat pada tahun 2005 terdapat 50 kejadian bencana longsor,
kemudian semakin meningkat hingga tahun 2013 tercatat 296 kejadian, 385
kejadian pada tahun 2014 dan 501 kejadian pada tahun 2015.
Wilayah Indonesia dilalui oleh 3 lempengan tektonik yaitu Indo-Australia,
Eurasia dan Pasifik dan dilalui oleh rangkaian pegunungan vulkanik yang aktif.
Material hasil erupsi gunung berapi melalui proses alam melapuk menjadi tanah
yang mudah longsor saat hujan dengan intensitas tinggi. Lempengan tektonik
yang melalui wilayah Indonesia juga dapat menyebabkan adanya garis-garis
patahan yang merupakan daerah labil dan mudah longsor. Selain itu, sebagian
besar wilayah Indonesia berupa daerah perbukitan dan pegunungan yang
memiliki kelerengan tinggi yang rawan terhadap bencana tanah longsor. Faktor
lain yang dapat menyebabkan tanah longsor yaitu pemanfaatan sumberdaya alam
yang melampaui daya dukungnya dan penggunaan lahan yang tidak sesuai
dengan kemampuan lahannya.
Peningkatan kejadian longsor lahan di Indonesia disebabkan oleh
konsekuensi pembangunan yang kurang memperhatikan keseimbangan tata guna
1
lahan. Perubahan penggunaan lahan yang tidak dikelola dengan baik telah
meningkatkan tingkat kerentanan terhadap bahaya (Purnomo, 2008)
B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Tanah Longsor.
2. Untuk Mengetahui Penyebab, Gejala dan Wilayah Rawan Terjadi Tanah
Longsor.
3. Untuk Mengetahui Dampak Tanah Longsor.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Proses pemicu longsoran dapat antara lain karena Peningkatan kandungan
air dalam lereng, sehingga terjadi akumulasi air yang merenggang ikatan antar
butir tanah dan akhirnya mendorong butir-butir tanah untuk longsor, Getaran
pada lereng akibat gempa bumi ataupun ledakan, penggalian, getaran
alat/kendaraan, Peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah atau kuat
geser tanah, Pemotongan kaki lereng secara secara sembarangan yang
mengakibatkan lereng kehilangan gaya penyangga.
4
Tanah dan material yang berada dilereng dapat runtuh dan mengubur
manusia, binatang, rumah, kebun, jalan, dan semua yang berada di jalur
longsornya tanah. Kecepatan luncur tanah longsor, terutama pada posisi yang
terjal, bisa mencapai 75 kilometer per jam, sulit untuk menyelamatkan diri dari
tanah longsor,tanpa pertolongan dari luar.
5
mitra kerja dari Indonesia dengan memperhatikan latar belakang sosial, budaya,
dan agama masyarakat setempat.
6
a) Penguatan kebijakan dalam Pengurangan Resiko Bencana (PRB) diarahkan
kepada sosialisasi dan harmonisasi kebijakan penanggulangan bencana di
daerah, agar kebijakan dari tingkat nasional dapat dijalankan secara
operasional di daerah.
b) Penguatan prosedur dalam Pengurangan Resiko Bencana (PRB) diarahkan
kepada bagaimana pedoman, panduan dan juknis dapat diimplementasikan
sehingga memiliki daya dorong inisiasi yang tinggi dari setiap pemangku
kepentingan di daerah.
c) Penguatan personil dalam Pengurangan Resiko Bencana (PRB) diarahkan
kepada peningkatan kapasitas aparatur pemda dalam mendukung
penyelenggaraan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan.
d) Penguatan kelembagaan dalam Pengurangan Resiko Bencana (PRB)
diarahkan untuk mendorong pembentukan BPBD di Kabupaten/Kota dan
peningkatan status hukum/aturan perundang-undangan di daerah, terkait
kelembagaan BPBD di provinsi/kabupaten/kota, seperti status dari peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota sebagai dasar pembentukan BPBD menjadi
peraturan daerah.
7
pemahaman kesadaran, kepedulian dan tanggung jawab akan pentingnya upaya
Pengurangan Resiko Bencana (PRB) hendaknya dari waktu ke waktu harus
selalu ditingkatkan, agar tidak berdampak merugikan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat.
