Anda di halaman 1dari 99

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH

MELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA


SISWA KELAS VII DI MTS ASSA’ADATAIN SERUA
Skripsi
Diajukan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)

Oleh
VICKY KURNIAWATI
NIM. 1113011000039

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UINSYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
ABSTRAK

Vicky Kurniawati (1113011000039). UPAYA MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR FIQIH IBADAH MELALUI PENERAPAAN METODE ROLE
PLAYING PADA SISWA KELAS VII MTS ASSA’ADATAIN SERUA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil


belajar fiqih ibadah tentang shalat melalui penerapaan metode Role
Playing pada siswa kelas VII di MTs Assa’adatain Serua. Penelitian ini
bersifat deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data, menyusun,
menganalisa data mengenai upaya meningkatkan hasil belajar mengenai
fiqih ibadah tentang shalat melalui penerapan metode Role Playing pada
siswa kelas VII di MTs Assa’adatain Serua.
Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
dengan dua siklus. Prosedur pelaksanaannya mengacu pada model Kurt
Lewin dimana pada setiap siklusnya terdiri dari empat komponen, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian
adalah siswa kelas VII A MTs Assa’adatain Serua yang berjumlah 20
orang.
Tujuan diadakannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil
belajar siswa pada pelajaran Fiqih Ibadah melalui metode Role Playing.
Dengan hasil nilai siswa cenderung naik jika dilihat sesudah
diterapkannya metode ini. Hal ini terbukti siklis I saat pretes dengan
jumlah 1872, dan nilai rata-rata 43,74. Sedangkan saat postest dengan
jumlah 1390, dan nilai rata-rata 69,5. Lalu siklus II saat pretes dengan
jumlah total 970, dan nilan rata-rata 48,5. Sedangkan saat postest dengan
jumlah total1520, dan nilai rata-rata 76,0. Sesudah diterapkannya metode
Role Playing ini siswa lebuh memahami penjelasan dari gurunya dan
merasa senang.

i
ABSTRACT

Vicky Kurniawati (1113011000039). EFFORT INCREASING LEARNING


RESULT OF FIQIH IBADAH THROUGH THE APPLICATION OF ROLE
PLAYING METHOD IS IN STUDENTS VII MTS ASSA'ADATAIN SERUA

This study aims to determine the effort to improve the learning results
of worship of worship about the prayer through the application of Role
Playing method on the students of class VII in MTs Assa'adatain Serua.
This research is descriptive that is by collecting data, compiling,
analyzing data about effort to improve learning result about fiqih of
worship about prayer through applying method Role Playing at grade VII
student at MTs Assa'adatain Serua.

The research used is action research class (PTK) with two cycles.
The implementation procedure refers to the Kurt Lewin model in which
each cycle consists of four components, namely planning, implementation,
observation, and reflection. The subjects of the study were grade VII A
MTs Assa'adatain Serua which amounted to 20 people.
The purpose of this research is to know the results of student learning in the
lesson Fiqh Ibadah through Role Playing method. With the results of student
grades tend to rise when viewed after the implementation of this method. This
proved to be cyclical I during pretest with the number 1872, and the average
value of 43.74. While the postest with the number 1390, and the average value of
69.5. Then the second cycle of pretest with a total of 970, and nine on average
48.5. While the postest with a total of 1520, and the average value of 76.0. After
the adoption of this Role Playing method, the lebuh students understand the
explanation from the teacher and feel happy.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “upaya
meningkatkan hasil belajar fiqih ibadah melalui penerapaan metode
Seeing How It Is pada siswa kelas VII di MTs Assa’adatain Serua”.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi


Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang
telah membawa petunjuk kebenaran seluruh manusia yaitu ad-Dinul Islam
yang kita harapkan syafaatnya di dunia dan di akhirat.

Penulisan dan penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi


dari keseluruhan kegiatan perkuliahan yang telah direncanakan oleh UIN
Jakarta sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis menjadi mahasiswa/i
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta untuk
memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar strata I Sarjana
Pendidikan di UIN Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan dan


kurangnya pengalaman. Dengan terselesainya skripsi ini, tak lupa penulis
menyampaikan rasa terimaksih kepada semua pihak yang memberikan
arahan, bimbingan, dan petunjuk dalam penyusunan karya ilmiah ini,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Muh Tolkhah dan Ibu Kisminingsih
yang telah merawat dan mendidik putra putrinya dengan penuh ikhlas
dan kesabaran, yang selalu memberikan doa, cinta dan kasih
sayangnya serta dukungan baik moral maupun materil kepada penulis.
2. Prof. Dr. Dede Rosyada MA, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.

iii
3. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK).
4. Dr. H. Abdul Majid Khon M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
5. Hj. Marhamah Saleh Lc, MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
6. Drs. Ghufron Ihsan, MA, Selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah bersedia memberikan dan meluamhkan waktu, tenaga, pikiran
serta kesabaran dalam memberikan bi,bingan, arahan, kritik dan saran
serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Muhammad Sholeh Hasan Lc, MA, dosen pembimbing akademik
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan
konsultasi bagi penulis.
8. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai
materi perkuliahan.
9. Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyediakan berbagai referensi yang menunjang dalam penulisan
skripsi ini.
10. Kepada adik tersayang Akmal Muhaimin yang telah menyemangati
dan mendoakan penulis.
11. Seluruh teman PAI angkatan 2013, khususnya PAI A yang telah
memberikan pengalaman berharga kepada penulis tentang indahnya
arti sebuah persahabatan dan kebersamaan.
12. Sahabat dan teman-teman terbaikku, Annisa Apriliyanti, S.Pd, Dian
Pratiwi, Nur Hikmah Wati, Umu Habibah Arsy, Hujaefah Fauzianti,
Indah Cahyani, Budhy Prasetiyo yang telah memberikan semangat,
motivasi, dan nasihat-nasihat yang luar biasa serta mendoakan
kebaikan untuk penulis.

iv
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik secara
langsung maupun tidak langsung, dari lubuk hati yang paling dalam
penulis ucapan terima kasih.

Jakarta, 12 Desember 2017

Vicky Kurniawati

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK …………………………………………………………………….. i

ABSTRACT …………………………………………………………………… ii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. iii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. iv

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………………... 5
C. Pembatasan Masalah ………………………………………………….. 5
D. Perumusan Masalah …………………………………………………… 5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………………………… 6

BAB II KAJIAN TEORITIS


A. Belajar dan Hasil Belajar ……………………………………………. 7
1. Pengertian Belajar ………………………………………………… 7
2. Jenis-jenis Belajar ………………………………………………… 9
3. Macam-macam Teori Belajar …………………………………….. 11
4. Pengertian Hasil Belajar ………………………………………….. 13
5. Pengukuran Hasil Belajar ………………………………………… 15
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ………………... 17
B. Metode Pembelajaran ………………………………………………… 18
1. Pengertian dan Fungsi Metode Pembelajaran ……………………. 18
2. Macam-macam Metode Pembelajaran …………………………… 21
3. Metode Pembelajaran Role Playing …………………………....... 23
a. Pengertian Metode Pembelajaran Role Playing ……………… 23
b. Tujuan Penggunaan Metode Pembelajaran Role Playing…….. 23
c. Pelaksanaan Metode Pembelajaran Role Playing ……………. 24
d. Prosedur Metode Pembelajaran Role Playing ………………... 24
e. Kelebihan dan Keemahan Metode Pembelajaran Role Playing .25
C. Pembelajaran Fiqih di MTs …………………………………………... 26
1. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Fiqih di MTs ……………… 26
2. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Fiqih di MTs ……………… 27
3. Materi Fiqih Ibadah di Kelas VII MTs …………………………… 28
D. Hasil Penelitian yang Relevan ………………………………………... 30
E. Hipotesis Tindakan ……………………………………………………. 30
F. Kerangka Berfikir …………………………………………………….. 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………. 32
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Peneliti …………………….. 32
C. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Peneliti ………………………………. 35
D. Tahapan Intervensi Tindakan …………………………………………... 35
1. Tahap Pra Penelitian ……………………………………………...... 35
2. Tahap Penelitian Siklus I …………………………………………... 35
a. Perencanaan ……………………………………………………. 35
b. Pelaksanaan Tindakan …………………………………………. 36
c. Pengamatan …………………………………………………….. 36
d. Refleksi ………………………………………………………… 36
3. Tahap Penelitian Siklus II …………………………………………. 37
a. Perencanaan ……………………………………………………. 37
b. Pelaksanaan Tindakan …………………………………………. 37
c. Pengamatan …………………………………………………….. 38
d. Refleksi ………………………………………………………… 38
E. Hasil Penelitian yang Diharapkan ……………………………………… 38
F. Data dan Sumber Data …………………………………………………. 38
G. Instrument Penelitian dalam Pengumpulan Data ……………………... 39
H. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan dan Teknik Analisis Data ……… 40
I. Pengembangan Perencanaan Tindakan ………………………………… 42

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Kondisi Obyektif Sasaran Peneliti …………………………………….. 43
B. Deskripsi Data Sebelum Tindakan ……………………………………. 46
C. Hasil Analisis ………………………………………………………….. 48
1. Tindakan Pembelajaran Siklus I …………………………………... 48
a. Tahap Perencanaan ……………………………………………. 48
b. Tahap Pelaksanaan …………………………………………….. 48
c. Tahap Observasi ……………………………………………….. 50
d. Tahap Refleksi …………………………………………………. 53
e. Keputusan Siklus I ……………………………………………. 53
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II ………………………………….. 54
a. Tahap Perencanaan …………………………………………….. 54
b. Tahap Pelaksanaan ……………………………………………... 54
c. Tahap Observasi ……………………………………………….. 55
d. Tahap Refleksi …………………………………………………. 57
e. Keputusan Siklus II ……………………………………………. 58
D. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………….. 58
E. Keterbatasan Penelitian ………………………………………………… 59

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………. 60
B. Saran ………………………………………………………………... 60
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 61
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepas dari kehidupan
manusia, karena pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak. Selain itu juga
pendidikan merupakan ruh yang sangat menentukan tinggi rendahnya kualitas
suatu bangsa.
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara”.1
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yaitu tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar. Belajar dan mengajar merupakan
dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pendidikan formal.
Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan siswa, sedangkan mengajar
mengacu kepada apa yang dilakukan guru. Dua kegiatan tersebut menjadi
terpadu manakala terjadi interaksi antara guru dengan siswa.
Seiring dengan dinamisnya kultur masyarakat yang selalu berubah,
idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini,
tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan
membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan
memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang.
Beberapa pandangan modern berpendapat: menurut John Dewey, yang
dikutip oleh Asep Suryana dan Suryadi “pendidikan suatu proses

1
Undang-undang RI NO, 20 Thn 2003, Tentang Sisdiknas, (Bandung: Citra Umbara, 2008)
hlm. 13

1
2

pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi secara sengaja
dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial”.2
Tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat diamati dari dua
sisi yaitu tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan oleh
guru. Pemahaman seorang siswa berhubungan dengan daya serap seorang
siswa dalam pembelajaran. Daya serap siswa adalah kemampuan atau
kekuatan untuk melakukan sesuatu, untuk bertindak dalam menyerap
pelajaran oleh setiap siswa. Salah satu kendala dalam proses pembelajaran di
sekolah adalah adanya perbedaan daya serap individual di antara anak yang
satu dengan anak yang lainnya walaupun dalam lingkungan dengan umur
yang sama dan kelas yang sama.
Bagi seorang guru kondisi diatas menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan seperti
menguasai materi pembelajaran dan kemampuan untuk memilih, menata,
mengemas materi pelajaran kedalam cakupan dan kedalaman yang sesuai
dengan sasaran yang mudah dicerna oleh siswa, memiliki penguasaan tentang
teori dan keterampilan belajar dan memiliki pengetahuan tentang masa
pertumbuhan dan perkembangan siswa serta memiliki pemahaman tentang
bagaimana siswa bekerja.
Dalam pendidikan banyak faktor yang mempengaruhi siswa belajar. Dari
sekian banyak faktor yang mempengaruhi itu secara garis besar dapat dibagi
kepada factor internal, meliputi: factor fisiologis dan fisikologis, seperti
keadan panca indera, intelegensi, bakat dan motivasi. Thomas F. Staton yang
dikutip oleh Sardiman mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa adalah motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi,
pemahaman dan ulangan.3 Menurut Muhibin Syah faktor psikologis yang

2
Asep suryana dan Suryadi, Pengelolaan Pendidikan, (Jakarta: Direktoran Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009) hlm. 4
3
Sardiman Am, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT raja grafindo persada,
2004) hlm. 40
3

