Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH EKONOMI MAKRO 1

ILMU EKONOMI MAKRO PEREKONOMIAN


TERBUKA : KONSEP KONSEP DASAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro 1

Dosen Pengampu : Dr. Nafik Umrul Hadi, S.E., M.Pd

Disusun Oleh :

RISMA DWI AGUSTIN (20187203054)


FRIDA MITA FATIKASARI (20187203083)
MUHAMAD MAULANA M. (20187203108)
NATASYA SABELLA A. (20187203111)

UNIVERSITAS BHINNEKA PGRI TULUNGAGUNG FALKULTAS


SOSIAL DAN HUMANIORA
PRODI PENDIDIKAN EKONOMI

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
karunia nikmat serta hidayahnya sehingga saya dapat menyusun makalah yang berjudul
“Ilmu Ekonomi Makro Perekonomian Terbuka : Konsep-Konsep Dasar” dengan lancar dan
tepat waktu.
Tujuan penyusunan makalah saya adalah dalam rangka memenuhi tugas pada mata
kuliah Ekonomi Makro 1. Selesainya penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan,
support, arahan dan bimbingan banyak pihak. Oleh sebab itu penyusun ingin sampaikan
terima kasih kepada:
1. Dr. Nafik Umurul Hadi,S.E., M.Pd selaku dosen matakuliah Ekonomi Makro 1.
2. Kedua orang tua serta saudara-saudaraku tercinta yang telah memberikan nasihat,
do’a, dan dukungan moril maupun materil untuk penulis dalam menuntut ilmu,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Teman–teman serta semua pihak yang telah membantu
Meski demikian, penyusun merasa masih banyak kesalahan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh sebab ini penyusun sangat terbuka menerima kritik dan saran yang
membangun untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat diterima sebagai gagasan anak bangsa yang
layak didukung untuk menjadi solusi atas permasalahan ibu pertiwi.

Tulungagung, 02 November 2021

KETUA KELOMPOK

i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................1
Rumusan Masalah.......................................................................................2
Tujuan..........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 ARUS BARANG DAN MODAL INTERNASIONAL
2.1.1 Arus Barang: Ekspor, Impor, dan Ekspor Neto.......................3
2.1.2 Studi Kasus “MENINGKATNYA KETERBUKAAN NEGARA-
NEGARA ASIA”..............................................................................4
2.1.3 Aliran Sumber Daya Keuangan: Arus Keluar Modal Neto.....4
2.1.4 Persamaan Ekspor Neto dan Arus Keluar Modal Neto............5
2.1.5 Tabungan, Investasi, dan Hubungannya dengan Arus
Internasional......................................................................................6
2.1.6 Ringkasan.................................................................................7
2.1.7 Studi Kasus “APAKAH SURPLUS PERDAGANGAN
SINGAPURA MENJADI MASALAH.............................................8
2.2 HARGA UNTUK TRANSAKSI INTERNASIONAL : NILAI TUKAR
RIIL DAN NOMINAL
2.2.1 Nilai Tukar Nominal................................................................10
2.2.2 Nilai Tukar Riil........................................................................10
2.3 TEORI PERTAMA PENENTUAN NILAI TUKAR : PARITAS DAYA
BELI
2.3.1 Logika Dasar dari Teori Paritas Daya Beli..............................11
2.3.2 Implikasi Teori Paritas Daya Beli............................................12
2.3.3 Studi kasus “NILAI TUKAR NOMINAL SELAMA
HIPERINFLASI”..............................................................................13
2.3.4 Keterbatasan Teori Paritas Daya Beli......................................13
2.3.5 Studi Kasus “STANDAR HAMBURGER”.............................14
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN...........................................................................................16
SARAN.......................................................................................................16
DAFTAR RUJUKAN................................................................................17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Teori ekonomi makro internasional menyatakan bahwa para pembuat


kebijakan ekonomi dihadapkan dengan tiga tujuan yang diinginkan, namun
terkadang berkontradiksi, yang tidak dapat dicapai secara bersamaan. Ketika
tujuan tersebut adalah manajemen nilai tukar untuk menstabilkan mata uang,
kemampuan untuk menjalankan kebijakan moneter dalam negeri dengan
menargetkan suku bunga dalam negeri atau jumlah uang yang beredar, dan
mobilitas modal bebas untuk berintegrasi dengan pasar uang global. Para
pembuat kebijakan tersebut dapat memilih dua dari tiga tujuan ini, namun harus
memutuskan tujuan mana yang akan ditinggalkan.

