Disusun Oleh :
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
karunia nikmat serta hidayahnya sehingga saya dapat menyusun makalah yang berjudul
“Ilmu Ekonomi Makro Perekonomian Terbuka : Konsep-Konsep Dasar” dengan lancar dan
tepat waktu.
Tujuan penyusunan makalah saya adalah dalam rangka memenuhi tugas pada mata
kuliah Ekonomi Makro 1. Selesainya penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan,
support, arahan dan bimbingan banyak pihak. Oleh sebab itu penyusun ingin sampaikan
terima kasih kepada:
1. Dr. Nafik Umurul Hadi,S.E., M.Pd selaku dosen matakuliah Ekonomi Makro 1.
2. Kedua orang tua serta saudara-saudaraku tercinta yang telah memberikan nasihat,
do’a, dan dukungan moril maupun materil untuk penulis dalam menuntut ilmu,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Teman–teman serta semua pihak yang telah membantu
Meski demikian, penyusun merasa masih banyak kesalahan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh sebab ini penyusun sangat terbuka menerima kritik dan saran yang
membangun untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat diterima sebagai gagasan anak bangsa yang
layak didukung untuk menjadi solusi atas permasalahan ibu pertiwi.
KETUA KELOMPOK
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................1
Rumusan Masalah.......................................................................................2
Tujuan..........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 ARUS BARANG DAN MODAL INTERNASIONAL
2.1.1 Arus Barang: Ekspor, Impor, dan Ekspor Neto.......................3
2.1.2 Studi Kasus “MENINGKATNYA KETERBUKAAN NEGARA-
NEGARA ASIA”..............................................................................4
2.1.3 Aliran Sumber Daya Keuangan: Arus Keluar Modal Neto.....4
2.1.4 Persamaan Ekspor Neto dan Arus Keluar Modal Neto............5
2.1.5 Tabungan, Investasi, dan Hubungannya dengan Arus
Internasional......................................................................................6
2.1.6 Ringkasan.................................................................................7
2.1.7 Studi Kasus “APAKAH SURPLUS PERDAGANGAN
SINGAPURA MENJADI MASALAH.............................................8
2.2 HARGA UNTUK TRANSAKSI INTERNASIONAL : NILAI TUKAR
RIIL DAN NOMINAL
2.2.1 Nilai Tukar Nominal................................................................10
2.2.2 Nilai Tukar Riil........................................................................10
2.3 TEORI PERTAMA PENENTUAN NILAI TUKAR : PARITAS DAYA
BELI
2.3.1 Logika Dasar dari Teori Paritas Daya Beli..............................11
2.3.2 Implikasi Teori Paritas Daya Beli............................................12
2.3.3 Studi kasus “NILAI TUKAR NOMINAL SELAMA
HIPERINFLASI”..............................................................................13
2.3.4 Keterbatasan Teori Paritas Daya Beli......................................13
2.3.5 Studi Kasus “STANDAR HAMBURGER”.............................14
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN...........................................................................................16
SARAN.......................................................................................................16
DAFTAR RUJUKAN................................................................................17
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana analisis arus barang dan modal internasional di dunia?
2. Bagaimana peran harga untuk transaksi internasional?
3. Bagaimana cara menentukan nilai tukar?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat agar pembaca dapat
1. Menganalisis arus barang dan modal internasional di dunia
2. Menganalisis peran harga untuk transaksi internasional
3. Menganalisis cara menentukan nilai tukar
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 ARUS BARANG DAN MODAL INTERNASIONAL
Sebuah perekonomian terbuka berinteraksi dengan perekonomian lain dengan dua cara
yaitu membeli dan menjual barang dan jasa di pasar produk dunia, serta membeli dan
menjual asset modal, seperti saham dan surat obligasi di pasar uang dunia.
Y = C + I + G + NX
Total pengeluaran terhadap Output barang dan jasa Negara ini adalah
Pengeluaran Total terhadap konsumsi, Investasi, Belanja Pemerintah, dan Ekspor
Neto. Karena setiap unit pengeluaran ditempatkan kedalam salah satu komponen
ini, Persamaan ini adalah identitas akuntasi “Ia pasti benar karena cara
penentuan dan pengukuran variabelnya”.