8
Ada beberapa tindakan yang harus dilakukan masyarakat saat tanah
longsor terjadi, diantaranya :
a. Segera keluar dari daerah longsoran atau aliran runtuhan/puing kebidang
yang lebih stabil.
b. Bila melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh anda seperti
bola dengan kuat dan lindungi kepala anda.posisi ini akan memberikan
perlindungan terbaik untuk badan anda.
9
G. Kesiapsiagaan Pemerintah Setempat dalam Upaya Penanggulangan Bencana
Tanah Longsor
10
4) Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana.
5) Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada
wilayahnya.
6) Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala
daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam
kondisi darurat bencana.
7) Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang.
8) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
9) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
1. TNI/polri
TNI/Polri melalui pendekatan Pembinaan Teritorialnya
membantu Pemerintah Daerah dalam rangka memulihkan kembali
keadaan seperti sebelumnya, berpartisipasi aktif menangani Bencana
alam bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya sehingga dapat
membantu meringankan beban kehidupan sosial masyarakat secara
11
lahir batin dari akibat yang ditimbulkan Bencana. Pembinaan teritorial
menciptakan ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh, bersentuhan
langsung dengan geografi, demografi dan kondisi sosial, maka
penanggulangan bencana alam ini merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah dan aparatur Negara beserta masyarakat yang ada
diwilayah saling membantu sehingga dapat menentukan keberhasilan
dalam pelaksanaan penanggulangan bencana. Agar dalam setiap
pelaksanaan penanggulangan bencana alam dapat berjalan dengan
lancar dan berhasil dan berdayaguna, maka setiap aparatur negara baik
dari pemerintah daerah, aparat TNI, Kepolisian, ormas dan masyarakat
perlu memahami tentang organisasi penanggulangan bencana dengan
tugas dan fungsinya.
Undang-Undang RI No. 34 tahun 2004, TNI dan Polri bertugas
melaksanakan operasi militer perang (OMP) serta operasi militer
selain perang (OMSP), didalam tugas operasi militer selain perang
salah satunya adalah membantu menanggulangi akibat bencana alam.
Melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana diwilayah baik
dalam tahap pra bencana, saat tangggap darurat, pasca bencana terjadi
secara terpadu serta mencakup kegiatan, pencegahan, penyelamatan,
rehabilitasi, dan rekonstruksi sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh BPBD Provinsi dan/atau petunjuk kepala BPBD
provinsi, dalam rangka penyelenggaraan penanggulangan bencana
pada dasarnya langkah-langkah kegiatan untuk semua macam bencana
adalah sama dan dilaksanakan melalui tahap-tahap pra bencana, saat
tanggap darurat, pasca bencana. Perawatan kesehatan masyarakat
dapat menggunakan fasilitas kesehatan TNI yang ada satuan tugas
pada daerah bencana serta fasilitas kesehatan umum/Rumah Sakit yang
tersedia di daerah.
12
2. Dinas Kesehatan (Puskesmas Kecamatan)
Puskesmas mempunyai peran memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat khususnya bagi korban bencana alam
sehingga memberikan pelayanan kesehatan dengan baik. Penanganan
bencana bidang kesehatan pada prinsipnya tidak dibentuk sarana
prasarana secara khusus, tetapi menggunakan sarana prasarana yang
telah ada, hanya intensitas kerjanya ditingkatkan dengan
memberdayakan semua sumber daya pemerintah Kabupaten/Kota serta
masyarakat dan unsur swasta sesuai dengan ketentuan dan peraturan
yang berlaku.
Pelayanan kesehatan pada saat terjadinya bencana dan
pemenuhan kebutuhan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan yang tidak dapat diatasi oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
terdekat harus memberikan bantuan, selanjutnya secara berjenjang
merupakan tanggungjawab Dinas Kesehatan dan Pusat.
Kabupaten/Kota berkewajiban membentuk satuan tugas kesehatan
yang mampu mengatasi masalah kesehatan pada penanganan bencana
di wilayahnya secara terpadu dan berkoordinasi dengan Satuan
Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB.).
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
sehubungan dengan penanganan masalah bencana di tingkat
kecamatan diantaranya :
1) Pra-Bencana; Kepala Puskesmas Melakukan Kegiatan :
a. Membuat peta geomedik daerah rawan bencana.
b. Membuat jalur evakuasi.
c. Mengadakan pelatihan.
d. Inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang
mungkin terjadi.
13
e. Menerima dan menindaklanjuti informasi peringatan dini
(Early Warning System) untuk kesiapsiagaan bidang kesehatan.
f. Membentuk tim kesehatan lapangan yang tergabung dalam
Satgas.