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran adalah tingkat


kecerdasaan dan intelegensi siswa.4
Bimbingan keagamaan yang lebih menarik kepada anak ialah mula-mula
yang mengandung gerakan shalat, pengalaman keagamaan yang menarik bagi
anak diantaranya shalat berjamaah karena shalat merupakan tiang pondasi
suatu agama dan termasuk salah satu rukun Islam. Apabila suatu keluarga
jarang pergi ketempat ibadah, anaknya akan kurang aktif dalam soal-soal
agama, demikianlah anak yang hidup dalam keluarga yang kurang
menjalankan agama dalam kehidupan sehari-hari, maka perhatian anak
terhadap agama akan kurang pula. Oleh karena itu betapa pentingnya
orangtua membimbing keagamaan anaknya di rumah. Bimbingan tersebut
sangat menunjang terhadap keberhasilan belajar agama disekolah dan
sekaligus memberikan pengaruh terhadap aktifitas belajar bagi anak di
sekolah.
Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu aspek dari proses
pendidikan, karenanya harus didesain sedemikian rupa melalui perencanaan
yang sistematis dan inovatif. Ketika berbicara tentang pembelajaran tidak bias
lepas dari peran guru. Menurut Abdul Majid, “perencanaan pembelajaran
dapat diwujudkan manalaka guru mempunyai sejumlah kompetensi”.5
Sebelum merencanakan suatu pelajaran hendaknya guru harus melihat
kondisi siswanya. Pupuh Faturohman dan M. Sobry Sutikno berpendapat
bahwa, “peserta didik dengan segala perbedaannya seperti motivasi, munat,
bakat, perhatian, harapan, latar belakang sosio-kultural, menyatu dalam
sebuah system belajar di kelas dan poerbedaan-perbedaan ini harus dikelola
oleh guru untuk mencapai proses pembelajaran yang optimal”.6

4
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: remaja rosda
karya, 1995) hlm. 46
5
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011) hlm.
3
6
Pupuh Faturohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2009) hlm. 116
4

Pada bidang study Fiqih ini tentu dalam pengajarannya guru dituntut
untuk memiliki kemampuan mengembangkan system belajar mengajar secara
kreatif, imajinatif, menguasai materi yang akan disampaikan serta mampu
membangkitkan minat belajar siswa dalam KBM agar tercipta suasana belajar
menarik dan menyengangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan
tercapai sesuai dengan harapan. Ketika melaksanakan pengelolaan
pembelajaran guru juga di tuntut untuk membuat perencanaan yang matang
dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada dan memperhatikan
taraf perkembangan intelektual serta perkembangan psikologi belajar siswa.
Hal ini biasanya terkait dengan metode pembelajaran karena metode
pembelajaran merupakan komponen yang mempunyai fungsi penting dalam
pembelajaran.
Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh
komponen ini, walaupun komponen-komponen lain itu lengkap jika tidak
dapat diimplementasikan melalui metode yang tepat maka komponen-
komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian
tujuan. Menurut Hamzah B. Uno “Tujuan pembelajaran merupakan salah satu
aspek yang dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran, sebab
segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut.7
Banyak metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat memrubah
hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan metode Role Playing. metode
ini merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang dapat mengundang
hasil belajar siswa. Menurut M. Dalyono, “Pembelajaran aktif merupakan
salah satu cara atau strategi pembelajaran yang menuntut keaktifan dan
partisipasi siswa.8

7
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaraan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hlm. 34
8
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005) hlm. 195
5

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar pembelajaran Fiqih itu lebih
menarik, maka perlu upaya pembelajaran yang tepat dan terarah, untuk itulah
peneliti melakukan penelitian tindakan kelas tentang “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Fiqih Ibadah Melalui Penerapan Metode Role Playing
Pada siswa kelas VII di MTs Assa’adatain Serua Tangerang Selatan.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di identifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Upaya meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Fiqih Ibadah
2. Suasana belajar yang menciptakan kondisi yang kurang menyenangkan
dan menciptakan image buruk terhadap pelajaran Fiqih Ibadah
3. Pembelajaran cenderung dilakukan dengan ceramah dan penugasan
sehingga siswa kurang termotivasi dan aktif dalam proses belajar.

C. Pembatasan Masalah
Agar supaya pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah maka
pembahasannya hanya di batasi pada masalah Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Fiqih Ibadah materi shalat berjamah Melalui Penerapan Metode Role
Playing Pada siswa kelas VII A di MTs Assa’adatain Serua Tangerang
Selatan.

D. Perumusan Masalah
Bertolak dari pembatasan masalah di atas, pembahasan dalam skripsi ini
dapat dirumuskan “penerapan metode Role Playing dalam meningkatkan
hasil belajar siswa pada pelajaran Fiqih di MTs Assa’adatain Serua.”
6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Fiqih ibadah
melalui metode Role Playing.
2. Kegunaan penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun
secara praktis yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna dalam
menambah wawasan dan memberikan kontribusi bagi pengembangan
khasanah keilmuan terkait dengan upaya meningkatkan hasil belajar
siswa pelajaran fiqih Ibadah.
b. Kegunaan Praktis
Adapun secara praktis kegunaan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Bagi siswa
Meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pelajaran fiqih Ibadah
2) Bagi guru
Upaya untuk memberikan masukan ketika membimbing,
mengarahkan dan mendidik siswa khususnya pada pelajaran fiqih
Ibadah yaitu shalat berjamaah melalui metode Role Palying,
sehingga lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa kelas VII A
MTs Assa’adatain Serua
3) Bagi sekolah
Memberikan masukan di dalam menentukan kebujakan,
mengembangkan dan merencanakan strategi dalam melaksanakan
pendekatan pembelajaran yang tepat dalam hal ini memilih dan
menggunakan metode pengejaran yang efektif guna meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Belajar dan Hasil Belajar


1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak masih bayi (bahkan
dalam kandungan) hingga liang lahat.1
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Menurut M. Ngalim Purwanto, belajar merupakan suatu perubahan
dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah
laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada
tingkah laku yang lebih buruk. Belajar juga merupakan suatu perubahan
yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-
perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan kematangan tidak
dianggap sebagai hasil belajar. Untuk dapat disebut belajar, maka
perubahan itu harus relative mantap, harus merupakan akhir dari pada
suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu
berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu
hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin
berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, ataupun bertahun-tahun.
Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti, perubahan
dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, ataupun sikap.2

1
Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011) hlm. 3
2
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999) hlm. 81-
82

7
8

Menurut James O. Whittaker yang dikutip oleh Syaiful Bahri


Djamarah belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman.
Cronchbach, berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang
ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.3
Dari dua tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan sehingga dapat mengembangkan pemikiran siswa.
Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di
dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.4
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu
dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka
lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Belajar sebagai perubahan perilaku yang relative tetap yang
disebabkan praktik atau pengalaman yang sampai dalam situasi tertentu.
Belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap
lingkungannya.5
Dari pengertian-pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa
pengertian belajar adalah „perubahan‟ yang menyangkut pengetahuan,

3
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Bandung: rineka cipta, 1999) hlm. 22
4
Ibid, hlm. 23
5
Dirman, Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Pembelajar yang Mendidik, (Jakarta: PT
RINEKA CIPTA, 2014) hlm. 5
9

sikap, prilaku, kebiasaan, kecakapan, keterampilan dan kepribadian yang


terjadi sebagai interaksi dengan lingkungan seperti guru, bahan ajar dan
lain-lain.

2. Jenis-jenis Belajar
Dalam proses belajar mengajar dikenal adanya bermacam kegiatan
yang memiliki corak yang berbeda antara satu denagn yang lainnya baik
dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan
tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul
dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan manusia yang juga
bermacam-macam.6 Ada delapan jenis-jenis belajar antara lain:
a. Belajar dengan isyarat (signal learning)
Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respons
bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil
sikap tidak bicara, lambaian tangan isyarat untung datang mendekat,
diam dan datang adalah respons. Jenis belajar semacam ini dilakukan
dengan merespons suatu isyarat.
b. Belajar dengan stimulus respons (stimulus respons learning)
Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan
emosional. Jenis belajar S-R, respons bersifat spesifik. 2X3=6 adalah
bentuk suatu hubungan S-R. mencium bau masakan sedap itupun
ikatan S-R. jadi belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi
(S-R bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement. Hal
ini berlaku pula pada jenis belajar stimulus respons.
c. Belajar dengan rangkaian (chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian
antara berbagai S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam
rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan,
minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal.

6
http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/jenis-jenis-belajar.html?m=1. Di unduh pada
tanggal 01 September 2017 jam 14.00 WIB
10

d. Asosiasi verbal (verbal association)


Suatu kalimat “unsure itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi
verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa unsure berbangun limas
kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau
kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk jika unsure-
unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang
lain.
e. Belajar dengan diskriminasi (discrimination learning)
Jenis belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian,
seperti membedakan berbagai bentuk wajah, binatang, ata tumbuh-
tumbuhan.
f. Belajar dengan konsep (concept learning)
Konsep merupakan symbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil
membuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan antara
berbagai fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulang
belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia,
reptilian, amphibian, burung, dan ikan.
g. Belajar dengan aturan (rule learning)
Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Jenis belajar ini banyak
terdapat dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika
dipanaskan, besar sudut dalam sebuah segitiga sama dengan 180
derajat. Belajar aturan ternyata mirip dengan verbal chaining,
terutama jika aturan ini tidak diketahui artinya. Oleh karena itu setiap
dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya.
h. Belajar dengan pemecahan masalah (problem solving learning)
Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan, ini memerlukan
pemikiran. Upaya memecahkan masalah dilakukan dengan
menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan masalah itu.
Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat
adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah,
seperti mengenal tiap unsur dalam masalah, mencari hubungannya
11

dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan


pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba.7
Setiap jenis belajar merupakan prasyarat bagi jenis belajar
diatasnya. Sebaliknya tiap jenis belajar memerlukan penguasaan pada
jenis belajar pada tingkat dibawahnya. Untuk belajar memecahkan
masalahnya, misalnya perlu dikuasi sejumlah aturan yang relevan dan
untuk menguasai aturan perlu dipakai semua konsep dalam aturan itu.

3. Macam-macam Teori Belajar


Sebelum memahami beberapa teori belajar, perlu dipahami
perbedaan antara teori belajar dan teori pembelajaran. Siregar dan Nara
membedakan antara teori belajar dan teori pembelajaran dengan cara
melihar dari posisional teorinya.8
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mngenai teori-teori
belajar, yaitu: teori belajar behavorisme hanya berfokus pada aspek
objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui prilaku
untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak, dan pandangan
konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses dimana pelajar aktif
membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
a. Teori belajar Behaviorisme
Adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori
ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya prilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.9

7
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV WACANA PRIMA, 2009) hlm. 52-
53
8
Dirman, op.cit., hlm. 10
9
Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011 ) hlm, 25
12

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya,


mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau prilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya prilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
b. Teori belajar Kognitivisme
Teori ini mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes
terhadap teori prilaku yang telah berkembang sebelumnya. Model
kognitif ini memiliki persfektif bahwa para peserta didik memproses
informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan,
dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang telah
ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Menurut teori ini, proses belajar akan belajar dengan baik bila
materi pelajaran yang beradaptasi secara tepat dan serasi dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Teori belajar kognitif
ini guru bukanlah sumber belajar utama dan bukan kepatuhan siswa
yang dituntut dalam refleksi atas apa yang diperintahkan dan
dilakukan oleh guru. Evaluasi belajar bukan pada hasil, tetapi pada
kesuksesan siswa dalam mengorganisasi pengalamannya.
c. Teori belajar Humanistik
Menurut teori ini, tujuan belajar untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar akan berhasil jika si pelajar telah memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya
harus belajar agar lambat laun ia mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami prilaku belajar
dari sudut pandang prilakunya bukan dari sudut pandang
pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator
bagi para siswa, sedangkan guru memberikan motivasi keasdaran
mengenai makna kehidupan siswa.10

10
Ibid, hlm. 26-27
13

d. Teori belajar Konstruktivisme


Kontruksi berarti sifat membangun, dalam konteks filsafat
pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
dan tidak sekonyong-konyong.11

4. Pengertian Hasil Belajar


Menurut Nana Sudjana, “proses belajar adalah kegiatan yang
dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya”.12
Howart Kingsley dikutip oleh Nana Sudjana dalam bukunya
membagi tiga macam hasil belajar mengajar, diantaranya:
a. Keterampilan dan kebiasaan.
b. Pengetahuan dan pengarahan
c. Sikap dan cita-cita.13
Masing-masing jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum.
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni:
a. Informasi ferbal
b. Keterampilan intelektual
c. Strategi kognitif
d. Sikap
e. Keterampilan motoris.14

11
Eveline Siregar, op.cit., hlm. 30
12
Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), Cet ke-17, hlm. 22
13
Ibid, hlm. 23
14
Ibid, hlm. 23
14

Penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan


keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siwa,
hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.15
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil
belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.16
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain, kognitif, afektif, dan
psikomotor. Rinciannya:
a. Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek yaitu, pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
dan penilaian.
b. Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu, menerima, menjawab atau reaksi, menilai,
organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks lain.
c. Ranah psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi,
neuromuscular (menghubungkan. mengamati).17

15
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999) hlm. 250-
251
16
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2006) hlm. 30
17
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) hlm. 102-103
15

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan
psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan
afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses
pembelajaran di sekolah.

