Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

Penindasan/pembullyan di sekolah kerap terjadi


1.1 LATAR BELAKANG
Bully adalah perilaku kekerasan fisik ataupun mental yang dilakukan satu orang
atau lebih dengan cara melakukan penyerangan atau mengintimidasi orang lain.
Perilaku kekerasan ini biasa terjadi di lingkungan sekolah dan umumnya menimpa
anak-anak atau remaja yang secara fisik lebih lemah dari teman-teman sebayanya. 17
April 2018 dr. Allert Benedicto Ieuan Noya, Terkadang, anak yang dibully mungkin
akan berbohong agar hal tersebut tidak diketahui oleh orang lain.
Mengenali Efek dan Ciri-ciri Anak Korban Bully Tindakan bully tidak hanya
terjadi ketika pelaku melakukan kekerasan secara fisik kepada korban, seperti
memukul, menampar, atau menendang. Bully juga bisa dilakukan tanpa melakukan
kekerasan fisik, yakni secara verbal seperti mengejek, memanggil seseorang dengan
sebutan yang hina, menyebarkan gosip tentang korban, atau mempermalukan di depan
banyak orang.
Di era teknologi seperti sekarang ini tindakan bully makin mudah terjadi, kerap
dikenal sebagai cyber bullying. Pelaku cukup memakai media sosial untuk menjatuhkan
korbannya, seperti menyebarkan teks, foto, atau video bertema negatif tentang
korban. Perilaku bully tersebut menimbulkan banyak efek negatif bagi korban, di
antaranya
1.Mengalami gangguan mental, seperti depresi, rendah diri, cemas, sulit tidur
nyenyak, ingin menyakiti diri sendiri, atau bahkan keinginan untuk bunuh diri.
2.Menjadi pengguna obat-obatan terlarang.
3.Takut atau malas berangkat ke sekolah
4.Prestasi akademik menurun.
5.Ikut melakukan kekerasan atau melakukan balas dendam. Sebagai contoh, pria yang
pernah dibully oleh wanita bisa menjadi seorang misoginis.
Oleh karena itu, sebagai orang tua Anda harus jeli melihat ciri perubahan
tingkah laku anak, misalnya tidak semangat berangkat ke sekolah, prestasi belajar
menurun, atau nafsu makan berkurangOleh karena itu, sebagai orang tua Anda harus
jeli melihat ciri perubahan tingkah laku anak, misalnya tidak semangat berangkat ke
sekolah, prestasi belajar menurun, atau nafsu makan berkurang. Perubahan lainnya
yang bisa tampak, seperti:
1.Tiba-tiba kehilangan teman atau menghindari ajakan pertemanan.
2.Barang-barang miliknya sering hilang atau hancur.
3.Mengalami gangguan tidur.
4.Kabur dari rumah.
5.Terlihat stres saat pulang sekolah atau usai mengecek ponselnya.
6.Mungkin ada luka di tubuhnya
Satu hal lain yang perlu diingat adalah jangan mengajari untuk balas melawan atau
melakukan kekerasan.Ajari dia bagaimana cara menyikapi orang-orang yang berlaku
kasar kepadanya, seperti menghindar ketika bertemu dengan mereka atau katakan,
“Jangan ganggu saya.”kekerasan kepada para pelaku. Namun ajarkan agar ia tetap
tangguh, dan jangan beri kesempatan para bully untuk merasa menang karena berhasil
membuatnya putus asa. Berikan juga semangat untuk tetap percaya diri dan tetap
bergaul dengan anak-anak lain yang baik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.apakah yang masih jadi alasan kenapa bully masih terjadi?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan penelitian dibuat untuk mengetahui apa yang hendak dicapai dari sebuah
penelitianini adalah:
ini untuk mengetahui bentuk komunikasi antar siswa kelas tinggi di madrasah
tersebut mengetahui bentuk tindakan bullying yang terjadi di madrasah tersebut dan
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan tindakan bullying dan
mencoba strategi guru yang ada untuk mengurangi bullying.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Mendapatkan informasi untuk pembaca tentang bentuk interaksi antar siswa
lebih tinggi dan mendapatkan informasi tentang bentuk tindakan bullying dan juga
mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan
tindakan bullying