Tabungan Nasional adalah pendapatan Negara yang tersisa setelah membayar
konsumsi dan pembelian pemerintah. Tabungan (S) Nasional sama dengan Y – C
– G. Jika disusun ulang, persamaan tersebut untuk menggambarkan fakta,
Y – C – G = I + NX
S = I + NX
Karena Ekspor Neto (NX) juga sama dengan arus keluar modal neto (NCO),
Persamaannya sebagai berikut :
S = I + NCO
7
Tabungan = Invesatasi Domestik + Arus Keluar Modal Neto
Persamaan ini menunjukan bahwa Taabungan suatu Negara harus sama dengan
Investasi Domestiknya ditambah dengan Arus Keluar Modal Netonya. Dengan
kata lain, Ketika warga Negara Domestik menyimpan pendapatannya untuk masa
depan, Pendapatan tersebut dapat digunakan untuk membiayai Akumulasi Modal
Domestik atau dapat digunakan untuk membiaai Pembelian Modal Asing.
Ketika sedang menganalisis peranan system keuangan, pasti
mempertimbangkan identitas ini untuk khusus perekonomian tertutup. Dalam
Perekonomian Tertutup, Arus Keluar Modal Neto adalah Nol (NCO = 0)
sehingga tabungan sama dengan Investasi (S = I). Sebaliknya, Perekonomian
terbuka memiliki 2 penggunaan Tabungannya :
1. Investasi Domestik
2. Arus Keluar Modal Neto
2.1.6 Ringkasan
Terdapat 3 kemungkinan bagi perekonomian terbuka :
1. Sebuah Negara dengan Defisit Perdagangan
2. Sebuah Negara dengan Perdagangan yg Seimbang
3. Sebuah Negara dengan Surplus Perdagangan.
9
Perhatikan surplus perdagangan yang dicapai oleh singapura sejak tahun 1986. Karena
tabungan domestik lebih besar dibandingkan dengan investasinya, singapura memiliki
surplus perdagangan dan arus keluar modal neto yang bernilai positif. Dengan kata lain
tabungan domestik lebih dari cukup untuk membiayai investasi domestik, dan hal ini
membuat negara tersebut mampu memberikan pinjaman keluar negeri untuk memperoleh
pendapatan yg dapat dipulangkan kembali ke singapura pada masa mendatang ketika
investasi tersebut jatuh tempo. Hasil ini berasal dari fakta bahwa investasi domestik
menurun sebagai rasio PDB sejak pertengahan tahun 1980-an, sedangkan rasio tabungan
terus meningkat.
Dalam studi kasus ini defisit perdagangan singapura sebelum 1986 bukanlah sebuah
masalah, namun terkadang hal tersebut dapat menjadi gejala permasalahan jika proyek
investasi gagal menghasilkan pendapatan yang diharapkan dan utang ke negara asing
menumpuk dari waktu ke waktu.
Selain variabel jumlah ini, para ekonom makro juga mempelajari variabel yang
mengukur harga-harga pada transaksi internasional ini. Seperti halnya harga di
setiap pasar yang memainkan peranan penting dalam mengoordinasikan antara
pembeli dan penjualan di pasar tersebut, harga internasional mengoordinasikan
keputusan konsmen dan produsen ketika mereka berinteraksi di pasar dunia.
10
2.2.1 Nilai Tukar Nominal
Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) merupakan nilai yang digunakan
seseorang saat menukarkan mata uang suatu negara dengan mata uang negara
lain. Jika nilai tukar berubah, sehingga suatu satu dolar Singapura dapat membeli
mata uang asing lebih banyak, maka perubahan tersebut
dinamakan apresiasi (appreciation). Jika nilai tukar berubah sehingga satu dolar
Singapura membeli mata uang asing lebih sedikit maka perubahan tersebut
dinamakan depresiasi (depreciation).