5. Pengukuran Hasil Belajar.


Dalam kegiatan belajar mengajar, pengukuran hasil belajar
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah
laku siswa setelah melakukan proses belajar. Maka pengukuran
yang dilakukan guru bisa menggunakan tes sebagai alat pengukur.
Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur
hasil kemampuan siswa. Tes hasil belajar yang dikembangkan
disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif. Untuk
penskoran hasil tes, menggunakan panduan evaluasi yang memuat
kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal.18
Menurut Sudjana yang dikutip oleh Asep Jihad dan Abdul
Haris ada dua kriteria yang bersifat umum dalam pengukuran
hasil belajar, yaitu:
a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya.
Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada
pengajaran sebagai suatu proses yang merupakan interaksi
dinamis sehingga siswa sebagai subjek mampu
mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri. Untuk
mengukur keberhasilan pengajaran dari sudut prosesnya dapat
dikaji melalui beberapa persoalan dibawah ini:
1) Apakah pengajaran direncanakan dan disiapkan terlebih
dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik
?

18
Trianto, mendesain model pembelajaran inovatif-progresif, (Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP,2009) hlm. 236
16

2) Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia


melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran,
kesungguhan, dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan, pengetahuan, kemampuan, serta sikap yang
dikehendaki dari pengajaran itu ?
3) Apakah guru memakai multi media ?
4) Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol
dan menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya ?
5) Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa
dalam kelas ?
6) Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar
cukup menyenangkan dan merangsang siswa belajar ?
7) Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya,
sehingga menjadi laboraturium belajar ?
b. Kriteria ditinjau dari hasilnya.
Disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan
pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah
beberapa persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam
menentukan keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi hasil
atau produk yang dicapai siswa:
1) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses
pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku
secara menyeluruh ?
2) Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses
pengajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa ?
3) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama
diingat dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup
mempengaruhi perilaku dirinya ?
17

4) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukan oleh siswa


merupakan akibat dari proses pengajaran ?.19

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Untuk memahami kegiatan yang disebut “belajar” perlu dilakukan
analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat di
dalam kegiatan belajar itu. Di muka telah dikatakan bahwa belajar
merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses sudah tentu harus ada yang
diproses (masukan atau input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau
output). Jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu
dengan pendekatan analisis system. Dengan pendekatan system ini
sekaligus kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Dengan pendekatan system,
kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut:20

INSTRUMENTAL INPUT

RAW INPUT OUTPUT


TEACHING – LEARNING PROCESS

ENVIRONMENTAL INPUT

Gambar di atas menunjukan bahwa masukan mentah (raw


input) merupakan bahan baku yang perlu diolah , dalam hal ini
diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar

19
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2010)
hlm. 15
20
Ngalim Purwanto, op.cit, hlm 106
18

(teaching-learning process). Terhadap/di dalam proses belajar


mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan
yang merupakan masukan lingkungan (environmental input), dan
berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan
dimanipulasikan (instrumental input) guna menunjang tercapainya
keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai faktor tersebut
berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu.
Didalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud
masukan mentah atau raw input adalah siswa. Sebagai raw input, siswa
memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis.
Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya,
dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah,
minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan
kognitifnya, dan sebagainya. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana
proses dan hasil belajarnya.
Yang termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang disengaja
dirancang dan dimanipulasikan adalah, kurikulum atau bahan pelajaran,
guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen
yang berlaku disekolah yang bersangkutan. Di dalam keseluruhan system
maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan
paling menentukan dalam mencapaian hasil/output yang dikehendaki,
karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses
belajar-mengajar itu akan terjadi didalam diri pelajar.21

B. Metode Pembelajaran
1. Pengertian dan Fungsi Metode Pengajaran
Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut Syaiful Bahri Djaramah yang dikutip dalam buku “Profesi

21
Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 107
19

dan Etika Keguruan” metode adalah suatu cara yang dipergunakan


untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.22
Menurut Muhibbin Syah, “metode secara harfiah berarti cara,
dalam pemakaian umum, metode diartikan sebagai cara melakukan
suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan
menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis”.23
Mengajar yang dalam bahasa inggrisnya disebut teaching,
dapat diartikan sebagai upaya memberikan wawasan kognitif pada
peserta didik sebagai bagian dari upaya membangun wawasan
tentang sesuatu dalam rangka menumbuhkan kemampuan efektif
dan psikomotorik pada peserta didik. Dengan demikian, pengajaran
lebih merupakan alat dalam rangka memperkaya wawasan serta
menumbuhkan penghayatan dan pengalaman yang benar.
Sebuah penghayatan dan pengalaman yang benar, dan kokoh
antara lain harus disertai dengan pemahaman dan wawasan yang
benar yang dihasilkan melalui kegiatan pengajaran.24
Metode pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam
rangka mensiasati perubahan prilaku peserta didik secara adaptif
maupun generative. Metode pembelajaran sangat erat kaitannya
dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru, yang
keduanya disingkat menjadi SOLAT (style of learning and
teaching).25

22
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013) hlm. 191
23
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2011), Cet ke-17, hlm. 198
24
Abuddin Nata, Perspektif IslamTentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP, 2009) hlm. 175
25
Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014) hlm. 37
20

2. Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran


Agar penggunaan metode lebih efektif maka ada beberapa
prinsip yang harus diperhatikan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran.26
a. Metode harus memanfaatkan teori kegiatan mandiri. Belajar
merupakan akibat dari kegiatan siswa. Pada dasarnya belajar itu
berwujud mengalami, memberi reaksi, melakukan dan menurut
prinsip ini seseorang belajar melalui reaksi atau melalui mandiri
yang merupakan landasan dari semua pembelajaran.
b. Metode harus dimanfaatkan hukum pembelajaraan. Kegiatan
metode dalam pembelajaran berjalan dengan cara tertib dan
efisien sesuai dengan hukum-hukum dasar yang mengatur
pengoperasiannya. Hukum-hukum dasar menyangkut kesiapan,
latihan dan akibat, harus dipertimbangkan dengan baik dalam
segala jenis pembelajaran.
c. Metode harus berawal dari apa yang sudah diketahui siswa.
Memanfaatkan pengalaman lampau siswa yang mengandung
unsure-unsur yang sama dengan unsur-unsur materi
pembelajaran yang dipelajari akan melancarkan pembelajaran.
Hal tersebut dapat dicapai dengan sangat baik melalui korelasi
dan pembandingan.
d. Metode harus didasarkan atas teori dan praktek yang terpadu
dengan baik yang bertujuan menyatukan kegiatan pembelajaran.
Ilmu tanpa amal (praktek) seperti kayu tanpa buah.
e. Metode harus memperhatikan perbedaan individual dan
menggunakan prosedur-prosedur yang sesuai dengan cirri-ciri
pribadi seperti kebutuhan, minat, serta kematangan mental dan
fisik.

26
Ramayulis, op.cit, hlm. 198
21

f. Metode harus merangsang kemampuan berfikir dan nalar para


siswa. Prosedurnya harus memberikan peluang bagi kegiatan
berfikir dan kegiatan perorganisasianyang seksama.
g. Metode harus disesuaikan dengan kemajuan siswa dalam hal
keterampilan, kebiasaan, pengetahuan, gagasan, dan sikap siswa,
karena semua ini merupakan dasar dalam psikologi
perkembangan.
h. Metode harus menyediakan bagi siswa pengalaman-pengalaman belajar
melalui kegiatan belajar yang banyak dan bervariasi. Kegiatan –
kegiatan yang banyak dan bervariasi diberikan untuk memastikan
pemahaman.27

3. Macam-macan Metode Pembelajaran


Metode pembelajaran yang ditetapkan guru banyak
memungkinkan siswa belajar proses, bukan hanya belajar produk.
Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi
kognitif. Sedangkan belajar proses dapat memungkinkan
tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif (sikap),
maupun psikomotor (keterampilan). Oleh karena itu metode
pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu
lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses.28
Beberapa metode pengajaran:
a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran, yang
dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan
secara langsung di hadapan peserta didik.
Kekurangan metode ceramah antara lain cenderung
membuat peserta didik kurang kreatif, materi yang disampaikan
hanya mengandalkan ingatan guru, kemungkinan adanya materi

27
Ramayulis, op.cit, hlm. 199
28
Sumiati dan Asra, op.cit., hlm. 91
22

pelajaran yang tidah dapat diperoleh sepenuhnya oleh peserta


didik.

b. Metode Tanya jawab


Metode taanya jawab ini lah cara penyajian pelajaran dalam
bentuk pertanyaan, yang dikemukakan oleh guru yang harus
dijawab oleh siswa. Menurut sejarahnya metode ini termasuk
yang tertua. Socrates yang hidup pada tahun 469-399 SM
misalnya, telah menggunakan metode Tanya jawab ini dalam
mengembangkan pemikiran filsafatnya serta dalam
mengajarkannya kepada masyarakat Yunani saat itu.
Dalam praktiknya, metode Tanya jawab ini dimulai dengan
mempersiapkan pertanyaan yang diangkat dari bahan pelajaran
ynag akan diajarkan, mengajukan pertanyaan, menilai proses
Tanya jawab yang berlangsung, dan diakhiri dengan tindak
lanjut.29
c. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi ialah cara penyajian pelajaran dengan
meragakan atau mempertunjukan kepada peserta didik tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari,
baik yang sebenarnya maupun tiruannya.
Metode demonstrasi ini didasarkan pada asumsi bahwa
mengerjakan dan melihat langsung lebih baik dari pada hanya
sekedar mendengar, adanya perbedaan pada sifat pelajaran yang
antara lain adanya pelajaran yang mengharuskan peragaan, serta
adanya perbedaan tipe belajar peserta didik, yakni ada yang tipe
visual, auditif, motorik, dan campuran.30

29
Abuddin Nata, op.cit, hlm. 181-182
30
Ibid, hlm. 183
23

4. Metode Pembelajaran Role Playing


a. Pengertian Metode Pembelajaran Role Playing
Role Playing atau bermain peran adalah sejenis
permainan gerak yang di dalamnya ada tujuan, aturan dan
sekaligus melinatkan unsur senang.
Metode Role Playing adalah metode yang melibatkan
interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau
situasi. Siswa melakukan peran sesuai dengan tokoh yang
dilakoni, mereka berinteraksi dengan lainnya melakukan peran
terbuka. Metode ini dapat dipergunakan dalam mempraktikkan
isi pelajaran yang baru, siswa diberi kesempatan untuk
memerankan sehingga menemukan kemungkinan masalah yang
akan dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Metode ini
menuntutkan guru untuk mencermati kekurangan dari peran
yang diperagakan siswa.31
b. Tujuan Penggunaan Metode Pembelajaran Role Playing
Tujuan metode ini, sesuai dengan jenis belajar adalah
sebagai berikut:
1) Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan
tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan interaktif atau keterampilan-keterampilan
reaktif.
2) Belajar melalui peniruan. Para siswa pengamat drama
menyamakan diri dengan pelaku dan tingkah laku mereka.
3) Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari
(menanggapi) prilaku para pemegang peran yang telah
ditampilkan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan
prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang

31
martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2007) cet ke 2, hlm. 167
24

mendasari perilaku keterampilan yang telah


didramatisasikan.
4) Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan.
Para peserta dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan
mereka dengan mengulanginya dalam penampilan
berikutnya.32

c. Pelaksanaan Metode Pembelajaran Metode Role Playing


1) Menyiapkan skenario atau topik masalah serta tujuan yang
hendak dicapai oleh pemeran.
2) Guru menunjuk siapa yang berperan dan menetapkan
pemain yang akan terlibat, peranan yang harus dimainkan
oleh para pemeran serta waktu yang disediakan.
3) Pemeran maju ke depan untuk mempraktekkannya.
4) Pemeran mengungkapkan perasaan atas peran yang
dilakoni nya.
5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.33

d. Prosedur Metode Pembelajaran Role Playing


1) Pilihah tipe orang atau situasi yang diinginkan untuk
dipelajari siswa. Berikut ini beberapa contoh:
a) Seperti apa menjadi orang dalam satu periode yang
berbeda dalam sejarah.
b) Seperti apa menjadi orang dalam minoritas.
c) Seperti apa menjadi orang dari budaya yang berbeda.
d) Seperti apa menjadi orang dengan masalah khusus atau
berbagai tantangan.

32
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Ssistem, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2009) hlm. 199
33
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2013) hlm.
207
25

2) Buatlah cara untuk mensimulasikan orang atau situasi itu.