14
b. Melaksanakan pemeriksaan kualitas air bersih dan pengawasan
sanitasi lingkungan.
c. Melaksanakan surveilans penyakit menular dan gizi buruk
yang mungkin timbul.
d. Segera melapor ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bila
terjadi KLB penyakit menular dan gizi buruk.
e. Memfasilitasi relawan, kader dan petugas pemerintah tingkat
kecamatan dalam memberikan KIE kepada masyarakat luas,
bimbingan kepada kelompok yang berpotensi mengalami
gangguan stress pasca trauma, memberikan konseling pada
individu yang berpotensi mengalami gangguan stress pasca
trauma.
f. Merujuk penderita yang tidak dapat ditangani dengan
konseling awal dan membutuhkan konseling lanjut, psikoterapi
atau penanganan lebih spesifik.
1. Tahap pra-bencana
Tahap pra bencana kegiatan pencegahan/mitigasi
bencana dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan
dalam bentuk penegakan hukum/ peraturan pemerintah
pusat dan daerah dalam pembangunan fisik dilapangan
yang bertujuan untuk mengurangi dampak kerugian yang
terjadi bila terjadi suatu bencana seperti dengan mematuhi
rencana tata ruang dan tata bangunan yang telah ditetapkan.
15
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya-upaya
cepat dan tepat yang perlu ditempuh dalam menghadapi
situasi darurat pada saat kejadian bencana seperti antara
lain dengan pemasangan dan pengujian sistem peringatan
dini untuk pengamatan gejala bencana dan penyediaan serta
penyiapan bahan, barang dan peralatan untuk pemenuhan
kebutuhan dalam rangka pemulihan prasarana dan sarana
bidang ke-PU-an.
2. Tahap Tanggap Darurat
Tahap tanggap darurat dukungan yang diberikan dalam
kegiatan penyelamatan/evakuasi korban bencana adalah
dengan penyediaan dan pengoperasian peralatan yang
diperlukan untuk mendukung dan memberikan akses bagi
pelaksanaan kegiatan pencarian dan penyelamatan/evakuasi
korban bencana beserta harta bendanya dilokasi dan keluar
dari lokasi bencana. Pelaksanaan kegiatan tanggap darurat
utamanya dilakukan untuk memulihkan kondisi dan fungsi
prasarana dan sarana, khususnya bidang ke-PU-an yang
rusak akibat bencana yang bersifat darurat/sementara
namun harus mampu mencapai tingkat pelayanan minimal
yang dibutuhkan, dan menyediakan berbagai sarana yang
diperlukan bagi perawatan dan penampungan sementara
para pengungsi/masyarakat korban bencana.
16
masyarakat. Pekerjaan rehabilitasi dan rekonstruksi
diutamakan bagi prasarana dan sarana bidang ke-PU-an dan
rumah tinggal bagi warga masyarakat miskin/ yang tidak
mampu dengan pendekatan tridaya dalam pelaksanaannya.
4. Dinas Sosial
Dinas sosial mempunyai peran menyelenggarakan
kesejahtraan sosial di daerah bencana, yang pada saat
kejadian bencana, pasca bencana dan tanggap darurat
menjadi faktor penting mengurangi resiko korban bencana
yang meninggal dunia dan luka-luka. Hal ini
memungkinkan karena pada saat kejadian bencana
infrastruktur dasar dan sarana pelayanan publik menjadi
rusak dan tidak berfungsi. hanya sentuhan relawan dan
masyarakat sekitar yang dekat daerah bencana alam yang
dapat mengurangi meningkatkan jumlah korban bencana.
Undang-Undang No.11 Tahun 2009 tentang
kesejahtraan sosial menjelaskan peran sumber daya
manusia dalam penanganan bencana alam pada saat
kejadian bencana dan tanggap darurat antara lain :
1. Mengkondisikan tempat penampungan sementara
Menentukan tempat penampungan bagi korban
bencana merupakan upaya penting dalam setiap
penanganan bencana. Peran ini dapat dilakukan apabila
SDM kesejahteraan sosial memiliki pemahaman dan
pengetahuan membaca peta rawan bencana dan jalur
evakuasi penanganan bencana.
2. Menyediakan data korban
Data korban merupakan informasi berharga bagi
outsider untuk melakukan berbagai langkah tindakan
17
penanganan bencana alam. keakuratan jumlah korban
hidup dan meninggal serta keberadaan korban, akan
mengurangi meningkatnya jumlah korban meninggal
dan luka-luka. Oleh karena itu kemampuan melakukan
pendataan korban perlu didukung oleh keterampilan
dan kemampuan menggunakan berbagai media
komunikasi.
3. Melakukan koordinasi penyediaan kebutuhan bagi
korban
Menyiapkan berbagai kebutuhan bagi korban bencana
alam, tidak hanya sebatas penyediaan dapur umum.
Kebutuhan specifik laki-laki dan perempuan serta balita
menjadi bagian penting dalam upaya dalam mengurangi
meningkatnya jumlah korban. Kebutuhan lain yang
juga sangat diperlukan adalah sarana air bersih dan
keperluan mandi cuci dan kakus (MCK).
berbagaikebutuhan tersebut memerlukan pemahaman
dan kemampuan melihat situasi serta
mengkoordinasikan dengan para pihak terkait.
4. Memberikan pelayanan psikososial
Peran yang sangat penting bagi SDM kesejahtraan
sosial dan memerlukan keahlian khusus adalah
pelayanan psikososial. Peran ini sangat diperlukan
mengingat banyak korban bencana alam yang
umumnya mengalami trauma dan menghadapi kasus-
kasus gangguan stress.
5. Melakukan kegiatan evakuasi bagi korban bencana
Melakukan pertolongan dan mengevakuasi korban
adalah dua hal yang berbeda tapi dapat dilakukan
bersama-sama. Inti dari tindakan ini adalah upaya
18
menyelematkan korban dengan menghindari
tempat/daerah yang dapat menimbulkan kerugian bagi
korban bencana. Namun demikian, tindakan yang
ceroboh dapat menimbulkan akibat kematian/kecacatan
tidak hanya bagi korban tetapi juga bagi SDM
kesejahtraan sosial.
19
7. Ormas (Organisasi Masyarakat)
Organisasi yaitu kelompok orang yang bekerjasama,
dan selanjutnya berkembang menjadi proses pembagian
kerja, dan akhirnya terbentuklah sebuah sistem yang
kompleks (Sulistyani & Rosidah, 2003). Badan
koordinasi antar kampung mempunyai fungsi sebagai
berikut:
Mengkoordinasikan kejadian yang sedang dialami
serta bantuan yang diperlukan.
Hubungi instansi yang terkait untuk meminta
bantuan sesuai kebutuhan.
Bantuan instansi terkait dapat diminta kepada
pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dan Pusat,
termasuk lembaga/Instansi/Militer/Polisi.
Menurut Barbara santamaria (1995), ada tiga fase dapat terjadinya suatu
bencana yaitu fase pre impact,impact,dan post impact.
Fase pre impact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.
Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase
inilah segala persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah, lembaga dan
masyarakat.
20
fungsi kualitas normal. Secara umum pada fase post impact para korban akan
mengalami tahap respon fisiologi mulai dari penolakan (denial), marah (angry),
tawar –menawar (bargaing), depresi (depression), hingga penerimaan
(acceptance).
2. Pemberian bantuan
4. Pemberdayaan masyarakat
Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang harus
dimiliki oleh seorang perawat, diantaranya:
21
perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik dan
maksimal.
22
Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam mengahadapi bencana.
Bertindak cepat
Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post
traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3
kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu
tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi,
ataupun peristiwa-peristiwa yang memacuhnya. Ketiga, individu akan
menunjukan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat
23
mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan
memori.
Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja
sama dengan unsure lintas sektor menangani maslah keehatan masyarakat
paska gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju
keadaan sehat dan aman.
24
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Tanah longsor adalah salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah
longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah./batuan penyusun
lereng.
Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan
penyusun lereng. yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan
berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.
2. Pemberian bantuan
4. Pemberdayaan masyarakat
B. Saran
Bencana tanah longsor bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harus
mengetahui jenis-jenis bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencana dan
akibat-akibat yang ditimbulkannya.
25
Saran kami agar sampaikan kepada semua pihak untuk mengantisipasi dan
penanggulangan bencana agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup,
korban meninggal dan kerugian harta benda yang besar.
26
DAFTAR PUSTAKA
PAHO (Pan American Health Organization). (2005). Gender and Natural Disasters.
Santamaria, Barbara. (1995). Community Health Nursing Theory & Practice. New
Jersey: Pearson Education.
27