Mungkin kita sering mendengar berita di media massa bahwa mata uang lokal
“menguat” atau “melemah”. Deskripsi ini biasanya merujuk pada perubahan nilai
tukar nominal terbaru. Ketika mata uang terapresiasi, mata uang tersebut
dikatakan menguat karena dapat membeli mata uang asing lebih banyak. Begitu
pula sebaliknya ketika suatu mata uang terdepresiasi, ia dikatakan melemah.
Dengan demikian, nilai tukar rill bergantung pada nilai tukar nominal dan pada
harga barang di dua negara yang diukur dalam mata uang lokal.
Depresiasi (penurunan) nilai tukar riil domestik berarti bahwa barang-barang
domestik menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang negara asing.
Perubahan ini mendorong konsumen dalam negeri dan luar negeri untuk
membeli lebih banyak barang domestik dan membeli lebih sedikit barang dari
negara lain. Hasilnya, ekspor meningkat dan impor menurun, dan perubahan ini
meningkatkan ekspor neto negara. Sebaliknya, apresiasi (peningkatan) nilai tukar
riil domestik berarti bahwa barang domestik menjadi lebih mahal dibanding
dengan barang luar negeri sehingga ekspor neto menurun.
11
BELI
Teori ini diperkenalkan oleh ekonom klasik bernama David Ricardo. Konsep
ini kemudian dipopulerkan oleh ekonom Swedia yang bernama Gustave Cassel
pada tahun 1920, saat negara-negara Eropa seperti Jerman, Uni Soviet, dan
Hongaria mengalami inflasi tinggi. Paritas daya beli (purchasing power parity)
adalah teori nilai tukar yang menyatakan bahwa satu unit mata uang tertentu
harus mampu membeli barang dalam jumlah yang sama di semua negara
Teori paritas daya beli menyatakan bahwa kurs antar mata uang sama dengan
nisbah tingkat harga masing-masing negara pemiliknya; tingkat harga ini
dihitung berdasarkan harga uang dari suatu komoditi acuan. Purchasing Power
Parity sama artinya dengan pernyataan bahwasannya daya beli suatu mata uang
sama besarnya di setiap negara. Selain PPP absolut, teori PPP masih memiliki
versi yang lain, yakni Purchasing Power Parity relatif yang memprediksikan
bahwa perubahan persentase kurs sama dengan tingkat inflasi nasional.
Landasan utama teori Purchasing Power Parity adalah dalil satu harga (law of
one price). Dalil ini menyatakan apabila perdagangan benar-benar bebas dan
tidak ada hambatan apapun terhadapnya, maka suatu barang pasti dijual di
bagian manapun dari dunia ini dengan harga yang sama. Namun para pendukung
teori PPP sering menegaskan bahwa kesahihan teori PPP tidak ditentukan oleh
keberlakuan dalil satu harga atas setiap komoditi.
Teori ini didasarkan pada prinsip yang disebut dengan hukum satu harga.
Hukum ini menyatakan bahwa sebuah barang harus dijual dengan harga yang
sama disemua lokasi. Jika tidak, maka akan ada peluang keuntungan yang tidak
tereksploitasi. Berdasarkan teori ini, suatu mata uang harus memiliki daya beli
yang sama disemua Negara dan jelas nama teori ini telah menjelaskan
definisinya dengan baik. Paritas berarti kesamaan dan daya beli merujuk pada
nilai uang. Paritas daya beli menyatakan bahwa satu unit semua mata uang harus
memiliki nilai riil yang sama di setiap negara.
12
Teori paritas daya beli menjelaskan bahwa nilai tukar nominal antar mata uang
dua negara bergantung pada tingkat harga di negara-negara tersebut. Jika satu
mata uang domestik membeli barang dalam jumlah yang sama di negara asal
(harga diukur dalam mata uang negara asal) seperti di Jepang (yen), maka jumlah
yen per unit mata uang negara asal harus mencerminkan harga barang di negara
asal dan Jepang. Untuk memahami cara kerjanya kita menggunakan ilmu
matematika dan rumusnya yaitu 1/P=e/P*. Dengan sedikit penyesuaian,
persamaannya menjadi 1=eP/P*. Di sini perhatikan bahwa sisi kiri persamaan ini
adalah konstanta dan sisi kanan persamaan ini adalah nilai tukar riil. Dengan
demikian, jika daya beli mata uang suatu negara selalu sama di negara asal dan
negara lain maka nilai tukar riil harga relatif barang domestic dan luar negeri
tidak dapat berubah.