Diantara cara untuk melakukan hal itu adalah sebagai
berikut:
a) Perintahkanlah kepada siswa untuk berpakaian sesuai
pakaian orang atau situasi itu, atau perintahkan mereka
membawa perlengkapan, alat-alat, atau barang-barang
lain milik orang atau situasi itu atau terlibat dalam
aktivitas tipikal orang tersebut.
b) Tanyakan pada siswa bagaimana simulasi dirasakan.34

e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Role


Playing
Strategi pembelajaran dengan metode Role Playing ini memiliki
beberapa keuntungan untuk peserta didik seperti berikut:
1) Dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi
situasi yag sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
2) Dapat mengembangkan kreativitas siswa karena melalui Role
Playing siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai
dengan topik yang diperankan.
3) Dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4) Dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
Adapun kelemahan dari strategi pembelajaran dengan metode
Role Playing ini yaitu:
1) Pengalaman yang diperoleh melalui Role Playing tidak selalu
tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2) Pengelolaan yang kurang baik, sering menjadikan sebagai alat
hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.

34
Melvin L Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:
PUSTAKA INSAN MADANI, 2009) cet ke 6, hlm. 199-200
26

3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi


siswa dalam melakukan peranan.35

C. Pembelajaran Fiqih di MTs

1. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Fiqih di MTs


Kata Fiqih secara bahasa adalah al-fahm (pemahaman) berarti
faham yang mendalam, mengetahui batinya sampai
kedalamannya. Pada awalnya kata fiqih digunakan untuk semua
bentuk pemahaman atas Al-Quran, Hadits, dan bahkan sejarah.
Pemahaman atas ayat-ayat dan hadits teologi, dulu diberi nama
fiqih juga.
Fiqih disebut dengan ilmu atau pengetahuan, karena fiqih
memang sebuah ilmu atau pengetahuan. Dengan pengertian ilmu
berarti fiqih bukan agama., namun fiqih terkait dengan agama.
Secara istilah fiqih adalah ilmu tentang hokum-hukum syar‟i
yang bersifat amaliyah, yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil
yang tafshili. Menurut ulama lain fiqih adalah apa yang dicapai
oleh mujtahid dengan zannya.36
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI No. 02 Tahun
2008 tentang Standar Kelulusan dan Standar Isi Pendidikan
Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, mata pelajaran fiqih
di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk:
a. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam
mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan
manusia dengan Allah yang diatur dalam fiqih ibadah dan
hubungan manusia dengan sesame yang diatur dalam fiqih
mu‟amalah.

35
Ibid, hlm. 208
36
Lukman Zain,Pembelajaran Fiqih, (Jakarta: direktorat jenderal pendidikan islam
departemen agama RI, 2009) hlm. 3
27

b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam


dengan benar dalam melaksanankan ibadah kepada Allah dan
ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan
ketaatan menjalankan hukum islam, disiplin dan tanggung
jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun
sosial.37

2. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Fiqih di MTs


Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI No. 02 Tahun
2008 tentang Standar Kelulusan dan Standar Isi Pendidikan
Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, ruang lingkup
pembelajaran fiiqh di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan
pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT
dan hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang
lingkup mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi:
a. Aspek Fiqih Ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara taharah,
shalat fardhu, shalat sunnah, dan shalat dalam keadaan darurat,
sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah shalat,
puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan,
perawatan jenazah, dan ziarah kubur.
b. Aspek fiqih mu‟amalah meliputi: ketentuan dan hukum jual
beli, qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan
borg serta upah.38

37
Peraturan Menteri Agama RI No.02 Tahun 2008 tentang standar kelulusan dan standar isi
pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Media Pustama
Mandiri,2009),cet, I, hlm. 91
38
Ibid, hlm. 92
28

3. Materi Fiqih Ibadah di Kelas VII MTs


Materi fiqih ibadah tentang shalat berjamaah meliputi:
a. Pengertian shalat jamaah
Menurut bahasa, kata jamaah artinya kumpulan atau
bersama-sama, sedangkan menurut istilah shalat jamaah adalah
shalat yang dilakukan secara bersama-sama oleh dua orang
atau lebih secara bersama-sama, dan salah satunya menjadi
imam, sedangkan lainnya menjadi makmum.
b. Hukum dan dalil shalat berjamaah
Shalat berjamaah hukumnya sunnah muakad (sunah yang
dikuatkan), yaitu sunah yang sangat dianjurkan dan Nabi saw
jarang sekali meninggalkannya.

Adapun dalil berkaitan dengan shalat berjamaah adalah:


ِ ِ َّ ‫الزَكا َة وارَكعوا مع‬ ِ
‫ي‬
َ ‫الراكع‬ َ َ ُ ْ َ َّ ‫الصالََة َوءَاتُوا‬
َّ ‫يموا‬
ُ ‫َوأَق‬
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah
beserta orang-orang yang rukuk”. (QS. Al Baqarah 2 : 43)

c. Syarat imam dan makmum


Syarat untuk melaksanakan shalat berjamaah minimal
harus ada dua orang atau lebih. Satu orang menjadi imam dan
yang lainnya menjadi makmum. Yang dimaksud imam dalam
shalat adalah seseorang yang diangkat untuk memimpin
pelaksanaan shalat berjamaah.
Secara umum ketentuan untuk menjadi imam meliputi,
orang yang lebih dalam ilmu agamanya, orang yang lebih fasih
bacaan AL-Qur‟annya dan banyak hafalannya, orang yang
lebih tua umurnya dan baik penampilannya, orang yang
29

berakhlak mulia, berdiri di depan makmum, dan berniat


menjadi imam.
Yang dimaksud makmum adalah orang yang mengikuti
shalatnya imam dalam shalat berjamaah. Syarat menjadi
makmum adalah, berniat menjadi makmum, mengetahui dan
mengikuti gerak gerik imam, tidak mendahului imam dalam
gerakan shalat, berada dalam satu tempat dengan imam, dan
tempat berdiri makmum tidak lebih maju kedepan daripada
imam.

d. Cara melakukan shalat berjamaah:


Tempat makmum tidak boleh di depan imam, yang
menjadi ukuran adalah tumit, yakni bagian belakang telapak
kaki. Apabila makmum terdiri dari dua orang atau lebih, maka
mereka semuanya berbaris di belakang imam. Tetapi, apabila
makmum hanya seorang maka dia berdiri di sebelah kiri imam
agak mundur sedikit ke belakang.
Makmum memulai pekerjaannya sesudah imam,
sedangkan imam mendahulukan selesainnya makmum dalam
setiap pekerjaan. Makmum bisa mengetahui perpindahan
gerakan imam dengan cara melihat langsung atau melihat
sebagian shaf, atau mendengar suara imam.39

39
Ibid, hlm. 38
30

D. Hasil Penelitian yang Relevan


Berikut ini peneliti sajikan penelitian yang menyangkut tentang
hasil belajar, untuk digunakan sebagai acuan dan referensi hasil
belajar siswa yang digunakan dalam obyek penelitian ini.
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya:
1. Siti Azizah dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Fiqih Melalui Penerapaan Metode Demonstrasi di
kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan”.
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama
Islam tahun 2014. Menunjukan bahwa hasil belajar siswa melalui
penerapan metode demonstrasi lebih baik dari pada menggunakan
metode ceramah. Karena siswa lebih aktif dan lebih memahami
dengan menggunakan metode tersebut.
2. Vionia Gemifanny dalam skripsinya yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Melalui Metode Sosiodrama Pada Kelas IX di MTs Negeri 7
Model Jakarta”. Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Jurusan
Pendidikan Agama Islam tahun 2017. Menunjukan bahwa hasil
belajar siswa melalui penerapan metode sosiodrama lebih baik dari
pada menggunakan metode ceramah. Karena siswa lebih tanggap
dan paham atas metode tersebut.

E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan identifikasi masalah dapat diambil hipotesa bahwa
penerapan metode Role Playing dengan langkah guru menyuruh
peserta didik untuk mempraktekkan gerakan shalat berjamaah secara
bersama-sama, dapat meningkatkan hasil belajar Fiqih Ibadah di kelas
VII MTs Assa‟adatain.
31

F. Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah
dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil suatu kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Pembelajaran Fiqih Ibadah dilakukan dengan dengan metode
ceramah, Tanya jawab, dan penugasan baik individu maupun
kelompok. Hal tersebut bersifat membosankan dan kurang menarik,
menyebabkan siswa mengantuk dan kurang aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran. Siswa malas mengerjakan tugas dan malas
mendengarkan penjelasan guru. Kondisi tersebut menimbulkan
rendahnya hasil belajar siswa.
Metode pembelajaran yang disampaikan seorang guru dapat
memberikan pengaruh pada prestasi siswa. Sehingga dalam
pengajaran seorang guru harus dapat memilih metode yang tepat
untuk digunakan.
Oleh karena itu diperlukan perubahan proses pembelajaran untuk
lebih meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran Fiqih Ibadah
dapat dilakukan dengan menerapkan metode Role Playing. Proses ini
lebih menyenangkan karena siswa dapat mempraktekkan atau
berperan langsung dalam kegiatan shalat berjamaah.
Pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playing
merupakan salah satu pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan
hasil belajar siswa. Jadi, peneliti berharap dengan menggunakan
metode Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar fiqih Ibadah
pada siswa kelas VII MTs Assa‟adatain Serua.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah
Assa’adatain jl. Serua Raya No. 9 kec Bojongsari kota Depok.
Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap siswa kelas VII A pada
tahun ajaran 2017/2018. Waktu penelitian dilaksanakan sekitar 3
bulan, dimulai dari bulan September-November 2017.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Peneliti


1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan
Kelas. Kunandar dalam bukunya yang berjudul Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru
menjelaskan bahwa,
Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action
Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis
untuk meningkatkkan mutu pembelajaran apabila
diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan
dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru)
mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam
pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang
diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki
situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya
untuk mengukur tingkat keberhasilannya.1

1
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Keguruan, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010) hlm. 41

32
33

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru


bidang studi secara bergantian. Observasi dilakukan oleh peneliti
dan guru secara bergantian pula. Penelitian tindakan kelas (PTK)
dilakukan berdasarkan suatu siklus. Masing-masing siklus
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi.
Suatu siklus akan dilanjutkan apabila kriteria keberhasilan yang
diharapkan belum tercapai dan siklus akan berhenti apabila
kriteria keberhasilan telah tercapai.

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas2

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas


Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan
menggunakan beberapa siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahap,
secara rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut:
a. Perencanaan

2
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2011) hlm. 114
34

Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan berdasarkan


tujuan penelitian. Peneliti membuat rencana untuk mencari
tindakan yang akan dilakukan di kelas sehubungan dengan
rendahnya hasil belajar siswa. Rencana ini kemudian dituangkan
dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
b. Pelaksanaan (Tindakan)
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan
perencanaan pembelajaran yang telah di susun. Tindakan inilah yang
menjadi inti dari PTK, dimana tindakan pelaksanaan ini dilakukan
dalam program pembelajaran apa adanya yang terjadi dalam kelas.
Langkah tindakan harus terkontrol secara seksama dan harus hati-hati
dan benar-benar terencana.3
c. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang
berlangsung. Peneliti dibantu oleh obsever yang mengamati segala
aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Pada lembar observasi ini
ada beberapa indikator yang akan diamati yaitu perhatian siswa,
keaktifan siswa, rasa ketertarikan siswa, dan semangat siswa yang
dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, mengenali, dan
menndokumentasikan semua gejala atau indikator dari proses ataupun
hasil tindakannya.
d. Refleksi
Refleksi menurut Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama
adalah “memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan
oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu
PTK yang dilaksanakan”.4 Kegiatan refleksi dilakukan ketika
peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Data-data yang
diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis.
Berdasarkan observasi tersebut guru dapat merefleksi diri
3
Kunandar, Op.Cit, hlm. 282
4
Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT
Indeks, 2010 ) hlm. 40
35

tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan


hasil refleksi ini dapat diketahui kelemahan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat
digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus
berikutnya.

C. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Peneliti


Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru. Selain mengajarkan
materi, peneliti juga membuat dan merancang rencana pembelajaran serta
mengevaluasi jalannya kegiatan belajar mengajar (KBM).

D. Tahapan Intervensi Tindakan


1. Tahap Pra Penelitian
Melakukan survei lapangan untuk memperoleh gambaran
kondisi sekolah. Survei dilakukan dengan wawancara kepada guru
bidang studi fiqih untuk mengetahui permasalahan yang ada di
sekolah. Survei juga dilakukan terhadap hasil belajar siswa dan
pendapat siswa tentang pembelajaran fiqih Ibadah yang selama ini
diterapkan.
2. Tahap Penelitian Siklus 1
a. Perencanaan
1) Menelaah tujuan kurikulum pada materi shalat wajib dengan
berjamaah
2) Membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaraan (RPP) dan menyusun
LKS

3) Membuat dan mempersiapkan sumber, bahan, dan media


pembelajaran.

4) Menyusun instrumen penelitian.