Setiap upaya untuk menggunakan kebijakan moneter akan menjauhkan suku


bunga lokal dari suku bunga dunia dan arbitrase dalam pasar modal terbuka akan
memaksanya untuk kembali ke suku bunga dunia. Masalah dalam perekomian
terbuka adalah arus modal asing cenderung menaikkan tingkat harga domestik
ketika arus modal menambah jumlah uang yang beredar dan terkadang
menyebabkan gelembung inflasi di pasar saham dan properti. Salah satu
solusinya adalah bank sentral negara Asia melakukan campur tangan dalam
pasar valuta asing untuk menjual mata uangnya dan membeli mata uang asing.
Hal ini akan menstabilkan nilai tukar dengan mengimbangi apresiasi yang
disebabkan oleh arus masuk modal dan mempertahankan daya saing eskpor,
namun hal ini akan menyuntikkan likuiditas ke dalam pasar uang domestik dan
menjaga suku bunga tetap rendah karena cadangan bank dibuat oleh bank
sentral.

Bank sentral dapat melakukan hal tersebut, namun dilema perekonomian


terbuka menunjukkan bahwa upaya untuk mengelola nilai tukar dan suku bunga
secara bersamaan dala pasar modal terbuka tidak dapat dipertahankan dalam
jangka panjang karena suku bunga yang lebih tinggi menarik lebih banyak arus
masuk modal. Terlebih lagi, komitmen nyata bank sentral untuk menjaga suku
bunga stabil juga mendorong arus modal spekulatif yang tidak diinginkan
dengan asumsi kurang lebih tetap.
1
Ada beberapa keuntungan dalam perdagangan internasional terbuka, yaitu
perdagangan memungkinkan orang-orang untuk menghasilkan produk terbaik
mereka dan mengonsumsi beragam barang dan jasa yang dihasilkan di seluruh
dunia. Perdagangan internasional dapat meningkatkan standar hidup di semua
negara dengan memampukan dilakukannya memproduksinya dimiliki oleh
negara-negara tersebut. Hal ini perekonomian terbuka berinteraksi dengan
perekonomian lain dengan cara membeli dan menjual barang/jasa serta aset
modal di pasar produk dunia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana analisis arus barang dan modal internasional di dunia?
2. Bagaimana peran harga untuk transaksi internasional?
3. Bagaimana cara menentukan nilai tukar?

C. Tujuan
Makalah ini dibuat agar pembaca dapat
1. Menganalisis arus barang dan modal internasional di dunia
2. Menganalisis peran harga untuk transaksi internasional
3. Menganalisis cara menentukan nilai tukar

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 ARUS BARANG DAN MODAL INTERNASIONAL

Sebuah perekonomian terbuka berinteraksi dengan perekonomian lain dengan dua cara
yaitu membeli dan menjual barang dan jasa di pasar produk dunia, serta membeli dan
menjual asset modal, seperti saham dan surat obligasi di pasar uang dunia.

2.1.1 Arus Barang : Ekspor, Impor, dan Ekspor Neto


Ekspor (exports) adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri
untuk dijual ke luar negeri. Impor (imports) adalah barang dan jasa yang
diproduksi di luar negeri untuk dijual di dalam negeri. Seperti contoh Indonesia
menjual minyak mentah ke luar negeri berarti Indonesia disebut sebagai negara
pegekspor, lalu di Indonesia kekurangan minyak atau bahan bakar minyak,
maka Indonesia membeli minyak dari luar negri, maka Indonesia disebut
sebagai negara pengimpor. Ekspor Neto (net exsports) setiap negara adalah
nilai ekspor suatu negara dikurangi dengan nilai impornya. Karena ekspor neto
menunjukan suatu negara yang merupakan penjual dan pembeli dipasar barang
dan jasa dunia dan ekspor neto juga dapat disebut dengan neraca perdagangan
(trade balance). Penjulan minyak mentah Indonesia meningkatkan ekspor neto,
sedangkan pembelian bahan bakar mengurangi ekspor neto Indonesia.
Jika ekspor neto bernilai positif, ekspor lebih besar dibandingkan dengan
impor yang mengindikasikan bahwa negara tersebut lebih banyak menjual
barang dan jasanya keluar negeri dibandingkan dengan membeli barang dan
jasa dari negara lain. Oleh karena itu negara tersebut dikatakan memiliki
surplus perdagangan (trade surplus) sedangkan, jika ekspor neto bernilai
negatif, ekspor lebih kecil dibandingan dengan impor yang mengindikasikan
bahwa negara tersebut lebih sedikit menjual barang dan jasa ke luar negeri
dibandingkan dengan membeli barang dan jasa dari negara lain, hal ini
dinamakan defisit perdagangan (trade defisit). Jika ekspor neto bernilai nol,
3
ekspor dan impor memiliki jumlah yang sama. Dengan demikian, negara
tersebut dikatakan memiliki perdagangan seimbang (balanced trade). Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu
negara, yaitu:
1. Selera konsumen untuk barang-barang produksi dalam dan luar negeri;
2. Harga di dalam negeri dan luar negeri;
3. Biaya transportasi barang dari satu negara ke negara lain;
4. Nilai tukar dimana orang-orang dapat menggunakan mata uang
domestik untuk membeli mata uang asing;
5. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri; dan
6. Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional.