Untuk memahami implikasi analisis nilai tukar nominal ini, dapat disesuaikan
persamaan terakhir untuk memecahkan nilai tukar nominal: e=P*/P. Artinya,
nilai tukar nominal sama dengan rasio tingkat harga asing (yang diukur dalma
unit mata uang asing) terhadap tingkat harga domestik (yang diukur dalam unit
mata uang domestik). Berdasarkan teori paritas daya beli,nilai tukar nominal
antara mata uang kedua negara tersebut harus mencerminkan tingkat harga yang
berbeda dikedua negara tersebut.
Contoh :
Jika satu kilogram beras dijual seharga 600 yen di Jepang dan 200 baht di
Thailand maka nilai tukar nominalnya adalah 3 yen per baht. Jika tidak, daya beli
baht tidak akan sama di kedua negara tersebut.
e = P*/P
Implikasi utama teori ini adalah nilai tukar nominal berubah ketika tingkat harga
berubah. Seperti yang telah diketahui tingkat harga disetiap negara disesuaikan
untuk menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan jumlah permintaan uang.
13
Karena nilai tukar nominal bergantung pada tingkat harga, nilai tukar tersebut
juga bergantung pada persediaan dan permintaan uang disetiap negara. Ketika
bank sentral menecetak uang dalam jumlah banyak, uang kehilangan nilainya
untuk membeli barang dan jasa, serta untuk membeli mata uang Negara lain.
Dollar AS terhadap mark jerman dari apresiasi dollar AS terhadap lira ilatia
yang dibahas sebelumnya. Teori tersebut juga menjelaskan perubahan nilai tukar
yang terjadi selama hiperinflasi. Meskipun demikian, teori paritas daya beli tidak
sepenuhnya akurat. Artinya, nilai tukar tidak selalu bergerak untuk memastikan
bahwa suatu unit mata uang negara asal memiliki nilai riil yang sama di semua
negara. Ada dua alasan mengapa teori paritas daya beli tida selalu akurat. Alasan
pertama adalah bahwa banyak barang yang tidak mudah untuk diperdagangkan.
Misalkan, harga potong rambut di singapura lebih mahal dari pada di manilla.
Pelancong internasional akan enggan memotong rambutnya disingapura dan
14
ebebrapa penata rambut mungkin akan pindah dari manilla ke singapura. Namun,
arbitrase semacam itu akan terlalu terbatas untuk menghilangkan perbedaan
harga tersebut. Dengan demikian, deviasi dari paritas daya beli mungkin tetap
ada, dan satu peso fillipina (atau dollar sinagpura) tidak akan membayar potong
di singapura. Alasan kedua adalah barang-barang yang dapat diperdagangkan
sekalipun tidak selalu merupakan barang substitusi yang sempurna Ketika
diproduksi di negara-negara yang berbeda. Misalkan, beberapa konsumen lebih
suka mobil jerman dan konsumen lain lebih menyukai mobil jepang. Terlebih
lagi, selera konsumen berubah dari waktu ke waktu. Jika mobil jerman tiba-tiba
lebih popular, peningkatan permintaan mobil jerman akan menyebabkan
kenaikan harga mobil jerman daripada mobil jepang. Namun meskipun ada
perbedaan harga di kedua pasar ini, tidak akan ada kemungkinan untuk
memperoleh keuntungan dari abitrase karena konsumen tidak memandang
ekuivalen kedua mobil tersebut.
Dengan demikian, karena beberapa barang tidak dapat diperdagangkan dan
karena beberapa barang yang dapat diperdagangkan bukan substitusi yang
sempurna dengan barang yang sama dari negara lain, paritas daya beli bukanlah
teori penentuan nilai tukar yang sempurna. Atas alasan ini, nilai tukar riil
mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Namun teori paritas daya beli
merupakan Langkah pertama dalam memahami nilai tukar. Logika dasarnya
bersifat persuasif karena nilai tukar riil mengambang dari tingkat yang diprediksi
oleh paritas daya bel, orang orang memiliki insentif yang lebih besar untuk
memindahkan barang lintas negara. Meskipun jika kekuatan paritas daya beli
tidak sepenuhnya menetapkan nilai tukar riil, ia memberikan alasan untuk
memperkirakan bahwa perubahan nilai tukar riil nilainya kecil atau bersifat
sementara. Hasilnya, pergerakan nilai tukar yang besar dan berkelanjutan
biasanya mencerminkan perubahan tingkat harga di dalam negeri dan di luar
negeri.
“ STANDAR HAMBURGER”
Ketika para ekonom menerapkan teori paritas daya beli untuk menjelaskan nilai
tukar, mereka memerlukan data mengenai harga barang yang ada di berbagai
negara. Satu analisis semacam ini dilakukan oleh the economist, sebuah majalah
15
berita internasional. Majalah tersebut secara berkala menampilkan data mengenai
harga barang yang terdiri atas “dua iris daging sapi, saus special, daun selada,
keju, acar, bawang dalam setangkup roti bulat”. Ini disebut dengan “Big Mac”
dan dijual oleh McDonnald’s diseluruh dunia.
Setelah kita memperoleh harga Big Mac di dua negara yang dinyatakan dalam
mata uang local, kita dapat dmenghitung nilai tukar ysng diprediksi oleh teori
paritas daya beli. Nilai tukar yang diprediksi adalah nilai tukar yang membuat
Big Mac sama dikedua negara tersebut. Misalnya jika harga Big Mac adalah 3,10
dollar AS di Amerika Serikat dan 250 yen Jepang, paritas daya beli akan
memprediksi nilai tukar sebesar 80,6 yen per dollar AS.
Anda dapat melihat bahwa nilai tukar yang diprediksi dan nilai tukar actual
tidak sama. Lagipula, abitrase internasional Big Mac tidaklah mudah. Namun
memberikan perkiraan yang masuk akal.
16
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ekspor neto adalah nilai barang dan jasa dalam negeri dijual di luar negeri
dikurangi nilai barang asing dan jasa yang dijual di dalam negeri. Istilah arus
keluar modal neto (net capital outflow) merujuk pada pembelian aset luar negeri
oleh warga domestik dikurangi dengan pembelian aset domestik oleh warga
asing (terkadang disebut dengan investasi luar negeri neto). Tabungan suatu
negara dapat digunakan untuk membiayai investasi domestik atau membeli aset
luar negeri. Dengan demikian, tabungan nasional sama dengan investasi
domestik ditambah dengan arus keluar modal neto.
Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan
seseorang saat menukarkan mata uang suatu negara dengan mata uang negara
lain. Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang
saat menukarkan barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara
lain. Nilai tukar riil dan nilai tukar nominal berkaitan erat.
Paritas daya beli (purchasing power parity) adalah teori nilai tukar yang
menyatakan bahwa satu unit mata uang tertentu harus mampu membeli barang
dalam jumlah yang sama disemua negara. Teori ini mengimplikasikan bahwa
nilai tukar nominal antara mata uang dua negara harus mencerminkan tigkat
harga di negara-negara tersebut. Akibatnya, negara-negara dengan inflasi yang
17
relatif tinggi akan memiliki mata uang yang terdepresiasi, sedangkan negara-
negara dengan inflasi yang relatif rendah akan memiliki mata uang yang
terapresiasi.
B. SARAN
DAFTAR RUJUKAN
Mankiw, N. Gregory., Euston Quah & Peter Wilson. 2013. Pengantar Ekonomi
Makro. Jakarta: Salemba Empat.
18