5) Memvalidasi instrumen penelitian


36

b. Pelaksanaan Tindakan dan observasi

NO Tahap tindakan Kegiatan observasi

1. Pree-test Mengamati proses pelaksanaan


pree-test

2. Implementasi materi shalat -mengamatai proses


dengan menggunakan implementasi
metode Role Playing. -mencari hal-hal yang terjadi
dalam proses pembuatan yang
tidak tercantum dalam materi
shalat wajib dengan berjamaah
dan pada manfaat

-mengamati proses pelaksanaan


pos-test

3. Pos-test Mengamati proses pengisian pos-


test

c. Refleksi
1) Menganalisis data-data yang diperoleh pada tahap tindakan dan
observasi
2) Mengambil kesimpulan tentang kelebihan dan kelemahan
penggunaan model pembelajaraan dengan menggunakan
metode Role Playing it is pada materi shalat berjamaah, sebagai
acuan/desain untuk menyusun desain siklus selanjutnya.
37

Langkah siklus I

Gambar 3.2 Desain Intervensi Tindakan

(Bagan Siklus PTK sumber KTI Prof Suharjono)

(2) Tindakan

(3) Pengamatan
(1) Rencana Analliis Hasil

(4) Refleksi
Evaluasi

3. Tahap Penelitian Siklus II


1) Perencanaan
(a) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi
dan penerapan alternatif pemecahan masalah.
(b) Menentukan indikator pencapaian hasil belajar

(c) Pengembangan progran tindakan II

2) Pelaksanaan Tindakan

(a) Guru melakukan apersepsi pada pelajaran yang sudah.


(b) Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan
tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

(c) Siswa tanya jawab tentang shalat berjamaah

(d) Siswa menceritakan tentang praktik shalat berjamaah

(e) Presentasi hasil diskusi

(f) Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja.


38

3) Pengamatan (observasi)
(a) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan
dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.

(b) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah


dikembangkan.

4) Refleksi
Guru menganalisa proses belajar mengajar yang sudah
dilaksanakan sehingga dapat dketahui sejauh mana tingkat ketercapaian
tujuan dari pembelajaran yang sudah direncanakan dengan
menggunakan Role Playing, dalam hal ini dapat dilihat melalui hasil
belajar pada pelajaran Fiqih Ibadah siswa-siswi kelas VII MTs
Assa’datain Serua. Dalam pelaksanaan siklus selanjutnya (Siklus II)
tahapan yang dilakukan harus sudah melalui tahapan revisi/perbaikan
dari siklus sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk dapat meningkatkan
pemahaman siswa-siswi di kelas yang berdampak pada peningkatan
hasil belajar pelajaran Fiqih dengan menggunakan metode Role
Playing.

E. Hasil Penelitian yang Diharapkan


Dari hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini
adalah hasil belajar siswa pada pelajaran Fiqih Ibadah setelah proses
pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playing. Adapun
ketuntasan belajar yang diharapkan mencapai 100% dengan nilai
KKM 70.

F. Data dan Sumber Data


Data yang diperoleh merupakan hasil belajar siswa yang
mencakup pemahaman konsep dan aktivitas siswa dengan
menggunakan metode Role Playing.
39

Data Sumber data Instrumen

Pemahaman materi Siswa Pree-test dan pos-test

G. Instrument Penelitian dalam Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu:
1. Instrumen tes
Tes tertulis ini berupa tes awal (preetest) dan akhir (postest).
Tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran
diberikan kepada siswa, karena itu pertanyaan yang tercantum
dalam pokok soal dibuat yang mudah. Sedangkan tes akhir adalah
bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah
diajarkan kepada siswa biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama
dengan naskah tes awal.
2. Instrumen non tes
Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris, “penilaian non tes
merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran
mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian”.5
a. Lembar Observasi
Lembar observasi terbagi menjadi tiga, yaitu lembar
observasi guru dalam mengajar di kelas, lembar aktifitas belajar
siswa dikelas, dan lembar observasi pembelajaran di kelas.
Ketiga lembar observasi tersebut digunakan untuk mencatat

5
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2010)
hlm. 67
40

kegiatan guru, siswa dan proses belajar Fiqih Ibadah dengan


menggunakan metode Role Playing. Peneliti disini berperan
sebagai pengajar juga sebagai peneliti. Guru mata pelajaran
sesungguhnya hanya menjadi pengamat saja.

b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan melakukan wawancara biasa,
wawancara dilakukan dengan siswa maupun kolaborator
mengenai baik buruknya proses pembelajaran. Kemudian data
tersebut diolah berdasarkan variable yang dibutuhkan dalam
penelitian dengan merekap seluruh hasil wawancara tersebut dan
memberikan interprestasi yang tepat.
Dalam hal ini yang menjadi narasumber dalam proses
wawancara adalah siswa kelas VII A dengan nilah fiqih tertinggi
di kelas, siswa kelas VII A dengan nilai fiqih terendah di kelas,
dan guru mata pelajaran fiqih di kelas.

c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mengamati seluruh
kegiatan dalam proses pembelajaran berlangsung. Berbagai hasil
pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas,
pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa dan aspek
lainnya yang perlu dicatat.

H. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan dan Teknik Analisis


Data
1. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
observasi secara terus-menerus dan triangulasi data. Triangulasi
41

adalah proses memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang.6


Triangulasi ini merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu
data. Keabsahan data dalam peneliti ini dilakukan dengan trigulasi
data dan trigulasi sumber data, yaitu menggunakan data dari
berbagai suasana, waktu, tempat dan jenis serta mengambil data
dari berbagai narasumber.

2. Teknik Analisis Data


Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data,
yaitu penelitian memberikan uraian mengenai hasil penelitian.
Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan penelitian
untuk mengurai data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan
hanya orang yang meneiti, tetapi juga orang lain yang juga ingin
mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat merupakan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif, lembar observasi kegiatan siswa
dan guru pada proses pembelajaran, catatan lapangan dan respon
siswa terhadasp metode Role Playing.
Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau
penguasaan konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap
siklus menggunakan gain skor. Gain adalah selisih antara nilai
postes dan pretes, gain menunjukan peningkatan pemahaman atau
penguasaan konsep siswa stelah pembelajaran yang dilakukan
guru.
Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan
Normalized Gain:

Indeks N-Gain = skor tes akhir-skor tes awal

6
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)
hlm. 128
42

Skor maksimum-skor tes awal

Dengan kategori:
g tinggi : nilai (g) > 0,70
g sedang : 0,70 > (g) > 0,3
g rendah : nilai (g) < 0,37

I. Pengembangan Perencanaan Tindakan


Seperti yang telah dikemukakan, bahwa penelitian yang
dilakukan oleh peneliti merupakan jenis penelitian tindakan kelas
(PTK) yang memiliki tahapan-tahapan dalam tiap siklusnya. Tahapan
tersebut meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan atau
pengumpulan data dan refleksi. Sedangkan prosedur pelaksanaan
perbaikan akan dilakukan apabila setelah tindakan siklus I selesai dan
belum terjadi peningkatan hasil belajar siswa, maka akan
ditindaklanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya pada siklus II
sebagai perbaikan pembelajaran.

7
Suherman, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah, (Jakarta: UIN, 2008) hlm. 51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Obyektif Sasaran Penelitian


1. Sejarah Singkat MTs Assa’adatain
Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan proses belajar
mengajar, menanamkan dan menyumbangkan berbagai nilai, ilmu
pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan wawasan dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal ini menunjukkan
bahwa sekolah merupakan suatu lembaga formal pendidikan, yaitu
lembaga yang utuh dan bulat, memiliki makna sebagai satu
kesatuan dan didalamnya terdapat bagian-bagian yang saling
berperan dan berkaitan.
MTs. Assa’adatain Serua sebagai salah satu lembaga
pendidikan formal tidak terlepas mengembangkan cita-cita yang
diamanatkan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 berikut
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Untuk menjelaskan
tentang profil MTs. Assa’adatain Jl. Serua Raya No. 9 Kec
Bojongsari kota Depok maka perlu mengetahui terlebih dahulu
sejarah awal berdirinya sekolah MTs. Assa’adatain Serua.
Pada tanggal 12 bulan Juli 1985 atas prakarsa ketua yayasan
yang pada saat itu dijabat oleh Ust. H. Zaini, secara resmi memulai
pendidikan formal pada jenjang jenjang Madrasah Tsanawiyah
pada yayasan Assa’adatain di sebuah lahan (tanah wakaf yayasan
yang diwakafkan oleh Bpk. H. Muhari) yang sebelumnya sudah di
jalankan pula pendidikan formal tingkat Madrasah Ibtidaiyyah
yang sudah dimulai pada beberapa tahun sebelumnya. Hingga saat
ini, jabatan ketua yayasan masih diemban oleh orang yang sama
yakni Ust. H. Zaini, sedangan untuk kepala sekolah di jabat oleh H.
Moch. Rojalih dan H. Nahrawi, Lc sebagai wakil kepala sekolah.

43
44

Sampai saat ini, MTs Assa’adatain masih terus konsisten dalam


menjalankan pendidikan formal di jenjang Tsanawiyyah atau
menegah pertama. Bahkan sekarang di beberapa sudut sedang
mengalami perbaikan juga penambahan sarana dan prasarana
dalam rangka mendukung terselenggaranya pendidikan secara
optimal.1

2. VISI, MISI, dan TUJUAN


Berdasarkan hasil dokumentasi di MTs Assa’adatain, berikut
dipaparkan visi, misi, dan tujuan MTs Assa’adatain.
a. VISI
“Terwujudnya Madrasah yang mampu melahirkan Generasi
berwawasan luas dalam bidang IMTAQ dan IPTEK untuk
mengabdi kepada Agama, Bangsa dan Negara”.
b. MISI
1) Membangun citra Madrasah sebagai tempat menuntut ilmu
dunia dan akhirat yang berbasis Islami
2) Menanamkan kecintaan kepada Agama, Bangsa, dan Negara.
3) Menanamkan nilai-nilai kepribadian yang Islami dan
mengembangkan Akhlaqul Karimah.
c. TUJUAN
1) Mampu berkreatifitas dalam bidang Agama dan
Pengetahuan.
2) Dapat melahirkan siswa yang kreatif dan inovatif dalam
bidang IMTAQ dan IPTEK.
3) Mampu melahirkan siswa yang berkualitas dalam bidang
IMTAQ dan IPTEK.2

1
Hasil dokumentasi di MTs Assa’adatain Serua
2
Ibid
45

3. Personal Pimpinan Sekolah


Kepala Sekolah : H. Moch. Rojalih, S.Pd.I
Wakasek Bid. Kurikulum : Juju Widyawati, S.Pd
Wakasek Bid. Kesiswaan : Ahmad Royani, S.Pd.I
Wakasek Bid. Sarpras/Humas : Rismawati, M.P
Kepala Tata Usaha : Atiyah, S.Pd.I

4. Guru dan Tenaga Kependidikan


Sebagian besar tenaga pengajar ataupun tenaga kependidikan yang
ada di MTs Assa’adatain berlatar belakang pendidikan S1 yang
berasal dari Universitas di sekitar Jakarta dan Jawa Barat.
Hasil dari dokumentasi saat penelitian, guru MTs Assa’adatain
berjumlah 13 orang. Kepala sekolah ditunjuk langsung oleh pihak
yayasan yang memayungi MTs Assa’adatain, tenanga pengajar di
MTs ini tidak hanya memegang satu mata pelajaran, dikarenakan
kurangnya tenaga pengajar yang berada di Mts Assa’adatain.3
Dalam upaya peningakatan kualitas pendidikan yayasan ini pun
sering melakukam program peningkatan kualitas guru. Ini
dilakukan agar meningkatnya kualitas pengajaran sesuai dengan
kurikulum yang berlaku saat ini.
Guna menunjang proses pembelajaran yang berlangsung di MTs
Assa’adatain guru-guru diwajibkan lulusan S1. Ini sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

5. Data Siswa
Siswa-siswa yang sekolah di MTs Assa’adatain ini berasal dari
wilayah seputar Serua, karena letak madrasah ini mudah diakses
untuk transportasi. Dari tahun ke tahun jumlah siswa yang berada
di MTs ini mengalami peningkatan.

3
Ibid
46

6. Saran dan Prasarana


Sarana yang berada di sekitar MTs Assa’adatain cukup memadai. Tetapi
koleksi perpustakaan di sekolah ini belum lengkap. MTs Ass’adatain
hanya memiliki perpustakaan mini.