BAB 2
2.1 LANDASAN TEORI
Landasan teori berikut ini memuat tentang teori atau uraian-uraian yang
berkaitan dengan masalah penelitian ini, untuk menggambarkan prinsip-prinsip,
teori yang digunakan., untuk merumuskan asumsi yang kokoh dengan mengkaji hal-hal
sebagai berikut.
1. Kajian mengenai Bullying
a. Pengertian bullying. Definisi bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa
inggris. Istilah Bullying belum banyak dikenal masyarakat, karena belum ada padanan
kata yang tepat dalam bahasa Indonesia (Susanti; 2006). Bullying dari kata bully
yang artinya menggertak, orang yang menganggu orang yang lemah.

Menurut Kamus Bebas Online Wikipedia: Bullying ia the act of internationally


causibg harm tp others, through verbal harassment, physical assault, orther more
subtle methods of coercion such as manipulation. Bullyingadalah perilaku yang
disengaja yang menyebabkan orang lain terganggu baik melalui kekerasan verbal,
serangan secara fisik, maupun pemaksaan dengan caracara halus seperti manipulasi.
Secara harfiah bullying berasal dari kata bully yang artinya pemarah, orang yang
suka marah.

Rigby (2005; dalam Anesty, 2009) merumuskan bahwa “bullying” menyebabkan orang
lain menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh
seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab,
biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang.
Olweus (1993; dalam Anesty, 2009) memaparkan contoh tindakan negatif
yang termasuk dalam bullying antara lain;
1) Mengatakan hal yang tidak menyenangkan atau memanggil seseorang dengan
julukan yang buruk.
2) Mengabaikan atau mengucilkan seseorang dari suatu kelompok karena suatu
tujuan.
3) Memukul, menendang, menjegal atau menyakiti orang lain secara fisik.
4) Mengatakan kebohongan atau rumor yang keliru mengenai seseorang atau membuat
siswa lain tidak menyukai seseorang dari hal-hal semacamnya. Berdasarkan penjelasan
di atas, jadi dapat disimpulkan bahwa bullying
b. Faktor-faktor bullying. Banyak faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku
bub. Faktor- faktor bullying. Banyak faktor-faktor penyebab terjadinyperilaku
bullying. Qurroz dkk (2006; dalam Anesty, 2009) mengemukakan sedikitnya terdapat
tiga faktor yang dapat menyebabkan perilaku bullying sebagai
berikut.
1) Hubungan keluarga. Anak akan meniru berbagai nilai dan perilaku anggota
keluarga yang ia lihat sehari-hari sehingga menjadi nilai dan perilaku yang iaanut
(hasil dari imitasi). Sehubungan dengan perilaku imitasi anak, jika anak dibesarkan
dalam keluarga yang menoleransi kekerasan atau bullying, maka ia mempelajari bahwa
bullying adalah suatu perilaku yang bisa diterima dalam membina suatu hubungan atau
dalam mencapai apa yang di lingkunganya (image), sehingga kemudian ia meniru
(imitasi) perilaku bullying tersebut. Menurut Dien Haryana (Sejiwa or.id) karena
faktor orang tua dirumah yang tipe suka memaki, membandingkan atau melakukan
kekerasan fisik. Anak menganggap benar bahasa kekerasaan.
2) Teman sebaya. Salah satu faktor besar dari perilaku bullying pada remaja
disebabkan oleh adanya teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif dengan cara
menyebarkan ide (baik secara aktif maupun pasif) bahwa bullying bukanlah suatu
masalah besar dan merupakan suatu hal yang wajar untuk dilakukan. Menurut Djwuta
Ratna (2005) pada masanya, remaja memiliki keinginan untuk tidak lagi tergantung
pada keluarganya dan mulai menilai mencari dukungan dan rasa aman dari kelompok
sebayanya. Jadi bullyingterjadi karena adanya tuntutan konformitas. Berkenaan
dengan teman sebaya dan lingkungan sosial, terdapat beberapa penyebab pelaku
bullying melakukan tindakan bullying adalah:
a) Kecemasan dan perasaan inferior dari seorang pelaku.
b) Persaingan yang tidak realistis.
c) Perasaan dendam yang muncul karena permusuhan atau juga karena pelaku
bullying pernah menjadi korban bullying sebelumnya.
d) Ketidak mampuan menangani emosi secara positif (Rahma, 2008:47).
3) Pengaruh media. Survey yang dilakukan Kompas (Saripah, 2006)