2.1.2 Studi Kasus

“MENINGKATNYA KETERBUKAAN NEGARA NEGARA ASIA”

Perubahan yang paling dramatis di Asia selama 4 setengah dekade adalah


meningkatnya perdagangan dan keuangan internasional. Perubahan ini
ditunjukkan dalam tabel 1 yang memperlihatkan nilai total barang yang diekspor
ke negara lain dan diimpor dari negara lain dalam persen produk domestik bruto.
Pada tahun 1960-an, nilai ekspor dan impor rata-rata 68% dari PDB saat ini
nilainya 2 kali lebih besar.

2.1.3 Aliran Sumber Daya Keuangan : Arus Keluar Modal Neto


Arus keluar modal neto (net capital outflow) adalah merujuk pada pembelian
aset luar negeri oleh warga domestik dikurangi dengan pembelian aset domestik
oleh warga asing terkadang disebut juga dengan investasi luar negeri neto.
Ketika Indonesia menanam saham di Cina maka hal ini akan meningkatkan arus
keluar modal neto Indonesia. Sedangkan ketika Indonesia menjual surat obligasi
ke pasar luar negeri dan masyarakat luar negeri membeli surat obligasi Indonesia
4
maka hal ini akan mengurangi arus keluar modal neto Indonesia.
Di dalam arus keluar modal ke luar negeri terdapat dua bentuk. Pertama,
investasi luar negeri langsung ini jika seorang warga negara aktif dalam
mengelola investasinya. Contohnya seperti perusahaan Indonesia membangun
pabrik di Singapura. Kedua, investasi portofolio luar negeri dalam hal ini
seorang warga negara yang bersifat pasif. Contohnya seperti seorang warga
Indonesia membeli saham perusahaan Singapura. Di sini akan dijelaskan
mengenai variabel yang lebih penting yang memengaruhi arus keluar modal
neto, yaitu:
 Suku bunga riil yang dibayarkan atas aset luar negeri.
 Suku bunga riil yang dibayarkan atas asset domestik.
 Risiko ekonomi dan politik dalam memegang aset luar negeri.
 Kebijakan pemerintah yang memengaruhi kepemilikan aset domestik oleh
investor asing.

Sebagai contoh, seorang warga Singapura sedang mempertimbangkan untuk


membeli surat obligasi pemerintah Thailand atau Singapura (surat obligasi
adalah IOU dari penerbit surat obligasi). Untuk mengambil keputusan ini,
investor Singapura membandingkan suku bunga riil yang ditawarkan oleh kedua
surat obligasi ini. Semakin tinggi suku bunga riil surat obligasi tersebut maka
semakin menarik obligasi tersebut bagi investor. Namun, ketika membuat
perbandingan ini investor Singapura juga harus mempertimbangkan risiko utang
yang mungkin dihindari oleh pemerintah (yakni tidak membayar bunga atau
pokoknya ketika mencapai tanggal waktu), serta batasan-batasan yang
dibeabankan oleh pemerintah Thailand saat ini atau pada masa mendatang
kepada investor asing Thailand.