B. Deskripsi Data Sebelum Tindakan


Penelitian ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra
penelitian) di MTs Assa’adatain. Kegiatan ini dilakukan sebelum
peneliti melakukan proses pembelajaran. Kegiatan pada penelitian ini
yaitu melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Fiqih dan
siswa MTs Assa’adatain, serta melakukan observasi pada proses
pembelajaran di dalam kelas. Tindakan ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran
dan masalah-masalah yang dihadapi di sekolah serta tanggapan dan
kendala yang dialami ketika proses pembelajaran terjadi. Sekolah
MTs Assa’adatain menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sebesar 70 untuk mata pelajaran Fiqih di kelas VII.
Kelas yang dijadikan objek penelitian di MTs Assa’adatain yaitu
kelas VII yang berjumlah 20 orang.
Wawancara pada saat observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi
kelas, kondisi siswa, serta untuk mengetahui gambaran umum
mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang
dihadapi di kelas. Wawancara berisikan tentang tanggapan dan
kendala yang dialami ketika proses pembelajaran terjadi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Fiqih di
MTs Assa’adatain sebagai berikut:
1. Sebagian siswa terlihat datar, kurang antusias dan ada beberapa
siswa yang tidak memperhatikan pada proses pembelajaran.
2. Metode yang digunakan adalah metode ceramah, penugasan, dan
Tanya jawab.
47

3. Sebagian besar siswa mendapatkan nilai atau hasil belajar dibawah


KKM yang diberikan.
4. Guru mata pelajaran Fiqih belum pernah mendengar metode Role
Playing.4
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas VII MTs
Assa’adatain sebagai berikut:
1. Sebagian besar siswa siswa memang menyukai pelajaran Fiqih
Ibadah namun ada juga beberapa yang menganggap kalau mata
pelajaran Fiqih Ibadah membosankan Karena cara mengajar guru
yang monoton.
2. Metode yang digunakan guru mata pelajaran Fiqih adalah ceramah
kemudian tanya jawab lalu penugasan.5
Selain dengan wawancara, peneliti melakukan observasi, observasi
dilakukan sebelum penelitian, hasil observasi dicatat dan terlampir.
Observasi proses pembelajaran dilakukan pada bulan September 2017
dan diperoleh gambaran mengenai situasi dan kondisi belajar siswa
serta kondisi lingkungan sekolah dan fasilitas penunjang proses
belajar yang ada. Observasi dilakukan dengan cara mengamati
langsung keadaan kelas pada saat proses belajar mengajar pada mata
pelajaran Fiqih Ibadah. Hasil observasi ini dijadikan data tambahan
dan data pelengkap yang berupa hasil pretest dan postest.
Adapun hasil observasi pembelajaran Fiqih Ibadah sebagai berikut:
1. Waktu lebih banyak dihabiskan untuk bercerita yang tidak
berkenaan dengan materi. Sehingga tidak sedikit siswa yang
mengingat materi yang telah diajarkan.
2. Banyak siswa yang mengobrol pada saat guru sedang menjelaskan
materi.6

4
Hasil wawancara dengan Bapak H. Nahrawi, Lc guru MTs Assa’adatain Serua, pada tanggal
18 September 2017
5
Hasil wawancara dengan salah satu murid kelas VII MTs Assa’adatain Serua, pada tanggal
18 September 2017
6
Hasil Observasi Pra Penelitian di MTs Assa’adatain Serua. Pada tanggal 18 September 2017
48

C. Hasil Analisis
1. Tindakan Pembelajaran Siklus I
Adapun kegiatan perencanaan pada siklus I yaitu sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
materi pokok, shalat lima waktu
2) Memilih menggunakan metode Role Playing sebagai metode
kegiatan belajar mengajar.
3) Menyiapkan sumber dan alat belajar dalam mendukung
proses pelaksanaan pembelajaran.
4) Menyiapkan pedoman observasi guru dan siswa berupa
lembar observasi serta cacatan lapangan yang telah dibuat
sebelumnya. Dengan ini dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana proses pembelajaran berlangsung serta untuk
mengetahui sejauh mana siswa aktif dalam pembelajaran
Fiqih Ibadah.
5) Menyiapkan alat evalusi berupa tes hasil belajar, instrumen
tesnya dalam bentuk pilihan ganda untuk pretest dan protest
siklus I, soal pretest digunakan untuk mengukur pengetahuan
awal siswa dan soal postest untuk mengetahui hasil belajar
siswa setelah pembelajaran dengan metode Role Playing.

b. Tahap Pelaksanaan
Siklus pertama dilaksanakan di kelas VII pada hari Selasa,, tanggal
26 September 2017. Dengan membahas materi “Shalat Lima Waktu”
Secara sistematis proses pembelajaran siklus I dapat digambarkan
sebagai berikut:
1) Kegiatan pendahuluan
Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu siswa
melaksanakan pretest untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa terhadap materi yang belum diajarkan. Selanjutnya guru
49

(peneliti) memasuki ruangan kelas dengan mengucapkan


salam terlebih dahulu, guru memposisikan diri terlebih dahulu
berdiri di hadapan para siswa, kemudian guru melakukan
pembukan yang diawali dengan do’a lalu mulai memeriksa
kehadiran siswa. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan
metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran, serta mengkondisikan siswa untuk nantinya
akan memainkan peran mereka masing-masing.
a) Kegiatan inti
Siswa mempraktekkan cara shalat dari niat sampai salam
dibawah bimbingan guru, siswa diberi waktu 10 menit
sebelum mempraktekkan shalat, guru terlebih dahulu
memperlihatkan kepada mereka cara shalat yang benar
sebagai berikut:
1- Niat shalat, guru membacakan niat shalat fardhu yang
akan di praktekkan.
2- Cara berdiri yang benar.
3- Takbiratul Ihram (posisi tangan dan membaca takbir).
4- Membaca Iftitah dengan suara yang dikeraskan.
5- Membaca Al-fatihah
6- Membaca Q.S pendek
7- Ruku, (kepala menghadap tempat sujud, posisi
punggung lurus, posisi tangan di lutut, membaca do’a
ruku).
8- I’tidal, (guru mempraktekkan cara I’tidal, posisi berdiri
ketika I’tidal, membaca do’a).
9- Sujud., (cara turun untuk sujud, posisi anggota sujud,
seperti kening hidung telapak tangan lutut dan kaki,
membaca do’a sujud, cara bangun dari sujud untuk
berdiri).
50

10- Duduk diantara dua sujud, (posisi kedua kaki dan jari
kaki, bacaan do’a untuk diantara dua sujud).
11- Doa Tasyahud, (posisi ketika duduk tasyahud, bacaan
tahiyat, bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad
SAW).
12- Salam.
13- Tertib.
2) Penutup
Guru menjelaskan kepada siswa apa yang telah dipelajari,
kemudian menyuruh siswa mempraktekkan cara shalat yang
baru saja di praktekkan oleh guru.

c. Tahap Observasi
1) Cacatan Lapangan
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran
pada saat siklus I berlangsung dengan menggunakan metode
RolePlaying diperoleh catatan lapangan sebagai berikut:
Pada saat pembelajaran berlangsung, suasana kelas masih
kurang kondusif. Dari pengamatan penulis, ada beberapa
siswa yang tidak membantu teman yang lainnya, namun
dalam kegiatan, masing-masing siswa telah melaksanakan
sesuai dengan tahapan metode pembelajaran Role Playing.
Pada saat mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan
menggunakan metode pembelajaran Role Playing, siswa
masih terlihar mengandalkan teman yang lainnya dan siswa
masih terlihat pasif dalam pengerjaan Lembar Kerja Siswa
(LKS), siswa juga masih terlihat enggan bertanya kepada guru
(Peneliti) bila mengalami kesulitan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan saat
penelitian siklus I, dapat diketahui bahwa tindakan yang
diberikan dengan menerapkan metode pembelajaran Role
51

Playing pada siklus I belum sesuai dengan perencanaan yang


dibuat. Hal ini disebabkan siswa bingung karena belum
terbiasa dengan langkah-langkah metode Role Playing
sehingga belum menciptakan susasana pembelajaran yang
efektif.

2) Wawancara
Wawancara dilakukan kepada dua orang setelah pelaksanaan
tindakan siklus I selesai. Berikut hasil wawancara peneliti
kepada siswa yang terlibat dalam pembelajaran metode Role
Playing :
a) Masih bingung dengan metode Role Playing, tetapi
meskipun awalnya membingungkan, siswa senang karena
ada metode belajar baru yang belum pernah mereka ketahui
sebelumnya.
b) Sebagian besar siswa senang karena mereka menjadi aktif
di dalam kelas.
c) Siswa masih malu-malu memperagakan peran dan saling
tunjuk menunjuk apabila guru (Peneliti) menyuruh
memperagakan di depan.

3) Hasil Belajar
Hasil test pada siklus I materi shalat lima waktu dengan
diikuti oleh 20 siswa dan menggunakan metode Role Playing
terdiri dari data Pretest dan Postest.
Pretest diperoleh dari hasil test sebelum siswa mempelajari
materi tersebut dan belum diterapkannya metode Role
Playing, sedangkan nilai Postest diperoleh dari hasil belajar
siswa setelah diterapkannya metode Role Playing.
52

Table 4.1
Siklus 1

NO NAMA PRETEST POSTEST


1. Adinda Larasati 53 83
2. Ahmad Zeni Muslim 60 77
3. Akrom Damawi 57 73
4. Alwi Misbah R 47 77
5. Ayu Windasari 50 70
6. Bagus Sajiwo 47 70
7. Dea Damayanti 30 70
8. Egy Pratama Mas Putra 50 77
9. Khofifah 47 80
10. Muhammad Fauzi 40 73
11. Muhammad Hugi 40 70
12. Muhammad Rifa’i 40 63
13. Nila Zafiratun Nisa 47 63
14. Putri Aprianti 40 63
15. Renaldi 33 70
16. Ria Wulandari 40 73
17. Riska Widya Utami 47 57
18. Rivani Saskiya 37 70
Sandy Halumuan
19. 30 57
Saputra
20. Vira Kholiza Hasan 30 50
JUMLAH 1872 1.390
RATA-RATA 43,74 69,5
53

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa hasil


belajar pada saat Pretes nilai terbesarnya adalah 60, dan nilai
terkecil adalah 30 dengan jumlah 1872, dan nilai rata-rata
43,74. Sedangkan pada saat Postest, nilai terbesar adalah 83,
dan nilai terkecil adalah 50 dengan jumlah total 1390, dan
nilai rata-rata 69,5. Dengan begitu ketuntasan hasil belajar
dapat dilihat dari hasil postest dengan nilai KKM 70 yang
diperoleh pada siklus I adalah 69,5 hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan metode Role Playing mengalami
peningkatan. Namun penelitian ini harus dilanjutkan pada
siklus II, karena belum semuanya mencapai ketuntasan hasil
belajar.

d) Tahap Refleksi
Dari hasil pelaksanaan tindakan pada siklus 1 terdapat
peningkatan hasil belajar siswa. Tetapi, peningkatan tersebut
belum maksimal, sehingga perlu adanya revisi pembelajaran
dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil observasi
yang telah dilaksanakan pada siklus I terdapat beberapa kendala
dalam penerapan pembelajaran, diantaranya yaitu:
1) Siswa masih belum terbiasa menerapkan metode
pembelajaran Role Playing.
2) Masih banyak siswa yang kurang mendengarkan dan
memperhatikan ketika penyampaian materi. Untuk
selanjutnya guru harus lebih tegas terhadap siswa,
memperhatikan dan mendengarkan ketika penyampaina
materi.

e) Keputusan Siklus I
Peneliti bersama guru mata pelajaran Fiqih yang bertugas
sebagai kolaborator dan observer menganalisis sekaligus
54

mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus I, tindakan yang


diberikan sudah sesuai atau belum dengan konsep penelitian.
Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator
keberhasilan.
Berdasarkan refleksi, siklus I ini dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa belum mencapai KKM yang ditentukan sebesar 70.
Masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM.
Nilai rata-rata untuk pretest hanya sebesar 43,74, saat postest
nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 69,5. Meskipun
mengalami peningkatan pada saat postest namun masih ada
siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM. Oleh karena itu
perlu dilakukan tindak lanjut untuk memperoleh hasil belajar
siswa yang diharapkan. Penelitian ini dilanjutkan pada siklus II,
dengan memperbaiki desain pembelajaran, serta guru (Peneliti)
harus lebih berinteraksi dan membimbing siswa lebih baik lagi
dalam proses belajar.