memperlihatkan bahwa, 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang

ditontonya umumnya mereka meniru gerakannya (64%) dari kata-katanya


(45%). Melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh Yayasan Sejiwa (2007)
terangkum pendapat orang tua tentang alasan anak-anak menjadi pelaku bullying,
diantaranya:
a) Karena mereka pernah menjadi korban bullying.
b) Ingin menunjukkan eksistensi diri.
c) Ingin diakui.
d) Pengaruh tayangan TV yang negatif.
e) Senioritas.
f) Menutup kekurangan diri.
g) Mencari perhatian.
h) Balas dendam.
i) Iseng.
j) Sering mendapatkan perlakuan kasar dari pihak lain.
k) Ingin terkenal.
l) Ikut-ikutan.
c. Bentuk-bentuk bullying. Bentuk bullying menurut Coloroso (2007:47)
c. Bentuk-bentuk bullying. Bentuk bullying menurut Coloroso (2007:47)
dibagi menjadi empat jenis, sebagai berikut
1) Bullying fisik. Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak
dan paling dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun
kejadian penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan yang
di laporkan siswa
2) Bullying verbal.
Kata-kata adalah alat yang kuat dan dapat mematahkan semangat seorang anak yang
menerimannya. Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan,
baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan
dan dapat dibisikan di hadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi .
3) Bullying relasional.
Penindasan relasional adalah pelemahan harga diri korban penindasan secara
sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian atau penghindaran, suatu
tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang terkuat. Anak yang digunjingkan
mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya.
4) Bullying elektronik.
Pelakunya menggunakan sarana ekektronik dan fasilitas
internet seperti komputer, hadphone, kamera dan website atau situs pertemanan
jejaring sosial diantarannya, chatting, e-mail, facebook, twitter, dan sebagainya.
Hal tersebut ditunjukkan untuk meneror korban bullying dengan menggunakan tulisan,
animasi, gambar, vidio, atau film yang sifatnya mengitimidasi, menyakiti, dan
menyudutkan.
2.2 KERANGKA KONSEP
1. Bullying adalah sebuah situasi di mana terjadi penyalahgunaan kekuatan atau
kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang.Dalam tindakan
bullying, yang perlu dan sangat penting diperhatikan bukan sekadar jenis tindakan
yang dilakukan, tapi dampak terhadap korban.
2. sekolah adalah lembaga pendidikan yang menyelenggrakan jenjang pendidikan
formal, baik dalam bentuk sekolah negeri (dikelola pemerintah) maupun swasta.
3.Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak
dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja
adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.
4.Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan informal,
pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis
pendidikan tertentu.

BAB 3
3.1 PENDEKATAN PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif (qualitative research). Tylor (Molenong, 2007:4), mendefinisikan


„metodologi

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa


kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati‟. Pendekatan
ini

diarahkan pada latar dari individu tersebut secara holistic (utuh).

Menurut Nasution (2003:5), “penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam

lingkungan, berinteraksi dengan mereka dan menafsirkan pendapat mereka tentang


dunia

sekitar”. Kemudian menurut Sukmadinata (2006:60), mengatakan bahwa

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan

dan menganalisis fenomena peristiwa, aktifitas sosial, sikap dan kepercayaan,

persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok.

Dalam konteks penelitian ini, peneliti berupaya mengamati pola perilaku bullying

yang dilakukan siswa, proses terjadinya bullying, kemudian dirumuskan pada suatu

penanganan untuk mengurangi perilaku bullying yang dilakukan siswa.

Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode
studi

kasus. Sebagaimana Lincoln (Pujosuwarno, 1992:34), yang menyatakan bahwa


„pendekatan kualitatif dapat juga di sebut dengan case study, yaitu penelitian yang
mendalam dan mendetil tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek
penelitian‟.
Menurut Mulyono (2004:201), penggunaan studi kasus sebagai suatu metode
penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.
2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
3. Studi kasus merupakan sarana efektif nuntuk menunjukan hubungan antara peneliti
dan responden.
4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi peneliti
dan traferabilitas.

Anda mungkin juga menyukai