2.1.4 Persamaan Ekspor Neto dan Arus Keluar Modal Neto


Negara perekonomian terbuka berinteraksi dengan negara lain dengan dua cara
di pasar barang dan jasa dunia dan di pasar uang dunia. Ekspor neto dan arus
keluar modal neto masing-masing mengukur jenis ketidakseimbangan dalam
pasar-pasar ini. Ekspor neto mengukur ketidakseimbangan antara ekspor dan
impor suatu negara. Arus keluar modal neto mengukur ketidakseimbangan antara
jumlah aset asing yang dibeli oleh warga domestik dan jumlah asset domestik
yang dibeli oleh asing.
5
Fakta yang penting menyatakan bahwa untuk sebuah perekonomian sebagai
satu keseluruhan, ketidakseimbangan ini harus mengimbangi satu sama lain,
yakni arus keluar modal neto (NCO) selalu sama dengan ekspor neto (NX):
NCO = NX.
Persamaan ini muncul karena setiap transaksi yang memengaruhi salah satu sisi
persamaan ini juga memengaruhi sisi lain dengan jumlah yang sama. Persamaan
ini adalah sebuah identitas, sebuah persamaan yang harus muncul karena cara
variabel ditentukan dan diukur dalam persamaan tersebut.
Untuk memahami mengapa identitas akuntansi ini benar, perhatikan contoh
berikut. Sebuah perusahaan minyak Indonesia menjual bahan bakar jet kepada
perusahaan penerbangan jepang. Dalam penjualan ini, perusahaan Indonesia
memberikan bahan bakar kepada perusahaan Jepang dan perusahaan Jepang
memberikan yen kepada perusahaan Indonesia. Perhatikan bahwa ada dua hal
yang muncul secara bersamaan. Indonesia telah menjual beberapa outputnya
kepada perusahaan asing (bahan bakar) dan penjualan ini meningkatkan ekspor
neto Indonesia. Selain itu, Indonesia telah memperoleh beberapa aset asing (yen)
dan ini meningkatkan arus keluar modal neto Indonesia
Walaupun perusahaan Indonesia kemungkinan tidak akan mempertahankan yen
yang diperolehnya dari penjualan tersebut, setiap transaksi selanjutnya akan
mempertahankan persamaan ekspor neto dan arus keluar modal neto. Misalnya,
perusahaan Indonesia tersebut akan menukar yen ke rupiah untuk membeli
saham di Sony Corporation, produsen barang elektronik Jepang. Dalam contoh
ini, ekspor neto bahan bakar Indonesia sama dengan arus keluar modal neto
untuk saham Sony. Dengan demikian, NX dan NCO naik dengan jumlah yang
sama.
Sebagai kemungkinan lain, perusahaan Indonesia dapat menukar yen ke rupiah
dengan perusahaan lain yang ingin membeli komputer dari Toshiba, produsen
komputer Jepang. Dalam contoh ini, impor Indonesia (komputer) mengimbangi
ekspor Indonesia (bahan bakar). Penjualan yang dilakukan perusahaan Indonesia
dan Toshiba tidak mempengaruhi ekspor neto Indonesia atau arus keluar modal
neto Indonesia. Dengan demikian, NX dan NCO sama dengan sebelum transaksi-
transaksi ini terjadi.
Persamaan ekspor neto dan arus keluar modal neto terjadi karena setiap
transaksi internasional merupakan pertukaran. Ketika negara penjual mentransfer
6
barang atau jasa kepada negara pembeli, negara pembeli memberikan aset untuk
membayar barang atau jasa ini. Nilai aset tersebut sama dengan nilai barang atau
jasa yang dijual. Ketika kita menambahkan semuanya, nilai neto barang dan jasa
yang dijual oleh satu negara (NX) harus sama dengan nilai neto aset yang
diperoleh (NCO). Arus barang dan jasa internasional dan arus modal
internasional ibarat dua sisi sebuah koin.

2.1.5 Tabungan, Investasi, dan Hubungannya dengan Arus Internasional


Tabungan dan Investasi suatu Negara sangat penting bagi pertumbuhan
ekonomi jangka panjangnya. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana variabel –
variabel yg terkait dengan arus barang dan modal Internasional seperti yang
diukur oleh ekspor neto dan arus keluar modal neto.
Istilah ekspor neto dibahas ketika sedang membahas komponen produk
domestic bruto. Produk Domestik Bruto suatu Negara (Y) terbagi kedalam 4
komponen :
1. Konsumsi (C)
2. Investasi (I)
3. Belanja Pemerintah (G)
4. Ekspor Neto (NX)

Rumusnya adalah sebagai berikut :

Y = C + I + G + NX
Total pengeluaran terhadap Output barang dan jasa Negara ini adalah
Pengeluaran Total terhadap konsumsi, Investasi, Belanja Pemerintah, dan Ekspor
Neto. Karena setiap unit pengeluaran ditempatkan kedalam salah satu komponen
ini, Persamaan ini adalah identitas akuntasi “Ia pasti benar karena cara
penentuan dan pengukuran variabelnya”.
Tabungan Nasional adalah pendapatan Negara yang tersisa setelah membayar
konsumsi dan pembelian pemerintah. Tabungan (S) Nasional sama dengan Y – C
– G. Jika disusun ulang, persamaan tersebut untuk menggambarkan fakta,
Y – C – G = I + NX
S = I + NX
Karena Ekspor Neto (NX) juga sama dengan arus keluar modal neto (NCO),
Persamaannya sebagai berikut :
S = I + NCO
7
Tabungan = Invesatasi Domestik + Arus Keluar Modal Neto
Persamaan ini menunjukan bahwa Taabungan suatu Negara harus sama dengan
Investasi Domestiknya ditambah dengan Arus Keluar Modal Netonya. Dengan
kata lain, Ketika warga Negara Domestik menyimpan pendapatannya untuk masa
depan, Pendapatan tersebut dapat digunakan untuk membiayai Akumulasi Modal
Domestik atau dapat digunakan untuk membiaai Pembelian Modal Asing.
Ketika sedang menganalisis peranan system keuangan, pasti
mempertimbangkan identitas ini untuk khusus perekonomian tertutup. Dalam
Perekonomian Tertutup, Arus Keluar Modal Neto adalah Nol (NCO = 0)
sehingga tabungan sama dengan Investasi (S = I). Sebaliknya, Perekonomian
terbuka memiliki 2 penggunaan Tabungannya :
1. Investasi Domestik
2. Arus Keluar Modal Neto

2.1.6 Ringkasan
Terdapat 3 kemungkinan bagi perekonomian terbuka :
1. Sebuah Negara dengan Defisit Perdagangan
2. Sebuah Negara dengan Perdagangan yg Seimbang
3. Sebuah Negara dengan Surplus Perdagangan.

Perhatikan Negara pertama yang memiliki surplus perdagangan. Secara


definisi, Surplus Perdagangan berarti Nilai Ekspor melampaui Nilai Impor.
Karena Ekspor Neto adalah Ekspor dikurangi dengan Impor, Ekspor Neto (NX)
lebih besar dari nol. Hasilnya, Pendapatan (Y = C + I + G + NX) harus lebih
besar dibandingkan dengan pengeluaran domestic (C + I + G).Namun, jika Y
lebih besar dari C + I + G, maka Y – C – G harus lebih besar dari I. Oleh Karena
itu, tabungan (S = Y – C – G )harus melampaui Investasi. Karena Negara
tersebut memiliki tabungan lebih besar dibandingkan dengan Investasi, Ia harus
mengirimkan sebagaian tabungannya ke Luar Negri. Dengan Demikian, Arus
Keluar Modal Neto harus lebih besar dari Nol.
Logika sebaliknya berlaku bagi Negara yang memiliki defisit perdagangan
(seperti AS). Secara deficit, deficit perdagangan berarti Nilai Ekspor lebih kecil
dibandingkan dengan Nilai Impor. Karena Ekspor Neto adalah Ekspor dikurangi
Impor, Ekspor Neto (NX) bernilai Negatif. Dengan demikian, pendapatan ( Y =
C + I + G + NX) harus kurang dari pengeluaran domestic ( C + I + G). Namun ,
8
jika Y lebih kecil dari C + I + G maka Y – C – G harus lebih kecil dari I. Oleh
karena itu, tabungan harus lebih kecil dari investasi. Arus Keluar Modal Neto
harus bernilai Negatif.
Suatu Negara yang memiliki perdagangan seimbang berada diantara kedua
contoh tersebut. Ekspor sama dengan Impor sehingga Ekspor Neto adalah Nol.
Pendapatan sama dengan Pengeluaran Domestik, dan Tabungan sama dengan
Investasi. Arus Keluar Modal Neto sama dengan Nol.

2.1.7 Studi Kasus

“APAKAH SURPLUS PERDAGANGAN SINGAPURA MENJADI


MASALAH?”

Perhatikan defisit perdagangan yang terjadi sebelum pertengahan tahun 1980-an.


Tabungan dan investasi sama sama tinggi dan meningkat. Investasi meningkat karena
singapura mengalami pertumbuhan ekonomi dan industralisasi yang pesat ketika negara
tersebut beralih dari pelabuhan dagang di Selat Malaka menjadi negara produsen jasa
berpendapatan tinggi saat ini. Angka tabungan sangat tinggi karena central provident fund
(CPF), dana pensiun wajib yang diwariskan dari masa penjajahan Inggris, yang harus
dikontribusikan oleh karyawan dan pemilik perusahaan, dan karena pasca kemerdekaan
tahun 1965 pemerintah singapura memutuskan untuk menghindari defisit perdagangan,
yang mungkin akan menimbulkan masalah pembayaran, dan ia tidak mengalami defisit
anggaran yang besar atau menghamburkan dana yang dipinjam untuk konsumsi atau
proyek investasi negara yang tidak efisien.

9
Perhatikan surplus perdagangan yang dicapai oleh singapura sejak tahun 1986. Karena
tabungan domestik lebih besar dibandingkan dengan investasinya, singapura memiliki
surplus perdagangan dan arus keluar modal neto yang bernilai positif. Dengan kata lain
tabungan domestik lebih dari cukup untuk membiayai investasi domestik, dan hal ini
membuat negara tersebut mampu memberikan pinjaman keluar negeri untuk memperoleh
pendapatan yg dapat dipulangkan kembali ke singapura pada masa mendatang ketika
investasi tersebut jatuh tempo. Hasil ini berasal dari fakta bahwa investasi domestik
menurun sebagai rasio PDB sejak pertengahan tahun 1980-an, sedangkan rasio tabungan
terus meningkat.

Dalam studi kasus ini defisit perdagangan singapura sebelum 1986 bukanlah sebuah
masalah, namun terkadang hal tersebut dapat menjadi gejala permasalahan jika proyek
investasi gagal menghasilkan pendapatan yang diharapkan dan utang ke negara asing
menumpuk dari waktu ke waktu.

2.2 HARGA UNTUK TRANSAKSI INTERNASIONAL : NILAI TUKAR RIIL


DAN NORMAL

Selain variabel jumlah ini, para ekonom makro juga mempelajari variabel yang
mengukur harga-harga pada transaksi internasional ini. Seperti halnya harga di
setiap pasar yang memainkan peranan penting dalam mengoordinasikan antara
pembeli dan penjualan di pasar tersebut, harga internasional mengoordinasikan
keputusan konsmen dan produsen ketika mereka berinteraksi di pasar dunia.

10
2.2.1 Nilai Tukar Nominal
Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) merupakan nilai yang digunakan
seseorang saat menukarkan mata uang suatu negara dengan mata uang negara
lain. Jika nilai tukar berubah, sehingga suatu satu dolar Singapura dapat membeli
mata uang asing lebih banyak, maka perubahan tersebut
dinamakan apresiasi (appreciation). Jika nilai tukar berubah sehingga satu dolar
Singapura membeli mata uang asing lebih sedikit maka perubahan tersebut
dinamakan depresiasi (depreciation).
Mungkin kita sering mendengar berita di media massa bahwa mata uang lokal
“menguat” atau “melemah”. Deskripsi ini biasanya merujuk pada perubahan nilai
tukar nominal terbaru. Ketika mata uang terapresiasi, mata uang tersebut
dikatakan menguat karena dapat membeli mata uang asing lebih banyak. Begitu
pula sebaliknya ketika suatu mata uang terdepresiasi, ia dikatakan melemah.

2.2.2 Nilai Tukar Riil


Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat
menukarkan barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lain.
Nilai tukar riil dan nilai tukar nominal berkaitan erat. Keterkaitan antara nilai
tukar nominal dan nilai tukar riil dapat dirumuskan :

nilai tukar nominal ×harga domestik


Nilai tukar riil =
hargaluar negeri

Dengan demikian, nilai tukar rill bergantung pada nilai tukar nominal dan pada
harga barang di dua negara yang diukur dalam mata uang lokal.
Depresiasi (penurunan) nilai tukar riil domestik berarti bahwa barang-barang
domestik menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang negara asing.
Perubahan ini mendorong konsumen dalam negeri dan luar negeri untuk
membeli lebih banyak barang domestik dan membeli lebih sedikit barang dari
negara lain. Hasilnya, ekspor meningkat dan impor menurun, dan perubahan ini
meningkatkan ekspor neto negara. Sebaliknya, apresiasi (peningkatan) nilai tukar
riil domestik berarti bahwa barang domestik menjadi lebih mahal dibanding
dengan barang luar negeri sehingga ekspor neto menurun.

2.3 TEORI PERTAMA PENENTUAN NILAI TUKAR : PARITAS DAYA

11
BELI

Teori ini diperkenalkan oleh ekonom klasik bernama David Ricardo. Konsep
ini kemudian dipopulerkan oleh ekonom Swedia yang bernama Gustave Cassel
pada tahun 1920, saat negara-negara Eropa seperti Jerman, Uni Soviet, dan
Hongaria mengalami inflasi tinggi. Paritas daya beli (purchasing power parity)
adalah teori nilai tukar yang menyatakan bahwa satu unit mata uang tertentu
harus mampu membeli barang dalam jumlah yang sama di semua negara

Teori paritas daya beli menyatakan bahwa kurs antar mata uang sama dengan
nisbah tingkat harga masing-masing negara pemiliknya; tingkat harga ini
dihitung berdasarkan harga uang dari suatu komoditi acuan. Purchasing Power
Parity sama artinya dengan pernyataan bahwasannya daya beli suatu mata uang
sama besarnya di setiap negara. Selain PPP absolut, teori PPP masih memiliki
versi yang lain, yakni Purchasing Power Parity relatif yang memprediksikan
bahwa perubahan persentase kurs sama dengan tingkat inflasi nasional.

Landasan utama teori Purchasing Power Parity adalah dalil satu harga (law of
one price). Dalil ini menyatakan apabila perdagangan benar-benar bebas dan
tidak ada hambatan apapun terhadapnya, maka suatu barang pasti dijual di
bagian manapun dari dunia ini dengan harga yang sama. Namun para pendukung
teori PPP sering menegaskan bahwa kesahihan teori PPP tidak ditentukan oleh
keberlakuan dalil satu harga atas setiap komoditi.

2.3.1 Logika Dasar dari Teori Paritas Daya Beli

Teori ini didasarkan pada prinsip yang disebut dengan hukum satu harga.
Hukum ini menyatakan bahwa sebuah barang harus dijual dengan harga yang
sama disemua lokasi. Jika tidak, maka akan ada peluang keuntungan yang tidak
tereksploitasi. Berdasarkan teori ini, suatu mata uang harus memiliki daya beli
yang sama disemua Negara dan jelas nama teori ini telah menjelaskan
definisinya dengan baik. Paritas berarti kesamaan dan daya beli merujuk pada
nilai uang. Paritas daya beli menyatakan bahwa satu unit semua mata uang harus
memiliki nilai riil yang sama di setiap negara.

2.3.2 Implikasi Teori Paritas Daya Beli

12
Teori paritas daya beli menjelaskan bahwa nilai tukar nominal antar mata uang
dua negara bergantung pada tingkat harga di negara-negara tersebut. Jika satu
mata uang domestik membeli barang dalam jumlah yang sama di negara asal
(harga diukur dalam mata uang negara asal) seperti di Jepang (yen), maka jumlah
yen per unit mata uang negara asal harus mencerminkan harga barang di negara
asal dan Jepang. Untuk memahami cara kerjanya kita menggunakan ilmu
matematika dan rumusnya yaitu 1/P=e/P*. Dengan sedikit penyesuaian,
persamaannya menjadi 1=eP/P*. Di sini perhatikan bahwa sisi kiri persamaan ini
adalah konstanta dan sisi kanan persamaan ini adalah nilai tukar riil. Dengan
demikian, jika daya beli mata uang suatu negara selalu sama di negara asal dan
negara lain maka nilai tukar riil harga relatif barang domestic dan luar negeri
tidak dapat berubah.

Untuk memahami implikasi analisis nilai tukar nominal ini, dapat disesuaikan
persamaan terakhir untuk memecahkan nilai tukar nominal: e=P*/P. Artinya,
nilai tukar nominal sama dengan rasio tingkat harga asing (yang diukur dalma
unit mata uang asing) terhadap tingkat harga domestik (yang diukur dalam unit
mata uang domestik). Berdasarkan teori paritas daya beli,nilai tukar nominal
antara mata uang kedua negara tersebut harus mencerminkan tingkat harga yang
berbeda dikedua negara tersebut.

Contoh :

Jika satu kilogram beras dijual seharga 600 yen di Jepang dan 200 baht di
Thailand maka nilai tukar nominalnya adalah 3 yen per baht. Jika tidak, daya beli
baht tidak akan sama di kedua negara tersebut.

e = P*/P

e = 600 yen/200 baht = 3

P* = harga barang di Jepang (yen)

e = nilai tukar nominal

P = harga barang di Thailand (baht)

Implikasi utama teori ini adalah nilai tukar nominal berubah ketika tingkat harga
berubah. Seperti yang telah diketahui tingkat harga disetiap negara disesuaikan
untuk menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan jumlah permintaan uang.
13
Karena nilai tukar nominal bergantung pada tingkat harga, nilai tukar tersebut
juga bergantung pada persediaan dan permintaan uang disetiap negara. Ketika
bank sentral menecetak uang dalam jumlah banyak, uang kehilangan nilainya
untuk membeli barang dan jasa, serta untuk membeli mata uang Negara lain.

2.3.3 Studi Kasus

”NILAI TUKAR NOMINAL SELAMA HIPERINFLASI”


Ketika jumlah uang yang beredar mulai bertambah dengan cepat, tingkat harga
juga mengalami kenaikan. Ketika jumlah uang yang beredar stabil maka tingkat
harga dan nilai tukar juga stabil

2.3.4 Keterbatasan Teori Paritas Daya Beli

Teori paritas daya beli memberikan model sederhana mengenai penentuan


nilai tukar. Untuk memahami berbagai fenomena-fenomena ekonomi, teori
tersebut dapat digunakan. Secara khusus, teori tersebut dapat menjelaskan
berbagai tren jangka panjang, seperti depresiasi

Dollar AS terhadap mark jerman dari apresiasi dollar AS terhadap lira ilatia
yang dibahas sebelumnya. Teori tersebut juga menjelaskan perubahan nilai tukar
yang terjadi selama hiperinflasi. Meskipun demikian, teori paritas daya beli tidak
sepenuhnya akurat. Artinya, nilai tukar tidak selalu bergerak untuk memastikan
bahwa suatu unit mata uang negara asal memiliki nilai riil yang sama di semua
negara. Ada dua alasan mengapa teori paritas daya beli tida selalu akurat. Alasan
pertama adalah bahwa banyak barang yang tidak mudah untuk diperdagangkan.
Misalkan, harga potong rambut di singapura lebih mahal dari pada di manilla.
Pelancong internasional akan enggan memotong rambutnya disingapura dan

14
ebebrapa penata rambut mungkin akan pindah dari manilla ke singapura. Namun,
arbitrase semacam itu akan terlalu terbatas untuk menghilangkan perbedaan
harga tersebut. Dengan demikian, deviasi dari paritas daya beli mungkin tetap
ada, dan satu peso fillipina (atau dollar sinagpura) tidak akan membayar potong
di singapura. Alasan kedua adalah barang-barang yang dapat diperdagangkan
sekalipun tidak selalu merupakan barang substitusi yang sempurna Ketika
diproduksi di negara-negara yang berbeda. Misalkan, beberapa konsumen lebih
suka mobil jerman dan konsumen lain lebih menyukai mobil jepang. Terlebih
lagi, selera konsumen berubah dari waktu ke waktu. Jika mobil jerman tiba-tiba
lebih popular, peningkatan permintaan mobil jerman akan menyebabkan
kenaikan harga mobil jerman daripada mobil jepang. Namun meskipun ada
perbedaan harga di kedua pasar ini, tidak akan ada kemungkinan untuk
memperoleh keuntungan dari abitrase karena konsumen tidak memandang
ekuivalen kedua mobil tersebut.
Dengan demikian, karena beberapa barang tidak dapat diperdagangkan dan
karena beberapa barang yang dapat diperdagangkan bukan substitusi yang
sempurna dengan barang yang sama dari negara lain, paritas daya beli bukanlah
teori penentuan nilai tukar yang sempurna. Atas alasan ini, nilai tukar riil
mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Namun teori paritas daya beli
merupakan Langkah pertama dalam memahami nilai tukar. Logika dasarnya
bersifat persuasif karena nilai tukar riil mengambang dari tingkat yang diprediksi
oleh paritas daya bel, orang orang memiliki insentif yang lebih besar untuk
memindahkan barang lintas negara. Meskipun jika kekuatan paritas daya beli
tidak sepenuhnya menetapkan nilai tukar riil, ia memberikan alasan untuk
memperkirakan bahwa perubahan nilai tukar riil nilainya kecil atau bersifat
sementara. Hasilnya, pergerakan nilai tukar yang besar dan berkelanjutan
biasanya mencerminkan perubahan tingkat harga di dalam negeri dan di luar
negeri.

2.3.4 Studi Kasus

“ STANDAR HAMBURGER”
Ketika para ekonom menerapkan teori paritas daya beli untuk menjelaskan nilai
tukar, mereka memerlukan data mengenai harga barang yang ada di berbagai
negara. Satu analisis semacam ini dilakukan oleh the economist, sebuah majalah

15
berita internasional. Majalah tersebut secara berkala menampilkan data mengenai
harga barang yang terdiri atas “dua iris daging sapi, saus special, daun selada,
keju, acar, bawang dalam setangkup roti bulat”. Ini disebut dengan “Big Mac”
dan dijual oleh McDonnald’s diseluruh dunia.
Setelah kita memperoleh harga Big Mac di dua negara yang dinyatakan dalam
mata uang local, kita dapat dmenghitung nilai tukar ysng diprediksi oleh teori
paritas daya beli. Nilai tukar yang diprediksi adalah nilai tukar yang membuat
Big Mac sama dikedua negara tersebut. Misalnya jika harga Big Mac adalah 3,10
dollar AS di Amerika Serikat dan 250 yen Jepang, paritas daya beli akan
memprediksi nilai tukar sebesar 80,6 yen per dollar AS.

Anda dapat melihat bahwa nilai tukar yang diprediksi dan nilai tukar actual
tidak sama. Lagipula, abitrase internasional Big Mac tidaklah mudah. Namun
memberikan perkiraan yang masuk akal.

16
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Ekspor neto adalah nilai barang dan jasa dalam negeri dijual di luar negeri
dikurangi nilai barang asing dan jasa yang dijual di dalam negeri. Istilah arus
keluar modal neto (net capital outflow) merujuk pada pembelian aset luar negeri
oleh warga domestik dikurangi dengan pembelian aset domestik oleh warga
asing (terkadang disebut dengan investasi luar negeri neto). Tabungan suatu
negara dapat digunakan untuk membiayai investasi domestik atau membeli aset
luar negeri. Dengan demikian, tabungan nasional sama dengan investasi
domestik ditambah dengan arus keluar modal neto.

Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan
seseorang saat menukarkan mata uang suatu negara dengan mata uang negara
lain. Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang
saat menukarkan barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara
lain. Nilai tukar riil dan nilai tukar nominal berkaitan erat.

Paritas daya beli (purchasing power parity) adalah teori nilai tukar yang
menyatakan bahwa satu unit mata uang tertentu harus mampu membeli barang
dalam jumlah yang sama disemua negara. Teori ini mengimplikasikan bahwa
nilai tukar nominal antara mata uang dua negara harus mencerminkan tigkat
harga di negara-negara tersebut. Akibatnya, negara-negara dengan inflasi yang

17
relatif tinggi akan memiliki mata uang yang terdepresiasi, sedangkan negara-
negara dengan inflasi yang relatif rendah akan memiliki mata uang yang
terapresiasi.

B. SARAN

Sebaiknya pemerintah harus menyeimbangkan antara ekspor neto negara


dengan arus keluarnya modal netonya, suatu negara harus memperdagangkan
barang substitusi sempurna dengan barang yang sama dari negara lain agar teori
paritas daya beli akan lebih akurat. Untuk mengatasi arus masuk modal yang
besar dan berkelanjutan maka, pemerintah harus mengurutkan pembebasan
finansial secara seksama dan melakukan usaha perlindungan.

DAFTAR RUJUKAN

Mankiw, N. Gregory., Euston Quah & Peter Wilson. 2013. Pengantar Ekonomi
Makro. Jakarta: Salemba Empat.

18

Anda mungkin juga menyukai