2. Tindakan Pembelajaran Siklus II


a) Tahap Perencanaan
Kegiatan pada siklus II, dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal
10 Oktober 2017 membahas materi tentang “Shalat Berjamaah”.
Perencanaan yang akan dilaksannakan pada siklus II
berdasarkan refleksi siklus I.
b) Tahap Pelaksanaan
Tahap dalam pelaksanaan pada siklus II sebenarnya sama saja
pada tahap pelaksanaan siklus I, hanya saja materi yang dibahas
berbeda. Pada siklus II materi yang dibahas tentang shalat
berjamaah. Namun dalam siklus II ini sudah terlihat perbaikan-
perbaikan dari siklus I.
55

c) Tahap Observasi
1) Catatan Lapangan
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran
pada saat siklus II berlangsung dengan menggunakan metode
Role Playing, diperoleh catatan lapangan sebagai berikut:
Saat pembelajaran berlangsung suasana kelas sudah kondusif,
hal ini terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa dan merasa
nyaman dengan pembelajaran Fiqih Ibadah di kelas dengan
menggunakan metode Role Playing. Semua siswa bergantian
dalam memerankan praktek shalat, seluruh siswa terlihat aktif
dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS).
2) Wawancara
Berdasarkan catatan lapangan pada siklus II dapat diketahui bahwa
tindakan yang diberikan dengan menerapkan metode Role Playing
pada siklus II sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Suasana
pembelajaran dengan menerapkan metode Role Playing sudah
optimal. Hal ini dikarenakan siswa sudah memahami langkah-
langkah metode pembelajaran Role Playing secara utuh, sehingga
dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif.
Setelah pelaksanaan siklus II selesai, dilakukan wawancara
diluar kelas. Sama pada halnya siklus I. Wawancara
dilakukan kepada dua orang siswa. Pencatatan dilakukan oleh
peneliti dengan mewawancarai perwakilan dari siswa yang
lainnya.
a) Siswa sudah dapat dengan mudah menerapkan metode
pembelajaran Role Playing, meskupun awalnya masih
membingungkan menurut siswa, tetapi siswa merasa
senang karena ada metode belajar baru yang belum pernah
mereka dapatkan sebelumnya.
56

b) Sebagian besar siswa senang dapat memerankan peranan


yang mereka dapat sehingga dapat mempraktekkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
siswa mulai terbiasa dan menyukai metode pembelajaran Role
Playing.

3) Hasil Belajar
Berdasarkan hasil tes (Pretest dan Postest) tentang shalat
berjamaah yang diperoleh pada siklus II, dengan jumlah siswa
20 orang dalam satu kelas. Data nilai pretest diperoleh dari
hasil tes sebelum siswa mempelajari materi tersebut dan
belum diterapkannya metode Role Playing, serta nilai postest
diperoleh dari hasil belajar siswa setelah diterapkannya
metode Role Playing.

Table 4.2
Siklus II

NO NAMA PRETEST POSTEST


1. Adinda Larasati 58 70
2. Ahmad Zeni Muslim 60 80
3. Akrom Damawi 49 77
4. Alwi Misbah R 50 80
5. Ayu Windasari 45 80
6. Bagus Sajiwo 40 70
7. Dea Damayanti 39 77
8. Egy Pratama Mas Putra 47 73
9. Khofifah 50 77
10. Muhammad Fauzi 48 73
57

11. Muhammad Hugi 56 80


12. Muhammad Rifa’i 46 80
13. Nila Zafiratun Nisa 45 73
14. Putri Aprianti 50 80
15. Renaldi 47 70
16. Ria Wulandari 50 70
17. Riska Widya Utami 45 80
18. Rivani Saskiya 50 80
19. Sandy Halumuan Saputra 45 70
20. Vira Kholiza Hasan 50 80
JUMLAH 970 1520
RATA-RATA 48,5 76,0

Berdasarkan table 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa hasil belajar pada
saat Pretest nilai terbesarnya adalah 60, dan nilai terkecil adalah 39
dengan jumlah total 970 dengan nilai rata-rata 48,5. Sedangkan pada
saat Postest, nilai terbesar adalah 80, dan nilai terkecil adalah 70
dengan jumlah total 1520, dengan rata-rata 76,0. Dengan begitu
ketuntasan hasil belajar dapat dilihat dapat dilihat dari hasil Postest
dengan nilai KKM diatas 70 yang diperoleh pada siklus II adalah
76,0, hal ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
metode Role Playing mengalami peningkatan.

d) Tahap Refleksi
Berdasarkan pengamatan selama penelitian siklus II
diperoleh keterangan bahwa pembelajaran Fiqih Ibadah di kelas
VII sudah mulai efektif. Siswa mulai terbiasa menggunakan
metode Role Playing. Siswa sepertinya lebih aktif saat proses
pembelajaran sehingga menciptakan keadaan pembelajaraan
yang lebih efektif dibandingkan dengan siklus I.
58

Nilai rata-rata untuk Pretest siklus II (48,5) lebih meningkat


dibandingkan Pretest siklus I yang hanya sebesar 43,74. Setelah
dilakukan Postest pun nilai rata-rata Postest siklus II lebih tinggi
dibandingkan nilai Postest siklus I.
Seluruh siswa sudah memperoleh nilai standar KKM atau dapat
dikatakan keberhasilan mencapai 100%.

e) Keputusan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi siklus II diperoleh dari hasil
belajar dan aktivitas belajar siswa juga respon siswa yang positif
tentang metode yang digunakan dalam belajar yaitu metode Role
Playing. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman dan
kemampuan siswa dalam memahami materi hukum islam
tentang Ibadah Shalat sudah mencapai kriteria yang diharapkan.
Hasil dari siklus II mencapai KKM, berarti tindakan sudah dapat
dihentikan dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

D. Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil pengamatan observasi peneliti sebelum
menerapkan metode Role Playing, berbagai masalah dalam
pembelajaran Fiqih Ibadah siswa kelas VII MTs Assa’adatain Serua
diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
adalah ceramah sehingga siswa merasa bosan dan jenuh. Siswa
terlihat pasif karena siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran,
hal inilah yang membuat siswa kurang aktif dan membuat hasil
belajar mereka juga menurun.
Saat melakukan metode Role Playing di dalam proses
pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I telah berpusat pada
siswa, siswa lebih aktif dibandingkan guru. Metode Role Playinng
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ini dapat terlihat
pada nilai Pretest dan Postest pada siklus 1 dengan nilai rata-rata
59

Pretest 43.74 mengalami peningkatan sebesar 48,5. Pada saat Postest


namun masih ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.
Sehingga dilanjutkan pada siklus II dengan perolehan nilai rata-rata
Pretest 48,5, yang kemudian juga mengalami peningkatan pada saat
Postest dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 76,0.
Setelah diterapkannya siklus I dan siklus II dapat dilihat ternyata
dengan diterapkannya metode Role Playing hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Fiqih Ibadah mengalami peningkatan dibandingkan
dengan sebelumnya, karena dengan menggunkan metode ini tiap
siswa dapat belajar lebih aktif.

E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan dalam
penelitian seperti:
1. Penelitian ini hanya ditunjukkan pada pelajaran Fiqih pada pokok
bahasan Fiqih Ibadah tentang Shalat, sehingga belum bisa
digeneralisir pada pokok bahasan lain.
2. Kondisi siswa sempat bingung dengan proses pembelajaran
menggunakan metode Role Playing, karena siswa belum terbiasa
dengan pembelajaraan seperti itu.
3. Alokasi waktu yang kurang sehingga diperlukan kesiapan dan
pengaturan kelas yang baik.
4. Kontrol terhadap subjek penelitian hanya meliputi dua variable,
metode pembelajaran, dan hasil belajar siswa.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwaPelaksanaan metode Role Playing cukup berhasil dengan baik,
hal tersebut ditunjukan bahwa:

1. Nilai siswa cenderung naik jika dilihat sesudah diterapkannya


metode ini. Hal ini terbukti siklus I saat pretes dengan jumlah
1872, dan nilai rata-rata 43,74. Sedangkan saat postest dengan
jumlah 1390, dan nilai rata-rata 69,5. Lalu siklus II saat pretes
dengan jumlah 970, dan nilai rata-rata 48,5. Sedangkan saat
postest dengan jumlah total 1520, dan nilai rata-rata 76,0.
2. Sesudah diterapkannya metode Role Playing ini siswa lebih
memahami penjelasan dari gurunya dan merasa senang.

B. Saran-saran
1. Untuk meningkatkan pelaksanaan metode Role Playing yang
dilaksanakan di MTs Assa’adatain Serua, hendaknya siswa diberi
rangkuman atau catatan tentang materi yang akan dibahas.
2. Siswa membutuhkan perhatian yang serius dari guru agar mereka
dapat belajar dengan aktif, apabila dalam mmahami pengetahuan
Agama yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah, bukan
pengalaman empiris.
3. Hendaknya guru Fiqih terlibat langsung dengan siswa dalam upaya
menciptakan proses pembelajaran. Sehingga dapat memotivasi
belajar pada siswa agar siswa semangat dalam belajar Fiqih.
4. Perpustakaan sekolah hendaknya mempunyai referensi yang lebih
banyak lagi berkenaan dengan materi Fiqih. Sehingga siswa tidak
kesulitan mencari sumber literartur yang lain.

60
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu., dan Nabuko Cholid., Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi


Aksara, 2004.
Am, Sudirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2004
Asra dan Sumanti, Metode Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2009.
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Dirman, Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran yang Mendidik, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2014.
Djaramah Bahri Syaiful, Psikologi Belajar, Bandung: Rineka Cipta, 1999.
Dwitagama, Dedi., dan Kusuma Wijaya, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Hamalik, Oemar., Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
-----, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006.
Haris, Abdul., dan Jihad Asep, Evaluasi Pembelajaran, Yogjakarta: Multi
Presindo, 2010.
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Gaung Persada Press, 2011.
Kementrian Agama RI, Fikih Kelas VII, Klaten: Al-Ahyar
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Keguruan, Jakarta: PT. Rajawali Press, 2010.
Majid, Abdul, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013.
Mudjiono, dan Dimyati., Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
Nata, Abuddin, Persfektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009.
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
1999.
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, Jakarta: Kalam Mulia, 2013.
Silberman L Melvin, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif,
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009.
Siregar, Evelin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Galia Indonesia, 2011.
Sudjana, Nana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2013.
Suhana, Cucu, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: PT. Retika Aditama,
2014.
Suherman, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Jakarta: UIN, 2008.
Suryadi, dan Suryana Asep., Pengelolaan Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam, 2009.
Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1995.
-----, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011.
Riyanto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-progsesif, Jakarta: Kencana
Prenada Group, 2009.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Bandung: Citra
Umbara, 2008.
Yamin, Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2007.
Zain, Lukman, Pembelajaran Fikih, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Departemen RI, 2009.
Hasil Skor Pretest Siklus I
Skor Pre Test Siklus I
Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII

NO NAMA PRETEST KETERANGAN


1. Adinda Larasati 53 Tidak Lulus
2. Ahmad Zeni Muslim 60 Tidak Lulus
3. Akrom Damawi 57 Tidak Lulus
4. Alwi Misbah R 47 Tidak Lulus
5. Ayu Windasari 50 Tidak Lulus
6. Bagus Sajiwo 47 Tidak Lulus
7. Dea Damayanti 30 Tidak Lulus
8. Egy Pratama Mas Putra 50 Tidak Lulus
9. Khofifah 47 Tidak Lulus
10. Muhammad Fauzi 40 Tidak Lulus
11. Muhammad Hugi 40 Tidak Lulus
12. Muhammad Rifa’i 40 Tidak Lulus
13. Nila Zafiratun Nisa 47 Tidak Lulus
14. Putri Aprianti 40 Tidak Lulus
15. Renaldi 33 Tidak Lulus
16. Ria Wulandari 40 Tidak Lulus
17. Riska Widya Utami 47 Tidak Lulus
18. Rivani Saskiya 37 Tidak Lulus
19. Sandy Halumuan Saputra 30 Tidak Lulus
20. Vira Kholiza Hasan 30 Tidak Lulus
Keterangan :
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70
Hasil Skor Postest Siklus I

Skor Pos Test Siklus I

Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII

NO NAMA POSTEST KETERANGAN


1. Adinda Larasati 83 Lulus
2. Ahmad Zeni Muslim 77 Lulus
3. Akrom Damawi 73 Lulus
4. Alwi Misbah R 77 Lulus
5. Ayu Windasari 70 Lulus
6. Bagus Sajiwo 70 Lulus
7. Dea Damayanti 70 Lulus
8. Egy Pratama Mas Putra 77 Lulus
9. Khofifah 80 Lulus
10. Muhammad Fauzi 73 Lulus
11. Muhammad Hugi 70 Lulus
12. Muhammad Rifa’i 63 Tidak Lulus
13. Nila Zafiratun Nisa 63 Tidak Lulus
14. Putri Aprianti 63 Tidak Lulus
15. Renaldi 70 Lulus
16. Ria Wulandari 73 Lulus
17. Riska Widya Utami 57 Tidak Lulus
18. Rivani Saskiya 70 Lulus
19. Sandy Halumuan Saputra 57 Tidak Lulus
20. Vira Kholiza Hasan 50 Tidak Lulus
Keterangan :
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70
Table 4.1
Siklus 1

NO NAMA PRETEST POSTEST


1. Adinda Larasati 53 83
2. Ahmad Zeni Muslim 60 77
3. Akrom Damawi 57 73
4. Alwi Misbah R 47 77
5. Ayu Windasari 50 70
6. Bagus Sajiwo 47 70
7. Dea Damayanti 30 70
8. Egy Pratama Mas Putra 50 77
9. Khofifah 47 80
10. Muhammad Fauzi 40 73
11. Muhammad Hugi 40 70
12. Muhammad Rifa’i 40 63
13. Nila Zafiratun Nisa 47 63
14. Putri Aprianti 40 63
15. Renaldi 33 70
16. Ria Wulandari 40 73
17. Riska Widya Utami 47 57
18. Rivani Saskiya 37 70
19. Sandy Halumuan Saputra 30 57
20. Vira Kholiza Hasan 30 50
JUMLAH 1872 1.390
RATA-RATA 43,74 69,5
Soal Pretest dan Postest
Siklus I

Nama :
Kelas :

Beri tanda silang (x) pada jawaban yang paling tepat !


1. Shalat secara bahasa artinya….
a. Doa c. Dzikir
b. Sujud d. Mengingat

2. Perintah untuk mendirikan shalat terdapat dalam Al-Quran surat


Al Ankabut ayat…
a. 40 c. 43
b. 42 d. 45

3. Duduk diantara dua sujud disebut duduk…


a. Tawarruq c. Biasa
b. Iftirosy d. Tabbayun

4. Membaca surat atau ayat AL-Quran dalam shalat hukumnya…


a. Wajib c. Sunah
b. Makruh d. Mubah

5. Jumlah rakaat keseluruhan shalat dalam sehari semalam adalah…


a. 15 c. 17
b. 16 d. 18

6. Dibawah inimerupakan sunah-sunah ab’ad, kecuali…


a. Tasyahud awal c. Membaca iftitah
b. Membaca shalawat Nabi d. Membaca
shalawat di awal

7. Berikut ini shalat wajib yang empat rakaat, kecuali…


a. Ashar c. Dzhuhur
b. maghrib d. Isya

8. dibawah ini yang tidak membatalkan shalat adalah…


a. khusyu c. Berbah niat
b. Terkena najis d. Berbicara

9. Lafal bacaan iftitah dibaca setelah…


a. Rukuk c. Sujud
b. Salam d. Takbiratul ihram

10. Kelak di akhirat amalan pertama kali dihisab adalah…


a. Haji c. Puasa
b. Zakat d. Shalat

Kunci jawaban

1. A
2. D
3. B
4. C
5. C
6. C
7. B
8. A
9. D
10. D
Hasil Skor Pra Penelitian Kelas VII

Skor Pretest Siklus II

Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII

NO NAMA PRETEST KETERANGAN


1. Adinda Larasati 58 Tidak Lulus
2. Ahmad Zeni Muslim 60 Tidak Lulus
3. Akrom Damawi 49 Tidak Lulus
4. Alwi Misbah R 50 Tidak Lulus
5. Ayu Windasari 45 Tidak Lulus
6. Bagus Sajiwo 40 Tidak Lulus
7. Dea Damayanti 39 Tidak Lulus
8. Egy Pratama Mas Putra 47 Tidak Lulus
9. Khofifah 50 Tidak Lulus
10. Muhammad Fauzi 48 Tidak Lulus
11. Muhammad Hugi 56 Tidak Lulus
12. Muhammad Rifa’i 46 Tidak Lulus
13. Nila Zafiratun Nisa 45 Tidak Lulus
14. Putri Aprianti 50 Tidak Lulus
15. Renaldi 47 Tidak Lulus
16. Ria Wulandari 50 Tidak Lulus
17. Riska Widya Utami 45 Tidak Lulus
18. Rivani Saskiya 50 Tidak Lulus
19. Sandy Halumuan Saputra 45 Tidak Lulus
20. Vira Kholiza Hasan 50 Tidak Lulus
Keterangan :
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70
Hasil Skor Postest Siklus II

Skor Post Test Siklus II

Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII

NO NAMA POSTEST KETERANGAN


1. Adinda Larasati 70 Lulus
2. Ahmad Zeni Muslim 80 Lulus
3. Akrom Damawi 77 Lulus
4. Alwi Misbah R 80 Lulus
5. Ayu Windasari 80 Lulus
6. Bagus Sajiwo 70 Lulus
7. Dea Damayanti 77 Lulus
8. Egy Pratama Mas Putra 73 Lulus
9. Khofifah 77 Lulus
10. Muhammad Fauzi 73 Lulus
11. Muhammad Hugi 80 Lulus
12. Muhammad Rifa’i 80 Lulus
13. Nila Zafiratun Nisa 73 Lulus
14. Putri Aprianti 80 Lulus
15. Renaldi 70 Lulus
16. Ria Wulandari 70 Lulus
17. Riska Widya Utami 80 Lulus
18. Rivani Saskiya 80 Lulus
19. Sandy Halumuan Saputra 70 Lulus
20. Vira Kholiza Hasan 80 Lulus
Keterangan :
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70
Table 4.2
Siklus II

NO NAMA PRETEST POSTEST


1. Adinda Larasati 58 70
2. Ahmad Zeni Muslim 60 80
3. Akrom Damawi 49 77
4. Alwi Misbah R 50 80
5. Ayu Windasari 45 80
6. Bagus Sajiwo 40 70
7. Dea Damayanti 39 77
8. Egy Pratama Mas Putra 47 73
9. Khofifah 50 77
10. Muhammad Fauzi 48 73
11. Muhammad Hugi 56 80
12. Muhammad Rifa’i 46 80
13. Nila Zafiratun Nisa 45 73
14. Putri Aprianti 50 80
15. Renaldi 47 70
16. Ria Wulandari 50 70
17. Riska Widya Utami 45 80
18. Rivani Saskiya 50 80
19. Sandy Halumuan Saputra 45 70
20. Vira Kholiza Hasan 50 80
JUMLAH 970 1520
RATA-RATA 48,5 76,0
CATATAN LAPANGAN SIKLUS 1

Tempat Penelitian : MTs Assa’adatain Serua

Hari/Tanggal : Selasa, 26 September 2017

Materi : Shalat lima waktu

Siklus :1

A. Proses Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran diawali dengan melaksanakan pretest dan
postest. Jumlah soal sebanyak 10 butir jenis pilihan ganda masing-
masing pada soal pretest dan postest. Tes berlangsung selama 10 menit
baik pretest maupun postest dan diikuti oleh 20 siswa. Kemudian
dilanjutkan dengan menggunakan Role Playing.

B. Aktivitas Guru (Peneliti)


Sebelum pelajaran dimulai, guru (Peneliti) memberikan apersepsi,
guru (peneliti) menunjuk siswa untuk memerankan peranan yang guru
berikan, lalu guru menjelaskan materi serta melakukan evaluasi
pembelajaran.

C. Aktivitas Siswa
Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaraan Role Playing.
Ketika melakukan peranan masing-masing masih banyak siswa yang
bingung dan kurang mengerti. Hanya beberapa siswa saja yang aktif.
Setelah selesai setiap siswa melakukan evaluasi sebagai perbaikan
pada pembelajaran berikutnya.
CATATAN LAPANGAN SIKLUS II

Tempat Penelitian : MTs Assa’adatain Serua

Hari/Tanggal : Selasa, 10 Oktober 2017

Materi : Shalat Berjamaah

Siklus : II

A. Proses Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran diawali dengan melaksanakan pretest dan
postest. Jumlah soal sebanyak 10 butir jenis pilihan ganda masing-
masing pada soal pretest dan postest. Tes berlangsung selama 10
menit baik pretest maupun postest dan diikuti oleh 20 siswa.
Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan metode Role Playing.

B. Aktivitas Guru (Peneliti)


Sebelum pelajaran dimulai, guru (Peneliti) memberikan apersepsi,
guru (peneliti) menunjuk siswa untuk memerankan peranan yang
guru berikan, lalu guru menjelaskan materi serta melakukan evaluasi
pembelajaran.

C. Aktivitas Siswa
Siswa sudah mulai terbiasa dengan metode Role Playing. Saat
memerankan yg diberikan oleh guru siswa sudah banyak mengerti
dan paham dengan metode ini. Banyak siswa yang bertanya saat
melaksanakan pembelajaraan. Setelah selesai, siswa melakukan
evaluasi sebelum melaksanakan postest.
WAWANCARA PRA PENELITIAN DENGAN SISWA MTS
ASSA’ADATAIN

No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pendapatmu Pembelajaran fiqih Ibadah materinta
tentang pembelajaran Fiqih bagus, tentang ibadah sehari-hari.
Ibadah di kelas ?
2. Apakah kamu senang Ya cukup menyenangkan, tapi kadang
dengan pembelajaran Fiqih biasa saja.
Ibadah ?
3. Apakah kamu puas dengan Kurang puas, dan akan coba lagi
nilai Fiqih Ibadah yang dengan belajar yang sungguh-
kamu peroleh ? sungguh.
4. Bagaimana pendapatmu Santai,, asyik dan tidak menakutkan.
tentang cara guru mengajar
Fiqih Ibadah ?
5. Apakah kamu dapat Dapat memahami materi, karena
memahami materi yang gurunya pun menjelaskan dengan
dijelaskan oleh gurumu ? sangat santai dan tidak terburu-buru.
6. Apakah kamu sudah Pelum pernah dan tidak mengetahui
mengetahui tentang metode sebelumnya.
pembelajaraan Role Playing
?
7. Apakah menurutmu Kadang ada materi yang
pelajaran Fiqih Ibadah membosankan, tetapi kadang ada juga
membosankan ? materi yang menyengankan.
Mengetahui
Responden Peneliti

Adinda Larasati Vicky Kurniawati


WAWANCARA PRA PENELITIAN DENGAN GURU FIQIH MTS

ASSA’ADATAIN

No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana dengan nilai Nilai hasil belajar siswa sebagian
hasil belajar Fiqih Ibadah di besar masih standar KKM tetapi
kelas yang bapak ajarkan ? ada juga yang masih di bawah
KKM.
2. Apa yang akan bapak Mengadakan remedial, dengan
lakukan apabila ada salah memberikan tugas-tugas tambahan.
satu siswa yang nilainya
kurang bagus ?
3. Apakah menurut bapak Saya tidak bisa mengatakan itu,
siswa menyukai mata tergantung kepada kepribadian
pelajaran Fiqih Ibadah ? siswa dan itu tergantung pada guru
yang mengajarkannya juga.
4. Metode apa yang bapak Macam-macam, contohnya metode
terapkan dalam ceramah pemberian tugas, atau
pembelajaran Fiqih Ibadah ? metode pembelajaran yang sudah
diterapkan.
5. Apakah model pembelajaran Belum pernah.
Seeing How It Is pernah
bapak terapkan pada proses
pembelajaran Fiqih Ibadah ?
Mengetahui
Responden Peneliti

H. Nahrawi, Lc Vicky Kurniawati


DAFTAR GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN MTS
ASSA’ADATAIN

Jenis Pendidikan
Jabatan Mata pelajaran
No Nama Sekolah Kelamin Terakhir

L P NIP

Bahasa Arab/
1 H. Nahrawi, Lc L Wakepsek/Guru S1
Fiqih

2 Drs. Syamsuddin L Guru S1 IPS

Wakabid
3 A. Royani, S.Pd L S1 IPA
Kesiswaan/Guru

4 Aliyah, S.Ag P Guru S1 Bahasa inggris

Wakabid
5 Cecep Solahudin, S.Pd.I L S1 SKI
Kesiswaan/Guru

6 Atiyah, S.Pd P Administrasi/guru S1 Bahasa Sunda

7 Nurdin, S.Ag L Wakabid Sapras/guru S1 Kewaranegaraan

Wakabid
8 Juju Widiawati, S.Pd P S1 Seni Budaya
Kurikulum/Guru

9 Ahmad Hubairi, S.Sos.I L Pemb. Osis/guru S1 Aqidah Akhlak

Bahasa
10 Amelia, S.Pd.I P Guru S1
Indonesia/Qurdits

11 Melyndha, S.Pd P Guru S1 Kewarganegaraan

12 M. Syahril Akbar L Guru SMA TIK

13 Afif Miftahudin L Guru SM BTQ/Penjaskes

Jumlah L / P 8 5

JumlahSeluruhnya 13
DATA SISWA MTS ASSA’ADATAIN

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX JUMLAH


No Tahun
L P JML L P JML L P JML L P JML

1. 2014/2015 38 32 70 23 25 48 32 32 65 93 89 135

2. 2015/2016 35 32 67 36 30 66 22 24 46 93 86 117

3. 2016/2017 36 50 86 35 30 65 36 27 63 107 107 252


SARANA DAN PRASARANA MTS ASSA’ADATAIN

Jumlah Luas

Jenis Ruangan Bangunan


No Milik Menumpang Ket
M2

1. Ruang Belajar 6 -

2. Laboratorium - -

3. Perpustakaan 1 -

4. Ruang Kepala Sekolah 1 -

5. Ruang Guru 1 -

6. Ruang TU 1 -

7. Ruang Audio Visual - -

8. Ruang BK - -

9. Ruang OSIS 1 -

10. Ruang UKS -

11. Kantin 1

12. WC Guru -

13. WC Siswa 2

14. Ruang Ibadah 1

15. Ruang Koprasi 1


FOTO PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai